Professional Documents
Culture Documents
1
KEPASTIAN DAN BATAS KERAGUAN
(Descartes Philosophical Writings)
Rene’ Descartes
2
Tahap-tahap pemikiran Descartes untuk mancari kebenaran sejati dimulai
dengan langkah-langkah yang menurut polos dan jernih. Kemudian ia meneliti
sejumlah besar pendapat-pendapat yang keliru (menurutnya) yang umumnya
sudah disepakati orang. Ia memulai dengan cara meragukan apa saja, meragukan
kepercayaan, meragukan pendapat yang sudah berlaku, meragukan eksistensi
alam diluar dunia dan bahkan meragukan eksistensinya sendiri. Tahap pertama ini
juga merupakan langkah awal landasan cagito-nya. Ia berfikir setiap benda yang
ia tahu melalui panca inderanya adalah benar-benar diragukan keberadaannya
meskipun ia sendiri manyadari bahwa mungkin akal akan menipunya
("Meditation", In Descartes Philoshophikal Writing) bahkan ia meragukan apakah
tangan dan tubuhnya itu adalah miliknya.
Kemudian berfikir bagaimana ia tahu bahwa ia tidak sedang tidur dan
bermimpi. Karena antara keadaan sadar dengan mimpi tidak ada perbedaan atau
batas yang benar-benar tegas dan jelas (distinct). Adakalanya seseorang akan
merasa dalam keadaan sadar ketika ia sedang bermimpi atau berhalusinasi, karena
pengalaman yang ia lami dirasakan benar-benar terjadi Descartes mencontohkan
keadaannya sedang yang duduk dan berpakaian rapi, ia meragukan keadaannya
tersebut karena ia pernah mengalaminya ketika bermimpi. Prinsipnya, Descartes
berpendapat bahwa tidak ada perbedaan yang jelas antara sadar (keadaan) dan
sedang mimpi.
Langkah selanjutnya Descartes kembali berpikir, adakah sesuatu (benda)
yagn benar-benar ada yang tidak dapat diragukan lagi keberadaannya? Ia sendiri
mengajukan tiga hal yaitu gerak, juumlah dam besaran (matematika /ilmu pasti).
Namun ia kembali meragukannya karena ia kadang-kadang ia merasa salah ketika
melakukan perhitungan. Dengan demikian, ilmu pasti pun ia ragukan. Ketika ia
kembali berpikir, ia tetap meragukan setiap benda. Akhirnya mengambikl
kesimpulan, bahwa ia ragu karena disebabkan oleh berfikir. Tidak mungkin ia
ragu, jika tidak berpikir. Kemudian ia mengungkapkan, kalau begitu "aku
berpikir" pasati aku dan benar. Jika "aku berpikir" ada . berarti "aku" ada sebab
yang berpikir itu aku.
3
Metode inilah yang disebut cagito ergosum, aku berpikir karena itu aku
ada.
Dari metode inilah Descartes membuat penerapan secara konkret
sebagaiman dijelaskan Anton Bakker (1984:77), bahwa uraian filosafis
menguraikan satu intuisi fundamental secara teratur Descartes menerapkannya
untuk meembedakan dengan jelas antara jiwa dan badan, dan adanya Tuhan.
Descartes menjelaskan konsepnya tentang jiwa dan badan atau pemikiran dan
materi.
Diane Collison (2001:85), menjabarakan bahwa Descartes, menyimpulkan
bahwa pikiran merupakan substansi non-ragawi yang berbeda dengan substansi
material atau ragawi. Realisasi Descartes bahwa ia tidak dapat meragukan bahwa
ia ada sebagai substansi berpikir, meskipun ia ragu bahwa ia memiliki raga,
meyakinkannya bahwa pikiran dapat terpisah dan materi. Namun demikian ia
tidak bisa memberika pemecahan yang memuaskan tentang bagaimana dua
substansi, raga dan pikiran berinteraksi untuk membentuk satu kesatuan, oleh
karena itu ia dengan jelas menolak gagasan Aristetolian tentang jiwa atau pikiran
sebagai sesuatu yang menggerakkan raga.
Dari sifat keraguannya (skeptisisme), Descartes mendapat kepastian
bahwa ia adalah sesuatu yang berpikir. Dari sinilah ia menjadikannya dasar untuk
membangun pengetahuan. Argumennya tentang eksistensi Tuhan, dimulai dengan
kesadaran akan dirinya sendiri sebagai yang ada, yang keraguannya tidak
senpurna, namun mampu membuat gagasan tentang tuhan sebagai wujjud yang
sempurna. Dan gagasan sempurna ini, menurutnya, hanya dapat berasal dari
wujud yang sempurna; karena itu tuhan pasti ada sebagai sumbernya. Diane
Collinson (2001:84).
Descartes pun mampu berargumen bahwa karena tuhan sempurna maka ia
tidak akan mampu atau mambawa seseorang kepada kekeliruan dan bahwa
pemakaian yang benar akan panca indera akan menghasilkan pengetahuan.metode
keraguan ini dijadikan Descartes untuk mencari kepastian yang tersembunyi,
keraguannya hanya di tujukan untuk menjelaskan perbedaan sesuatu yang dapat
diragukan dari sesuatu yang tidak dapat diragukan.
4
Menurut Ahmad Tafsir (1990:132) dalam metode ini berjalan suatu metode
yang tegas. Bila Descartes telah menemukan suatu ide yang distiact (jelas), mak ia
dapat menggunakannya sebagai premise yang dari sana ia mendeduksi keyakinan
lain yang juga distinct. Seluruh proses penyimpulan itu terlepas dari data empiris,
keseluruhannya merupakan proses rasional.
Kesimpulan sementara yang dapat diambil, Descartes meneliti sesuatu
berangkat dari keraguannya, dari keraguan tersebut ia mengetahui bahwa dasar
pemikiran yang harus dipakainya adalah akal, hingga ia mendapatkan kepastian
yang memuaskan dirinya. Namun rasionalisme yang ia kembangkan, meskipun
berawal dari objektifitas telah menimbulkan subjektifisme dan relativisme.
5
DAFTAR PUSTAKA
translade by Norman Kemp Smith, The Modern Library, New York, 1958.