You are on page 1of 30

TUGAS MATA KULIAH

EKOLOGI
“PEMBANGUNAN DAN DAMPAK POLUSI UDARA”

NAMA : H. ADITIA PRASETIAWAN


NO. REG : 4825077428
PRODI : SOSIOLOGI PEMBANGUNAN’07

1. Pendahuluan.
Pertumbuhan adalah hal yang menarik dalam kebijakan ekonomi dan lingkungan untuk
menuju pembangunan berkelanjutan dimana dibutuhkan indikator-indikatornya sebagai
sumber informasi. Perubahan ekonomi di Indonesia, membuat indikator keberlanjutan
sangat.penting untuk menelaah keluaran di bidang lingkungan yang berkaitan dengan
peningkatan konsumsi, pergeseran kondisi pasar, dan makin terbukanya system
perdagangan dan investasi. Sehingga dibutuhkan kebijakan lingkungan yang mendukung
keluaran lingkungan. Telah menjadi pandangan umum bahwa peningkatan konsumsi
lebih lanjut. Akan memberikan tekanan terhadap lingkungan, tetapi perlu diketahui pula
pada tahap apa sehingga peningkatan tersebut mengharuskan dibutuhkannya proteksi
terhadap lingkungan.

Pada sisi lain, data indikator lingkungan yang dibutuhkan dalam melakukan telaah sangat
jarang, data yang di dapat dari Biro Pusat Statistik Indonesia memperlihatakan data yang
menyebar dan berbeda¬beda, ketiga dibutuhkan data untuk tingkat yang lebih rendah,
data makin sulit. Kondisi data yang dihadapai adalah pertama adalah tidak komplit, kedua
masih banyak hal-hal panting yang belum terukur dan ketiga masih sedikitnya penelitian
sebelumnya. Dengan data yang diperoleh, penelitian ini mencoba menelaah hubungan
antara polusi udara dengan pembangunan ekonomi, dengan mengukur efek dari
pertumbuhan ekonomi terhadap tiga indicator pencemaran udara yaitu HC, NOx dan CO.
sedangkan indikator bagi pertumbuhan ekonomi menggunakan 7 variabel yang
menggambarkan peningkatan konsumsi, pergeseran kondisi pasar, dan makin terbukanya
system perdagangan dan inverstasi.

Seluruh data merupakan gabungan dan data kerat lintang (antar individu/cross section)
yaitu 26 propinsi di Indonesia dan data urut waktu (time series) yaitu 12 (1989-2000)
tahun observasi sehingga digunakan metode estimasi panel data dengan teknik fixed
effect model. Sehingga diharapkan mampu menjelaskan hubungan pertumbuhan ekonomi
akan memberikan tekanan terhadap pencemaran udara. Hasil studi ini menunjukkan
kondisi pencemaran udara sangat tergantung dari perkembangan waktu, pencemaran
udara masih akan terus meningkat. Variabel anggaran belanja lingkungan tidak
mendukung upaya pengurangan kerusakan pencemaran udara karena memang kecilnya
pengeluaran pemerintah untuk bidang pencemaran udara atau tidak tepat sasaran dari
anggaran biaya tersebut. Bedasarkan hasil regresi menunjukan beberapa variabel yang
secara nyata turut menyebabkan peningkatan pencemaran udara, sedangkan sebagian
lainnya belum memberikan dampak yang negatif terhadap pencemaran udara tetapi perlu
diwaspadai, Secara keseluruhan hasil studi ini telah dapat menjawab pertanyaan dan
sesuai dengan hypothesis yang diajukan.
Dalam kondisi tidak ada manusia sekalipun, lingkungan alami pasti mengalami
perubahan-perubahan secara kontinu. Hal ini mungkin saja berlangsung dalam jangka
waktu ratusan juta tahun, seperti misalnya terangkatnya kontinental dan pembentukan
gunung api; atau dalam jangka waktu puluhan ribu tahun seperti Jaman Es dan
perubahan per-mukaan air laut yang menyertainya; atau dalam jangka waktu ratusan
tahun seperti halnya eutrofikasi alami dan siltasi danau-danau dangkal; atau bahkan
dalam jangka waktu beberapa tahun, seperti kalau koloni binatang "beaver" mengubah
lahan kering menjadi rawa-rawa. Sebagian dari perubahan-perubahan alami tersebut
bersifat tidak dapat balik (irreversible) seperti eutrofikasi danau, sedangkan lainnya
bersifat siklis seperti siklus klimatik tahunan, atau transien seperti kekeringan.

Bersamaan dengan perubahan-perubahan lingkungan secara alami tersebut juga terjadi


perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia. Bahkan pada tingkat
budaya masyarakat pemburu dan pengumpul hasil hutan, penggunaan api telah
memodifikasi beberapa lingkungan alami. Kemudian dengan domestikasi hewan dan
introduksi pertanian, efek-efek dari kegiatan-kegiatan ini menjadi lebih luas, terutama
kalau semakin banyak manusia yang terlibat. Laju perubahan tersebut meningkat dengan
berkem-bangnya industri karena tenaga otot digantikan dengan enerji yang berasal dari
bahan bakar fosil hingga beberapa dekade terakhir ini. Dampak manusia telah mencapai
intensitas yang tidak diharapkan dan mempengaruhi seluruh dunia, karena jumlah
penduduk meningkat dengan pesat dan konsumsi setiap kapita yang lebih tinggi.

Intervensi manusia, misalnya dengan jalan penebangan hutan, penambangan,


pembangunan bendungan besar dan diversi sungai, telah menjadi suatu gaya yang
berskala geologis. Terlepas dari banyaknya batuan dan material bumi yang dipindahkan
setiap tahun dalam berbagai aktivitas pertambangan, konstruksi jalan raya, dan lain-
lainnya, pengaruh pada aliran air dan pengisian kembali air bumi mungkin menjadi
sangat penting. Kita hanya mengetahui sedikit sekali siklus-siklus bio-geokimia alami
untuk menduga konsekuensi-konsekuensi yang sesungguhnya dari gangguan-gangguan
tersebut. Usulan-usulan dari beberapa "Futurist" untuk mendapatkan mineral dari bijih
yang kua-litasnya sangat rendah harus diteliti dengan sangat hati-hati; dampak
lingkungan yang ditimbulkan oleh limbahnya bisa sangat serius.

Semakin meningkatnya kontrol manusia terhadap lingkungan hidupnya seringkali


menciptakan konflik-konflik antara sasaran-sasaran kemanusiaan dengan proses-proses
alamiah. Dalam rangka untuk mencapai hasil yang lebih banyak atau untuk tujuan-tujuan
lainnya, manusia berupaya menyimpangkan aliran enerji alamiah, mengabaikan proses-
proses alami, memotong rantai makanan, menyederhanakan ekosistem, dan
menggunakan banyak subsidi enerji untuk mempertahankan kenyamanan keseimbangan
yang artifisial. Memang dalam beberapa kasus aktivitas-aktivitas ini dapat menciptakan
atau diperlukan untuk mempertahankan kondisi sekeliling yang dianggap perlu oleh
manusia, seperti misalnya aspek-aspek tertentu di daratan Eropa, yang selu-ruhnya
merupakan "buatan manusia" tetapi mencerminkan budidaya yang seksama selama
banyak generasi. Walaupun demikian sering terjadi konflik antara strategi-strategi yang
memaksimumkan manfaat jangka pendek (misalnya hasil pangan selama lima tahun) dan
yang memaksimumkan manfaat jangka panjang (misalnya hasil yang lestari 50 tahun).
Hal yang pertama seringkali mengakibatkan penalti berupa degradasi lingkungan yang
sifatnya tidak dapat balik. Ketidak-sesuaian antara ahli ekonomi dan ahli ekologi
terutama terletak pada perbedaan perspektif waktu yang digunakannya; pada umumnya
5-10 tahun dianggap merupakan periode/jangka panjang oleh para ahli ekonomi, tetapi
dianggap jangka pendek oleh para ahli ekologi. Sedikit pertimbangan dan perhitungan
dilibatkan dalam perhitungan ekonomis terhadap proses-proses lingkungan seperti
kerusakan tanah yang lambat atau penurunan kapasitas akuifer.

Karena lingkungan alami berfluktuasi dengan waktu, kita tidak dapat dengan mudah
membedakan perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh manusia. Misalnya, suatu
daerah binaan untuk pemukiman baru yang sedang dibangun pada hamparan terras yang
kompleks. Hal ini jelas akan mengubah kondisi lingkungan fisik. Tetapi untuk
memahami perubahan-perubahan ini maka perlu mengetahui kondisi-kondisi apa saja
yang juga akan mengalami perubahan seandainya pembangunan pemukiman tersebut
tidak dilakukan. Memang tidak mudah untuk mengukur secara tepat kondisi lingkungan
yang ada sekarang, demikian juga untuk menduga signifikansi kecenderungan-
kecenderungan perubahan yang terjadi di masa lalu serta memproyeksikannya secara
akurat ke masa yang akan datang.

Masalah yang sangat penting di daerah pembangunan ialah bagaimana penggunaan lahan
dan sumberdaya alam lainnya dengan sebaik-baiknya, tanpa mengakibatkan kerusakan
atau degradasi yang disebabkan oleh proses- proses seperti pemupukan, pestisida, erosi,
perkembangan gurun, atau meluasnya penyakit-penyakit yang berpangkal dari air dan
perairan seperti tipus, desentri, hepatitis, dan cacing sistosomiasis. Kultivasi lahan secara
berpindah, yang merupakan praktek umum di berbagai penjuru daerah tropika basah,
dapat digunakan sebagai teladan ilustratif. Praktek seperti ini apabila tersedia cukup
waktu akan memungkinkan berlangsungnya regenerasi hutan, sehingga memungkinkan
pemeliharaan dan pemulihan kesuburan tanah. Pada masa lalu, faktor-faktor alami
(budaya tabu, pandangan dan pola hidup tradisional, gangguan penyakit dan perang) telah
berhasil mempertahankan keseimbangan sistem alami. Akan tetapi dengan ditemukannya
obat-obat modern dan nilai-nilai sosial yang baru, laju pertumbuhan penduduk telah
meningkat pesat, rasio antara luas lahan dengan populasi penduduk telah menurun dan
kondisi keseimbangan orisinal telah terganggu sedemikian rupa sehingga siklus kultivasi
tidak memungkinkan lagi pemulihan kesuburan tanah secara memadai. Dalam banyak
kasus bahkan tidak ada periode pemulihan kesuburan tanah, dan daerah-daerah yang
sangat luas telah ditumbuhi oleh vegetasi sekunder dan telah menjadi tidak sesuai lagi
untuk penggunaan pertanian.
Faktor lain yang telah mempersulit praktek pertanian berpindah ialah bahwa lahan-lahan
luas yang secara tradisional dikuasai dan dimiliki oleh penduduk telah diambil alih
pemerintah untuk memproduksi kayu hutan atau dikonversi menjadi daerah perkebunan.
Praktek-praktek seperti ini telah ikut menyebabkan lebih rendahnya rasio luas lahan
pertanian dengan pupulasi penduduk. Teknik-teknik pertanian "modern" yang
menggunakan jenis-jenis unggul serealia dan subsidi enerji pupuk dan pestisida telah
mmenghancurkan struktur desa-desa tradisional karena terjadinya perubahan distribusi
kesejahteraan. Penduduk yang tidak mempunyai lahan terusir dari desa dan bermigrasi
menuju kota-kota besar atau mendaki pegunungan. Di kota-kota besar para imigran ini
telah memperparah masalah pembuangan dan pengelolaan limbah, penyediaan air bersih,
kekurangan perumahan dan pengangguran. Di pegunungan, mereka telah menebang
hutan untuk dipanen hasil kayunya dan dijual, serta membuka lahan-lahan baru untuk
digarap; lahan- lahan marjinal ini yang biasanya terletak pada lereng yang curam telah
digarap tanpa memperhatikan teknik-teknik konservasi tanah, sehingga erosi telah terjadi
secara intensif dan mengakibatkan kemerosotan produktivitas tanah; disamping itu,
perubahan-perubahan pada pola aliran air dan siltasi juga telah membahayakan
keletarian berbagai bangunan esensial di daerah aliran sungai.

Perencanaan dan pengelolaan sumber daya lahan dan air masih menjadi problem utama di
negara-negara maju, misalnya dalam pembangunan kawasan perkotaan, jalan raya dan
lapangan terbang, pemeliharaan kualitas danau dan estuaria, dan konservasi kawasan
lindung. Sebagian besar dari problem-problem tersebut berhu-bungan dengan banyaknya
kebutuhan enerji dan air oleh in-dustri dan masyarakat konsumen. Problem-problem
seperti ini masih dalam bentuk embrional di negara-negara yang sedang dan belum
berkembang. Hasil-hasil usahatani yang sangat besar dari sistem pertanian-industrial
lazimnya bertumpu pada input enerji yang sangat besar; dan kekurangan air ( air masih
dianggap sebagai "barang bebas") telah menyebabkan timbulnya masalah-masalah serius
bagi sistem industri di berbagai negara Eropa dan Amerika Serikat. Di Amerika Serikat,
dimana konsumsi enerji telah meningkat dua kali lipat setiap delapan atau sepuluh tahun,
diproyeksikan kebutuhan air untuk pendingin pada periode 1980-an sekitar separuh dari
aliran air permukaan yang normal di seluruh negeri. Walaupun 95% dari air ini
dikembalikan ke sungai, namun kualitasnya sudah tidak sama. Temperaturnya yang lebih
tinggi mengurangi jumlah oksigen yang dapat larut sehingga kapasitas air sungai untuk
mengasimilasikan bahan organik juga menurun. Kondisi seperti ini akan mendorong
terjadinya degradasi struktur rantai makanan yang selanjutnya akan mengurangi jumlah
oksigen terlarut dalam air, dan mengganggu stabilitas ekosistem akuatik.

Produksi bahan-bahan kimia yang baru telah mengintroduksikan bahaya-bahaya dan


ketidak-pastian baru dalam masalah lingkungan hidup. Pembuangan sejumlah besar
substansi dapat-lapuk secara biologis (nitrat, deterjen yang mengandung fosfat, dsb.) ke
dalam lingkungan akuatik telah mempercepat eutrofikasi sungai dan danau, dimana
bahan-bahan kimia ini dan produk-produk pelapukannya terakumulasi. Bahan kimia
yang tidak dapat lapuk secara biologis mungkin kurang begitu menarik perhatian, namun
sesungguhnya lebih berbahaya. Sebagian bahan-bahan ini akan terkonsentrasi pada saat
mereka melalui rantai-rantai makanan (biomagnifikasi) dan membahayakan kesehatan
manusia dan ternak piaraannya, dan juga kehidupan bebas lainnya.

Episode-episode krisis seperti tragedi asap industri di London pada tahun 1952 menarik
banyak perhatian dunia, tetapi polusi ringan yang berlangsung berkepanjangan jelas
lebih serius mengancam kesehatan manusia dan mungkin juga dapat mengakibatkan
perubahan perilaku manusia sebelum mengalami gangguan kesehatan secara fisik.
Memang perlu memusatkan perhatian kepada kesehatan dan kesejahteraan manusia,
tetapi dampak penting lainnya juga harus mendapatkan perhatian secara proporsional.

Keracunan yang dialami oleh manusia secara akut dan kronis hanyalah merupakan salah
satu bagian dari masalah polusi; polutan juga mempunyai implikasi untuk pemeliharaan
biosfer jangka panjang. Masalah-masalah jangka pendek biasanya lebih sederhana, dan
sebagian dapat diselesaikan secara pragmatis dengan pembidangan yang lebih sempit.
Dampak polutan jangka panjang biasanya penuh tipu muslihat, kronis dan seringkali
bersifat komulatif. Para ahli ekologis harus bertanya dampak apa saja yang dapat
diakibatkan oleh polutan ini terhadap struktur ekosistem nasional dan terhadap
keragaman biologis, dan apakah perubahan-perubahan seperti itu dapat mengancam
kelestarian kehidupan jangka panjang. Kepercayaan yang dianut oleh sementara pihak,
bahwa polusi terutama polusi udara meru-pakan indeks yang sangat penting untuk
mencerminkan kondisi "kualitas lingkungan" tampaknya terlalu sempit. Banuak bentuk-
bentuk degradasi lingkungan lainnya yang juga mempunyai signifikansi jangka panjang
yang sama pen-tingnya atau bahkan lebih penting daripada polusi udara.

Selama periode akhir dari abad ini, manusia akan banyak meng gunakan sumberdaya
alam bumi, dan menangkap sejumlah enerji seperti yang dilakukannya selama masa
evolusi manusia sebelumnya. Ekspansi ekonomis yang cepat tampaknya akan terus
berlangsung di masa mendatang, walaupun pertumbuhan jumlah penduduk dan
konsumsi material akan mengalami reduksi dalam jangka panjang. Pertanyaan riil yang
muncul ialah apakah manusia dapat menyalurkan sirkulasi sumberdaya yang fantastis
ini dengan cara yang akan lebih baik melayani kebutuhan manusia sambil memperhatikan
proses-proses ekologi. Dalam konteks ini, seni yang sedang berkembang tentang
peramalan teknologi ("futures research") mungkin menjadi lebih penting dalam
megantisipasi dampak buruk yang mungkin terjadi akibat teknologi baru, dan yang juga
sama pentingnya ialah perkembangan-perkembangan yang telah siap mengeksploitasi
peluang-peluang baru sebagai akibat dari kemajuan teknologi dan yang secara kreatif
memperhatikan masalah lingkungan.

Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang


terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan
nasional secara keseluruhan. Dapat diamati bahwa perkembangan pembangunan daerah
telah berlangsung dengan pesat dan diperkirakan akan terus berlanjut. Perkembangan ini
akan membawa dampak keruangan dalam bentuk terjadinya perubahan pola pemanfaatan
ruang, baik direncanakan ataupun tidak direncanakan.
Penataan ruang kawasan perkotaan diselenggarakan untuk (1) mencapai tata ruang
kawasan perkotaan yang optimal, serasi, selaras, dan seimbang dalam pengembangan
kehidupan manusia. (2) Meningkatkan fungsi kawasan perkotaan secara serasi, selaras,
dan seimbang antara perkembangan lingkungan dengan tata kehidupan masyarakat. (3)
Mengatur pemanfaatan ruang guna meningkatkan kemakmuran rakyat dan mencegah
serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan alam, lingkungan buatan, dan
lingkungan sosial (UU Nomor 24 Tahun 1992).

Ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan merupakan bagian dari penataan ruang kota
yang berfungsi sebagai kawasan hijau pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota,
kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga kawasan hijau dan kawasan
hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang
lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur.
Pemanfatan ruang terbuka hijau lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-
tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan,
perkebunan dan sebagainya.

Faktor yang sangat penting dalam permasalahan lingkungan adalah besarnya populasi
manusia. Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan pemukiman dan kebutuhan prasarana dan sarana. Pertambahan jumlah
penduduk juga akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan bahan pangan dan energi
serta bertambahnya limbah domestik dengan cepat. Sejalan dengan upaya pembangunan
ekonomi atau pengembangan kawasan, berbagai kegiatan masyarakat dan pemerintah
yang ada di Kota Pekanbaru terjadi pada suatu ruang. Ketidaktepatan rencana dan
ketidaktertiban pemanfaatan ruang dapat berpengaruh terhadap penurunan kualitas
lingkungan hidup, sehingga lingkungan menjadi berkembang secara ekonomi, namun
menurun secara ekologi. Kondisi demikian menyebabkan terganggunya keseimbangan
ekosistem, yang dapat berupa terjadinya peningkatan suhu udara dan pencemaran udara.

Kota yang sedang berkembang pada umumnya berusaha untuk mengembangkan dirinya
dari suatu keadaan dan sifat masyarakat tradisional dengan keadaan ekonomi terbelakang,
menuju ke arah keadaan yang lebih baik. Dalam hal ekonomi, ditujukan untuk
mendapatkan kesejahteraan dan tingkat ekonomi yang lebih baik. Akan tetapi perhatian
terhadap pembangunan ekonomi saja tidak akan memberikan jaminan untuk suatu proses
pembangunan yang stabil dan berkelanjutan apabila mengabaikan aspek lain seperti
lingkungan.

Meningkatnya jumlah populasi penduduk kota dan kebutuhan sumber daya, keberadaan
kota tidak dapat dilepaskan dari masalah-masalah lingkungan seperti keterbatasan lahan,
polusi air, udara dan suara, sistem sanitasi yang buruk, dan kondisi perumahan yang tidak
memadai serta masalah transportasi. Lebih lanjut, persoalan lingkungan kota juga
mempunyai implikasi yang kompleks, terutama berkaitan dengan persoalan sosial
ekonomi masyarakat kota. Lingkungan kota yang kurang baik dan sehat memicu
berkembangnya berbagai persoalan sosial kota, baik menyangkut kriminalitas kota,
persoalan psikologis penduduk kota, kemiskinan, serta konflik-konflik sosial lainnya.

Pertumbuhan kegiatan ekonomi dan pembangunan yang terpusat pada daerah perkotaan,
memacu arus urbanisasi sehingga berpengaruh terhadap penyebaran penduduk. Dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan luas lahan yang terbatas akan berakibat terhadap
menurunnya kemampuan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Permasalahan lain
yang timbul akibat adanya pertambahan jumlah penduduk diantaranya adalah terjadinya
penurunan kualitas lingkungan yang diakibatkan dengan terjadinya penurunan kualitas
udara oleh adanya kegiatan industri dan transportasi.

Pencemaran terjadi dengan meningkatnya aktivitas masyarakat, dalam hal ini adalah
semakin banyaknya jumlah kendaraan di kawasan perkotaan akan menimbulkan berbagai
macam polusi udara yang membahayakan kesehatan manusia. Terjadinya perubahan
iklim mikro dapat dirasakan dengan meningkatnya suhu udara di kawasan perkotaan
sebagai dampak dari banyaknya sumber pencemar. Keadaan ini juga akan menimbulkan
penurunan nilai estetika, artinya pada kawasan perkotaan, masyarakat sudah tidak dapat
lagi merasakan kenyamanan yang nantinya juga akan menimbulkan permasalahan-
permasalahanb psikologis bagi manusia di kawasan perkotaan. Pencemaran udara juga
menjadi bagian dari penurunan kualitas lingkungan sebagai akibat adanya kegiatan
industri, jumlah kendaraan bermotor yang terus bertambah dan berbagai jenis aktifitas
masyarakat.
Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya
pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami
perubahan. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor. Perubahan lingkungan udara
pada umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk
gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara.
Pencemaran udara dapat didefinisikan sebagai hadirnya substansi di udara dalam
konsentrasi yang cukup untuk menyebabkan gangguan pada manusia, hewan, tanaman
maupun material. Substansi ini bisa berupa gas, cair maupun partikel padat. Ada lima
jenis polutan di udara, yaitu partikulat dengan diameter kurang dari 10 µm (PM10), sulfur
dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), karbon monoksida (CO) dan timbal.
Daerah perkotaan merupakan salah satu sumber pencemaran udara utama, yang sangat
besar peranannya dalam masalah pencemaran udara. Kegiatan perkotaan yang meliputi
kegiatan sektor-sektor permukiman, transportasi, komersial, industri, pengelolaan limbah
padat, dan sektor penunjang lainnya merupakan kegiatan yang potensial dalam merubah
kualitas udara perkotaan. Pembangunan fisik kota dan berdirinya pusat-pusat industri
disertai dengan melonjaknya produksi kendaraan bermotor, mengakibatkan peningkatan
kepadatan lalu lintas dan hasil produksi sampingan, yang merupakan salah satu sumber
pencemar udara.

Penggunaan kendaraan bermotor menyebabkan lebih banyak polusi udara daripada


kegiatan lain apapun, menimbulkan hampir separo oksida nitrogen yang diakibatkan ulah
manusia, dua pertiga karbon monoksida, dan separo hidrokarbon di kota-kota industri, di
samping hampir seluruh timah di udara di negara-negara berkembang. Di sebagian besar
negara berkembang, sumber pembangkit tenaga pemanas menimbulkan sampai dua
pertiga emisi sulfur dioksida, dan antara sepertiga sampai setengah emisi total polutan
udara yang lain. Jadi, dua prioritas utama bagi program pengendalian pencemaran adalah
kendaraan bermotor dan sumber pembangkit tenaga, walaupun di beberapa negara
berkembang pusat perhatian utama adalah pengendalian pencemaran yang timbul dari
penggunaan batubara murah yang banyak digunakan untuk memasak dan alat pemanas
rumah tangga.

Kecuali di kota-kota yang sarana transportasi utamanya masih sepeda dan jalan kaki,
hampir tidak mungkin memerangi pencemaran udara tanpa "menyerang" pipa knalpot
sepeda motor/skuter, mobil, truk, dan bus. Bahkan di kota-kota yang masih "didominasi"
oleh sepeda, jumlah mobil kini semakin meningkat. Lebih dari 500 juta mobil dan
kendaraan umum kini memadati jalan-jalan dunia, 10 kali lebih lipat jumlah pada 1950.
Dan menurut proyeksi terbaru, jumlah kendaraan di dunia akan berlipat dua dalam 40
tahun mendatang, sampai kira-kira satu miliar. Kebanyakan pertambahan ini akan terjadi
di negara-negara berkembang, yang permintaan untuk mobilnya diperkirakan meningkat
200 persen di akhir abad ini; dengan demikian sangat memperburuk masalah pencemaran
saat ini, terutama di perkotaan.

Di daerah-daerah yang masih menggunakan bensin bermuatan timah, salah satu strategi
pengendalian pencemaran yang paling efektif adalah sama sekali melarang penggunaan
zat aditif tersebut, atau menurunkan secara tajam tingkat yang diperbolehkan dalam
bensin. Ketika hal ini terjadi di AS, penggunaan bahan bakar bermuatan timah menurun
lebih dari 50 persen dari tahun 1976 sampai 1980, dan mengakibatkan menurunnya kadar
timah dalam darah sampai 37 persen. Beberapa kota dan negara amat menghendaki
adanya bahan bakar alternatif yang membakar lebih bersih daripada bensin dan minyak
diesel berbahan dasar petroleum yang konvensional. Pilihan-pilihan antara lain berupa
campuran "berwawasan lingkungan", hasil formulasi ulang yang menurunkan daya
menguapnya dan dengan demikian menurunkan pula daya emisi senyawa organik yang
mudah menguap dan menurunkan konsentrasi benzene dan komponen beracun lain.

Pilihan lain adalah "mengoksigenasi" bahan bakar tersebut dengan menambahkan


alkohol. "Gasohol" (bensin dan alkohol) semacam itu terbakar lebih sempurna, dan
dengan demikian menurunkan emisi karbon monoksida. Bahan bakar diesel dengan
tingkat sulfur yang diturunkan mengeluarkan sulfur dioksida dan polutan lain yang lebih
sedikit. Jenis-jenis bahan bakar hasil formulasi ulang dapat secara sendiri-sendiri
menurunkan tingkat emisi sampai 30 persen, seperti yang terjadi di bagian Timur Laut
AS ketika pertama kali diwajibkan di akhir 1980-an. Pilihan lain yang lebih baik adalah
alternatif non-petroleum seperti metanol, etanol, gas alam yang dimampatkan atau gas
petroleum cair, hidrogen atau baterai listrik, karena bahan-bahan tersebut sama sekali
menghapus pencemaran oleh pipa knalpot.

Selama kita hidup tentu membutuhkan udara untuk bernapas. Di dalam udara terkandung dari
gas yang terdiri dari 78% nitrogen, 20% oksigen, 0,93% argon, 0,03% karbon dioksida, dan
sisanya terdiri dari neon, helium, metan dan hidrogen. Gas oksigen merupakan komponen
esensial bagi kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia. Komposisi seperti itu dibilang
sebagai udara normal dan dapat mendukung kehidupan manusia. Namun, akibat aktivitas
manusia yang tidak ramah lingkungan, udara sering kali menurun kualitasnya. Perubahan ini
dapat berupa sifat-sifat fisis maupun kimiawi. Perubahan kimiawi dapat berupa pengurangan
maupun penambahan salah satu komponen kimia yang terkandung dalam udara. Kondisi
seperti itu lazim disebut dengan pencemaran (polusi) udara. Menurut Isna Marifat M.Sc.,
Ketua Penyelenggara Segar Jakartaku, 70 persen pencemaran udara Jakarta disebabkan oleh
kendaraan bermotor. Permasalahan polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor sudah
mencapai titik yang mengkhawatirkan terutama dikota-kota besar. Tingginya pertumbuhan
jumlah kendaraan bermotor di kota-kota besar di Indonesia cukup tinggi yaitu berkisar 8-12%
per tahun (Sumber : Kepolisian Negara Republik Indonesia, Direktorat Lalu Lintas (Januari
2000).

2. Permasalahan.

Pada era modern ini kehidupan kota yang sudah penuh tampaknya memiliki beberapa
permasalahan dengan udara, bahkan saat ini kejadian-kejadian tentang pencemaran udara
sudah sangat sering terjadi. Pencemaran udara dapat diartikan berubahnya salah satu
komposisi udara dari keadaan normalnya, dalam jumlah tertentu untuk jangka waktu
yang cukup lama sehingga akan mengganggu kehidupan manusia, hewan, dan tanaman.
Sejalan dengan perkembangan industri pada daerah perkotaan, kesetimbangan komposisi
udara terganggu bahkan komposisinya berubah yaitu dengan masuknya zat-zat pencemar
seperti polutan. Gas H2S merupakan salah satu polutan udara yang bersifat toksik
(Manahan, 1994). Pemanasan global dan efek rumah kaca (ERK) semakin dibicarakan
oleh para ahli. Pada kesempatan ini, sebagai seorang antropolog yang melihat
permasalahan ekologi, saya mencoba melihat kasus pencemaran udara yang ada di
Jakarta akibat transportasi ini dengan melihat sebab-sebab apa saja, sehingga terjadi
pencemaran tersebut. Sebab yang akan saya lihat pada kesempatan ini adalah sebab
pencemaran udara dari transportasi. Pada umumnya terdapat dua sumber pencemaran
udara yang terjadi, antara lain adalah pencemaran udara yang terjadi akibat sumber yang
alami atau dari sumber daya alam (natural resources), seperti pencemaran akibat letusan
gunung berapi, kemudian gempa dan lain-lain. Kemudian adalah pencemaran udara yang
terjadi akibat kegiatan manusia, dan disebabkan secara langsung oleh manusia
(anthropogenic sources), antara lain adalah emisi pabrik dan akibat dari sumber-sumber
kegiatan manusia, seperti dari transportasi.

Transportasi sebagai sarana dan fasilitas yang diciptakan oleh teknologi masa kini
ternyata menambah permasalahan dalam pencemaran udara. Namun, apakah kesalahan
pencemaran udara dilimpahkan begitu saja kepada pengguna atau pembuat teknologi
tersebut?, tidak juga seperti itu, karena kuantitas transportasi dan juga kualitasnya juga
perlu diperhatikan, bahkan kebijakan-kebijakan pemerintah tentang transportasi juga
perlu diperhatikan. “Pada masa sekarang ini, pencemaran udara di Indonesia 70%nya
diakibatkan oleh emisi kendaraan bermotor, karena kendaraan bermotor memiliki zat-zat
yang berbahaya bagi udara disekitar kita, antara lain adalah timbal/timah hitam (Pb),
suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx), hidrokarbon (HC), karbon
monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox)”.

(Polusi Udara Alkibat Industri)


Kutipan diatas merupakan pernyataan yang menunjukkan bahwa keadaan udara yang ada
disekitar kita khususnya di Jakarta memang sudah terkontaminasi dengan zat-zat seperti
Suspended Particulate Matter (SPM), yang menyumbang banyak timbal/timah hitam pada
udara disekitar kita, dan masih ada zat-zat lainnya seperti hydrocarbon (HC),
karbonmonoksida(CO) dan oksida fotokimia (Ox), seperti tertera pada kutipan diatas
tersebut. Sedangkan sebagai manusia kita seharusnya tidak menghirup udara-udara
tersebut. Akan tetapi dalam melihat hal ini menggunakan kacamata Contextualization
Progressive Vayda saya melihat adanya hal-hal lain yang merupakan sebab-sebab
pencemaran udara akibat transportasi. Kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber
pencemaran udara yang utama di daerah perkotaan. Emisi yang paling signifikan dari
kendaraan bermotor ke atmosfer berdasarkan massa adalah gas karbondioksida (CO2)
dan uap air (H2O) yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang berlangsung
sempurna. Pembakaran yang sempurna dapat dicapai dengan tersedianya suplai udara
yang berlebih. Namun demikian, kondisi pembakaran yang sempurna dalam mesin
kendaraan jarang terjadi.

(Transportasi Salah Satu Penyebab Polusi Udara)


Sebagian kecil dari bahan bakar dioksidasi menjadi karbon monoksida (CO). Sebagian
hidrokarbon (HC) juga diemisikan dalam bentuk uap dan partikel karbon dari
butiranbutiran sisa pembakaran bahan bakar. Hampir semua bahan bakar mengandung
zat-zat ‘kotoran’ dengan kemungkinan pengecualian bahan bakar sel (hidrogen) dan
hidrokarbon ringan seperti metana. Diantara zat-zat kotoran tersebut adalah sulfur yang
dioksidasi menjadi sulfur dioksida (SO2) pada proses pembakaran, dan kadang menjadi
sulfat yang dapat membantu proses nukleisasi partikel (pembentukan partikel) dalam gas
buang. Zat-zat kotoran lainnya seperti vanadium dalam oli tidak dapat terbakar, atau
mengandung produk pembakaran yang memiliki tekanan uap yang rendah sehingga
mendorong pembentukan partikel lebih jauh. Senyawa-senyawa timbel organik (dalam
bensin bertimbel) juga membentuk partikel dalam gas buang. Pada akhirnya, pada
temperatur pembakaran yang tinggi, gas nitrogen (N2) di dalam atmosfer dan senyawa
nitrogen yang dikandung dalam bahan baker dioksidasi menjadi oksida nitrit (NO) dan
nitrogen-dioksida (NO2).

Kondisi emisi kendaraan bermotor sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan bakar dan
kondisi pembakaran dalam mesin; sehingga langkah-langkah untuk mengurangi emisi gas
buang harus mengkombinasikan teknologi pengendalian dengan konservasi energi dan
teknik-teknik pencegahan pencemaran. Pengalaman dari negara-negara maju
menunjukkan bahwa emisi zat-zat pencemar udara dari sumber transportasi dapat
dikurangi secara substansial dengan penerapan teknologi kendaraan seperti katalis (three-
way catalyst) dan juga pengendalian manajemen lalu lintas setempat. Namun, untuk
kondisi Indonesia, dengan pertumbuhan perkotaan yang cepat yang meningkatkan
kepemilikan dan penggunaan kendaraan bermotor di daerah perkotaan perlu terus
dilakukan upaya mengurangi emisi kendaraan bermotor. Dalam beberapa tahun terakhir
jumlah kendaraan bermotor bertambah rata-rata 12% per tahun.

Pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia juga memicu terjadinya peningkatan


polusi , namun hal seperti ini tampaknya menjadi rumit ketika melihat faktor produksi
dalam pertumbuhan kendaraan bermotor. Jumlah pertumbuhan kendaraan bermotor
ternyata merupakan tindakan yang dapat dilihat dengan progressive contextualization
Vayda ketika ingin mendeskripsikan suatu pengrusakan lingkungan (terkait disini
masalah pencemaran udara akibat transportasi) terbukti tidak terbatas hanya melihat
aktor-aktor pengguna transportasi saja. Namun dapat melihat lebih luas bagaimana
tindakan-tindakan tersebut dapat terjadi sehingga mengakibatkan dampak bahaya.

kita dapat melihat bagaimana pertumbuhan kendaraan bermotor yang mengeluarkan


emisi dan mencemarkan udara disekitar kita. Kalau saya memperhatikan tabel diatas,
saya berasumsi bahwa terjadi peningkatan kuantitas kendaraan pada setiap tahunnya,
maka jika dihitung sampai dengan sekarang jumlahnya semakin bertambah dari tahun ke
tahun hingga sekarang 2007 ini. Diperkirakan jumlahnya bertambah 10 kali lipat dari
tahun 1999.
Sedangkan Kendaraan bermotor yang menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM)
mengandung timah hitam (Leaded) berperan sebagai penyumbang polusi cukup besar
terhadap kualitas udara dan kesehatan. Kondisi tersebut diperparah oleh terjadinya krisis
ekonomi yang melanda negara kita sejak tahun 1997.

Pada saat ini komposisi jumlah sepeda motor adalah yang terbesar, yaitu kurang lebih
73% dari jumlah seluruh kendaraan bermotor pada kurun waktu 2002-2003 (pertambahan
sepeda motor mencapai 30% dalam 5 tahun terakhir). Perbandingan antara jumlah sepeda
motor dan penduduk di Indonesia diperkirakan mencapai 1:8 pada tahun 2005. kendaraan
bermotor dalam kurun waktu 20 tahun (1983-2003). Berdasarkan data statistik dan
beberapa asumsi, diperkirakan pada tahun 2020 jumlah kendaraan bermotor akan
mencapai 90 juta, atau lebih dari tiga kali jumlah kendaraan saat ini. Dari jumlah
tersebut, lebih kurang 70% terdistribusi di daerah perkotaan. Walaupun diasumsikan
bahwa reduksi emisi per kendaraan per kilometer akan dapat tercapai di masa mendatang
sebagai hasil dari penerapan teknologinya.

kendaraan bermotor dan angkutan sangat buruk akibat mahalnya suku cadang dan
perawatan yang kurang baik sehingga proses pembakaran kurang sempurna, akibat krisi
moneter yang terjadi di Indonesia, maka terjadilah ketidakteraturan produksi harga dan
juga tingkat harga BBM yang tiba-tiba saja melonjak, ini semakin memperparah keadaan,
sehingga kerusakan pada kendaraan akibat mahalnya suku cadang dan perawatan
kendaraan terjadi banyak sekali dan ini mengakibatkan emisi gas buang yang berlebihan
dan dampaknya adalah pencemaran udara yang semakin mengandung berbagai zat yang
kotor dan berbahaya.

Untuk menilai problem polusi udara perkotaan di kota-kota metropolitan dunia, WHO
dan UNEP bekerjasama dengan GEMS-Air, memprakarsai sebuah studi rinci tentang
kualitas udara 20 dikota - kota besar dunia. Guna mencapai tujuan studi tersebut, kota-
kota besar didefenisikan sebagai kelompok kota dengan jumlah penduduk saat ini atau
proyeksi sampai tahun 2000, sebanyak ± 10 juta orang. Walaupun ada 20 kota-kota besar
memenuhi persyaratan tersebut, karena kekurangan sumber-sumber data dan waktu yang
dibutuhkan, maka hanya 20 kota yang diteliti, Dakka, Lagos, Teheran dan Osaka tidak
termasuk, karena kondisinya sama dengan Tokyo.

Kelompok kota-kota yang terpilih itu adalah : 3 kota di Amerika Utara, 3 kota di Amerika
Selatan, sebuah kota di Afrika, 11 kota di Asia dan 2 kota di Eropa. Kota-kota tersebut
adalah : Buenos Aires di Argentina, Sao Paulo Raya, dan Rio de janero di Brazilia,
Meksiko di Meksiko ; Beijing dan Sanghai di Cina, Kairo de Raya di Mesir, Kalkuta,
New Delhi dan Bombay Raya di India, Karaci di Pakistan, Jakarta di Indonesia, Tokyo di
Jepang, Manila di Filipina, Bangkok di Thailand, Seoul di Korea, Moskow di Rusia,
London di Britania Raya, Los Angeles dan New York di Amerika Serikat. Alasan utama
dalam memilih kota-kota besar ini adalah, karena kota-kota ini:

1. Mempunyai masalah pencemaran paling serius


2. Mempunyai wilayah daratan yang luas dengan jumlah penduduk yang besar, dimana
jumlah keseluruhan penduduk di 20 kota-kota ini tahun 1990 kira-kira mencapai 234 juta
orang.
3. Bakal banyak kota-kota lainnya yang sedang meningkat statusnya sebagai kota
metropolitan, point terakhir ini merupakan hal yang penting.
Sebuah tinjauan masalah polusi udara dikota-kota besar dan kesukaran mengidentifikasi
serta mencari pemecahan masalahnya merupakan peringatan bagi kota-kota yang sedang
berkembang pesat lainnya. Juga dapat sebagai pedoman untuk mengatasi dan mencegah
sebagian masalah tersebut.

Untuk menghimpun data-data global polusi udara dikota-kota besar sangat sulit, karena
1. Informasi tentang zat-zat pencemaran dan kesehatan mereka sering tidak ada, tidak
lengkap atau sudah usang.
2. Adanya perbedaan dalam metodologi dan laporan antar negara, dalam negara yang
sama dan dikota-kota.
3. Kekurangan data yang dipakai, termasuk yang tidak mewakili persoalan
dibandingkan,dan dicatat dimana yang perlu.
Sungguhpun demikian, data-data dan analisa yang dipersiapkan merupakan gambaran
yang luas dan keabsahan pertama dari keadaan polusi udara serta kecenderungannya
dikota-kota besar.

Pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta yang lebih tinggi dibanding kota-kota lainnya telah
mendorong perubahan gaya hidup sebagai akibat dari meningkatnya pendapatan dan daya
beli masyarakat Kota Jakarta. Kepemilikan dan penggunaan kendaraan pribadi
meningkat, dan mengambil porsi transportasi jalan yang lebih besar dibanding moda
transportasi lainnya. Seiring dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan layanan
angkutan umum dan fasilitas angkutan tidak bermotor, perlu dilaksanakan kampanye
untuk mengubah perilaku masyarakat. Tujuannya adalah masyarakat mengurangi
perjalanan dengan menggunakan kendaraan pribadi dan mengalihkan sebagian
perjalanannya dengan menggunakan angkutan umum dan kendaraan tidak bermotor. Hal
tersebut dapat membantu pemerintah dalam melakukan kebijakan sistem transportasi
yang lebih baik akan penggunaan transportasi yang lebih baik dari sistem transportasi
yang diharapkan oleh masyarakat, untuk menuju kepada kegiatan transportasi yang
diinginkan oleh kebanyakan orang di negeri ini, yaitu nyaman, bebas dari polusi, aman,
sehat dan baik.

Dengan adanya kondisi yang tidak memungkinkan dari beberapa permasalahan


pencemaran udara yang ada di sekitar kita, maka masalah sistem transportasi ini, saya
melihat sebagai suatu hal yang mempengaruhi udara sebagai commons yang diungkapkan
oleh Hardin dalam tulisannya Tragedy of the commons. Udara disini sebagai commons
dirusak oleh beberapa kepentingan seperti pabrik-pabrik dan transportasi yang pada
akhirnya menimbulkan beberapa tragedy pada suatu ladang besar. Masalah produksi
kendaraan bermotor sebagai suatu alasan untuk memperbanyak demi mencari keuntungan
merupakan tragedy yang tak terelakkan. Memang manusia sekarang semuanya telah
mengetahui bahwa pengaruh polusi udara dapat menyebabkan pemanasan efek rumah
kaca (ERK) yang akan menimbulkan pemanasan global atau (global warming), ini
merupakan sebuah peringatan kepada industri dan kebijakan transportasi agar melihat
kepada masalah udara disekitar mereka.

Asap knalpot yang keluar dari Bus yang ada dalam gambar diatas menunjukkan bahwa
kondisi kendaraan yang kurang baik dan tidak sesuai dengan kendaraan bermotor yang
sewajarnya. Ini disebabkan dari mesin yang kurang perawatan dan kurang baik, sehingga
mengakibatkan zat kotor yang keluar dari knalpot kendaraan seperti SPM (suspended
particulate matter), Nox, dan zat kimia berbahaya yang lainnya mempengaruhi udara
sekitar, kemudian perubahan udara tersebut mengakibatkan adanya perubahan suhu yang
terjadi dalam kehidupan manusia.
Perspektif kritis Garret Hardin tentang Tragedy of Commons yang diungkapkannya
ternyata terbukti melalui aktor-aktor pengguna sumber daya alam sebagai commons
mereka yang selalu diharapkan dari commons tersebut, dalam konteks disini adalah
pencemaran udara, yang menjadi bencana pembangunan akibat krisis ekologi yang
berkepanjangan. Pembangunan transportasi yang terus dikembangkan menyusul dengan
pembangunan pasar yang ada ternyata dapat mendorong terjadinya apa yang disebut
dengan bencana pembangunan. Proses pembangunan yang ada di Indonesia dalam
konteks transportasi, menimbulkan bencana pembangunan yang kemudian menjadi
permasalahan ekologis, udara sebagai salah satunya commons yang open access menjadi
berbahaya bagi orang-orang disekitarnya.

Sebenarnya dalam melihat kasus pencemaran udara akibat transportasi, dapat juga
dengan melihat pentingnya menterjemahkan ”pengetahuan” sebagai kebudayaan dari
pengguna sumber daya tersebut. Misalnya dengan mengartikan ”culture” sebagai sebuah
perangkat yang digunakan manusia-manusia yang ada disekitarnya dapat menjelaskan
prilaku kita terhadap lingkungan kita. Penjelasan tentang pengetahuan normative manusia
dalam menggunakan sumber daya alam juga saya tambahkan untuk menjelaskan konteks
pencemaran udara yang ada di Jakarta ini, karena transportasi sebagai suatu dampak
bukan satu-satunya yang disalahkan tapi penggunaannya yang tidak teratur (disorder)
dapat menimbulkan ”abuse” bagi lingkungan kita, terutama udara.

Singgungan tentang transportasi dan lingkungan juga dapat diungkapkan dengan masalah
prilaku manusia terhadap lingkungannya. Sebenarnya transportasi sebagai perangkat
teknologi yang seharusnya memudahkan manusia menimbulkan dampak berbahaya bagi
kesehatan kita. Kandungan-kandungan timah hitam dan SPM dapat mengganggu
kesehatan kita secara langsung, dan ini menyebabkan kematian bagi yang menghirupnya,
atau penyakit-penyakit yang mematikan. Lalu apakah produksi dari transportasi sebagai
alasan pembangunan teknologi dapat dijadikan alasan bagi para pembuat keputusan. Ini
yang menjadi perdebatan bagi mereka yang belum memahami bagaimana mengartikan
sebuah lingkungan dan teknologi agar berdampingan secara bersamaan tanpa adanya
bahaya dan disorder.

Dampak sosial yang ditimbulkan oleh lingkungan transportasi semakin memburuk


apalagi kalau kita melihat dari kondisi lingkungan transportasi yang ada di Jakarta.
Masalah transportasi yang menjadi permasalahan lingkungan sebenarnya bukan masalah
baru lagi. Ketika sebuah kebijakan transportasi dikeluarkan berbagai macam elemen
masyarakat mencari dampak sosial dan dampak biologisnya terhadap manusia yang ada
disekitarnya. Sebagai contoh, di Jakarta sumber pencemaran udara yang utama adalah
kendaraan bermotor dan industri, yang mana kendaraan bermotor menyumbang sekitar
71% pencemar oksida nitrogen (NOX), 15% pencemar oksida sulfur (SO2), dan 70%
pencemar partikulat (PM10) terhadap beban emisi total.
Tampaknya emisi gas dan kandungannya menjadi beban moral bagi pengguna
transportasi dan industri transportasi. Permasalahan seperti ini, menjadi fenomena
pembangunan, dimana pembangunan transportasi yang diharapkan pemerintah ternyata
belum memadai dan masih banyak kekurangan, oleh karena itu, saya sebagai seorang
antropolog ekologi mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya dibutuhkan dalam kasus
ini. Pada artikel Transportation and Environment yang diedit oleh Wohlwill, Everett dan
Altman diterangkan bagaimana dampak sosial transportasi dengan lingkungan yang
menimbulkan depresi terhadap masyarakat sekitarnya dari sudut pandang ekologi. Di
artikel ini diungkapkan bahwa dampak dari transportasi (dalam konteks ini saya melihat
pencemaran udara), bahwa udara yang tercemar akibat transportasi menimbulkan tingkat
stress pada manusia yang mengalami gangguan tersebut. Dari perspektif ekologi bahwa
prilaku manusia yang beradaptasi dengan proses akan menjadi jenuh apabila adaptasi
tersebut dilakukan dengan terus menerus atau sering, sehingga orang yang dalam
kehidupan sehari-harinya mengalami gangguan udara dari transportasi dan mengalami
kejenuhan dapat menimbulkan stress dan depresi (kajian ini terjadi pada behaviournya).
Karena apa yang adaptif dan bukan adaptif bagi mereka cenderung merubah prilaku
kolektif dari masyarakat, ini dapat ditunjukkan bahwa tingkat stress di kota-kota besar
seperti di Jakarta tingkat stress dan deprese semakin tinggi.

Manusia sebagai faktor yang menentukan keberlanjutannya lingkungan yang ada di


sekitar mereka menjadi tidak berdaya, karena pengrusakan lingkungan itu sendiri
dilakukan oleh tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung-jawab. Sehingga
kejadian-kejadian seperti pencemaran udara tidak terhindarkan oleh lingkungan kita
sebagai manusia yang hidup di alam semesta ini. Bukan hanya itu saja ternyata
permasalahan ekologi yang terjadi akibat transportasi ini juga menjadi permasalahan
psikologis yang ada pada masyarakat urban. Semakin tinggi tingkat pencemaran udara
maka kecenderungan tingkat stress juga akan semakin tinggi. Asumsi tersebut saya
gunakan dalam menggambarkan proses dari lingkungan transportasi yang diungkapkan
oleh Llewellyn pada artikelnya.

Bagaimana dampak sosial yang terjadi pada kolektif masyarakat yang ada lingkungan
transportasi, artinya ini dapat dikaitkan dengan tingkat kejenuhan seperti kemacetan dan
polusi udara yang meningkat. Seharusnya pemerintah memperhatikan sosial impact yang
terjadi pada masyarakat akibat dari pencemaran udara ini, karena kebijakan transportasi
dan lingkungan diatur oleh pemerintah dibawah departemen-departemen dan juga Pemda
DKI Jakarta. Pemerintah sebagai salah satu aktor yang berperan dalam pengambilan
keputusan dari masalah pencemaran udara, dapat berpengaruh juga pada kegiatan
transportasi di Jakarta. apalagi mengenai kebijakan tarnsportasi yang berhubungan
dengan lingkungan atau Transportation Environment yang menurut Lynn sebagai suatu
penyebab munculnya dampak sosial. Arti dari dampak sosial yang dimaksudkan oleh
Lynn adalah transportasi yang tidak teratur (disorder), yang kemudian mengganggu
kehidupan manusia. Masalah order dan disorder dari manajemen transportasi suatu kota
didukung oleh pemerintah, yang sekarang dibawah Pemda (pemerintah daerah).

Pada saat ini transportasi selalu dijadikan alasan utama bagi pencemaran kota, apakah
pencemaran kota yang merusak udara disekitar kita merupakan suatu akibat dari kelalaian
dari pemerintah dan produsen kendaraan bermotor yang mendesain kendaraan bermotor
belum sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

Dampak terhadap kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran udara akan terakumulasi
dari hari ke hari. Pemaparan dalam jangka waktu lama akan berakibat pada berbagai
gangguan kesehatan, seperti bronchitis, emphysema, dan kanker paru-paru. Dampak
kesehatan yang diakibatkan oleh pencemaran udara berbeda-beda antarindividu. Populasi
yang paling rentan adalah kelompok individu berusia lanjut dan balita. Menurut
penelitian di Amerika Serikat, kelompok balita mempunyai kerentanan enam kali lebih
besar jika dibandingkan dengan orang dewasa. Kelompok balita lebih rentan karena
mereka lebih aktif dan dengan demikian menghirup udara lebih banyak, sehingga mereka
lebih banyak menghirup zat-zat pencemar. Dampak dari timbal sendiri sangat
mengerikan bagi manusia, utamanya bagi anak-anak. Di antaranya adalah mempengaruhi
fungsi kognitif, kemampuan belajar, memendekkan tinggi badan, penurunan fungsi
pendengaran, mempengaruhi perilaku dan intelejensia, merusak fungsi organ tubuh,
seperti ginjal, sistem syaraf, dan reproduksi, meningkatkan tekanan darah dan
mempengaruhi perkembangan otak. Dapat pula menimbulkan anemia dan bagi wanita
hamil yang terpajan timbal akan mengenai anak yang disusuinya dan terakumulasi dalam
ASI. Diperkirakan nilai sosial setiap tahun yang harus ditanggung akibat pencemaran
timbal ini sebesar 106 juta dollar USA atau sekitar 850 miliar rupiah. Pencemaran akibat
asap yang sudah mencapai bahaya ditandai dengan adanya peningkatan kadar debu di
udara, yang disebut dengan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) . Harian Suara
Pembangunan (2004a), memberitakan bahwa peristiwa kebakaran hutan di Jambi yang
terjadi mulai bulan Agustus – September 2004 mengakibatkan adanya peningkatan
penderita infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) sebanyak 72,34 % (5.203 menjadi 8.967
orang) pada September 2004 jika dibandingkan dengan Juli 2004. Penyakit ini, banyak
menyerang pada anak-anak usia di bawah lima tahun (balita). Penderita ISPA
diperkirakan akan meningkat, karena kebakaran tetap berlangsung. Penyebab ISPA
disebabkan oleh ISPU Jambi telah mencapai ambang bahaya sekitar 300 – 500 mm.

Suara Pembangunan (2004b), memberitakan juga tentang anak-anak sekolah menjadi


terganggu baik pada pernafasan maupuin pada mata dengan adanya pencemaran udara
(yang berupa asap yang tebal) ; sehingga pemerintah menginstruksikan dengan
meliburkan sekolah mulai dari TK sampai dengan SMU. Hal ini suatu kerugian yang
besar bagi masyarakat daerah tsb. Karena terjadi penghambatan pencerdasan masyarakat
secara perlahan-lahan. Apabila suatu daerah sering melakukan peliburan berlangsungnya
suatu pendidikan, maka lama kelamaan daerah tsb akan mengalami keterbelakangan
dalam suatu ilmu jika dibandingkan dengan daerah lain yang lebih aman udaranya.
Selanjutnya, Anonim hasil kunjungan ke http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan,
telah menjelaskan bahwa bukan janin dalam kandungan saja yang ikut terancam
kehilangan kualitas kecerdasan, tapi juga anak-anak dalam masa tumbuh kembang.
Timbel alias timah hitam ikut mencemari sayur dan buah-buahan yang dikonsumsi anak-
anak. Beberapa tahun yang lalu United Nations Environmental Programme (UNEP) telah
menempatkan Jakarta sebagai kota terpolusi nomor tiga di dunia setelah Meksiko dan
Bangkok. Bisa dibayangkan betapa parahnya ancaman polutan emisi gas buang di
metropolitan ini. Padahal tanpa harus berhadapan dengan fakta tersebut, anak Indonesia
sudah tergolong lemah dan memiliki angka kematian tinggi.

Hal lain yang patut dicermati adalah polusi udara akibat asap rokok. Ibu hamil yang
menghisap rokok bisa berakibat fatal terhadap janin yang dikandungnya. Pembuluh darah
sang ibu akan mengecil sehingga suplai darah ke calon bayi terhalang. Akan banyak
dampak yang diderita oleh bayi, yaitu pertumbuhan badan terhambat dan juga
kemampuan mental menjadi terlambat. Gizi memang masih menjadi faktor utama bagi
perkembangan otak, tetapi juga jangan meremehkan faktor lain seperti polusi udara. Dan
yang lebih memprihatinkan, kendati polusi udara di Indonesia tergolong tinggi, tidak ada
satu pun ahli kesehatan udara yang tersedia. Bahkan bidang studinya pun belum tersedia
di semua perguruan tinggi.

Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan secara tidak langsung. Pencemaran udara
selain berdampak langsung bagi kesehatan manusia/individu, juga berdampak tidak
langsung bagi kesehatan. Efek SO2 terhadap vegetasi dapat menimbulkan pemucatan
pada bagian antara tulang atau tepi daun. Emisi oleh fluor (F), sulfur dioksida (SO2) dan
ozon (O3) mengakibatkan gangguan proses asimilasi pada tumbuhan. Pada tanaman
sayuran yang terkena/mengandung pencemar Pb mempunyai potensi bahaya terhadap
kesehatan masyarakat apabila tanaman sayuran tersebut dikonsumsi oleh manusia.

Pencemaran udara berdasarkan pengaruhnya terhadap gangguan


kesehatan dibedakan menjadi 3 jenis :
Irintasia. Biasanya polutan ini bersifat korosif, merangsang proses peradangan hanya
pada saluran pernapasan bagian atas, yaitu saluran pernapasan mulai dari hidung hingga
tenggorokkan. Misalnya sulfur dioksida, sulfur trioksida, amoniak, dan debu. Iritasi
terjadi pada saluran pernapasan bagian atas dan juga dapat mengenai paru-paru itu
sendiri. Asfiksia. Hal ini terjadi karena berkurangnya kemampuan tubuh dalam
menangkap oksigen atau mengakibatkan kadar O2 menjadi berkurang. Keracunan gas
karbon monoksida mengakibatkan CO akan mengikat hemoglobin, sehingga kemampuan
hemoglobin mengikat O2 berkurang dan terjadilah asfiksia. Penyebabnya adalah gas
nitrogen, oksida, metan, gas hidrogen dan helium.

Anestesia. Bersifat menekan susunan syaraf pusat sehingga kehilangan kesadaran,


misalnya aeter, aetilene, propan,e dan alkohol alifatis. Toksis. Titik tangkap terjadinya
berbagai jenis, yaitu : menimbulkan gangguan pada sistem pembuatan darah, misalnya
benzene, fenol, toluen dan xylene. Keracunan terhadap susunan syaraf, misalnya karbon
disulfid, metal alkohol.

3. Dampak Polusi Udara.

Dampak terhadap kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran udara akan terakumulasi
dari hari ke hari. Pemaparan dalam jangka waktu lama akan berakibat pada berbagai
gangguan kesehatan, seperti bronchitis, emphysema, dan kanker paru-paru. Dampak
kesehatan yang diakibatkan oleh pencemaran udara berbeda-beda antarindividu. Populasi
yang paling rentan adalah kelompok individu berusia lanjut dan balita. Menurut
penelitian di Amerika Serikat, kelompok balita mempunyai kerentanan enam kali lebih
besar jika dibandingkan dengan orang dewasa. Kelompok balita lebih rentan karena
mereka lebih aktif dan dengan demikian menghirup udara lebih banyak, sehingga mereka
lebih banyak menghirup zat-zat pencemar.

Dampak dari timbal sendiri sangat mengerikan bagi manusia, utamanya bagi anak-anak.
Di antaranya adalah mempengaruhi fungsi kognitif, kemampuan belajar, memendekkan
tinggi badan, penurunan fungsi pendengaran, mempengaruhi perilaku dan intelejensia,
merusak fungsi organ tubuh, seperti ginjal, sistem syaraf, dan reproduksi, meningkatkan
tekanan darah dan mempengaruhi perkembangan otak. Dapat pula menimbulkan anemia
dan bagi wanita hamil yang terpajan timbal akan mengenai anak yang disusuinya dan
terakumulasi dalam ASI. Diperkirakan nilai sosial setiap tahun yang harus ditanggung
akibat pencemaran timbal ini sebesar 106 juta dollar USA atau sekitar 850 miliar rupiah.

Pencemaran akibat asap yang sudah mencapai bahaya ditandai dengan adanya
peningkatan kadar debu di udara, yang disebut dengan Indeks Standar Pencemaran Udara
(ISPU) . Harian Suara Pembangunan (2004a), memberitakan bahwa peristiwa kebakaran
hutan di Jambi yang terjadi mulai bulan Agustus – September 2004 mengakibatkan
adanya peningkatan penderita infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) sebanyak 72,34 %
(5.203 menjadi 8.967 orang) pada September 2004 jika dibandingkan dengan Juli 2004.
Penyakit ini, banyak menyerang pada anak-anak usia di bawah lima tahun (balita).
Penderita ISPA diperkirakan akan meningkat, karena kebakaran tetap berlangsung.
Penyebab ISPA disebabkan oleh ISPU Jambi telah mencapai ambang bahaya sekitar 300
– 500 mm.
Suara Pembangunan (2004b), memberitakan juga tentang anak-anak sekolah menjadi
terganggu baik pada pernafasan maupuin pada mata dengan adanya pencemaran udara
(yang berupa asap yang tebal) ; sehingga pemerintah menginstruksikan dengan
meliburkan sekolah mulai dari TK sampai dengan SMU. Hal ini suatu kerugian yang
besar bagi masyarakat daerah tsb. Karena terjadi penghambatan pencerdasan masyarakat
secara perlahan-lahan. Apabila suatu daerah sering melakukan peliburan berlangsungnya
suatu pendidikan, maka lama kelamaan daerah tsb akan mengalami keterbelakangan
dalam suatu ilmu jika dibandingkan dengan daerah lain yang lebih aman udaranya.
Menjelaskan bahwa bukan janin dalam kandungan saja yang ikut terancam kehilangan
kualitas kecerdasan, tapi juga anak-anak dalam masa tumbuh kembang. Timbel alias
timah hitam ikut mencemari sayur dan buah-buahan yang dikonsumsi anak-anak.
Beberapa tahun yang lalu United Nations Environmental Programme (UNEP) telah
menempatkan Jakarta sebagai kota terpolusi nomor tiga di dunia setelah Meksiko dan
Bangkok. Bisa dibayangkan betapa parahnya ancaman polutan emisi gas buang di
metropolitan ini. Padahal tanpa harus berhadapan dengan fakta tersebut, anak Indonesia
sudah tergolong lemah dan memiliki angka kematian tinggi.

Hal lain yang patut dicermati adalah polusi udara akibat asap rokok. Ibu hamil yang
menghisap rokok bisa berakibat fatal terhadap janin yang dikandungnya. Pembuluh darah
sang ibu akan mengecil sehingga suplai darah ke calon bayi terhalang. Akan banyak
dampak yang diderita oleh bayi, yaitu pertumbuhan badan terhambat dan juga
kemampuan mental menjadi terlambat. Gizi memang masih menjadi faktor utama bagi
perkembangan otak, tetapi juga jangan meremehkan faktor lain seperti polusi udara. Dan
yang lebih memprihatinkan, kendati polusi udara di Indonesia tergolong tinggi, tidak ada
satu pun ahli kesehatan udara yang tersedia. Bahkan bidang studinya pun belum tersedia
di semua perguruan tinggi. Pada negara maju kehadiran seorang dokter ahli kesehatan
udara sangat diperlukan dalam pembangunan proyek-proyek gedung di kota besar.

Dampak kesehatan dari pencemaran akibat sarana transportasi dibedakan dari sumber
pencemar lain karena emisi yang dikeluarkan dari sarana transportasi sangat dekat dan
berhubungan langsung dengan para pengguna jalan. Selain itu, kemampuan atmosfer
dalam mengencerkan emisi juga sangat terbatas, sehingga risiko gangguan kesehatan
masyarakat akibat pencemaran udara sarana transportasi menjadi lebih parah. Penelitian
epidemiologi terkini menemukanm bahwa partikulat diesel bertanggung jawab terhadap
peningkatan gangguan penyakit-penyakit paru-paru dan jantung bahkan di tingkat
pencemaran yang relative rendah (Colville, et al., 2001). Perhatian masyarakat terhadap
kualitas udara semakin besar ketika mengetahui dampaknya terhadap kesehatan
anakanak, terutama yang berhubungan dengan insiden dan prevalen asma. Walaupun
belum disepakatinya buktibukti yang menunjukkan bahwa asma disebabkan oleh
pencemaran udara, temuan terbaru menunjukkan bahwa pencemaran udara menjadi
pencetus gejalagejala asma.
Beberapa komponen hidrokarbon dari gas buang kendaraan bermotor, seperti polycyclic
aromatic hydrocarbons (PAH) pada partikel diesel, diketahui sebagai penyebab kanker,
demikian juga benzena dan 1,3-butadiene. CO, yang banyak ditemukan dalam
konsentrasi tinggi di perkotaan Negara berkembang, diketahui dapat memperburuk
penyakit jantung dengan cara mengganggu kapasitas darah dalam mengangkut oksigen.
Timbel yang digunakan sebagai peningkat oktana dalam bensin bertimbel diketahui
sebagai penyebab kerusakan susunan syaraf dan menurunkan tingkat kecerdasan (IQ).
Pajanan timbel jangka panjang menunjukkan pada setiap peningkatan 10 sampai 20 μg/dl
timbel darah berhubungan dengan kehilangan IQ dua poin (EPAQS, 1998).

Dalam studi-studi laboratorium, sudah sejak lama diketahui bahwa SO2 menyebabkan
batuk pada pajanan konsentrasi tinggi dalam jangka pendek, terutama terhadap mereka
yang menderita asma. Pencemar udara dari jalan raya sebagai penyebab gangguan
kesehatan di perkotaan negara maju saat ini adalah NO2 (Colville et al., 2001).
Keterkaitan antara NO2 dengan kesehatan masyarakat termasuk peningkatan total angka
kematian, kematian karena penyakit jantung, kematian bayi, kunjungan asma di unit
gawat darurat, dan perawatan penyakit paru di rumah sakit. NO2, bersama dengan
volatile organic compounds (VOCs) merupakan komponen penyebab munculnya ozon
(O3) dan pencemar fotokimia lainnya (Sillman, 1999). O3 telah diketahui memperparah
gejala asma, selain juga dapat merusak pertanian. Selain dampak kesehatan masyarakat
dan lingkungan perkotaan, emisi dari sarana transportasi turut berkontribusi terhadap
dampaknya bagi atmosfer seperti deposisi asam, penipisan ozon di stratosfer, dan
perubahan iklim global. Gas buang SO2 dan NOx lebih jauh dapat memunculkan proses
pengasaman di atmosfer melalui oksidasi, yang merubahnya menjadi asam sulfur dan
asam nitrat.

Meskipun pencemaran dari sarana transportasi masih jauh untuk menjadi sumber
penipisan lapisan ozon di stratosfer, namun unit penyejuk udara (AC) dalam kendaraan
bermotor ternyata ikut berkontribusi terhadap terjadinya dampak tersebut. Kontribusi
terbesar emisi dari transportasi adalah CO2 dan H2O, dikenal sebagai gas gas
greenhouse, yang di bawah pengawasan ketat berkaitan dengan dampaknya terhadap
pemanasan dan perubahan iklim global. Disamping manfaat penggunaannya dalam
menurunkan emisi NOx, VOCs, and CO, catalytic converter juga mempunyai kelemahan,
karena meningkatkan emisi CO2, N2O, dan NH3 yang berkontribusi pada perubahan
iklim dan deposisi asam. Sementara emisi dari N2O meningkat sebanyak 10 faktor
(Wade et al., 1994), N2O dalam skala kecil juga dianggap bertanggungjawab terhadap
pemanasan global. Sementara itu, sedikit saja peningkatan CO2 akan memberikan
dampak yang lebih besar.
(Gambar di atas menunjukkan pengaruh pencemaran udara bagi kesehatan manusia)

4. Pemecahan Masalah.

Dewasa ini sistem transportasi mengalami krisis, seperti krisis energi dan krisis
lingkungan terutama, pencemaran gas buang kendaraan bermotor. Upaya-upaya yang
telah dilakukan Ditjen perhubungan darat untuk meningkatkan kualitas emisi gas buang
kendaraan bermotor, antara lain: pendekatan teknologi ramah lingkungan inspection dan
and maintenance kendaraan bermotor, penetapan standar emisi gas buang untuk
kendaraan yang sudah berjalan serta pendekatan manajemen lalu-lintas yang baik.
Teknologi otomotif saat ini di upayakan untuk diubah atau ditingkatkan menjadi
teknologi berwawasan lingkungan salah satu pengembangan teknologi otomotif ramah
lingkungan yang telah dilakukan oleh industtri kendaraan bermotor adalah
penyempurnaan dari segi desain maupun perlengkapan treatment emisi gas buang.

Penanggulangan pencemaran udara tidak dapat dilakukan tanpa menanggulangi


penyebabnya. Mempertimbangkan sektor transportasi sebagai kontributor utama
pencemaran udara, maka sektor ini harus mendapat perhatian utama. kepada pemerintah
untuk memperbaiki sistem transportasi dengan sistem transportasi yang lebih ramah
lingkungan dan terjangkau oleh publik. Prioritas utama harus diberikan pada sistem
transportasi massal dan tidak berbasis kendaraan pribadi. pemerintah untuk segera
memenuhi komitmennya untuk memberlakukan pemakaian bensin tanpa timbal. Di
sektor industri, penegakan hukum harus dilaksanakan bagi industri pencemar.

Sumber dari pencemaran udara ruangan berasal dari asap rokok, pembakaran asap dapur,
bahan baku ruangan, kendaraan bermotor dan lain-lain yang dibatasi oleh ruangan.
Pencegahan pencemaran udara yang berasal dari ruangan bisa dipergunakan :
Ventilasi yang sesuai, yaitu usahakan polutan yang masuk ruangan seminimum mungkin.
Tempatkan alat pengeluaran udara dekat dengan sumber pencemaran. Usahakan
menggantikan udara yang keluar dari ruangan sehingga udara yang masuk keruangan
sesuai dengan kebutuhan. Filtrasi, dengan cara memasang filter yang dipergunakan
dalam ruangan untuk menangkap polutan dari sumbernya dan polutan dari udara luar
ruangan. Pembersihan udara secara elektronik. Udara yang mengandung polutan
dilewatkan melalui alat ini sehingga udara dalam ruangan sudah berkurang polutan-nya
atau disebut bebas polutan.

Penanggulangan pencemaran udara tidak dapat dilakukan tanpa


menanggulangi penyebabnya. Mempertimbangkan sektor transportasi
sebagai kontributor utama pencemaran udara maka sektor ini harus
mendapat perhatian utama.

Dewasa ini sistem transportasi mengalami krisis, seperti krisis energi dan krisis
lingkungan terutama, pencemaran gas buang kendaraan bermotor. Upaya-upaya yang
telah dilakukan Ditjen perhubungan darat untuk meningkatkan kualitas emisi gas buang
kendaraan bermotor, antara lain: pendekatan teknologi ramah lingkungan inspection dan
and maintenance kendaraan bermotor, penetapan standar emisi gas buang untuk
kendaraan yang sudah berjalan serta pendekatan manajemen lalu-lintas yang baik.
Teknologi otomotif saat ini di upayakan untuk diubah atau ditingkatkan menjadi
teknologi berwawasan lingkungan salah satu pengembangan teknologi otomotif ramah
lingkungan yang telah dilakukan oleh industtri kendaraan bermotor adalah
penyempurnaan dari segi desain maupun perlengkapan treatment
emisi gas buang.

Untuk memecahkan masalah polusi di dunia akibat berkembangnya atau bertumbuhnya


suatu Negara karena pembangunan saya mengambil contoh-contoh Negara yang bisa
menekan anka polusi di Negaranya tersebut dengan program uji layak kendaraan dan
teknologi kendaraan baru yang ramah lingkungan. permintaan negara bagian California
untuk memberlakukan aturan standar yang lebih ketat bagi penggunaan perangkat kendali
pencemaran untuk mobil dan truk di tahun 1970-an, para pembuat katalis mulai
memperbaiki mutu produk mereka dengan pengembangan sarana untuk memanaskan
katalis sehingga mesin kendaraan dapat hidup lebih cepat dan pencemaran berkurang.

Persyaratan California itu juga membangkitkan arus inovasi dalam industri kendaraan.
Walaupun mobil listrik merupakan salah satu kendaraan pertama di abad ini, teknologi
ini tak berkembang sampai California menetapkan penjualan kendaraan tanpa emisi
("zero-emitting vehicles/ZEV"), mulai model tahun 1998. Sejak saat itu, boleh dikatakan
semua pembuat mobil terkemuka di dunia, mulai BMW ampai General Motors, telah
mengembangkan kendaraan bertenaga baterai, demikian pula sebagian pembangkit
tenaga. Untuk membantu para pembuat mobil AS, pemerintah memberikan 8 juta dollar
AS kepada US Advanced Battery Consortium untuk mengembangkan baterai yang ringan
dan bertenaga tinggi.

Perintah pelaksanaan ZEV baru merupakan satu komponen dari berbagai aturan standar
pipa knalpot yang lebih ketat dan rumit yang disyaratkan oleh California dalam usahanya
untuk secara tajam menurunkan pencemaran dari mobil, truk, dan bus. Peraturan negara
bagian ini juga mensyaratkan penjualan kendaraan beremisi ultra-rendah ("ultra-low
emitting vehicles/ULEV") dan kendaraan transisi beremisi rendah ("transitional low
emitting vehicles/TLEV"), yang semuanya diperhitungkan untuk memasukkan tidak
hanya mobil-mobil yang lebih bersih, tetapi juga bahan bakar yang lebih bersih ke
pasaran. Sejauh ini, program California telah berhasil.

Konsepsi pemecahan masalah penanggulangan polusi ini dilakukan dengan menyusun


suatu strategi komprehensif yang melibatkan berbagai elemen terkait sehingga upaya
penanggulangan polusi tidak lagi dilaukan secara parsial dan tidak terkoordinasikan.
Konsepsi strategi berikut ini disusun dengan menggunakan pendekatan manajemen
bencana yang esensinya adalah pengurangan resiko bencana. Resiko selalu dikaitkan
dengan ketersediaan informasi sehingga besarnya probabilitas kejadian dan besarnya
dampak bisa diperhitungkan. Semakin miskin informasi, semakin sulit melakukan
kuantifikasi, maka semakin dekat ke arah ketidakpastian. Sebaliknya, semakin banyak
data dan informasi tersedia sehingga dapat mengkuantifikasinya, maka semakin tinggi
kualitas resiko, artinya akurasi kuantifikasi semakin baik. Polusi udara akibat asap
kendaraan bermotor seperti di Jakarta termasuk ke dalam kategori resiko karena ada data-
data yang bisa digunakan untuk memprediksi besarnya probabilitas dan dampak resiko
tersebut. Data tersebut dapat diperoleh dari hasil penelitian-penelitian terhadap kualitas
lingkungan hidup pada umumnya dan kualitas udara pada khususnya yang selanjutnya
dapat digunakan untuk membantu penghitungan kuantitas resiko polusi udara akibat asap
kendaraan bermotor di Jakarta.Berdasarkan karakteristik polusi udara akibat asap
kendaraan bermotor di Jakarta, maka hendaknya ditempuh strategi
penanggulangannya dengan tetap mengacu pada prinsip-prinsip manajemen bencana
yang meliputi tindakan-tindakan dalam siklus pengelolaan bencana (Disaster
Management Cycle), yaitu mitigation, risk reduction, prevention, preparedness, response
dan recovery yang tujuannya adalah :

(1) mencegah kehilangan jiwa; (2) mengurangi penderitaan manusia; (3) memberi
informasi masyarakat dan pihak berwenang mengenai risiko, serta (4) mengurangi
kerusakan infrastruktur utama, harta benda dan kehilangan sumber ekonomis sebagai
berikut :

a. Optimalisasi pelaksanaan uji emisi gas buang secara berkala dari setiap
kendaraan. Bagi kendaraan yang tidak lolos uji emisi harus masuk bengkel untuk
diperbaiki sehingga memenuhi standar emisi yang berlaku.

b. Sosialisasi kepada masyarakat agar sedapat mungkin menggunakan bahan bakar gas
karena bahan bakar gas lebih ramah lingkungan daripada bahan bakar minyak.

c. Penerbitan regulasi yang mewajibkan kepada Agen Tunggal Pemegang Merk


(ATPM) untuk memasang Catalytic Converter pada setiap kendaraan baru yang
hendak dipasarkan ke publik.

d. Upaya produksi bahan bakar alternatif yaitu Bahan Bakar Nabati (BBN).

e. Penggunaan teknologi plasma. Prinsip dari teknologi plasma dalam mengatasi


kandungan gas NOx atau SOx sangatlah mudah, plasma terbentuk dari
kumpulan electron bebas, ion serta atom, kemudian aksi-reaksi pada ion dan elektron
dalam plasma seperti reaksi ionisasi, eksitasi, dan dissosiasi dengan udara bebas
disekitarnya berlanjut dengan terbentuk spesies aktif (ion, elektron, molekul yang
mudah bereaksi) seperti Ozone, OH, O, NH 3
yang memiliki sifat radikal sangat mudah bereaksi dengan senyawa-senyawa yang
ada disekitarnya. Spesies aktif yang terbentuk ini kemudian bereaksi dengan gas NOx
atau SOx kemudian mengubah serta menguraikannya.Teknologi ini telah diterapkan
di Jepang dan cukup efektif mengatasi polusi udara.

f. Netralisasi pencemaran dengan metode biologis atau kimiawi untuk mengurangi


bahkan menghilangkan faktor pencemar/polutan, misalnya metode aerasi.

h. Penerbitan regulasi yang berisi pembatasan terhadap jumlah maksimal kendaraan


bermotor yang dapat dimiliki oleh tiap individu serta usia pakainya.
i. Perbaikan tata ruang kota dengan memperhatikan perkembangan kepadatan penduduk
beserta kawasan permukimannya dan peningkatan jumlah kendaraan bermotor.
j. Penggunaan teknologi untuk deteksi dini kualitas lingkungan hidup pada
umumnya dan kualitas udara pada khususnya sebagai sarana peringatan dini
manakala terjadi penurunan kualitas lingkungan hidup secara umum maupun kualitas
udara secara spesifik.
k. Penyusunan SOP (Standard Operational Prosedure) sebagai regulasi guna
menghadapi kontijensi (contigency plan) akibat dampak polusi yang melebihi
ambang batas dan mengakibatkan berbagai efek negatif, baik bagi masyarakat
maupun pemerintah.
l. Pemberian pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat untuk melakukan medical
check up guna mengetahui paparan bahan-bahan polutan dalam diri mereka, meliputi
unsur sulfor oksida, nitrogen oksida dan timbal. Bahkan pengobatan gratis bagi
masyarakat yang terbukti menderita penyakit akibat polusi asap kendaraan bermotor.

Upaya-upaya tersebut sekelumit sebagai pemecahan masalah polusi yang ada di muka
bumi ini umumnya dan di kota-kota besar khususnya. Dari daftar di atas membuktikan
bahwa penyumbang polusi terbesar adalah kota-kota besar dengan industri-industrinya
dan kendaraan-kendaraanya.

Kesimpulan.

Udara merupakan sumber yang sangat penting kepada semua kehidupan. Udara yang
tercemar sangat membahayakan kesihatan disamping memusnahkan harta benda.
Daripada perbincangan di atas, jelaslah kita melihat bahawa pencemaran udara adalah
amat berbahaya terhadap ekosistem hidupan bumi termasuklah manusia. Proses
pembangunan negara khususnya dalam bidang perindustrian merupakan punca utama
merosotnya kualiti udara. Namun ada sesetengah pihak yang masih melakukan
aktiviti pencemaran secara berleluasa, hal ini menyedihkan kita kerana kesedaran
masyarakat masih rendah. Oleh itu, masyarakat perlulah sedar supaya bekalan udara
bersih untuk kehidupan kita pada hari ini dan generasi akan datang terjamin.
Polusi merupakan masuknya mahluk hidup, zat, energy, atau komponen lain dalam
lingkungan yang menyebabakan berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia.
Polusi berarti masuknya bahan pencemar (polutan) sebagai akibat dari kegiatan manisia
atau proses alam yang ditemukan ditempat, saat, dan jumlah yang tidak selayaknya.
Polusi dapat kita jumpai , misalnya di tanah, air, udara, bahkam suara bising dari motor,
mesin dll.

Penyebab polusi adalah Beberapa kegiatan manusia yang dapat menimbulkan polusi
udara adalah: Transportasi, Industri, Pembangkit listrik, Pembakaran (perapian, kompor,
furnace, insinerator dengan berbagai jenis bahan bakar), Gas buang pabrik yang
menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC). Sumber alami seperti : Gunung berapi,
Rawa-rawa, Kebakaran hutan, Nitrifikasi dan denitrifikasi biologi. Sumber-sumber lain
seperti : Transportasi, Kebocoran tangki, Timbulan gas metana dari lahan uruk/tempat
pembuangan akhir sampah dan Uap pelarut organik. Dampak dari polusi sangatlah
banyak, antara lain
a). Dampak bagi kesehatan(pembawa sumber penyakit)
b). jalam jangka panjang mengakibatkan Efek Rumah kaca
c). Penipisan lapisan Ozon
d). Bisa terjadi hujan asam.
DAFTAR PUSTAKA

1. Republik Indonesia. Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang


Penanggulangan Bencana.

2. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Perda No. 2 Tahun 2002 tentang


Pengendalian Pencemaran Udara.

3. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Keputusan Gubernur Nomor 95 Tahun 2000


mengenai Pemeriksaan Emisi dan Perawatan Mobil Penumpang Pribadi.

4. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Keputusan Gubernur Nomor 533 Tahun 1977
tentang Kewajiban Pengujian bagi kendaraan bermotor ke bengkel-bengkel yang
telah dilengkapi alat pengujian asap (smoke tester).

5. Noorastuti, Tri Pipiet dan Lutfi Dwi Puji Astuti, “Fauzi Bowo Klaim Udara Jakarta
Makin Bersih.

6. Noorastuti, Pipiet Tri dan Zaky Al-Yamani, “Jakarta `Kota Polusi` Ketiga di Dunia”.

7. Djohanputro, Bramantyo, “Manajemen Bencana (Disaster Management).

8. Rusdibjono, “Ilmu Pemerintahan Dihubungkan dengan Peranan Departemen Dalam


Negeri terhadap Masalah Penanggulangan Bencana (Disasterology : Suatu Cabang
Ilmu Pengetahuan yang Baru Dikembangkan).

9. Pawitan, Hidayat, “Optimalisasi IPTEKS dalam Pengurangan Resiko Bencana”.

10. “Pencemaran Gas Nitrogen dan Partikel Debu Lampaui Batas” [Berita], Kompas.

11. http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan

12. http://www.bappedajakarta.go.id/udara.html

13. BAPEDAL. 1999. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. Catatan Kursus


pengelolaan Kualitas Udara. Jakarta

14. Fakuara, M. Y. 1987. Hutan Kota Ditinjau dari Aspek Nasional. Seminar Hutan
Kota DKI Jakarta

15. Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Penerbit Kanisius

16. Harmantyo, D. 1989. Studi tentang Hujan Masam di Wilayah Jakarta dan
Sekitarnya. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana IPB. Bogor

17. Hehanusa, P.E. 1986. Hujan Asam, Hakekat dan Dampak terhadap Lingkungan.
Panel Diskusi Pengamanan Sumberdaya Air dari Kemungkinan Hujan
Asam. KLH-ASAI. Jakarta

18. Kastiyowati, I. Dampak dan Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara. Staf


Puslitbang Tek Balitbang Dephan.

19. Rozari, M. Bl. 1986. Atmosfer. Bahan Kuliah Klimatology Dasar. Jurusan
Geofisika dan Meteorologi FMIPA-IPB. Bogor

20. Sutamihardja, R.T.M. 1985. Dampak pada Udara dan Kebisingan. Bahan Kuliah
Kursus AMDAL, PUSDI-PSL-IPB, Bogor

21. http://www.litbang.depkes.go.id/ekologi

22. http://yudi81.wordpress.com/2008/12/26/pengaruh-pencemaran-udara-terhadap-
kesehatan/

You might also like