You are on page 1of 2

PETANI? SIAPA TAKUT!!

Dalam suatu pertemuan berkumpullah lima pemuda dengan pakaian yang sangat
mencolok bedanya. Saat itu mereka sedang membicarakan profesi bapaknya. Saling
memamerkan pekerjaan bokapnya.
“Bapak gue seorang anggota DPR RI!” ucap pemuda pertama.
“Bapakku hanya seorang gubernur,” tutur pemuda kedua.
Giliran pemuda ketiga, “ Bapak gue seorang Bupati!”
“Ayahku seorang Camat,” ujar pemuda keempat.
Terakhir giliran pemuda kelima yang pakaiannya sangat sederhana dibanding
dengan keempat pemuda sebelummnya. “Bapakku hanya seorang petani,” katanya
dengan malu-malu. Sontak keempat pemuda lainnya tertawa mendengar hal tersebut.
Pernah gak sih ngalami seperti di atas? Ditertawakan karena orangtuanya hanya
seorang petani. Dipandang rendah hanya sebatas profesi. Profesi digunakan sebagai tolak
ukur martabat dalam masyarakat sekarang. Semua anak membanggakan kekayaan
orangtuanya. Berfoya-foya dengan limpahan harta. Terus, apa sih yang salah dengan
profesi petani? Masih dipandang sebagai profesi rendah. Belum lagi anak-anak yang
memiliki bapak seorang petani masih terlihat malu-malu. Malu karena petani identik
dengan kemiskinan. Padahal semua itu benar adanya.
Dulu saya juga begitu, bapakku seorang petani biasa. Saya sempat minder denga
teman-teman yang lebih mampu dalam hal kekayaan. Bapaknya yang pejabat lah, guru
lah, PNS lah, pengusaha lah, atau apalah. Mungkin kamu juga pernah mengalaminya.
Apakah tindakan kita itu benar? Salah besar, fren! Kita kudu bersyukur atas apa yang
Allah beriakn pada kita. Saat itulah saya mulai gak minder dengan keadaanku. Yang
bapakku hanya seorang petani.
Petani? Mungkin banyak orang yang masih memandangnya sebelah mata.
Meremehkan. Tapi kalau kita mau berpikir sejenak, sebenarnya profesi petani itu lebih
mulia dan terhormat. Asal kita tahu saja, beras yang kita makan tiap hari itu hal sepele.
Mayoritas masyarakat Indonesia memakan nasi tiap hari. Petani kudu menanam padi,
merawatnya dengan memberi pupuk, mengairi, dan menyiangi. Semua itu bukan
pekerjaan gampang, tak semudah membalikkan telapak tangan, coy! Belum lagi kalau
ada hama dan penyakit yang menyerang. Menambah pekerjaan si petani. Belum lagi
denga total hasil panen yang hanya 50% dari modal semula. Itupun kalau tidak gagal
panen. Toh petani tidak kapok menanam padi meski hasil panen selalu menurun dari
tahun ke tahun. Tanha yang makin tandus karena obat-obatan kimia.
Itulah fren!! Kita kudu lebih hormat pada para petani. Coba bayangin kalau petani
di dunia mogok, gak mau menanam padi aatau yang lainnya. Bisa kelaparan orang-orang
di dunia. Kalau bapakmu seorang petani, sama seperti bapak saya, salam buat bapakmu
ya….hehehe….
Apa sih yang dapat kita ambil pelajaran dari para petani?
Pertama, berani mengambil keputusan. Kita harus berani mengambil keputusan
untuk diri kita sendiri,. Ini soal pilihan, coy! Kamu kudu sunggu-sungguh. Kalau kamu
mau mejadi dokter, kuliah di fakultas kedokteran jangan di hukum. Atau kalau mau
menjadi penulis, kudu sering-sering nulis.
Kedua, tuntas. Kudu selesai. Pak tani takkan bisa panen bila salah satu pekerjaan
ditinggalkan. Tidak mungkin menanam padi langsung dapat dipanen. Harus melewati
tahap-tahapan tertentu. Begitu juga dengan kita, sering kali pekerjaan belum tuntas atau
selesai, pengen cepet-cepet dapat hasil.
Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh (urusan) yang lain. (Q.S. Al –
Ketiga, tekun. Setiap ketekunan pasti akan membuahkan hasil. Begitu juga
dengan kita, musti tekun dlam menghadapi masalah tuk meraih cita-cita kita. Thomas
Edison, penemu bolam, tidak pernah menyerah hingga melakukan percobaan ke 1000
untuk menemukan bola lampu. Yang perlu diingat, kesuksesan membutuhkan 1%
BAKAT + 99% KETEKUNAN.
Keempat, sabar. Setelah semua proses telah kita jalani, perlu dibarengi dengan
kesabaran. Segala sesuatu pasti adanya waktunya. Itu sudah Allah ta’ala atur untuk kita.
Ada masalah yang menghadang, hadapi dan sabar, coy!
“Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan
sabar dan shalat, sesungguhnya Allah senantiasa beserta orang-orang yang sabar”(Q.S Al
– Baqarah: 153).
Tuh kan, Men! Allah selalu bersama orang-ornag yang sabar menghadapi ujian
hidup. Masalah yang menimpa kita yakinlah bhwa Allah akan memberi jalan keluar.
Kelima, berkembang. Para petani akan mengupayakan banyak hal untuk
mendapat hasil panen yang lebih baik. Mereka akan berkembang dengan memutar otak
dalam menghadapi masalah. Masalah hama, penyakit, pupuk, pengairan, dan sebagainya.
Semakin waktu berjalan membuat si petani berpikir untuk lebih maju dari sebelumnya.
Bagaimana mendapatkan hasil yang lebih bagus dari panen sebelumnya.
Kita harus dapat membuat harapan tetap ada. Kita harus dapat tumbuh dengan
harapan yang kitya impikan. Intinya disini kita tidak boleh mengeluh. Jangan pernah
berhenti karena datangnya masalah. Kita gunakan masalah itu sebagai kendaraan untuk
kita maju dan berkembang.
Sikap jangan mudah mengeluh dapat kita ambil dari tanaman gurun, yaitu kaktus.
Kenapa kaktus? Kita tahu di gurun yang namanya air tentu sangat sulit. Tanaman gurun
yang tidak kebagian jatah air untuk mencukupi kebutuhan mereka tidak pernah mengeluh
dan mati. Tetapi mereka memanjangkan akar serta menyebarkannya kemana-kemana
untuk bisa mendapatkan air. Masak kita manusia kalah dengan tanaman gurun?
Harapan itu ditanam dalam hati, disirami dengan strategi baru yang diinovasi
dalam pikiran dan dirawat dengan ketekunan dalam aktivitas sehari-hari.
Tahu kan sekarang, profesi petani itu tak selamanya rendah. Buktinya dari petani
kita nmendapatkan inspirasi. Motivasi yang kadangkala kita butuhkan ternyata ada di
sekitar kita. Profesi petani tak melulu diremehkan dan dipandang sebelah mata. Bagi
bapaknya yang petani, jangan minder dan malu lagi mengakui bapaknya seorang petani.
Dengan inspirasi di atas kamu malah kudu bangga. Meski mereka Cuma seorang
petani biasa, yang pekerjaannya selalu di sawah. Bukan pejabat tinggi yang duduk di
departemen, gak punya titel dr, Ir, atau Profesor. Tetapi mereka adalah orang-orang
tangguh dan mulia. Manusia masa kini yang pastinya tetap dibutuhkan di masa depan.
Makanya sekarang jangan pernah menganggap rendah atau remeh profesi petani.
Petani? Siapa takut!!

You might also like