You are on page 1of 14

BAB I : PENDAHULUAN

1. Arti Penting Studi Kebijakan Publik


A. Tuntutan masyarakat yang semakin banyak dan beragam, memerlukan suatu kajian
berupa research and development sebelum kebijakan ditetapkan.
B. Dibutuhkannya kemampuan yang mendalam bagi para policy maker, analisis
kebijakan public dan penasehat kebijakan public .
C. Perkembangan global yang bermuara pada kompetisi dan implementasi model pasar
yang berkembang pesat membutuhkan perlunya kebijakan public disusun secara
strategis dalam rangka menghadapi berbagai persoalan yang melingkupi, baik internal
maupun eksternal.
2. Mispersepsi Tentang Ilmu Kebijakan Publik
Kebijakan Publik merupakan cabang ilmu pengetahuan yang multidisiplin dan hamper
menyentuh seluruh kehidupan public yang dimanage pemerintah.
3. Terminologi Publik
Public berarti masyarakat umum, rakyat umum, orang banyak.
4. Definisi Kebijakan Publik
A. Apapun yang tidak dilakukan atau yang dilakukan pemerintah (Howlett & Rhames)
B. Studi yang bersifat aplikabel dan mencakup beberapa analisis dalam kerangka
organisasi public (Quade)
C. Konsen terhadap masalah-masalah public yang butuh alternative solusi

BAB II : KONTEKS KEBIJAKAN PUBLIK

1. Aktor Aktor Terlibat Dalam Kebijakan Publik


A. Eksekutif (Aktor senior pada Kementrian, Kabinet atau Departemen, Gubernur,
Bupati)
B. Legislative (DPR, DPRD)
C. Aktor Privat (Organisasi, Kadin, HIPMI, REI)
D. Aktor Civil Society (LSM)
2. Membangun Jejaring Kebijakan
A. Pendekatan Advokasi Enterprenerial
Seseorang pambuat kebijakan public harus berusaha melakukan advokasi atau upaya
pendukung semaksimal mungkin agar proposal kebijakan public yang akan
ditetapkan dapat diterima dan didukung kuat berbagi pihak. Caranya, melakukan
pemahaman dan pengetahuan yang mendalam tentang pihak-pihak yang berkaitan.
B. Pendekatan Pengembangan Kebijakan
Mempunyai dasar pemikiran tentang arti penting mendesain, mengembangkan dan
mengoperasionalisasikan proses pembuatan keputusan dalam lingkup tanggung jawab
dan kewenangan pengambil kebijakan publik.
C. Pendekatan negosiasi
Pendekatan ini menfokuskan diri pada pemikiran agar penganbilan kebijakan public
harus mampu berkomunikasi dan melakukan bargaining dengan aktor – aktor
laindalam proses pembuatan keputusan. Pembuat kebijakan harus mampu menyusun
model negosiasi yang mempertimbangkan konteks, isu dan pihak-pihak yang
berkaitan dalam keputusan kebijakan public.
D. Pendekatan deliberasi public
Mendasarkan dan banyank dipengaruhi oleh teori-teori pembelajaran social (social
learning), kepemimpinan (leadership)dan deliberasi public (public deliberation).
Pendekatan ini meyakini dan menyarankan perlunya pelibatan public yang lebih luas
baik struktur formal maupun diluar struktur formal.
E. Pendekatan komunikasi strategis.
Mendasarkan diri pada pemikiran bahwa kemampuan persuasi, pemasaran dan
komunikasi sangat penting dimiliki oleh para kebijakan.
3. Kelembagaan Dalam Kebijakan
Alasan pokok mengapa kelembagaan memegang peranan penting dalam kebijakan public
A. Lembaga lah yang pada akhirnya akan menentukan apakah sebuah proposal kebijakan
public akan terus diproses sehingga menjadi produk kebijakan.
B. Kelembagaan bersifat kolektif dalam penentuan kebijakan public, pemahaman
tentang aspek koordinasi, kolaborasi dan kerja sama antar lembaga dalam proses
kebijakan public menjadi sangat penting.
C. Lembaga menentukan inovasi-inovasi yang perlu dilakukan untuk membuat atau
menindak lanjuti persoalan-persoalan public.
4. Kebijakan Dan Proses Politik
Kebijakan adalah produk dari sebuah proses politik sebagai bagian dari sebuah proses
politik, kebijakan public akan berkaitan dengan isu-isu dan aktor-aktor politik.
5. Siklus Kebijakan
Dimulai dari identifikasi isu-isu, kemudian terus berproses melalui analisis dan
implementasi, kemudian evaluasi dari dampak-dampak kebijakan dilanjutkan dengan
umpan balik kebijakan, dan seterusnya umpan balik ini menjadi bagian dari identifikasi
isu-isu tersebut. Keuntungan yang dapat diambil dari siklus kebijakan ini:
A. Menegaskan bahwa pemerintah itu merupakan proses yang melibatkan banyak
institusi yang berdiri independen tanpa korelasi dengan pihak lain.
B. Merupakan suatu model yang dapat digunakan untuk membantu mempermudah
kompleksitas kebijakan public.
C. Memberikan kesempatan yang bagus untuk secara sistematis dan analitis melakukan
kajian-kajian kebijakan public yang relevan dengan area yang akan dibahas.
D. Membantu pembuat kebijakan dan masyarakat banyak dalam menentukan langkah-
langkah srategis berkaitan dengan apa yang ingin dilakukan dalam sebuah kebijakan
public.
E. Juga akan memberikan gambaran yang komprehensip dan juga berbagai implikasi
yang perlu dimengerti oleh pihak yang berkepentingan dengan kebijakan public.
F. Digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai efektifites dan efisiensi sebuah
kebijakan.

BAB III: IDENTIFIKASI MASALAH KEBIJAKAN

1. Agenda Kebijakan
Yaitu sejumlah daftar masalah yang telah diidentifikasi oleh lembaga pengambil
keputusan untuk dijadikan pembahasan guna menentukan kebijakan public apa yang akan
diambil. Srategi yang bias mempengaruhi pembuatan daftar agenda kebijakan:
A. Lebih banyak tertarik kepada permasalahan-permasalahan dasar yang telah ada dalam
kewenangan daerah itu.
B. Lebih tertarik dengan masalah-masalah yang menantang khalayak banyak.
C. Adanya pressure atau tekanan yang cukup kuat dari berbagai pihak yang bersifat
politis, sosial, ekonomi atau psikologis baik secara halus atau vulgar.
2. Pencetusan Masalah
Merupakan tahap pertama yang penting dalam kerangka agenda kebijakan public. Salah
satu hal yang penting dan berpengsruh dalam pencetusan masalah adalah media massa.
Alasannya:
A. Punya segmen penbaca atau penonton yang lebih luas.
B. Merupakan wahana control yang cukup efektif terhadap sebuah kebijakan public
khususnya dalam konteks memberikan apresiasi positif atau negative kepada pembuat
kebijakan.
C. Sarana yang efektif bagi public maupun pemerintah untuk merealisasikan dan
menyampaikan kepentingan masing-masing khususnya dalam rangka pembentukan
kebijakan public yang bertumpu pada kebutuhan masyarakat.
3. Identifikasi Masalah
Tahapan atau strategi yang dapat dilakukan:
A. Adanya kesepkatan bahwa masalah yang dihadapi adalah hal tertentu dan jelas.
B. Menjanjikan kemungkinan realisasi solusi yang lebih meyakinkan.
C. Dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang jelas dengan konsekuensi positif.
D. Berkaitan langsung dengan ideology kepartaian.
Strategi dan keterampilan identifikasi masalah menyangkut beberapa hal:
1. Monitoring sacara sistematik
2. Membangun jejaring kebijakan
3. Konsultasi public
4. Pertukaran informasi antar berbagai organisasi, baik public, privat maupun LSM.
5. Perekaman masalah
4. Mengidentifikasi Masalah
Herbert simon membagi masalah menjadi dua:
1. Ill Structured yaitu masalah yang tidak tersrtuktur dengan jelas
2. Well structured problems yaitu masalah yang memungkinkan dipecahkan segera
secara jelas
5. Keterampilan Memahami Masalah
Strategi yang dapat dilakukan:
1. Banyak melakukan konsultasi public kepada masyarakat luas secara periodic
2. Banyak melakukan pembelajaran dengan mencoba memahami masalah secara
mendalam dengan pendekatan sebab akibat atau implikasi
3. Banyak melakukan studi banding dalam rangka mencari the best practice yang dapat
digunakan sebagai masukan dalam membuat sebuah kebijakan public
4. Banyak melakukan tindakan kepemimpinan yag dimulai dengan kemampuan
mendengarkan pendapat orang lain, merasakan pendapat atau keluhan orang lain.

BAB IV : ANALISIS KEBIJAKAN

1. Arti Penting Analisis Kebijakan


Ada 5 arti penting analisis kebijakan :
A. Dapat dijadikan dasar bagi semua penbuatan kebijakan publik
B. Memungkinkan sebuah kebijakan di desain secara sempurna dalam rangka
merealisasikan tujuan berbangsa dan bernegara.
C. Karna persoalan bersifat multi dimiensonal, saling terkait dan berkolerasi satu dengan
lainnya maka pihak analisis kebijakan harus berupa tim yang multi disiplin.
D. Memungkinkan tersedianya panduan yang komprehensif bagi pelaksanaan dan
evaluasi kebijakan.
E. Memberikan peluang yang lebih besar untuk meningkatkan partisipasi public
2. Siapakah Analisis Kebijakan Itu?
Yaitu yang mempunyai tugas pokok dalam mengkaji, mendalami, menimbang dan
memberikan sumbang saran terhadap sebuah proposal kebijakan public. Analisis
kebijakan resmi adalah pihak yang secara formal ditunjuk oleh penentu kebijakan. A
nalisis kebijakan tidak resmi(perorangan, kelompok atau organisasi ) adalah berbagai
pihak yang tanpa diminta secara formal oleh pengambil kebijakan.
3. Tahapan Analisis Dalam Kebijakan
A. Menformulasikan masalah kebijakan (LIPI, CSIS)
B. Menentukan tujuan dan sasaran.
C. Mengidentifikasi para meter kebijakan.
D. Mencari alternative-alternatif.
E. Memutuskan alternative-alternatif pilihan.
4. Tiga Model Dasar Analisis Kebijakan Publik
A. Model rasional komprehensip
Berkembang berdasarkan teori ekonomi yaitu teori public choice. Model ini
mendasarkan diri pada informasi yang komprehensip
B. Model incremental
Dipengaruhi sangat kuat oleh konsep administrative man. Mendasarkan diri pada
parardigma pemikiran bahwa kebijakan public merupakan perbaikan dari berbagai
kebijakan yang pernah ada.
C. Model campuran
Mendasarkan aplikasi pembuatan kebijakan dengan menggunakan rasional
komprehensip dan imkremental secara flesibel tergantung dari masalah dan konteks
yang dihadapinya.
5. Beberapa Teknik Analisis Kebijakan
A. SWOT Analysis
Merupakan metode dengan memperbandingkan berbagai factor internal(kekuatan dan
kelemahan) dan factor eksternal(kesempatan dan ancaman ) dalam rangka
menemukan suatu strategi yang paling tepat dan menguntungkan
B. CBA (cost benefit analysis)
Pendekatan ini mengukur apakah keuntungan ekonomi yang bias dihasilkan dari
sebuah rencana kebijakan public, membandingkan berbagai opsi yang dapat dipilih
untuk ditentukan mana yang paling menguntungkan untuk direalisasikan .
C. PEST Analysis
Mengkaji secara mendalam 4 faktor besar pokok(politik, ekonomi, technology dan
social) terhadap sebuah proposal kebijakan public
D. Balanced Scorecard Analysis
Menilai dan mempertimbangkan semua hal yang mempengaruhi sebuah rencana
tindakan organisasi.

BAB V : PERENCANAAN KEBIJAKAN

1. Konsep Perencanaan Kebijakan


A. Merupakan proses untuk menentukan dan mengatur persoalan-persoalan public dalam
rangka mencapai kesejahteraan bersama.
B. Proses merumuskan keputusan yang diambil untuk mengatasi masalah-masalah
public.
C. Proses pengatura permasalahan umum yang hanya bias dilakukan oleh lembaga yang
sah karna punya kekuatan memaksa kepada seluruh masyarakat tanpa pandang bulu.
2. Teori –Teori Yang Mempengaruhi Perencanaan Kebijakan
A. Teori pluralism
Teori ini berkembang menjadi 3 kelompok besar( teori kelompok, teori tiga wajah
kekuasaan, dan teori neo-pluralisme)
B. Teori Marxisme
Berkembang menjadi 4 teori ( teori instrumentalisme, teori structural funsional, teori
otonomi Negara dan teori sumber daya kekuasaan )
C. Teori Institusionalisme
Menekankan diri pada kelembagaan elit pemerintahan yang memang punya sumber
daya yang kuat dalam proses penyusunan kebijakan public.
3. Karakteriastik Perencanaan Yang Baik
Karakteristik perencanaan kebijakan yang baik :
A. Merupakan respon yang positif dan pro aktif terhadap kepentingan public.
B. Merupakan hasil dari kosultasi public, debat public ataupun analisis yang mendalam,
rasional dan memang ditujukan untuk kepentingan umum.
C. Merupakan hasil dari management partisipatif yang tetap membuka diri terhadap
masukan dan input sepanjang belum ditetapkan sebagai kebijakan.
D. Mudah dipahami, mudah dilakukan, mudah di evaluasi, indikatornya jelas sehingga
mekanisme akuntabilitasnya mudah pula.
E. Merupakan produk pemikiran yang panjang yang telah mempertimbangkan berbagai
hal yang mempengaruhinya.
F. Berfisi kedepan dan berdimensi luas dan bukan untuk kepentingan sesaat semata-
mata.
4. Perencanaan Strategis Dan Otonomi Daerah
Perencanaan strateegis adalah usaha yang serius dan disiplin untuk menghasilkan
keputusan-keputusan dan perbuatan-perbuatan yang pundamental yang menggambarkan
dan memandu tentang apakah organisasi itu, apa yang dilakukan dan mengapa
melakukan. Alasan dibutuhkannya perrencanaan strategis :
A. Menjadi panduan yang akan memfasilitasi kemana aktifitas organisasi harus
diarahkan
B. Dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan karna merupakan proses
sinergis dari berbagai elemen yang ada dalam sebuah organisasi.
C. Akan meningkatkan responsiveness sebuah organisasi sehingga mampu menciptakan
kinerja maksimal.
D. Akan mampu melayani “need of achievement” bagi para pelakunya.
BAB VI : IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

1. Kerangka Dasar implementasi


Kerangka implementasi harus di disain sejak kebijakan public itu disusun. Harus ada
desain dan peraturan yang jelas tentang lembaga-lembaga public mana saja yang terlibat,
siapa yang berkoordinasi, kerjasama, dan lain lainnya.
2. Kondisi Kesuksesan Implementasi
Menurut Howlett dan Ramesh (ahli kebijakan) , implementasi kebijakan dipengaruhi
oleh:
A. Pangkal tolak permasalahan yang jelas maka implementasi kebijakan public itu akan
berjalan lancar.
B. Tingkat keakutan masalah yang dihadapi pemerintah.
C. Dampak perilaku yang diharapkan

Menurut Bridgman & Davis, Fenna, dan Turner & Hulme:

A. Jika sebuah kebijakan public didesain tidak berdasarkan pada kerangka dan acuan
teori yang kuat dan jelas, maka implementasinya akan terganggu
B. Antera kebijakan dan implementasi harus disusun suatu korelasi yang jelas sehingga
konsekuensi yang diinginkan jelas pula
C. Implementasi kebijakan public akan gagal jika terlalu banyak lembaga yang bermain
D. Sosialisasi kebijakan kepada mereka yang akan melaksanakan kebijakan sangatlah
penting karena hal ini sangat mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan
E. Evaluasi kebijakan secara terus menerus terhadap sebuah kebijakan sangatlah penting
karena sebuah kebijakan akan berevolusi menjadi baik dan efisien
F. Untuk berhasil dengan baik, pembuat kebijakan public harus menaruh perhatian yang
sama terhadap implementasi dan perumusan kebijakan

Kondisi yang mempengaruhi kesuksesan sebuah implementasi kebijakan

A. Ada tidaknya keterbatasan-keterbatasan eksternal yang parah


B. Keterbatasan waktu dan sumberdaya yang cukup
C. Adanya dukungan kombinasi sumberdaya yang cukup dalam setiap tahapan
implementasi kebijakan
D. Analisis kasualitas akan banyak mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan
E. Perlunya sebuah lembaga coordinator, yang diperlukan untuk lebih dominan
mengelola tahapan-tahapan implementasi kebijakan
F. Dalam tahapan awal implementasi, harus ada kejelasan dan kesepakatan mengenai
tujuan dan sasaran apakah yang akan dituju
G. Adanya pembagian kerja yang jelas dalam setiap tahapan implementasi
H. Adanya koordinasi, komunikasi dan kerjasama yang baik antar lembaga pelaksana
kebijakan
I. Kepatuhan terhadap kesepakatan dan tujuan yang telah ditetapkan dalam koordinasi
implementasi tersebut, berpengaruh positif terhadap kesuksesan implementasi
kebijakan
3. Koordinasi Dalam Implementasi
Alasan pentingnya koordinasi dalam tahapan implementasi kebijakan:
A. Agar ada kejelasan arah, tujuan dan tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan
implementasi sebuah kebijakan public
B. Akan menumbuhkan kesatupaduan tindakan dan metode yang akan dipakai dalam
implementasi kebijakan public
C. Memungkinkan sharing of information dari berbagai agen pelaksana kebijakan
D. Memungkinkan partisipasi dan keterlibatan intensif dari berbagai elemen dan public
E. Memungkinkan pembagian pekerjaan yang jelas antara pelaksana kebijakan baik di
tingkat pusat maupun daerah

Agar koordinasi dalam implementasi kebijakan dapat berjalan dengan baik :

A. Adanya kesesuaian yang jelas antara kebijakan yang diambil dengan keputusan
pelaksanaannya
B. Perlakuan yang sama terhadap semua lembaga atau pihak yang terlibat
C. Perilaku yang baik dari para pegawai yang mengimplementasikan kebijakan tersebut
D. Adanya penghargaan yang kuat dari para implementer terhadap prosedur dan proses
yang mesti dilalui dalam implementasi kebijakan termasuk ketaatan terhadap
konsistensi terhadap deadline dari setiap tahapan dalam implementasi kebijakan
E. Adanya kejelasan tentang kebijakan dan tindakan pemerintah tentang apa diinginkan
dan akan dilakukan
4. Kegagalan Implementasi
Beberapa hal yang mempengaruhi tingkat kegagalan dari implementasi kebijakan public
A. Spesifikasi kebijakan yang tidak lengkap
B. Instansi yang tidak cocok
C. Tujuan yang saling berlawanan
D. Insentif tidak memadai
E. Ketidak jelasan arah implementasi
F. Keterbatasan keahlian
G. Sumberdaya administrasi yang terbatas
H. Kegagalan komunikasi
BAB VII : EVALUASI KEBIJAKAN

1. Konteks Evaluasi Kebijakan


Evaluasi kebijakan dilakukan setelah kebijakan public itu diimplementasikan dalam
rangka untuk menguji tingkat kegagalan dan keberhasilan, keefektifan dan
keefisienannya. Dilakukan secara serius, jujur dan professional. Tujuannya:
A. Untuk menguji apakah kebijakan yang diimplementasikan telah mencapai tujuannya
B. Untuk menunjukan akuntabilitas pelaksana public terhadap kebijakan yang telah
diimplementasikan
C. Untuk memberikan masukan pada kebijakan-kebijakan public yang akan dating

Kebijakan dapat membantu dalam hal:

A. Menilai apakah kebijakan itu masih relevan untuk dipertahankan dalam konteks
perubahan dewasa ini
B. Memberikan pemikiran apakah ada cara lain yang lebih efektif efisien dalam
implementasi kebijakan
C. Menguji apakah dampak kebijakan yang diinginkan sudah tercapai sebagaimana yang
tertulis
D. Menilai apakah program tersebut perlu diperluas, dipersempit, diperpanjang atau
mungkin dihentikan sama sekali
E. Memutuskan apakah pada masa yang akan dating sumber daya pendukung kebijakan
tersebut perlu ditambah, dikurangi atau dihentikan total.
F. Membantu meningkatkan kredibilitas pemerintah khususnya berkaitan dengan
akuntabilitas kebijakan public pada umumnya
2. Siapakah Evaluator Itu?

Sejalan dengan asas demokrasi dalam penyelenggaraan urusan public semua orang
berhak untuk melakukan kajian dan evaluasi terhadap sebuah kebijakan public,
Indonesian Corruption Watch, Local Government Watch, Legislative Watch contohnya.
BPK, BPKP, DPR, DPRD merupakan elamen evaluasi kebijakan public utama yang
mempunyai legitimasi formal untuk menentukan kegagalan, keberhasilan atau
penyelewengan kebijakan public.

3. Tipe-Tipe Evaluasi
Menurut Finance ada 4 dasar tipe evaluasi sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai,
yaitu:
A. Evaluasi Kecocokan yang menguji dan mengevaluasi apakah kebijakan yang sedang
berlangsung cocok untuk dipertahankan atau apakah kebijakan baru dibutuhkan untuk
mengganti kebijakan yang lama.
B. Evaluasi Efektifitas yang menguji dan menilai apakah program kebijakan tersebut
menghasilkan hasil dan dampak kebijakan yang diharapkan. Apakah tujuan yang
ingin dicapai terwujud. Apakah dampaknya sebanding dengan usaha yang telah
dilakukan.
C. Evaluasi Efesiensi yang menguji dan menilai berdasarkan tolak ukur ekonomis
D. Meta Evaluasi yang menguji dan menilai proses evaluasi itu sendiri.
4. Pengukuran Evaluasi
Secara umum evaluasi kinerja kebijakan mengacu pada 4 indikator pokok, yaitu:
A. Indicator Input, yang menilai apakah sumberdaya pendukung ( uang, manusia dan
infrastruktur pendukung) dan bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk
melaksanakan kebijakan.
B. Indicator Outputs, yang menilai hasil atau produk yang dapat dihasilkan dari sistim
atau proses kebijakan public.
C. Indicator Proses, yang menilai bagaimana sebuah kebijakan ditransformasikan dalam
bentuk pelayanan langsung kepada masyarakat.
D. Indicator Outcomes (dampak) yang focus pada pertanyaan dampak yang diterima
oleh masyarakat luas atau pihak yang terkena kebijakan.
5. Penemuan, Rekomendasi Dan Implikasi
Evaluasi terhadap kebijakan pasti menghasilkan temuan, baik positif maupun negative.
Atas temuan itu muncul rekomendasi dengan tiga alternative utama, yaitu:
A. Kebijakan itu tetap dipertahankan sesuai dengan kondisi saat itu
B. Kebijakan itu diperluas cakupannya karene berhasil baik
C. Kebijakan itu dihentikan karena tidak mencapai target yang diinginkan

BAB VIII : UMPAN BALIK KEBIJAKAN

1. Tahap Sering Terlupakan


Alasan umpan balik tidak mendapat porsi perhatian yang cukup dalam kebijakan public:
A. Sebagian besar praktisi kebijakan public Indonesia berpendapat bahwa proses
kebijakan public berakhir pada evaluasi
B. Sebagian besar praktisi kebijakan beranggapan bahwa umpan balik sebagai proses
penyerapan aspirasi rakyat sudah cukup dilakukan dalam proses pembuatan
keputusan yang dilakukan melalui tahapan agenda setting dan analisis kebijakan.
C. Karena umpan balik merupakan wujud dari demokrasi dimana melibatkan opini
public biasanya memerlukan waktu lama maka sebagian besar praktisi kebijakan
memilih untuk tidak melakukan karena pertimbangan praktis ini.
D. Umpan balik kadang-kadang justru dianggap sebagai factor yang bias saja
menyebabkan kegagalan kebijakan public.
2. Arti Penting Umpan Balik
1. Merupakan sebuah political correctness yang bertujuan memberikan masukan untuk
mengkoreksi berbagai kesalahan yang telah dilakukan dalam tahapan sebelumnya.
2. Memberikan legitimasi baru bagi sebuah kebijakan public.
3. Memungkinkan partisipasi politik rakyat yang lebih banyak dan lebih baik.
4. Memberikan kesempatan pemerintah dan masyarakat bertukar fikiran, pendapat dan
gagasan mengenai sebuah kebijakan.
5. Merupakan upaya pembantuan untuk meringankan beban pemerintah.
3. Strategi Umpan Balik
Ada beberapa straregi yg bisa ditempuh:
1. Brainstorming (strategi curah fikir) tidak hanya dilakukan dalam perencanaan, tapi
bias juga dilakukan dalam tahapan pasca evaluasi kebijakan, yaitu dalam rangka
mendapatkan masukan-masukan baru untuk kebijakan-kebijakan sejenis pada masa
yang akan dating.
2. Seminar dan Lokakarya
3. Survey, yang merupakan bagian dari tahap penelitian.
4. Public Opinion Polling (Strategi Pengumpulan Pendapat)
5. Strategi Turun Ke bawah adalah bentuk konsultasi public dimana para pembuat
keputusan melakukan studi langsung ke lapangan guna mendapatkan berbagai
masukan dan tanggapan.
6. Public Meeting (Strategi Pertemuan Umum) misalnya rembug desa.
4. Hambatan Di Lapangan
Hambatan dalam melaksanakan umpan balik:
1. Keengganan (unwillingness), karena butuh waktu lama dan biaya yang mahal
2. Ketidaktahuan yang membuat tidak peduli dengan umpan balik
3. Keterbatasan Kemampuan
4. Merasa tidak diperlukan
5. Keterbatasan partisipasi

BAB IX : KASUS KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH: CATATAN KRITIS

1. Salah Kaprah Otonomi Daerah Di Indonesia


A. Konsep otonomi daerah itu sendiri, yang seharusnya desentralisasi, karena
desentralisasi merupakan transfer of management from the central to local
governments.
B. Fungsi pemerintah pusat dan organisasinya, dalam hal ini tidak ada alas an bagi
daerah untuk menolak, dikoordinasi, disupervisi ataupun dievaluasi oleh pemerintah
pusat serta perangkatnya.
C. Menyangkut Kewenangan yang berbeda antara pusat dan daerah sesuai dengan
maksud dan kepentingan masing-masing.
D. Struktur organisasi dan tata kerja.
E. Arogansi daerah
F. Konsep Putra Daerah yang bias berkembang menjadi sikap anti pluralism.
G. Menyangkut tentang DPRD
H. Menyangkut soal manajemen keuangan.
I. Anggaran pembangunan yang sangat kecil disbanding anggaran rutin
J. Menyangkut inkonsistensi kebijakan.
K. Banyak Perda dan Retribusi yang berupa pungutan daerah

Masalah yang dihadapi dalam implementasi otonomi daerah:

A. UU No. 22/1999 dan 25/1999, kebijakan yang sangat gegabah dan tidak hati-hati
karena UU tersebut bukan merupakan kesepakatan Pusat dan daerah, tapi lebih karena
desakan dan kepentingan politik tertentu khususnya oleh Pusat.
B. Penyerapan pegawai pusat ke daerah yang tidak ditangani dengan baik.
C. Akuntabilitas yang dipertanyakan.
D. Kepemimpinan pemerintah pusat untuk melaksanakan otonomi daerah yang terbatas
dan lebih banyak memberikan perintah ketimbang turun ke bawah memberikan
supervise, teladan dan koordinasi.
2. Sistim Politik Lokal Tidak Ideal
Hal ini dilihat dari tiga aspek, yaitu:
A. Krisis Keterwakilan yaitu kondisi dimana rakyat pemilih tidak lagi mempercayai
bahwa wakilnya mampu mengelola aspirasinya diikuti dengan ketidak sensitifan
anggota perwakilan untuk merespon nasib rakyat.
B. Nuansa Kepentingan Pribadi
C. Pertanggungjawaban Yang Tidak Akuntabel
3. Pemilihan kepala Daerah Langsung: Solusi Ideal
Kondisi yang palind ideal pada konteks otonomi daerah saat ini, khususnya untuk
mengikis krisis keterwakilan dan krisis kualitas parpol adalah perlunya Kepala daerah
(Gubernur, Walikota/Bupati) dipilih langsung olrh rakyat daerahnya sehingga
bertanggung jawab kepada rakyat dan tidak melalui agen , yakni DPRD. Selain Pilkada
langsung sebagai alternative solusi, ada beberapa masukan yang bias dijadikan dasar
pemikiran untuk memperbaiki implementasi otonomi daerah, yaitu:
A. Perlunya pendampingan kepada daerah agar mereka mampu melaksanakan otonomi
daerah atas dasar kerangka dasar intelektual, kepraktisan dan kemampuan teknis yang
mendasar.
B. Penelitian yang mendalam tentang implementation plan sehingga daerah punya
kejelasan arah dan tujuan dari otonomi daerah.
C. Harus mempertimbangkan bottom up management dalam rangka pendemokrasian
lembaga-lembaga di daerah baik legislative maupun eksekutif.
D. Menuntaskan PP dan nturan lainnya yang tidak controversial sehingga kejelasan
implementasi menjadi nyata dan tidak berbenturan satu sama lain.
E. Harus mengembangkan transition plan
F. Harus ada kejelasan tentang kewenangan pengelolaan yang lebih jelas dan transparan
kepada daerah.
4. Masa Depan Otonomi Daerah
Berdasarkan pada pratek kesalah kaprahan dan ketidak idealan sistim politik local saat
ini, masa depan otonomi daerah di Indonesia akan diwarnai empat hal pokok:
A. Otonomi daerah di Indonesia akan diwarnai dengan eksperimen (full trials and errors)
B. Akan penuh dinamika
C. Akan diwarnai kekecewaan yang berasal dari Pusat maupun Daerah atau masyarakat
umum yang tidak puas dengan penyelenggaraan otonomi daerah.
D. Akan diwarnai inkonsistensi kebijakan.

BAB X : PENUTUP

1. Prospek Ke Depan
Kebijaka public ke depan akan sangat dibutuhkan khususnya bagaimana menyusun
kebijakan yang sesuai dengan kehendak dan aspirasi umum. Analisis-analisis kebijakan
akan semakin dibutuhkan khususnya dalam rangka memberikan bantuan dan kontribusi
terhadap lembaga-lembaga pembuatan kebijakan public di Pusat maupun Daerah.
2. Kebijakan Dan Teknologi Informasi
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari perkembangan teknologi informasi bagi ilmu
kebijakan public:
A. Teknologi Informasi akan banyak membantu dan menyumbangkan berbagai
informasi yang berkembang di lingkungan masyarakat.
B. Teknologi informasi memungkinkan benchmarking dari berbagai praktek yang terjadi
di dunia, kemudian dijadikan sebagai masukan dalam rangka menyusun kebijakan
public yang akuntabel dan demokratis.
C. Teknologi informasi memungkinkan para analisis dan pembuat kebijakan dapat lebih
intens melakukan kontak satu sama lain karena ketidakterbatasan untuk saling
berhubungan.
D. Teknologi informasi memungkinkan umpan balik yang cepat sesuai kebutuhan
analisis dan pembuat kebijakan.
3. Kebijakan Dan Manajemen Publik
Ke depan, kebijakan dan manajemen public akan semakin dibutuhkan dan berkembang
dan tentunya membutuhkan inovasi-inovasi baru dalam rangka menyempurnakan praktek
kebijakan dan manajemen public di Indonesia.
4. Kebijakan Dan Otonomi Daerah
Untuk memberdayakan Daerah, kedepannya berbagai stakeholders yang ada khususnya
para pihak perguruan tinggi, lembaga penelitian, pusat-pusat kajian dan berbagai lembaga
riset lainnya harus memberikan kesempatan yang lebih luas kepada Daerah dengan jalan
memberikan pendampingan dan transfer of knowledge sehingga suatu saat Daerah benar-
benar mampu merencanakan kebijakan publiknya sendiri. Bukan seperti sekarang ini,
Daerah memilih dibuatkan rencana kebijakan atau tugas lainnya.

You might also like