Professional Documents
Culture Documents
1. Agenda Kebijakan
Yaitu sejumlah daftar masalah yang telah diidentifikasi oleh lembaga pengambil
keputusan untuk dijadikan pembahasan guna menentukan kebijakan public apa yang akan
diambil. Srategi yang bias mempengaruhi pembuatan daftar agenda kebijakan:
A. Lebih banyak tertarik kepada permasalahan-permasalahan dasar yang telah ada dalam
kewenangan daerah itu.
B. Lebih tertarik dengan masalah-masalah yang menantang khalayak banyak.
C. Adanya pressure atau tekanan yang cukup kuat dari berbagai pihak yang bersifat
politis, sosial, ekonomi atau psikologis baik secara halus atau vulgar.
2. Pencetusan Masalah
Merupakan tahap pertama yang penting dalam kerangka agenda kebijakan public. Salah
satu hal yang penting dan berpengsruh dalam pencetusan masalah adalah media massa.
Alasannya:
A. Punya segmen penbaca atau penonton yang lebih luas.
B. Merupakan wahana control yang cukup efektif terhadap sebuah kebijakan public
khususnya dalam konteks memberikan apresiasi positif atau negative kepada pembuat
kebijakan.
C. Sarana yang efektif bagi public maupun pemerintah untuk merealisasikan dan
menyampaikan kepentingan masing-masing khususnya dalam rangka pembentukan
kebijakan public yang bertumpu pada kebutuhan masyarakat.
3. Identifikasi Masalah
Tahapan atau strategi yang dapat dilakukan:
A. Adanya kesepkatan bahwa masalah yang dihadapi adalah hal tertentu dan jelas.
B. Menjanjikan kemungkinan realisasi solusi yang lebih meyakinkan.
C. Dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang jelas dengan konsekuensi positif.
D. Berkaitan langsung dengan ideology kepartaian.
Strategi dan keterampilan identifikasi masalah menyangkut beberapa hal:
1. Monitoring sacara sistematik
2. Membangun jejaring kebijakan
3. Konsultasi public
4. Pertukaran informasi antar berbagai organisasi, baik public, privat maupun LSM.
5. Perekaman masalah
4. Mengidentifikasi Masalah
Herbert simon membagi masalah menjadi dua:
1. Ill Structured yaitu masalah yang tidak tersrtuktur dengan jelas
2. Well structured problems yaitu masalah yang memungkinkan dipecahkan segera
secara jelas
5. Keterampilan Memahami Masalah
Strategi yang dapat dilakukan:
1. Banyak melakukan konsultasi public kepada masyarakat luas secara periodic
2. Banyak melakukan pembelajaran dengan mencoba memahami masalah secara
mendalam dengan pendekatan sebab akibat atau implikasi
3. Banyak melakukan studi banding dalam rangka mencari the best practice yang dapat
digunakan sebagai masukan dalam membuat sebuah kebijakan public
4. Banyak melakukan tindakan kepemimpinan yag dimulai dengan kemampuan
mendengarkan pendapat orang lain, merasakan pendapat atau keluhan orang lain.
A. Jika sebuah kebijakan public didesain tidak berdasarkan pada kerangka dan acuan
teori yang kuat dan jelas, maka implementasinya akan terganggu
B. Antera kebijakan dan implementasi harus disusun suatu korelasi yang jelas sehingga
konsekuensi yang diinginkan jelas pula
C. Implementasi kebijakan public akan gagal jika terlalu banyak lembaga yang bermain
D. Sosialisasi kebijakan kepada mereka yang akan melaksanakan kebijakan sangatlah
penting karena hal ini sangat mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan
E. Evaluasi kebijakan secara terus menerus terhadap sebuah kebijakan sangatlah penting
karena sebuah kebijakan akan berevolusi menjadi baik dan efisien
F. Untuk berhasil dengan baik, pembuat kebijakan public harus menaruh perhatian yang
sama terhadap implementasi dan perumusan kebijakan
A. Adanya kesesuaian yang jelas antara kebijakan yang diambil dengan keputusan
pelaksanaannya
B. Perlakuan yang sama terhadap semua lembaga atau pihak yang terlibat
C. Perilaku yang baik dari para pegawai yang mengimplementasikan kebijakan tersebut
D. Adanya penghargaan yang kuat dari para implementer terhadap prosedur dan proses
yang mesti dilalui dalam implementasi kebijakan termasuk ketaatan terhadap
konsistensi terhadap deadline dari setiap tahapan dalam implementasi kebijakan
E. Adanya kejelasan tentang kebijakan dan tindakan pemerintah tentang apa diinginkan
dan akan dilakukan
4. Kegagalan Implementasi
Beberapa hal yang mempengaruhi tingkat kegagalan dari implementasi kebijakan public
A. Spesifikasi kebijakan yang tidak lengkap
B. Instansi yang tidak cocok
C. Tujuan yang saling berlawanan
D. Insentif tidak memadai
E. Ketidak jelasan arah implementasi
F. Keterbatasan keahlian
G. Sumberdaya administrasi yang terbatas
H. Kegagalan komunikasi
BAB VII : EVALUASI KEBIJAKAN
A. Menilai apakah kebijakan itu masih relevan untuk dipertahankan dalam konteks
perubahan dewasa ini
B. Memberikan pemikiran apakah ada cara lain yang lebih efektif efisien dalam
implementasi kebijakan
C. Menguji apakah dampak kebijakan yang diinginkan sudah tercapai sebagaimana yang
tertulis
D. Menilai apakah program tersebut perlu diperluas, dipersempit, diperpanjang atau
mungkin dihentikan sama sekali
E. Memutuskan apakah pada masa yang akan dating sumber daya pendukung kebijakan
tersebut perlu ditambah, dikurangi atau dihentikan total.
F. Membantu meningkatkan kredibilitas pemerintah khususnya berkaitan dengan
akuntabilitas kebijakan public pada umumnya
2. Siapakah Evaluator Itu?
Sejalan dengan asas demokrasi dalam penyelenggaraan urusan public semua orang
berhak untuk melakukan kajian dan evaluasi terhadap sebuah kebijakan public,
Indonesian Corruption Watch, Local Government Watch, Legislative Watch contohnya.
BPK, BPKP, DPR, DPRD merupakan elamen evaluasi kebijakan public utama yang
mempunyai legitimasi formal untuk menentukan kegagalan, keberhasilan atau
penyelewengan kebijakan public.
3. Tipe-Tipe Evaluasi
Menurut Finance ada 4 dasar tipe evaluasi sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai,
yaitu:
A. Evaluasi Kecocokan yang menguji dan mengevaluasi apakah kebijakan yang sedang
berlangsung cocok untuk dipertahankan atau apakah kebijakan baru dibutuhkan untuk
mengganti kebijakan yang lama.
B. Evaluasi Efektifitas yang menguji dan menilai apakah program kebijakan tersebut
menghasilkan hasil dan dampak kebijakan yang diharapkan. Apakah tujuan yang
ingin dicapai terwujud. Apakah dampaknya sebanding dengan usaha yang telah
dilakukan.
C. Evaluasi Efesiensi yang menguji dan menilai berdasarkan tolak ukur ekonomis
D. Meta Evaluasi yang menguji dan menilai proses evaluasi itu sendiri.
4. Pengukuran Evaluasi
Secara umum evaluasi kinerja kebijakan mengacu pada 4 indikator pokok, yaitu:
A. Indicator Input, yang menilai apakah sumberdaya pendukung ( uang, manusia dan
infrastruktur pendukung) dan bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk
melaksanakan kebijakan.
B. Indicator Outputs, yang menilai hasil atau produk yang dapat dihasilkan dari sistim
atau proses kebijakan public.
C. Indicator Proses, yang menilai bagaimana sebuah kebijakan ditransformasikan dalam
bentuk pelayanan langsung kepada masyarakat.
D. Indicator Outcomes (dampak) yang focus pada pertanyaan dampak yang diterima
oleh masyarakat luas atau pihak yang terkena kebijakan.
5. Penemuan, Rekomendasi Dan Implikasi
Evaluasi terhadap kebijakan pasti menghasilkan temuan, baik positif maupun negative.
Atas temuan itu muncul rekomendasi dengan tiga alternative utama, yaitu:
A. Kebijakan itu tetap dipertahankan sesuai dengan kondisi saat itu
B. Kebijakan itu diperluas cakupannya karene berhasil baik
C. Kebijakan itu dihentikan karena tidak mencapai target yang diinginkan
A. UU No. 22/1999 dan 25/1999, kebijakan yang sangat gegabah dan tidak hati-hati
karena UU tersebut bukan merupakan kesepakatan Pusat dan daerah, tapi lebih karena
desakan dan kepentingan politik tertentu khususnya oleh Pusat.
B. Penyerapan pegawai pusat ke daerah yang tidak ditangani dengan baik.
C. Akuntabilitas yang dipertanyakan.
D. Kepemimpinan pemerintah pusat untuk melaksanakan otonomi daerah yang terbatas
dan lebih banyak memberikan perintah ketimbang turun ke bawah memberikan
supervise, teladan dan koordinasi.
2. Sistim Politik Lokal Tidak Ideal
Hal ini dilihat dari tiga aspek, yaitu:
A. Krisis Keterwakilan yaitu kondisi dimana rakyat pemilih tidak lagi mempercayai
bahwa wakilnya mampu mengelola aspirasinya diikuti dengan ketidak sensitifan
anggota perwakilan untuk merespon nasib rakyat.
B. Nuansa Kepentingan Pribadi
C. Pertanggungjawaban Yang Tidak Akuntabel
3. Pemilihan kepala Daerah Langsung: Solusi Ideal
Kondisi yang palind ideal pada konteks otonomi daerah saat ini, khususnya untuk
mengikis krisis keterwakilan dan krisis kualitas parpol adalah perlunya Kepala daerah
(Gubernur, Walikota/Bupati) dipilih langsung olrh rakyat daerahnya sehingga
bertanggung jawab kepada rakyat dan tidak melalui agen , yakni DPRD. Selain Pilkada
langsung sebagai alternative solusi, ada beberapa masukan yang bias dijadikan dasar
pemikiran untuk memperbaiki implementasi otonomi daerah, yaitu:
A. Perlunya pendampingan kepada daerah agar mereka mampu melaksanakan otonomi
daerah atas dasar kerangka dasar intelektual, kepraktisan dan kemampuan teknis yang
mendasar.
B. Penelitian yang mendalam tentang implementation plan sehingga daerah punya
kejelasan arah dan tujuan dari otonomi daerah.
C. Harus mempertimbangkan bottom up management dalam rangka pendemokrasian
lembaga-lembaga di daerah baik legislative maupun eksekutif.
D. Menuntaskan PP dan nturan lainnya yang tidak controversial sehingga kejelasan
implementasi menjadi nyata dan tidak berbenturan satu sama lain.
E. Harus mengembangkan transition plan
F. Harus ada kejelasan tentang kewenangan pengelolaan yang lebih jelas dan transparan
kepada daerah.
4. Masa Depan Otonomi Daerah
Berdasarkan pada pratek kesalah kaprahan dan ketidak idealan sistim politik local saat
ini, masa depan otonomi daerah di Indonesia akan diwarnai empat hal pokok:
A. Otonomi daerah di Indonesia akan diwarnai dengan eksperimen (full trials and errors)
B. Akan penuh dinamika
C. Akan diwarnai kekecewaan yang berasal dari Pusat maupun Daerah atau masyarakat
umum yang tidak puas dengan penyelenggaraan otonomi daerah.
D. Akan diwarnai inkonsistensi kebijakan.
BAB X : PENUTUP
1. Prospek Ke Depan
Kebijaka public ke depan akan sangat dibutuhkan khususnya bagaimana menyusun
kebijakan yang sesuai dengan kehendak dan aspirasi umum. Analisis-analisis kebijakan
akan semakin dibutuhkan khususnya dalam rangka memberikan bantuan dan kontribusi
terhadap lembaga-lembaga pembuatan kebijakan public di Pusat maupun Daerah.
2. Kebijakan Dan Teknologi Informasi
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari perkembangan teknologi informasi bagi ilmu
kebijakan public:
A. Teknologi Informasi akan banyak membantu dan menyumbangkan berbagai
informasi yang berkembang di lingkungan masyarakat.
B. Teknologi informasi memungkinkan benchmarking dari berbagai praktek yang terjadi
di dunia, kemudian dijadikan sebagai masukan dalam rangka menyusun kebijakan
public yang akuntabel dan demokratis.
C. Teknologi informasi memungkinkan para analisis dan pembuat kebijakan dapat lebih
intens melakukan kontak satu sama lain karena ketidakterbatasan untuk saling
berhubungan.
D. Teknologi informasi memungkinkan umpan balik yang cepat sesuai kebutuhan
analisis dan pembuat kebijakan.
3. Kebijakan Dan Manajemen Publik
Ke depan, kebijakan dan manajemen public akan semakin dibutuhkan dan berkembang
dan tentunya membutuhkan inovasi-inovasi baru dalam rangka menyempurnakan praktek
kebijakan dan manajemen public di Indonesia.
4. Kebijakan Dan Otonomi Daerah
Untuk memberdayakan Daerah, kedepannya berbagai stakeholders yang ada khususnya
para pihak perguruan tinggi, lembaga penelitian, pusat-pusat kajian dan berbagai lembaga
riset lainnya harus memberikan kesempatan yang lebih luas kepada Daerah dengan jalan
memberikan pendampingan dan transfer of knowledge sehingga suatu saat Daerah benar-
benar mampu merencanakan kebijakan publiknya sendiri. Bukan seperti sekarang ini,
Daerah memilih dibuatkan rencana kebijakan atau tugas lainnya.