makalah ini bersifat tulisan ringan yang memberi bobot pemahaman yang filosofis sehingga memicu semangat belajar kita. bacalah dengan hati-hati dan cermatilah maknanya. kendra
makalah ini bersifat tulisan ringan yang memberi bobot pemahaman yang filosofis sehingga memicu semangat belajar kita. bacalah dengan hati-hati dan cermatilah maknanya. kendra
Copyright:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Available Formats
Download as DOC, PDF, TXT or read online from Scribd
makalah ini bersifat tulisan ringan yang memberi bobot pemahaman yang filosofis sehingga memicu semangat belajar kita. bacalah dengan hati-hati dan cermatilah maknanya. kendra
Copyright:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Available Formats
Download as DOC, PDF, TXT or read online from Scribd
Kita mesti berjuang memerangi diri bercermin dan banyaklah bercermin.....
sepenggal syair lagu Ebiet G Ade. Sering bercermin akan menjadikan diri kita lebih baik dari hari kemarin., itulah orang yang beruntung. Kurang bercermin akan menjerumuskan diri kita secara perlahan. Bercermin pada hakikatnya adalah untuk mengukur apakah batin dan lahir kita sudah sesuai atau belum, sudah sejalan atau belum. Adanya ketimpangan antara lahir dan batin akan menurunkan martabat kita sebagai manusia. Menyelaraskan antara lahir dan batin merupakan jalan memperbaiki diri. Sekali lagi, bercermin hanya mengukur sejauh mana lahir kita menyelisihi batin kita, setelah ditemukan adanya perselisihan, tugas kita selanjutnya adalah menyelaraskan agar keduanya berjalan seiring. Apakah lahir kita sudah berjalan sebagaimana tuntutan batin ?. jika selalu demikian, maka kita berjalan ke arah yang lebih baik. Dengan kata lain kita pantas menjadi wakil hati nurani, wakil Tuhan di Bumi, khalifah fil ’ardl. Jika belum, ya....... semoga Tuhan mengampuni kita, amien. Saya tidak berhak untuk menghakimi, bahwa berarti kita sebagai penjahat, dan hanya punya harapan semoga mereka bertaubat. Apakah kita sudah menjadi orang yang baik, menjadi staf yang baik, menjadi atasan yang baik ?, mari kita bercermin ! kriteria orang yang baik secara umum menurut yang saya pahami adalah dermawan, adil, jujur, amanah, kasih sayang, suka membantu, berpihak dan mengutamakan orang lain, ikhlas, dll. Dengan kata lain orang yang baik adalah orang yang memiliki semua sifat baik. Cukuplah orang punya kasih sayang saja sudah menunjukkan orang yang baik, karena kasih sayang adalah induk dari semua sifat- sifat baik. Sebelum menilai orang lain kadang-kadang saya bercermin dan menanyakan diri saya sendiri, apa ya saya benar-benar sudah menjadi orang baik ? jangan-jangan saya hanya merasa baik dan lebih baik daripada orang lain, gumede karena hanya melihat beberapa kriteria perilaku lahir yang tampak saja. Sementara saya tidak bisa melihat sisi baik orang lain yang terdalam dan tidak tampak oleh lahir. Atau saya tidak melihat tindakan lahir orang lain yang di luar sana. Sifat baik itu lahir dari hati nurani, sedang sifat buruk itu lahir dari hawa nafsu. Hati itu tunduk dan taat kepada Tuhan, sedang hawa nafsu membangkang karena hawa nafsu ditunggangi oleh syetan. Jadi bisa disimpulkan bahwa semua sifat baik itu akan berinteraksi dan membentuk sebuah persahabatan. Dengan demikian, orang yang baik akan saling menyukai, ber-empati, bersahabat, saling membangun, tidak bermusuhan, tidak serang-menyerang, tidak saling menghancurkan. Mari kita bercermin dengan cara berdialog dengan diri sendiri!. Umpamakan aku (hati nurani, HN) namanya yanto. Hati nurani adalah tempat pertarungan kebaikan dan hawa nafsu. HN : apakah aku sudah menjadi orang baik ?, tandanya apa ? Yanto : Elu sudah baik tandanya elu suka menolong, membantu, berderma, adil, dll. HN : tetapi diahtiku masih terselip keinginan duniawi dengan berbungkus kebaikan. Yanto : Itu manusiawi, yang penting tidak tamak, masih suka berbagi dengan orang lain. HN : aku juga masih emosional, berapi-api seakan-akan harus mengganyang yang jahat. Yanto : kejahatan, itu muncul tidak dengan serta merta lho tetapi ada sebab-sebabnya, kadang si pelaku terperdaya, mau tidak mau harus melakukan. Bagaimana jika elu jadi dia ?, aku yakin elu tentu tidak mudah menolaknya. HN : Ya memang,..... aku juga manusia biasa yang hidup ditengah masyarakat yang belum siap berubah. Atau mungkin aku sendiri juga terlihat susah untuk berubah ya ? Yanto : kayaknya elu punya sifat suka menggurui, menurut saya itu kurang bagus, kebanyakan orang lain tidak suka digurui. Apalagi yang namanya ngobrol itu saling memberi dan saling menerima. HN : Ya memang, tetapi aku justru merindukan orang yang suka menggurui, sehingga aku bisa menjadi muridnya, bisa yakin tentang kebenaran yang disampaikan, tidak ragu-ragu menerima informasi yang diberikan. Dengan demikian kan aku berbuat adil, mau menggurui dan mau digurui. Yanto : bagaimana menurut elu, jika ada orang lain dengan kepribadian (sifat-sifat) mirip elu, apakah elu akan menyukainya atau membencinya ? HN : Kalau harus jujur, ada beberapa yang aku menyukai dan ada beberapa yang tidak suka. Yanto : berarti di dalam dirimu ada sifat buruk yang harus elu buang sehingga elu pasti menyukai orang lain tersebut. Jika elu pasti menyukai maka berarti elu sudah menjadi orang baik karena menyukai orang lain seperti menyukai dirimu sendiri. Yanto : orang lain itu suka kau beri, suka kau ajak bicara, suka kau hargai, suka ketulusanmu, suka keikhlasanmu. Jika orang lain itu menyukaimu itu tandanya kau sudah memperlakukan orang lain seperti tuntutan orang lain atas dirimu. Jika kau menyukai orang lain berarti kau sudah menjadi orang baik, tidak suka permusuhan, dll.