Professional Documents
Culture Documents
(eddysatriya.blogspot.com )
A. UMUM
Perjalanan panjang pengembangan sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
yang sebelumnya dikenal juga dengan istilah telematika seyogyanya menjadi
perhatian pemerintah, pelaku industri, maupun masyarakat pengguna jasa TIK.
Pemahaman akan perjuangan membangun prasarana dan sarana TIK dapat
membantu kita untuk tetap menjaga momentum pengembangan tersebut. Di
samping itu, pemahaman akan sejarah perjalanannya diharapkan dapat menjaga
konsistensi para pengambil keputusan untuk memprioritaskan pembangunan sektor
penting ini dalam era globalisasi.
Dengan jumlah prasarana telekomunikasi yang pada kwartal ketiga 2007 telah
mencapai sekitar 100 juta satuan sambungan (ss) yang terdiri dari 9 juta telepon
Tabel 1
Pertumbuhan Pelanggan Telepon di Indonesia (2006 – Q-3 2007)
JUMLAH PELANGGAN
FIXED PHONE FWA SELULER
NO. NAMA PERUSAHAAN
2006 Q-3 2007 2006 Q-3 2007 2006 Q-3 2007
1 2 3 4 5 6 7 8
1 PT Telkom (konsolidasi) 8,709,211 8,720,000 4,175,853 5,603,000
- Prepaid Subscribers - - 3,381,426 4,780,000 - -
- Postpaid Subscribers 8,709,211 8,720,000 794,427 823,000 - -
2 PT Indosat (konsolidasi) 26,632 30,045 358,980 516,979 16,704,639 22,026,590.00
- Prepaid Subscribers - - 338,435 487,467 15,878,780 21,148,714
- Postpaid Subscribers 26,632 30,045 20,545 29,512 825,859 877,876
3 PT Bakrie Telecom 68,359 5,658 1,479,198 2,944,190
- Prepaid Subscribers - - 1,414,920 2,819,144 - -
- Postpaid Subscribers 68,359 5,658 64,278 125,046 - -
4 PT Excelomindo Pratama 9,528,000 12,811,000
- Prepaid Subscribers - - - - 9,141,000 12,369,000
- Postpaid Subscribers - - - - 387,000 442,000
5 PT Telkomsel 35,597,171 44,457,000
- Prepaid Subscribers - - - - 33,935,246 42,566,000
- Postpaid Subscribers - - - - 1,661,925 1,891,000
6 PT Mobile-8 (konsolidasi) 1,825,888 2,540,000
- Prepaid Subscribers - - - - 1,778,200
- Postpaid Subscribers - - - - 47,688
SUB TOTAL 8,804,202 8,755,703 6,014,031 9,064,169 63,655,698 81,834,590.00
Sumber : Depkominfo, 2007, diolah.
Sementara itu tidak bisa dimungkiri, beberapa negara Asia seperti Korea, China, dan
India kembali menunjukkan transformasi yang berhasil dari negara berlandaskan
Seperti diuraikan dalam serial buku "Sejarah Pos dan Telekomunikasi" yang
diterbitkan Departemen Perhubungan-Ditjen Postel pada September 1980 dan buku
"Sejarah dan Pembangunan Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi" oleh
Depparpostel pada Desember 1990, dapatlah dimengerti betapa kinerja sektor TIK
dewasa ini adalah merupakan suatu perjuangan panjang anak bangsa Indonesia di
berbagai sektor dan bidang pembangunan. Usaha dan berbagai upaya yang bukan
hanya menghabiskan biaya, tetapi juga korban darah dan jiwa anak bangsa ini di
masa perjuangan kemerdekaan adalah terlalu berharga untuk dinegasikan di tengah
berbagai kemajuan yang ada saat ini.
Karena itu sudah sepantasnya pula pembangunan TIK nasional yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat ini, juga dapat diwujudkan dalam
bentuk partisipasi kegiatan ekonomi masyarakat baik di sektor makro ataupun sektor
riil (mikro) di berbagai lapisan. Pembangunan TIK memang membutuhkan investasi
Kita mengetahui bahwa tersedianya berbagai akses telekomunikasi saat ini seperti
telepon genggam telah menjadi bukti kemajuan yang kasat mata. Banyak pedagang,
penjual mie keliling, pedagang bakso dan siomay, tukang ojek, hingga restoran
modern seperti Pizza Hut, burger Mc Donald dan berbagai usaha restoran tradisional
telah berhasil menjangkau pelanggannya dengan memberikan nomor telepon, HP
atau call center mereka. Perkembangan menggembirakan juga terjadi di sektor jasa
seperti penerbangan dan perbankan. Kemajuan transaksi perbankan kita terkadang
bisa lebih maju dari berbagai negara industri sekalipun yang masih belum bisa
melepaskan budaya manual seperti penulisan chek untuk pembayaran sehari-hari.
Masyarakat kita sudah semakin terbiasa melakukan transfer atau pembayaran
berbagai transaksi lewat ATM dan Kartu Kredit, meski sempat terganggu oleh
praktek curang pada beberapa Internet Banking gadungan.
Perkembangan kapasitas telepon dan teleks sejak Pelita I hingga masa krisis dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Hasil Pembangunan
PERKEMBANGAN KAPASITAS TELEPON DAN TELEKS DI INDONESIA
(kumulatif satuan sambungan telepon-sst terpasang)
1 Sentral Otom at 77,700 121,460 367,200 576,797 873,913 2,995,694 4,075,237 4,820,017 6,426,097 7,699,648 8,211,165 8,358,259 8,480,873
4 Teleks na 1,220 4,200 12,220 17,300 30,400 29,904 29,124 31,163 31,161 29,943 27,967 27,967
Sumber: Kumpulan Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI di depan sidang DPR setiap tanggal 16 Agustus
Sumber: Satriya (2002), “One Day Total e-Solutions Seminar”, Sanur, Bali.
DP, DIP, DP, BLN, DP, BLN, DP, BLN, DP, BLN,
PMA, BLN DIP, PMP PBH PBH, KSO PBH, KSO?
CATATAN: DP: Dana Perusahaan; PBH: Pola bagi Hasil; PMP: Penyertaan Modal Pemerintah; DIP: Daftar Isian Proyek;
BLN: Bantuan Luar Negeri (Hutang+Hibah), PMA: Penanaman Modal Asing
Selain melaksanaan Program Kerja Sama (PKS) atau Program Bagi Hasil (PBH)
dengan berbagai operator di dalam negeri serta pemerintah daerah, pembangunan
telekomunikasi menginjak era baru pada tahun 1994 melalui persiapan program
Kerja Sama Operasi (KSO) yang melibatkan operator besar dari negara maju yang
harus bekerjasama dengan operator lokal. Dari target pembangunan sekitar 5 juta
satuan sambungan (ss) target pembangunan Pelita VI Kabinet Pembangunan
Indonesia, sekitar 2 juta ss di targetkan dari KSO. Namun sayang dalam
pelaksanaannya KSO terkendala oleh masalah management yang diiringi pula oleh
terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997 yang mengakibatkan program KSO
terhenti. Beruntung PT. Telkom masih mempunyai dana sendiri dan berhasil
mengambil alih kembali pengelolaan telekomunikasi di daerah.
Ringkasan KSO Telekomunikasi antara PT. Telkom dan mitranya yang semula
direncanakan hingga 2010 dapat dilihat pada Tabel 3.
Sumber: Satriya (2002), “One Day Total e-Solutions Seminar”, Sanur, Bali.
Setelah masa-masa TKTI berakhir pada tahun 2006, maka dibentuk pula Dewan
Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional atau DeTIKnas melalui Keppres
20/2006. DeTIKnas diresmikan pada tanggal 13 November 2006 di Istana Bogor.
DeTIKnas telah beberapa kali melaksanakan rapat koordinasi dan saat ini memiliki 7
program flagship yang harus dijalankan, terdiri dari : e-pendidikan; e-procurement; e-
anggaran; National Single Window (NSW); Nomor Identitas Nasional; Legalisasi
Software; dan Palapa Ring.
Terakhir adalah masih kurangnya dukungan industri TIK dalam negeri bagi
pengembangan TIK secara mandiri. Perkembangan industri TIK dalam negeri
masih sangat terbatas dan tergantung pada produk luar negeri. Walaupun
prospek pasar TIK nasional sangat potensial, namun karakteristik pasar yang
Di samping itu, kerja keras berbagai insan TIK, para pengembang aplikasi dan
konten, serta kerja keras dari berbagai Departemen terkait lainnya dalam
pelaksanaan program TIK masing-masing seperti Depdiknas, Kantor Meneg
Ristek, dan berbagai pemda diharapkan dapat pula meningkatkan kinerja
sektor TIK di masa yang akan datang.
Di atas semua itu, perlu kembali dipahami bahwa sektor TIK adalah sebagai
alat pendorong dan penggerak berbagai kegiatan ekonomi yang tujuan
akhirnya adalah meningkatkan kemampuan penggunanya dalam
meningkatkan pendapatan dan pengetahuan mereka menuju persaingan
global yang semakin kompetitif. Karena itu, pemanfaatan TIK di berbagai
sektor ekonomi yang mampu mendorong aplikasi ilmu pengetahuan dalam
peningkatan proses produksi justru menjadi salah satu target utama di dalam
menyongsong globalisasi dan Knowledge Based Economy (KBE).
Mari kita jadikan momentum 100 tahun Kebangkitan Nasional ini menjadi
kesempatan emas dalam mewujudkan dan menyongsong datangnya era
ekonomi baru. Hal itu hanya bisa jika kita mampu mensinergikan potensi yang
ada, bukan melalui konflik dan kontroversi yang saling meniadakan.
Semoga!
____