Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pembimbing :
SULFAH ANJARWATI S.T.,M.T.
Disusun Oleh :
MAMAN SUDARMAN
(1203010016)
YULIAN YUDHA A
(1203010011)
EKA MULYAWATI
(1203010013)
KAUTSAR GALIH N
(1203010012)
GALIH RAGIL T
(1103010053)
GALUH LINANTI
(1203010015)
ARIP AGUNG P
(1203010018)
ALFIAN RIZKY P
(1203010022)
GANA PUTRA W
(1203010004)
RORI IRZA
(1203010020)
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO
2014
DAFTAR ISI
JUDUL................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................................3
BAB.II PEMBAHASAN...................................................................................................5
2.1 Pengertian Lapisan Perkerasan......................................................................................4
2.2 Jenis Lapisan Perkerasan...............................................................................................4
2.3 Bahan Lapisan Perkerasan.............................................................................................4
BAB.IV PENUTUP............................................................................................................8
4.1 Simpulan........................................................................................................................8
4.2 Saran..............................................................................................................................8
BAB.V DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya dan
hidayah-Nya
penulis
dapat
menyelesaikan
penyusunan
makalah
yang
berjudul
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan
1. Apa sajakah jenis-jenis perkerasan pada jalan?
2. Apakah devinisi masing-masing jenis?
3. Bahan-bahan yang digunakan?
4. Cara Pengerjaan masing-masing jenis perkerasan?
C. Tujuan
1.
2.
3.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Lapisan Perkerasan
Untuk dapat melindungi badan jalan dari pengaruh lalu lintas atau perubahan
alam, maka diatas badan jalan diberi lapisan perkerasan (Jalan Diperkeras dan Jalan
Beraspal). Jenis-jenis konstruksi jalan dibedakan atas 3, yaitu :
o Jalan Tanah, merupakan badan jalan tanah yang tidak diberikan lapis perkerasan
sebagai penutup dan dipadatkan. Jalan ini dapat merupakan jalan tanah didaerah
galian atau didaerah timbunan.
o Jalan Diperkeras dan
o Jalan Beraspal.
Perkerasan jalan raya adalah bagian jalan raya yang diperkeras dengan lapis
konstruksi tertentu, yang memiliki ketebalan, kekuatan, dan kekakuan, serta kestabilan
tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas diatasnya ke tanah dasar secara aman
(Materi Kuliah PPJ Teknik Sipil UNDIP). Perkerasan jalan merupakan lapisan
perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang
berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi, dan selama masa
pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan
yang sesuai dengan mutu yang diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan
dan pengolahan dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan (Silvia
Sukirman, 2003).
B. Jenis Lapisan Perkerasan
Jenis lapis perkerasan yang umum dipergunakan dalam pembangunan jalan
adalah :
Jalan Tanah
Merupakan badan jalan tanah yang tidak diberikan lapis perkerasan sebagai
penutup. Jalan ini merupakan jalan yang paling sederhana, dapat dibuat dari tanah asli,
galian dan timbunan atau campuran tanah dengan bahan bangunan yang lebih baik (pasir,
kapur/gamping dan lain sebagainya). Jalan tanah sangat peka terhadap air, maka
permukaan jalan harus dibuat dengan :
Harus dipadatkan, agar air tidak merembes dan dapat menahan beban kendaraan.
- Rendah
: 150
- Minimal diinginkan
: 160
- Tinggi
: 190
- Rendah
: 0,02
- Minimal diinginkan
: 0,40
: (ASTM C-170)
- Minimal diinginkan
: 90
- Tinggi
: 52
: (ASTM C-99)
- Minimal diinginkan
: 1,5
- Tinggi
: 5,5
- Rendah
:2
- Tinggi
: 10
Ketahanan Abrasi
Sampai saat ini penggunaan sirtu terbatas sebagai bahan bangunan terutama
untuk campuran beton, sedang penggalian sering dilakukan dengan secara
tradisional tanpa memperhatikan dampak lingkungan. Sirtu yang lepas sangat baik
untuk bahan pengeras jalan biasa maupun jalan tol, dan airport. Selain itu dapat pula
dipergunakan dalam campuran beton, aspal/hotmix, plester, bahan bangunan dan
tanah urug.
Sesuai dengan pemakaiannya serta harus memenuhi persyaratan (Tabel 1.
dan 2.) sebagai berikut :
o Untuk dipakai sebagai agregat beton, sirtu harus bebas dari bahan-bahan
organis, kotoran-kotoran, lempung atau bahan lainnya merugikan mutu beton;
o Dalam pemakaiannya untuk konstruksi jalan sirtu/agregat terbagi dalam 3 kelas
(A,B dan C) dengan persyaratan yang berbeda baik untuk di bawah lapisan
dasar maupun untuk lapisan dasar;
o Persyaratan agregat untuk di bawah lapisan dasar adalah sepeti tercantum pada
Tabel 1. dan 2.;
o Agregat untuk lapisan dasar harus memenuhi persyaratan umum sebagai
berikut :
Kekerasan minimum 6
Kehilangan berat dengan percobaan sodium sulfat, % maksimum 10
Kehilangan berat dengan percobaan magnesium sulfate soundness test, %
maks. 12
Kehilangan berat akibat abrasi sesudah 100 putaran, % maksimum 10
Kehilangan berat akibat abrasi sesudah 500 putaran, % maksimum 40
Partikel - partikel tipis, memanjang, prosentase berat (partike lebih besar
manual;
Ukuran paving blok lebih terjamin;
Memperindah lapis permukaan tanah/lingkungan;
Tidak mudah rusak oleh perubahan cuaca;
Antislip bagi kendaraan;
Jalan Beraspal
Agregat Pengunci.
o Aspal
Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70 yang memenuhi AASHTO
M20.
Aspal emulsi CRS1 atau CRS2 yang memenuhi ketentuan Pd S-011995-03 (AASHTO M208) atau RS1 atau RS2 yang memenuhi
Pd S-02-1995-03.
Peralatan yang digunakan antara lain :
o Penumpukan Bahan
Dump truck
Loader
o Di lapangan
Mekanis
Penggilas tandem 6-8 ton atau penggilas beroda tiga 6-8 ton, Penggilas
beroda karet 10-12 ton bila diperlukan, Hand sprayer, Truk penebar
agregat.
Manual
Penyapu, sikat, karung, keranjang, kaleng aspal, sekop, gerobak dorong,
dan peralatan kecil lainnya, Ketel aspal, Penggilas seperti cara mekanis.
Pelaksanaan perkerasan Lapen meliputi :
o Persiapan Lapangan
Penetrasi macadam akan dipasang diatas pondasi yang telah dibangun diatas
permukaan dengan lapis penutup yang akan meliputi:
Diletakkan diatas permukaan lapis penutup yang ada permukaan tersebut harus
dilapisi aspal pelekat pada suatu tingkat pemakaian tidak melebihi 0,51/m2.
Permukaan perkerasan harus kering dan bebas dari batu-batu lepas atau suatu
Penyemprotan Aspal
Temperatur aspal dalam distributor harus dijaga pada temperature yang
disyaratkan untuk jenis aspal yang disyaratkan. Temperatur Penyemprotan Aspal
Jenis Aspal Temperatur Penyemprotan (oC) :
60/70 Pen 165-175
80/100 Pen 155-165
Emulsi Kamar, atau sebagaimana petunjuk pabrik
Aspal cair RC/MC 250 80-90
Aspal cair RC/MC 800 105-115
Tebal Lapisan
Tebal padat untuk lapisan penetrasi macadam harus berada di dalam toleransi 1
cm.
Kerataan permukaan sewaktu pemadatan.
Kerataan harus diukur dengan menggunakan mistar lurus yang panjangnya 3
meter. Punggung jalan yang ambles tidak melebihi 8mm.
Kedap air
Kekenyalan yang tinggi
Awet
Dianggap tifak mempunyai nilai strukstural
Penggunaan Lasbutag umumnya dilaksanakan pada jalan yang telah beraspal dengan
ketentuan sebagai berikut :
Penjelasan lebih detail system dan spesifikasi Jalan mengacu pada Pedoman
Sederhana Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan yang diterbitkan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan, Puslitbang Jalan- Dep. PU, 1996. Kriteria desain
pembangun jalan yang perlu diperhatikan :
1. Jalan Aspal (Buras/Lapen/Lasbutag)
Lebar badan jalan minimal 2,50 m;
Lebar bahu jalan / berm minimal 0,50 m (kiri + kanan = 1,00m)
Kemiringan tanjakan / menurun jalan maximal 12 %
Panjang tanjakan / turunan maximal 150 Mtr
Memakai saluran kiri dan kanan (kondisional)
Harus sudah ada Lapis Pondasi Bawah (LPB) minimal 1 tahun;
2. Jalan Tanah/Kerikil (Sirtu)
Lebar badan jalan minimal 2,50 m;
Lebar bahu jalan / berm minimal 0,50 m (kiri + kanan = 1,00m)
Kemiringan tanjakan / menurun jalan maximal 12 %
Kemiringan Punggung Jalan minimum 3%
Kemiringan Bahu Jalan minimum 3-6%
Panjang tanjakan / turunan maximal 150 Mtr
Memakai saluran kiri dan kanan (kondisional)
3. Jalan Telford / Macadam
Lebar badan jalan minimal 2,50 M
Lebar badan jalan / berm minimal 0,50 M (kiri + kanan = 1,00 Mtr)
Memakai batu tepi
Kemiringan tanjakan /menurun jalan maximal 12 %
Panjang tanjakan / turunan maximal 150 M
Memakai saluran kiri dan kanan (kondisional)
Catatan : dijalan menurun / tanjakan kemiringan yang lebih dari 12 % dapat diberi
konstruksi beton/aspal.
4. Jalan Rabat Beton
Lebar badan jalan minimal 1,50 M
Kemiringan tanjakan /menurun jalan maximal 12 %
Tebal rabat minimal 7 CM (kondisional)
Permukaan rabat dibuat kasar/tidak licin;
Memakai saluran kiri dan kanan (kondisional)
Untuk pembangunan gorong-gorong dapat digunakan bahan dari pasangan
batu kali atau buis beton dengan memperhatikan kriteria :
Diameter minimal 30 CM
Jembatan Beton
Panjang bentang bersih maximal 6 M Dilengkapi dinding pengaman pondasi Perlu
pengawasan lebih intensif Posisi jembatan tidak berada di tanjakan/turunan jalan dan
tikungan sungai.
Catatan : apabila usulan >6M maka design harus mendapat persetujuan dari KMW
Aspal
Aspal merupakan senyawa hidrokarbon berwarna coklat gelap atau hitam pekat
yang dibentuk dari unsur-unsur asphathenes, resins, dan oils. Aspal pada lapis perkerasan
berfungsi sebagai bahan ikat antara agregat untuk membentuk suatu campuran yang
kompak, sehingga akan memberikan kekuatan masing-masing agregat (Kerbs and
Walker, 1971). Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisar antara 4-10%
berdasarkan berat campuran, atau 10-15% berdasarkan volume campuran (Silvia
Sukirman, 2003).
Berdasarkan tempat diperolehnya, aspal dibedakan anatar lain :
aspal minyak.
adalah aspal yang merupakan residu pengilangan minyak bumi. Setiap minyak
bumi dapat menghasilkan residu jenis asphaltic base crude oil
yang banyak
mengandung aspal, parafin base crude oil yang mengandung banyak parafin, atau mixed
base crude oil yang mengandung campuran antara parafin dan aspal. Untuk perkerasan
jalan umumnya digunakan aspal minyak jenis asphaltic base crude oil. Berikut adalah
klasifikasi dari aspal buatan :
1.
Dari bahan hewani (animal origin), yaitu diperoleh dari pengolahan crude oils.
Dari proses pengolahan crude oils akan diperoleh bahan bakar dan residu, yang
Aspal Keras/ Aspal Panas/ Aspal Semen (Asphalt Cement), merupakan aspal yang
digunakan dalam keadaan panas. Aspal ini berbentuk padat pada keadaan
penyimpanan dalam temperatur ruang (250-300C). Merupakan jenis aspal buatan
yang langsung diperoleh dari penyaringan minyak dan merupakan aspal yang
3.
terkeras.
Aspal cair (Cut Back Asphalt / Liquid asphalt)
Aspal cair bukan merupakan produksi langsung dari penyaringan minyak kasar
(crude oil), melainkan produksi tambahan, karena harus melelui proses lanjutan
terlebih dahulu. Aspal cair adalah campuran antara aspal semen dengan bahan
pencair dari hasil penyulingan minyak bumi. Dengan demikian cut back asphalt
berbentuk cair dalam temperatur ruang. Berdasarkan beban pencairnya dan
kemudahan menguap bahan pelarutnya, aspal cair dapat dibedakan menjadi :
o RC (Rapid Curing cut back), Merupakan suatu produksi campuran dari aspal
semen dengan penetrasi relatif agak keras (biasanya AC 85/100) yang
dilarutkan dengan gasoline (bensin atau premium).
o MC (Medium Curing cut back), Merupakan suatu produksi campuran dari
aspal semen dengan penetrasi yang lebih lunak (biasanya AC 120-150) dengan
minyak, yang tingkat
o SC (Slow Curing cut back), Merupakan suatu produksi campuran dari aspal
semen dengan penetrasi lunak (biasanya AC 200-300) dengan minyak diesel,
o Anionik disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang bermuatan
negatif.
o Nonionik merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti tidak
menghantarkan listrik.
Aspal yang umum digunakan sebagai bahan perkerasan jalan adalah aspal emulsi anionik
dan kationik. Berdasarkan kecepatan pengerasannya aspal emulsi dapat dibedakan atas :
o RS (Rapid Setting), aspal yang mengandung sedikit bahan pengemulsi sehingga
pengikatan yang terjadi cepat.
o MS (Medium Setting).
o SS (Slow Setting), jenis aspal emulsi yang paling lambat menguap.
o Sand Sheet Asbuton, Lapis ini merupakan campuran antara Asbuton, bahan pelunak
dan pasir dengan perbandingan tertentu dan pencampurannya dilakukan secara
dingin/ hangat/ panas.
o Lapis Beton Asbuton, Lapis ini merupakan campuran antara Asbuton, bahan pelunak
dan agregat dengan gradasi rapat pada perbandingan tertentu yang dilaksanakan
secara dingin/ hangat/ panas.
o Surface Treatment Asbuton, Lapis ini seperti halnya seal coat Asbuton. Sedangkan
perbedaannya terletak pada pelaksanaanya di lapangan, yaitu di atas lapis tersebut
ditaburkan agregat single size.
Asbuton Untuk Bahan Jalan
Jenis-jenis asbuton yang telah diproduksi, baik secara fabrikasi maupun secara
manual pada tahun-tahun belakangan ini adalah asbuton butir atau mastik asbuton, aspal
yang dimodifikasi dengan asbuton dan bitumen asbuton hasil ekstraksi yang
dimodifikasi. (DPU, Direktorat Jenderal Bina Marga; Buku 1: Pedoman Pemanfaatan
Asbuton, 2006).
o Asbuton Butir, Asbuton butir adalah hasil pengolahan dari Asbuton berbentuk padat
yang di pecah dengan alat pemecah batu (crusher) atau alat pemecah lainnya yang
sesuai sehingga memiliki ukuran butir tertentu.
o Asbuton Hasil Ekstraksi, Ekstraksi asbuton dapat dilakukan secara total hingga
mendapatkan bitumen asbuton murni atau untuk memanfaatkan keunggulan mineral
asbuton sebagai filler, ekstraksi dilakukan hingga mencapai kadar bitumen tertentu.
Produk ekstraksi asbuton dalam campuran beraspal dapat digunakan sebagai bahan
tambah (aditif) aspal atau sebagai bahan pengikat sebagaimana halnya aspal standar
siap pakai atau setara aspal keras yang dikenal dengan Asbuton modifikasi.
2.
Agregat
Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral
lainnya, baik berupa hasil alam maupun buatan (Petunjuk Pelaksanaan Laston Untuk
Jalan Raya SKBI -2.4.26.1987). Fungsi dari agregat dalam campuran aspal adalah
sebagai kerangka yang memberikan stabilitas campuran jika dilakukan dengan alat
pemadat yang tepat. Agregat sebagai komponen utama atau kerangka dari lapisan
perkerasan jalan yaitu mengandung 90% 95% agregat berdasarkan persentase berat
atau 75% 85% agregat berdasarkan persentase volume (Silvia Sukirman, 2003,
Beton
Aspal Campuran Panas).
Klasifikasi Agregat
Agregat dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Silvia Sukirman, 1999) :
1. Berdasarkan proses pengolahannya, agregat dapat dibedakan menjadi :
o Agregat Alam
Agregat yang dapat dipergunakan sebagaimana bentuknya di alam atau
dengan sedikit proses pengolahannya dinamakan agregat alam. Dua bentuk
agregat yang sering digunakan yaitu :
Kerikil adalah agregat dengan ukuran partikel lebih besar dari inch
(6,35 mm).
Pasir adalah agregat dengan ukuran partikel kecil dari 1/4 inch tetapi
Bulat (rounded)
Lonjong (elongated)
Kubus (cubical)
Tak beraturan (irregular)
Tekstur permukaan berpengaruh pada ikatan antara batu dengan aspal. Tekstur
permukaan agregat terdiri atas :
Gradasi Agregat
Gradasi atau distribusi partikel-partikel berdasarkan ukuran agregat merupakan hal
yang
penting
dalam
menentukan
stabilitas
perkerasan.
Gradasi
agregat
mempengaruhi besarnya rongga antar butir yang akan menentukan stabilitas dan
kemudahan dalam proses pelaksanaan. Gradasi agregat ini diperoleh dari hasil
analisa saringan dengan menggunakan 1 set saringan (dengan ukuran saringan 19,1
mm; 12,7 mm; 9,52 mm; 4,76 mm; 2,38 mm; 1,18 mm; 0,59 mm; 0,149 mm; 0,074
mm), dimana saringan yang paling kasar diletakkan diatas dan yang paling halus
terletak paling bawah. Satu saringan dimulai dari pan dan diakhiri dengan tutup
(Silvia Sukirman, 1999). Jenis Gradasi Agregat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu :
o Gradasi Rapat (Dense Graded/ Well Graded)
Gradasi rapat merupakan campuran agregat kasar dan halus dalam porsi yang
berimbang, sehingga dinamakan juga agregat bergradasi baik (well graded).
o Gradasi Seragam (Uniform Graded)
Gradasi seragam adalah agregat dengan ukuran yang hampir sama/ sejenis atau
mengandung agregat halus yang sedikit jumlahnya sehingga tidak dapat mengisi
rongga antar agregat. Gradasi seragam disebut juga gradasi terbuka
o Gradasi Timpang/Senjang (Poorly Graded/ Gap Graded)
Gradasi timpang merupakan campuran agregat yang tidak memenuhi dua kategori di
atas. Agregat bergradasi timpang umumnya digunakan untuk lapisan perkerasan
lentur yaitu gradasi senjang, merupakan campuran agregat dengan 1 fraksi hilang
dan 1 fraksi sedikit sekali.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkerasan jalan sangat diperlukan untuk mempermudah lalu-lintas atau transportasidan
juga konstruksi perkerasan menentukan kekuatan atau beban yang bisa diterima oleh
jalan tersebut.
B. Saran
Bahan yang digunakan untuk membuat lapisan perkerasan berpengaruh terhadap
keawetan dan mempunyai karakteristik yang berbeda. Sehinnga dalam pembangunannya
harus tepat menentukan jenis perkerasan apakah menggunakan aspal atau beton.
DAFTAR PUSTAKA
Corne. C. P. Optimizing Pavement Overlay Design In Indonesia, Conference Road
Engineering Association of Asia and Australian (REAAA) 4th, 22 26 August, (1993),
Jakarta
Diretorat Jenderal Bina Marga, (1995), Spesifikasi Umum, Badan Penerbit Departemen
PU, Jakarta.
Hatherly, L.W., Leaver, P.C., 1967, Asphalt Road Materials, Edward Arnold, Ltd, London
Silvia Sukirman, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit NOVA Bandung, Januari 1992
http://abaditeknik94.wordpress.com/2013/02/25/desain-telford/
Diakses pada tanggal 25 Maret 2014