You are on page 1of 30

PERKERASAN JALAN RAYA

(JENIS-JENIS PERKERASAN JALAN)

Dosen Pembimbing :
SULFAH ANJARWATI S.T.,M.T.
Disusun Oleh :
MAMAN SUDARMAN

(1203010016)

YULIAN YUDHA A

(1203010011)

EKA MULYAWATI

(1203010013)

KAUTSAR GALIH N

(1203010012)

GALIH RAGIL T

(1103010053)

GALUH LINANTI

(1203010015)

ARIP AGUNG P

(1203010018)

ALFIAN RIZKY P

(1203010022)

GANA PUTRA W

(1203010004)

RORI IRZA

(1203010020)

TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO
2014

DAFTAR ISI
JUDUL................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................................3
BAB.II PEMBAHASAN...................................................................................................5
2.1 Pengertian Lapisan Perkerasan......................................................................................4
2.2 Jenis Lapisan Perkerasan...............................................................................................4
2.3 Bahan Lapisan Perkerasan.............................................................................................4
BAB.IV PENUTUP............................................................................................................8
4.1 Simpulan........................................................................................................................8
4.2 Saran..............................................................................................................................8
BAB.V DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

KATA PENGANTAR




Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya dan
hidayah-Nya

penulis

dapat

menyelesaikan

penyusunan

makalah

yang

berjudul

PERKERASAN JALAN RAYA - jenis-jenis perkerasan jalan raya.


Penulisan makalah ini dipersembahkan kepada Ibu Sulfah Anjarwati S.T.,M.T. selaku
dosen dari mata kuliah Perkerasan Jalan Raya. Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa
masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan, pemilihan kata maupun
materi mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan paper ini.
Dalam penulisan paper ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihakpihak yang bersangkutan yang telah memberikan partisipasi dalam penulisan paper ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal
pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini
sebagai ibadah.

Purwokerto, 01 April 2014


Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Materi


MACAM DAN JENIS PEKERASAN JALAN
Struktur Perkerasan
Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan
yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut :
a. Lapisan tanah dasar (sub grade).
b. Lapisan pondasi bawah (subbase course).
c. Lapisan pondasi atas (base course).
d. Lapisan permukaan / penutup (surface course).
Terdapat beberapa jenis / tipe perkerasan terdiri :
a. Flexible pavement (perkerasan lentur).
b. Rigid pavement (perkerasan kaku).
c. Composite pavement (gabungan rigid dan flexible pavement).
PERBANDINGAN LENTUR DAN KAKU
Ketahanan terhadap pelapukan / oksidasi
Konstruksi semen relatif lebih sedikit mengandung bahan-bahan organik dari
pada aspal. Jadi perkerasan beton semen lebih tahan terhadap oksidasi (penuaan/ageing)
dari pada perkerasan aspal.
Kebutuhan pemeliharaan
Pemeliharaan perkerasan kaku lebih kecil/jarang dari pada perkerasan fleksibel.
Biaya konstruksi
Pada saat sekarang, biaya konstruksi kedua jenis perkerasan hampir sama.
BAHAN UNTUK LAPIS PONDASI
Bahan Berbutir (Granular Material) :
a. Lapis Pondasi Agregat (Aggregate Base), Terbuat Dari Campuran Batu Pecah Dan
Pasir/Sirtu
Bahan Distabilisasi Dengan Pengikat :
a. Bahan Pengikat Semen :
o PCC (Potland Cement Concrete) , > K-275
o CTB (Cement Treated Base), Ucs 7 Hari > 45 Kg/Cm2

o Soil Cement, Ucs 7 Hari > 20 Kg/Cm2


b. Bahan Pengikat Aspal :
o Laston ("Asphalt Treated Base"), Black Base
o Kadar Aspal Rendah, Ukuran Butir Maks. 2 Inch
BEBERAPA ISTILAH BIDANG JALAN
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

LAPEN (Lapis Penetrasi Makadam)


LATASIR (Lapis Tipis Aspal Pasir)
BURAS (Laburan Aspal)
BURTU (Laburan Aspal Satu Lapis)
BURDA (Laburan Aspal Dua Lapis)
LASBUTAG (Lapis Asbuton Campuran Dingin)
LATASBUM (Lapis Tipis Asbuton Murni)
LASTON (Lapis Aspal Beton) atau Asphaltic Concrete, AC
LASTON ATAS (Lapis Aspal Beton Pondasi Atas)
LASTON BAWAH (Lapis Aspal Beton Pondasi Bawah)
LATASTON (Lapis Tipis Aspal Beton) atau Hot Rolled Sheet, HRS
Hot Rolled Asphalt, HRA
Stone Mastic Asphalt, SMA

B. Rumusan
1. Apa sajakah jenis-jenis perkerasan pada jalan?
2. Apakah devinisi masing-masing jenis?
3. Bahan-bahan yang digunakan?
4. Cara Pengerjaan masing-masing jenis perkerasan?

C. Tujuan
1.

Mengetahui jenis-jenis perkerasan jalan

2.

Mengetahui pembuatan jenis-jenis perkerasan jalan

3.

Mengetahui bahan-bahan jenis-jenis perkerasan jalan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Lapisan Perkerasan
Untuk dapat melindungi badan jalan dari pengaruh lalu lintas atau perubahan
alam, maka diatas badan jalan diberi lapisan perkerasan (Jalan Diperkeras dan Jalan
Beraspal). Jenis-jenis konstruksi jalan dibedakan atas 3, yaitu :
o Jalan Tanah, merupakan badan jalan tanah yang tidak diberikan lapis perkerasan
sebagai penutup dan dipadatkan. Jalan ini dapat merupakan jalan tanah didaerah
galian atau didaerah timbunan.
o Jalan Diperkeras dan
o Jalan Beraspal.
Perkerasan jalan raya adalah bagian jalan raya yang diperkeras dengan lapis
konstruksi tertentu, yang memiliki ketebalan, kekuatan, dan kekakuan, serta kestabilan
tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas diatasnya ke tanah dasar secara aman
(Materi Kuliah PPJ Teknik Sipil UNDIP). Perkerasan jalan merupakan lapisan
perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang
berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi, dan selama masa
pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan
yang sesuai dengan mutu yang diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan
dan pengolahan dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan (Silvia
Sukirman, 2003).
B. Jenis Lapisan Perkerasan
Jenis lapis perkerasan yang umum dipergunakan dalam pembangunan jalan
adalah :
Jalan Tanah
Merupakan badan jalan tanah yang tidak diberikan lapis perkerasan sebagai
penutup. Jalan ini merupakan jalan yang paling sederhana, dapat dibuat dari tanah asli,
galian dan timbunan atau campuran tanah dengan bahan bangunan yang lebih baik (pasir,
kapur/gamping dan lain sebagainya). Jalan tanah sangat peka terhadap air, maka
permukaan jalan harus dibuat dengan :

Kemiringan 2% - 4% , agar dapat mengalirkan air dengan cepat ke saluran tepi


jalan.

Harus dipadatkan, agar air tidak merembes dan dapat menahan beban kendaraan.

Umumnya untuk lalulintas kurang dari 50 kendaraan roda 4 perhari.

Gambar. Perkerasan tanah


Untuk dapat melindungi badan jalan dari pengaruh lalu lintas atau perubahan
alam, maka diatas badan jalan diberi lapisan perkerasan (Jalan Diperkeras dan Jalan
Beraspal). Jalan Diperkeras biasanya untuk lalu lintas 50-100 kendaraan roda 4 perhari
dan Jalan Beraspal untuk lalulintas lebih dari 100 kendaraan roda 4 perhari. Adapun jenis
lapis perkerasan yang umum dipergunakan dalam pembangunan jalan adalah :
Jalan Diperkeras
1. Perkerasan sirtu/kerikil (pasir campur batu)
Sirtu adalah singkatan dari pasir batu. Sirtu terjadi karena akumulasi pasir
dan batuan yang terendapkan di daerah-daerah relatif rendah atau lembah. Sirtu
berasal dari dua bagian yang yang berukuran besar merupakan material dari batuan
beku, metamorf dan sedimen. Sedangkan berukuran halus terdiri pasir dan lempung.
Seluruh material tersebut tererosi dari batuan induknya bercampur menjadi satu
dengan material halus. Kuatnya proses ubahan atau pelapukan batuan dan jauhnya
transportasi sehingga material batuan berbentuk elip atau bulat dengan ukuran mulai
kerikil sampai bongkah.
Penggunaan sirtu terbatas sebagai bahan bangunan terutama untuk campuran
beton, sedang penggalian sering dilakukan dengan secara tradisional tanpa
memperhatikan dampak lingkungan. Sirtu yang lepas sangat baik untuk bahan
pengeras jalan biasa maupun jalan tol, dan airport. Selain itu dapat pula

dipergunakan dalam campuran beton, aspal/hotmix, plester, bahan bangunan dan


tanah urug. Bahan perkerasan Sirtu terdiri dari campuran pasir batu yang langsung
diambil dari alam (sungai) atau campuran antara kerikil ukuran 2 5 cm dengan
pasir urug. Ketebalan minimum perkerasan Sirtu ini adalah 10 cm.
Sifat Fisik Sirtu meliputi :
o Agregat pasir memenuhi persyaratan di bawah ini :
Agregat pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras dengan

indikasi kekerasan 2,2. Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal.


Agregat pasir tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,

seperti zat-zat yang reaktif alkali.


o Agregat lempung memenuhi persyaratan di bawah ini :
Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak.
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan
terhadap berat kering).
o Agregat batuan memenuhi persyaratan di bawah ini :
Ukuran maksimum, ft2
: 75 (ASTM C615-80)
2
Densitas lbs/ ft
: (ASTM C-97)

- Rendah

: 150

- Minimal diinginkan

: 160

- Tinggi

: 190

Penyerapan air % berat

: (ASTM C-121) (ASTM C-97)

- Rendah

: 0,02

- Minimal diinginkan

: 0,40

Kuat tekan, ksi

: (ASTM C-170)

- Minimal diinginkan

: 90

- Tinggi

: 52

Kuat tarik, ksi

: (ASTM C-99)

- Minimal diinginkan

: 1,5

- Tinggi

: 5,5

Modulus elastisitas, ksi

- Rendah

:2

- Tinggi

: 10

Ketahanan Abrasi

: tidak diinginkan (ASTM C-241)

Sampai saat ini penggunaan sirtu terbatas sebagai bahan bangunan terutama
untuk campuran beton, sedang penggalian sering dilakukan dengan secara

tradisional tanpa memperhatikan dampak lingkungan. Sirtu yang lepas sangat baik
untuk bahan pengeras jalan biasa maupun jalan tol, dan airport. Selain itu dapat pula
dipergunakan dalam campuran beton, aspal/hotmix, plester, bahan bangunan dan
tanah urug.
Sesuai dengan pemakaiannya serta harus memenuhi persyaratan (Tabel 1.
dan 2.) sebagai berikut :
o Untuk dipakai sebagai agregat beton, sirtu harus bebas dari bahan-bahan
organis, kotoran-kotoran, lempung atau bahan lainnya merugikan mutu beton;
o Dalam pemakaiannya untuk konstruksi jalan sirtu/agregat terbagi dalam 3 kelas
(A,B dan C) dengan persyaratan yang berbeda baik untuk di bawah lapisan
dasar maupun untuk lapisan dasar;
o Persyaratan agregat untuk di bawah lapisan dasar adalah sepeti tercantum pada
Tabel 1. dan 2.;
o Agregat untuk lapisan dasar harus memenuhi persyaratan umum sebagai
berikut :
Kekerasan minimum 6
Kehilangan berat dengan percobaan sodium sulfat, % maksimum 10
Kehilangan berat dengan percobaan magnesium sulfate soundness test, %

maks. 12
Kehilangan berat akibat abrasi sesudah 100 putaran, % maksimum 10
Kehilangan berat akibat abrasi sesudah 500 putaran, % maksimum 40
Partikel - partikel tipis, memanjang, prosentase berat (partike lebih besar

dari 1 dengan ketebalan kurang dari 1/5 panjang) , maks 5 %


Bagian-bagian batu yang lunak, maksimum 5 %
Gumpalan-gumpalan lempung % maksimum. 0,25 %

Gambar. Sirtu dan pengerjaannya


Tabel 1. Persyaratan Sirtu

Sumber : Standar : Spesifikasi Bahan


Bangunan Bagian A (Sk SNI-04-1989-F)

Sumber : Standar : Spesifikasi Bahan


Bangunan Bagian A (Sk SNI-04-1989-F)
Tabel 2. Persyaratan Kelas Tiap Agregat

2. Perkerasan batu belah (telford)


Perkerasan batu belah (telford), terdiri atas pasir urug, batu belah, batu pengisi
dan batu tepi. Batu belah disusun diatas alas pasir urug dengan ketebalan 10-15cm.
Badan jalan harus sudah dipersiapkan terlebih dahulu sebelum pasir dihamparkan.
Perkerasan Telford harus bebas dari akar, rumput atau sampah dan kotoran lain.
Sebelum pasir urug dihamparkan terlebih dahulu dipasang Batu Pinggir yang
ukurannya lebih besar dan lebih tinggi dari batu belah.

Gambar. Penampang batu belah


Batu belah yang dipergunakan diperoleh dan batu besar yang dibelah-belah,
sehingga mempunyai permukaan banyak dan kasar dengan tinggi 15-20 cm. Batu
belah dipasang tegak, bagian tumpul di bawah dan yang runcing di atas, dengan
tangan, kemudian dipukul dengan palu. Di atas batu belah kemudian diberi batu
pengisi/batu pengunci berupa batu pecah dengan ukuran 5-7 cm. Sebagai langkah
terakhir dilakukan pemadatan dengan alat pemadat mesin gilas, stamper atau timbris.
3. Perkerasan Makadam Ikat Basah (Waterbound Macadam)
Perkerasan Makadam Ikat Basah (Waterbound Macadam), bahan perkerasan
Makadam terdiri atas agregat kasar/pokok ukuran 2-5cm, agregat pengunci dengan
ukuran 12 cm dan pasir penutup. Perkerasan Makadam Ikat Basah ini
menggunakan agregat kasar dengan gradasi hampir seragam dengan ukuran butir 3-5
cm dengan dipasang setebal kurang lebih 3/2 dari ukuran butir batu pecah. Diatas
lapisan batu pecah ini dipasang batu pengunci berupa batu pecah dengan ukuraran
antara 1-2 cm, kemudian dilakukan pemadatan dengan mesin gilas, stemper atau
timbris. Tebal perkerasan + 20 cm.

Gambar. Makadam ikat basah


4. Perkerasan Beton Tumbuk (Rabat Beton)
Perkerasan Beton, dibuat dari bahan semen pasir dan kerikil dengan
perbandingan campuran 1 semen : 2 pasir : 3-5 kerilil/batu pecah Perkerasan ini
dipergunakan untuk jalan lingkungan/ permukiman atau di daerah yang tanah
dasarnya labil, mudah pecah, lembek, pada turunan/tanjakan dan diatas singkapan
batu. Material pasir dan batu pecah yang dipergunakan untuk perkerasan beton ini
harus bersih dari tanah lempung, sampah dan bahan kotoran, kerikil atau batu pecah
harus dipilih yang keras. Tebal konstruksi perkerasan beton ini kurang lebih 10 cm.
Pemberian air untuk campuran beton tumbuk ini secukupnya saja.
Untuk membuat lapisan beton, sebelumnya dipasang cetakan untuk membatasi
lebar dan ketebalan yang diinginkan. Adukan beton kemudian dituangkan ke dalam
cetakan dan dipadatkan dengan alat penggetar atau ditusuk-tusuk dengan kayu,
kemudian diratakan. Permukaan dibuat kasar dengan menggunakan sapu lidi ke arah
menyamping. Setiap 1 meter memanjang dibuat alur lebar 1cm dan dalam 2cm.
Setiap 2 meter memanjang diberi pemisah selebar 1 cm untuk membatasi retak
memanjang beton. Pemakaian jalan pada perkerasan beton ini baru dapat dilakukan
paling cepat setelah 7 hari terhitung dari selesainya pengecoran beton.

Gambar. Perkerasan beton tumbuk


5. Jalan Paving Blok/Beton Terkunci

Jalan Paving Blok/Beton Terkunci, lapis perkerasan dari blok beton/paving


blok dengan bahan pengisi celah/pengunci antar blok beton dari pasir. Paving blok
diletakan diatas lapis pondasi jalan yang terlebih dahulu dihamparkan pasir urug
setebal 6-10 cm, pada bagian sisi/pinggir perkerasannya diberikan beton pembatas.
Jalan dengan paving blok dapat digunakan didaerah lingkungan/permukiman. Mutu
blok beton kelas I/II, fc= 27-37,35 MPA. Tebal paving blok sekitar 6-10 cm.
Susunan blok beton yang memilki penguncian paling baik adalah pola Tulangan Ikan
(TI : 90/45 derajat) dan bentuk blok beton tipe A dan tipe C.

Gambar. Paving blok


Penggunaan paving blok ini sudah dijumpai secara luas, terutama karena
bermanfaat :

Mudah dalam pemasangan dan pemeliharaannya;


Mudah ketersediaannya, dapat diproduksi baik secara mekanis maupun

manual;
Ukuran paving blok lebih terjamin;
Memperindah lapis permukaan tanah/lingkungan;
Tidak mudah rusak oleh perubahan cuaca;
Antislip bagi kendaraan;

Celah-celah antara paving blok dapat mengalirkan air hujan/air permukaan

kedalam tanah sehingga menjaga keseimbangan air tanah;


Mengurangi kecepatan erosi tanah, khususnya pada tanah yang miring;
Mengurangi kecepatan pengaliran air permukaan;

Jalan Beraspal

Gambar. Penampang jalan beraspal


1. Lapis Permukaan aspal
a. Lapis Permukaan Buras (Pelaburan Aspal)
Merupakan hasil penyiraman/penyomprotan aspal diatas permukaan jalan,
kemudian ditabur dengan pasir dengan ukuran butir 3/8 dan dipadatkan sebagai
lapis penutup.

b. Taburan Aspal Satu Lapis (Burtu)


Lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburu dengan satu lapis
agregat bergradasi seragam dengan tebal maksimum 2 cm. Lapisan ini biasanya
dipakai sebagai lapisan non struktural.

c. Taburan Aspal Dua Lapis (Burda)


Lpaisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal yeng ditaburi agregat dengan
dikerjakan secara berurutan (berlapis) dengan tebal padat maksimum 3,5 cm.
Lapisan ini dipakai sebagai lapisan non struktural.

d. Lapisan Tipis Aspal Pasir (Latasir)


Lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspala dan pasir alam bergraasi
menrus dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu denga tebal
padat 1-2 cm. Lkapisan ini dipakai sebagai lapisan non struktural.
2. Lapis Penetrasi Makadam (Lapen)
Lapisan Penetrasi Macadam (lapen), merupakan lapis perkerasan yang terdiri
dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat
oleh aspal dengan cara disemprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis.
Dimana bahan perkerasan terdiri dari susunan batu pokok (3-5cm), batu pengunci
(1-2cm) dan batu penutup (pasir) dan campuran laburan aspal panas sebagai
pengikat diantara tiap lapisan dan dipadatkan sebagai lapis penutup.
Bahan-bahan perkerasan Lapen terdiri dari :
o Agregat
Agregat pokok.

Agregat Pengunci.
o Aspal
Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70 yang memenuhi AASHTO

M20.
Aspal emulsi CRS1 atau CRS2 yang memenuhi ketentuan Pd S-011995-03 (AASHTO M208) atau RS1 atau RS2 yang memenuhi

ketentuan AASHTO M140.


Aspal cair penguapan cepat (rapid curing) jenis RC250 atau RC800 yang
memenuhi ketentuan Pd S-03-1995-03, atau aspal cair penguapan sedang
(medium curing) jenis MC250 atau MC800 yang memenuhi ketentuan

Pd S-02-1995-03.
Peralatan yang digunakan antara lain :
o Penumpukan Bahan
Dump truck
Loader
o Di lapangan
Mekanis
Penggilas tandem 6-8 ton atau penggilas beroda tiga 6-8 ton, Penggilas
beroda karet 10-12 ton bila diperlukan, Hand sprayer, Truk penebar
agregat.

Manual
Penyapu, sikat, karung, keranjang, kaleng aspal, sekop, gerobak dorong,

dan peralatan kecil lainnya, Ketel aspal, Penggilas seperti cara mekanis.
Pelaksanaan perkerasan Lapen meliputi :
o Persiapan Lapangan
Penetrasi macadam akan dipasang diatas pondasi yang telah dibangun diatas
permukaan dengan lapis penutup yang akan meliputi:

Diletakkan diatas permukaan lapis penutup yang ada permukaan tersebut harus

dilapisi aspal pelekat pada suatu tingkat pemakaian tidak melebihi 0,51/m2.
Permukaan perkerasan harus kering dan bebas dari batu-batu lepas atau suatu

bahan lain yang harus dibuang.


Sebelum pemasangan agregat kasar dan agregat kunci harus ditumpuk secara
terpisah dilapangan untuk mencegah pencampuran dan harus selalu bersih.

Penghamparan dan Pemadatan

Menggunakan metode mekanis

Penghamparan dan pemadatan agregat pokok

Truk penebar agregat harus dijalankan dengan kecepatan sedemikian sehingga


kuantitas agregatadalah seperti yang disyaratkan dan diperoleh permukaan yang
rata. Pemadatan awal harus menggunakan alat pemadat6-8 ton yang bergerak
dengan kecepatan kurang dari 3 km/jam. Pemadatan dilakukan dalam arah
memanjang, dimulai dari tepi luar hamparan dan dijalankan menuju ke sumbu
jalan. Lintasan penggilasan harus tumpang tindih(overlap) paling sedikit setengah
lebar alat pemadat. Pemadatan harus dilakukan sampai memperoleh permukaan
yang rata dan stabil (minimum 6 lintasan).

Penyemprotan Aspal
Temperatur aspal dalam distributor harus dijaga pada temperature yang
disyaratkan untuk jenis aspal yang disyaratkan. Temperatur Penyemprotan Aspal
Jenis Aspal Temperatur Penyemprotan (oC) :
60/70 Pen 165-175
80/100 Pen 155-165
Emulsi Kamar, atau sebagaimana petunjuk pabrik
Aspal cair RC/MC 250 80-90
Aspal cair RC/MC 800 105-115

Penebaran dan pemadatan agregat pengunci


Segera setelah penyemprotan aspal, agregat pengunci harus ditebarkan pada
takaran yang disyaratkan dan dengan cara yang sedemikian hingga tidak ada roda
yang melintasi lokasi yang belum tertutup bahan aspal. Takaran penebaran harus
sedemikian hingga, setelah pemadatan, rongga-rongga permukaan dalam agregat
pokok terisi dan agregatpokok masih nampak. Pemadatan agregat pengunci harus
dimulai segera setelah penebaran agregat pengunci. Dengan cara yang sama
seperti yang telah diuraikan diatas. Jika diperlukan, tambahan agregat pengunci
harus ditambahkan dalam jumlah kecil dan disapu perlahan-lahan diatas
permukaan selama pemadatan. Pemadatan harus dilanjutkan sampai agregat

pengunci tertanam dan terkunci penuh dalam lapisan dibawahnya.


Menggunakan metode Manual

Penghamparan dan pemadatan agregat pokok


Jumlah agregat yang ditebar d atas permukaan yang telah disiapkan harus
sebagaimana yang disyaratkan. Kerataan permukaan dapat diperoleh dengan
ketrampilan penebaran dan menggunakan perkakas tanganseperti penggaru.

Pemadatan dilaksanakan seperti pada metode mekanis.


Penyemprotan aspal

Penyemprotan aspal dapat dikerjakan dengan menggunakan penyemprot tangan


(hand sprayer) dengan temperatu aspal seperti yang disebutkan diatas. Takaran
penggunaan aspal harus serata mungkin pada takaran yang direncanakan.

Penebaran dan pemadatan agregat pengunci


Penebaran dan pemadatan agregat pengunci dilaksanakan dengan cara yang sama

dengan agregat pokok.


Kontrol Kualitas dan Pengujian Di Lapangan
Kontrol kualitas harus memenuhi ketentuan di bawah ini :

Penyimpanan tiap fraksi agregat harus terpisah untuk menghindari tercampurnya

agregat, dan harus dijaga kebersihannya dari benda asing.


Penyimpanan aspal dalam drum harus dengan cara tertentu agar tidak terjadi
kebocoran atau kemasukan air.

Tebal Lapisan

Tebal padat untuk lapisan penetrasi macadam harus berada di dalam toleransi 1

cm.
Kerataan permukaan sewaktu pemadatan.
Kerataan harus diukur dengan menggunakan mistar lurus yang panjangnya 3
meter. Punggung jalan yang ambles tidak melebihi 8mm.

Sambungan memanjang dan melintang harus diperiksa dengan cermat.

Gambar. Penampang dan pengerjaan lapen


3. Lapis Aspal Beton
a. Lapis Asbuton Agregat (Lasbutag)
Lapis Asbuton Agregat (Lasbutag) merupakan lapisan penutup perkerasan
yang terdiri dari campuran agregat kasar (batu 3-5cm), agregat halus (batu 2-3cm),
bahan pelunak/peremaja dan aspal buton yang dicampur secara dingin sebagai
pengikat dan dipadatkan sebagai lapis penutup.
Fungsi Lasbutag mempunyai fungsi sebagai lapis penutup untuk mencegah
masuknya air dari permukaan kedalam konstruksi perkerasan sehingga dapat
mempertahankan kekuatan konstruksi sampai tingkat tertentu. Sifat-sifat Lasbutag
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

Kedap air
Kekenyalan yang tinggi
Awet
Dianggap tifak mempunyai nilai strukstural

Penggunaan Lasbutag umumnya dilaksanakan pada jalan yang telah beraspal dengan
ketentuan sebagai berikut :

Jalan yang stabil dan rata /dibuat rata.


Jalan yang mulai retak-retak atau mengalami degradasi permukaan.
Gambar. Penampang dan pengerjaan Lasbutag

b. Lapis Tipis Asbuton Murni (Latasbun)


Lapisan penutup yang terdiri dari campuran asbuton dan baha pelunak engan
perbandingan tertentu yang dicampur secara dingin dengan ketebalan padat
maksimum 1 cm. Lapisan ini dipakai sebagai lapisan non struktural.
c. Lapis Tipis Aspal Beton (Hot Rolled Sheet HRS)
Lapisan penutup yang terdiri dari campuran antara agregat bergradasi menerus.
Material pengisi (fillter) dan aspal panas dengan perbaningan tertentu yang
dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas denag tebal 2,5-3 cm. Lapisan
ini digunakan sebagai lapisan permukaan struktural.
d. Lapis Aspal Beton (Laston)
Lapisan yang terdiri dari campuran aspal keras (AC) dan agregat yang
mempunya gradasi menerus dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu
tertentu . Lapisan ini digunakan sebagai lapisn permukaan struktural dan lapisan
pondasi (asphalt concrete base atau asphalt trated base).
Lingkup pekerjaan Pembangunan Jalan Beraspal dibatasi dengan prioritas :
o Perbaikan jalan beraspal yang telah ada.
o Peningkatan jalan diperkeras yang telah ada.
Bangunan Pelengkap Jalan Infrastruktur Bangunan Pelengkap Jalan dapat
berupa :
o Gorong-gorong yang berfungsi untuk mengalirkan air yang melewati badan
jalan.
o Penahan Lereng/Tebing Jalan yang berfungsi untuk menahan terjadinya
kelongsoran tanah ke badan jalan atau kelongsoran badan jalan.
o Saluran samping jalan.

Penjelasan lebih detail system dan spesifikasi Jalan mengacu pada Pedoman
Sederhana Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan yang diterbitkan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan, Puslitbang Jalan- Dep. PU, 1996. Kriteria desain
pembangun jalan yang perlu diperhatikan :
1. Jalan Aspal (Buras/Lapen/Lasbutag)
Lebar badan jalan minimal 2,50 m;
Lebar bahu jalan / berm minimal 0,50 m (kiri + kanan = 1,00m)
Kemiringan tanjakan / menurun jalan maximal 12 %
Panjang tanjakan / turunan maximal 150 Mtr
Memakai saluran kiri dan kanan (kondisional)
Harus sudah ada Lapis Pondasi Bawah (LPB) minimal 1 tahun;
2. Jalan Tanah/Kerikil (Sirtu)
Lebar badan jalan minimal 2,50 m;
Lebar bahu jalan / berm minimal 0,50 m (kiri + kanan = 1,00m)
Kemiringan tanjakan / menurun jalan maximal 12 %
Kemiringan Punggung Jalan minimum 3%
Kemiringan Bahu Jalan minimum 3-6%
Panjang tanjakan / turunan maximal 150 Mtr
Memakai saluran kiri dan kanan (kondisional)
3. Jalan Telford / Macadam
Lebar badan jalan minimal 2,50 M
Lebar badan jalan / berm minimal 0,50 M (kiri + kanan = 1,00 Mtr)
Memakai batu tepi
Kemiringan tanjakan /menurun jalan maximal 12 %
Panjang tanjakan / turunan maximal 150 M
Memakai saluran kiri dan kanan (kondisional)
Catatan : dijalan menurun / tanjakan kemiringan yang lebih dari 12 % dapat diberi
konstruksi beton/aspal.
4. Jalan Rabat Beton
Lebar badan jalan minimal 1,50 M
Kemiringan tanjakan /menurun jalan maximal 12 %
Tebal rabat minimal 7 CM (kondisional)
Permukaan rabat dibuat kasar/tidak licin;
Memakai saluran kiri dan kanan (kondisional)
Untuk pembangunan gorong-gorong dapat digunakan bahan dari pasangan
batu kali atau buis beton dengan memperhatikan kriteria :
Diameter minimal 30 CM

Ada dinding pengaman pondasi minimal 1,00 Mtr


Ada buick dinding minimal 0,80 Mtr
Ada Bak kontrol (Inlet/outlet )
Ada bangunan pelimpah (kondisional khusus outlet)
Catatan : apabila diameter <30 CM maka diganti dengan konstruksi plat beton
(plat duicker) Kriteria desain pembangun jembatan yang perlu diperhatikan :
5.

Jembatan Beton
Panjang bentang bersih maximal 6 M Dilengkapi dinding pengaman pondasi Perlu
pengawasan lebih intensif Posisi jembatan tidak berada di tanjakan/turunan jalan dan
tikungan sungai.
Catatan : apabila usulan >6M maka design harus mendapat persetujuan dari KMW

C. Bahan Lapisan Perkerasan


1.

Aspal
Aspal merupakan senyawa hidrokarbon berwarna coklat gelap atau hitam pekat

yang dibentuk dari unsur-unsur asphathenes, resins, dan oils. Aspal pada lapis perkerasan
berfungsi sebagai bahan ikat antara agregat untuk membentuk suatu campuran yang
kompak, sehingga akan memberikan kekuatan masing-masing agregat (Kerbs and
Walker, 1971). Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisar antara 4-10%
berdasarkan berat campuran, atau 10-15% berdasarkan volume campuran (Silvia
Sukirman, 2003).
Berdasarkan tempat diperolehnya, aspal dibedakan anatar lain :
aspal minyak.
adalah aspal yang merupakan residu pengilangan minyak bumi. Setiap minyak
bumi dapat menghasilkan residu jenis asphaltic base crude oil

yang banyak

mengandung aspal, parafin base crude oil yang mengandung banyak parafin, atau mixed
base crude oil yang mengandung campuran antara parafin dan aspal. Untuk perkerasan
jalan umumnya digunakan aspal minyak jenis asphaltic base crude oil. Berikut adalah
klasifikasi dari aspal buatan :
1.

Menurut Bahan Dasar Aspal. Aspal dibedakan menjadi


(Suprapto, 2004):

Dari bahan hewani (animal origin), yaitu diperoleh dari pengolahan crude oils.
Dari proses pengolahan crude oils akan diperoleh bahan bakar dan residu, yang

jika diproses lanjut akan diperoleh aspal/bitumen.


Dari bahan nabati (vegetable origin), yaitu diperoleh dari pengolahan batu bara/coal,
2.

dalam hal ini akan diperoleh tar.


Menurut Tingkat Kekerasannya, aspal minyak/ aspal murni/ petroleom
asphalt , diklasifikasikan menjadi :

Aspal Keras/ Aspal Panas/ Aspal Semen (Asphalt Cement), merupakan aspal yang
digunakan dalam keadaan panas. Aspal ini berbentuk padat pada keadaan
penyimpanan dalam temperatur ruang (250-300C). Merupakan jenis aspal buatan
yang langsung diperoleh dari penyaringan minyak dan merupakan aspal yang
3.

terkeras.
Aspal cair (Cut Back Asphalt / Liquid asphalt)
Aspal cair bukan merupakan produksi langsung dari penyaringan minyak kasar
(crude oil), melainkan produksi tambahan, karena harus melelui proses lanjutan
terlebih dahulu. Aspal cair adalah campuran antara aspal semen dengan bahan
pencair dari hasil penyulingan minyak bumi. Dengan demikian cut back asphalt
berbentuk cair dalam temperatur ruang. Berdasarkan beban pencairnya dan
kemudahan menguap bahan pelarutnya, aspal cair dapat dibedakan menjadi :
o RC (Rapid Curing cut back), Merupakan suatu produksi campuran dari aspal
semen dengan penetrasi relatif agak keras (biasanya AC 85/100) yang
dilarutkan dengan gasoline (bensin atau premium).
o MC (Medium Curing cut back), Merupakan suatu produksi campuran dari
aspal semen dengan penetrasi yang lebih lunak (biasanya AC 120-150) dengan
minyak, yang tingkat
o SC (Slow Curing cut back), Merupakan suatu produksi campuran dari aspal
semen dengan penetrasi lunak (biasanya AC 200-300) dengan minyak diesel,

yang hampir tidak mempunyai penguapan.


4. Aspal Emulsi
Aspal emulsi suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi. Berdasarkan
muatan listrik yang dikandungnya, aspal emulsi dapat dibedakan atas (Subekti,
2006) :
o Kationik disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang bermuatan
arus listrik positif.

o Anionik disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang bermuatan
negatif.
o Nonionik merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti tidak
menghantarkan listrik.
Aspal yang umum digunakan sebagai bahan perkerasan jalan adalah aspal emulsi anionik
dan kationik. Berdasarkan kecepatan pengerasannya aspal emulsi dapat dibedakan atas :
o RS (Rapid Setting), aspal yang mengandung sedikit bahan pengemulsi sehingga
pengikatan yang terjadi cepat.
o MS (Medium Setting).
o SS (Slow Setting), jenis aspal emulsi yang paling lambat menguap.

Tabel. Kandungan zat aspal minyak


aspal alam
yaitu aspal yang didapat di suatu tempat di alam, dan dapat digunakan
sebagaimana diperolehnya atau dengan sedikit pengolahan. Indonesia memiliki aspal
alam yaitu di pulau Buton, yang berupa aspal gunung, terkenal dengan nama Asbuton
(Aspal batu Buton). Asbuton merupakan batu yang mengandung aspal. Deposit Asbuton
membentang dar kecamatan Lawele sampai Sampolawa. Produk Asbuton dapat dibagi
menjadi dua kelompok yaitu:
o Produk Asbuton yang masih mengandung material filler, seperti Asbuton kasar,
Asbuton halus, Asbuton mikro, dan butonic mastic asphalt.
o Produk yang telah dimurnikan menjadi aspal murni melalui proses ekstraksi atau
proses kimiawi.
Lapis permukaan jalan yang dapat dibuat dari Asbuton ada beberapa (Suprapto,
2004), yaitu :
o Seal Coat Asbuton, Lapis ini merupakan campuran antara Asbuton, bahan pelunak
dan dengan perbandingan tertentu dan pencampurannya dilakukan dengan dingin
(cold mix).

o Sand Sheet Asbuton, Lapis ini merupakan campuran antara Asbuton, bahan pelunak
dan pasir dengan perbandingan tertentu dan pencampurannya dilakukan secara
dingin/ hangat/ panas.
o Lapis Beton Asbuton, Lapis ini merupakan campuran antara Asbuton, bahan pelunak
dan agregat dengan gradasi rapat pada perbandingan tertentu yang dilaksanakan
secara dingin/ hangat/ panas.
o Surface Treatment Asbuton, Lapis ini seperti halnya seal coat Asbuton. Sedangkan
perbedaannya terletak pada pelaksanaanya di lapangan, yaitu di atas lapis tersebut
ditaburkan agregat single size.
Asbuton Untuk Bahan Jalan
Jenis-jenis asbuton yang telah diproduksi, baik secara fabrikasi maupun secara
manual pada tahun-tahun belakangan ini adalah asbuton butir atau mastik asbuton, aspal
yang dimodifikasi dengan asbuton dan bitumen asbuton hasil ekstraksi yang
dimodifikasi. (DPU, Direktorat Jenderal Bina Marga; Buku 1: Pedoman Pemanfaatan
Asbuton, 2006).
o Asbuton Butir, Asbuton butir adalah hasil pengolahan dari Asbuton berbentuk padat
yang di pecah dengan alat pemecah batu (crusher) atau alat pemecah lainnya yang
sesuai sehingga memiliki ukuran butir tertentu.
o Asbuton Hasil Ekstraksi, Ekstraksi asbuton dapat dilakukan secara total hingga
mendapatkan bitumen asbuton murni atau untuk memanfaatkan keunggulan mineral
asbuton sebagai filler, ekstraksi dilakukan hingga mencapai kadar bitumen tertentu.
Produk ekstraksi asbuton dalam campuran beraspal dapat digunakan sebagai bahan
tambah (aditif) aspal atau sebagai bahan pengikat sebagaimana halnya aspal standar
siap pakai atau setara aspal keras yang dikenal dengan Asbuton modifikasi.

Tabel. Kandungan zat aspal alam

2.

Agregat

Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral
lainnya, baik berupa hasil alam maupun buatan (Petunjuk Pelaksanaan Laston Untuk
Jalan Raya SKBI -2.4.26.1987). Fungsi dari agregat dalam campuran aspal adalah
sebagai kerangka yang memberikan stabilitas campuran jika dilakukan dengan alat
pemadat yang tepat. Agregat sebagai komponen utama atau kerangka dari lapisan
perkerasan jalan yaitu mengandung 90% 95% agregat berdasarkan persentase berat
atau 75% 85% agregat berdasarkan persentase volume (Silvia Sukirman, 2003,
Beton
Aspal Campuran Panas).
Klasifikasi Agregat
Agregat dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Silvia Sukirman, 1999) :
1. Berdasarkan proses pengolahannya, agregat dapat dibedakan menjadi :
o Agregat Alam
Agregat yang dapat dipergunakan sebagaimana bentuknya di alam atau
dengan sedikit proses pengolahannya dinamakan agregat alam. Dua bentuk
agregat yang sering digunakan yaitu :
Kerikil adalah agregat dengan ukuran partikel lebih besar dari inch

(6,35 mm).
Pasir adalah agregat dengan ukuran partikel kecil dari 1/4 inch tetapi

lebih besar dari 0,075 mm (saringan no.200).


Agregat yang melalui proses pengolahan
Proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai
agregat konstruksi perkerasan jalan. Agregat ini harus melalui proses
pemecahan terlebih dahulu supaya diperoleh :
Bentuk partikel bersudut, diusahakan berbentuk kubus.
Permukaan partikel kasar sehingga mempunyai gesekan yang baik.
Gradasi sesuai yang diinginkan.
o Agregat buatan
Agregat yang merupakan mineral filler/pengisi (partikel dengan ukuran <0,075
mm), diperoleh dari hasil sampingan pabrik-pabrik semen dan pemecah batu.
2. Berdasarkan besar partikel-partikel (ukuran butiran) agregat, dapat dibedakan
menjadi :
o Agregat kasar adalah agregat yang tertahan pada saringan No.4 (4,75 mm).
o Agregat halus adalah agregat yang lolos saringan no.4 dan tertahan no.200
(0,075 mm).

o Abu batu/mineral filler, merupakan bahan berbutir halus yang mempunyai


fungsi sebagai pengisi pada pembuatan campuran aspal. Filler didefinisikan
sebagai fraksi debu mineral/ agregat halus yang umumnya lolos saringan
no.200, bisa berupa kapur, debu batu atau bahan lain, dan harus dalam
keadaan kering (kadar air maksimal 1%).
Bentuk dan Tekstur Agregat
Bentuk dan tekstur agregat mempengaruhi stabilitas dari lapisan perkerasan yang
dibentuk oleh agregat tersebut. Partikel agregat dapat berbentuk sebagai berikut :

Bulat (rounded)
Lonjong (elongated)
Kubus (cubical)
Tak beraturan (irregular)

Tekstur permukaan berpengaruh pada ikatan antara batu dengan aspal. Tekstur
permukaan agregat terdiri atas :

Kasar sekali (very rough)


Kasar (rough)
Halus
Halus dan licin (polished)

Gradasi Agregat
Gradasi atau distribusi partikel-partikel berdasarkan ukuran agregat merupakan hal
yang

penting

dalam

menentukan

stabilitas

perkerasan.

Gradasi

agregat

mempengaruhi besarnya rongga antar butir yang akan menentukan stabilitas dan
kemudahan dalam proses pelaksanaan. Gradasi agregat ini diperoleh dari hasil
analisa saringan dengan menggunakan 1 set saringan (dengan ukuran saringan 19,1
mm; 12,7 mm; 9,52 mm; 4,76 mm; 2,38 mm; 1,18 mm; 0,59 mm; 0,149 mm; 0,074
mm), dimana saringan yang paling kasar diletakkan diatas dan yang paling halus
terletak paling bawah. Satu saringan dimulai dari pan dan diakhiri dengan tutup
(Silvia Sukirman, 1999). Jenis Gradasi Agregat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu :
o Gradasi Rapat (Dense Graded/ Well Graded)
Gradasi rapat merupakan campuran agregat kasar dan halus dalam porsi yang
berimbang, sehingga dinamakan juga agregat bergradasi baik (well graded).
o Gradasi Seragam (Uniform Graded)

Gradasi seragam adalah agregat dengan ukuran yang hampir sama/ sejenis atau
mengandung agregat halus yang sedikit jumlahnya sehingga tidak dapat mengisi
rongga antar agregat. Gradasi seragam disebut juga gradasi terbuka
o Gradasi Timpang/Senjang (Poorly Graded/ Gap Graded)
Gradasi timpang merupakan campuran agregat yang tidak memenuhi dua kategori di
atas. Agregat bergradasi timpang umumnya digunakan untuk lapisan perkerasan
lentur yaitu gradasi senjang, merupakan campuran agregat dengan 1 fraksi hilang
dan 1 fraksi sedikit sekali.

Gambar. Bentuk krikil (agregat)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkerasan jalan sangat diperlukan untuk mempermudah lalu-lintas atau transportasidan
juga konstruksi perkerasan menentukan kekuatan atau beban yang bisa diterima oleh
jalan tersebut.
B. Saran
Bahan yang digunakan untuk membuat lapisan perkerasan berpengaruh terhadap
keawetan dan mempunyai karakteristik yang berbeda. Sehinnga dalam pembangunannya
harus tepat menentukan jenis perkerasan apakah menggunakan aspal atau beton.

DAFTAR PUSTAKA
Corne. C. P. Optimizing Pavement Overlay Design In Indonesia, Conference Road
Engineering Association of Asia and Australian (REAAA) 4th, 22 26 August, (1993),
Jakarta
Diretorat Jenderal Bina Marga, (1995), Spesifikasi Umum, Badan Penerbit Departemen
PU, Jakarta.
Hatherly, L.W., Leaver, P.C., 1967, Asphalt Road Materials, Edward Arnold, Ltd, London
Silvia Sukirman, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit NOVA Bandung, Januari 1992
http://abaditeknik94.wordpress.com/2013/02/25/desain-telford/
Diakses pada tanggal 25 Maret 2014

You might also like