Professional Documents
Culture Documents
19 Februari 2009
tags: Biologi
by andre
Selanjutnya Anas (1989), menyatakan bahwa jumlah total mikroorganisme yang terdapat
didalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility indeks), tanpa
mempertimbangkan hal-hal lain. Tanah yang subur mengandung sejumlah
mikroorganisme, populasi yang tinggi ini menggambarkan adanya suplai makanan atau
energi yang cukup ditambah lagi dengan temperatur yang sesuai, ketersediaan air yang
cukup, kondisi ekologi lain yang mendukung perkembangan mikroorganisme pada tanah
tersebut.
Jumlah mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat organisme dalam
hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman profil tanah.
Data ini juga berguna dalam membandingkan keragaman iklim dan pengelolaan tanah
terhadap aktifitas organisme didalam tanah (Anas 1989).
Komposisi biokimia bahan organik dari biomass kering tersebut, terdiri dari:
(1) karbohidrat (60%),
(2) lignin (25%),
(3) protein (10%),
(4) lemak, lilin dan tanin (5%).
Berdasarkan kategori produk akhir yang dihasilkan, maka proses dekomposisi bahan
organik digolongkan menjadi 2, yaitu:
(1) proses mineralisasi, dan
(2) proses humifikasi.
Proses mineralisasi terjadi terutama terhadap bahan organik dari senyawa-senyawa yang
tidak resisten, seperti: selulosa, gula, dan protein. Proses akhir mineralisasi dihasilkan ion
atau hara yang tersedia bagi tanaman.
Proses humifikasi terjadi terhadap bahan organik dari senyawa-senyawa yang resisten,
seperti: lignin, resin, minyak dan lemak. Proses akhir humifikasi dihasilkan humus yang
lebih resisten terhadap proses dekomposisi.
Urutan kemudahan dekomposisi dari berbagai bahan penyusun bahan organik tanah dari
yang terdekomposisi paling cepat sampai dengan yang terdekomposisi paling lambat,
adalah sebagai berikut:
(1) gula, pati, dan protein sederhana,
(2) protein kasar (protein yang leih kompleks),
(3) hemiselulosa,
(4) selulosa,
(5) lemak, minyak dan lilin, serta
(6) lignin.
Humus
Humus dapat didefinisikan sebagai senyawa kompleks asal jaringan organik tanaman
(flora) dan atau fauna yang telah dimodifikasi atau disintesis oleh mikrobia, yang bersifat
agak resisten terhadap pelapukan, berwarna coklat, amorfus (tanpa bentuk/nonkristalin)
dan bersifat koloidal.
Ciri-Ciri Humus
Beberapa ciri dari humus tanah sebagai berikut:
(1) bersifat koloidal (ukuran kurang dari 1 mikrometer), karena ukuran yang kecil
menjadikan humus koloid ini memiliki luas permukaan persatuan bobot lebih tinggi,
sehingga daya jerap tinggi melebihi liat. KTK koloid organik ini sebesar 150 s/d 300
me/100 g yang lebih tinggi daripada KTK liat yaitu 8 s/d 100 me/100g. Humus memiliki
daya jerap terhadap air sebesar 80% s/d 90% dan ini jauh lebih tinggi daripada liat yang
hanya 15% s/d 20%. Humus memiliki gugus fungsional karboksil dan fenolik yang lebih
banyak.
(2) daya kohesi dan plastisitas rendah, sehingga mengurangi sifat lekat tanah dan
membantu granulasi aggregat tanah.
(3) Tersusun dari lignin, poliuronida, dan protein kasar.
(4) berwarna coklat kehitaman, sehingga dapat menyebabkan warna tanah menjadi gelap.
Peningkatan baik keragaman mupun populasi berkaitan erat dengan fungsi bahan organik
bagi organisme tanah, yaitu sebagai:
(1) bahan organik sebagai sumber energi bagi organisme tanah terutama organisme tanah
heterotropik, dan
(2) bahan organik sebagai sumber hara bagi organisme tanah