You are on page 1of 11

KEBIJAKAN MONETER JEPANG PERIODE TAHUN 2008, 2009, DAN

2010 SEBAGAI BENTUK PENANGGULANGAN KRISIS FINANSIAL


GLOBAL

Oleh : 1. Sri Rezeki


2. Febrian Dneuilly
3. Deni Siahaan
4. Yanuar Priambodo
5. Aria Rahardian
6. Avina Nadhila Widharsa
7. Mindo Stevi Ardi
8. Yusdam Arrang
9. Zhahwa Chadijah Ramadhani
10. Tubagus Ari Wibawa Mukti

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPARTEMEN HUBUNGAN INTERNASIONAL

2009/2010

1
Latar Belakang

Sebelum mengalami resesi dalam perekonomiannya, Jepang dikenal sebagai salah satu negara yang
memiliki kekuatan ekonomi ketiga terbesar di dunia. Resesi perekonomian yang dialami Jepang lebih
tepatnya di picu oleh krisis finansial global yang melanda hampir seluruh perekonomian negara-negara di
dunia. Sejak krisis finansial 2008 yang awalnya terjadi di AS, alhasil turut berdampak pada perekonomian
Jepang. Hal ini disebabkan kemajuan perekonomian Jepang yang mengacu pada keunggulannya pada
tingkat ekspor, dimana terlihat banyak perusahaan Jepang mengekspor produknya ke negara-negara asing
terutama Amerika dan negara Eropa, sehingga pada saat perekonomian Amerika terpuruk di penghujung
tahun 2009 maka hal tersebut dengan sendirinya memperngaruhi perekonomian Jepang. Perekonomian
Jepang semakin terpuruk dengan berkurangnya daya beli masyarakat lokal dan menurunnya jumlah
permintaan dari negara-negara asing terhadap produk-produk Jepang. Hal ini terlihat dari anjloknya data
machinery orders di Jepang sebesar 10,4% pada kuartal ketiga 2008, terbesar sepanjang sejarah.

Semenjak mengalami krisis tersebut, perekonomian Jepang mengalami deflasi. Ini merupakan keterpurukan
ekonomi Jepang (mengalami resesi) yang pada akhirnya mengakibatkan banyak perusahaan Jepang harus
mem-PHK banyak karyawannya untuk mempertahankan eksistensinya. Bahkan akibat terburuk dari resesi
berkepanjangan ini adalah akan banyak perusahaan besar yang terancam akan tutup seperti Honda, Toyota
dan lain sebagainya. Oleh karena itu, resesi berkepanjangan yang dialami oleh Jepang ini harus segera
diselesaikan oleh Pemerintah Jepang. Kejatuhan perekonomian ini secara otomatis membuat pemerintah
melakukan upaya untuk memperbaiki perekonomiannya. Upaya perbaikan ekonomi tersebut dilakukan
pemerintah melalui Bank of Japan (Boj) yang mempunyai mandat untuk mengeluarkan kebijakan moneter
Jepang. Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara
berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Kebijakan moneter ini secara khusus
merupakan bentuk dari penanggulangan deflasi yang meningkat di Jepang. Deflasi merupakan suatu periode
dimana harga-harga barang secara umum jatuh dan nilai uang bertambah. Deflasi ini terjadi dikarenakan
kurangnya jumlah uang yang beredar dimasyarakat.

Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan
antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja
penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang. Panjangnya masa resesi yang dialami Jepang
tentunya tidak dapat diselesaikan dengan waktu yang singkat, oleh karena hingga saat ini upaya pemulihan
ekonomi masih terus dilanjutkan karena pasar masih berada dalam kondisi yang tidak pasti,yang diantaranya
dilihat dari ketergantungan Jepang terhadap ekspor sehingga menyebabkan harus ada kepastian bahwa
negara tujuan ekspor telah kembali memiliki kestabilan ekonominya. Dengan demikian melalui penjelasan

2
singkat ini, maka dalam paper ini akan paparkan kebijakan-kebijakan moneter Jepang untuk mengatasi krisis
ekonomi di negaranya.

3
PEMBAHASAN

Kebijakan moneter yang diambil oleh Pemerintah Jepang dalam 3 tahun terakhir

Sejak terjadinya Krisis finansial akhir 2008, ketika terjadinya huru hara intensif terjadi dalam pasar
finansial global, Bank Of Japan (BOP) telah melakukan sebuah perumusan kebijakan “wide range” dalam
kebikajakan moneter dan kebijakan sistem finansial mereka. Ada beberapa jenis Kebijakan moneter yang
diambil oleh BOJ dalam mengatasi krisis finansial. Pertama, Reductions in the Policy interest rate , kedua
measures to ensure stability in financial markets dan ketiga, steps to facilitate corporate financing.

Ketiga kebijakan besar ini dijabarkan dalam beberapa kebijakan yang lebih detil. Pertama adalah kebijakan
menaikkan nilai kredit program ke bank komersial. Bank sentral Negeri Matahari Terbit ini akan menambah
kredit sedikitnya ¥ 5 triliun atau US$ 55 miliar. Hasil survei Bloomberg menunjukkan, 12 dari 17 analis
yang menjadi responden yakin BoJ akan menaikkan pagu kredit programnya, dari level saat ini sebesar ¥ 10
triliun. Delapan analis tidak menyebut angka spesifik, enam analis memperkirakan kenaikan dua kali lipat,
satu analis memperkirakan kenaikan menjadi ¥ 15 triliun, dan lainnya naik menjadi ¥ 15 sampai ¥ 20 triliun.
Analis juga sepakat, BoJ masih akan mempertahankan tingkat bunga acuan di kisaran 0,1%.1 Fasilitas yang
ditawarkan BoJ ini adalah fasilitas kredit tanpa batas dengan jaminan kepada bank komersial. Nilai
outstanding hingga 28 Februari telah mencapai ¥ 5,9 triliun. Sejak program ini dimulai Desember 2009 lalu,
BoJ telah menyalurkan kredit hingga ¥ 9,6 triliun. Jumlah ini hampir melewati plafon yang disiapkan bank
sentral. Untuk fasilitas kredit bertenor tiga bulan ini, BoJ mematok bunga sebesar 0,1%. Maka dari itu,
selain menaikkan pagu kredit, bisa jadi BOJ akan memperpanjang masa pinjaman menjadi enam bulan
sampai satu tahun.2

Kebijakan kedua adalah menetapkan beberapa perumusan sementara mengenai operasi pasar uang. hal ini
dilakukan bertujuan untuk menjamin stabilitas pasar finansial dan dengan demikian memfasilitasi keuangan
perusahaan. Dibutuhkan pemakaian metode yang paling aktif untuk operasi pasar uang yang disesuaikan
terhadap perubahan dalam pasar finansial. Berdasarkan pemahaman ini, BOJ akhirnya memutuskan untuk
memperpanjang periode efektif dari perluasan dalam jaminan jangkauan yang beragam dan
memperlengkapi fasilitas deposit serta masa akhir dari keseluruhan pembelian dari CP dan sertifikat saham
yang terjadwal. Untuk menjamin stabilitas pasar finansial sampai akhir tahun, pendanaan khusus berupa
penawaran untuk memfasilitasi keuangan perusahaan akan tetap dikucurkan sampai Maret 2010. Dari bulan
April 2010, BOJ akan mempersiapakan penyediakan likuiditas yang cukup yang utamanya mendanai operasi
penawaran, terhadap jaminan kelompok yang dapat menjangkau sebuah cakupan yang lebih luas dari
jaminan.

1
“Atasi Deflasi, BoJ Tambah pagu Kredit”, diakses dari http://www.kontan.co.id/index.php/internasional/news/32293/Atasi-
Deflasi-BoJ-Tambah-Pagu-Kredit, pada hari selasa, 20 Aril 2010, 01.00 wib
2
Ibid
4
Kebijakan ketiga adalah pembelian intrumen keuangan perusahaan. Langkah ini merupakan bagian dari
langkah-langkah untuk memfasilitasi keuangan perusahaan, yang pada dasarnya memiliki keterlibatan
dengan risiko kredit dari perusahaan perseorangan. Selain perumusan tersebut, bank sentral juga akan
mendirikan prinsip dasar mengenai pembelian sekaligus dari instrumen keuangan perusahaan, sebelum
dimulainya pengaturan pembelian.

Kebijakan keempat adalah menyuntikkan tambahan dana, senilai 110 miliar dolar AS ke pasar dalam 3
bulan ke depan, dengan bunga sangat rendah, seperti langkah yang diambil pada bulan Desember. BoJ
mempertimbangkan, bahwa mengatasi deflasi merupakan hal yang sangat mendesak, namun menghadapi
banyak kesukaran untuk merealisasikannya. Dengan rencana terakhir ini, diharapkan dapat memastikan
pendirian anti deflasi yang didukung oleh beberapa perusahaan, untuk meningkatkan investasi dan membuat
konsumen belanja lebih banyak. Kebijakan ini juga diambil untuk mencegah terjadinya stagnansi
perekonomian.

Dengan melakukan pembelian intrumen keuangan perusahaan. Langkah ini merupakan bagian dari
langkah-langkah untuk memfasilitasi keuangan perusahaan, yang pada dasarnya memiliki keterlibatan
dengan risiko kredit dari perusahaan perseorangan. Selain perumusan tersebut, bank sentral juga akan
mendirikan prinsip dasar mengenai pembelian sekaligus dari instrumen keuangan perusahaan, sebelum
dimulainya pengaturan pembelian.

Kebijakan kelima yang diambil oleh Pemerintah Jepang adalah menurunkan tingkat suku bunga kredit ke
titik terendah hampir nol.3 Bank of Japan yang menurunkan tingkat suku bunga kredit sampai 0,1% di akhir
2008 memperlihatkan betapa lesunya aktivitas ekonomi dan lonjakan harga yang cukup tinggi, membuat
Bank of Japan harus tetap menjaga kondisi sektor keuangan. 4 Awal Desember 2009, BOJ menerapkan
sistem penanaman modal baru untuk mendukung kebijakan moneter mudah yang telah diterapkan. Dalam
kebijakan ini, BOJ menyediakan dana dalam jangka panjang untuk pasar uang dengan tingkat suku bunga
sangat rendah yakni 0,1%. BOJ sadar bahwa kebijakan yang diambil ini merupakan tantangan terbesar bagi
ekonomi Jepang untuk lepas dari deflasi dan mengembalikan keberlanjutan pertumbuhan dengan stabilitas
harga.5 Setidaknya ada dua alasan mengapa kebijakan moneter untuk menurunkan tingkat suku bunga bukan
kebijakan dapat dipertimbangkan, yakni dengan tingkat suku bunga yang rendah, perubahan yang terjadi di
pasar saham tidak akan terlalu berpengaruh jika keadaan ekonomi melemah serta penurunan tingkat suku
bunga juga berdampak pada menguatnya nilai saham di bursa efek. 6 Kebijakan menurunkan tingkat suku

3
http://www.adbi.org/research-policy-brief/2009/12/18/3423.gfc.macroeconomic.policy.issues.asia/monetary.policy.issues/
4
Masaaki Shirakawa, “Japan’s economy and monetary policy”
Speech by Mr Masaaki Shirakawa, Governor of the Bank of Japan, at a meeting held by the
Naigai Josei Chousa Kai (Research Institute of Japan), Tokyo, 29 January 2010.
5
Ibid
6
http://www.docstoc.com/docs/29056370/What-will-rising-interest-rates-mean-for-investors/
5
bunga ini juga dilakukan demi mendorong aktivitas sektor riil tetap berjalan di tengah kondisi ekonomi yang
tidak menentu.

Kebijakan keenam adalah meningkatkan likuiditas dengan memperluas program pinjaman bunga rendah.
Bank Sentral Jepang sejak tahun 2008 hingga tahun 2010 mempertahankan tingkat suku bunga yang rendah
yakni sebesar 0,1%. Selain itu, Bank Sentral Jepang mengeluarkan kebijakan untuk menggandakan pagu
kredit ke bank komersial dari ¥10 triliun menjadi ¥20 triliun, ini merupakan kredit lunak yang memiliki
jangka waktu tiga bulan.7 Kebijakan ini diambil oleh Bank Sentral Jepang untuk melawan deflasi. Deflasi
harus segera ditangani karena dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi dengan menekan laba perusahaan,
memicu pemotongan gaji, dan menyebabkan penundaan belanja oleh kalangan konsumen.8

ANALISIS

Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dimabil untuk mengendalikan atau mengarahkan perekonomian
makro ke kondisi yang diinginkan (yang lebih baik) dengan mengatur jumlah uang yang beredar. Yang
dimaksud dengan kondisi lebih baik adalah meningkatnya output keseimbangan dan atau terpeliharanya

7
Sopia Siregar, BoJ Gandakan Nilai Kredit, diakses dari http://www.kontan.co.id/index.php/internasional/news/32365/BoJ-
Gandakan-Nilai-Kredit, hari Selasa 20 April 2010 pukul 7.02 WIB.
8
Bank Sentral Jepang Pertahankan Bunga, diakses dari
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2010/04/100407_japanineterest.shtml, hari Selasa, 20 April 2010 pukul 7.22 WIB.
6
stabilitas harga (inflasi terkontrol).9 Ada dua jenis kebijakan moneter, yang pertama adalah kebijakan
moneter ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif. Kebijakan moneter ekspansif adalah kebijakan moneter
yang dilakukan pemerintah untuh menambah jumlah uang yang beredar, sedangkan kebijakan moneter
kontraktif adalah kebijakan moneter yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi jumlah uang yang
beredar di masyarakat.10 Untuk kasus Jepang yang mengalami deflasi, maka kebijakan moneter yang diambil
oleh pemerintah Jepang berjenis kontraktif.

Secara umum, ada tiga instrumen utama yang digunakan untuk mengatur jumlah uang yang beredar di
masyarakat, yaitu11 :

1. Operasi pasar terbuka (open market operation) adalah pemerintah mengendalikan jumlah uang
beredar dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga milik pemerintah.

2. Fasilitas diskonto (discount rate) adalah tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah atas bank-bank
umum yang meminjam ke bank sentral. Bila pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar
di masyarakat, pemerintah dapat menurunkan tingkat suku bunga. Dengan tingkat suku bunga yang
lebih murah, maka keinginan bank-bank untuk meminjam uang dari bank sentral menjadi lebih besar
sehingga jumlah uang beredar bertambah.

3. Rasio cadangan (Reserve requirement ratio) juga dapat mengubah jumlah uang yang beredar.

Tahun 2008 merupakan tahun yang berat untuk Jepang terutama karena adanya krisis finansial global yang
melanda perekonomian dunia termasuk Jepang. Efek dari krisis finansia global ini adalah tingginya laju
deflasi dalam perekonomian Jepang. Ancaman resesi pun tidak terelakkan. Lantas kebijakan moneter
menjadi jalan paling ampuh yang perlu dilakukan oleh pemerintah Jepang untuk mencegah terjadinya resesi
berkepanjangan. Bank of Japan sebagai bank sentral Jepang bertugas untuk mengatur stabilitas harga
barang-barang. "Wajar bagi BoJ untuk memperluas fasilitas kreditnya sebagai program darurat untuk
mendorong ekonomi keluar dari deflasi," ungkap Tazo Taya, mantan Dewan Gubernur BoJ yang kini
menjadi penasihat Daiwa Institute of Research. "BOJ tidak akan mengikuti kebijakan negara lain, karena
pemerintah terus menekan mereka," lanjutnya.12 Pemerintah Jepang menginginkan agar BOJ memperluas
fasilitas kreditnya untuk mendanai perusahaan-perusahaan lokal yang terkena dampak dari krisis finansial
global. Selain memperluas fasilitas kreditnya, pemerintah Jepang juga menurunkan tingkat suku bunga
untuk mencegah deflasi yang berkepanjangan. Berikut ini adalah tabel tingkat suku bunga Jepang :13

9
Prathama Rahadja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
2004) hlm. 245.
10
Ibid.
11
Ibid.
12
Opcit. Bank Sentral Jepang Pertahankan Bunga
13
Diakses dari www.tradingeconomics.com
7
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Year
201 0.10 0.10 0.10 0.10
0
200 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10
9
200 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.49 0.30 0.23
8
200 0.25 0.33 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50
7

Tingkat suku bungan Jepang selama tiga tahun terakhir mengalami penurunan hingga mencapai 0,10 %,
terutama pada akhir tahun 2008 hingga saat ini. Hal tersebut dikarenakan terjadi krisis ekonomi global yang
juga mempengaruhi perekonomian Jepang. Turunnya tingkat suku bunga tersebut, seiring dengan semakin
mahalnya harga barang dan menurunnya nilai mata uang, lambat laun akan mengakibatkan deflasi.
Merupakan sebuah tantangan bagi Jepang untuk dapat mengatasi deflasi dan kembali pada stabilitas harga.
Untuk itu, diperlukan kontribusi dari bank sentral untuk dapat menciptakan lingkungan financial yang
mendukung.

Dalam kebijakan menaikkan tingkat kreditnya, Pemerintah Jepang berusaha untuk menjangkau perusahaan-
perusahaan yang masih membutuhkan bantuan untuk segera bangkit dari krisis. Kebijakan ini diperpanjang
hingga beberapa bulan ke depan di tahun 2010 ini untuk mengembalikan kekuatan ekonomi Jepang lagi.
Bentuk pinjaman uang kepada bank-bank umum juga diyakini dapat membantu menstabilkan jumlah
peredaran uang di masyarakat.

Kebijakan moneter Jepang untuk meningkatkan likuidaitas menyebabkan Yen melemah terhadap sembilan
dari enam belas mata uang yang aktif diperdagangkan. 14 Berikut ini adalah grafik nilai tukar Yen terhadap
dolar AS:15

14
Faisal Justin, Yen dan Dolar Melemah karena Kebijakan Bank Sental Belum Sesuai Ekspektasi, diakses dari
http://www.financeroll.com/in/berita-utama/news-currencies/155279-yen-weaker-as-market-awaits-satisfying-results-from-
boj-.html, hari Selasa, 20 April 2010 pukul 7.22 WIB.
15
Diakses dari http://translate.google.com/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.forecast-chart.com/usd-japanese-
yen.html pada tanggal 20 April 2010 pukul 19.03.
8
Kebijakan likuiditas Jepang memang berbeda dengan negara-negara Asia Pasifik lain. Jika Jepang
meningkatkan likuiditas, negara lain justru menarik likuiditas. Sebelum kebijakan likuiditas tersebut
diambil, penyaluran kredit bank di Jepang terus turun dalam tiga bulan terakhir. Harga barang-barang dan
upah pun bergerak turun. Menurut Joseph Stiglitz, Bank Sentral Jepang harus bekerja sama dengan
pemerintah untuk memaksa bank menyalurkan kredit. 16 Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa meski Bank
Sentral Jepang menyediakan likuiditas, namun bank dapat memiliki anggapan bahwa ia tidak harus
melakukan penyaluran kredit. Jadi, Stiglitz melihat pentingnya peran aktif baik dari pemerintah dan Bank
Sentral Jepang untuk mendorong bank komersial menyalurkan kredit. Sementara, menurut A. Prasetyantoko,
obat dari krisis finansial yang paling manjur adalah sektor riil karena pada saat-saat sulit seperti krisis,
kebijakan moneter seperti penurunan suku bunga akan cenderung tidak efektif. Likuiditas akan mulai
mengalir kembali apabila sektor riil sudah mulai bekerja dan arus perdagangan barang dan jasa mulai
lancar.17 Dalam hal ini memang kebijakan likuiditas masih menjadi dilema tersendiri bagi pemerintah
Jepang karena mengancam kekuatan nilai Yen.

Belum lagi dengan adanya intervensi mata uang di pasar valuta asing. Menteri Keuangan Jepang, Hirohisa
Fuji menilai bahwa perkembangan valuta asing seharusnya sesuai dengan perekonomian nasional karena
jika tidak, akan terjadi upaya pelemahan mata uang yen terhadap dolar dan hal ini sangat diantisipasi oleh
Fuji.18 Kebijakan moneter yang diambil oleh Jepang untuk menanggulamgi krisis menghasilkan
perekonomian Jepang yang semakin membaik, walaupun proses pemulihan dari krisis perekonomian global
dirasa sangat lamban, namun pemerintah Jepang optimis akan hal tersebut karena ada perbaikan dalam

16
Sopia Siregar, Loc.cit.
17
A. Prasetyantoko, Internasional Krisis dan Perdagangan Global, diakses dari
http://cetak.infobanknews.com/artikel/rubrik/artikel.php?aid=14089, hari Selasa, 20 April 2010 pukul 7.32 WIB.
18
Diakses dari http://arsipberita.com/show/bisnis/keuangan/2009/09/19/fujii-menentang-intervensi-mata-uang-di-pasar/ pada
tanggal 20 April 2010 pukul 18.20.
9
perekonomian walaupun indikatornya sedikit. Sebagai bukti dari adanya pemulihan perekonomian Jepang,
pada tahun 2009 pertumbuhan produktivitas Jepang berbalik positif untuk pertama kalinya sejak awal resesi,
deflator harga turun 2,8% deflasi paling cepat dalam catatan. Kebijakan dalam mengatasi deflasi di Jepang
setiap tahunnya tidak akan jauh berbeda. Pemerintahan Jepang masih akan bekerjasama dengan BOJ untuk
mengatasi deflasi dengan kebijakan-kebijakan yang ada.

Pada tahun 2010, BOJ mengatakan bahwa ekonomi Jepang mulai pulih seiring dengan meningkatnya
produksi yang didukung kenaikan ekspor ke Cina dan negara berkembang lainnya. Namun untuk
menghadapi deflasi yang berlanjut maka pemerintahan Jepang melakukan suatu kebijakan yang dinamakan
kebijakan moneter longgar. Mekanisme yang dilakukan yaitu dengan melakukan ekspansi dari operasi suplai
dana yang dilakukan pada Desember 2009 yaitu menaikkan jumlah dari semula 10 triliun yen atau
menyuntikkan dana senilai 110 miliar dolar AS kepasar dalam waktu 3 bulan kedepan, dengan bunga yang
sangat rendah.19 Hal ini dilakukan oleh BOJ untuk meredam deflasi. Selain kebijakan tersebut, pemerintah
juga mengharapkan agar perusahaan meningkatkan investasinya dan membuat konsumen belanja lebih
banyak. Apabila terjadi peningkatan nilai tukar yen dan yield obligasi maka BOJ akan melakukan suatu
kebijakan untuk mengantisipasi hal tersebut dengan cara membeli lebih banyak lagi obigasi negara tersebut
atau memperluas operasi pendanaan.

Kesimpulan

19
www.nusantara-news.com/2010/02/17boj-deflasi-jepang diakses pada tanggal 20 April 2010, pukul 09:19 WIB
10
Jepang sadar betul akan ancaman resesi berkepanjangan akibat dari krisis finansial global di penghujung
tahun 2008, sehingga Jepang menggunakan tiga instrumen penting dalam kebijakan moneter dengan tepat.
Ketiga instrumen tersebut adalah open market operation, discount rate serta rasio cadangan wajib. Ketiga
instrumen ini dituangkan ke dalam bentuk kebijakan yang lebih detil. Kebijakan-kebijakan tersebut adalah
menurunkan tingkat suku bunga yang dilakukan bersamaan dengan memperpanjang masa pinjaman dan
peningkatan kredit. Kebijakan-kebijakan moneter ini merupakan strategi paling ampuh bagi jepang untuk
menstabilkan perekonomiannya, menjaga jumlah uang yang beredar, dan memulihkan perekonomian dari
terjangan krisis global. Hal ini menunjukkan bahwa Bank of Japan cenderung mempertahankan kebijakan
moneter “ultra-easy”nya untuk beberapa waktu ke depan. Dimana seperti yang sudah disebutkan
sebelumnya, Bank of Japan meredakan kebijakan moneternya pada bulan Desember lalu, dan pada bulan
Maret ini, setelah pemerintah Jepang menyatakan bahwa Jepang sedang mengalami deflasi dan menekan
bank sentral untuk memerangi pergeseran harga-harga barang dan jasa.20

Kebijakan moneter dalam tiga instrumen seperti yang disebutkan di atas digunakan oleh pemerintah Jepang
dalam tiga tahun terakhir (2008, 2009, 2010) semenjak krisis melanda. Walaupun perekonomian Jepang
masih dalam tahap pemulihan, ada beberapa kebijakan yang menuai pro dan kontra seperti misalnya
kebijakan likuiditas yang dinilai dapat melemahkan Yen, namun pada akhirnya bank sentral Jepang tetap
harus mengambil kebijakan likuiditas tersebut dikarenakan urgensitas penanganan krisis dan resesi harus
diutamakan. Tahap pemulihan perekonomian Jepang ini sedikit banyak dibantu oleh kebijakan moneter yang
diambil oleh bank sentral (BOJ) yang memegang kendali penting dalam menjaga tetap stabilnya jumlah
uang di masyarakat. Dengan tingkat kepercayaan dan daya beli masyarakat yang makin membaik, Jepang
akan segera kembali memerankan peranan sentral dalam perekonomian di Asia, selain Cina tentunya.

20
http://www.reuters.com/article/idUSTOE63C00220100413 diakses pada Selasa, 20 April 2010 pukul 17.30
11

You might also like