You are on page 1of 92

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM

WACANA KOMIK DI MAJALAH ANNIDA

SKRIPSI

untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra

Oleh

Nama : Nelly Yani BP


NIM : 2150402500
Program Studi : Sastra Indonesia
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2006
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian

Skripsi.

Semarang, Agustus 2006

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum Tommi Yuniawan, S.pd, M.Hum


NIP. 131962590 NIP. 132238498

i
PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian skripsi Jurusan Bahasa

dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

pada hari : kamis

tanggal : 31 Agustus 2006

Panitia Ujian Skripsi

Ketua, Sekretaris,

Prof. Dr. Rustono, M.Hum Drs. Mukh Doyin, M.Si


NIP 131281222 NIP 132106367

Penguji I,

Prof. Dr. Rustono, M.Hum


NIP 131281222

Penguji II, Penguji III,

Tommi Yuniawan, S.pd, M.Hum Prof. Dr. Fathur R., M.Hum


NIP 132238498 NIP 131962590

ii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat

atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2006

Nelly Yani B.P

2150402500

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

“Bila kita menginginkan sesuatu raihlah dengan segala usaha yang kita punya dan
iringilah selalu dengan doa”
“Kita tidak bisa menjadi bijaksana dengan kebijaksanaan orang lain, tapi kita bisa
berpengetahuan dengan pengetahuan orang lain” (Michel De Montaigne)
”Kita ada di sini bukan untuk saling bersaing. Kita ada di sini untuk saling
melengkapi”
(Bill Mccartney)

Skripsi ini kupersembahkan untuk:


1. Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya;
2. Ayah dan Mama yang senantiasa
mencurahkan kasih sayangnya;
3. Kakakku (Samsir, Ila, dan Muti), adikku
(Samsul), T’ Yayah, Mas Aang yang
selalu memberikan dorongan semangat
dan doanya;
4. Teman-teman cost “Azam” dan “Taz
Man”
5. Teman-teman Sastra ’02;

iv
PRAKATA

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi dalam Wacana Komik di majalah Annida .

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis selalu mendapatkan bimbingan, motivasi,

dan bantuan yang berharga. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

kepada Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum (Pembimbing I) dan Tommi Yuniawan,

S.Pd, M.Hum (Pembimbing II), yang telah membimbing penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima

kasih kepada berbagai pihak yang telah memberi kesempatan kepada penulis.

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menyusun skripsi ini;

2. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni dan Ketua Jurusan Sastra Indonesia yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini;

3. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan

bekal ilmu yang bermanfaat bagi penulis;

4. Bapak, Ibu, Kakakku, Adikku, dan kakak Iparku yang selalu mencurahkan kasih

sayangnya dan dorongan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

5. Mas “Aang” yang selalu menemani dan memberikan suportnya, hingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

v
6. Teman-teman Jurusan Sastra Indonesia angkatan 2002, khususnya teman-teman

Linguistik atas segala bantuan dan dukungannya untuk menyelesaikan skripsi ini;

7. Teman-teman Cost “Azam” dan “Taz Man” serta Cah KKN Desa Sedayu (Bu

Anna, Rani, Kakek, Gembur, dan Gembul) terimakasih atas dukungannya dan

persahabatannya;

8. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat pahala yang

berlipat ganda dari Allah SWT. Kritik dan saran yang membangun akan penulis

terima dengan senang hati. Semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis

sendiri dan umumnya bagi semua pihak pemerhati bahasa, Amien ya robbal alamin.

Penulis

vi
SARI

BP, Nelly Yani. 2006. Tindak Tutur Ilokusi dalam Wacana Komik di Majalah
Annida. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Prof. Dr. Fathur Rokhman,
M.Hum, Pembimbing II: Tommi Yuniawan, S.Pd, M.Hum.

Kata kunci: majalah Annida, tindak tutur ilokusi, wacana komik

Komik merupakan bahan bacaan yang sangat menarik, baik bagi anak-anak
maupun orang dewasa. Komik juga dapat memberikan pendidikan bagi pembacanya,
komik dalam majalah Annida dapat menghibur sekaligus mendidik serta memberikan
pengetahuan tentang agama Islam.
Berdasarkan latar belakang tersebut permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini yaitu jenis tindak tutur ilokusi apa saja yang digunakan dalam wacana
komik di majalah Annida, dan fungsi tindak tutur ilokusi apa saja yang digunakan
dalam wacana komik di majalah Annida. Tujuan penelitian ini mendeskripsi jenis
tindak tutur ilokusi yang digunakan dalam wacana komik di majalah Annida, dan
mengidentifikasi fungsi tindak tutur ilokusi yang digunakan dalam wacana komik di
majalah Annida. Dengan penelitian ini, penulis memperoleh manfaat pengetahuan
tentang tindak tutur ilokusi baik dari segi jenis dan fungsinya dalam wacana komik di
majalah Annida. Selain itu diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat
memberikan manfaat terhadap perkembangan bahasa dalam bidang pragmatik pada
umumnya dan khususnya tentang kajian tentang kajian tindak tutur terutama kajian
tindak tutur ilokusi.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Metode
pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik simak dan tenik catat. Data penelitian
ini diperoleh dari tuturan wacana komik majalah Annida dan sumber datanya berupa
jenis dan fungsi tindak tutur di majalah Annida mulai edisi tahun 2001 yang terdiri
atas dua edisi, tahun 2002 yang terdiri atas sebelas edisi, tahun 2003 terdiri atas tujuh
edisi, sedangkan tahun 2004 dan 2005 terdiri atas satu edisi. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis menggunakan metode heuristik, yaitu jenis tugas pemecahan
masalah yang dihadapi penutur dalam menginterprestasi sebuah tuturan atau ujaran,
kemudian dipaparkan dengan menggunakan metode informal, yaitu pemaparan data
yang berbentuk tuturan dan bukan data yang berupa angka, dan tidak menggunakan
tanda-tanda atau lambang-lambang
Berdasarkan hasil analisis data, jenis dan fungsi tuturan ilokusi dalam
wacana komik di majalah Annida terdapat lima jenis tindak ilokusi dan empat jenis
fungsi tindak tutur ilokusi. Kelima jenis tindak ilokusi adalah tindak tutur
representatif meliputi menyatakan, mengakui, melaporkan, menunjukkan, dan
menyebutkan Direktif meliputi mengajak, meminta, menyuruh, memohon,

vii
menyarankan, menantang, memaksa, dan memberikan aba-aba. Komisif meliputi
menawarkan, menyatakan kesanggupan, dan berjanji. Ekspresif meliputi
mengucapkan terima kasih, mengkritik, menyalahkan, mengeluh, dan memuji, serta
isbati yaitu melarang. Empat jenis fungsi tindak tutur ilokusi yaitu kompetitif
meliputi meminta dan mengemis, menyenangkan meliputi mengucapkan terima
kasih, bekerjasama meliputi mengumumkan dan melaporkan, serta bertentangan
meliputi memarahi.
Saran penulis sampaikan bagi pemakai bahasa, peneliti tindak ilokusi, dan
pembaca yang tertarik dengan kajian pragmatik, khususnya mahasiswa Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Semarang yang tertarik dengan
wacana komik kajian tindak tutur khususnya tindak tutur ilokusi, diharapkan hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya
terutama yang berhubungan dengan tindak tutur ilokusi.

viii
DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. i

PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... ii

PERNYATAAN................................................................................................ iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................... iv

PRAKATA ........................................................................................................ v

SARI .................................................................................................................. vii

DAFTAR ISI..................................................................................................... ix

DAFTAR SINGKATAN.................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka.............................................................................................. 7

2.2 Kerangka Teoretis. ....................................................................................... 10

2.2.1 Pengertian Pragmatik .......................................................................... 10

2.2.2 Tindak Tutur........................................................................................ 11

2.2.3 Jenis Tindak Tutur .............................................................................. 12

ix
2.2.3.1 Tindak Lokusi ........................................................................ 13

2.2.3.2 Tindak Ilokusi ........................................................................ 14

2.2.3.3 Tindak Tutur Perlokusi .......................................................... 17

2.2.4 Aspek-aspek Situasi Tutur .................................................................. 18

2.2.4.1 Penutur dan Mitra Tutur......................................................... 19

2.2.4.2 Konteks Tuturan..................................................................... 19

2.2.4.3 Tujuan Tuturan....................................................................... 20

2.2.4.4 Tindak Tutur Sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas......... 20

2.2.4.5 Tuturan Sebagai Produk Tindak Verbal................................. 21

2.2.5 Fungsi Tindak Ilokusi ......................................................................... 21

2.2.6 Hakikat Wacana, Jenis, dan Unsur Wacana........................................ 23

2.2.7 Hakikat Komik dan Wacana Komik ................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian .................................................................................. 31

3.2 Data dan Sumber Data ................................................................................. 32

3.3 Metode dan Teknik Pengumpul Data........................................................... 32

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data................................................................ 34

3.5 Metode dan Teknik Pemaparan Hasil Analisis Data.................................... 35

BAB IV JENIS DAN FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM WACANA

KOMIK DI MAJALAH ANNIDA

4.1 Jenis Tindak Ilokusi dalam Wacana Komik di Majlah Annida.................... 36

4.1.1 Tindak Tutur Representatif .............................................................. 36

x
4.1.1.1 Tindak Tutur Representatif Menyatakan .......................... 36

4.1.1.2 Tindak Tutur Representatif Melaporkan........................... 38

4.1.1.3 Tindak Tutur Representatif Mengakui .............................. 40

4.1.1.4 Tindak Tutur Representatif Menyebutkan ........................ 42

4.1.1.5 Tindak Tutur Representatif Menunjukkan ........................ 43

4.1.2 Tindak Tutur Direktif....................................................................... 44

4.1.2.1 Tindak Tutur Direktif Mengajak........................................ 45

4.1.2.2 Tindak Tutur Direktif Meminta ......................................... 46

4.1.2.3 Tindak Tutur Direktif Menyuruh ....................................... 48

4.1.2.4 Tindak Tutur Direktif Memohon ....................................... 49

4.1.2.5 Tindak Tutur Direktif Menyarankan.................................. 50

4.1.2.6 Tindak Tutur Direktif Menantang...................................... 52

4.1.2.7 Tindak Tutur Direktif Memaksa ........................................ 53

4.1.2.8 Tindak Tutur Direktif Memberikan Aba-Aba.................... 55

4.1.3 Tindak Tutur Komisif ...................................................................... 56

4.1.3.1 Tindak Tutur Komisif Menawarkan .................................. 56

4.1.3.2 Tindak Tutur Komisif Menyatakan Kesanggupan............. 57

4.1.3.3 Tindak Tutur Komisif Berjanji .......................................... 58

4.1.4 Tindak Tutur Ekspresif .................................................................... 59

4.1.4.1 Tindak Tutur Ekspresif Mengucapkan Terima Kasih.......... 59

4.1.4.2 Tindak Tutur Ekspresif Mengkritik ..................................... 60

4.1.4.3 Tindak Tutur Ekspresif Menyalahkan.................................. 62

xi
4.1.4.4 Tindak Tutur Ekspresif Mengeluh ....................................... 63

4.1.4.5 Tindak Tutur Ekspresif Memuji........................................... 65

4.1.5 Tindak Tutur Isbati........................................................................... 67

4.1.5.1 Tindak Tutur Isbati Melarang .............................................. 67

4.2 Fungsi Tindak Tutur Ilokusi dalam Komik di Majalah Annida................... 68

4.2.1 Fungsi Kompetitif ............................................................................ 68

4.2.1.1 Fungsi Kompetitif Meminta................................................. 68

4.2.1.2 Fungsi Kompetitif Mengemis .............................................. 69

4.2.2 Fungsi Menyenangkan ..................................................................... 69

4.2.2.1 Fungsi Menyenangkan Mengucapkan Terima Kasih........... 69

4.2.3 Fungsi Bekerja Sama ....................................................................... 70

4.2.3.1 Fungsi Bekerja Sama Mengumumkan ................................. 70

4.2.3.2 Fungsi Bekerja Sama Melaporkan ....................................... 71

4.2.4 Fungsi Bertentangan ........................................................................ 71

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ...................................................................................................... 73

5.2 Saran............................................................................................................. 74

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 75

LAMPIRAN...................................................................................................... 77

xii
DAFTAR SINGKATAN

B10 : Bom 10

CDM : Cahaya di Meunasah

DN : Donor

DO : Dombute

IK : Istana Kecil

IN : Inul

KP : Kerudung Putih

KS : Kunjungan Sosial

KSD : Kena Sars Dadakan

MB : Manusia Berjenggot

MM : Mawar-Mawar Adzkia

MT : Menjemput Takdir

NA : Naskah

OD : Ogah di Penjara

PK : Pangeran Kodok

PTPA : Perpisahan tak Pernah Abadi

S : Sabar

SMKD : Siapa Mau Kawin denganku

TADM : Tunggu Aku di Boulevard

TD : Terserah deh

xiii
TT : Tebak-Tebakan

TUSP : Tarian untuk Seorang Perempuan

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I Data I Transkrip Jenis Tindak Ilokusi dalam Wacana Komik

di Majalah Annida ........................................................................ 77

Lampiran II Data II Transkrip Fungsi Tindak Ilokusi dalam Wacana Komik

di Majalah Annida ......................................................................... 89

Lampiran III Contoh Kartu Data ....................................................................... 91

Lampiran IV Data Gambar................................................................................. 96

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa digunakan manusia salah satunya yaitu sebagai alat komunikasi

dengan lingkungannya. Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media

massa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan

tindak tutur adalah penutur (pembicara) dan mitra tuturnya (penyimak),

sedangkan dalam media tulis, tuturan disampaikan oleh penulis (penutur) kepada

mitra tuturnya, yaitu pembaca. Sementara, untuk tuturan melalui media penutur

dapat mengekspresikan tulisannya baik lisan maupun tulisan dengan

memanfaatkan media massa. Media massa yang dapat dimanfaatkan untuk tuturan

lisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Sedangkan, untuk media

cetak seperti majalah, tabloid, dan surat kabar merupakan sarana cetak yang dapat

dimanfaatkan oleh penulis (penutur) untuk disampaikan kepada pembaca (mitra

tutur) dengan tujuan agar apa yang disampaikannya melalui media tulis

mendapatkan respon dari para pembacanya (mitra tutur).

Media tulis yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat baik dikalangan

remaja maupun dewasa salah satunya yaitu majalah. Ketertarikan masyarakat

terhadap majalah dikarenakan penyajian serta pengemasan yang dibuat semenarik

mungkin oleh penerbit, dengan maksud agar pembaca tertarik untuk membeli atau

membaca majalahnya tersebut. Selain itu, majalah juga banyak jenisnya, antara

1
2

lain majalah tentang seputar keagamaan, seputar kehidupan atau gaya hidup

remaja dan lain-lain. Majalah yang mengkaji tentang seputar agama khususnya

agama Islam salah satunya majalah Annida. Majalah Annida merupakan majalah

yang berisi informasi berupa hiburan maupun pendidikan. Bagian hiburan yang

terdapat dalam majalah Annida diantaranya cerpen (cerita pendek) dan komik,

sedangkan bagian pendidikan berisikan pengetahuan baik cerita atau kisah-kisah

maupun fenomena-fenomena yang terjadi dikehidupan sehari-hari di lingkungan

masyarakat. Akan tetapi, penelitian ini hanya mengakaji satu objek penelitian,

yaitu komik yang terdapat pada bagian hiburan dalam majalah Annida.

Komik merupakan salah satu alat komunikasi massa yang memberikan

pendidikan, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa (Lubis dalam

Rahayuningsih 2005:19). Selain itu, komik adalah bahan bacaan yang ringan dan

menarik. Sebagai salah satu alat komunikasi, komik juga dapat melatih daya

imajinasi setiap pembacanya yang diwujudkan dalam bentuk gambar dan teks

(bahasa tulisan), karena gambar dapat berfungsi untuk membantu pembaca dalam

mengimajinasikan informasi yang dibaca.

Bahasa tulisan yang terdapat dalam komik mengikuti gambar yang terdapat

dalam komik. Bahasa dalam komik mampu menyampaikan informasi secara

efektif dan efisien melalui gambar dan teks. Bahasa dalam komik bertujuan untuk

alat komunikasi antara penulis dan pembacanya. Tuturan dapat memunculkan

daya pengaruh terhadap mitra tutur untuk melakukan sesuatu. Tuturan yang

demikian disebut tindak tutur atau tindak ujar.


3

Tindak tutur sebagai wujud peristiwa komunikasi bukanlah peristiwa yang

terjadi dengan sendirinya, melainkan memunyai fungsi, mengandung maksud,

dan tujuan tertentu serta dapat menimbulkan pengaruh atau akibat pada mitra

tutur. Tarigan (1990:145) mengemukakan bahwa komunikasi memunyai fungsi

yang bersifat purposif, mengandung maksud dan tujuan tertentu, dan dirancang

untuk menghasilkan efek, pengaruh, akibat pada lingkungan para penyimak dan

para pembicara. Demikian halnya dengan komik yang dibuat oleh penulis kepada

pembacanya.

Komunikasi dengan bahasa membuat setiap orang dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. Dengan bahasa pula orang dapat mempelajari kebiasaan,

adat istiadat, kebudayaan dan latar belakang peserta komunikasi masing-masing.

Komunikasi merupakan proses di mana seseorang menyampaikan rangsangan-

rangsangan (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah

tingkah laku orang lain. Komunikasi juga diartikan sebagai pengiriman atau

penerimaan pesan atau informasi antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang

dimaksudkan dapat dipahami.

Berkenaan dengan bermacam-macam maksud yang mungkin

berkomunikasi, Leech (1983) berpendapat bahwa sebuah tindak tutur yaitu

mencakupi: (1) penutur dan mitra tutur; (2) konteks tutur; (3) tujuan tuturan; (4)

tindak tutur sebagai bentuk tindak atau aktivitas dan (5) tuturan sebagai produk

tindak verbal.
4

Tuturan memunyai tujuan dan maksud tertentu untuk menghasilkan

komunikasi. Tujuan tuturan merupakan salah satu aspek yang harus hadir di

dalam suatu tuturan. Karena yang dimaksud dalam tujuan tuturan tersebut yakni

upaya untuk mencapai suatu hasil yang dikehendaki oleh penutur kepada mitra

tutur. Tujuannya yaitu untuk menyampaikan informasi, menyampaikan berita,

membujuk, menyarankan, memerintah dan sebagainya. Dalam hal ini seorang

penutur harus mampu menyakinkan mitra tuturnya atas maksud tuturannya.

Rustono (1999:29) mengemukakan bahwa tujuan tuturan adalah apa yang

ingin dicapai penutur dengan melakukan tindakan bertutur. Tujuan tuturan ini

merupakan hal yang melatarbelakangi tuturan. Tuturan seseorang memiliki

sebuah tujuan. Hal ini berarti tidak mungkin ada tuturan yang tidak

mengungkapkan suatu tujuan.

Dipilihnya majalah Annida sebagai sumber data penelitian ini, dikarenakan

majalah Annida adalah majalah yang dapat menghibur sekaligus mendidik para

pembacanya terutama pengetahuan tentang agama Islam. Majalah Annida terbit

dua kali dalam satu bulan. Disetiap edisinya disajikan informasi-informasi yang

terbaru dengan fenomena-fenomena yang nyata terjadi dikehidupan sehari-hari

dalam masyarakat. Akan tetapi, penelitian ini dikhususkan pada komik yang

terdapat pada bagian yang terdapat dalam majalah Annida, karena komik yang

disajikan di majalah Annida ini dirasa dapat memberikan pengetahuan kepada

pembacanya. Berdasarkan alasan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti lebih

jauh tentang wacana komik di majalah Annida, terutama masalah tindak tutur.
5

Untuk itu, penelitian ini akan mengkaji jenis dan fungsi tindak tutur dalam

wacana komik di majalah Annida.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut

1. jenis tindak tutur ilokusi apa saja yang digunakan dalam wacana komik di

majalah Annida?

2. fungsi tindak tutur ilokusi apa saja yang digunakan dalam wacana komik di

majalah Annida?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan

1. mendeskripsi jenis tindak tutur ilokusi yang digunakan dalam wacana komik

di majalah Annida.

2. mengindentifikasi fungsi tindak tutur ilokusi yang digunakan dalam wacana

komik di majalah Annida.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu manfaat praktis dan

manfaat teoretis.
6

1.4.1 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

terhadap perkembangan ilmu bahasa dalam bidang pragmatik pada

umumnya dan khususnya tentang kajian tindak tutur.

1.4.2 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu bahan acuan yang

sangat bermanfaat untuk berbagai kepentingan khususnya di bidang

pragmatik. Baik bagi para peneliti bahasa maupun para pembaca. Bagi

peneliti, penelitian ini dapat menambah dan memperluas pengetahuan

tentang pragmatik terutama kajian tindak tutur.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pragmatik merupakan kajian yang menarik. Hal ini terbukti dengan

masih banyaknya penelitian tentang pragmatik khususnnya kajian tentang tindak

tutur. Adapun beberapa pustaka yang relevan untuk mendasari penelitian ini

meliputi beberapa hasil penelitian tentang tindak tutur antara lain, Tarigan (1990),

Leech (1983), Wijana (1996), Rustono (1999), Tresnati (1998), Budiyati (2001),

dan Palupi (2002).

Tarigan (1990) dalam bukunya yang berjudul Pengajaran Pragmatik

membahas ruang lingkup pragmatik dan bagaimana pragmatik yang tepat di

SMU. Buku ini juga menjelaskan apa yang dimaksud dengan pragmatik dan yang

termasuk kedalam bidang-bidang kajian pragmatik.

Buku Leech yang berjudul Principle of Pragmatiks (1983) dan di

Indonesiakan oleh Oka (1993) dengan judul Prinsip-Prinsip Pragmatik. Dalam

mengembangkan ilmu pragmatiknya Leech mendapat pengaruh besar dari pakar-

pakar seperti Austin, Searle dan Grice. Bagi Leech, Austin dan Searle merupakan

perumus-perumus kajian makna dari segi daya ilokusi, sedangkan Grice

merupakan perumus makna dari segi implikatur percakapan. Leech banyak

menuturkan pandangan mengenai studi bahasa sebagai sistem komunikasi.

7
8

Ancangan itulah yang menjadi dasar pragmatiknya bahwa komunikasi merupakan

pemecahan masalah.

Wijana (1996) dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Pragmatik

membahas mengenai situasi tutur, tindak tutur dengan berbagai jenis yang

menyangkut ilmu pragmatik. Dalam buku ini Wijana menganut Leech dalam

aspek-aspek situasi tutur. Buku ini juga menjelaskan jenis-jenis tindak tutur. Buku

ini digunakan sebagai bahan pustaka.

Dalam buku yang berjudul Pokok-pokok Pragmatik, Rustono (1999)

membahas mengenai seluk beluk pragmatik baik tindak tutur serta jenis-jenisnya.

Buku ini juga digunakan sebagai bahan pustaka.

Sementara itu, Tresnati (1998) dalam laporan penelitiannya “Tindak Tutur

dalam Novel Sekayu Karya NH Dini” ditemukan pemakaian tindak tutur yaitu

tindak tutur representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi yang

didasarkan pada tindak tutur menurut Searle. Jenis-jenis tindak tutur tersebut

membentuk satu komposisi atau susunan. Komposisi jenis-jenis tindak tutur

dalam novel Sekayu bervariasi. Jenis tindak tutur yang selalu muncul dalam

setiap komposisi adalah: (a) tindak tutur representatif; (b) tindak tutur direktif;

dan (c) tindak tutur ekspresif.

Budiyati (2001) dalam tesisnya yang berjudul “Kevariasian Tindak Tutur

PercakapanTokoh Utama Wanita dalam Novel-novel Karya Pengarang wanita”.

Dalam penelitiannya ditemukan jenis tindak tutur yang terdapat di dalam keempat
9

novel yang dikajinya antara lain tindak tutur representatif, tindak tutur direktif,

tindak tutur ekspresif, tindak tutur komisif, dan tindak tutur deklarasi.

Dalam penelitian yang dilakukan Palupi (2002) dengan judul skripsi

“Tindak Tutur dalam Wacana Iklan Bentuk Berita Pada Majalah Tempo Edisi

2001” dengan hasil penelitian ditemukan tindak tutur yang meliputi: (1) bentuk

dan karakeristik; (2) aspek-aspek situasi tutur; (3) kategori cara penyampaian

iklan. Bentuk dan karakteristik tindak tutur yang digunakan adalah tindak tutur

langsung dan tidak langsung. Karakteristik pada tindak tutur tidak langsung

adalah cenderung menggunakan kalimat (tuturan) ekuatif dan preposisi. Adapun

karakteristik tindak tutur langsung adalah kalimat (tuturannya) cenderung

mengandung unsur verba yang menghendaki mitra tutur melakukan sesuatu

secara langsung yakni mengajak, menyarankan, menyuruh dan mengajurkan.

Pada data digunakan partikel-lah untuk menghaluskan nada perintah atau

menyarankan.

Penggunaan tindak tutur ditinjau dari aspek-aspek situasi tutur adalah

penutur dan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai tindakan

atau aktivitas, dan tuturan berupa tindak verbal.

Kategori cara penyampaian iklan pada pemakaian tindak tutur adalah

kategori iklan pernyataan, kealatan, pemasaran, peyakinan, kenal pasti,

perbandingan, pertanyaan, peringatan, ajakan, dan nasihat.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan di atas penelitian

tentang tindak tutur sudah pernah dilakukan, akan tetapi penelitian yang
10

menggunakan komik sebagai sumber penelitian belum banyak dilakukan.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

yaitu sama-sama mengkaji tentang tindak tutur, akan tetapi penelitian ini

dimaksudkan untuk melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya, tentunya

dengan menggunakan teknik atau metode penelitian yang berbeda. Berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan oleh Palupi, peneliti merasa tertarik akan kajian

tentang tindak tutur, karena itu peneliti menggambil kajian tentang tindak tutur

yang dikhususkan dalam wacana komik di majalah Annida

2.2 Kerangka Teoretis

Konsep-konsep teori yang digunakan dalam penelitian ini mencakupi: (1)

pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) jenis-jenis tindak tutur; (4) aspek-aspek

situasi tutur; (5) fungsi tindak ilokusi; (6) hakikat wacana, jenis, dan unsur

wacana; dan (7) hakikat komik dan wacana komik.

2.2.1 Pengertian Pragmatik

Pragmatik merupakan bagian dari ilmu semiotika yang pertama kali

diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Morris. Wijana (1996:2)

bahwa semantik dan pragmatik adalah cabang-cabang ilmu bahasa yang

menelaah makna-makna satuan lingual, hanya saja semantik mempelajari

makna secara internal, sedangkan pragmatik mempelajari makna secara

eksternal, karena telaah semantik adalah makna yang bebas konteks,


11

sedangkan makna yang dikaji oleh pragmatik yaitu makna yang terikat

konteks.

Pragmatik adalah studi terhadap semua hubungan antara bahasa dan

konteks yang digramatikalisasi atau ditandai (terlukiskan) di dalam struktur

bahasa. Pragmatik adalah kajian tentang dieksis (paling tidak sebagian),

implikatur, praanggapan, tindak tutur, dan aspek-aspek struktur wacana

(Levinson 1983:9).

Menurut pendapat Leech (dalam Rustono 1999:1) bahwa pragmatik

adalah studi mengenai makna ujaran di dalam situasi-situasi tertentu.

Sejalan dengan pendapat Leech, Gunarwan (dalam Rustono 1999:4)

mengemukakan pendapatnya yaitu bahwa pragmatik merupakan bidang

linguistik yang mengkaji hubungan (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk

(struktur) kalimat yang mengungkapkan ujaran. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pragmatik merupakan bidang linguistik yang mengkaji

hubungan timbal balik antara fungsi dan bentuk tuturan.

2.2.2 Tindak Tutur

Tindak tutur merupakan entitas yang bersifat sentral didalam

pragmatik. Entitas ini merupakan dasar bagi analisis topik-topik lain bidang

ini seperti praanggapan, perikutan, implikatur percakapan, prinsip

kerjasama, dan prinsip kesantunan. Kajian yang tidak mendasarkan


12

analisisnya pada tindak tutur bukanlah kajian pragmatik dalam arti yang

sebenarnya Rustono (1999:33).

Gunarwan (dalam Rustono 1999:33) menyatakan bahwa mengujarkan

sebuah tuturan dapat dilihat sebagai melakukan tindakan (act), di samping

memang mengucapkan (mengujarkan) tuturan itu. Aktivitas mengujarkan

atau menuturkan tuturan dengan maksud tertentu itu merupakan tindak tutur

atau tindak ujar (speech act).

Istilah tindak tutur muncul karena di dalam mengucapkan sesuatu

penutur tidak semata-mata menyatakan tuturan, tetapi dapat mengandung

maksud di balik tuturan itu Purwo (1990:16) mendefinisikan tuturan sebagai

ujaran kalimat pada konteks yang sesungguhnya.

Menurut Chaer (1995:65) tindak tutur merupakan gejala individual,

bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan

bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur

lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturanya.

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur

adalah aktivitas tindakan dengan menuturkan sesuatu. Misalnya tindakan

mengusir dapat dilakukan dengan tuturan “sudah jam sembilan Mas”.

Maksud tuturan ini adalah tindakan mengusir bukan menunjukkan waktu.


13

2.2.3 Jenis Tindak Tutur

Searle dalam bukunya Speech Acts: An Essay in the Philisophy of

Language (dalam Wijana 1996:17) mengemukakan bahwa secara pragmatis

setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh

seorang penutur yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi

(ilocutionary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary act).

2.2.3.1 Tindak Lokusi

Tindak lokusi untuk menyatakan sesuatu adalah tindak lokusi

(Wijana 1996:17). Pernyataan tersebut sama dengan Rustono

(1999:35) bahwa lokusi atau lengkapnya tindak lokusi merupakan

tindak tutur yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu.

Di dalam tindak lokusi tidak mempermasalahkan maksud atau

fungsi tutur. Pernyataan yang diajukan berkenaan dengan lokusi ini

adalah apakah makna tuturan yang diucapkan itu. Lokusi semata-

mata tindak tutur atau tindak bertutur, yaitu tindak mengucapkan

sesuatu dengan kata-kata. Makna kata dalam tuturan lokusi itu sesuai

dengan makna kata di dalam kamus.

Tindak lokusi adalah tindak tutur yang relatif paling mudah

untuk diidentifikasi karena pengindentifikasianya cenderung dapat

dilakukan tanpa menyertakan tindak lokusi sebenarnya tidak atau


14

kurang begitu penting peranaannya untuk memahami tindak tutur

(Parker dalam Wijana 1996:18).

2.2.3.2 Tindak Ilokusi

Tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung

maksud dan fungsi atau daya tuturan (Rustono 1999:37). Tindak

ilokusi tidak mudah diidentifikasi. Hal itu terjadi karena tindak

ilokusi itu berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan dan

di mana tindak tutur dilakukan pada tindak tutur ilokusi perlu

disertakan konteks tuturan dalam situasi tutur.

Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang mengandung

maksud dan fungsi atau daya ujar. Tindak tutur ilokusi dapat

diidentifikasi sebagai tindak tutur yang berfungsi untuk

menginformasikan sesuatu dan melakukan sesuatu (Wijana

1996:18).

Leech (dalam Rustono 1999:38) untuk memudahkan

identifikasi ada beberapa verba yang memadai tindak tutur ilokusi.

Beberapa verba itu antara lain melaporkan, mengumumkan,

bertanya, menyarankan, berterimakasih, mengusulkan, mengakui,

mengucapkan selamat, berjanji, mendesak, dan sebagainya.

Menurut Fraser (dalam Suyono 1990:7) menmgemukakan

bahwa tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang berisi


15

pengucapan suatu pernyataan, pertanyaan, tawaran, janji, dan lain-

lain yang erat hubungannya dengan kalimat-kalimat. Dengan

perkataan lain ilokusi berarti melakukan tindakan dalam melakukan

sesuatu (Leech 1993:316).

Tindak tutur ilokusi menurut Austin adalah tindak tutur yang

berupa pernyataan, penawaran, berjanji, dan lain-lain. Tindak ilokusi

merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau

daya tuturan (Levinson 1983:236).

Contoh tindak tutur ilokusi:

“Ayo, pak Ahmad, tanda tangan Anda! Kami

membutuhkannya.”

Lebih jelas lagi Searle (dalam Rustono 1999:39-43) membuat

kalsifikasi dasar tutran yang membentuk tindak tutur ilokusi menjadi

lima jenis, yaitu (1) representatif; (2) direktif; (3) ekspresif; (4)

komisif; dan (5) deklarasi.

1. Tindak Tutur Representatif

Tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang

mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan.

Jenis tindak tutur ini kadang-kadang disebut juga tindak tutur

asertif. Adapun yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini

adalah tuturan-tuturan menyatakan, menuntut, mengakui,


16

melaporkan, menunjukkan, menyebutkan, memberikan

kesaksian, berspekulasi, dan sebagainya.

2. Tindak Tutur Direktif

Tindak tutur direktif sering juga disebut dengan tindak

tutur impositif, adalah tindak tutur yang dimaksudkan

penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan

di dalam tuturan itu. Adapun yang termasuk ke dalam jenis

tindak tutur ini antara lain memaksa, mengajak, meminta,

menyyuruh, menagih, mendesak, memohon, menyarankan,

memerintah, memberikan aba-aba, dan menantang.

3. Tindak Tutur Ekspresif

Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang

dimaksudkan penuturnya agar ujarannya diartikan sebagai

evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan itu.

Tuturan-tuturan memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik,

mengeluh, menyalahkan, mengucapkan selamat, dan

menyanjung termasuk ke dalam jenis tindak tutur ekspresif.


17

4. Tindak Tutur Komisif

Tindak tutur Komisif adalah tindak tutur yang mengikat

penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam

tuturannya. Berjanji, bersumpah, mengancam, menyatakan

kesanggupan, berkaul merupakan tuturan yang termasuk ke

dalam jenis tindak komisif.

5. Tindak Tutur Deklarasi

Tindak tutur deklarasi adalah tindak tutur yang

dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status,

keadaan, dan sebagainya) yang baru. Mengesahkan,

memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan,

mengabulkan, mengangkat, menggolongkan, mengampuni

merupakan tuturan yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur

deklarasi.

2.2.3.3 Tindak Tutur Perlokusi

Tindak tutur perlokusi adalah tuturan atau ujaran yang

diucapkan oleh penutur yang mempunyai efek atau daya pengaruh

terhadap mitra tutur. Tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan

untuk mempengaruhi mitra tutur inilah yang merupakan tindak

perlokusi (Rustono 1999:38).


18

Sebuah tuturan yang diutarakan oleh seseorang seringkali

mempunyai daya pengaruh (Perlocutionary Force), atau efek bagi

yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara

sengaja tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak tutur

yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur

disebut dengan tindak perlolusi. Tindak ini disebut The Act of

Affecting Someone (Wijana 1996:19-20).

Leech (dalam Rustono 1999:39) menyatakan bahawa ada

beberapa verba yang dapat menandai tindak tutur perlokusi.

Beberapa verba itu antara lain membujuk, menipu, mendorong,

membuat jengkel, menakut-nakuti, menyenangkan, melegakan,

mempermalukan, menarik perhatian, dan sebagainya.

Tindak tutur perlokusi dapat menghasilkan efek atau daya

ujaran terhadap mitra tutur hasilnya rasa khawatir, rasa takut,

cemas, sedih, senang, putus asa, kecewa, takut, dan sebagainya.

2.2.4 Aspek-aspek Situasi Tutur

Pragmatik merupakan kajian yang mengkaji makna dalam

hubungannya dengan situasi ujar. Dengan demikian bagi penutur dan mitra

tutur hendaknya memperhatikan aspek situsi tutur di dalam komunikasinya

agar antara penutur dan mitra tutur dapat saling mengertikan atas

tuturannya.
19

Leech (1993:19-21) membagi aspek situasi tutur atas lima bagian

yaitu: (1) penutur dan mitra tutur; (2) konteks tutur; (3) tindak tutur sebagai

bentuk tindakan atau kegiatan; (4) tujuan tuturan; dan (5) tuturan sebagai

produk tindak verbal.

Aspek-aspek situasi tutur tersebut antara lain:

2.2.4.1 Penutur dan Mitra tutur

Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang

menyatakan fungsi pragmatis tertentu di dalam peristiwa

komunikasi. Sementara itu, mitra tutur adalah orang yang menjadi

sasaran sekaligus kawan penutur di dalam pentuturan. Di dalam

peristiwa tutur peran penutur dan mitra tutur dilakukan secara silih

berganti, yang semula berperan penutur pada tahap tutur berikutnya

dapat menjadi mitra tutur, demikian sebaliknya. Aspek-aspek yang

terkait dengan komponen penutur dan mitra tutur antara lain usia,

latar belakang sosial, ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

dan tingkat keakraban.

2.2.4.2 Konteks Tuturan

Dalam tata bahasa konteks tuturan itu mencakupi semua aspek

fisik atau latar sosial yang relevan dengan tuturan yang diekspresi.

Konteks yang bersifat fisik, yaitu fisik tuturan dengan tuturan lain,
20

biasa disebut ko-teks. Sementara itu, konteks latar sosial lazim

dinamakan konteks. Di dalam pragmatik konteks itu berarti semua

latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan

mitra tuturnya. Konteks ini berperan membantu mitra tutur di dalam

menafsirkan maksud yang ingin dinyatakan oleh penutur.

2.2.4.3 Tujuan Tuturan

Tujuan tuturan adalah apa yang ingin dicapai penutur dengan

melakukan tindakan bertutur. Komponen ini menjadikan hal yang

melatarbelakangi tuturan. Karena semua tuturan memiliki suatu

tujuan.

2.2.4.4 Tindak Tutur sebagai bentuk Tindakan atau Aktivitas

Tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau aktivitas adalah

bahwa tindak tutur itu merupakan tindakan juga. Tindak tutur

sebagai suatu tindakan tidak ubahnya sebagai tindakan mencubit dan

menendang. Hanya saja, bagian tubuh yang berperan berbeda. Pada

tindakan mencubit tanganlah yang berperan, pada tindakan

menendang kakilah yang berperan, sedangkan pada tindakan bertutur

alat ucaplah yang berperan.


21

2.2.4.5 Tuturan Sebagai Produk Tindak Verbal

Tuturan itu merupakan hasil suatu tindakan. Tindakan manusia

itu dibedakan menjadi dua, yaitu tindakan verbal dan tindakan

nonverbal. Berbicara atau bertutur itu adalah tindakan verbal. Karena

tercipta melalui tindakan verbal, tuturan itu merupakan produk

tindak verbal. Tindakan verbal adalah tindak mengekpresikan kata-

kata atau bahasa.

2.2.5 Fungsi Tindak Ilokusi

Manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya menggunakna

bahasa sebagai alat komunikasinya. Untuk itu, fungsi bahasa bagi manusia

yaitu untuk berinteraksi dengan masyarakat penting sekali. Fungsi bahasa

dalam masyarakat tidak hanya memiliki satu fungsi saja akan tetapi ada

beberapa fungsi lain, salah satunya yaitu fungsi ilokusi.

Searle (dalam Leech yang diindonesiakan Oka 1993: 162), bahwa

fungsi ilokusi dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis sesuai dengan

hubungan fungsi-fungsi tersebut dengan tujuan-tujuan sosial berupa

pemeluiharaan perilaku yang sopan dan terhormat. Adapun fungsi tindak

ilokusi antara lain kompetitif, menyenangkan, bekerja sama, dan

bertentangan.
22

1. Kompetitif

Fungsi kompetitif adalah tuturan yang tidak bertatakrama

(discourteous), misalnya meminta pinjaman dengan nada memaksa,

sehingga di sini melibatkan sopan santun. Tujuan ilokusi bersama

dengan tujuan sosial. Pada ilokusi yang berfungsi kompetitif ini, sopan

santun mempunyai sifat negatif dan tujuannya mengurangi ketidak

harmonisan; misalnya memerintah, meminta, menuntut, dan mengemis.

2. Menyenangkan

Fungsi menyenangkan adalah tuturan yang bertatakrama. Tujuan

ilokusi sejalan dengan tujuan social. Pada fungsi ini, sopan santun lebih

positif bentuknya dan bertujuan mencari kesempatan untuk beramah

tamah; misalnya menawarkan, mengajak atau mengundang, menyapa,

mengucapkan terima kasih, dan mengucapkan selamat.

3. Bekerja sama

Fungsi kerja sama adalah tidak melibatkan sopan santun karena

pada fungsi ini sopan santun tidak relevan. Tujuan ilokusinya tidak

melibatkan tujuan sosial; misalnya menyatakan, melaporkan,

mengumumkan, dan mengajarkan.


23

4. Bertentangan

Fungsi bertentangan adalah unsure sopan santun tidak sama sekali

karena fungsi ini pada dasarnya bertujuan menimbulkan kemarahan.

Tujuan ilokusi bertentangan dengan tujuan sosial; misalnya mengancam,

menuduh, menyumpahi, dan memarahi.

2.2.6 Hakikat Wacana, Jenis, dan Unsur Wacana

2.2.6.1 Hakikat Wacana

Istilah wacana (discourse) berasal dari bahasa latin yaitu discursus.

Discursus terbentuk dari dua kata dis yang berarti dari arah yang berbeda

dan currere berarti lari. Pengertian tersebut dalam perkembangannya,

berarti penggunaan bahasa dari suatu topik lain secara teratur.

Menurut Hoed (1994:134) bahwa wacana dapat terdiri hanya satu

kata. Meskipun hanya terdiri dari satu kata, makna yang terkandung tidak

hanya makna itu saja, akan tetapi makna luarnya yaitu makna yang diacu

oleh kata tersebut. Lebih lanjut Hoed (1994:134) menjelaskan bahwa

wacana mengacu pada unsur di dalam dan di luarnya, sedangkan kalimat

atau kata hanya mengacu di dalam dirinya.

Sementara itu, Tarigan (1987:27) berpendapat bahwa wacana yaitu

suatu bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau

klausa dengan korelasi dan koherensi yang tertinggi dan

berkesinambungan yang memunyai awalan dan akhiran yang nyata


24

disampaikan secara lisan maupun tulis. Dalam bahasa tulis awalan dan

akhiran sangatlah penting, karena dalam bahasa tulis tanda baca dan

konteks kalimat yang mempermudah pemahaman pembaca. Berbeda

dengan bahasa tulis, dalam bahasa lisan konteks kalimat dan ekspresi

penutur yang mendukung.

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Kridalaksana

(1987:184-259) bahwa satuan bahasa yang lengkap bukanlah kata atau

kalimat melainkan wacana. Wacana adalah satuan kebahasaan yang

unsurnya terlengkap yang tersusun dari kalimat yang berupa lisan maupun

tulis, yang membentuk suatu pengertian yang serasi dan terpadu baik

dalam pengertian maupun dalam manifestasi finetisnya. Kridalaksana

(1993:231) dalam Kamus Linguistik, bahwa wacana yaitu satuan bahasa

terlengkap dalam hierarki gramatikal tertinggi atau terbesar.

Chaer (2003:267) berpendapat yang sama dengan Kridalaksana

bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam

hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.

Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti

terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami

oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan),

tanpa keraguan apa pun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar,

berarti wacana itu dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang

memenuhi persyaratan gramatikal, atau persyaratan kewacanaan lainnya.


25

Dengan kata lain wacana dapat diartikan sebagai satuan yang

menyatakan topik tertentu yang tertuang dalam kalimat atau sekumpulan

kalimat yang mengikuti konteks tertentu.

2.2.6.2 Jenis Wacana

Wacana dapat dikalsifikasikan dengan berbagai cara tergantung dari

sudut kita memandang, antara lain:

1. Berdasarkan tertulis atau tidaknya wacana,

2. Berdasarkan langsung atau tidak langsung pengungkap wacana,

3. Berdasarkan cara penuturan wacana.

Wacana berdasarkan realisasinjya dapat dibagi menjadi dua yaitu

wacana tulis dan wacana lisan (Tarigan 1987:56-57). Wacana tulis adalah

wacana yang disampaikan secara tertulis, sedangkan wacana lisan adalah

wacana yang disampaikan secara lisan. Berdasarkan langsung tidaknya

pengungkapan wacana dapat dibedakan menjadi wacana langsung dan

wacana tidak langsung. Wacana langsung merupakan kutipan yang

sebenarnya dibatasi oleh informasi, sedangkan wacana tidak langsung

adalah pengungapan kembali wacana berupa mengutip kata-kata tanpa

mengutip kata-kata yang dipakai oleh pembicara dengan memperhatikan

konstruksi gramatikal atau kata-kata tertentu antara lain dengan klausa

subordinat dan sebagainya. Berdasarkan cara menuturkannya, maka

wacana dapat diklasifikasikan atas wacana pembeberan dan wacana


26

penuturan. Wacana pembeberan adalah wacana yang tidak mementingkan

waktu dan penutur, berorientasi pada pokok pembicaraan, dan bagian-

bagiannya diikat secara logis. Sedangkan, wacana penutur adalah wacana

yang mementingkan urutan waktu, dituturkan oleh persona pertama atau

ketiga dalam waktu tertentu, berorientasi pada penutur dan seluruh

bagiannya diikat secara kronologis.

2.2.6.3 Unsur Wacana

Sebagai suatu bentuk wacana atau ujaran yang luas, wacana terdiri

atas bermacam-macam unsur. Tarigan membagi unsur-unsur wacana

sebagai berikut:

1. tema, yaitu pokok pembicaraan yang ada dalam sebuah wacana baik

wacana lisan maupun tulisan,

2. unsur bahasa, yaitu kata, klausa, frasa, dan kalimat,

3. konteks yang terdapat dalam sekitar wacana,

4. makna dan maksud,

5. kohesi dan koherensi.

Sebagai suatu jenis pengungkapan, wacana terdapat satu gagasan

pokok atau tema. Tema itu dikembangkan dengan kalimat-kalimat yang

padu, sehingga akan melahirkan satu jenis wacana yang kohesi dan

koheren.
27

Kehadiran suatu kalimat dimungkinkan dalam sebuah wacana, tetapi

kalimat itu harus disertai konteks. Karena, wacana juga terbangun oleh

suatu konteks yang terdapat disekitar wacana. Misalnya, kalau kita sedang

bercakap-cakap, maka situasi yang melatarbelakangi peristiwa itu akan

sangat mendukung percakapan kita. Konteks wacana dibentuk oleh

berbagai unsur, seperti situasi, pembicara, pendengar, kode, dan saluran

(Muliono dan Dardjowidjojo, 1989).

Wacana juga terbentuk oleh unsur-unsur kohesi dan koherensi.

Kohesi adalah hubungan yang ditandai oleh penanda (lahir, yakni penanda

yang menghubungkan apa ang dinyatakan) dengan apa yang dinyatakan

sebelumnya dalam wacana tersebut. Kohesi merupakan keruntutan

kalimat-kalimat dan hubungan struktural antar kalimat dalam wacana.

Kohesi dalam sebuah wacana tidak hanya menyatakan pertalian bentuk

lahir belaka, melainkan yang penting ialah bahwa kohesi (yang baik)

menyiratkan koherensi (Samsuri, 1987:47). Koherensi merupakan

hubungan semantis antar kalimat atau antar bagian wacana, yaitu

hubungan yang serasi antar proposisi atau antar makna yang satu dengan

makna yang lain (Oka, 1994:226).


28

2.2.7 Hakikat Komik dan Wacana Komik

2.2.7.1 Hakikat Komik

Komik berasal dari bahasa Inggris comics yang merupakan

perwujudan utama dari gejala sastra gambar, sedangkan istilah komik

dalam bahasa Prancis dikenal istilah bande dessinee yang memiliki arti

sama dengan komik bersambung yang dimuat dalam surat kabar. Di

Indonesia kata komik diterima secara umum untuk menyebut sastra

gambar. Komik adalah suatu kartun yang mengungkapkan karakter dan

memerankan cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar

dan dirancang untuk memberi hiburan kepada pembaca Rohani (dalam

Setiawan 2002:22).

Lacassin (dalam Rahayuningsih 2005:19) menyatakan bahwa komik

merupakan sarana pengungkapan yang benar-benar orisinal karena

menggabungkan gambar dengan teks. Komik juga dapat dikatakan sebagai

salah satu alat komunikasi. Sedangkan Lubis (dalam Rahayuningsih

2005:19) memaparkan tentang “Komik: Media komunikasi Alternatif”,

komik dianggap sebagai salah satu media komunikasi yang identik dengan

gambar meskipun komik memberi kesempatan berekspresi secara verbal

dan visual akan tetapi sebagi media seni, komik tetap berada dalam batas-

batas komunikasi. Komik juga diartikan sebagai bentukan dari tujuan

komersial-komersial yang berusaha memenuhi kebutuhan pembaca akan

hiburan, informasi, dan pendidikan. Tujuannya hanya dapat berhasil


29

apabila persyaratan produksi, distribusi, persepsi, dan kemungkinan

pengaruhnya dihubungkan satu sama lain.

Dari beberapa pandangan itu dapat disimpulkan bahwa media komik

adalah alat komunikasi untuk menyampaikan ide atau gagasan berupa

buku yang berisi cerita bergambar yang enak dicerna dan dapat

memberikan pendidikan.

2.2.7.2 Wacana Komik

Kata komik digunakan untuk menyebut cerita gambar yang berupa

rangkaian gambar, masing-masing dalam kotak yang secara keseluruhan

merupakan rentetan cerita. Cergam (cerita bergambar) ini disebut komik

karena pada masa lampau umumnya mengacu kepada cerita-cerita

humoristis atau satiris untuk menghibur khalayak (Ensiklopedi Nasional

Indonesia No. 9 1990:54).

Komik merupakan salah satu jenis wacana yang persuatif. Ada tiga

jenis wacana yang dikemukakan oleh Brewer dan Lichtentein (1982:437),

yaitu wacana informatif, wacana interaktif, dan wacana persuatif. Wacana

persuatif merupakan jenis wacana yang bertujuan mempengaruhi

pendengar atau pembaca.

Ditinjau dari segi fungsi bahasa yang dikemukakan oleh Jacobson

(1996), maka komik masuk dalam fungsi konotatif yaitu fungsi untuk

menggerakkan lawan bicara (orang lain). Ada sejumlah fungsi bahasa


30

yang lain yaitu fungsi emotif, referensial, fatik puitik, dan metalingual.

Dari sejumlah fungsi bahasa itu, fungsi konatif sangat penting peranannya

di dalam aktivitas berbahasa. Dengan fungsi ini seseorang dapat

mempengaruhi orang lain. Demikian juga wacana komik, merupakan

salah satu jenis wacana yang bertujuan mempengaruhi konsumen atau

pembaca untuk membeli atau membaca komik yang disajikan.

Komik yang termasuk dalam fungsi konatif, banyak ditemukan

dalam jenis wacana persuatif. Sementara itu, wacana informatif banyak

ditemukan pada buku-buku pelajaran, pembeitahuan, wacana berita , dan

pengumuman. Sedangkan, wacana interaktif banyak ditemukan pada

wacana basa-basi, wacana salam, dan lain sebagainya.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ada dua, yaitu pendekatan

teoretis dan pendekatan metodologis. Pendekatan secara teoretis dalam

penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatis. Pendekatan pragmatis

adalah pendekatan penelitian dalam ilmu bahasa yang mengkaji makna ujaran

dalam situasi-situasi tertentu. Cakupan dalam penelitian ini meliputi hubungan

timbal balik antara jenis dan fungsi tuturan yang secara implisit mencakupi

penggunaan bahasa, komunikasi, konteks, dan penafsiran (Rustono 1999:4).

Pendekatan penelitian yang kedua yaitu pendekatan secara metodologis

yang terbagi menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif dan

pendekatan deskriptif. Pendekatan kualitatif yang berkaitan dengan data yang

tidak berupa angka-angka, tetapi berupa penggunaan bentuk-bentuk bahasa

(Aminuddin 1990:1). Pendekatan deskriptif adalah metode yang hanya

memaparkan data empiris penggunaan bahasa tanpa mempertimbangkan benar

salahnya penggunaan bahasa (Sudaryanto 1992:5-6, 62-63). Berdasarkan

pendekatan-pendekatan tersebut, tujuan yang hendak dicapai sehubungan

dengan topik penelitian ini adalah mendeskripsi tindak jenis dan fungsi tindak

tutur dalam wacana komik di majalah Annida.

31
32

3.2 Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini berupa penggalan tuturan wacana komik

majalah Annida yang diduga mengandung tindak tutur. Data tersebut

bersumber pada wacana komik majalah Annida. Majalah Annida dipilih

sebagai sumber data dalam penelitian ini karena, di dalamnya selain

menyajikan komik, terdapat pula ilmu pengetahuan tentang seputar agama

islam, serta fenomena-fenomena nyata yang sering terjadi dalam kehidupan

sehari-hari yang dapat mendidik dan menambah pengetahuan bagi

pembacanya. Sumber data dalam penelitian ini adalah jenis dan fungsi tindak

tutur di majalah Annida, edisi yang digunakan sebagai sumber data yaitu dari

tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. Adapun datanya sebagai berikut: tahun

2001 (Maret No. 11 dan No. 12); 2002 (Januari: No. 08, April: No. 14 dan No.

15, Mei: No. 16 dan No. 17, Juni: No. 19, Juli: No. 20, No. 21, dan No. 22,

Agustus: No. 23 dan No. 24); 2003 (Pebruari: No. 9 dan No. 10, April: No. 12,

Mei: No. 15, Juni: No. 17, Juli: No. 19, Desember: No. 06); 2004 (Pebruari:

No. 10); dan 2005 (Januari: No. 06).

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik simak dan teknik catat. Tenik simak dilakukan dengan

menyimak yaitu menyimak penggunaan bahasa. Teknik simak dalam

penelitian ini menggunakan teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC) yaitu

penelitian tidak terlibat dalam proses penuturan (Sudaryanto 1993:134)


33

Adapun teknik catat dilakukan dengan pencatatan pada kartu data yang

segera dilanjutkan dengan klasifikasi atau pengelompokkan. Data yang

dikumpulkan, dan disimpan atau dicatat dalam kartu data. Pencatatan dapat

dilakukan langsung ketika teknik pertama selesai (teknik simak) dan dengan

menggunakan alat tulis tertentu (Sudaryanto 1993:135). Komponen-

komponen yang mengisi kartu data adalah nomor data, konteks, tuturan,

analisis data dan jenis tindak tutur.

Adapun bentuk data dan isi kartu data seperti berikut ini.

Nomor Data

KONTEKS

TUTURAN

ANALISIS

JENIS/FUNGSI TINDAK TUTUR

Keterangan:

Kartu data dibagi menjadi lima bagian yang diuraikan sebagai berikut:

1. Bagian pertama berisi nomor data. Data diberi nomor berdasarkan urutan

tulisan ke dalam kartu data.

2. Bagian kedua berisi konteks tuturan. Konteks tuturan ditulis berdasarkan

situasi yang sedang terjadi di dalam percakapan para tokoh komik dalam

majalah Annida.

3. Bagian ketiga berisi tuturan seorang tokoh yang terdapat dalam komik

majalah Annida.
34

4. Bagian keempat berisi analisis korpus. Dalam analisis korpus tersebut

dijelaskan mengapa tuturan pada data merupakan tuturan yang

mengandung tindak tutur dengan jenis tertentu.

5. Bagian kelima berisi jenis tindak tutur. Pada bagian ini dituliskan

termasuk ke dalam jenis tindak tutur apakah tuturan tersebut.

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini setelah data terkumpul yaitu setelah

data dicatat dalam kartu data dan sudah ditata secara sistematis sesuai dengan

kepentingan penelitian. Tahap ini data dianalisis sesuai dengan permasalahan

yang diteliti.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

heuristik, yaitu jenis tugas pemecahan masalah yang dihadapi penutur dalam

menginterprestasi sebuah tuturan atau ujaran (Leech 1993:61). Analisis yang

dilakukan dalam penelitian ini berupa mengindentifikasi jenis tindak tutur

ilokusi dan fungsi tindak tutur ilokusi pada penggalan wacana dengan

merumuskan hipotesis-hipotesis dan kemudian mengujinya berdasarkan data-

data yang tersedia. Apabila proses analisis hipotesis tidak teruji, maka akan

dibuat hipotesis yang baru. Seluruh proses ini, terus menerus akan berulang

sampai akhirnya tercapai suatu pemecahan masalah, yaitu berupa hipotesis

yang teruji kebenarannya dan tidak bertentangan dengan bukti yang ada.
35

3.5 Metode dan Teknik Pemaparan Hasil Analisis Data

Langkah selanjutnya setelah menganalisis data adalah memaparkan hasil

analisis data tersebut. Pemaparan hasil analisis data ini merupakan paparan

mengenai tindak tutur yang digunakan dalam wacana komik majalah Annida.

Pemaparan hasil analisis ini menggunakan metode informal, yaitu

perumusan data yang berbentuk tuturan dan bukan data yang berupa angka.

Dengan menggunakan metode informal, penjelasan tentang kaidah menjadi

lebih rinci dan terurai. Dengan demikian, rumusan yang tersaji relatif panjang.

Pemilihan metode informal ini disesuaikan dengan karakter data yang tidak

memerlukan adanya tanda-tanda atau lambang-lambang.


BAB IV

JENIS DAN FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI

DALAM WACANA KOMIK DI MAJALAH ANNIDA

4.1 Jenis Tindak Ilokusi dalam Wacana Komik di Majalah Annida

Berdasarkan tindak ilokusi dalam wacana komik di majalah Annida, dapat

ditemukan lima jenis tindak ilokusi. Kelima jenis tindak ilokusi ini adalah

tindak tutur representatif, tindak tutur direktif, tindak tutur komisif, tindak tutur

ekspresif, dan tindak tutur deklarasi/isbati.

4.1.1 Tindak Tutur Representatif

Pada penelitian ini ditemukan tindak ilokusi representatif menyatakan,

mengakui, melaporkan, menunjukkan, dan menyebutkan. Adapun yang

termasuk dalam jenis tindak ilokusi representatif dalam wacana komik di

majalah Annida dapat dijelaskan pada penggalan tuturan berikut.

4.1.1.1 Tindak Tutur Representatif Menyatakan

Tuturan menyatakan adalah tuturan yang sesuai dengan kenyataan. Hal

ini dapat dijelaskan pada data tuturan berikut ini.

(1) KONTEKS : DI RUANG AUDIT NIDA DAN TEMAN-TEMAN


SEKOLAHNYA MENDENGARKAN
PENJELASAN YANG DIBERIKAN OLEH
PENGURUS PANTI
Pengurus panti 1 : ”Kami melakukan terapi medis maupun spiritual…”

36
37

Pengurus panti 2 : ”Juga mendorong mereka gemar beribadah dan


bekerja”
(Annida/19/03/KS/I)

Tindak ilokusi representatif yang termasuk tuturan representatif menyatakan

tersebut ditunjukkan pada tuturan ”Kami melakukan terapi medis maupun

spiritual juga mendorong mereka gemar beribadah dan bekerja”. Dalam

tuturan menyatakan yang dituturkan oleh pengurus panti 1 dan pengurus panti 2

ini memunyai maksud bahwa panti rehabilitasi sakit jiwa dalam menyembuhkan

pasiennya menggunakan terapi medis maupun spiritual juga mendorong mereka

agar gemar beribadah dan bekerja. Kebenaran tuturan representatif menyatakan

tersebut jika apa yang dituturkan sesuai dengan kenyataannya, dalam hal ini

mitra tutur pada saat itu tidak dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya

karena tuturan ini dilakukan pada saat suasana seminar.

Tindak tutur representatif menyatakan juga terdapat dalam kutipan

wacana sebagai berikut.

(2) KONTEKS : NIDA SEDANG MENERANGKAN TENTANG


KONSEP ISLAM DALAM MENJAGA LINGKUNGAN
Nida : ”Jadi.. Islam sangat memperhatikan keseimbangan alam.
Karena itu marilah kita jaga kelestarian alam kita
bla..bla...bla...”
(Annida/15/02/IK/2)

Tuturan “....marilah kita jaga kelestarian alam kita bla..bla...bla...” dituturkan

oleh Nida kepada murid-muridnya untuk menyatakan bahawa kita harus

menjaga kelestarian alam. Oleh karena itu, kutipan wacana (2) termasuk dalam

tindak tutur representatif menyatakan karena dalam tuturan tersebut berisi suatu
38

pernyataan yang dituturkan oleh Nida untuk menyatakan suatu kebenaran

bahwa Islam sangat memperhatikan kelestarian alam. Jadi, Islam tidak

menyukai manusia yang tidak mau menjaga alam ini.

Kutipan wacana di bawah ini juga termasuk dalam tindak tutur

representatif menyatakan.

(3) KONTEKS : NIDA DAN ADIKNYA KETAKUTAN BERTEMU


DENGAN ORANG SAKIT JIWA
Nida : ”Astaghfirullah...”
Orang Gila : ”Hallo chayang... Aku Dao Ming Tse anggota P4, yang main
di Mie Telor Sarden itu lho... he...he...he...”
(Annida/23/02/SMKD/3)

Tuturan “....Aku Dao Ming Tse anggota P4, yang main di Mie Telor Sarden itu

lho...” dituturkan oleh Orang Gila kepada Nida dan adiknya untuk menyatakan

bahwa dia adalah Dao Ming Tse anggota P4. Oleh karena itu, kutipan wacana

(3) termasuk dalam tindak tutur representatif menyatakan karena dalam tuturan

tersebut berisi suatu pernyataan yang dituturkan oleh Orang Gila untuk

menyatakan suatu kebenaran bahwa dia adalah Dao Ming Tse anggota P4, yang

main di Mie Telor Sarden. Jadi, dia mencoba meyakinkan Nida.

4.1.1.2 Tindak Tutur Representatif Melaporkan

Tuturan melaporkan juga termasuk dalam tindak ilokusi representatif.

Tuturan melaporkan merupakan tuturan yang juga menuturkan sesuai dengan

keadaan yang sebenarnya. Ini terdapat pada tuturan berikut.


39

(4) KONTEKS : DI TAMAN SEKOLAH, NIDA DAN TEMAN-


TEMANNYA MELIHAT WAJAH META YANG
TAMPAK MURUNG.
Teman-teman Meta : ”Lho, kenapa kamu, Met? Datang-datang kok
langsung mewek gitu?”
Meta : ”Gue lagi sedih nih!”
(Annida/10/03/OD/4)

Tindak ilokusi representatif melaporkan tersebut ditunjukkan pada tuturan gue

lagi sedih nih!, maksudnya melaporkan kepada teman-teman Meta bahwa si

penutur (Meta) sedang sedih. Kebenaran tindak ilokusi representatif melaporkan

ini adalah apa yang dituturkan sesuai dengan kenyataan, dalam hal ini penutur

pada saat itu melaporkan kepada mitra tutur bahwa penutur (Meta) dalam

kesulitan atau sedang mendapatkan suatu musibah.

Tindak tutur representatif melaporkan juga terdapat dalam kutipan

wacana sebagai berikut.

(5) KONTEKS : NIDA MENERIMA TELPON DAN MENDAPATKAN


KABAR YANG TIDAK MENYENANGKAN
Penelpon : ”Kak Nida, bapaknya Puput masuk rumah sakit! Kena
serangan jantung!”
Nida : ”Hah! inna lillahi...”
(Annida/21/02/TADB/5)

Tindak ilokusi representatif melaporkan tersebut ditunjukkan pada tuturan “...

bapaknya Puput masuk rumah sakit! Kena serangan jantung!, maksudnya

melaporkan kepada Nida bahwa temannya sipenelpon (Puput) sedang

mendapatkan musibah, karena bapaknya masuk rumah sakit diakibatkan

serangan jantung. Kebenaran tindak ilokusi representatif melaporkan ini adalah

apa yang dituturkan sesuai dengan kenyataan, dalam hal ini penutur pada saat
40

itu melaporkan kepada Nida bahwa Puput dalam kesulitan dan membutuhkan

pertolongan.

4.1.1.3 Tindak Tutur Representatif Mengakui

Tuturan mengakui merupakan tuturan yang menyatakan keadaan yang

sebenarnya, mengakui untuk diri sendiri dan orang lain akan sesuatu hal. Tindak

tutur representatif mengakui ini dapat ditemukan pada kutipan wacana di bawah

ini.

(6) KONTEKS : DI TAMAN SEKOLAH, META BERCERITA KEPADA


NIDA DAN TEMAN-TEMANNYA TENTANG
MASALAH YANG MENIMPA AYAHNYA.
Nida : ”Lho kok gitu? Kalo berani berbuat, ya harus berani tanggung
jawab dong.”
Teman Nida : ”Iya, Met. Kalo urusannya korupsi sih gue ogah ngedukung
lo!”
Meta : ”Iya gue tahu. Tapi bokap gue nggak mau di penjara karena
dia mau di masukin satu sel sama Sumanto!”
(Annida/10/03/OD/06)

Tindak ilokusi representatif mengakui tersebut di tunjukkan pada tuturan “Iya

gue tahu. Tapi bokap gue nggak mau di penjara karena dia mau di masukin

satu sel sama Sumanto!” pada tuturan ini penutur mengakui kepada mitra tutur

bahwa penutur dapat berkata demikian karena ayah penutur tidak mau masuk

penjara dikarenakan tidak mau di masukkan satu sel dengan Sumanto. Tuturan

penutur merupakan tuturan yang sesuai dengan kenyataannya.


41

Di bawah ini juga merupakan tindak tutur representatif mengakui.

(7) KONTEKS : DI RUANGAN PANTI REHABILITASI SAKIT JIWA


NIDA BERBINCANG DENGAN RIFA.
Rifa : ”Ternyata tak semuanya menakutkan ya?!”
Nida : ”Betul Rifa, padahal sebelum kemari aku takut lho.”
(Annida/19/03/KS/07)

Tindak ilokusi representatif mengakui tersebut di tunjukkan pada tuturan

padahal sebelum kemari aku takut lho. Tuturan ini, penutur (Nida) mengakui

kepada mitra tutur (Rifa), bahwa penutur dapat berkata demikian karena penutur

merasa ketakutan sebelum datang ke panti rehabilitasi sakit jiwa. Tuturan

penutur merupakan tuturan yang sesuai dengan kenyataannya.

Kutipan wacana di bawah ini juga termasuk ke dalam tindak tutur

representatif mengakui

(8) KONTEKS : META MEMBERITAHU TEMAN-TEMANNYA BAHWA


BAPAKNYA MELAKUKAN KORUPSI, NAMUN TIDAK
MAU BERTANGGUNG JAWAB.
Nida : ”Hah! Emang kenapa?!”
Meta : ”Bokap gue…bokap gue… korupsi. Tapi, dia nggak mau di
penjara.”
(Annida/10/03/OD/08)

Tuturan “Bokap gue…bokap gue…korupsi.” Dituturkan oleh Meta kepada

teman-temannya dengan maksud untuk menyatakan suatu pengakuan tentang

kebenaran bahwa bapaknya melakukan tindak korupsi. Dengan demikian,

kutipan wacana (8) merupakan tindak tutur representatif mengakui karena

diucapkan oleh Meta dengan sungguh-sungguh untuk mengakui kesalahan yang

dilakukan oleh bapaknya yaitu melakukan korupsi dan tidak mau di penjara

pula.
42

4.1.1.4 Tindak Tutur Representatif Menyebutkan

Tindak tutur representatif menyebutkan adalah tindak tutur yang

mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang dituturkan dengan tuturan

yang berisi menyebutkan, misalnya mengucapkan nama benda atau orang dan

sebagainya. Tuturan representatif menyebutkan terdapat pada kutipan wacana di

bawah ini.

(9) KONTEKS : NIDA DAN ADIKNYA NAIK PERAHU SAMBIL


BERBINCANG-BINCANG DENGAN BAPAK NELAYAN
Pak nelayan : ”Pulau-pulau di sini dulunya tanpa penghuni. Tapi sekarang
sudah jadi negara!”
Nida : ”Ah, yang benar, pak? Negara apa pak?”
Pak nelayan : ”Negara Lokalisasi.”
(Annida/17/02/S/09)

Tuturan “Negara Lokalisasi”, dituturkan oleh Pak nelayan kepada Nida dengan

maksud untuk menyebutkan sebuah tempat di mana Nida dan adiknya sedang

melewatinya. Oleh karena itu, kutipan wacana (9) merupakan tindak tutur

representatif menyebutkan, karena Pak nelayan menyebutkan tentang kebenaran

atas ucapannya yaitu pulau-pulau yang dahulunya tidak ada penghuninya,

sekarang sudah berubah menjadi sebuah negara dan negaranya dinamakan

negara lokalisasi.
43

4.1.1.5 Tindak Tutur Representatif Menunjukkan

Tindak tutur representatif menunjukkan adalah tindak tutur yang

mengikat penuturnya atas apa yang dituturkannya dengan menggunakan tuturan

yang berisi menunjukkan. Berikut adalah kutipan wacana yang berjenis tindak

tutur represenatif menunjukkan.

(10) KONTEKS : INUL DAN NIDA MEMUNYAI TAKTIK UNTUK


MEMBERSIHKAN OTAK KOTOR TEMAN-TEMAN
YANG JAHIL KEPADANYA MENGGUNAKAN ALAT
BOOR
Nida : “Obat pikiran kotor!”
Meta : “Nih! Kalian mau ini kan…!”
(Annida/12/03/IM/10)

Tuturan “Nih! Kalian mau ini kan..!.” dilakukan oleh Inul kepada teman-teman

yang jahil kepadanya dengan maksud untuk menunjukkan sebuah alat yang

digunakan Inul untuk membersihkan pikiran kotor mereka yaitu alat boor.

Dengan demikian, kutipan wacana (10) merupakan tindak tutur representatif

menunjukkan, karena diucapkan oleh Inul dengan suatu kebenaran untuk

menunjukkan alat boor kepada teman-temannya.

Kutipan wacana di bawah ini juga termasuk kedalam tindak tutur

representatif menunjukkan.

(11) KONTEKS : KAKEK MEMBERITAHUKAN BENDA PUSAKA


YANG IA MILIKI KEPADA NIDA
Kakek : ”Ini dia kartu merah yang kakek keluarkan untuk Ruud
Gullit waktu kakek jadi wasit dulu.”
(Annida/20/02/CM/11)

Tuturan “Ini dia kartu merah yang kakek keluarkan untuk Ruud Gullit…”,

dilakukan oleh kakek kepada Nida dengan maksud agar Nida mengetahui benda
44

pusaka yang ia miliki dengan menunjukkan kartu merah yang ia keluarkan

untuk menghukum Ruud Gullit ketika menjadi wasit dulu. Dengan demikian,

kutipan wacana (11) merupakan tindak tutur representatif menunjukkan, karena

diucapkan oleh kakek dengan suatu kebenaran untuk memperlihatkan kartu

merah yang ia gunakan untuk menghukum Ruud Gullit ketika kakek masih

menjadi wasit.

Kutipan wacana di bawah ini juga merupakan tindak tutur

representatif menunjukkan.

(12) KONTEKS :
NIDA BERTEMU DENGAN KAKEK-KAKEK
PENGEMIS YANG MENGEMIS DI TERAS
MALL
Kakek pengemis : ”Itu ada ratusan tiga, di kantong belanjaan eneng.”
(Annida/10/04/TD/12)

Tuturan “ Itu ada ratusan tiga.” dituturkan oleh kakek pengemis kepada Nida

dengan maksud untuk menunjukkan uang receh tiga ratusan yang ada di

kantong belanjaannya. Dengan demikian, kutipan wacana (12) merupakan

tindak tutur representatif menunjukkan, karena diucapkan oleh kakek pengemis

untuk menunjukkan uang receh yang ada di kantong belanjaan Nida.

4.1.2 Tindak Tutur Direktif

Tindak ilokusi direktif merupakan dimaksudkan penuturnya agar mitra

tutur melakukan tindakan yang disebutkan dalam tuturan itu. Dalam penelitian

ini ditemukan lima jenis tindak ilokusi direktif yang meliputi mengajak,
45

meminta, menyuruh, memohon, menyarankan, menantang, memaksa dan

memberikan aba-aba. Tuturan tersebut dapat dilihat pada data berikut ini.

4.1.2.1 Tindak Tutur Direktif Mengajak

Tuturan mengajak merupakan tuturan yang mempengaruhi mitra tutur

untuk melakukan suatu tindakan. Penggalan tuturan yang menunjukkan adanya

tuturan mengajak dapat dilihat pada tuturan berikut ini.

(13) KONTEKS : NIDA SEDANG SANTAI SAMBIL MAIN TEBAK-


TEBAKAN
Nida : ”Main tebak-tebakan yuk! Katanya kamu tahu semua.
Ayam terbesar adalah…”
Teman Nida : ”Ayam semesta.”
(Annida/17/03/TT/13)

Tuturan “Main tebak-tebakan yuk!”, dituturkan oleh Nida kepada temannya

dengan maksud untuk mengajak bermain tebak-tebakan. Kutipan wacana (13)

tersebut termasuk ke dalam tindak tutur direktif mengajak, karena tuturan

tersebut berisi ajakan yang dilakukan oleh Nida kepada temannya untuk ikut

bermain bersamanya.

Kutipan wacana di bawah ini juga termasuk ke dalam tindak tutur

direktif mengajak

(14) KONTEKS :NIDA MENGAJAK PKL MURID-MURIDNYA


DENGAN MELAKUKAN DEMO DI DEPAN
GEDUNG DPR
Murid-murid : ”Kak Nida, kita mau kemana sih? Kok bawa-bawa poster
segala”.
Nida : ”Khan kak Nida sudah bilang, kita mau PKL alias
Praktek Kerja Lapangan”.
(Annida/24/02/TUSP/14)
46

Tuturan “…kita mau PKL alias Praktek Kerja Lapangan.” Dituturkan oleh

Nida kepada murid-muridnya dengan maksud untuk mengajak PKL alias

Praktek Kerja Lapangan. Oleh karena itu, kutipan wacana (14) merupakan

tindak tutur direktif mengajak karena tuturan tersebut berisi ajakan yang

dilakukan oleh Nida kepada murid-murid untuk melakukan PKL di depan

gedung DPR dengan berdemonstrasi.

4.1.2.2 Tindak Tutur Direktif Meminta

Tuturan meminta menimbulkan pengaruh kepada mitra tutur untuk

melakukan suatu tindakan meminta, apakah itu dalam suatu perbuatan atau

tuturan saja. Tuturan yang menunjukkan meminta terdapat pada data berikut.

(15) KONTEKS : NIDA DAN IBUNYA SEDANG BERBINCANG


TENTANG PRIA BERJENGGOT
Bang Mamad : “Nid, jadi nggak kamu beli kambingnya...?”
Ibu Nida : “Sorry ya, ibu udah ke-GR-an..”
Nida : “Jadi, Bang!”
(Annida/09/03/MB/15)

Tuturan “Sorry ya”, dituturkan oleh ibu kepada Nida dengan maksud meminta

maaf atas kekeliruannya. Oleh sebab itu, kutipan wacana (15) merupakan tindak

tutur direktif meminta, karena tuturan tersebut berisi suatu permintaan maaf

ibunya Nida kepada Nida yang telah salah paham tentang pria berjengot (Bang

Mamad).

Kutipan wacana berikut juga termasuk ke dalam tindak tutur direktif

meminta.
47

(16) KONTEKS : NIDA MELIHAT SALAH SATU ANAK TPA YANG


SEDANG MENGANDRUNGI METEOR GARDEN
Nida : ”Anak-anak TPA lagi gandrung Meteor Garden... nah ini
salah satunya.”
Anak TPA : ”Kak Nida! Toloong! Aku dikejar-kejar Daoming Tse....!”
(Annida/23/02/SMKD/16)

Tuturan ”Kak Nida! Toloong!”, dituturkan oleh anak TPA kepada Nida dengan

maksud untuk meminta Nida untuk menolongnya dari kejaran Daoming Tse.

Oleh sebab itu, kutipan wacana (16) merupakan tindak tutur direktif meminta

karena tuturan tersebut berisi suatu permintaan dari anak TPA kepada Nida agar

menolongnya dari kejaran Daoming Tse (orang gila).

Kutipan wacana di bawah ini juga termasuk dalam tindak tutur direktif

meminta.

(17) KONTEKS : PAK GURU BERTANYA PADA NIDA TENTANG


SAMPUL BUKUNYA
Pak guru : ”Nida! Khan sudah dibilang semua buku ulangan harus
disampul coklat.”
Nida : ”M...m..maaf pak! S...s...sekarang sedang trend buku putih
biar clear!”
(Annida/11/01/DN/17)

Tuturan “M...m...maaf pak!” dituturkan oleh Nida kepada pak guru dengan

maksud untuk meminta maaf. Dengan demikian, kutipan wacana (17)

merupakan tindak tutur direktif meminta, karena berisi tuturan yang digunakan

untuk menyatakan suatu permintaan yang diucapkan oleh Nida guna meminta

maaf kepada pak guru.


48

4.1.2.3 Tindak Tutur Direktif Menyuruh

Tuturan menyuruh merupakan tuturan yang termasuk dalam tindak

ilokusi direktif. Tuturan menyuruh merupakan tuturan yang menyatakan

tindakan. Ini dapat dijelaskan pada tuturan di bawah ini.

(18) KONTEKS: KAKEK MEMBERIKAN BENDA PUSAKA DAN


MENYURUH NIDA UNTUK MENJAGANYA
Kakek : ”Nid, kakek punya benda pusaka yang kelak kamu harus
jaga baik-baik kalau kakek sudah meninggal.”
(Annida/20/02/COM/18)

Tuturan ”...kamu harus jaga baik-baik....”, dituturkan oleh kakek kepada Nida

dengan maksud agar Nida mau menjaga benda pusaka miliknya. Oleh karena

itu, kutipan wacana (18) merupakan tindak tutur direktif menyuruh karena

tuturan tersebut dimaksudkan kakek untuk menyuruh Nida menjaga benda

pusaka miliknya dengan baik-baik apabila kakeknya sudah meninggal.

Di bawah ini juga adalah kutipan wacana tindak tutur ekspresif

menyuruh.

(19) KONTEKS : DI TENGAH PERJALANAN PULANG, NIDA


BERTEMU DENGAN KODOK YANG DAPAT
BERBICARA
Kodok : ”Hai, cium aku...Aku sang pangeran yang dikutuk menjadi
kodok.”
(Annida/06/03/PK/19)

Tuturan ”Hai, cium aku...”, dituturkan oleh kodok kepada Nida dengan maksud

agar Nida melakukan tidakan yang diucapakan oleh kodok yaitu menyuruh Nida

untuk menciumnya. Oleh karena itu, kutipan wacana (20) merupakan tindak
49

tutur direktif menyuruh sebab suruhan kepada Nida untuk mencium sang

pangeran kodok.

Tuturan direktif menyuruh juga terdapat pada kutipan wacan berikut

ini.

(20) KONTEKS : DI HALAMAN RUMAH, NIDA DAN TEMANNYA


SEDANG DUDUK SANTAI SAMBIL BERBINCANG-
BINCANG
Teman Nida : ”Dah boring nih, refreshing dulu yuk!”
Nida : ”Tuh jusnya diminum.”
(Annida/17/03/TT/20)

Tuturan ”Tuh jusnya diminum.”, dituturkan oleh Nida kepada temannya dengan

maksud agar temannya meminum jus yang telah ia buat. Oleh karena itu,

kutipan wacana (20) merupakan tindak tutur direktif menyuruh sebab suruhan

kepada temannya untuk meminum jusnya.

4.1.2.4 Tindak Tutur Direktif Memohon

Memohon merupakan suatu tuturan yang juga menyatakan untuk

melakukan suatu tindakan. Penggalan tuturan tersebut ditunjukkan sebagai

berikut.

(21) KONTEKS : NIDA MENERIMA TELEPON DAN TERKEJUT


MENDENGAR BERITA YANG DISAMPAIKAN OLEH
SIPENELPON
Penelpon : ”Kak Nida, bapaknya Puput masuk Rumah Sakit! Kena
serangan jantung!”
Nida : ”Hah! Innalillahi....”
”Ya Allah berikanlah Puput kesabaran”.
(Annida/21/02/TADB/21)
50

Tuturan ”Ya Allah berikanlah Puput kesabaran”, diucapkan oleh Nida kepada

Allah SWT dengan maksud untuk memohon pertolongan kepada Allah SWT

agar memberikan kesabaran kepada Puput. Dengan demikian, kutipan wacana

(21) merupakan tindak tutur direktif memohon karena berisi permohonan atau

harapan agar Puput diberikan ketabahan atas musibah yang menimpanya.

Kutipan wacana di bawah ini juga merupakan tindak tutur direktif

memohon.

(22) KONTEKS : TEMAN-TEMAN NIDA INGIN BERKENALAN


DENGAN SISWA BARU DI SEKOLAHNYA
Teman 1 : ”Nid, siapa nama anak baru itu?”
Teman 2 : ”Kenalin dong, Nid, sama kita-kita.”
(Annida/12/03/IN/22)

Tuturan ”kenalin dong, Nid”, diucapkan oleh sipenutur (teman 1) kepada Nida

dengan maksud untuk memohon agar Nida untuk mengenalkan teman barunya

kepada teman-teman sekelasnya. Oleh karena itu, tuturan di atas termasuk ke

dalam tindak tutur direktif memohon, karena tuturan tersebut berisi permohonan

atau harapan agar Nida mau mengenalkan teman barunya.

4.1.2.5 Tindak Tutur Direktif Menyarankan

Tindak tutur direktif menyarankan adalah tindak tutur yang dilakukan

oleh penuturnya dengan maksud agar sipendengar melakukan tindakan yang

disebutkan dalam tuturan yang berisi saran dan anjuran. Tuturan berikut

merupakan tindak tutur direktif menyarankan.


51

(23) KONTEKS: DI TAMAN SEKOLAH, NIDA DAN TEMAN-


TEMANNYA MENGINGINKAN AGAR META
BERCERITA ATAS MASALAH YANG
DIHADAPINYA.
Tuturan : ”Ada apa? Ngomong dong. Siapa tahu kita bisa bantu.”
(Annida/10/03/OD/23)

Pada tuturan (23) yang menunjukkan tindak ilokusi direktif menyarankan

terdapat pada tuturan ngomong dong…, maksudnya penutur menyarankan agar

mitra tutur mau membicarakan tentang apa yang terjadi pada dirinya. Tuturan

ini dimaksudkan penutur siapa tahu penutur dapat memecahkan atau membantu

masalah yang dihadapai oleh mitra tutur.

Kutipan wacana tindak tutur direktif menyarankan juga terdapat pada

tuturan di bawah ini.

(24) KONTEKS : INUL MERASA KESAL TERHADAP ULAH TEMAN-


TEMAN BARUNYA, NAMUN NIDA MEMPUNYAI
IDE UNTUK MENGATASINYA
Teman Inul : ”Sabar, Nul. Ngadepin cowok rese emang mesti pakai
taktik.”
Nida : ”Taktik...yes! ogut dapat ide!”
(Annida/12/03/IN/24)

Tuturan ”Sabar, Nul.” dituturkan oleh teman Inul kepada Inul dengan maksud

agar Inul mengikuti saran yang disampaikannya oleh teman Inul yaitu tetap

sabar kalau menghadapi teman-teman cowok yang rese dan dengan

menggunakan sedikit taktik. Dengan demikian, kutipan wacana (24) merupakan

tindak tutur direktif menyarankan sebab berisi saran atau anjuran agar Inul mau

menuruti perkataan temannya.


52

Kutipan wacana di bawah ini juga termasuk dalam tindak tutur direktif

menyarankan.

(25) KONTEKS : DI DALAM ANGKOT YANG PENUH


PENUMPANG DAN ASAP ROKOK
Penumpang 1 : ”Heh, kalo kamu nggak mau kena rokok turun aja”
Penumpang 2 : ”Iya, naik taksi aja sekalian kan aman”.
(Annida/15/03/KSD/25)

Tuturan ”...Kalo kamu nggak mau kena rokok turun aja. Iya, naik taksi aja

sekalian kan aman” dituturkan oleh penumpang 1 dan penumpang 2 kepada

Nida dengan maksud agar Nida memilih saran yang disampaikan oleh

penumpang 1 dan penumpang 2 yaitu kalau tidak mau kena asap rokok lebih

baik turun saja dari angkot dan lebih aman lagi naik taksi saja. Dengan

demikian, kutipan wacana (25) tersebut merupakan tindak tutur direktif

menyarankan, sebab berisi saran atau anjuran agar Nida mau menuruti

perkataan penumpang 1 dan penumpang 2.

4.1.2.6 Tindak Tutur Direktif Menantang

Tindak tutur direktif menantang adalah tindak tutur yang dilakukan

oleh penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang

disebutkan dalam tuturan yang berisi tantangan. Tuturan menantang adalah

tuturan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengahadapi atau melawan orang

lain. Berikut ini adalah pemaparan hasil analisis tindak tutur direktif menantang.
53

(26) KONTEKS: INUL MERASA KESAL DENGAN ULAH TEMAN-


TEMAN BARUNYA
Nida : ”Ah, kalian pasti ada maunya. Kalau kenalan sih boleh
saja, tapi kalo lebih dari itu, no way!”
(Annida/12/03/IN/26)

Tuturan ” Kalau kenalan sih boleh saja, tapi kalo lebih dari itu, no way!”

dilakukan oleh Nida kepada teman-teman sekelasnya yang usil kepada

temannya Inul dengan maksud untuk menantang kehendak teman-temannya

yang menginginkan agar Nida mengenalkan mereka kepada Inul. Dengan

demikian, kutipan wacana (26) merupakan tindak tutur direktif menantang,

karena berisi sebuah tantangan yang dilakukan oleh Nida kepada teman-

temannya yang usil terhadap temannya Inul.

4.1.2.7 Tindak Tutur Direktif Memaksa

Tindak tutur direktif memaksa adalah tindak tutur yang dilakukan oleh

penutur dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan

dalam tuturan yang berisi memaksa. Tuturan memaksa adalah tuturan yang

dilakukan oleh seseorang dengan maksud untuk menyuruh kepada orang lain

secara paksa, biasanya berkonotasi kasar. Berikut ini adalah hasil analisis tindak

tutur direktif memaksa.

(27) KONTEKS : PAK POLISI MEMAKSA TERSANGKA


PENGEBOMAN UNTUK MEMBERITAHUKAN
TEMPAT DIA MELETAKAN BOM LAIN YANG IA
TARUH
Pak Polisi : ”Hayo ngaku, ada lagi nggak bom yang kamu taruh di
tempat lain?”
54

Tersangka : ”Ada, apa!”


(Annida/06/05/BIO/27)

Tuturan ” Hayo ngaku, ada lagi nggak bom yang kamu taruh di tempat lain?”

dituturkan oleh pak polisi kepada tersangka dengan maksud agar tersangka

mengakui tempat penyimpanan bom yang lainnya. Dengan demikian, kutipan

wacana (27) merupakan tindak tutur direktif memaksa, karena tuturan itu berisi

suatu pemaksaan yang dilakukan oleh pak polisi kepada tersangka pemboman.

Kutipan wacana di bawah ini juga termasuk dalam tindak tutur direktif

memaksa.

(28) KONTEKS: DENGAN NADA YANG JENGKEL KAKEK


PENGEMIS TETAP MEMAKSA NIDA UNTUK
MEMBERINYA SESUATU
Kakek : ”Yah, terserah eneng mau ngasih apa nggak!”
(Annida/10/04/TO/28)

Tuturan ” terserah eneng mau ngasih apa nggak!...” dituturkan oleh kakek

pengemis kepada Nida dengan maksud agar Nida melakukan apa yang

disebutkan dalam tuturannya, yaitu agar Nida mau memberinya uang atau tidak.

Dengan demikian, kutipan wacana (28) merupakan tindak tutur direktif

memaksa, sebab tuturan tersebutdimaksudkan oleh kakek pengemis untuk

memaksa Nida supaya ia mau memberikan sesuatu kepadanya, akan tetapi kalau

tidak memberi sesuatu jangan terus mengejeknya.


55

4.1.2.8 Tindak Tutur Direktif Memberikan Aba-aba

Tindak tutur direktif memberikan aba-aba adalah tindak tutur yang

dimaksudkan oleh penuturnya untuk memberikan peringatan atau aba-aba

kepada mitra tuturnya atau si pendengar. Berikut adalah pemaparan hasil

analisis tindak tutur direktif memberikan aba-aba.

(29) KONTEKS : TERSANGKA PEMBOMAN MENGAKUI TEMPAT


PENYIMPANAN BOM YANG LAIN KEPADA PAK
POLISI DAN MEMBERITAHU PAK POLISI, NIDA
DAN SEMUA PENGHUNI LP BAHWA BOMNYA
AKAN MELEDAK DALAM WAKTU YANG IA
SEBUTKAN YAITU DALAM SEPULUH DETIK
Pak polisi : ”Di mana?”
Tersangka : ”Di kantor Polisi ini”
Pak polisi : ”Apa? Kapan waktu meledaknya?”
Tersangka : ”Sepuluh”
Pak polisi : ”Sepuluh apa? Sepuluh hari? Sepuluh jam.”
Tersangka : ”Sembilan...delapan...tujuh...enam...lima...”
Pak polisi, Nida : ”Lariiiiiiiiii.......”
(Annida/06/05/BIO/29)

Tuturan ”Sembilan...delapan...tujuh...enam...lima....” termasuk dalam tindak

tutur direktif memberikan aba-aba karena penutur (tersangka) bertutur demikian

dengan maksud memberikan aba-aba kepada polisi, Nida dan penghuni LP

bahwa bom yang ia taruh di kantor polisi akan meledak dalam jangka waktu

yang ia sebutkan.
56

4.1.3 Tindak Tutur Komisif

Tindak ilokusi komisif merupakan tindak ilokusi yang mendorong

penutur untuk melakukan sesuatu. Tindak ilokusi komisif dan direktif sama-

sama digunakan untuk melaksanakan tindakan, namun dalam tindak ilokusi

komisif ini penutur sendirian. Tindak tutur komisif yang ditemukan dalam

penelitin ini yaitu menawarkan, menyatakan kesanggupan, dan berjanji. Tuturan

tersebut dapat dilihat pada kutipan wacana di bawah ini.

4.1.3.1 Tindak Tutur Komisif Menawarkan

Data tuturan menawarkan terdapat pada tuturan berikut ini.

(30) KONTEKS : DI TAMAN SEKOLAH, NIDA DAN TEMAN-


TEMANNYA MENGINGINKAN AGAR META
BERCERITA TENTANG MASALAH YANG
DIHADAPINYA.
Tuturan : ”Ada apa? Ngomong dong. Siapa tahu kita bisa bantu”.
(Annida/10/03/OD/30)

Tuturan di atas yang menunjukkan tindak ilokusi komisif menawarkan

ngomong dong ”Siapa tahu kita bisa bantu”, maksudnya penutur menawarkan

kepada mitra tutur bahwa penutur mungkin bisa membantu masalah yang

dihadapai oleh mitra tutur.


57

4.1.3.2 Tindak Tutur Komisif Menyatakan Kesanggupan

Tindak tutur komisif menyatakan kesanggupan adalah tindak tutur

yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam

tuturan yang berfungsi untuk menyatakan kesanggupan. Berikut kutipan wacana

yang termasuk ke dalam tindak tutur komisif menyatakan kesanggupan.

(31) KONTEKS : META MEMOHON KEPADATEMAN-TEMANNYA


AGAR MAU TETAP BERTEMAN MESKI
MENGETAHUI PERSOALAN YANG MENIMPA
ORANG TUANYA
Meta : “Elo pasti nggak percaya, tapi ini kejadian bener. Gue minta
lo semua tetap jadi teman gue.”
Nida : “Ya iya dong, Met!”
Teman Nida : ”masa lo mau kita jadikan kepsek sih.”
Meta : ”Bokap gue...bokap gue...mau di penjara.”
(Annida/10/03/OD/31)

Tuturan ”Ya iya dong, Met!”, dituturkan oleh Nida kepada Meta dengan

maksud untuk menyatakan kesanggupan atas apa yang telah diujarkan, yaitu ia

sanggup berteman dengan Meta meski apapun yang telah dilakukan oleh orang

tuanya. Oleh karena itu, kutipan wacana (31) merupakan tindak tutur komisif

menyatakan kesanggupan sebab berisi pernyataan kesanggupan Nida dan

teman-temannya untuk tetap berteman dengan Meta meski orang tuanya telah

melakukan kesalahan.

Kutipan wacana berikut di bawah ini juga termasuk dalam tindak tutur

komisif menyatakan kesanggupan.

(32) KONTEKS: BAPAK MENYURUH NIDA UNTUK MENGURUS


PEMBELIAN KAMBING KURBAN
Ibu : ”Emang uangnya cukup pak?”
Bapak : ”Insya Allah cukup, kamu aja yang beli, Nid?”
58

Nida : ”Beres pak!”


(Annida/09/03/MB/32)

Tuturan ”Beres pak!” dituturkan oleh Nida dengan maksud menyatakan

kesanggupan untuk mengurus pembelian kambing kurban. Dengan demikian,

kutipan wacana (32) merupakan tindak tutur komisif menyatakan kesanggupan,

sebab berisi pernyataan kesanggupan dari Nida kepada orang tuanya.

4.1.3.3 Tindak Tutur Komisif Berjanji

Tindak tutur komisif berjanji adalah tindak tutur yng mengikat

penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturan berjanji.

Tuturan berjanji adalah tuturan yang dilakukan untuk menyatakan suatu

perjanjian. Berikut adalah tuturan yang berjenis tindak tutur komisif berjanji.

(33) KONTEKS: NIDA BERTEMU PANGERAN KODOK YANG DAPAT


BERBICARA DI TENGAH JALAN
Kodok : ”Hai tunggu aku, bila kau menciumku kau akan jadi pacarku
selama setahun. Lumayan buat persiapan valentine!”
(Annida/06/03/PK/33)

Tuturan ” bila kau menciumku kau akan jadi pacarku selama setahun.”,

dituturkan oleh kodok kepada Nida dengan maksud untuk menjanjikan pacaran

selama setahun kepada Nida. Oleh karena itu, kutipan wacana (33) merupakan

tindak tutur komisif berjanji, karena berisi perjanjian yang dilakukan oleh

kodok kepada Nida, yaitu apabila Nida mau menciumnya maka Nida akan

dijadikan pacarnya selama satu tahun.


59

4.1.4 Tindak Tutur Ekspresif

Tindak tutur ilokusi ekspresif merupakan tindak tutur yang

dimaksudkan penuturnya agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal

yang disebutkan di dalam tuturan itu. Dalam tindak ilokusi ekspresif ditemukan

tuturan mengucapkan terima kasih, mengkritik, menyalahkan, mengeluh dan

memuji. Adapun tuturan tersebut dapat dilihat sebagai berikut.

4.1.4.1 Tindak Tutur Ekspresif Mengucapkan Terima Kasih

Tindak tutur ekspresif mengucapkan terima kasih adalah tindak tutur

yang dilakukan dengan maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi

tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan yang berisi ucapan terima kasih.

Berikut data tuturan ekspresif mengucapkan terima kasih.

(34) KONTEKS : IBU GURU DAN MURID-MURID DARI


SEKOLAH TUNCEN BERPAMITAN KEPADA
PENGURUS SERTA PENGHUNI PANTI
Pengurus Panti : ”Ayo bapak ibu, para mbak dan mas dari Tuncen
mau pamitan!”
Ibu Guru : ”Terima kasih sudah menerima kami dengan
baik.”
(Annida/19/03/KS/34)

Tuturan “Terima kasih sudah menerima kami dengan baik” dituturkan oleh ibu

guru kepada pengurus panti dengan maksud untuk berterima kasih karena telah

menerima kunjungan ibu dan bapak guru serta siswa-siswi sekolah Tuncen

dengan baik. Oleh karena itu, kutipan wacana (34) merupakan tindak tutur

ekspresif mengucapkan terima kasih sebab tuturan tersebut berisi ucapan terima
60

kasih karena pihak panti telah menerima kunjungannya di Panti Rehabilitasi

Sakit Jiwa.

Kutipan wacana di bawah ini juga termasuk dalam tindak tutur

ekspresif mengucapka terima kasih.

(35) KONTEKS: NIDA MENGHADIRI PESTA ULANG TAHUN ADIK


KELASNYA
Nida : ”Met, ultah ya moga umurmu berkah!”
Adik TPA : ”Makasih kak Nida, makasih kadonya!”
(Annida/12/01/PTPA/35)

Tuturan “ Makasih kak Nida, makasih kadonya!” dituturkan oleh adik TPA

kepada Nida dengan maksud untuk berterima kasih karena telah memberinya

kado ulang tahun. Oleh karena itu, kutipan wacana (35) merupakan tindak tutur

ekspresif mengucapkan terima kasih, sebab tuturan tersebut berisi ucapan terima

kasih karena Nida memberinya kado ulang tahun.

4.1.4.2 Tindak Tutur Ekspresif Mengkritik

Tindak tutur ekspresif mengkritik adalah tindak tutur yang dilakukan

dengan maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang

disebutkan di dalam tuturan yang berisi kritikan. Tuturan mengkritik adalah

tuturan yang berupa tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan

pertimbangan baik buruk terhadap sutau hasil karya, pendapat dan sebagainya.

Berikut merupakan tindak tutur ekspresif mengkritik.

(36) KONTEKS : NIDA DAN TEMAN-TEMANNYA


BERTANYA KEPADA META, APA
YANG MEMBUATNYA MENANGIS
61

Nida dan teman-teman : “Lho, kenapa kamu, Met? Datang-datang


kok langsung mewek gitu?”
Meta : ”Gue lagi sedih nih!”
(Annida/10/03/OD/36)

Tuturan di atas yang menunjukan tindak ilokusi ekspresif mengkritik terdapat

pada tuturan lho, kenapa kamu, Met? Datang-datang kok langsung mewek

gitu?…, maksudnya penutur mengkritik kepada Met (mitra tutur) bahwa

mengapa datang-datang kok langsung mewek (menanggis). Maksud penutur

yaitu bahwa segala masalah pasti ada jalan keluarnya tapi kenapa harus dengan

menanggis.

Tindak tutur ekspresif mengkritik juga terdapat pada kutipan wacana

berikut ini.

(37) KONTEKS : TEMAN-TEMAN NIDA MENGKRITIK SIKAP NIDA


TERHADAP TEMAN-TEMANNYA
Teman 1 : ”Ih, kamu kok kaya manajernya aja sih!”
Teman 2 : ”Iya nih! Norak kamu , Nid!”
(Annida/12/03/IN/37)

Tuturan “…Norak kamu , Nid!” dituturkan oleh penutur (teman 2) kepada Nida

dengan maksud agar Nida tidak bersikap norak dengan menghalang-halangi

mereka untuk berkenalan dengan teman barunya. Oleh karena itu, kutipan

wacana (37) merupakan tindak tutur ekspresif Mengkritik, sebab tuturan

tersebut dilakukan oleh penutur untuk mengevalusi atau memberi tanggapan

atas sikap norak yang ditunjukan Nida kepada teman-temannya.


62

4.1.4.3 Tindak Tutur Ekspreif Menyalahkan

Tindak tutur ekspresif menyalahkan adalah tindak tutur yang

dilakukan dengan maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal

yang disebutkan di dalam tuturan yang berisi menyalahkan. Tuturan

menyalahkan adalah tuturan yang digunakan untuk menyatakan (memandang,

menganggap) salah pada seseorang. Berikut ini merupakan tindak tutur

ekspresif menyalahkan.

(38) KONTEKS : NIDA DAN TEMAN-TEMANNYA


MENYALAHKAN ATAS SIKAP BAPAKNYA
META YANG TIDAK MAU BERTANGGUNG
JAWAB ATAS APA YANG TELAH
DILAKUKANNYA
Nida : “Lho kok gitu? Kalo berani berbuat ya harus berani
tanggung jawab dong.”
Teman Nida : ”Iya, Met. Kalo urusanya korupsi sih gue ogah
ngedukung lo!”
(Annida/10/03/OD/38)

Tuturan (38) yang menyatakan tindak tutur ekspresif menyalahkan terdapat

pada tuturan “Lho kok gitu? Kalo berani berbuat ya harus berani tanggung

jawab dong…” maksudnya yaitu penutur (Nida) menyalahkan kepada mitra

tutur (Meta) tentang ayahnya yang tidak berani bertanggung jawab atas apa

yang telah diperbuatnya.

Kutipan wacana di bawah ini juga termasuk dalam tindak tutur ekspresif

menyalahkan.

(39) KONTEKS: NIDA MENYALAHKAN IBUNYA TENTANG


MAHLUK BERJENGGOT
Ibu Nida : ”Nida jadi maksudnya kamu mau menikah?”
63

Nida : ”Ihh, Ibu! Siapa bilang? Nida kan masih kecil dan imut-
imut.”
(Annida/09/03/MB/39)

Tuturan “Ihh, Ibu! Siapa bilang?” dituturkan oleh Nida kepada ibunya dengan

maksud untuk menyalahkan atas tuturan ibunya yang mengatakan bahwa Nida

mau menikah. Oleh karena itu, kutipan wacana (39) tersebut merupakan tindak

tutur ekspresif menyalahkan sebab tuturan tersebut berisi anggapan bahwa

semua yang dipikirkan ibunya tentang mahluk berjenggot itu adalah kesalahan

dan Nida juga belum mau menikah.

4.1.4.4 Tindak Tutur Ekspresif Mengeluh

Tindak tutur ekspresif mengeluh adalah tindak tutur yang dilakukan

dengan maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang

disebutkan di dalam tuturan mengeluh. Tuturan mengeluh adalah tuturan yang

dilakukan untuk menyatakan susah karena penderitaan, kesakitan, kekecewaan.

Tuturan berikut merupakan tindak tutur ekpresif mengeluh.

(40) KONTEKS: NIDA DIRAYU SEORANG IBU YANG INGIN


MEMINJAM UANG KEPADANYA
Ibu : “Tolong deh, Nid. Bikin penjadwalan utang saya, saya
belum sanggup bayar nih.”
Nida : ”Ini nih, susahnya punya bangsa yang suka ngutang.
Warung ogut aja disamain sama Paris Club!”
(Annida/16/02/MK/40)

Tuturan ”Ini nih, susahnya punya bangsa yang suka ngutang.” dituturkan oleh

Nida dengan maksud agar ibu tidak suka berhutang, supaya tidak sama dengan

bangsanya yang suka berhutang kepada negara lain. Dengan demikian, kutipan
64

wacana (40) tersebut merupakan tindak tutur ekspresif mengeluh karena ujaran

tersebut berisi keluhan, kekecewaan yang dilakukan oleh Nida karena apabila

ibu diberikan pinjaman, nanti bisa seperti bangsanya yang suka berhutang.

Tindak tutur ekspresif mengeluh juga terdapat pada kutipan wacana

berikut ini.

(41) KONTEKS : NIDA KETIKA MENGIKUTI KEGIATAN OSPEK


DI KAMPUSNYA
Nida : ”Duh, bari sehari ngerasain jadi mahasiswa, udah
begini.”
Om Fauzi : ”Nida, kamu belum ditakdirkan menjadi mahasiswa.
Besok balik lagi jadi anak SMU ya!”

Nida : ”Om Fauzi tega....kejam....”


(Annida/22/02/DO/41)

Tuturan ”Duh, bari sehari ngerasain jadi mahasiswa, udah begini..”

diungkapkan Nida ketika sedang mengikuti salah satu kegiatan Ospek yang

sangat melelahkan baginya. Oleh karena itu, kutipan wacana (41) tersebut

merupakan tindak tutur ekspresif mengeluh karena ujaran tersebut berisi

keluhan yang diungkapkan oleh Nida tentang penderitaan yang dialaminya yaitu

kegiatan Ospek yang melelahkan dan ia rasakan baru saja sehari menjadi

mahasiswa.

Kutipan wacana berikut ini juga termasuk dalam tindak tutur ekspresif

mengeluh.

(42) KONTEKS : NIDA MENGELUH PUSING AKIBAT KRISIS


MONETER
Nida : ”Pusing-pusing! Bensin naik, ongkos naik, tapi gaji babe
nggak naik-naik.”
(Annida/19/02/NA/42)
65

Tuturan ”Pusing-pusing!” dituturkan oleh Nida dengan maksud mengeluh

dengan krisis moneter yang berkepanjangan. Oleh karena itu, kutipan wacana

(42) merupakan tindak tutur ekspresif mengeluh karena tuturan tersebut berisi

tentang keluhan, tentang kekecewaan yang ia alami akibat krisis moneter yang

berakibat semua kebutuhan hidup naik, tetapi gaji orangtuanya tidak naik-naik.

4.1.4.5 Tindak Tutur Ekspresif Memuji

Tindak tutur ekspresif memuji adalah tindak tutur yang dilakukan

dengan maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang

disebutkan dalam tuturan yang berisi pujian. Tuturan memuji adalah tuturan

yang digunakan untuk melahirkan suatu penghargaan kepada sesuatu yang

dianggap baik, indah, gagah, berani, dan sebagainya. Berikut adalah pemaparan

hasil analisis tindak tutur ekspresif memuji.

(43) KONTEKS : NIDA DAN TEMAN-TEMANNYA MENCOBA


MENCARI TAHU APA YANG TERJADI DENGAN
META
Nida : ”Ada apa? Ngomong dong. Siapa tahu kita bisa bantu.”
Teman Nida : ”Iya, Met. Lo kan biasanya paling riang diantara kita”
(Annida/10/03/OD/43)

Tuturan ” Lo kan biasanya paling riang diantara kita.” dituturkan oleh teman

Nida kepada Meta dengan maksud untuk memuji sifat Meta yang periang. Oleh

karena itu, kutipan wacana (43) merupakan tindak tutur ekspresif memuji

karena tuturan tersebut berisi suatu penghargaan atas sifat yang dimiliki oleh

Meta.
66

Kutipan wacana di bawah ini merupakan tindak tutur ekspresif

memuji.

(44) KONTEKS : NIDA TAK SENGAJA BERTEMU DENGAN KODOK


YANG BISA BERBICARA
Nida : ”Sssttt..diam, aku kan aktivis, mana sempat pacaran,
akhwat tidak boleh pacaran lagi”
”Tapi kayanya keren juga kodok bisa ngomong.”
(Annida/06/03/PK/44)

Tuturan ” Tapi kayanya keren juga kodok bisa ngomong.” dituturkan oleh Nida

kepada kodok dengan maksud untuk memuji kehebatan atau kekerenan kodok

dapat berbicara. Dengan demikian, kutipan wacana (44) merupakan tindak tutur

ekspresif memuji karena tuturan tersebut dilakukan oleh Nida dengan maksud

untuk memuji kehebatan Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan salah

satu ciptaannya yaitu kodok yang dapat berbicara.

Berikut ini juga merupakan kutipan wacana yang berjenis tindak tutur

ekspresif memuji.

(45) KONTEKS : NIDA TERKESIMA MEMANDANGI FOTONYA


YANG DIPAJANG DI DINDING RUMAHNYA
Nida : ”Dari dulu sampai sekarang sama saja Nida memang
awet muda!”
(Annida/08/02/MMA/45)

Tuturan ” Dari dulu sampai sekarang sama saja Nida memang awet muda!”

dituturkan oleh Nida dengan maksud memuji dirinya sendiri yang terkesima

melihat fotonya yang dari dulu sampai sekarang dia tetap awet muda. Oleh

karena itu, kutipan wacana (45) merupakan tindak tutur ekspresif memuji

karena tuturan tersebut berisi tentang pujian terhadap dirinya yang awet muda.
67

4.1.5 Tindak Tutur Isbati

Tindak tutur ilokusi isbati merupakan tindak tutur yang dimaksudkan

penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru.

Dalam penelitian ini hanya ditemukan satu tindak tutur isbati saja yaitu tindak

tutur isbati melarang. Di bawah ini dapat dilihat kutipan wacana tindak tutur

isbati.

4.1.5.1 Tindak Tutur Isbati Melarang

Tindak tutur isbati melarang adalah tindak tutur yang dilakukan

sipenutur dengan maksud untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan

sebagainya) yang baru dengan menggunakan tuturan yang berisi larangan.

Tuturan melarang adalah tuturan yang dilakukan untuk memerintahkan supaya

tidak melakukan sesuatu. Tuturan berikut merupakan tindak tutur isbati

melarang.

(46) KONTEKS : NIDA DIRAYU SEORANG IBU YANG INGIN


BERHUTANG KEPADANYA
Ibu : ”Nid, saya boleh ngutang lagi nggak? ”
Nida : ”Wah, nggak boleh, Bu! Utang yang kemarin aja belum
dibayar.”
(Annida/16/02/MT/46)

Tuturan ”Wah, nggak boleh, Bu!”, dituturkan oleh Nida kepada Ibu dengan

maksud untuk melarang Ibu agar tidak berhutang lagi. Dengan demikian,

kutipan wacana (46) merupakan tindak tutur isbati melarang karena tuturan

tersebut berisi larangan supaya Ibu tidak berhutang.


68

4.2 Fungsi Tindak Tutur Ilokusi dalam Komik di Majalah Annida

Hasil penelitian menunjukkan fungsi tindak tutur ilokusi yang

ditemukan dalam tuturan komik di majalah Annida adalah fungsi kompetitif,

menyenangkan, bekerja sama, dan bertentangan.

4.2.1 Fungsi Kompetitif

Pada fungsi kompetitif ditemukan dua tuturan yaitu meminta dan

mengemis. Adapun yang termasuk fungsi tindak tutur ilokusi dalam komik di

majalah Annida dapat dijelaskan pada data di bawah ini.

4.2.1.1 Fungsi Kompetitif Meminta

Fungsi tuturan meminta termasuk fungsi kompetitif karena melibatkan

sopan santun. Di bawah ini merupakan kutipan wacana fungsi kompetitif

meminta.

(47) KONTEKS : DI DALAM ANGKOT YANG PENUH DENGAN


PENUMPANG DAN ASAP ROKOK
Nida : ”Bapak-bapak tolong dong rokoknya dimatikan dulu!”
(Annida/15/03/KSD/47)

Fungsi dari tuturan tersebut adalah kompetitif meminta. Tuturan tersebut

meminta tolong kepada para penumpang angkot terutama penumpang bapak-

bapak untuk mematikan rokoknya. Tuturan ini melibatkan sopan santun karena

mengandung tuturan yang diperhalus. Tuturan tersebut terdapat pada bapak-

bapak tolong dong rokoknya dimatikan.


69

4.2.1.2 Fungsi Kompetitif Mengemis

Tuturan mengemis juga termasuk fungsi kompetitif. Data tuturan

tersebut dapat ditunjukkan di bawah ini.

(48) KONTEKS : SEORANG KAKEK MENGEMIS DI MALL


Pengemis : ”Neng! Kasihan saya, saya orang bisu.”
(Annida/10/04/TD/48)

Fungsi dari tuturan tersebut adalah kompetitif mengemis karena pada saat itu

penutur meminta-minta sesuatu kepada orang lain dan ketika itu Mall sedang

ramai oleh pengunjung maka penutur dengan leluasa mengemis di sana.

4.2.2 Fungsi Menyenangkan

Selain fungsi kompetitif, pada tuturan ini ditemukan pula fungsi

menyenangkan yaitu mengucapkan terima kasih. Tuturan tersebut terdapat pada

data di bawah ini.

4.2.2.1 Fungsi Menyenangkan Mengucapkan Terima kasih

Data di bawah ini merupakan fungsi menyenangkan mengucapkan

terima kasih.

(49) KONTEKS : IBU GURU DAN MURID-MURID DARI SEKOLAH


TUNCEN BERPAMITAN KEPADA PENGURUS
SERTA PENGHUNI PANTI
Ibu Guru : ”Terima kasih sudah menerima kami dengan baik.”
(Annida/19/03/KS/49)
70

Tuturan tersebut mengandung fungsi menyenangkan yaitu berterima kasih

karena bertata krama, beramah tamah, dan melibatkan tujuan sosial.

4.2.3 Fungsi Bekerja Sama

Pada penelitian ini ditemukan dua fungsi bekerja sama yaitu

mengumumkan dan melaporkan. Fungsi bekerja sama tidak melibatkan sopan

santun. Tuturan tersebut dapat ditujukkan pada data berikut.

4.2.3.1 Fungsi Bekerja Sama Mengumumkan

Data tuturan mengumumkan terdapat pada tuturan di bawah ini.

(50) KONTEKS : DI DALAM BIS PARA SISWA DI BERI ARAHAN


OLEH IBU GURU
Ibu Guru : ”Kita berkunjung ke Panti Rehabilitasi Sakit Jiwa agar
lebih memahami kehidupan dan tegar menghadapi
stress.. juga bahan tugas membuat artikel pada pelajaran
bahasa…bla-bla…”
(Annida/19/03/KS/50)

Fungsi tuturan tersebut adalah mengumumkan kepada para siswa-siswi yang

mengikuti kunjungan ke Panti Rehabilitasi Sakit Jiwa bahwa kunjungan ini

bertujuan untuk memahami kehidupan dan tegar menghadapi stress. Tuturan

tersebut mengumumkan sehingga di sini tuturan tersebut tidak melibatkan sopan

santun tetapi memiliki tujuan sosial.


71

4.2.3.2 Fungsi Bekerja Sama Melaporkan

Fungsi tuturan melaporan termasuk dalam fungsi bekerja sama

karena tidak melibatan sopan santun. Data di bawah ini merupakan kutipan

wacana fungsi bekerja sama melaporkan.

(51) KONTEKS : ANAK-ANAK TPA MEMBERITAHUKAN NIDA


BAHWA MEREKA MENDAPATKAN TIKUS
Anak TPA : ”Kak Nida, kita dapat 20 ekor tikus 1 ekor tikus dihargai
Pak RT Rp 3.000,-. Tolong diurus dong, kak!”
(Annida/14/02/KP/51)

Fungsi dari tuturan tersebut adalah melaporkan kepada Kak Nida bahwa anak-

anak TPA menemukan 20 ekor tikus dan dihargai 1 ekor tikusnya Rp 3.000,-.

Oleh karena itu, kutipan wacana (51) merupakan fungsi bekerja sama

melaporkan, karena tuturan tersebut tidak melibatkan sopan santun.

4.2.4 Fungsi Bertentangan

Fungsi bertentangan adalah jenis ilokusi yang tidak menggunakan unsur

sopan santun sama sekali, karena fungsi ini pada dasarnya bertujuan

menimbulkan kemarahan. Pada fungsi bertentangan hanya ditemuka satu

tuturan yaitu memarahi. Tuturan tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut.

(52) KONTEKS : PENUMPANG ANGKOT BAPAK-BAPAK


MEROKOK DI DALAM ANGKOT
Bapak-bapak: ”Heh, kalo kamu nggak mau kena asap rokok, turun aja!”
(Annida/15/03/KSD/52)

Fungsi tuturan tersebut adalah fungsi bertentangan memarahi, yaitu memarahi

kepada penumpang angkot perempuan untuk turun saja kalau tidak mau kena
72

asap rokok. Oleh karena itu, kutipan wacana (52) merupakan fungsi

bertentangan memarahi, karena unsur sopan santun tidak ada sama sekali.
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis peneltian ini ditemukan jenis dan fungsi tindak tutur

ilokusi dalam wacana komik di majalah Annida.

Jenis tindak tutur ilokusi yang ditemukan terdiri atas lima jenis tindak tutur

yaitu tindak tutur representatif meliputi menyatakan, mengakui, melaporkan,

menyebutkan, dan menunjukkan. Tindak tutur direktif meliputi mengajak,

meminta, menyuruh, memohon, menyarankan, menantang, memaksa, dan

memberikan aba-aba. Tindak tutur komisif meliputi menawarkan, menyatakan

kesanggupan, dan berjanji. Tindak tutur ekspresif meliputi mengucapkan terima

kasih, mengkritik, menyalahkan, mengeluh, dan memuji, serta tindak tutur isbati

meliputi tindak tutur isbati melarang.

Fungsi tindak tutur ilokusi yang ditemukan terdiri atas empat jenis yaitu

fungsi kompetitif meliputi meminta dan mengemis, menyenangkan meliputi

mengucapkan terima kasih, bekerja sama meliputi mengumumkan dan

melaporkan, serta bertentangan meliputi memarahi.

73
74

5.2 Saran

Dari hasil penelitian ini disarankan:

1. Pemakai bahasa dalam lingkup wacana hendaknya menggunakan tuturan

sesuai dengan pernyataan terutama pernyataan tindak ilokusi sehingga

maksud yang disampaikan dapat dimengerti oleh banyak pihak.

2. Peneliti tindak ilokusi yang akan melakukan penelitian hendaknya

memfokuskan pada tindak ilokusi dengan objek penelitian yang berbeda.

3. Para pembaca yang tertarik dengan kajian pragmatik, khususnya dalam

mempelajari tindak tutur ilokusi agar mendalami jenis tindak tutur ilokusi

yang terbagi dalam kategori yang terdapat pada tindak tutur ilokusi.

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk

penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan tindak tutur ilokusi.


75

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan


Sastra. Malang: YA3.

Budiyati. 2001. Kevariasian Tindak Tutur Percakapan Tokoh Utama Wanita dalam
Novel-novel Karya Pengarang Wanita (tesis). Semarang: Unnes.

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Ensiklopedia Nasional Indonesia No. 9. 1990. Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka.

Gunarwan, Asim. 1999. Pragmatik: Pandangan Mata Burung. Jakarta: Universitas


Indonesia.

Hoed, Benny Hoedoro. 1994. Wacana, Teks, dan Kalimat dalam si Hombing et. Al.
(ed.) 1994. Bahasawan Cendekiawan: Seuntai Karangan Anak untuk Anton
Moelino. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan PT. Intermassa.

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Leech, Geoffrey. 1983. Principle of Pragmatics. Terjemahan ke dalam Bahasa


Indonesia dilakukan oleh M.D.D. Oka. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik.
Jakarta: UI Press: London: Longman.

Levinson, S. C. 1983. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press.

Nababan. 1997. Ilmu Pragmatik, Teori dan Penerapannya. Jakarta: Depdikbud.

Oka, I. G. N dan Suparno. 1990. Linguistik Umum. Jakarta: Direktorat Jendral


Pendidikan Tinggi.

Palupi. 2002. Tinda Tutur dalam Wacana Iklan Bentuk Berita pada Majalah Tempo
Edisi 2001 (skripsi). Semarang: Unnes.

Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan Pengajarang Bahasa. Yogyakarta:


Kanisius.
76

Rahayuningsih. 2005. Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan


Media Komik Strips pada Anak Usia Operasional Konkret di MI AL Iman
Sekaran Gunungpati Semarang Tahun Ajaran 2004/2005 (skripsi). Semarang:
Unnes.

Rustono. 1999. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik ke Arah Memahami Metode linguistik.


Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Samsuri. 1998. Analisis Wacana. Malang: IKIP Malang.

Supardo, Susilo. 1988. Bahasa Indonesia dalam Konteks. Jakarta: Depdikbud.

Suyono. 1990. Pragmatik: Dasar-Dasar dan Pengajarannya. Malang: YA3.

--------------. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.

Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa

----------------------------. 1990. Proses Belajar Mengajar Pragmatik. Bandung:


Angkasa.

Tresnati, Tjetje 1998. Tindak Tutur dalam Novel Sekayu Karya NH Dini. Laporan
Penelitian Tidak Diterbitkan. Semarang: Unnes.

Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.

You might also like