Professional Documents
Culture Documents
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
KREATIF DAN INOVATIF
KERJASAMA UM – PERTAMINA
IN-SERVICE TRAINING SERIBU GURU SEKOLAH DASAR
0
BAB I
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Dalam psikologi pendidikan, salah satu masalah penting yang menjadi kajian adalah masalah
belajar. Belajar merupakan kegiatan mengonstruksi atau menginterpretasi sesuatu (bisa objek,
sumber pengetahuan) sehingga terjadi tambahan jaringan pengetahuan (skema) di dalam diri
pebelajar yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku. Kegiatan belajar tidak
hanya terjadi di kelas tetapi berlangsung di mana saja, kapan saja, dan pada saat apa saja dalam
kehidupan sehari-hari. Belajar tidak hanya melibatkan yang “benar” saja tetapi juga melibatkan
yang tidak benar (salah). Apabila siswa salah dalam menyelesaikan masalah, tidak berarti ia
tidak belajar tetapi ia belajar dan masih salah, karena itu perlu pengarahan sehingga menjadi
benar. Belajar juga tidak harus bersifat disengaja atau secara sadar, tetapi dapat juga terjadi
secara tidak disengaja. Demikian pula belajar tidaklah selalu dalam hal pengetahuan atau
keterampilan tetapi juga berkenaan dengan sikap dan perasaan.
Unsur utama dalam belajar adalah terjadinya perubahan dalam diri pebelajar, dapat
disengaja atau tidak, dapat lebih baik atau lebih buruk. Agar berkualitas sebagai belajar, maka
perubahan harus dilahirkan dari pengalaman, oleh interaksi antara orang dan lingkungannya.
Perubahan yang semata-mata karena kematangan tidaklah termasuk berkualitas dalam belajar.
Perubahan-perubahan sementara yang diakibatkan oleh penyakit, kelelahan, kelaparan bukanlah
termasuk dalam belajar.
Jadi belajar merupakan suatu perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena
pengalaman. Selanjutnya yang menjadi masalah adalah perubahan yang terjadi dalam aspek apa?
Bab ini akan menguraikan beberapa pandangan berbeda dalam menyikapi perubahan ini (yang
disebut Teori Belajar), yang meliputi: behaviorisme, cognitivisme, humanisme, dan social-
cognition.
A. Pandangan Behaviorisme
Pandangan Behaviorisme didasarkan pada hubungan stimulus respon (S-R). Behaviorisme
bersumber dari pandangan John Locke mengenai jiwa anak yang baru lahir, ialah jiwanya dalam
keadaan kosong, seperti meja lilin putih bersih yang disebut dengan tabularasa. Dengan demikian
pengaruh dari luar jiwa anak sangat menentukan perkembangan jiwa anak dan pengaruh luar itu
1
dapat dimanipulasi (ditreatment secara leluasa). Dalam pandangan behaviorisme belajar
merupakan perubahan dalam tingkah laku seseorang dalam berbuat pada situasi tertentu.
Perubahan tingkah laku yang dimaksud dalam pandangan behaviorisme adalah tingkah laku yang
dapat diamati. Terjadinya perubahan tingkah laku yang dapat diamati sebagai indikasi telah
terjadinya kegiatan belajar. Berpikir dan emosi tidak mnjadi perhatian, karena keduanya tidak
dapat diamati.
Pendangan behaviorisme menganggap jiwa manusia itu pasif, yang dikuasai oleh stimulus-
stimulus atau perangsang-perangsang dari luar yang ada di lingkungan sekitar. Oleh karena itu
tingkah laku manusia itu dapat dimanipulasi, dapat dikontrol atau dikendalikan. Cara
mengendalikan tingkah laku manusia dengan mengontrol perangsang-perangsang yang ada di
lingkungannya. Tingkah laku manusia mempunyai hukum-hukum seperti yang berlaku dalam
hukum-hukum pada gejala alam, umpamanya hukum sebab akibat. Metode-metode kealaman
dapat dipakai dalam tingkah laku manusia, sehingga sifat hubungannya sangat mekanistis.
Dalam pendangan behaviorisme, diajukan rumus matematis dari tingkah laku, TL = fLk,
yakni tingkah laku itu merupakan fungsi lingkungan. Artinya tingkah laku itu bergantung pada
lingkungan. Jika lingkungan itu berubah, maka tingkah laku juga berubah. Jika kita
menginginkan tingkah laku tertentu, maka kita dapat mengubah lingkungan sedemikian rupa
sehingga membentuk tingkah laku yang diinginkan.
Belajar dalam pandangan behaviorisme memiliki beberapa karakteristik yang selanjutnya
disebut ciri-ciri teori belajar behaviorisme antara lain sebagai berikut:
a. Mementingkan pengaruh lingkungan (enviromentalistis)
b. Mementingkah bagian-bagian (elementaris)
c. Mementingkan peranan reaksi (respon)
d. Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar
e. Mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu
f. Mementingkan pembentukan kebiasaan
g. Ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan “trial and error” (mencoba dan gagal”)
Tokoh-tokoh yang mengembangkan pandangan behaviorisme antara lain: Watson, Torndike,
Skiner, dan Pavlov.
2
1. Teori Watson
Menurut Watson, behavior berarti tindakan atau aksi (action) yang dapat dilihat dan diamati
dengan cara yang obyektif. Watson merupakan tokoh yang mengembangkan teori belajar
hubungan S-R tanpa persyaratan yang disebut kontiguitas. Teori ini tidak mempertimbangkan
pengaruh variable yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Menurut teori kontiguitas,
faktor terbentuknya hubungan S-R cukup keadaan kontigu saja. Bilamana S kontigu (dibuat ada
bersama) dengan tingkah laku tertentu, maka akan terbentuklah hubungan dalam urat syaraf.
Belajar menurut Watson adalah jika S dan R ada bersamaan dan kontigu, maka hubungannya
akan diperkuat. Kekuatan hubungan S dan R tergantung pada frekuensi ulangan adanya S-R.
Watson mementingkan hukum ulangan atau hukum latihan dalam belajar. Hukum kedua yang
dipentingkan Watson adalah the law of recensy (hukum kebaruan). Artinya respon yang baru
akan lebih diperkuat dengan ulangan hadirnya dari respon yang lebih awal. Dasar kegiatan
belajar adalah dengan konditioning. Belajar adalah memindahkan respon lama terhadap stimuli
baru.
Sumbangan Watson terhadap perkembangan psikologi pendidikan antara lain: (1)
mempopulerkan ajaran behaviorisme, (2) adanya tingkah laku mesti ada hubungan syaraf di otak,
(3) untuk menjelaskan belajar perlu mengerti fungsi otak, (4) menggerakkan studi dan tingkah
laku secara obyektif, (5) mementingkan faktor lingkungan, dan (6) belajar adalah proses
membentuk hubungan S-R.
2. Teori Thorndike
Thorndike mengembangkan hukum belajar bahwa belajar akan lebih berhasil bila respon
murid terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan. Rasa senang
atau puas timbul sebagai akibat anak mendapat pujian atau ganjaran lainnya. Stimulus ini disebut
reinforcement. Kesuksesan anak dalam belajar akan dapat menimbulkan kepuasan dan kepuasan
pada gilirannya akan mendorong kesuksesan berikutnya.
Teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike juga disebut konksionisme, yang
menyatakan bahwa belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan
respon. Dalam teori ini terdapat 3 dalil atau hukum, yaitu: (1) hukum kesiapan (law of readness),
hukum latihan (law of exercise), dan hukum akibat (law of effect).
Hukum kesiapan menjelaskan bahwa seorang anak akan lebih berhasil belajarnya apabila
ia telah siap untuk melakukan kegiatan belajar. Seorang anak yang memiliki kecenderungan
3
bertindak atau melakukan kegiatan tertentu dan ia melakukannya. Jika anak itu merasa puas
dengan tindakannya, maka ia akan cenderung mengulanginya. Sebaliknya bila ia tidak merasa
puas dengan tindakannya, maka ia cenderung menghindari tindakan itu.
Hukum latihan menyatakan bahwa jika hubungan stimulus respon sering terjadi,
akibatnya hubungan akan semakin kuat, sedangkan semakin jarang hubungan antara stimulus
dan respon, maka semakin lemah hubungan yang terjadi. Karena itu pengulangan yang akan
memberikan dampak positif adalah pengulangan yang frekuensinya teratur, bentuk
pengulangannya yang tidak membosankan, dan kegiatan disajikan dengan cara menarik.
Hukum akibat menyatakan bahwa kepuasan yang lahir dari adanya ganjaran dari guru
akan memberikan kepuasan bagi anak, dan anak cenderung untuk berusaha melakukan atau
meningkatkan apa yang telah dicapainya. Guru yang memberikan senyuman terhadap jawaban
anak, akan semakin menguatkan konsep yang tertanam pada diri anak. Kata-kata “bagus”,
“hebat”, dan semacamnya akan merupakan hadiah bagi anak yang kelak akan meningkatkan
dirinya dalam menguasai pelajaran. Dalam hukum akibat ini, jika terdapat assosiasi yang kuat
antara pertanyaan dan jawaban, maka bahan yang disajikan akan tertanam lebih lama di ingatan
anak. Selain itu banyaknya pengulangan akan sangat menentukan lamanya konsep diingat anak.
Semakin banyak dilakukan pengulangan, maka konsep akan semakin tertanam secara kuat di
benak anak.
Thorndike menegaskan bahwa kualitas dan kuantitas hasil belajar tergantung dari kualitas
dan kuantitas hubungan S-R. Implikasi dari teori Thorndike dalam proses belajar mengajar
adalah sebagai berikut.
- Dalam menjelaskan suatu konsep, guru hendaknya mengambil contoh yang sekiranya
sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
- Metode pemberian tugas dan metode latihan (drill and practice) akan lebih cocok.
- Dalam kurikulum, materi disusun dari materi yang mudah, sedang, dan sukar sesuai
dengan tingkat kelas, dan tingkat sekolah.
3. Teori Skinner
Skinner merupakan salah satu pengembang teori dalam pandangan behaviorisme yang
terkenal dengan teori operant conditioning. Menurut Skinner tingkah laku tidak hanya respon
dari stimulus, tetapi suatu tindakan yang disengaja atau disebut operant. Operant dipengaruhi
oleh apa yang terjadi sesudahnya. Operant conditioning atau operant learning melibatkan
4
pengendalian konsekuensi. Tingkah laku merupakan perbuatan yang dilakukan oleh seseorang
pada situasi tertentu. Tingkah laku terletak diantara dua pengaruh yaitu pengaruh yang
mendahuluinya (antecedent) dan pengaruh yang mengikutinya (konsekuen) seperti gambar
berikut.
antecedent tingkah laku konsekuen
Dengan demikian tingkah laku itu dapat diubah dengan mengubah antecedent, konsekuen,
atau keduanya. Menurut Skinner konsekuensi sangat menentukan apakah seseorang akan
mengulangi suatu tingkah laku pada kesempatan berikutnya.
Selanjutnya yang menjadi masalah adalah bagaimana cara mengendalikan konsekuensi?
Konsekuensi yang timbul dari tingkah laku tertentu dapat menyenangkan atau tidak
menyenangkan bagi yang bersangkutan. Terdapat dua hal penting dalam pengendalian
konsekuensi, yaitu reinforcement dan punishment (hukuman).
a. Reinforcement (Penguatan)
Reinforcement merupakan konsekuensi yang memperkuat tingkah laku. Peristiwa yang
memperkuat tingkah laku itu bisa menyenangkan atau tidak menyenangkan, sedangkan yang
menentukan sesuatu perbuatan itu memberikan reinforcement atau tidak bergantung pada
persepsi seseorang terhadap peristiwanya dan arti peristiwa itu baginya. Selanjutnya
reinforcement dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu reinforcement positif dan
reinforcement negatif.
Reinforcement positif terjadi apabila suatu stimulus tertentu (biasanya menyenangkan)
ditunjukkan atau diberikan sesudah suatu perbuatan dilakukan. Misalkan seorang anak diajak
makan di MC Donald oleh ayahnya karena mendapatkan nilai 100 dalam ulangan matematika.
Reinforcement negatif terjadi apabila suatu stimulus tertentu (yang tidak menyenangkan)
ditolak atau dihindari. Jadi reinforcement negatif itu memperkuat tingkah laku dengan cara
menghindari stimulus yang tidak menyenangkan. Misalkan seorang anak yang dipanggil khusus
oleh gurunya karena membuat kegaduhan di dalam kelas pada saat pelajaran.
b. Punishment (Hukuman)
Punishment berbeda dengan reinforcement negatif. Reinforcement selalu berupa
memperkuat tingkah laku. Sedangkan hukuman mengandung pengurangan atau penekanan
tingkah laku. Suatu perbuatan yang diikuti oleh hukuman, kecil kemungkinannya diulangi lagi
5
dalam situasi-situasi serupa pada saat lain. Dalam hal ini hukuman terbagi menjadi 2 macam,
yaitu presentation punishment dan removal punishment.
Presentation punishment terjadi apabila stimulus yang tidak menyenangkan ditunjukkan
atau diberikan. Misalnya guru memberikan tugas tambahan kepada seorang siswa karena siswa
tersebut melakukan kesalahan-kesalahan. Sedangkan removal punisment terjadi apabila stimulus
tidak ditunjukkan atau diberikan, artinya menghilangkan sesuatu yang menyenangkan atau
diinginkan. Misalkan anak dilarang nonton TV selama seminggu karena tidak mau belajar.
Secara ringkas pengendalian konsekuensi dapat digambarkan pada tabel berikut.
Stimulus Efek
Ditunjukkan Tingkah laku ditingkatkan Tingkah laku ditekan
Reinforcement positif Presentation punishment
Dihilangkan Reinforcement negatif Removal punishment
Salah satu penerapan reinforcement, misalnya seseorang yang belajar sesuatu hal baru,
maka akan lebih cepat kalau setiap responnya yang benar diberi reinforcement.
4. Teori Pavlov
Pavlov mengadakan eksperimen pada anjing dengan memberikan makanan dikaitkan
dengan bunyi bel dan lampu. Jika pada anjing ditunjukkan makanan, maka air liurnya akan
keluar secara refleks. Makanan sebagai stimulus yang bersifat alami, demikian juga refleknya.
Timbulnya reflek saliva karena melihat makanan itu disebut refleks sekresi psikis dan sekresi
fisiologis. Atas dasar refleks sekresi psikis dan fisiologis inilah sebagai dasar teori belajar dengan
kondisi (bersyarat) atau conditioning. Selanjutnya teori Pavlov berkembang dengan teori refleks
bersyarat.
Prinsip-prinsip teori refleks bersyarat dapat diterapkan pada hewan atau manusia antara
lain: (1) untuk membentuk atau mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang baik pada anak-
anak, misalnya pembiasaan kebersihan, kerapian, kesehatan, kejujuran, (2) untuk melatih tingkah
laku tertentu pada hewan, misalnya ketrampilan dalm sirkus, (3) Untuk mnghapus kebiasaan-
kebiasaan yang buruk dan mengurangi rasa takut pada anak-anak, misalnya anak yang biasanya
bangun pagi terlambat dapat dibiasakan bangun lebih pagi, (4) Untuk membentuk sikap-sikap
baik terhadap aktifitas belajar pada siswa, dan (5) untuk psikoterapi, misalnya untuk
menghilangkan rasa malu, agresif, dan tamak.
6
Jadi dengan model eksperimen refleks bersyarat dapat dipakai dalam pembentukan
tingkah laku yang diinginkan dengan pemberian hadiah atau hukuman.
B. Pandangan Kognitivisme
Fokus utama dari pandangan Kognitivisme adalah perilaku mental, pengetahuan, intelegensi,
dan berpikir kritis dengan asumsi bahwa belajar sebagai hasil dari proses/operasi mental. Teori-
teori yang berkembang dari pandangan kognitivisme antara lain: teori pemrosesan informasi,
herarki berpikir, teori perkembangan mental, dan teori berpikir kritis.
Teori Pemrosesan Informasi
Menurut Atkinson dan Shiffrin (1968), proses berpikir manusia bisa digambarkan seperti
berikut.
7
suatu masalah tidak cukup dengan informasi yang ada di STM, maka akan memanggil informasi
yang ada di long term memory.
Herarki Berpikir
Bloom membagi kemampuan belajar dalam tiga domain, yaitu kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Masing-masing domain memiliki herarki yang
dikenal dengan Taxonomy Bloom’s Theory (Teori Taksonomi Bloom). Taksonomi Bloom
seringkali digunakan sebagai acuan menyusun penilaian hasil belajar siswa Level-level
taksonomi Bloom disajikan seperti Tabel 1 berikut.
Tabel 1: Leve-level Taksonomi Bloom
Domain
Level
Kognitif Afektif Psikomotorik
1 Mengungkap kembali (recall) Menerima Imitasi
2 Pemahaman (komprehensif) Memberi tanggapan Manipulasi
3 Aplikasi Menghargai Persisi
4 Analisis Mengorganisasikan Artikulasi
5 Sintesis Internalisasi Nilai Naturalisasi
6 Evaluai
8
Akomodasi merupakan proses pengintegrasian stimulus baru melalui pembentukan
skema baru untuk menyesuaikan dengan stimulus yang diterima. Piaget (Brooks and Brooks,
1993) menegaskan bahwa dalam accommodation, existing schemes are modified to account for
new information. Dalam memecahkan masalah, terdapat proses kognitif yang berkaitan dengan
ketidakseimbangan antara asimilasi dan akomodasi yang disebut dengan disequilibrasi. Proses
berpikir dalam pemecahan masalah akan berlangsung sampai terjadi keseimbangan yang disebut
equilibrium.
Meskipun telah mengemukakan tentang asimilasi dan akomodasi, namun Piaget tidak
menjelaskan lebih jauh bagaimana proses asimilasi dan akomodasi itu terjadi. Proses asimilasi
dan akomodasi yang terjadi ketika seseorang memecahkan masalah dijelaskan oleh Subanji
(2007) seperti Diagram 1 berikut.
Asimilasi Akomodasi
Struktur Masalah Skema
Struktur Masalah Skema
Asimilasi
Akomodasi
Integrasi
9
diintegrasi ke skemanya. Dalam proses pemecahan masalah, kedua proses, asimilasi dan
akomodasi bisa terjadi secara bersama-sama.
Dalam struktur kognitif setiap individu mesti ada keseimbangan antara asimilasi dan
akomodasi. Keseimbangan ini dimaksudkan untuk dapat mendeteksi persamaan dan perbedaan
yang terdapat pada stimulus-stimulus yang dihadapi. Perkembangan kognitif pada dasarnya
adalah perubahan dari keseimbangan yang telah dimiliki ke keseimbangan baru yang
diperolehnya. Perkembangan kognitif seseorang juga dipengaruhi oleh lingkungan dan transmisi
sosialnya. Selanjutnya efektifitas hubungan antara setiap individu dengan lingkungan dan
kehidupan sosialnya, mempengaruhi tahap perkembangan kognitif yang dicapai oleh setiap
individu. Karena itu agar perkembangan kognitif seorang anak berjalan maksimal, maka harus
diperkaya dengan pengalaman edukatif.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Peaget menyimpulkan terdapat empat tahap perkembangan
kognitif manusia, yaitu:
1. Tahap sensori motor, yaitu dari lahir sampai sekitar umur 2 tahun
2. Tahap pra Operasi, yaitu dari sekitar umur 2 tahun sampai umur 7 tahun
3. Tahap Operasi Konkrit, yaitu dari sekitar umur 7 tahun sampai 11 tahun
4. Tahap operasi formal, yaitu dari sekitar 11 tahun dan seterusnya
Tahap-tahap perkembangan kognitif ini didasarkan pada penelitian di Swiss tahun 1950-an,
karena itu Piaget menegaskan bahwa perkiraan umur untuk masing-masing tahap mugkin
berbeda untuk tiap-tiap wilayah. Bahkan perkembangan kognitif ini mungkin juga berbeda
dengan adanya perkembangan teknologi dan informasi saat ini.
C. Pandangan Humanisme
Pandangan Humanisme dipelopori oleh Maslow, Rogers, dan Peale. Dalam pandangan
Humanisme, keberhasilan belajar lebih dipengaruhi oleh sikap, kebutuhan, motivasi, dan tujuan
diri sendiri. Humanisme memandang siswa dari sudut siswa sendiri bahwa siswa itu merupakan
individu yang “unik”, memiliki potensi menentukan sikap dan tujuan sendiri yang menjadi kunci
keberhasilan belajarnya.
Untuk mendorong terjadinya berlajar yang efektif, perlu dilakukan beberapa hal berikut.
- Mengubah dan menciptakan lingkungan yang dapat menyenangkan siswa sedemikian
hingga siswa belajar dalam kondisi senang
10
- Menumbuhkan motivasi instrinsik
- Membebaskan siswa dari ancaman dan ketersiksaan di kelas
- Terarah/tujuan sendiri
- Bermakna bagi diri sendiri
Dalam pandangan Humanisme ini, Maslow membuat herarki motivasi/kebutuhan yang meliputi:
- Psysiological needs
- Safety needs
- Belongingness & love needs
- Esteem needs
- Need to know & understand
- Aestetic need
- Self-actualization
- Tran-scendence
Dalam level psysiological need, pembelajaran yang mengacu pada pandangan humanisme antara
lain active learning dan kontekstual.
11
disebut scaffolding. Konsep Zona Actual, Zona Proximal Development, dan scafolding dapat
digambarkan sebagai berikut.
Zona Proximal
Development
Zona Actual
Scaffolding
Keempat pandangan tentang belajar dan pembelajaran di atas menjadi dasar pengembangan
pembelajaran di kelas. Seringkali keempat pandangan tersebut dikelompokkan menjadi
pandangan behaviorisme dan pandangan konstruktivisme (cognitivisme, social-cognition, dan
humanisme).
12
BAB II
PEMBELAJARAN BERMAKNA
Dalam pembelajaran, bagian terpentingnya adalah bagaimana siswa bisa memahami dan
mengerti informasi yang disampaikan oleh guru. Untuk bisa mencapai tujuan ini tentunya
informasi yang dipelajari bermakna bagi siswa. Sebagai ilustrasi pentingnya kebermaknaan,
berikut disajikan beberapa kalimat.
(i) Gempa daerah bumi masyarakat bencana trauma terkena itu di mengalami yang
(ii) Masyarakat di daerah yang terkena bencana gempa bumi itu mengalami trauma
(iii) Di daerah yang terkena bencana gempa bumi itu masyarakat mengalami trauma
Ketiga kalimat tersebut memiliki jumlah kata dan huruf yang sama, tetapi kalimat yang
mudah dipelajari dan diingat tentunya berbeda. Kalimat pertama mungkin akan sangat sulit
untuk dipelajari dan diingat. Kalimat kedua dan ketiga, meskipun susunannya berbeda mungkin
masih mudah untuk dipelajari dan diingat. Kenapa demikian? Karena terkait dengan makna yang
bisa ditangkap oleh kita. Kalimat pertama sering dikatakan sebagai kalimat yang tidak bermakna,
sedangkan kalimat kedua dan ketiga merupakan kalimat yang memiliki makna, sehingga bisa
dikaitkan dengan informasi yang sudah dimiliki oleh kita. Dalam pembelajaran di kelas, untuk
mempermudah siswa mempelajari suatu konsep, teori, atau informasi tentunya membutuhkan
kebermaknaan. Tidak bisa siswa hanya diminta menghafal tanpa makna dari suatu konsep, teori,
atau informasi. Ada satu contoh menarik tentang pembelajaran yang hanya menghafal yang
ditulis oleh Williams James dalam bukunya yang berjudul Talks to Teacher on Psychology
(dalam M. Nur, 2004).
Seorang teman guru sedang berkunjung ke sebuah sekolah, diminta mengajukan
pertanyaan pada sebuah kelas saat pelajaran geografi. Setelah memperhatikan sejenak
buku yang digunakan, ia mengatakan ” Seandainya kamu harus menggali sebuah lubang
di tanah beratus-ratsu meter dalamnya, bagaimana seharusnya temperatur yang kamu
temukan di dasar lubang – lebih panas atau lebih dingin dari yang di atas?” Tidak satupun
siswa menjawab, guru kelas itu mengatakan ” Saya yakin mereka mengetahui
jawabannya, namunmenurut saya, Anda tidak menanyakan pertanyaan itu dengan benar.
Biarlah saya mencoba menanyakan. ” Kemudian sambil mengambil buku itu, guru
bertanya ” Bagaimanakah kondisi di bagian dalam bumi?” dan mendapatkan jawaban
segera dari setengah kelas secara serentak . ” bagian dalam bumi berada dalam keadaan
cair memijar” (James: 1912, h. 150).
Ini menunjukkan bahwa siswa telah menghafal informasi tersebut tanpa memahami
maknanya. Informasi yang ada di buku tersebut tidak berguna bagi mereka karena tidak terkait
dengan informasi lain yang mereka miliki. Informasi ”cair memijar” yang telah dihafal oleh
siswa dalam kasus di atas disebut sebagai pengetahuan inert, yakni merupakan pengetahuan
13
yang dapat dan seharusnya diterapkan ke situasi lebih luas, namun hanya diterapkan pada situasi
yang terbatas. Pengetahuan inert ini pada umunya merupakan pengetahuan yang dipelajari di
sekolah yang tidak dapat diterapkan dalam kehidupan nyata (sehari-hari). Cara menyajikan
informasi dalam pembelajaran di sekolah sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar
dan menangkap informasi yang seharusnya di konstruksi. Pada kenyataannya masih banyak
guru yang menekankan pembelajaran hanya pada hafalan tanpa makna. Seperti dalam
pembelajaran matematika kenyataannya masih banyak pengajar matematika (guru) yang
menekankan pembelajaran pada prosedur. Pengajar matematika memberikan
rumus/cara/prosedur berhitung atau menyelesaikan soal (bukan menurunkan rumus), memberi
contoh soal dan menyelesaikannya, memberikan soal yang mirip dengan contoh dan siswa
diminta menyelesaikannya seperti yang dicontohkan oleh pengajar, dan dilanjutkan mengerjakan
latihan soal di buku atau di LKS. Model pembelajaran tersebut tidak bermakna bagi siswa,
karena hanya menekankan pada cara/prosedur dan siswa hanya meniru cara yang sudah
dicontohkan. Karena siswa hanya hafal prosedur tanpa mengetahui makna dari prosedur
tersebut, maka akan berdampak pada lemahnya penguasaan siswa terhadap konsep-konsep
matematika dan lemahnya kemampuan problem solving. Hal ini bisa terjadi karena siswa tidak
bisa mengaitkan satu konsep ke konsep yang lain.
Karena itu sudah saatnya, orientasi pembelajaran berubah dari pemberian doktrin yang
biasanya menekankan ”pokoknya” rumus, prosedur, dan cara yang digunakan ”harus itu”
menjadi pembelajaran yang mengembangkan proses berpikir siswa dengan menekankan pada
mengapa prosedur/cara/rumus itu yang digunakan. Hal ini sesuai dengan anjuran NCTM (2000),
Pape (2004), dan Goos (2004). Dalam hal ini Pape (2004), menekankan bahwa pembelajaran
perlu menekankan pada Meaning Based Approach (MBA) dan Goos (2004) menyarankan bahwa
dalam pembelajaran perlu diciptakan komunitas belajar di kelas melalui pendekatan Inquiry.
14
Suatu pembelajaran dikatakan bermakna apabila struktur masalah (apa yang akan
dipelajari) terkait dengan struktur berpikir siswa (apa yang sudah diketahui). Dalam hal ini,
struktur masalah yang sedang dipelajari bisa dikaitkan dengan struktur berpikir (skema) yang
sudah ada di dalam pikiran siswa. Pembelajaran bermakna ditinjau dari proses berpikir siswa
dapat diilustrasikan seperti Gambar 1 berikut.
Skema berpikir yang sudah dimiliki siswa Struktur masalah yang akan dipelajari
(a) (b)
Gambar 1: Skema berpikir yang dimiliki siswa dan struktur masalah yang dipelajari
Misalkan skema berpikir siswa pada awalnya (sebelum pembelajaran) seperti Gambar 1a.
Struktur masalah yang akan dipelajari pada pembelajaran seperti pada Gambar 1b. Maka ketika
terjadi proses pembelajaran, terjadi konstruksi pengetahuan (skema berpikir) siswa seperti
Gambar 2 berikut.
Dari Gambar 2 terlihat bahwa dalam proses pembelajaran terjadi konstruksi pengetahuan
oleh siswa secara baik. Hal ini ditandai dengan adanya ikatan yang kuat dalam struktur berpikir
siswa yang berhasil dibangun dalam pembelajaran. Konstruksi pengetahuan dapat terjadi karena
dalam struktur masalah yang sedang dipelajari ”ada sebagian” yang sama dengan skema yang
sudah dimiliki oleh siswa, sehingga dapat membentuk jaringan skema berpikir yang terkait
secara kuat. Ini berarti bahwa siswa mampu membangun pengetahuan secara bermakna dan
dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sudah bermakna bagi siswa.
Sebaliknya pembelajaran yang dilakukan dengan hanya memberikan prosedur/cara dan
rumus hanya memberikan ingatan sementara. Siswa memandang matematika hanya sekedar
kumpulan aturan dan rumus yang harus digunakan untuk menyelesaikan soal. Tugas siswa hanya
15
menyelesaikan soal-soal yang ada di buku berdasarkan rumus yang sudah diberikan oleh guru.
Dalam hal ini kegiatan pembelajaran yang biasa dilakukan adalah (1) guru memberikan rumus-
rumus dan siswa menghafalkan -nya; (2) guru medemonstrasikan penggunaan rumus dan siswa
memperhatikannya; (3) guru memberikan soal yang mirip dengan contoh yang sudah
diberikannya dan siswa diminta untuk mengerjakan; (4) guru menekankan cara menyelesaikan
soal menggunakan prosedur yang sudah diberikan; dan (5) memberikan soal-soal pengayaan
yang semuanya menggunakan rumus yang sudah diberikan.
Dalam pembelajaran semacam ini, akan terjadi konstruksi pengetahuan pada diri siswa,
namun konstruksi yang terjadi sangat ”rapuh”. Siswa akan kesulitan mengaitkan pengetahuan
yang didapat dengan pengalaman yang sudah diperoleh (termasuk mengaitkan dengan kehidupan
sehari-hari) dan siswa juga akan mengalami kesulitan dalam mentransfer pengetahuan yang
diperoleh untuk memecahkan masalah-masalah lain yang masih terkait. Hal ini dapat terjadi
karena skema-skema yang dikonstruksi tidak sambung secara utuh, sehingga untuk memanggil
skema lama yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah baru menjadi terhambat.
Apabila dikaitkan dengan Teaching Contextually (Crawford, 2001), dari 5 (lima)
karakteristik pembelajaran kontekstual, yaitu Relating, Experiencing, Applying, Cooperating,
dan Transferring, kesulitan yang akan dialami siswa dalam pembelajaran tidak bermakna adalah
Relating, Experiencing, dan Transferring. Siswa akan mengalami kesulitan dalam: (1)
menghubungkan satu pengetahuan dengan pengetahuan yang lain, (2) mengaitkan pengalaman
sehari-hari dengan pengetahuan yang akan dikonstruksi, dan (3) menstransfer pengetahuan yang
diperoleh untuk memecahkan masalah-masalah lain yang terkait.
Ditinjau dari lima karakteristik dasar realistic mathematics education (RME) yaitu: (1)
phenomenological exploration or the use of contexts; (2) the use of models or bridging by
vertical instruments; (3) the use of students own productions and constructions or students
contribution; (4) the interactive character of the teaching process or interactivity; dan (4) the
intertwining of various learning strands, maka semua krakteristik tersebut tidak terjadi dalam
konstruksi pengetahuan siswa.
Dalam tinjauan proses berpikir, pembelajaran tidak bermakna dapat diilustrasikan seperti
Gambar 3 berikut.
16
Dari Gambar 3 terlihat bahwa struktur masalah yang akan dipelajari tidak ada kaitannya
dengan skema berpikir yang sudah dimiliki siswa. Dalam proses pembelajaran, ini biasa
dilakukan dengan hanya memberikan ”doktrin” atau ”pengumuman” yang harus diterima dan
dihafal oleh siswa. Misalnya ketika membelajarkan siswa tentang luas daerah segitiga, guru
secara langsung menuliskan rumus di papan tulis dan siswa harus menerima saja tanpa tahu
mengapa rumus luas daerah segitiga seperti itu.
Ditinjau dari proses konstruksi, pada diri siswa tersebut juga terjadi proses konstruksi,
namun proses konstruksi yang terjadi tidak bermakna sehingga menghasilkan ikatan skema yang
tidak permanen (tidak mulus). Ikatan skema berpikir yang ”putus-putus” tersebut, akan
menyulitkan siswa untuk mengingat pengetahuan yang sudah diperoleh dan juga menyulitkan
siswa untuk memecahkan masalah menggunakan skema-skema yang sudah dimiliki.
Semakin banyak ikatan skema berpikir yang putus-putus, maka untuk memanggil skema
lama yang akan digunakan untuk memecahkan masalah baru yang melibatkan banyak skema
lama akan menjadi sulit. Karena itu sudah sangat wajar kalau siswa yang sudah mengikuti
pembelajaran dengan memperoleh rumus-rumus dari guru masih mengalami kesulitan dalam
memecahkan masalah baru (meskipun sebenarnya mirip dengan masalah yang pernah
didapatkannya).
Ikatan skema berpikir yang putus-putus juga merupakan penyakit berpikir siswa dalam
belajar. Siswa akan mengalami kesulitan mengaitkan suatu konsep dengan konsep lain,
meskipun suatu konsep tersebut merupakan prasyarat dari konsep yang lain. Hal ini yang
menyebabkan lemahnya kemampuan analitik siswa dan pada akhirnya kreatifitas siswa juga
tidak mengalami perkembangan yang signifikan.
Oleh karena itu harus disadari bahwa pembelajaran matematika harus dilakukan secara
bermakna. Proses konstruksi pengetahuan harus dilakukan dengan mempertimbangkan antara
skema yang sudah dibangun siswa dan struktur masalah yang akan dipelajari. Berikut disajikan
beberapa contoh pembelajaran bermakna untuk materi matematika.
17
harus mengetahui luas persegi panjang. Bahwa luas daerah persegi panjang adalah banyaknya
persegi yang dapat menutup daerah persegi panjang. Pada Gambar 1 menunjukkan ada 60
persegi yang dapat menutup persegi panjang ABCD. Banyaknya persegi tersebut juga bisa
ditentukan lebih mudah dengan menghitung ada 12 (dua belas) baris persegi panjang yang
memuat 5 (lima) persegi. Karena itu, dalam menghitung luas daerah persegi panjang tersebut
bisa diperoleh dengan 60 = 12 x 5. Dalam hal ini 12 merupakan panjang dari persegi panjang
ABCD dan 5 merupakan lebar dari persegi panjang ABCD. Karena itu, apabila panjang persegi
panjang dituliskan p dan lebar persegi panjang dituliskan l, maka luas daerah persegi panjang
bisa ditulis L = p x l.
A B
Setelah siswa mengetahui dan memahami tentang luas daerah persegi panjang, maka
siswa dapat menurunkan luas daerah lingkaran dari luas persegi panjang. Caranya dengan
mengubah daerah lingkaran menjadi daerah persegi panjang. Gambar 2a merupakan daerah
lingkaran yang akan ditentukan luasnya. Dengan memecah (memotong) daerah lingkaran
menjadi juring-juring kecil yang sama menjadi daerah lingkaran seperti Gambar 2b.
r
(a) (b)
18
Gambar 2: Daerah Lingkaran
Potongan-potongan juring yang berasal dari lingkaran tersebut dapat ditata sedemikian
hingga menjadi daerah jajar genjang seperti Gambar 3a. Selanjutnya Gambar 3b menyajikan
perubahan dari daerah jajar genjang menjadi daerah persegi panjang dengan memotong secara
vertikal juring paling kiri dengan tepat menjadi 2 bagian yang sama. Hasil potongan juring
bagian kiri digeser ke bagian paling kanan, sehingga menjadi daerah persegi panjang seperti
Gambar 3b berikut.
p = πr
(a) (b)
Gambar 3: Daerah yang Terbentuk dari Penyusunan Juring Lingkaran
Gambar 3b berupa jajar genjang dengan panjangnya separuh dari keliling lingkaran
(warna merah saja) dan lebarnya merupakan jari-jari lingkaran. Karena itu luas daerah lingkaran
dapat ditentukan dari luas daerah persegi panjang dengan langkah-langkah sebagai berikut.
Luas daerah lingkaran = luas daerah persegi panjang (Gb 3b)
=pxl
= πr x r
= π r2
Dalam pembelajaran luas daerah segitiga, misalkan siswa sudah memiliki struktur
berpikir yang berkaitan dengan luas daerah persegi panjang. Untuk membelajarkan siswa tentang
luas daerah segitiga, dapat dilakukan dengan mengubah bangun segitiga menjadi bangun persegi
panjang. Selanjutnya diturunkan rumus luas daerah segitiga dari luas persegi panjang.
Adapun proses pembelajaran luas daerah segitiga dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
19
Perhatikan bangun segitiga ABC pada Gambar 3 di bawah ini. Misalkan BC sebagai alas (ditulis
sebagai a) dan AD sebagai tinggi (ditulis sebagai t), maka akan dikonstruksi rumus luas daerah
segitiga ABC berdasarkan luas bersegi panjang.
B C
D
Gambar 3: Daerah segitiga ABC
Apabila segitiga ABC dipotong pada setengah tingginya dan sejajar dengan alasnya, maka dapat
digambarkan seperti Gambar 4 berikut
½t
½t
Potongan segitiga bagian atas, dipotong lagi searah tingginya dan masing-masing
potongannya diputar dan ditutupkan pada sisi trapesium hasil potongan segitiga bagian bawah.
Proses tersebut dapat disajikan seperti Gambar 5 berikut.
20
½t
½t
Dengan proses tersebut, segitiga ABC berubah menjadi bentuk persegi panjang dengan
panjangnya sama dengan alas segitiga dan lebarnya setengah tinggi segitiga, seperti Gambar 6
berikut.
½t
Dengan menggunakan hukum kekekalan luas, bahwa sebuah bangun datar yang diubah
bentuknya ke bangun datar yang lain, maka luasnya tidak akan berubah, sehingga dapat
diturunkan rumus luas daerah segitiga dari luas daerah persegi panjang, sebagai berikut.
Luas daerah segitiga = luas persegi panjang
=pxl
=ax½t
= ½ axt
21
b. Pembelajaran Bahasa Indonesia secara Bermakna
Pembelajaran bermakna untuk bidang studi Bahasa Indonesia yang dicontohkan, antara
lain: model membaca satra, model berbicara sastra, model menyimak, model menulis.
Model Pembelajaran Membaca
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam pembelajaran membaca cerpen ini.
Kali ini akan diberikan tiga alternatif model beserta langkah-langkahnya.
Alternatif Model 1
(Pendahuluan)
(1) Siswa diajak bertanya jawab tentang satu permasalahan yang ada
kaitannya dengan cerpen yang akan diperdengarkan.
(Kegiatan Inti)
(2) Siswa dengan cara tertentu membentuk kelompok
(3) Siswa membaca cerpen
(4) Siswa berdiskusi untuk menentukan:
o isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di dalam cerpen,
o menunjukkan relevansi isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat
di dalam cerpen dengan situasi sekarang;
o menyimpulkan isi dan nilai-nilai (etika) cerpen dalam bentuk
ungkapan.
(Penutup)
(5) Siswa mengadakan refleksi
Alternatif Model 2
(Pendahuluan)
1. Siswa diajak bertanya jawab tentang satu permasalahan yang ada
kaitannya dengan cerpen yang akan diperdengarkan.
(Kegiatan Inti)
2. Guru membacakan cerpen
3. Siswa menirukan pembacaan cerpen (klasikal atau individual)
4. Siswa berdiskusi untuk menentukan
o isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di dalam cerpen;
o menunjukkan relevansi isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di
dalam cerpen dengan situasi sekarang;
o menyimpulkan isi dan nilai (etika) cerpen dalam bentuk
ungkapan.
5. Siswa membuat cerpen
(Penutup)
6. Siswa mengadakan refleksi
22
Alternatif Model 3
(Pendahuluan)
1. Siswa diajak bertanya jawab tentang satu permasalahan yang ada
kaitannya dengan cerpen yang akan diperdengarkan.
(Kegiatan Inti)
2. Siswa berdiskusi untuk menentukan
o isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di dalam cerpen;
o menunjukkan relevansi isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di
dalam cerpen dengan situasi sekarang;
o menyimpulkan isi dan nilai etika cerpen.
3. Siswa membuat cerpen
4. Siswa membacakan cerpennya
(Penutup)
5. Siswa mengadakan refleksi
Alternatif Model 1
(Pembukaan)
1. Siswa diajak bertanya jawab tentang satu permasalahan yang ada
kaitannya dengan cerpen yang akan didiskusikan
2. (Kegiatan Inti)
3. Siswa membaca cerpen
4. Siswa dengan cara tertentu membentuk kelompok
5. Siswa berdiskusi untuk menentukan:
o isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di dalam cerpen,
o menunjukkan relevansi isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di
dalam cerpen dengan situasi sekarang;
o menyimpulkan isi dan nilai-nilai (etika) cerpen dalam bentuk
ungkapan.
(Penutup)
6. Siswa dibimbing guru mencoba untuk merefleksikan kegiatan yang
telah dilakukan
23
Alternatif Model 2
(Pembukaan)
1. Siswa diajak bertanya jawab tentang satu permasalahan yang ada
kaitannya dengan cerpen yang akan didiskusikan.
(Kegiatan Inti)
2. Guru membacakan cerpen
3. Siswa menirukan pembacaan cerpen (bisa secara klasikal, bisa
individual)
4. Siswa berdiskusi untuk menentukan
o isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di dalam cerpen;
o menunjukkan relevansi isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di
dalam cerpen dengan situasi sekarang;
o menyimpulkan isi dan nilai-nilai (etika) cerpen dalam bentuk
ungkapan.
6. Siswa membuat cerpen
(Penutup)
7. Siswa dibimbing guru mencoba untuk merefleksikan kegiatan yang
telah dilakukan
Alternatif Model 3
(Pembukaan)
1. Siswa diajak bertanya jawab tentang satu permasalahan yang ada
kaitannya dengan cerpen yang akan didiskusikan.
(Kegiatan Inti)
2. Siswa berdiskusi untuk menentukan
o isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di dalam cerpen;
o menunjukkan relevansi isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di
dalam cerpen dengan situasi sekarang;
o menyimpulkan isi dan nilai-nilai (etika) cerpen dalam bentuk
ungkapan.
3. Siswa membuat cerpen
4. Siswa membacakan cerpennya
(Penutup)
5. Siswa dibimbing guru mencoba untuk merefleksikan kegiatan yang
telah dilakukan
24
Model Pembelajaran Menyimak
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam pembelajaran menyimak. Kali ini akan
diberikan dua alternatif model beserta langkah-langkahnya.
Alternatif Model 1
(Pendahuluan)
(1) Siswa diajak bertanya jawab tentang satu permasalahan yang ada
kaitannya dengan tema puisi yang akan diperdengarkan.
(Kegiatan Inti)
(2) Siswa dengan cara tertentu membentuk kelompok
(3) Guru membacakan puisi
(4) Siswa berdiskusi untuk menentukan:
o isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di dalam puisi,
o menunjukkan relevansi isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di
dalam puisi dengan situasi sekarang;
o menyimpulkan isi dan nilai-nilai (etika) puisi dalam bentuk
ungkapan.
(5) Siswa membuat puisi
(Penutup)
(6) Siswa dibimbing guru mencoba untuk merefleksikan kegiatan yang
telah dilakukan
Alternatif Model 2
(Pendahuluan)
(1) Siswa diajak bertanya jawab tentang satu permasalahan yang ada
kaitannya dengan tema puisi yang akan diperdengarkan.
(Kegiatan Inti)
(2) Guru membacakan puisi
(3) Siswa menirukan pembacaan puisi (bisa secara klasikal, bisa individual)
(4) Siswa berdiskusi untuk menentukan
o isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di dalam puisi;
o menunjukkan relevansi isi dan nilai-nilai (etika) yang terdapat di
dalam puisi dengan situasi sekarang;
o menyimpulkan isi dan nilai-nilai (etika) puisi dalam bentuk
ungkapan.
(5) Siswa membuat puisi
(Penutup)
(6) Siswa dibimbing guru mencoba untuk merefleksikan kegiatan yang
telah dilakukan
25
c. Pembelajaran IPA secara Bermakna
Beberapa pembelajaran bermakna untuk bidang studi IPA dan Bahasa Indonesia antara
lain: Picture and Picture, Problem Based Instruction (PBI), Conccept Sentence, dan
Complete Sentence.
26
BAB III
PEMBELAJARAN KREATIF DAN INOVATIF
Model
Strategi
Metode
Teknik
Model pembelajaran merupakan tingkatan yang paling luas mengenai praktik pembelajaran dan
memberikan orientasi filosofis pembelajaran. Model pembelajaran memiliki empat cirri khusus:
(1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, (2) landasan pemikiran tentang
apa dan bagaimana siswa belajar, (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model
terlaksana dengan baik, dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Dari model yang dirancang digunakan untuk memilih dan merancang strategi
pembelajaran, metode, teknik, dan kegiatan siswa. Menurut Joyce, Weil, dan Showers, model
memiliki makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode atau teknik dan berfungsi
seabgai sarana komunikasi yang penting, apa yang akan dibicarakan di kelas dan bagaimana
praktik mengawasi siswa di kelas.Lebih jauh Joice dan Weil (1986) menjelaskan ada empat
model: pemrosesan informasi, behavioral, interaksi social, dan personal.
Dalam setiap model dapat digunakan beberapa strategi, seperti pembelajaran langsung (direct
instruction), pembelajaran tak langsung (indirect instruction), pembelajaran interaktif,
pembelajaran berdasarkan pengalaman, atau pembelajaran mandiri.
Dari strategi yang dipilih, selanjutnya menentukan metode pembelajaran yang digunakan
untuk mencapai tujuan. Metode pembelajaran digunakan untuk menciptakan lingkungan
27
pembelajaran dan untuk menggambarkan keterlibatan guru dan siswa dalam berinteraksi di kelas.
Dalam praktik pembelajaran sebaiknya menggunakan beberapa metode, sebab masing-masing
metode memiliki kelebihan dan kelemahan. Apabila guru mampu mengatur metode sedemikian
hingga saling menutupi kelemahan dan saling mendung keunggulan, maka proses pembelajaran
akan bisa berlangsung secara maksimal. Contoh metode pembelajaran antara lain: diskusi,
simulasi, dan ceramah.
Teknik pembelajaran merupakan praktik pembelajaran yang paling khusus, terkait
dengan bagaimana bertanya, berdiskusi, member pengarahan, mendemonstrasikan, dan
menjelaskan.
Dalam praktik pembelajaran juga sering dikenal istilah pendekatan pembelajaran.
Seringkali guru memahami pendekatan pembelajaran lebih luas dari model pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran yang sering digunakan adalah: pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA), pendekatan inquiry, pendekatan kooperatif, pendekatan kontekstual, dan sebagainya.
Namun demikian pendekatan juga sering disetarakan dengan strategi, seperti pendekatan
kooperatif disetarakan dengan strategi kooperatif, pendekatan kontekstual disetarakan dengan
strategi kontekstual. Karena itu dalam buku ini memilih pendekatan tidak dijadikan sebagai
istilah yang herarki dengan model, strategi, metode, dan teknik, tetapi memandang pendekatan
sebagai “cara”.
Selanjutnya untuk mencapai tujuan pembelajaran optimal yang bisa mendorong siswa
berpikir kreatif, guru harus bisa mengkombinasikan berbagai model, strategi, metode, dan teknik.
Guru bisa membuat pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif. Berikut disajikan beberapa
contoh pembelajaran kreatif dan inovatif bidang studi matematika dan Bahasa Indonesia.
28
mereka (problem posing): “siswa seharusnya diberi kesempatan untuk merumuskan soal-soal
dari situasi yang diberikan dan membuat soal-soal baru dengan cara memodifikasi kondisi-
kondisi dari soal-soal yang diberikan”.
Silver (1996) menjelaskan bahwa problem posing biasanya digunakan pada 3 bentuk
kegiatan kognitif matematika, yaitu:
a. Presolution posing, siswa menghasilkan soal-soal awal yang ditimbulkan oleh stimulus.
b. Within solution posing, siswa merumuskan soal yang dapat diselesaikan.
c. Postsolution posing, siswa memodifikasi kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk
menghasilkan soal-soal baru.
Dalam penelitian Silver dan Cai (1996) tentang problem posing aritmatika, antara lain
diperoleh hasil bahwa (1) siswa sekolah menengah dapat menghasilkan sejumlah pertanyaan
matematis (90% dapat dipecahkan), bila kepada mereka disajikan buku pelajaran bentuk cerita
sebagai stimulus untuk memancing pertanyaan, (2) terdapat hubungan antara problem posing dan
problem solving, terutama kualitas pertanyaan yang disusun siswa dapat memberikan sumbangan
sebagai petunuk bagaimana dapat menyelesaikan soal-soal itu dengan baik, (3) siswa pada
kelompok atas (pandai) menghasilkan soal-soal yang lebih bersifat matematis dan kompleks dari
siswa kelompok bawah. Dalam penelitian lain, Silverman (Silver, 1996) melaporkan bahwa
siswa kelas 5, dapat menghasilkan soal cerita yang melampaui dalam tingkat kesukarannya
English (1998) mengadakan penelitian problem posing anak dalam konteks formal dan
informal. Dalam konteks formal kepada siswa diberikan ransangan berupa kalimat formal “2 – 4
= 8” selanjutnya siswa mengajukan masalah dari konteks formal tersebut. Dalam konteks
informal, kepada siswa diberikan gambar foto yang beraneka ragam warnanya, selanjutnya siswa
mengajukan permasalahan dari gambar tersebut. Hasil penelitian ini antara lain siswa lebih
banyak menghasilkan masalah berbeda untuk konteks informal daripada konteks formal.
29
Menurut English (1997), Silver dan Cai (1996), manfaat pengajuan soal antara lain:
30
bentuk, yang penting proses penyelesaian tersebut logis dan rasional. Dengan jawaban atau
proses tidak tunggal tersebut dapat mendorong siswa untuk berpikir kreatif.
Hasil
pengurangan dua Jumlah tiga bilangan
bilangan bulat bulat adalah -2.
adalah -3. Tentukan sebanyak-
banyaknya bentuk
B penjumlahannya!
i
l
B
u
l
a
t
32
Diagram 2.1. Pohon Integral
Di pohon bilangan bulat tersebut, siswa diminta mengkonstruksi daun, yaitu menyusun
penjumlahan tiga bilangan bulat yang hasilnya -2, seperti 3 + (-4) + (-1); -6 + 3 + 1; ( masalah
yang jawabannya sudah ditentukan dari dahannya (yakni luas daerah = 12 satuan persegi dan
volume = 14 satuan kubik). Untuk mengonstruksi pohon matematika ini, tentunya siswa harus
memahami konsep secara utuh dan mendalam. Selain itu siswa harus berpikir lebih keras, untuk
mengkaitkan antara konsep, masalah, dan jawaban yang disediakan. Dalam hal ini, siswa tidak
cukup jika hanya mengingat prosedur yang dicontohkan oleh guru. Karena itu pembelajaran
dengan media pohon matematika ini dapat mengembangkan penalaran siswa.
Pada pembelajaran materi Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan
Terbesar (FPB) di Sekolah Dasar (SD), soal yang biasa disajikan di sekolah adalah tentukan FPB
dan KPK dari beberapa bilangan. Dalam hal ini siswa hanya cukup menerapkan prosedur yang
biasa diberikan oleh gurunya. Karena itu siswa menjadi tidak kreatif.
Dengan pohon matematika, masalah yang disajikan justru FPB dan KPK sudah diketahui,
siswa diminta mencari pasangan-pasangan bilangan yang memenuhi FPB dan KPK yang
diketahui. Dalam prakteknya, guru cukup menentukan ranting yang berupa tiga bilangan yang
FPBnya 6 dan ranting yang lain, tiga bilangan yang KPKnya 24, siswa diminta mencari daun
sebanyak-banyaknya yang berupa pasangan tiga bilangan yang memenuhi FPB = 6 dan KPK =
24. Dengan cara ini siswa akan mampu mengonstruksi masalah (tiga bilangan) sebanyak-
banyaknya yang memenuhi syarat tersebut. Kebebasan untuk mengonstruksi masalah tersebut
akan mampu membuat siswa menjadi kreatif, yang berarti penalarannya juga akan mencapai
tingkat yang tertinggi.
33
Adapun pohon matematika yang berkaitan dengan FPB dan KPK disajikan pada Diagram 4.3
berikut.
Tiga bilangan
Tiga bilangan
FPBnya = 6
KPKnya = 24
F
P
B
&
K
P
K
34
Apa problem posing itu?
Rekomendasi untuk pembaharuan matematika sekolah, yang saat ini menyarankan
pentingnya peran siswa dalam menghasilkan penyusunan soal. Sebagai contoh ‘the
curriculum and Evaluation Standar foe School Mathematics (NCTM, 1989) menyatakan
secara eksplisit bahwa siswa-siswa harus mempunyai pengalaman mengenal dan
memformulasikan soal-soal mereka sendiri, yang merupakan kegiatan utama dalam
pembelajaran matematika. Lebih jauh dalam “the Professional Standars for teaching
Mathematics” (NCTM, 1991) disarankan pentingnya bagi guru-guru untuk memberikan
kesempatakan kepada siswa mengajukan soal-soal mereka (problem posing): “siswa
seharusnya diberi kesempatan untuk merumuskan soal-soal dari situasi yang diberikan dan
membuat soal-soal baru dengan cara memodifikasi kondisi-kondisi dari soal-soal yang
diberikan”.
Dalam pembelajaran matematika, pengajuan soal menempati posisi yang strategis.
Pengajuan soal dikatakan sebagai inti terpenting dalam disiplin matematika dan dalam sifat
pemikiran penalaran matematika.
"Problem posing is of central important in the discipline of mathematics and in the
nature of mathematical thinking" (Silver, et.al, 1996:293)
Berikut beberapa manfaat pengajuan soal antara lain adalah :
1. membantu peserta didik dalam mengembangkan keyakinan dan kesukaan terhadap
matematika, sebab ide-ide matematika peserta didik dicobakan untuk memahami masalah
yang sedang dikerjakan dan dapat meningkatkan performennya dalam pemecahan
masalah
2. merupakan tugas kegiatan yang mengarah pada sikap kritis dan kreatif,
3. mempunyai pengaruh positif terhadap kemampuan memecahkan masalah dan sikap
peserta didik terhadap matematika,
4. dapat mempromosikan semangat inkuiri dan membentuk pikiran yang berkembang dan
fleksibel,
5. mendorong peserta didik untuk dapat lebih bertanggung jawab dalam belajarnya,
6. berguna untuk mengetahui kesalahan atau miskonsepsi peserta didik,
7. mempertinggi kemampuan pemecahan masalah peserta didik, sebab pengajuan soal
memberi penguatan-penguatan dan memperkaya konsep-konsep dasar,
35
8. menghilangkan kesan "keseraman" dan "kekunoan" dalam belajar matematika,
9. mempersiapkan pola pikir atau kriteria berpikir matematis, berkorelasi positif dengan
kemampuan memecahkan masalah (Silver & Cai, 1996:522),
36
yang mudah kerjasama, maka dia akan menjadi kuat dan berkembang secara maksimal.
Karena itu kemampuan untuk bekerja sama merupakan salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh siswa.
SOAL
JAWAB
JAWAB
JAWAB
JAWAB
METODE
SILIH
WAKTU
WAKTU
TANYA
NILAI
REKAP
NILAI
REKAP
37
A. Model-Model Pembelajaran Silih Tanya
- Model Kompetisi Biasa Jenis 1
- Model Kompetisi Biasa Jenis 2
- Model Kompetisi Berjenjang
- Model Kompetisi Kelompok Jenis 1
- Model Kompetisi Kelompok Jenis 2
- Model Kompetisi Gugur Bersemi
38
• Pembuat soal memberikan penjelasan kepada teman bermainnya, bila ada jawaban
temannya masih salah. (proses silih tanya ini berlanjut sampai semua siswa dalam
satu kelompok telah memberikan soal, dalam hal ini disebut satu putaran)
2. Model Kompetisi Biasa Jenis 2 (MKB2)
Model kedua ini pada dasarnya sama dengan model pertama, hanya pembuatan
soalnya tidak menjadi tugas rumah, tetapi dilakukan pada saat pembelajaran.
3. Model Kompetisi Berjenjang
Model kompetisi berjenjang merupakan kelanjutan dari kompetisi biasa. Pada model
berjenjang, kompetisi biasa disebut jenjang I. Sedangkan jenjang II dimainkan oleh
para pemenang dari kompetisi biasa. Jenjang III dimainkan oleh para pemenang
jenjang kedua, dan seterusnya sampai diperoleh satu pemenang
4. Model Kompetisi Kelompok Jenis 1 (MKK1)
- Siswa dalam satu kelas dibentuk kelompok-kelompok dengan jumlah yang sama.
- Siswa diminta membuat soal dan jawabannya
- Ditentukan 4 kelompok yang akan bermain.
Aktifitas Silih Tanya (*)
- Aktifitas silih tanya putaran pertama dilakukan oleh seorang perwakilan masing-
masing anggota kelompok (misalnya x1, x2, x3, x4), putaran kedua dilakukan
oleh seorang perwakilan masing-masing anggota kelompok tetapi bukan yang
telah bermain, misalkan (y1, y2, y3, y4). Putaran permainan dilakukan sebanyak
anggota kelompoknya
5. Model Kompetisi Kelompok Jenis 2 (MKK2)
• Siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok, misalkan A,B,C,D.
• Kelompok A,B,C,D masing-masing membuat soal dan pembahasannya
• Dilakukan aktifitas silih tanya seperti aktifitas MKB, namun soal yang
diberikan atas nama kelompok dan penyelesaian soal juga dilakukan secara
kelompok
Catatan:
• MKK2 dapat divariasikan, misalkan dengan penunjukkan perwakilan siswa
untuk menjelaskan jawabannya dilakukan oleh pemberi soal.
39
• Soal yang dibuat dapat berupa tampilan drama, kontekstual, dsb., dan
kelompok-kelompok yang menjawab dapat membuat analisa tampilan tersebut
40
BAB IV
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Pembelajaran kooperatif banyak dikembangkan oleh Slavin (1997). Dalam hal ini Slavin
mendefinisikan cooperative learning sebagai berikut.
Cooperative learning methods share the idea that students work together to learn and are
responsible for one another’s learning as well as their own.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu metode di mana siswa belajar bersama-sama dalam
kelompok dan anggota dalam kelompok tersebut saling bertanggungjawab satu dengan yang lain.
Menurut Artzt dan Newman (1990), cooperative learning didefinisikan sebagai berikut.
41
Dalam pembelajaran kooperatif, peranan guru adalah mendorong dan atau
mengkondisikan kelas sedemikian hingga siswa bekerja sama dalam suatu tugas bersama, dan
mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas bersamanya. Demikian
juga guru harus mengkondisikan agar dua atau lebih individu saling bergantung satu sama lain
untuk mencapai satu tujuan bersama.
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya
2. kelompok dibentuk secara heterogen, berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah
3. kelompok diupayakan terdiri dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda (bila
kelas terdiri dari berbagai ras, budaya, suku berbeda)
4. penghargaan berorientasi pada kelompok daripada individu
Pada akhirnya pembelajaran kooperatif berkembang menjadi banyak jenis, antara lain:
JIGSAW, Students Team Achievement Division (STAD), Teams Game Tournaments (TGT),
Learning Together (LT), One Stay Two Stray. Numbered Heads Together (NHT),dan Think Pair
Share (TPS). Selanjutnya akan dibahas beberapa pembelajaran kooperatif.
42
mengorganisasikan kelas secara klasikal, bangku diatur secara rapi menghadap ke depan, dan
meja guru berada di pojok depan. Dalam proses pembelajaran, guru menjelaskan materi dengan
menulisnya di papan tulis dan memberikan soal latihan (ditulis di papan tulis atau dari
buku/LKS). Sementara itu yang dilakukan siswa adalah mencatat apa yang diberikan guru dan
mengerjakan soal latihan. Dalam hal ini interaksi yang terjadi sangat kecil, terbatas antara siswa
dan guru (itupun akan terjadi kalau siswa berani bertanya atau guru bisa mengembangkan
pertanyaan kepada siswa).
I II III
A B C D A B C D A B C D
A A A B B B C C C D D D
I II III
A B C D A B C D A B C D
43
Pembelajaran kooperatif JIGSAW dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut.
(i) Siswa dibentuk dalam kelompok 4 orang yang disebut sebagai kelompok asal,
(ii) Guru memberikan masalah (soal) kepada siswa (misalnya 8 soal: s1, s2, s3, s4, s5, s6, s7,
dan s8)
(iii) Siswa berdiskusi menentukan siapa yang menjadi ahli soal nomor ke-i (i = 1,2,3,...8)
(iv) Dalam hal ini satu anak menjadi ahli dalam dua soal
(i) Siswa berkumpul di kelompok ahli berdasarkan pilihan soal masing-masing (misalnya
ahli s1 & s2, ahli s3 & s4, dst)
(ii) Siswa berdiskusi menyelesaikan 2 soal yang sudah dipilih
(iii) Siswa di kelompok ahli saling mengajari sehingga benar-benar menjadi ahli untuk soal
tsb.
44
Tahapan Penentuan Pemenang: 10 menit
45
c. Siswa diminta berpasangan dengan dengan teman sebelahnya (berkelompok 2 orang)
dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing. Dalam hal ini siswa saling sharing
terhadap apa yang sudah dikerjakan.
d. Guru memimpin pleno, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
e. Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi
yang belum berhasil diungkap oleh siswa
f. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari masalah yang dipelajari
g. Penutup
3. Think Pair Square
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Think Pair Square dimodifikasi dari TPS
yaitu memberikan tambahan langkah dengan penggabungan dari kelompok kecil. Adapun
langkah-langkah Think Pair Square adalah sebagai berikut.
a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
b. Siswa diminta berpikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan oleh guru
c. Siswa diminta berpasangan dengan dengan teman sebelahnya (berkelompok 2
orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing. Dalam hal ini siswa
saling sharing terhadap apa yang sudah dikerjakan.
d. Masing-masing kelompok kecil (2 orang) bergabung menjadi kelompok besar (4
orang) untuk mendiskusikan masalah yang belum bisa terselesaikan di kelompok
kecil. Apabila masalah belum bisa terpecahkan di kelompok (4 orang), maka
kelompok bisa diperbesar lagi (8 orang). Akttifitas yang terjadi di kegiatan
kelompok tersebut adalah siswa saling sharing terhadap apa yang sudah
dikerjakan.
e. Guru memimpin pleno, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
f. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari masalah yang dipelajari
g. Penutup
46
c. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas yang berbeda
dari kelompok lain
d. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang
bersifat penemuan
e. Setelah diskusi, siswa memilih juru bicara kelompok untuk menyajikan hasilnya
f. Guru mengulas kembali secara singkat dari hasil diskusi sekaligus memberikan
kesimpulan
g. Guru memberikan kuis
h. Pengumuman pemenang
i. Penutup
5. Cooperative Integrated Reading ang Composition (CIRC)
CIRC dikembangkan oleh Steven & Slavin (1995) dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
47
f. Tamu mohon diri, kembali ke kelompok dan melaporkan temuannya kepada anggota
kelompoknya
g. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerjanya.
8. Cooperative Script
Cooperative Script dikembangkan oleh Dansereau (1985). Dalam kooperatif model ini,
siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian
materi yang dipelajari. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.
a. Guru membentuk siswa secara berpasangan
b. Guru membagikan wacana/materi kepada tiap siswa untuk dibaca dan membuat
ringkasan
c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan
siapa yang berperan sebagai pendengar
d. Siswa yang berperan sebagai pembicara membacakan ringkasannya selengkap
mungkin dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sedangkan
pendengar berperan: (1) menyimak/mengoreksi/menunjukkanide-ide poko yang
mungkin kurang lengkap, dan (2) membantu mengingatide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
e. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.
f. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan
48
g. Penutup
a. Menetapkan skor dasar. Setiap siswa diberi skor dasar berdasarkan skor kuis yang lalu.
b. Menghitung skor kuis saat ini. Siswa memperoleh skor kuis berkaitan dengan pelajaran
saat ini.
c. Menghitung skor perkembangan. Siswa mendapatkan skor perkembangan yang besarnya
ditentukan berdasarkan perbandingan skor kuis terkini dengan skor kuis yang lalu (skor
dasar), dengan menggunakan aturan seperti berikut.
Posisi skor kuis terkini dibandingkan skor kuis yang lalu Skor perkembangan dari kelompok
Lebih dari 10 point di bawah skor dasar 0 point
1 – 10 point di bawah skor dasar 10 point
0 – 10 point di atas skor dasar 20 point
Di atas 10 point dari skor dasar 30 point
Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar) 30 point
49
Contoh Perangkat Penilaian Pembelajaran Kooperatif
50
20
Pengumuman Tempel Mingguan
21 Mei 2010
RANKING SATU DITEMPATI KELOMPOK MAHIR
Anggota Kelompok MAHIR (Ahmad, Ridho, Salim, dan Ginanjar) menempatkan diri pada posisi pertama
minggu ini, dengan mencatat skor sepuluh point di atas skor dasar oleh Ridho, Salim, dan Ginanjar. Skor
yang ia peroleh menjadikan rankingnya melompat dari ranking 5 menjadi rangking 2. SELAMAT ya
KELOMPOK MAHIR. Kelompok MASTER yang terdiri dari Ogan, Olif, Manda, dan Jaya meskipun perolehan
skornya menurun dibanding minggu lalu, namun masih menduduki peringkat pertama, karena skor
komulatifnya masih paling tinggi.
Ranking minggu ini Skor minggu ini Skor Keseluruhan Rangking keseluruhan
Pertama: MAHIR 38 81 2
Kedua: MAPAN 36 78 4
Ketiga: MASTER 40 89 1
Keempat: MANTAP 37 80 3
Lagkah 1: Penentuan skor tim Skor tim dihitung dengan menambahkan skor
peningkatan tiap-tiap individu anggota tim dan
membagi dengan jumlah anggota tim tersebut
Langkah 2: Penghargaan atas keberhasilan tim Tiap-tiap tim menerima sertifikat khusus
berdasarkan pada rata-rata poin dengan kriteria
Rata-rata tim Penghargaan
15 poin Tim baik
20 poin Tim hebat
51
25 poin Tim super
Nama Tim:
Nama Tim:
52
BAB V
Pembelajaran tidak hanya digunakan untuk mengasah kemampuan berpikir dan berkarya,
tetapi juga bisa digunakan untuk mengembangkan kepribadian siswa. Salah satu kepribadian
siswa akan tercermin dalam multiple intelligence. Apa yang dimaksud multiple intelligence?
Multiple intelligence di sini merujuk pada tujuh komponen kecerdasan manusia, yang meliputi
kecerdasan (1) lingusitik-verbal, (2) matematika-logis, (3) visual-spasial, (4) ritmik-musikal, (5)
kinestetik, (6) interpersonal, dan (7) intrapersonal. Masing-masing jenis kecerdasan ini harus
dikembangkan dalam pembelajaran. Berikut ini akan dijelaskan serba singkat pengertian masing-
masing jenis kecerdasan, kegunaannya dalam kehidupan siswa, dan beberapa contoh
pembelajarannya.
A. Kecerdasan Lingusitik-Verbal
Seseorang yang dengan kecerdasan verbal yang tinggi tidak hanya akan memperlihatkan
suatu penguasaan bahasa yang sesuai, tetapi juga dapat menceritakan kisah, berdebat, berdiskusi,
menafsirkan, menyampaikan laporan, dan melaksanakan tugas lain yang berkaitan dengan
berbicara dan menulis (Lwin dkk., 2003:11).
B. Kecerdasan Matematis-Logis
53
adalah bahwa keduanya secara ketat mengikuti hukum dasar. Ada konsistensi dalam pemikiran
logis (Amstrong, 1994: 2; Lwin dkk., 2003:43).
Anak yang cerdas secara matematis tertarik dengan bilangan dan pola dari usia yang masih
muda. Mereka menikmati berhitung dan dengan cepat belajar menambah, mengurangi,
mengalikan, dan membagi. Selain itu, mereka cepat memahami konsep waktu. Mereka senang
melihat pola dalam informasi mereka, dan mereka dapat mengingat bilangan dalam pikiran
mereka dalam waktu yang panjang. Menjelaskan konsep-konsep secara logis atau menyimpulkan
informasi menggunakan matematika dapat meningkatkan pemahaman mereka. Mereka suka
membuat kesimpulan ilmiah dari pengamatan mereka (Lwin dkk., 2003:43).
C. Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan visual-spasial adalah kecerdasan yang dimiliki oleh arsitek, insinyur mesin,
seniman, fotografer, pilot, navigator, pemahat, dan penemu. Apa kesamaan yang dimiliki oleh
professional yang kelihatannya berbeda ini? Mereka mempunyai kemampuan untuk melihat
dengan tepat gambaran visual di sekita mereka dan memperhatikan rincian kecil yang
kebanyakan orang lain mungkin tidak memperhatikan. Anda dapat mengatakan bahwa mereka
memiliki kekuatan persepsi yang besar. Apabila seorang seniman memperhatikan sebuah
lukisan, dia dapat memperhatikan perbedaan yang takkentara dengan cara penggunaan warna dan
perubahan dalam sapuan kuas (Amstrong, 1994: 2; Amstrong, 1994: 2; Lwin dkk., 2003:73).
Seseorang yang cerdas dalam bidang ini akan dapat menghasilkan informasi visual dengan
menciptakan atau memodifikasi gambaran atau objek fisik yang ada. Hal ini berarti mereka
mempunyai kemampuan untuk menerjemahkan gambaran dalam pikiran mereka ke dalam
bidang fisik melalui penggambaran pelukisan, pemahatan, pembangunan, atau pembentukan
(Lwin dkk., 2003:74).
54
Kecerdasan ini penting untuk (1) meningkatkan kreativitas, (2) meningkatkan daya ingat,
(3) mengembangkan pemikiran tingkat tinggi dan keterampilan memecahkan masalah, (4)
mencapai puncak kinerja, dan (5) membantu anak mengungkapkan perasaan dan emosi (Lwin
dkk., 2003:75—82)
Kecerdasan irama musik adalah kemampuan menyimpan nada dalam benak seseorang,
untuk mengingat irama itu, dan secara emosional terpengaruh oleh musik.
Kecerdasan ini penting untuk (1) meningkatkan kreativitas dan imajinasi, (2) meningkatkan
kecerdasan, (3) meningkatkan daya ingat, (4) membantu mengajarkan kecerdasan lainnya, dan
(5) mempunyai dampak terapi (Amstrong, 1994: 3; Lwin dkk., 2003:137—142).
E. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan ini penting untuk (1) meningkatkan kemampuan psikomotor, (2) meningkatkan
keterampilan social, (3) membangun an rasa percaya diri dan harga diri, (4) meletakkan fondasi
bagi gaya hidup sporty, d(5) meningkatkan kesehatan (Lwin dkk., 2003:169—174).
F. Kecerdasan Interpersonal
55
Kecerdasan interpersonal penting untuk (1) menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial
dan mudah menyesuaikan diri, (2) menjadi berhasil dalam pekerjaan, dan (3) kesejahteraan
emosional dan fisik (Lwin dkk., 2003:198—202).
G. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan mengenai diri sendiri. Kecerdasan ini adalah
kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.
Orang yang berkecerdasan interpersonal tinggi cenderung menjadi pemikir yang tercermin pada
apa yang mereka lakukan dan terus-menerus membuat penilaian diri. Mereka selalu bersentuhan
dengan dengan pemikiran, gagasan dan impian mereka dan mereka juga memiliki kemampuan
untuk mengerahkan emosi mereka sendiri sedemikian rupa untuk memperkaya dan membimbing
kehidupan mereka sendiri. Mereka adalah individu yang sangat termotivasi dengan keputusan
mereka. Akan tetapi, yang paling ekstrim, mereka bisa sangat individualistis dan introvert
(Amstrong, 1994: 3; Lwin dkk., 2003:233).
Kecerdasan ini penting untuk (1) mengembangkan pemahaman yang kuat mengenai diri
yang membimbingnya kepada kestabilan emosi, (2) mengendalikan dan mengarahkan emosi, (3)
mengatur dan memotivasi diri, (4) bertanggung jawab atas kehidupan diri sendiri, dan (5)
mengembangkan harga diri yang tinggi (Lwin dkk., 2003:234—237).
MODEL
MENGINGAT KEMBALI
1. Pengertian
56
Model Mengingat Kembali adalah model pembelajaran kecerdasan matematis-logis
melalui pembelajaran dengan cara mengingat semua fakta yang dibaca murid.
2. Langkah
(1) waktu yang diberikan kepada murid untuk membaca hendaknya sesuai dengan
kecepatan membaca murid.
(2) Tugas yang diberikan kepada murid, bisa dijawab murid dari apa yang telah dibaca
murid.
(3) Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya menyenangkan, menantang, kalau perlu
diselingi atau dalam bentuk permainan.
Rumah Siput
57
“Mari mampir!” ajak tawon . “Ini rumahku.”
“Astaga, rumahmu tergantung di sana?”
“Iya. Rumahku ini terbuat dari Lumpur dan…”
“Lumpur? Aku tak mau mampir di rumah lumpur!” potong siput, lalu tertawa
terpingkal-pinkal. “Aduh, lucunya. Perutku sampai sakit!”
“Apa yang membuat perutmu sakit?” Tikus muncul dari semak-semak.
“Oh, Tikus! Aku ingin tahu, di mana rumahmu?” Tanya siput. Tak lupa ia
menceritakan kejelekan rumah semut dan tawon.
Tikus menjawab dengan suara pelan, “Rumahku lebih buruk dari rumah mereka.
Aku tinggal di dalam got.”
“Got?” Siput memekik. Segera ia memencet hidungnya. ”Gelap dan bau!
Week!Aduh, sepertinya tak ada rumah yang lebih bagus dari rumahku!”
“Nngg-ngng, pergilah ke rumah Kepodang Emas!” Tawon mendengung di udara.
“Siapa tahu rumahnya jauh lebih bagus dari rumahmu!”
Wajah siput memerah. Ia tak rela bila rumah Kepodang Emas lebih bagus dari
rumahnya. Segera ia naik ke atas pohon dan masuk ke rumah Kepodang. Matanya
terbelalak Rumah itu sangat indah terbuat dari anyaman rumput.
“Rumahku tentu tak seindah rumahmu,” kata Kepodang Emas rendah hati.
Siput menjadi malu sekali. Ia cepat-cepat pergi.
“Apakah rumah Kepodang seindah rumahmu?” Tanya semut ketika berpapasan.
Tawon mendengung dan tikus mencicit. Siput merasa mereka menertawakan
kecongkakannya.
Sejak itu Siput malu keluar dari rumahnya. Agar tak bertemu siapapun, ia selalu
membawa rumahnya kemana pun ia pergi.
MENGURUTKAN CERITA
4. Contoh Pembelajaran
Urutkanlah cerita di bawah ini sehingga menjadi sebuah cerita yang utuh dan
masuk akal!
1. Bacalah kalimat-kalimat di bawah ini!
(1) Dahulu kala, Siput tidak pernah membawa-bawa rumahnya.
(2) Ia sangat bangga pada rumahnya itu.
(3) Suatu hari, ia berjalan-jalan di hutan.
(4) Ia ingin tahu, apakah ada rumah yang lebih indah dari rumahnya.ia mengintip
rumah semut.
Kalimat-kalimat di atas akan menjadi sebuah penggalan kisah bila diurutkan
menjadi urutan ….
a. (1), (2), (3), (4)
b. (1), (2), (4), (3)
c. (2), (1), (3), (4)
d. (2), (1), (4), (3)
(1) “Oh, Tikus! Aku ingin tahu, di mana rumahmu?” Tanya siput.
59
(2) Tikus menjawab dengan suara pelan, “Rumahku lebih buruk dari rumah mereka.
Aku tinggal di dalam got.”
(3) “Got?” Siput memekik.
(4) Segera ia memencet hidungnya.
Kalimat-kalimat di atas akan menjadi penggalan cerita bila diurutkan menjadi urutan
….
MODEL
MENGHITUNG
4. Contoh Pembelajaran
(2) Kerjakanlah tugas di bawah ini! (Guru bisa memilih salah satu bentuk tugas)
60
Lampiran 1: Contoh RPP Kreatif
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa mampu menghitung luas persegi dan persegi panjang
B. MATERI AJAR
Luas persegi dan persegi panjang
C. METODE PEMBELAJARAN
Praktek dan diskusi kelompok
D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 1
61
Pendahuluan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu
- Guru memberikan kepada siswa - Siswa mengelompokkan bangun 10
beberapa bangun persegi dan mana yang berbentuk persegi dan menit
persegi panjang mana persegi panjang
- Guru menunjukkan kepada siswa - Siswa mengelompokkan bangun
daerah persegi dan daerah persegi mana yang merupakan daerah persegi
panjang dan mana yang merupakan daerah
persegi panjang
- Guru memberikan pertanyaan - Siswa mengeksplorasi perbedaan
kepada siswa “menurut kalian, apa antara persegi dan daerah persegi,
perbedaan antara persegi dan daerah antara persegi panjang dan daerah
persegi; antara persegi panjang dan persegi panjang
daerah persegi panjang?”
Kegiatan Inti
- Guru membentuk siswa dalam - Siswa berkelompok 3-4 orang
kelompok dan memberikan: - Dalam kelompoknya siswa praktek
(1) LKS I (kegiatan 1), yaitu 3 menempelkan persegi satuan ke
(tiga) lembar karton yang persegi 1, persegi 2, dan persegi 3,
berukuran kecil, sedang, dan sekaligus menentukan
besar, selanjutnya disebut Persegi - luas daerah persegi 1 adalah ....
1, Persegi 2, dan Persegi 3. satuan persegi
Masing-masing berukuran 12 cm - luas daerah persegi 2 adalah ....
x 12 cm, 16 cm x 16 cm, dan 20 satuan persegi
cm x 20 cm, dan - luas daerah persegi 3 adalah ....
(2) 54 lembar karton persegi satuan satuan persegi
berukuran 4 cm x 4 cm, yang
akan digunakan untuk
menentukan luas daerah persegi
1, persegi 2, dan persegi 3
• Guru meminta siswa untuk
62
menghitung banyaknya persegi
satuan yang dapat menutup
daerah persegi 1, 2, dan 3.
• Guru menegaskan kepada siswa
bahwa banyaknya persegi satuan
yang dapat menutup persegi
tersebut merupakan luas daerah
persegi
• Guru meminta siswa untuk
menentukan luas daerah persegi
1, 2, dan 3
- Guru memberikan pertanyaan: Siswa menjawab pertanyaan guru dan
”darimana kalian bisa mempero- berpikir untuk menemukan bahwa
leh luas daerah persegi1 = 9 - luas daerah persegi 1 = ..... x ....
persegi, luas daerah persegi 2 = satuan persegi
16 persegi, dan luas daerah - luas daerah persegi 2 = ..... x ....
persegi 3 = 25 persegi satuan persegi
- Guru memberikan pertanyaan - luas daerah persegi 3 = ..... x ....
kepada siswa ”adakah cara lain satuan persegi
untuk menghitung luas daerah
persegi? Kalau persegi itu sangat
besar, bagaimana bisa meng-
hitung luasnya?”
- Guru membimbing siswa untuk
bisa menemukan bahwa luas
daerah persegi dapat dihitung:
”panjang sisi dikalikan pan-
jang sisi”
- Guru meminta siswa melanjutkan Siswa mengerjakan kegiatan 2
mengerjakan LKS I (kegiatan 2) - Siswa menemukan luas daerah
(terlampir) persegi = s x s
63
- Guru berkeliling mengamati dan
membantu siswa yang mengalami
kesulitan
- Guru mengarahkan siswa untuk
menemukan luas daerah persegi =
sxs
- Guru meminta siswa melanjutkan Siswa menyelesaikan masalah sehari-
mengerjakan LKS I (kegiatan 3) hari berkaitan dengan luas daerah
(terlampir) persegi (kegiatan 3)
- Guru berkeliling mengamati dan
membantu siswa yang mengalami
kesulitan
- Guru mengarahkan siswa untuk
bisa menyelesaikan masalah ber-
kaitan dengan luas daerah persegi
Penutup
- Guru bersama-sama siswa Siswa menyimpulkan Luas daerah 10
menyimpulkan rumus luas daerah persegi = s x s menit
persegi
- Guru memberikan PR
Pertemuan 2
Pendahuluan
- Guru menunjukkan bangun persegi - Siswa memperhatikan bangun persegi
yang ditunjukkan oleh guru dan
menjawab pertanyaan guru
64
Kegiatan Inti
- Guru membentuk siswa dalam - Siswa berkelompok 3-4 orang
kelompok dan memberikan: - Dalam kelompoknya siswa praktek
(1) LKS II (kegiatan 1), yaitu 3 menempelkan persegi satuan ke
(tiga) lembar karton yang persegi panjang 1, persegi panjang 2,
berukuran kecil, sedang, dan dan persegi panjang 3, sekaligus
besar, selanjutnya disebut Persegi menentukan
panjang 1, Persegi panjang 2, dan - luas daerah persegi panjang 1
Persegi panjang 3. Masing- adalah .... satuan persegi
masing berukuran 8 cm x 12 cm, - luas daerah persegi panjang 2
16 cm x 20 cm, dan 20 cm x 28 adalah .... satuan persegi
cm, dan - luas daerah persegi panjang 3
(2) 61 lembar karton persegi satuan adalah .... satuan persegi
berukuran 4 cm x 4 cm, yang
akan digunakan untuk
menentukan luas daerah persegi
panjang 1, persegi panjang 2, dan
persegi panjang 3
• Guru meminta siswa untuk
menghitung banyaknya persegi
satuan yang dapat menutup dae-
rah persegi panjang 1, 2, dan 3.
• Guru menegaskan kepada siswa
bahwa banyaknya persegi satuan
yang dapat menutup persegi
panjang tersebut merupakan luas
daerah persegi panjang
• Guru meminta siswa untuk
menentukan luas daerah persegi
panjang 1, 2, dan 3
- Guru memberikan pertanyaan: Siswa menjawab pertanyaan guru dan
65
”darimana kalian bisa berpikir untuk menemukan bahwa
memperoleh luas daerah persegi - luas daerah persegi 1 = ..... x ....
panjang 1 = 6 persegi, luas daerah satuan persegi
persegi panjang 2 = 20 persegi, - luas daerah persegi 2 = ..... x ....
dan luas daerah persegi panjang 3 satuan persegi
= 35 persegi - luas daerah persegi 3 = ..... x ....
- Guru memberikan pertanyaan satuan persegi
kepada siswa ”adakah cara lain
untuk menghitung luas daerah
persegi? Kalau persegi itu sangat
besar, bagaimana bisa
menghitung luasnya?
- Guru membimbing siswa untuk
bisa menemukan bahwa luas
daerah persegi dapat dihitung:
”panjang sisi dikalikan lebar
sisi”
- Guru meminta siswa melanjutkan Siswa mengerjakan kegiatan 2
mengerjakan LKS II (kegiatan 2) - Siswa menemukan luas daerah
(terlampir) persegi panjang = p x l
- Guru berkeliling mengamati dan
membantu siswa yang mengalami
kesulitan
- Guru mengarahkan siswa untuk
menemukan luas daerah persegi
panjang = p x l
66
membantu siswa yang mengalami
kesulitan
- Guru mengarahkan siswa untuk
bisa menyelesaikan masalah
berkaitan dengan luas daerah
persegi panjang
Penutup
- Guru bersama-sama siswa Siswa menyimpulkan bahwa luas
menyimpulkan rumus luas daerah daerah persegi panjang = p x l
persegi panjang
- Guru memberikan PR
Pendahuluan
E. SUMBER BELAJAR
Buku pelajaran kelas VI SD, penerbit Erlangga pengarang Sukino, hal 22 - 26
F. PENILAIAN
Instrumen penilaian terlampir
Mengetahui Malang,
Kepala Mata Pelajaran
………………………………… …………………………….
67
Lembar Kegiatan Siswa (LKS I)
Kegiatan 1:
Perhatikan bahwa masing-masing kelompok mendapatkan:
(a) 3 (tiga) lembar karton berbentuk persegi yang berukuran kecil, sedang, dan besar,
selanjutnya disebut Persegi 1, Persegi 2, dan Persegi 3,
(b) 54 lembar karton persegi satuan.
Persegi 1
Tutuplah persegi 1 dengan menempelkan persegi satuan secara tepat!
Persegi 1 dapat ditutup secara tepat oleh .... persegi satuan
Jelaskan bagaimana anda memperoleh jawaban tersebut!
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Banyaknya persegi satuan yang dapat menutup persegi 1 disebut luas daerah
persegi 1.
Luas daerah persegi 1 adalah ......... satuan persegi
Persegi 2
Tutuplah persegi 2 dengan menempelkan persegi satuan secara tepat!
68
Persegi 2 dapat ditutup secara tepat oleh .... persegi satuan
Jelaskan bagaimana anda memperoleh jawaban tersebut!
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Banyaknya persegi satuan yang dapat menutup persegi 2 disebut luas daerah
persegi 2.
Luas daerah persegi 2 adalah ......... satuan persegi
Persegi 3
Tutuplah persegi 3 dengan menempelkan persegi satuan secara tepat!
Persegi 3 dapat ditutup secara tepat oleh .... persegi satuan
Jelaskan bagaimana anda memperoleh jawaban tersebut!
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Banyaknya persegi satuan yang dapat menutup persegi 3 disebut luas daerah
persegi 3.
Luas daerah persegi 3 adalah ......... satuan persegi
Kegiatan 2
Perhatikan Gambar di bawah ini!
Misalkan diberikan persegi
1 cm
1 cm
Persegi 1cm x 1cm disebut persegi satuan
(a) Diberikan daerah persegi besar berukuran 3 cm x 3 cm yang sudah terbagi dalam persegi
kecil berukuran 1 cm x 1 cm
69
(b) Diberikan daerah persegi besar berukuran 5 cm x 5 cm yang sudah terbagi dalam persegi
kecil berukuran 1 cm x 1 cm
Kegiatan 3
Selesaikan soal-soal berikut!
1. Gambarkan persegi satuan pada gambar (a) dan gambar (b) berikut dan tentukan banyaknya
persegi satuan yang ada!
(a)
(b)
Berapa luas persegi (a) dan luas persegi (b)? Berikan alasan terhadap jawabanmu!
2. Tentukan luas daerah persegi berikut dengan ukuran-ukuran yang telah diberikan!.
6 cm
9 cm
6 cm
9 cm70
3. Pak Hamid akan memasang plafon atap rumahnya, yang terdiri dari 3 (tiga) ruangan, yaitu:
kamar, ruang tamu dan ruang keluarga. Kamar berbentuk persegi berukuran 3 m x 3 m, ruang
tamu berukuran 4 m x 4 m, dan ruang keluarga berukuran 5 m x 5 m. Ukuran plafon yang
tersedia di toko adalah 1 m x 1 m. Berapa banyaknya plafon (paling sedikit) yang harus dibeli
oleh Pak Hamid, agar cukup untuk dipasang di tiga ruangan tersebut! Beri alasan terhadap
jawabanmu, bisa dengan kata-kata atau gambar!
71
Lembar Kegiatan Siswa (LKS II)
Tujuan:
- Siswa dapat menemukan rumus luas daerah persegi panjang
- Siswa dapat menerapkan rumus luas daerah persegi panjang untuk menyelesaikan
masalah
Prasyarat:
- Siswa mengenal bangun persegi panjang
Kegiatan 1:
Perhatikan bahwa masing-masing kelompok mendapatkan:
(a) 3 (tiga) lembar karton berbentuk persegi panjang yang berukuran kecil, sedang, dan besar,
selanjutnya disebut Persegi 1, Persegi 2, dan Persegi 3,
(b) 61 lembar karton persegi satuan.
Persegi panjang 1
Tutuplah persegi panjang 1 dengan menempelkan persegi satuan secara tepat!
Persegi panjang 1 dapat ditutup secara tepat oleh .... persegi satuan
Jelaskan bagaimana anda memperoleh jawaban tersebut!
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Banyaknya persegi satuan yang dapat menutup persegi 1 disebut luas daerah
persegi panjang 1.
72
Persegi Panjang 2
Tutuplah persegi panjang 2 dengan menempelkan persegi satuan secara tepat!
Persegi panjang 2 dapat ditutup secara tepat oleh .... persegi satuan
Jelaskan bagaimana anda memperoleh jawaban tersebut!
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Banyaknya persegi satuan yang dapat menutup persegi 2 disebut luas daerah
persegi panjang 2.
Persegi panjang 3
Tutuplah persegi panjang 3 dengan menempelkan persegi satuan secara tepat!
Persegi panjang 3 dapat ditutup secara tepat oleh .... persegi satuan
Jelaskan bagaimana anda memperoleh jawaban tersebut!
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Banyaknya persegi satuan yang dapat menutup persegi panjang 3 disebut luas
daerah persegi panjang 3.
Kegiatan 2
Perhatikan Gambar (i) di bawah ini!
Misalkan diberikan persegi
Diberikan daerah persegi panjang berukuran 5 cm x 3 cm yang sudah terbagi dalam persegi
kecil berukuran 1 cm x 1 cm
73
Luas persegi panjang tersebut adalah .....x...... (persegi kecil) = .....x..... (cm2).
(a) Diberikan daerah persegi panjang berukuran 8 cm x 5 cm yang sudah terbagi dalam persegi
kecil berukuran 1 cm x 1 cm
Kegiatan 3
Selesaikan soal-soal berikut!
1. Gambarkan persegi satuan pada gambar (a) dan gambar (b) berikut dan tentukan banyaknya
persegi satuan yang ada!
(a)
(b)
Berapa luas persegi (a) dan luas persegi (b)? Berikan alasan terhadap jawabanmu!
74
2. Tentukan luas daerah persegi berikut dengan ukuran-ukuran yang telah diberikan!.
4 cm
8 cm
9 cm
16 cm
3. Pak Tono memiliki sawah berbentuk seperti berikut. Tentukan luas sawah Pak Tono!
5 cm
7 cm
15 cm
8 cm
75
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa mampu menghitung luas permukaan tabung
B. MATERI AJAR
Luas permukaan tabung
C. METODE PEMBELAJARAN
Diskusi kelompok
D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 1
Pendahuluan (10’)
- Guru menanyakan kepada siswa: apa rumus luas lingkaran (untuk mengingat
kembali luas lingkaran)
- Guru menanyakan kepada siswa: apa rumus luas persegi panjang? (untuk
mengingat kembali rumus luas persegi panjang)
76
lingkaran yang ada? Kalau tabung tanpa tutup ini dibuka, menjadi apa bentuknya?
(dalam menjawab pertanyaan guru, siswa mengamati model tabung di kelompoknya
masing-masing)
- Kepada siswa diberikan lembar kerja siswa (LKS) untuk dikerjakan secara
kelompok
- Siswa mengerjakan LKS
- Guru mengamati kerja kelompok dan memberikan bantuan seperlunya, bila ada
kelompok yang mengalami kesulitan
- Guru menentukan secara acak 2 kelompok untuk menyajikan hasil pengerjaannya.
- Perwakilan kelompok yang terpilih (pertama) menjelaskan masalah penurunan
rumus luas permukaan tabung
- Perwakilan kelompok yang terpilih (kedua) menjelaskan penerapan rumus luas
permukaan tabung untuk memecahkan masalah
- Kelompok yang lain menanggapi
Penutup
- Guru bersama-sama siswa menyimpulkan rumus permukaan tabung
tertutup
- Guru memberikan PR
E. SUMBER BELAJAR
Buku pelajaran kelas VI SD, penerbit Erlangga pengarang Sukino, hal 22 - 26
F. PENILAIAN
Instrumen penilaian terlampir
Mengetahui Malang,
Kepala Mata Pelajaran
………………………………… …………………………….
77
Lembar Kegiatan Siswa (LKS 1)
Tujuan:
- Siswa dapat menemukan rumus luas permukaan tabung
- Siswa dapat menerapkan rumus luas permukaan tabung untuk menyelesaikan masalah
Prasyarat:
- Siswa menguasai rumus persegi panjang
- Siswa menguasai rumus luas lingkaran
Gambar (i)
Kalau tabung tersebut diambil tutupnya, maka akan menjadi ......tabung terbuka dan .....
lingkaran.
Bidang yang membentuk tabung terbuka disebut selimut tabung
78
Misalkan tabung tersebut tingginya t dan jari-jari lingkaran r. Jika selimut tabung dibuka
(dibelah), maka akan menjadi bangun ........
r
K
t
dibelah t
Gambar (ii)
Kesimpulan:
Permukaan tabung bisa dibentuk dari ....... persegi panjang dan ..... lingkaran
Perhatikan gambar (iiI) di bawah ini! Perhatikan gambar (iv) di bawah ini!
K
t r
Gambar (iii)
Gambar (iv)
79
Permukaan tabung terdiri dari satu persegi panjang dan ..... lingkaran
Luas permukaan tabung = luas selimut tabung + luas tutup tabung
= luas persegi panjang + ..... luas lingkaran
= .......... + ...........
= 2 π (....... + .........)
= 2 π r (r + t)
Contoh Soal:
Diberikan sebuah tabung tertutup dengan jari-jari 14 cm dan tingginya 10 cm. Hitung!
a. Luas selimut tabung
b. Luas tutup tabung!
c. Permukaan tabung tersebut!
Jawab:
a. Luas selimut tabung = 2 π r t
= ..................
= ............ cm2
b. Luas tutup tabung = 2 x luas lingkaran
= 2 x ...........
= 2 x ...........
= ................cm2
c. Luas permukaan tabung = luas selimut tabung + luas tutup tabung
= ............ cm2 + ............ cm2
Latihan 1
Selesaikan soal-soal di bawah ini dengan menuliskan caranya!
1. Tentukan luas permukaan tabung yang tingginya 12 cm dan jari-jarinya 7 cm!
2. Diketahui tinggi tabung dua kali jari-jarinya. Jika jari-jarinya 3,5 cm; maka tentukan: (a)
luas selimut tabung; (b) luas tutup tabung; dan (c) luas permukaan tabung
3. Buatkan sebanyak-banyaknya ukuran tabung yang memiliki luas permukaan 7040 cm2!
80
Tugas
a. Masing-masing kelompok membuat 4 soal yang berkaitan dengan luas permukaan tabung
beserta kunci jawabannya (dipisahkan dari soal)
b. Soal dari kelompok 1 diberikan ke kelompok 2, soal dari kelompok 2 diberikan ke
kelompok 3, dst. Soal dari kelompok terakhir diberikan ke kelompok 1
c. Pengerjaan soal dari kelompok lain dengan waktu 15 menit
d. Setelah selesai jawaban dikembalikan lagi ke kelompok yang memberi soal untuk dinilai
e. Nilai direkap dimasing-masing kelompok yang membuat soal
SOAL TES
81
Lampiran 2: Lembar Aktifitas Kreatif Siswa
82
Bantulah Pak Romli untuk membuat kubus terbuka lain (sebanyak-banyaknya) yang masih
mungkin! Gambarkan hasil kerjamu di kertas yang disediakan!
Gambar kubus terbuka yang terdiri dari bidang-bidang sisi yang saling terkait disebut
jaring-jaring kubus (Gambar 2)
83
Aktifitas 3:
Dengan cara sama Pak Romli mencoba membuat jaring-jaring kotak yang berbentuk balok,
seperti berikut.
Balok
Bantulah Pak Romli untuk menemukan jaring-jaring balok yang lain (yang berbeda dengan yang
sudah dibuat oleh Pak Romli)!
Pak Romli ingin membuat 5 kotak kue dari selembar kertas karton. Pak Romli menginginkan
ukuran kotak yang terbesar. Bantulah Pak Romli untuk membuat kotak tersebut dengan terlebih
dahulu membuat jaring-jaringnya!
84
Aktifitas Matematika
4m 3m 4m 10 m
6m
Pembangunan rumah Pak Ahmad sudah dimulai sebulan yang lalu. Pada saat ini,
pembangunan tahap pertama sudah hampir selesai. Pekerjaan yang tersisa adalah
pemasangan plafon.
Bantulah Pak Ahmad untuk menentukan berapa banyak plafon yang dibutuhkan dan plafon
seperti apa yang mudah dipasang di masing-masing ruang tersebut.
85
Aktifitas 1 (kelompok): membantu Pak Ahmad memasang plafon
Pak Ahmad tipe orang seniman, ingin bentuk plafon yang bermacam-macam, ada tiga persegi,
segitiga atau lingkaran. Untuk menyalurkan keinginannya, Pak Ahmad membuat miniatur plafon
yang berbentuk persegi, segitiga, dan lingkaran dengan kertas masing-masing berwarna merah,
biru, dan hijau.
Anda diminta membantu Pak Ahmad untuk memasang plafon di ruang tamu dengan
menggunakan:
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
(2) Sebutkan, banyaknya persegi biru, segitiga merah, dan lingkaran hijau yang dapat menutup
ruang tamu!
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Banyaknya persegi, segitiga, dan lingkaran yang dapat menutup secara tepat ruang tamu
disebut luas daerah ruang tamu
Karena yang paling mudah dan tepat bisa menutup ruang tamu adalah bentuk persegi (merah),
maka untuk selanjutnya persegi dijadikan sebagai satuan luas (baku). Sedangkan
86
banyaknya segitiga, lingkaran, atau bangun lainnya yang dapat menutup ruang tamu disebut
satuan luas (tidak baku).
Selanjutnya untuk mengukur luas suatu daerah hanya digunakan satuan baku (persegi).
Aktifitas 2: menentukan luas ruang keluarga, kamar tidur, dan kamar mandi
Dengan menyusun plafon (sebagai persegi satuan) pada ruang keluarga dan kamar tidur,
maka:
Luas ruang keluarga adalah .... persegi
Luas kamar tidur adalah ..... persegi
Luas kamar mandi adalah ..... persegi
Berikan penjelelasan terhadap jawabanmu!
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Tahap kedua, Pak Ahmad akan membangun dapur, gudang, dan taman di tanah kosong
miliknya. Permintaan Pak Ahmad, dapur dan taman luasnya harus sama. Dapur harus
berbentuk persegi dan taman harus berbentuk persegi panjang. Pak Ahmad menghendaki
dapur yang seluas mungkin (ukuran paling luas).
87
Bantulah Pak Ahmad untuk merancang pembangunan tahap kedua tersebut. Buatkan beberapa
rancangan, sehingga Pak Ahmad bisa memilih! Berikan alasan terhadap rancangan anda
terutama kesesuaiannya dengan permintaan Pak Ahmad!
Rancangan 1
4m 3m 4m 10 m
Ruang Keluarga
6m
Alasan:
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
88
Lampiran 3: Contoh Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Sastra
Contoh Pembelajaran
Kali ini kita akan berlatih membaca cerita pendek. Pelatihan ini untuk memperkaya dan
mempertajam kemampuan membaca sastra.
1. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan yang dilakukan dalam pendahuluan adalah memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang terkait dengan cerita pendek yang akan dibaca, misalnya:
o Apakah kupu-kupu itu?
o Di manakah kalian bisa menemukan kupu-kupu?
o Pernahkah kalian mengamati kupu-kupu di pegunungan?
o Bisakah kalian mengungkapkan perasaan kalian pada saat mengamati kupu-kupu?
o Bagaimanakah bentuk sebelum menjadi kupu-kupu? Takutkah kalian pada bentuk itu?
o Bagaimanakah perasaan kalian seandainya kupu-kupu itu merupakan penjelmaan dari orang?
Percayakah kalian terhadap hal ini?
o Teruskan pertanyaan-pertanyaan tentang imajinasi kalian yang berhubungan dengan kupu-kupu!
2. Kegiatan Inti
Membaca Cerpen
Sekarang, carilah jawaban atas pertanyaan kalian dengan membaca cerita pendek “Kupu-kupu di
Bantimurung” karya Ashary Nurdin di bawah ini!
KUPU-KUPU DI BANTIMURUNG
Setelah aku yakin semua pintu rumahku sudah terkunci dengan baik, aku masuk ke
dalam mobil yang sudah kuhidupkan lima menit lalu. Perjalanan ini akan aku mulai. Dari
Tamalanrea, rumahku. menuju Bantimurung.
Lima menit kemudian mobilku sudah meluncur pelan. di jalan padat. dalam hawa
pagi kota Makassar. Aku mencoba tidak terlalu tegang, kunyalakan radio mobilku.
Aku menuju Bantimurung. Dia sedang menungguku di sana. Dia. suamiku.
89
Cukup aneh pasti kedengarannya. Sebab suamiku telah meninggal dua bulan lalu,
dalam sebuah kecelakaan. Waktu itu dia sedang berada di Bantimurung. tempat
kesukaannya. Kata beberapa saksi mata. dia tergelincir lalu terseret arus dan kepalanya pecah
setelah beberapa kali membentur batu-batu kali yang besar di sepanjang sungai. Aku bisa
membayangkan. air sungai Bantimurung saat itu pasti memerah, penuh darah. Dan karena
tak dapat ditolong lagi, dia ... meninggal setelah beberapa saat diangkat ke darat. Dia
meninggal ... Seandainya saja saat itu dia tidak ke tempat itu Seandainya saja waktu itu aku
ada di sana untuk mencegahnya mendekati arus ….
Kulajukan mobilku di jalan yang cukup padat tanpa sadar, dengan panik.
Bermula sejak tiga hari setelah kematian suamiku, aku selalu bermimpi tentang seekar
kupu-kupu. Berkali-kali aku melihat kupu-kupu Mas datang dan selalu menatapku penuh
arti. Selalu kupu-kupu yang sama. Kupu-kupu yang gagah dengan sayap lebar yang kuat dan
sebening mozaik kristal yang indah. Mungkinkah itu suamiku, yang telah menjelma menjadl
kupu-kupu? Mungkin saja, kudengar jawabku sendiri.
Aku selalu teringat atas sebuah dialog kami, sekitar tiga bulan yang lalu, di
Bantimurung. Ketika kami sedang duduk di atas sebuah batu kali besar dan menatap ke
sebuah arah yang sama, seekor kupu-kupu mungil berwarna merah muda cerah sedang
hinggap diam di atas sebuah batu, tidak jauh dari kami.
"Kau lihat, Ning? Kupu-kupu itu sejak tadi hinggap di sana dan belum beranjak
sedikit pun,” kata Mas, suamiku saat Itu.
"Ya ... indah sekali!" kataku sambil tertegun. "Aku yakin kupu-kupu itu pasti sedang
menunggu seseorang," katanya pasti.
“Ya. Seseorang yang sangat dia cintai. Lihat, Ning! Betapa setianya dia menunggu
kehadiran orang itu," Ada nada kagum dan takjub dalam suaranya.
Masih juga kupandangi wajahnya lekat-lekat. Raut mukanya aneh seperti sedang
bermimpi.
90
"Ingatkah kau tentang mitos Yunoni Kuno yang pernah kuberitahu padamu? Bahwa
roh orang mati akan menjelma menjadl kupu-kupu,"
"Oh ya, aku ingat …" Aku berpikir sejenak sebelum menyambung,
“Jadi kau pikir …? Aku bisa merasakan suaraku yang bernada skeptis.
Mas mengangguk, meyakinkanku, Tapi aku tak percaya, itu tak masuk akal!
"Kedengarannya lucu," kataku, aku mencoba tertawa. Tapi, aku malah memaksakan
sebuah tawa kosong dan sumbang yang telingaku sendiri merasa aneh mendengarnya,
"Nanti kamu akan mengerti, Ning," katanya tersenyum begitu murni padaku,
"Maksudmu?"
Dia berkata dengan raut wajah yang menerawang, "Jika aku,mati, aku sangat ingin
menjadi kupu-kupu di sini. Dan, menantikanmu datang suatu hari nanti…"
Segera bisa aku mengerti arti ucapannya, Maka kupotong kalimatnya dengan cepat
dan sengit, "Tidak baik berkata begitu"
Tapi dia tetap tenang saja, seolah tidak mendengar apa yang aku takutkan.
"Suatu hari kamu akan datang menemui seekor kupu-kupu yang juga menunggumu di
atas batu. Kupu-kupu itu adalah aku, indah, bukan?" dia melanjutkan sambil berbalik
menghadapku.
Aku tak mau kehilangan dia. Aku mencintainya. Meskipun maut merebutnya.
Setelah kematiannya barulah aku mengerti semua maksudnya saat itu. Karena
semalam, dalam mimpi, kupu-kupu Mas yang sama datang lagi. Dalam mimpiku juga
kudengar suaranya menggema di telingaku dan memintaku datang ke Bantimurung, di batu
kenangan di mana kami dulu sering duduk bersama. Aku berjanji menyanggupinya. Lalu
tiba-tiba aku terentak dan terbangun dengan peluh membanjiri tubuhku. Kupu-kupu Mas
hilang dalam mimpiku. Itu alasanku melakukan perjalanan ini. Demi menemui seekor kupu-
kupu yang entah kenapa, aku yakini adalah suamiku.
Angin dari jalan menyapaku lembut. Kulirik jam tanganku, pukup 10.04. Sebentar
lagi aku akan tiba di tujuanku. Sedikit lagi. Tiba-tiba segala kenanganku bersama Mas terukir
jelas dalam benakku, melintas dan membunuh kehampaanku.
Aku dulu hanya seorang gadis Jawa biasa, lalu Mas menikahiku lima tahun lalu, saat
aku berusia 29 tahun, lebih muda empat tahun daripada Mas. Dan membawaku tinggal di
Makassar, kampung halamannya. Lalu Mas mulai mengajakku ke Bantimurung. Waktu itu
dia berkata bahwa dia rindu tempat itu setelah empat tahun sibuk di Jakarta.
Aku bahagia hidup bersama Mas. Dia bekerja di kantor telekomunikasi dengan gaji
besar, Ditambah dengan gajiku sebagai guru, kami bisa hidup nyaman. Kebutuhan hidup
kami terpenuhi. Tapi, tentu saja semuanya belum bisa kami miliki. Masih ada yang hampa.
91
Kami sering mengunjungi Bantimurung, terutama untuk berlibur. Tak jarang pula
Mas atau aku berangkat sendiri. Aku ke sana biasanya sekali sebulan. Sementara Mas
mengunjungi tempat itu lebih sering, paling tidak selalu sekali dalam seminggu. Aku
mengerti dia tumbuh di tanah ini dan amat mencintainya.
Ya, aku juga mencintai tempat itu. Mencintai alamnya, mencintai udaranya, mencintai
kehidupan air terjun dan kupu-kupu di sana. Terutama, mencintai kenangan kami yang hidup
di sana. Bantimurung yang indah.
Kadang aku tersenyum saat melintas tepat di bawah gerbang itu. Tapi hari ini aku
merasa lain, aku sama sekail tidak mampu tersenyum. Aku merasa tegang.
Kuhentikan mobilku tepat di bawah bayangan sebuah pohon besar. Belasan mobiI
terparkir berderetan di tempat yang lain. tempat ini pasti sedang ramai. Aku berjalan pelan
menuju ke loket penjualan tiket masuk setelah mengunci mobilku. Lalu membeli tiket dari
penjaga di loket. dan berjalan masuk ke dalam Bantimurung.
Kakiku menapak tanah dunia kupu-kupu ini lagi, masih tanah yang sama seperti dulu.
Mataku menyimak sekeliling tempat ini, masih tembok tebing-tebing tinggi dan keindahan
seperti dulu, Telingaku menangkap sebuah irama yang riuh dan merdu, masih air terjun dan
sungai yang dulu. Kulit dan napasku dibuai kedamaian, masih udara yang dulu, Masih bisa
kurasakan alur kenangan dulu. kenangan masa lalu. Bantimurung. Ini aku!
Kuamati tempat ini. Seperti biasanya. hari Minggu ini. Bantimurung masih ramai
dikunjungi, Puluhan orang menikmati Iiburannya di sini. Ratusan kupu-kupu yang beragam
juga tampak sibuk terbang ke sana ke mati. Kulirik jam tanganku, pukul 10.19. Aku sudah
telat dati janjiku. Mungkinkah dia masih setia menungguku?
Aku melangkah sambil menenteng selop yang tadi kupakai, sebab berbahaya
memakai alas kaki di tempat selembab dan berbatu-batu di sini. Aku berjalan pelan sambil
memegangi perutku, menuju ke batu di sebuah sudut yang agak sepi di sini. Batu kenangan
kami. Jantungku berpacu dengan lebih memburu, peluh mengaliriku. Bisa kurasakan urat di
pelipisku berdenyut-denyut. Aku lebih tegang.
Akhirnya, aku melihat tempat itu. Batu itu masih di sana, diam dan tetap tegar, cukup
jauh dari air terjun di tempat ini. Aku melangkah semakin dekat.
Aku tiba di depan batu itu. Di atas batu seekor kupu-kupu sedang duduk dengan
tenang. Aku langsung bisa tahu, itu kupu-kupu yang sama, yang selalu masuk ke mimpiku.
Suamiku? Entah kenapa, aku bisa merasakan bahwa Mas berada di sini.
Kupu-kupu itu tidak sendiri. Ada seorang wanita yang juga sedang duduk di batu itu.
Dia menatap jauh pada air terjun yang tak hentinya tertumpah dan pada orang-orang dalam
sungai. Apakah aku berada di tempat yang salah? Siapa dia?
92
Aku berdiri tidak begitu jauh darinya. Saat menyadari kehadiranku, dia berbalik lalu
menatapku. Kini aku bisa melihatnya dengan lelas. Wanita itu memiliki raut wajah yang
sederhana, tapi cantik. Dia juga memberi kesan menarik yang kuat. Aku menebak usianya
sekitar 30 tahun. Matanya bagus dan teduh. Rambutnya yang panjang dan amat hitam diikat
di belakang kepalanya. Kulitnya yang putih dihungkus busana hitam dan agak tua. Aku yakin
aku belum pernah bertemu dia sebelumnya.
"Maaf. aku ada janji di tempat ini, Adik juga?" kataku malu-malu sambil sedikit
bersandar di atas batu dan melirik kupu-kupu di atasnya.
"Ya. Mbak. Saya juga sedang ada janji." Suaranya lembut. ramah dan merdu, serta
memberi kesan terpelajar. Aku sampat tak percaya wanita ini begitu sederhana,
"Oh, tidak, Mbak. Tidak apa-apa." Mata wanita itu menatapku lekat-lekat.
Kutatap kupu-kupu yang sejak tadi duduk di atas batu sambil mengepakkan sayapnya
dengan manis. Ya, itu kupu-kupu yang kukenali. Suamiku! Aku yakin itu! Aku masih bisa
mengenalinya. meskipun dia kini seperti itu, hanya seekor kupu-kupu!
Kucoba mencari alasan logis mengenai janjiku dengan kupu-kupu suamiku pada
wanita itu, agar aku tak dianggap gila. “Mmm, ..bisa…eh…aku….?”
Lalu berhenti karena merasa bodoh. Aku bingung hendak berkata apa. lebih tepatnya
aku malu.
Tapl dia tampaknya bisa langsung mengeri maksudku. Dia mengangguk dan berkata.
“Oh. silakan Mbak.,saya bisa mengerti. Mbak tidak perlu sampai malu begitu." Dia
tersenyum. Wajahku langsung terasa panas karena malu.
Dengan hati-hati aku duduk di atas batu, sambil memegang perutku. Kini kupu-kupu
itu ada di antara aku dan wanita itu. lalu dengan ragu aku berbalik, agak membungkuk pada
kupu-kupu itu. "Aku datang, Mas. Aku rindu kamu, Mas ."
Kulirik wanita itu. Dia sedang menatap air terjun lagi. Aku lega dengan sikapnya
karena tidak menertawakan aku yang sedang bertingkah begini.
Kupu-kupu Mas meliukkan sayapnya yang selalu berkelip beberapa kali sambil tetap
duduk di batu. Aku yakin, dia ingin mengatakan sesuatu padaku, tapi tidak dapat aku
mengerti. Entah apa. Sial! Jika saja Mas bisa berbicara langsung .
"Oh, Itu artinya dia juga merindukan, Mbak. Katanya, Mbak jangan menjadi sedih
dan kecewa," jelas wanita itu tiba-tiba, seakan dia mengerti kesulitanku kini.
Aku terkejut dan heran bagaimana dia bisa mengerti arti kepakan sayap itu. Atau
mungkin dia mengada-ada saja. Ah, aku tak peduli. Entah kenapa, aku mempercayainya.
Kutatap dia dengan rasa terima kasih. Rasanya aku akan butuh bantuannya.
Aku berkata lagi, "Mas, aku hamil. Sekarang sedang tiga bulan." kataku penuh
senyum pada kupu-kupu Mas. Kupandang dan kuelus perutku dengan kasih sayang.
93
Ya, syukurlahl Akhirnya aku hamil setelah kami melewati lima tahun. Perkawinan
yang kosong. Bagaimanapun, dia tak pernah mau mengungkit hal itu. Dia tak ingin berlaku
kasar padaku. dia hanya selalu pergi mengunjungi Bantimurung jika kesepian, untuk
menenangkan dirinya di sana. Aku mengerti, dia sangat ingin melengkapi napasnya sebagai
ayah, sebelum terlambat. Aku pun begitu. Dan syukurlah, kini aku bisa!
Tapi, anak ini nanti tidak akan pernah mengenali ayahnya. Ayahnya telah meninggal
saat dia masih berusia satu bulan. Aku begitu bodoh, karena merahasiakan pada suamiku
tentang kabar itu. saat dia masih hidup. Dulu sengaja kututupi kabar yang luar biasa baik ini,
untuk memberinya kejutan pada saat yang kurasa tepat. Seandainya tidak, dia pasti akan
merasakan kebahagiaan, sama denganku, paling tidak sebelum dia meninggal.
Kelak kukenalkan anak ini pada dunia kenangan ibu dan ayahnya. di Bantimurung.
Tiba-tiba dengan lincah kupu-kupu Mas meloncat dan terbang. Aku takut dia akan
segera pergi, tapi rupanya dia cuma terbang berputar-putar di atas kepalaku. Indah sekali.
Lalu, kupu-kupu Mas membelai, memeluk, dan menciumi perutku erat, setelah puas dia
kembali duduk di atas batu. Aku terpana.
Meski pesan ini bisa sedikit kumengerti, walau mungkin nanti tidak lagi. Tapi,
tampaknya dia masih bersedia membantuku, untunglahl
"Nanti akan aku bawa anak kita ke sini untuk menemuimu, Mas," kataku lagi.
Tapi kali ini dengan penuh rasa haru, mataku basah. Kuseka air mataku dengan jari.
"Ya, sering-sering saja, Mbak," kata wanita itu menjelaskan lagi artinya padaku.
Tiba-tiba pertanyaan itu lahir dan berkecamuk dalam benakku. Meronta kuat-kuat dan
akhirnya lepas.
"Kenapa bukan Mas saja yang datang mengunjungi aku? Kenapa harus aku yang
datang ke sini Mas? Bukankah Mas lebih mudah datang padaku dengan terbang?"
"Suatu saat dia akan datang mengunjungi Mbak, sesering mungkin. Tapi, tidak
sekarang, nanti, katanya. Pasti saat anaknya lahir dan kapan saja dia rindu pada Mbak. Saat
ini, dia butuh Mbak di sini, begitu katanya."
Aku menoleh pada wanita itu. Sudah cukup lama dia menemaniku di tempat itu.
menjadi operator antara Mas dan aku. Aku tak tahu harus bagaimana aku akan bisa
berkomunikasi dengan Mas tanpa dia. Aku bersyukur dia ada di sini membantuku. Tumbuh
94
rasa kasihanku pada wanita itu. Hampir sejam dia menunggu, entah siapa yang ditunggunya,
tapi tampaknya belum juga datang. Malah dia harus menemani wanita bunting seperti aku,
menghabiskan waktu. Dia pasti sudah bosan padaku karena telah menyedot waktunya.
Kubiarkan kupu-kupu Mas diam sendiri. Wanita itu makin menyita perhatianku,
rnungkin dia kini sudah hendak beranjak pergi. Kasihan dia!
"Bukan. Saya perempuan biasa, asli daerah sini. Saya tinggal di dekat sini, sebuah
rumah di depan sana," jelasnya menunjuk ke satu arah.
Aku tertarik untuk mengetahui wanita itu lebih jauh. Dia memiliki sesuatu yang
memikat. Bagiku, dia seperti kupu-kupu.
“Ya, menurut saya itu wajar. Kupu-kupu sekalipun memiliki perasaan dan bahasa.
Kupu-kupu tidak menggerakkan sayapnya percuma. Sebenarnya dengan begitu mereka
berbicara." Aku senang mendengar jawaban itu.
"Oh, Ya, tadi Adik bilang bahwa Adik di sini sedang ada janji, kan?"
"Adik masih akan menunggu orang itu? Tampaknya yang Adik tunggu tidak akan
datang."
Rupanya aku salah duga, tiada raut kecewa di wajahnya, mendengar kalimatku.
Dia menjawab, matanya berbinar. "Tidak perlu lagi, yang kutunggu sudah datang."
"Oh, ya?" tanyaku sambil memandang sekeliling, melihat siapa yang datang menuju
ke mari.
Tapi tidak ada. Aku berbalik padanya dengan raut wajah bingung. "Saya tadi
menunggu Mbak." Mukanya bersemu merah malu-malu.
Aku tersentak. Lho? Melihat wanita ini saja aku belum pernah. Kenapa dia justru
menungguku? Ada apa semua ini? Aku semakin bingung.
Oh, atau mungkin dia menungguku di sini sebab dia tahu seseorang akan datang dan
berbicara dengan kupu-kupu. Wanita itu orang asli dari tanah ini, dan tidak semua orang
mampu berbicara dengan kupu-kupu. Maka setiap ada kupu-kupu duduk menunggu di atas
95
batu, dia tahu bahwa ada yang akan membutuhkan jasanya. sebagai penerjemah. Setelah itu
dia akan mendapat upah. Pasti Itu pekerjaannya. Aku bisa mengerti itu.
Aku bergegas merogoh dua puluh ribu rupiah di dompetku untuk wanita itu.
Dia langsung berkata, Tidak perlu Mbak. Saya tahu apa yang ada di pikiran Mbak.
Tapi, saya tidak butuh uang," wajahnya memerah lagi. "Lho, apa ini kurang?" Dia
menggeleng.
"Semalam kupu-kupu ini datang di mimpi saya, meminta saya, datang ke sini,
menemui Mbak Ning, istrinya."
Agaknya dia bingung mencari kata-kata yang tepat. Oh, aku bisa mengerti sekarang.
Wanita itu pasti mengenal suamiku, maka suamiku meminta bantuan padanya untuk menjadi
penghubung antara ia dan aku, untuk membantuku jika aku kesulitan berkomunikasl
dengannya. Dan, memang benar!
"Suami Mbak sering kemari. Karena itu, saya mengenalnya. Kami cukup dekat."
"Dekat? Semacam teman?" kucoba menekan kecurigaanku, agar terdengar wajar.
“Ya, bisa dibilang begitu. Tapi, tahun lalu Mas meminta saya menjadi kekasihnya,"
suaranya bergetar dengan nada bahagia.
"Astaga!"
Aku terperanjat. Baru sekarang kuperhatikan perutnya dengan saksama. Dia hamil,
bahkan sudah lebih lama dariku! Oh! Aku beku, tak tahu harus berkata apa.
“Pesan Mas, dia harap Mbak bisa menerima saya, sebagai istrinya yang kedua.”
Suaranya bergetar dengan nada yang tak kumengerti.
Kutatap matanya dalam-dalam. Ada yang berpijar di sana. Aku bisa merasakan, dia
sedang tidak berdusta.
Kupu-kupu Mas bangkit lalu membelai dan memeluk perut wanita, seperti yang tadi
dilakukannya padaku. Setelah puas kupu-kupu Mas mendarat lagi di atas batu.
Keteganganku muncul lagi. Di sana, bisik air terjun dan sungai tetap terdengar riuh.
Ratusan kupu-kupu lain tetap menjelajahi angkasa ini. Udara menjadi semakin berat. Wanita
96
itu terus sambil tersenyum, tetap bergeming menatapku, dengan tatapan penuh harapan. Aku
tak percaya dia bahkan bisa tersenyum padaku!
Sementara itu, kupu-kupu Mas yang tadi duduk di antara kami, meloncat lalu terbang
berputar-putar di atas kepalaku dan wanita itu.
Memahami Cerita
(1) Di manakah tempat yang diceritakan dalam cerpen “Kupu-kupu di Bantimurung”? Jawaban
kalian merupakan latar tempat yang ada di dalam cerpen.
(2) Kapankah cerita dalam cerpen “Kupu-kupu di Bantimurung”? Jawaban kalian merupakan
latar waktu yang ada di dalam cerpen.
(3) Siapa sajakah yang diceritakan dalam cerpen tersebut? Jawaban kalian merupakan tokoh
yang ada di dalam cerpen.
(4) Tokoh manakah yang paling berperanan dalam cerpen tersebut? Jawaban kalian merupakan
tokoh utama yang ada di dalam cerpen.
(5) Lukiskanlah bagaimana ciri-ciri fisik Mbak Ning!
(6) Tuliskan dalam beberapa kalimat perasaan dan pandangan Mbak Ning terhadap suaminya
sebelum mengetahui bahwa Diah adalah kekasih Mbak Ning
a. Pandangan Mbak Ning terhadap suaminya ….
b. Perasaan Mbak Ning terhadap suaminya …..
c. ….
d. ….
(7) Bagaimana cara bertutur Mbak Ning terhadap Diah
(8) Bagaimanakah pandangan Mbak Ning terhadap suaminya setelah mengetahui bahwa Diah
adalah kekasih suaminya? Ungkapkan dalam dua kalimat!
a. Pandangan Mbak Ning terhadap suaminya ….
b. …..
(9) Dari jawaban-jawaban kalian, simpulkanlah bagaimana watak Mbak Ning dalam lima
kalimat!
a. Mbak Ning adalah orang yang berperasaan …
97
b. Mbak Ning adalah orang yang berpikiran ….
c. …..
d. …..
e. …..
(10) Pesan-pesan apa sajakah yang bisa kalian dapatkan setelah membaca cerpen tersebut?
a. ……
b. ……
c. ……
d. ……
98
Wanita itu memiliki raut wajah yang sederhana,
tapi cantik. Dia juga memberi kesan menarik yang
kuat. Aku menebak usianya sekitar 30 tahun.
Matanya bagus dan teduh. Rambutnya yang
panjang dan amat hitam diikat di belakang
kepalanya. Kulitnya yang putih dihungkus busana
hitam dan agak tua. Aku yakin aku belum pernah
bertemu dia sebelumnya.
99
(2) Berilah tanda V (centang) pada pilihan kalian (Setuju atau Tidak) terhadap pernyataan di
bawah ini?
Melanjutkan Cerita
Di bawah ini adalah cerita tentang “Kupu-kupu di Bantimurung”. Cerita tersebut sebagian
dihilangkan. Untuk melatih kemampuan membaca kalian, tulislah kembali bagian-bagian cerita
yang dihilangkan dengan bahasa kalian sendiri!
KUPU-KUPU DI BANTIMURUNG
Setelah aku yakin semua pintu rumahku sudah terkunci dengan baik, aku
masuk ke dalam mobil yang sudah kuhidupkan lima menit lalu. Perjalanan ini
akan aku mulai. Dari Tamalanrea, rumahku menuju Bantimurung.
Lima menit kemudian mobilku sudah meluncur pelan. di jalan padat.
dalam hawa pagi kota Makassar. Aku mencoba tidak terlalu tegang, kunyalakan
radio mobilku.
100
……………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………..
Mengubah Cerita
Cerita “Kupu-kupu di Bantimurung” di atas akan berbeda jalan ceritanya seandainya salah
satu unsur dalam cerita tersebut berubah. Untuk melatih keterampilan menulis kreatif kalian,
bagaimana kalau pada kesempatan ini kita mencoba untuk mengubah cerita di atas dengan
mengerjakan tugas di bawah ini!
1. Seandainya Mbak Ning tidak menyembunyikan rahasia kepada suaminya bahwa dia hamil,
apa yang terjadi pada suaminya?
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
101
2. Seandainya pertemuan Mbak Ning dengan Diah terjadi sebelum suaminya meninggal, apa yang
terjadi antara Mbak Ning dan suaminya; juga antara Mbak Ning dengan Diah?
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
3. Seandainya Mbak Ning tidak percaya bahwa kupu-kupu itu adalah suaminya, apa yang terjadi?
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
4. Seandainya setelah tiba di Bantimurung, ternyata tidak ia temui kupu-kupu seperti yang ada di dalam
mimpi Mbak Ning, apa yang terjadi?
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
5. Seandainya Diah bukan kekasih suaminya, apa yang terjadi? Kemukakan dalam cerita!
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Penutup
Menirukan Dialog Hasil Simakan
Ingat-ingatlah kembali bagaimana dialog antara Mbak Ning dengan Diah. Sekarang bentuklah
pasangan-pasangan yang berperan sebagai Mbak Ning dengan Diah
1. Rencanakanlah dialog antara Mbak Ning dengan Diah dengan bahasa kalian sendiri!
2. Peragakanlah dialog itu di hadapan teman-teman Kalian!
102
Lampiran 4: Contoh Langkah-langkah Pembelajaran Berbicara
Contoh Pembelajaran
1. Pendahuluan
Pernahkah kalian menghadiri keluarga yang sedang berduka karena ada salah
satu anggotanya meninggal dunia? Bagaimana suasana keluarga tersebut? Bagaimana
suasana orang-orang yang melayat? Apa saja yang dibicarakan pelayat pada saat
menunggu proses pemakaman?
2. Kegiatan Inti
Membaca Cerpen
103
pendarahan otak bayi. Sedangkan obat itu baru diketemukan tiga tahun yang lalu. Jadi harus
cepat-cepat diobati.’ Begitulah ramalan anak saya yang sudah hampir jadi dokter itu.”
Banyak yang duduk di situ menganggukkan kepala. Seorang lain lekas menyahutnya.
“Kalau anak saya yang sudah jadi dokter ada tiga jumlahnya. Satu, yang tertua, jadi
kepala rumah sakit di Medan. Dia sangat disenangi oleh anak buahnya. Dua, jadi dokter
militer di Semarang. Pangkatnya mayor. Padahal dia masih muda, tapi pangkatnya sudah
mayor. Tiga, berdinas di Biak. Sebentar lagi dia mau pindah dinas ke sini, juga mau jadi
kepala rumah sakit. Sayang, dia belum bertugas di sini. Seandainya sudah, pasti bayinya pak
Su ini dapat ditolongnya. Anak saya itu terkenal sebagai dokter yang dermawan. Sayang.
Banyak orang di situ mengangguk-anggukkan kepala. Mereka datang ke situ untuk
menjenguk mayat, tapi rupa-rupanya kedukaan itu sendiri sekarang jadi nomor dua. Sese-
orang berkumis yang duduk di pojok agaknya senang mendengar percakapan ini. Akan tetapi
rasanya lebih senang kalau dia juga ikut turun bicara. Maka bicaralah dia.
“0, jadi puteranya pak Danu jadi dokter di Biak? Kalau begitu pasti kenal dengan anak
saya. Anak saya jadi kepala jawatan imigrasi di sana. Dia terkenal. Setiap penduduk pasti
kenal dengan dia. Dia sarjana tamatan Yale University Amerika. Ketika sekolah dulu dia
pandai sekali. Makanya dia dapat scholarship ke Amerika. Tidak sembarangan orang biasa
mendapat kesempatan seperti itu kalau tidak betul-betul pandai.”
Lagi, banyak orang-orang yang duduk di situ menganggukkan kepala. Seorang
berambut putih di kepalanya tampak senang juga akan percakapan itu. Tapi tidak lebih puas
agaknya kalau dia pun urun bicara maka urun bicaralah dia.
“O, kalau begitu sama dengan anak saya. Anak saya juga pandai sekali. Ketika lulus
SMA dulu matematikanya sepuluh. Analitnya sembilan. Kimia sepuluh. Bahasa Inggeris
delapan. Dia mendapat hadiah kejuaraan nomor satu. Maka dia juga mendapat tugas belajar
ke luar negeri.”
“Di luar negeri pun dia lulus dengan hasil baik.”
Lagi, orang-orang di situ mengangguk-anggukkan kepalanya. Seolah mereka lupa
kedatangan mereka ke situ untuk menyatakan duka. Agak lama percakapan terhenti.
Mungkin mereka betul-betul sedang merenungkan kedukaan yang baru saja menimpa oleh
keluarga ini, mungkin mereka sedang meramu cerita-cerita yang baik untuk disuguhkan lagi
kepada mereka yang hadir. Atau mungkin kedua-duanya.
Seorang perempuan tua datang, berdiri dekat pintu. Kepalanya ditongolkan ke dalam
kamar, bicara kepada orang-orang yang mengelilingi mayat di situ.
“Udara panas. Bayi ini juga kepanasan. Kasur dan guling-guling yang mengepit itu
menambah panas. Bayi harus dipindah ke atas meja saja, biar agak dingin.”
Secara serentak, orang-orang yang duduk itu berdiri. Mereka akan menawarkan jasa
memindah mayat itu. Kalau mereka tidak urun tenaga, nanti merasa malu.
104
Dari luar beberapa orang masuk mengangkat meja. Meja ini ukuran biasa. Satu kali
satu tujuh lima. Diangkat oleh seorang saja sebetulnya sudah cukup. Tapi yang menggotong
ada lima orang. Dan orang-orang yang berdiri di dalam kamar itu segera mengangkat meja
itu. Lebih dari lema belas orang berusaha untuk mengangkat meja. Mereka betul-betul
sadar, satu orang saja atau paling banyak dua cukup untuk mengangkat meja. Tapi kalau
tidak ikut-ikut mencoba mengangkat, mereka takut disangka kurang sopan. Mereka malu.
Meja itu pun sekarang berdiri di sebelah dipan. Mayat segera dipindahkan. Tidak
banyak yang berusaha untuk ikut mengangkat mayat itu. Mungkin ngeri. Mayat itu segera
ditutup dengan selembar kain indah.
Tiba sekarang gifiran dipan akan dipindahkan. Kasur harus diangkat keluar. Guling-
guling idem. Baru dipannya. Untuk mengangkat kasur ini sebetulnya cukup dibutuhkan
tenaga satu orang. Tapi semua orang serempak mencoba-coba ikut-ikut mengangkat kasur.
Sekarang giliran dua batang guling dikeluarkan. Satu orang saja sudah cukup mengerjakan
ini. Atau paling banyak dua. Tapi mereka berrebut-rebutan kembali untuk membawa dua
bantal ini keluar. Kalau tidak begitu, mereka malu disangka kurang sopan. Takut kalau tidak
ikut merasakan duka di situ.
Kembali mereka mengelilingi mayat itu lagi. Sekarang mereka telah duduk lagi.
Seseorang dengan mengipas-ngipas mukanya berkata,
“Wah, panas sekali.” Kemudian dengan nada menyalahkan disambungnya,
”Sebetulnya di bawah bayi itu harus ditaruhkan sedikitnya satu blok es. Apalagi panas
begini.”
Tapi dia tidak berusaha untuk mencari es. Padahal tadi dia ikut-ikut mengangkat meja,
kasur, guling dan dipan yang sama sekali tidak membutuhkan tenaganya. Tapi untuk
mencari es yang perlu dikerjakan, dia hanya berkata dengan nada mencela belaka.
Seseorang di sampingnya agaknya tidak puas dengan celaan temannya itu. Maka dia
pun berkata,
“Bukan hanya es saja, tapi sebetulnya pada setiap kaki meja itu juga harus dikasih
kobokan isi air. Kalau tidak begitu nanti semut bisa merayap ke atas.”
Dia berkata begitu. Tapi dia tidak berusaha mendapatkan kobokan dan air. Tadi dia
juga ikut-ikutan mengangkat meja, guling, kasur dan dipan. Seseorang lain segera
menyambungnya,
“Memang begitu. Anak saya yang menjadi biolog ahli semut pernah mengatakan
begitu. Dia sekarang jadi dosen biologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Dia masih
muda, tapi sebentar lagi akan diangkat jadi profesor. Teman-temannya ngiri. Tapi saya
bilang kepadanya, jangan kecil hati kalau teman-temannya ngiri. Dia pandai dan satu-
satunya ahli semut di Asia Tenggara ini, sudah sepantasnya jadi profesor, meskipun umurnya
masih muda sekali.”
105
Dua orang anak kecil masuk kamar itu. Yang seorang membawa ember kecil berisi air.
Satunya membawa empat kobokan. Orang-orang di situ sekali lagi berebutan untuk
menawarkan jasanya. Kerja itu ditanggulangi oleh lebih kurang lima belas orang.
Setelah selesai, mereka duduk kembali. Wajah-wajah mereka memancarkan kepuasan
karena merasa berjasa. Tiap kaki meja sudah terlandas pada kobokan berisi air, sehingga
semut tidak mungkin merambat ke atas. Orang yang tadi menyalahkan tidak ada kobokan
dan air merasa bangga, meskipun kobokan dan air itu ada di situ bukan karena jasanya.
Setidaknya dia merasa itu idenya.
Udara makin panas. Bintik-bintik keringat makin banyak pada tubuh mereka. Seorang
yang berbadan kekar mengusap-usa[ peluhnya. Kemudian berkata,
“Panas benar. Tapi tidak sepanas dulu pada jaman gerilya ketika saya memimpin
penyerbuan Belanda di Mojokerto. Waku itu saya pegang pimpinan pasukan. Saya tahu
bahwa musuh kita, Belanda, tidak tahan udara panas. Waktu itu belum ada air-conditioning.
Saya serbu mereka. Mereka kocar-kacir. Mental mereka turun. Karena itu saya mendapat
bintang jasa.”
Orang-orang di situ sekali lagi mengangguk-anggukkan kepala. Seolah mereka lupa
dating ke situ untuk apa. Seseorang kelihatan merenung. Rupanya dia merenungkan duka
yang ada di situ. Tahunya dia sedang meramu pertanyaan dalam otaknya supaya juga dapat
bercerita yang lebih hebat.
“Maaf, sekarang apa sampeyan masih aktif di Angkatan Darat?”
“Oh, masih.”
“Kalau boleh tabu, apakah pangkat sampeyan sekarang?”
“Mayor.”
“O, begitu. Adik saya pangkatnya kolonel. Sekarang dia jadi atase militer di Koln.
Sudah tiga tahun dia di sana. Sebetulnya dia ingin pulang ke tanah air. Tapi karena dia cakap,
tenaganya tetap dibutuhkan di sana. Suratnya yang terakhir mengatakan, dia sekarang
sudah diusulkan naik pangkat jadi brigjen.
Seorang laki-laki masuk kamar. Dia duduk menemani mereka. Orang ini ayah si bayi
yang mayatnya terlentang di atas meja. Mereka semua menunjukkan muka serius.
“Jam berapa tadi?” Tanya seseorang.
“Jam tujuh” jawab tuan rumah dengan sayu.
“Sudah dibawa ke dokter sebelumnya?”
“Sudah. Sudah saya periksakan pada beberapa dokter. Tapi rupanya memang Tuhan
tidak mengijinkan saya untuk momong bayi ini.
106
Mereka bercakap-cakap sampai fajar merekah. Tuan rumah kadang-kadang
menemui mereka, kadang-kadang meninggalkan mereka karena banyak urusan yang
harug diselesaikannya. Setiap tuan rumah meninggalkan mereka, mereka bercerita
lagi, seolah lupa uutuk apa mereka datang ke sana. Dan setiap tuan rumah menunggu
mereka, mereka berwajah serius, menandakan mereka pun ikut merasakan kedukaan
itu.
Mendiskusikan Cerpen
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda centang (V) pada
kolom setuju atau tidak setuju!
107
No Daftar Pertanyaan Setuju Tidak Setuju
Penutup
Dari kegiatan mendengarkan dan merefleksikan pembacaan puisi di atas, apakah yang
dapat Anda rasakan dan Anda dapatkan? Tuliskanlah!
(1) Yang saya rasakan setelah mengikuti kegiatan ini
a. Saya merasakan ….
(2) Yang saya dapatkan setelah mengikuti kegiatan ini.
a. Saya mendapatkan ….
(3) Agar kegiatan ini lebih menarik dan menantang, saya mengusulkan
a. ………………………..
108
Lampiran 4: Contoh Langkah-langkah Pembelajaran Menyimak
Pendahuluan
Pernahkah kalian mendengar kata Tsunami. Ya, negara kita pernah terkena
tsunami. Tsunami yang terhebat adalah yang melanda Aceh. Bagaimakah keadaan
Aceh setelah terkena tsunami? (siswa diminta untuk menceritakan keadaan tersebut)
Kegiatan Inti
Mendengarkan Pembacaan Puisi
Adakah di antara kalian yang bisa membacakan puisi? Saya yakin sebenarnya
semuanya bisa membacakan puisi. Kali ini saya akan membaca puisi yang berkaitan
dengan keadaan Aceh setelah dilanda tsunami.
SELAGI BISA
menangislah
selagi bisa
sebab saudara kita di Aceh
sudah kehabisan air mata
makan minumlah
selagi bisa
sebab saudara kita di Aceh
sejenak lupa akan haus laparnya
oleh sekadar mencari anak
oleh sekadar mencari suami
oleh sekadar mencari istri
atau ibu bapak
itu pun kalau bisa
109
Bermain Puisi
Sebelum kita membahas puisi yang telah saya bacakan tadi, bagaimana kalau kita bermain-
main dengan puisi yang kita dengar. Sekarang tirukanlah kata, gabungan kata, baris dan bait
puisi di bawah ini sepersis mungkin! Setelah saya ucapkan, kalian menirukannya!
1. SELAGI BISA (Tirukan!)
2. menangislah
selagi bisa (Tirukan!)
4. makan minumlah
selagi bisa
sebab saudara kita di Aceh
sejenak lupa akan haus laparnya (Tirukan!)
Membaca Puisi
Setelah saya membacakan puisi, kini giliran kalian. Saya minta salah satu dari kalian
membacakan puisi “Selagi Bisa” di atas! Bagaimanakah pembacaan puisi “Selagi Bisa” oleh
teman Anda?
110
b. Pembacaan puisi tersebut menarik karena suara pembaca ….
Apakah puisi di atas menarik? Kemukakan pendapat Anda tentang hal-hal yang menarik
dalam puisi yang diperdengarkan dengan mengemukakan alasan yang logis!
(1) Puisi “Selagi Bisa” menarik karena rimanya ….
(2) Puisi “Selagi Bisa” menarik karena lambang dan simbol yang digunakan adalah ….
(3) Puisi “Selagi Bisa” menarik karena gaya bahasa yang digunakan …..
(4) Puisi “Selagi Bisa” menarik karena berisi ….
Dari kutipan di atas, pesan apakah yang bisa kalian dapatkan? Pesan dan nilai apakah yang
bisa diambil dari peristiwa tersebut?
111
Pesan dan nilai apakah yang bisa diambil dari peristiwa tersebut?
(3)
pandangilah setiap jengkal wajah sanak saudara kita
selagi bisa
sebab saudara kita di Aceh
hanya melihat mayat sanak saudaranya,
itu pun kalau bisa
Pesan dan nilai apakah yang bisa diambil dari peristiwa tersebut?
112
Seringkali bekerja kelompok hasilnya lebih baik daripada kerja sendirian. Dengan bekerja
kelompok, kita bisa mengungkapkan pikiran kita kepada orang lain. Kita bisa saling menghargai
pikiran orang lain. Untuk itulah, bentuklah kelompok, masing-masing beranggotakan empat atau
lima orang.
(1) Tentukan kembali tema puisi di atas!
(2) Laporkan hasil diskusi kalian di muka kelas!
(3) Untuk kelompok yang tidak sedang melaporkan hasil diskusinya, tanggapilah pendapat
kelompok lain!
Pengayaan
Model menyimak itu bisa divariasikan dengan kegiatan atau keterampilan lain seperti
membaca sastra atau menulis sastra. Bahan yang digunakan bisa juga diganti dengan puisi lain.
Berikut ini disajikan beberapa puisi yang bisa digunakan untuk membelajarkan etika siswa.
(1)
Ibu
kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
hanya mata air airmatamu ibu, yang tetap lancar mengalir
113
di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar
(2)
PENERBANGAN KE SUMBAWA
114
aku mendapat tugas ke sumbawa
naik pesawat terbang
di saat hujan dan angin tunjukkan wibawa
ketika mendarat
terasa lega dari segala prasangka
tapi bukankah nanti
juga memasuki pintu tanda yang kurang lebih sama
dalam cara yang begitu rahasia
(Wahyudi Siswanto)
Refleksi Kegiatan
Dari kegiatan mendengarkan dan merefleksikan pembacaan puisi di atas, apakah yang
dapat Anda rasakan dan Anda dapatkan? Tuliskanlah!
Yang saya rasakan setelah menyimak puisi ini
b. Saya merasakan ….
c. ……………………
115
Lampiran 5: Contoh Pembelajaran Menulis Puisi
Cara menulis puisi memang merupakan hak penyair. Masing-masing penyair mempunyai langkah
dan cara menulis puisi. Meskipun demikian, dari puisi-puisi yang telah ditulis penyair, ada beberapa pola
yang bisa dibelajarkan kepada siswa. Tulisan ini hendak memberikan secara singkat beberapa model
pembelajaran menulis puisi.
1. Model Definisi
Model definisi adalah model menulis puisi dengan memberi definisi atau arti terahadap sesuatu. Kata
kunci yang biasanya digunakan yaitu adalah. Siswa diajak untuk menentukan terlebih dahulu kata yang
akan didefinisikan. Langkah berikutnya siswa mendefinisikan kata itu dalam beberapa definisi. Setelah
itu, siswa diminta untuk menambah definisinya menjadi definisi yang bisa direnungkan atau mengandung
pesan. Terakhir, siswa mencoba untuk memperindah bunyi definisi menjadi puisi.. Berikut ini akan
diberikan contoh menulis puisi dengan model ini.
Langkah 1
Siswa diminta untuk memilih kata yang akan didefinisikan. Sebagai contoh kata yang didefinisikan
adalah putih.
Langkah 2
Siswa mendefinisikan kata itu dalam beberapa definisi.
Putih
Langkah 3
Siswa diminta untuk menambah definisinya menjadi definisi yang bisa direnungkan atau mengandung
pesan
Putih
Putih adalah bening bola matamu, dengan cara sama menatap manusia
Putih adalah bersih hatimu, tak pernah ada dendam walau muka pernah terlempar batu
Putih adalah suci pribadimu, selalu menomorsatukan umat
Langkah 4
Siswa mencoba untuk memperindah bunyi definisi menjadi puisi.
116
Putih adalah bening bola matamu, dengan cara sama menatap manusia tanpa pandang bulu
Putih adalah bersih hatimu, tak pernah ada dendam walau muka pernah terlempar batu
Putih adalah suci pribadimu, selalu menomorsatukan umatmu
Sekarang cobalah Anda membuat puisi dengan model definisi seperti contoh di atas!
…………………….adalah………….
…………………….adalah………….
…………………….adalah………….
2. Model Nama
Model nama adalah cara menulis puisi dengan bantuan nama tertentu untuk menulis puisi. Setelah
puisi ini jadi, huruf pertama puisi ini bisa dibaca sebagai nama sesuatu. Langkahnya adalah dengan
menentukan terlebih dahulu nama yang akan digunakan untuk menulis puisi. Langkah berikutnya,
menuliskan nama itu berjajar dari atas ke bawah. Dari awal huruf itu, kita mengembangkan menjadi
sebuah puisi.
Langkah 1
menentukan terlebih dahulu nama, misalnya ODE
Langkah 2
Menuliskan nama berjajar dari atas ke bawah.
O
D
E
Langkah 3
mengembangkan menjadi sebuah puisi
Oh, siapakah yang berdiri di sana
Dengan wajah seakan tanpa dosa
Entah dengan cara bagaimana aku dapat mengenalnya
Siapa nama Anda atau ingtlah nama orang-orang yang berkesan di hati Anda? Cobalah Anda tulis nama
itu menjadi puisi!
Misalnya nama Anda Andri
A………………………
N......................... Anda bisa
D……………………… menceritakan siapa
R……………………… Andri
I……………………….
117
3. Deskripsi
Model deskprisi adalah model menulis puisi dengan menggambarkan atau melukiskan tempat,
suasana, warna, bentuk, tingkah laku, waktu, peristiwa, dan watak. Langkahnya adalah sebagai berikut.
• Tentukan terlebih dahulu hal yang ingin Anda deskripsikan/gambarkan. Misalnya, suatu tempat
wisata!
• Buatlah deskripsi tersebut menjadi bahasa yang lebih puitis!
Berikut ini diberikan contoh-contoh puisi yang disusun berdasarkan deskripsi
RUANG INI
(Sapardi Djoko Damono)
DI DEPAN PINTU
(Sapardi Djoko Damono)
4. Kesan
Model kesan adalah model menulis puisi dengan menuliskan kesan terhadap sesuatu. Kesan yang
dimaksud adalah menakutkan, bahagia, suka, benci, gemas, dan lain sebagainya. Langkahnya adalah
menentukan terlebih dahulu kesan yang ingin diciptakan. Kemudian menentukan suasana yang
mendukung kesan tersebut.
KAMAR
(Sapardi Djoko Damono)
118
Dan ujung-ujung jari yang dulu menyentuhnya
Tanah Air
(Muhammad Yamin)
119
Langit yang hijau bertukar warna
Oleh pucuk, daun kelapa;
Itulah tanah, tanah airku
Sumatra namanya, tumpah darahku.
6. Pesan
Model pesan adalah model menulis puisi dengan menuliskan pesan penyairnya. Pesan apa yang
hnedak disampaikan? Langkahnya adalah dengan menentukan pesan apa yang akan disampaikan. Pesan
ini diubah menjadi bahasa puitis. Berikut ini contoh puisi model ini.
Kepada Penyair
(A. Mustofa Bisri)
Berhentilah bersembunyi
120
Dalam simbol-simbol banci
Tengoklah kanan-kirimu
Lihatlah kelemahan di mana-mana
Membuat lelap dan kalap siapa saja
Lihatlah kekalapan dan kelelapan merajalela
Membabat segalanya
Lihatlah segalanya semena-mena
Mengroyok dan membiarkan nurani tak berdaya
Bangunlah
Asahlah hruf-hurufmu
Celupkan baris-baris sajakmu
Dalam cahya dzikir dan doa
Lalu tembakkan kebenaran
Dan biarkan Maha Benar
Yang menghajar kepongahan gelap
Dengan mahacahyaNya
Sarang Lebah
(Wahyudi Siswanto)
sel-sel tempat penyimpanan madu di sarangnya
dibangun dari sudut yang berbeda
pada akhirnya bertemu di tengah
tanpa adanya ketidakserasian atau rasa payah
121
tanpa perhitungan geometris yang bikin dahi mengernyit
padahal lebah melakukannya tanpa perdebatan sengit)
lebah, lebah
kepakkan sayapmu
untuk memberitahuku
siapa yang memandaikanmu
GELAP
(Wahyudi Siswanto)
engkaulah tirai malam
tutupi terang
pencipta bayang-bayang
hari-hari terisi dengan nyanyian nina bobok
diiringi teriak jangkrik dan konser katak
tapi mengapa aku takut padamu
tidak bisakah engkau ceritakan
tentang indah mimpimu
Dari puisi di atas kita dapat mengetahui langkah-langkah menulis puisi model ini sebagai berikut.
a. membuat definisi;
b. membuat deskripsi;
tutupi terang
pencipta bayang-bayang
hari-hari terisi dengan nyanyian nina bobok
diiringi teriak jangkrik dan konser katak
122
c. membuat kesan; dan
d. membuat pesan.
9. Copy Master
Teknik ini adalah teknik menulis puisi dengan cara meniru sebuah puisi yang sudah jadi
(terkenal). Yang perlu diingat, Anda hanya meniru tekniknya.
Anda bisa menggunakan model ini dengan memperhatikan langkah-langkah di bawah ini.
a. Puisi yang hendak Anda tiru itu Anda ganti kata-katanya atau kalimatnya.
b. Setelah Anda ganti beberapa kata atau kalimatnya, puisi itu Anda sesuaikan dengan
keinginan Anda.
c. Tentu saja hal itu bisa Anda sempurnakan sesuai dengan isi puisi. Sebagai contoh,
perhatikan puisi di bawah ini!
PANAS
(Wahyudi Siswanto)
Puisi ”Panas” di atas bercerita tentang kegelisahan penyairnya pada suasana panas yang sedang
melanda daerahnya. Mengapa daerah penyair panas sekali, apakah ini karena ulah manusia atau
memang karena gejala alam. Penyair terus bertanya untuk mencari jawab apa gerangan penyebab panas
menyengat yang sedang melanda daerahnya.
Kita bisa mengubahnya menjadi puisi yang mirip atau menjadi puisi lain. Kita bisa mengubah
menjadi puisi yang mirip bila yang kita ganti hanya kata-katanya saja. Isi puisi itu tetap sama. Kata yang
ada di dalam puisi itu kita ganti dengan kata yang sama atau hampir sama artinya. Perhatikan contoh di
bawah ini!
123
Pengubahan puisi Puisi yang sudah jadi
Cahaya Menyengat
PANAS Cahaya Menyengat
cahaya menyengat ubun-ubun
siang ini panas sekali siang ini cahaya menyengat ubun-ubun
aku tak menanyakannya pada dedaun aku takkan menanyakannya pada dedaun
jangan bertanya pada daun kerna mereka sedang berguguran
kerna mereka sedang berguguran aku takkan menanyakannya kepada akar
mereka sedang parade gugur kerna mereka sedang malas menjalar
aku takkan menanyakannya kepada akar aku takkan tanya pada ranting pepohonan
jangan bertanya kepada akar kerna mereka sedang berteriak meradang
kerna mereka sedang malas menjalar mungkin semua ini kerna
mereka barangkali sedang sekarat jiwa enggan saling berbenah
aku takkan tanya pada ranting pepohonan atau mentari yang enggan beranjak dari
jangan bertanya pada ranting singgasana
kerna mereka sedang berteriak meradang
mereka sedang berteriak melengking
mungkin semua ini kerna
mungkinkah semua ini karena embun
jiwa enggan saling berbenah
jiwa sudah enggan menyapa
atau mentari yang enggan beranjak dari
singgasana
ataukah matahari serakah yang terus bertahta
124