Professional Documents
Culture Documents
GEOLOGI DASAR
FIELDTRIP
Oleh :
Dimas Anditiana Rachman
H1F009062
PENDAHULUAN
I. Mineral
Terdapat 2 cara untuk mengenali suatu mineral. Pertama adalah dengan cara
mengenali sifat-sifat fisiknya daan yang kedua adalah melakukan analisa secara
kimiawi. Yang termasuk sifat-sifat fisik mineral antara lain :
Setiap mineral akan mempunyai sifat dan bentuk Kristal yang berbeda dan
khas, yang merupakan perwujudan kenampakan luar, yang terjadi sebagai akibat dari
susunan kristalnya di dalam.
Di bawah ini terdapat beberapa contoh gambar mineral antara lain, kubus,
tetragonal, heksagonal, monoklin, dll
Berat jenis termasuk sifat yang paling menentukan dalam pengenalan mineral.
Setiap mineral mempunyai berat jenis tertentu. Besarnya ditentukan oleh unsur-unsur
pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur tersebut dalam susunan kristalnya.
d) Warna (colour)
e) Cerat (streak)
Cerat adalah warna mineral pada bidang dalam bentuk bubuk. Umumnya
warna cerat sama dengan warna aslinya. Namun ada juga yang berbeda.
f) Kilap (Luster)
Kilap adalah kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari permukaan suatu
mineral. Kilap dalam mineral ada 2 jenis, yaitu kilap logam dan non-logam. Kilap
logam memberikan kesan logam bila terkena cahaya. Biasanya dijumpai pada
mineral-mineral yang mengandung unsure logam atau bijih. Sedangkan kilap non-
logam tidak memberikan kesan cahaya bila terkena cahaya. Kilap ini dapat dibedakan
menjadi :
Kilap Damar
Kilap Mutiara
Kilap Lemak
g) Kekerasan (hardness)
Kekerasan Mineral
(Hardness
)
1 Talc
2 Gypsum
3 Calcite
4 Fluorite
5 Apatite
6 Orthoclase
7 Quartz
8 Topaz
9 Corundum
10 Diamond
Skala kekerasan mohs
h) Pecahan
Pacahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak
rata dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi :
Pecahan konkoidal
Pecahan berserat
Pecahan runcing
i) Bentuk
Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila mineral tersebut mempunyai
bidang Kristal yang jelas dan disebut amorf bila tidak mempunyai batas-batas bidang
Kristal yang jelas. Struktur mineral dibagi menjadi :
Batuan beku atau igneus rock adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma
yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi baik di bawah
permukaan sebagai batuan intrusive (plutonik) maupun di atas permukaan bumi
sebagai atuan ekstrusif (vulkanik). Magma berasal dari batuan setegah cair atau
batuan yang sudah ada, baik dari mantel maupun kerak bumi.
Dalam siklus batuan dicantumkan bahwa batuan beku bersumber dari proses
pendinginan dan penghabluran lelehan batuan di dalam bumi yang disebut magma.
Magma adalah suatu lelehan silikat bersuhu tinggi yang berada di dalam litosfer, serta
mengandung sejumlah bahan berwujud gas. Lelehan tersebut diperkirakan dibentuk
pada kedalaman berkisar antara 200 km di bawah permukaan bumi, terdiri dari zat-zat
yang membentuk mineral silikat.
Magma yang mempunyai berat jenis lebih ringan dari pada batuan di
sekelilingnya akan berusaha naik ke atas melalui rekahan-rekahan yang ada hingga
mencapai permukaan bumi. Apabila magma keluar melalui kegiatan gunung berapi
dan mengalir di atas permukaan bumi, dinamakan lava. Lava tersebut akan membeku
dan menjadi batuan beku.
SIKLUS BATUAN
Batuan beku intrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya terjadi di
bawah permukaan bumi. Batuan Janis ini dibedakan menjadi batuan konkordan dan
diskordan. Jenis batuan konkordan antara lain sill, laccolith, lapolith, paccolith.
Sedangkan yang termasuk diskordan antara lain dike, batolith, dan stock.
Berdasarkan hal diatas, maka tektur batuan beku dapat dibedakan menjadi :
Tingkat kristalisasi
Ukuran butir
Bentuk Kristal
o Euhedral
o Subhedral
o Anhedral
Komposisi mineral utama batuan adalah rock forming mineral dari reaksi
bowen. Dalam satu batuan, bisa terdapat satu atau lebih mineral.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari sedimen (rombakan dari
batuan yang telah ada) yang ditransport oleh air, udara dan grafitasi dan diendapkan
di darat atau air dan telah mengalami proses diagenesa. Sedimen itu sendiri berarti
bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi yang telah mengalami proses
pengangkutan dari suatu tempat ke tempat lainnya.
b) Bed load: ini terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir,
kerikil, kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang bergerak
dapat berfungsi memindahkan pertikel-partikel yang besar di dasar.
Pergerakan dari butiran pasir dimulai pada saat kekuatan gaya aliran melebihi
kekuatan inertia butiran pasir tersebut pada saat diam. Gerakan-gerakan
sedimen tersebut bisa menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa
mendorong sedimen yang satu dengan lainnya.
c) Saltation yang dalam bahasa latin artinya meloncat umumnya terjadi pada
sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap
dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang
ada mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar.
Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar dalam
membawa sedimen-sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan jatuh atau
mungkin tertahan akibat gaya grafitasi yang ada. Setelah itu proses sedimentasi dapat
berlangsung sehingga mampu mengubah sedimen-sedimen tersebut menjadi suatu
batuan sedimen.
Secara umumnya, sedimen atau batuan sedimen terbentuk dengan dua cara,
yaitu:
2. Batuan sedimen yang mengalami proses transportasi, atau dengan kata lain,
sedimen yang berasal dari luar cekungan yang ditransport dan diendapkan di
dalam cekungan. Sedimen ini dikenal dengan sedimen allochthonous. Yang
termasuk dalam kelompok sedimen ini adalah Batupasir, Konglomerat,
Breksi, Batuan Epiklastik.
Bersumber dari : Setia, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung : Nova
Selain kedua jenis batuan tersebut diatas, batuan sedimen dapat
dikelompokkan pada beberapa jenis, berdasarkan cara dan proses pembentukkannya,
yaitu :
Secara garis besar, genesa batuan sedimen dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
Batuan Sedimen Klastik dan Batuan Sedimen Non-klastik. Batuan sedimen klastik
adalah batuan yang terbentuk dari hasil rombakan batuan yang sudah ada (batuan
beku, metamorf, atau sedimen) yang kemudian diangkut oleh media (air, angin,
gletser) dan diendapkan disuatu cekungan. Proses pengendapan sedimen terjadi terus
menerus sesuai dengan berjalannya waktu sehingga endapan sedimen semakin lama
semakin bertambah tebal. Beban sedimen yang semakin tebal mengakibatkan
endapan sedimen mengalami kompaksi. Sedimen yang terkompaksi kemudian
mengalami proses diagenesa, sementasi dan akhirnya mengalami lithifikasi
(pembatuan) menjadi batuan sedimen. Adapun kelompok sedimen non-klastik adalah
kelompok batuan sedimen yang genesanya (pembentukannya) dapat berasal dari
proses kimiawi, atau sedimen yang berasal dari sisa-sisa organisme yang telah mati.
Disamping itu, struktur sedimen juga menjadi penciri dari batuan sedimen,
seperti struktur silang siur atau struktur gelembur gelombang. Ciri lainnya adalah
sifat klastik, yaitu yang tersusun dari fragmen-fragmen lepas hasil pelapukan batuan
yang kemudian tersemenkan menjadi batuan sedimen klastik. Kandungan fosil juga
menjadi penciri dari batuan sedimen, mengingat fosil terbentuk sebagai akibat dari
organisme yang terperangkap ketika batuan tersebut diendapkan.
a) Klasifikasi
Batuan sedimen yang ada di bumi ini dapat dikelompokan menjadi lima
kelompok besar. Pengelompokan ini berdasarkan cara terbentuknya.
ii. Batuan sedimen evaporit,proses untuk terjadinya batuan sedimen ini harus ada
air yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat. Umumnya terbentuk di
lingkungan danau yang tertutup sehingga memungkinkan selalu terjadi
pengayaan unsure-unsur tertentu
iii. Batuan sedimen batu bara, batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur
organic yaitu dari tumbuh-tumbuhan. Sewaktu tumbuhan tersebut mati,
dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebal di atasnya sehingga
tidak memungkinkan untuk terjadinya pelapukan.
iv. Batuan sedimen silica, batuan ini terjadi pada rijang, radiolaroa, dan tanah
atom. Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara proses organic
seperti radiolarian atau atom dan proses kimiawi untuk lebih
menyempurnakannya. Batuan ini sangat terbatas.
v. Batuan sedimen karbonat, batuan ini sudah umum sekali terbentuk dari
cangkang moluska, alga, foraminifera, atau lainnya yang bercangkang kapur
atau oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang
terbentuk lebih dulu dan diendapkan di suatu tempat.
1. Warna
Warna pada hakekatnya sangat penting pada setiap batuan. Khususnya pada
batuan sedimen akan membantu di dalam beberapa hal diantaranya mengetahui
lingkungan pengendapan. Warna merah dan hijau berada di lingkungan oksidasi.
Sedangkan warna abu-abu tua dan hitam berada di lingkungan reduksi.
2. Tekstur
Batuan yang terbentuk oleh hasil reaksi kimia atau dapat juga dari
hasil kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah
kristalisasi langsung atau reaksi organic.
3. Struktur
> Lapisan
bersilang
Massif, tidak menunjukkan struktur dalam (Cross
bedding)
Perlapisan, bidang kemasan waktu yang dapat ditunjukkan oleh
perbedaan besar butir atau warna dari bahan penyusunnya.
> Lapisan
bersilang
(Cross
bedding)
Gelembur gelombang
Flute Cast, adalah struktur sedimen yang berupa celah dan terputus-
putus serta berbentuk kentang dengan ukuran 2-10cm. struktur ini
terbentuk pada batuan dasar akibat pengaruh aliran turbulen air.
4. Komposisi Batuan
5. Besar Butir
SKALA WENTWORD
4 – 64 Pebble Kerikil
7. Kebundaran
Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik adalah batuan beku ekstrusif yang terbentuk dari hasil
erupsi gunungapi (volkanisme). Erupsi gunungapi pada umumnya mengeluarkan
magma yang dilemparkan (explosive) ke udara melalui lubang kepundan dan
membeku dalam berbagai ukuran mulai dari debu (ash) hingga bongkah (boulder).
Tuff adalah batuan gunungapi yang terbentuk dari suatu campuran fragmen
fragmen mineral batuan gunungapi dalam matrik debu gunungapi. Tuff terbentuk dari
kombinasi debu, batuan dan fragmen mineral (piroklastik atau tephra) yang
dilemparkan ke udara dan kemudian jatuh ke permukaan bumi sebagai suatu endapan
campuran. Kebanyakan dari fragmen batuan cenderung merupakan batuan gunungapi
yang terkonsolidasi dari hasil erupsi gunungapi. Kadangkala material erupsi yang
masih panas mencapai permukaan bumi dan kemudian menbeku menjadi “welded
tuff”. Batuan piroklastik secara umum dikelompokan berdasarkan pada ukuran butir
seperti halnya dengan batuan klastik lainnya / batuan terrigenous lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
I. Lokasi 1
4m
12m
5,5m
8m
120m
30m
4m
7m
V. Lokasi 5
6m
5m
VI. Lokasi 6
5m
6m
Singkapan yang diamati terdiri dari batuan beku dengan batuan sedimen.
Tubuh singkapan tersebut telah ditumbuhi oleh tanaman semak dan ada juga beberapa
pohon di atasnya. Singkapan batuan berstruktur jointing.
Jenis batuan yang membentuk singkapan itu terdiri dari batuan sedimen
dengan batuan beku piroklastik. Piroklastik adalah bebatuan yang terbentuk dari
material vulkanik. Piroklastik biasanya dibentukdari abu vulkanik, lapilli dan bom
vulkanik yang dikeluarkan dari gunung berapi, bergabung dengan bebatuan di daerah
tersebut yang hancur. Bahan rombakan yang diletuskan dari lubang vulkanik,
diangkut melalui udara sebagai bahan maupun awan pijar dan diendapkan di atas
tanah atau dalam tubuh air. Batuan beku piroklastik juga dikenal dengan nama batuan
fragmental
BAB V
KESIMPULAN
Hasil dari praktikum lapangan yang didapat dan referensi dari sumber lain
dapat ditarik kesimpulan bahwa pada lokasi 1, tepatnya di Desa Sindang, Sungai
Klawing di ketahui bahwa pada koordinat S07019,3294/E109023,1182 terdapat suatu
singkapan batuan sedimen yang berupa batuan pasir yang memiliki butiran kasar dan
diukur streik-deepnya N 1550E/ S 170E. Singkapan tersebut berpotensi sebagai
penambangan batu dan pasir.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Endarto, Danang.2005.Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: UNS Press
Referensi lain :
http://ilmubatuan.blogspot.com
http://firdaus.unhalu.ac.id
http://wawan-djuandi.blogspot.com
http://www.google.com
http://www.kamilismail.blogspot.com
http://firdaus.unhalu.ac.id