Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
NOMEN KLATUR.................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A. Tumpuan Rol......................................................................
B. Tumpuan Pin.......................................................................
C. Tumpuan Jepit.....................................................................
2.3. Klasifikasi Balok........................................................................
2.7. Kesetimbangan...........................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk tetap mengikuti perkembangan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang semakin canggih, pihak industri menciptakan produk yang mempunyai
kualitas dan mutu yang terjamin.hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatakan mutu
produk, tingkat kestabilan dan kekakuan bahan produksi dari segi penggunaan bahan adalah
efek redaman pada konstruksinya. Terutama bila bahan tersebut menerima beban yang
tidak konstan, bolak-balik, beban tiba-tiba, dan beban akibat berat bahan itu sendiri.
diberi ukuran-ukuran fisik yang tertentu. Bafgian-bagian tersebut haruslah diukur dedngan
tepat untuk dapat menahan gaya-gaya yang sesungguhnya atau yang mugkin akan
dibebankan kepadanya. Jadi poros sebuah mesin haruslah berukuran yang cukup memadai
untuk memuat momen punter yang diperlukan dan menahan gaya-gaya luar dan dalam.
Deemikian pula, bagian-bagian suatu struktur komposit harus cukup tegar sehinggga tidak
akan melentur atau melengkung melebihi batas yang diizinkan bila bekerja dibawah beban
yang diberikan.
dapat diterima oleh suatu konstruksi adalah penting. Pemilihan atau desain sebuah batang
deesain beam harhuslah cukup kuat untuk menahan gaya-gaya geser dan momen lentur
sedang kriteria kekakuan, desain cukup kaku untuk menahan defleksi yang terjadi agar
Dalam mendesain pada suatu batang, perhatian tidak hanya ditujukan pada tegangan
yang timbul akibat reaksi pembebanan, tetapi juga pada defleksi yang ditimbulkan oleh
beban tersebut. Selanjutnya dibuat ketentuan bahwa defleksi maksimum tidak boleh
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami menganalisa getaran sebagai tugas
Bertitik tolak dari latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka yang jadi
dengan bahan yang berbeda, maka agar analisa lebih rendah kami :
2. Beban hanya dipasang di tengah atau beban terpusat (L/2) dan dipasang
3. Jenis tumpuan yang digunakan ada dua, tumpuan jepit roll, jepit engsel dan
1. Metode pustaka
2. Eksperiment
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk setiap batang yang ditumpu akan melendut apabila padanya diberikan beban
yang cukup besar. Lendutan bantang untuk setiap titik dapat dihitung dengan menggunakan
metode diagram atau cara integral ganda dan untuk mengukur gaya digunakan Load Cell.
mesin, dimana pada bagian-bagian tertentu seperti pada poros, lendutan sangat tidak
diinginkan. Karena adanya lendutan maka kerja poros atau operasi mesin akan tidak normal
sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada bagian mesin atau pada bagian yang lainnya.
Dalam mendesain suatu barang, perhatian tidak hanya ditujukan pada tegangan
yang timbul akibar reaksi pembebanan, tetapi juga pada defleksi yang ditimbulkan oleh
beban tersebut. Selanjutnya dibuat ketentuan bahwa defleksi maksimum tidak boleh
Besar kecilnya lendutan yang dialami suatu batang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, utamnya:
a. Kekakuan batang
Persamaan yang digunakan untuk menghitung lendutan batang untuk semua titik
adalah:
Pilihlah ujung kiri batang sebagai origin sumbu x searah dengan kedudukan
balok original tanpa lendutan, dan sumbu Y arah keatas positif. Lendutan dianggap
kecil sehingga tidak terdapat perbedaan panjang original balok dengan proyeksi
panjang lendutannya. Konsekwensinya kurva elastis sangat datar dan
dengan kesalahan sangat kecil bisa dibuat sama dengan θ , oleh karena itu
θ = dy / dx (a)
dan
dθ dy
= (b)
dx dx
ds = ρ d θ (c)
Dimana ρ adalah jari-jari kurva sepanjang busur ds. Karena kurva elastis
sangat datar, ds pada prakteknya sama dengan dx: sehingga dari persamaan (c)
1 dθ dθ 1 d 2y
= ≈ atau = (d)
ρ ds dx ρ dx 2
1
Dengan menyamakan harga ρ dari persamaan (d) dan (e), kita peroleh
d2y
EI =M (f)
dx 2
Perkalian EI, disebut kekauan lentur balok, biasanya tetap sepanjang balok.
dy
EI = ∫ M dx + C1
dx
(g)
atau harga dy / dx pada setiap titik. Dapat dicatat disini bahwa M menyatakan
Eiy = ∫∫M dx dx + C1 + C 2
Persamaan ini adalah persamaan lendutan kurva elastis yang dikehendaki guna
momen akan berubah pula. Kasus ini membutuhkan penulisan sebuah persamaan
momen secara terpisah antara setiap perubahan titik pembebanan dua integrasi
dari persamaan (f) dibuat untuk setiap persamaan momen seperti itu.
tidak seimbang.
menyangkut luas diagram momen dan momen luas adalah metode momen luas.
Motode momen luas mempunyai batasan yang sama seperti metode integrasi
netral dan diperlihatkan pada gambar 2.2b, dengan lendutan yang diperbesar,
Pada gambar 2.2b terlihat bahwa jarak busur diukur sepanjang kurva elastis
lengkungan kurva elastis pada kedudukan tertentu. Dari persamaan momen lentur
kita peroleh:
1 M
=
ρ EI
1 M dθ
= =
ρ EI ds
atau
M
dθ = ds
EI
Pada banyak kasus praktis kurva elastis sangat datar sehingga tidak ada
M
dθ = dx
EI
Terlihat bahwa garis singgung ditarik ke kurva elastis di C dan D pada gambar
(dengan pembesaran detail) berputar relatif terhadap yang lain. Oleh karena itu,
perubahan kemiringan antara garis yang menyinggung kurva pada dua titik
θB XB
1
θ AB = ∫ dθ = ∫ Mdx
θA
EI XA
Dicatat juga bahwa pada gambar 2.2b jarak dari B pada kurva elastis (diukur
tegak lurus terhadap kedudukan balok original) yang akan memotong garis
singgung yang ditarik kekurva ini pada setiap titik lain A adalah jumlah pintasan
dt yang timbul akibat garis singgung kekurva pada titik yang berdekatan. Setiap
pintasan ini dianggap sebagai busur lingkaran jari-jari x yang dipisahkan oleh
sudut dθ :
dt = xd θ
XB
tb / a = ∫ dt = ∫ x( Md θ )
XA
XB
1
tb / a =
EI ∫ x( Md θ )
XA
dari A dari garis singgung acuan pada B. Secara umum penyimpangan seperti ini
tidak sama.
metode momen luas dari diagram momen pada gambar 2.2c kita melihat bahwa M
dx adalah luas elemen arsiran yang berkedudukan pada jarak x dari ordinat
dinyatakan sebagai,
1
θAB = (luas ) AB
EI
Ada tiga macam tumpuan yang dikenal pada balok yang dibebani oleh gaya yang
bekerja dalam bidang yang sama. Hal ini ditunjukkan oleh macamnya perlawanan yang
a. Tumpuan Rol
Alat ini mampu melawan gaya gaya dalam suatu garis aksi yang spesifik.
Penghubung yang terlihat pada gambar 2.1(a) dapat melawan gaya hanya dalam
arah garis AB. Rol pada gambar 2.1(b) hanya dapat melawan gaya yang vertikal,
sedang rol-rol yang terlihat dalam gambar 2.1(c) hanya dapat melawan sutu gaya
b. Tumpuan Pin
Tumpuan yang berpasak mampu melawan gaya yang bekerja dalam setiap
arah dari bidang. Jadi, pada umumnya, reaksi pada suatu tumpuan seperti ini
mempunyai dua komponen, yang satu dalam arah horizontal dan yang lainnya
dalam arah vertikal. Tidak seperti pada perbandingan pada tumpuan rol atau
tumpuan yang berpasak tidaklah tetap. Untuk menentukan kedua komponen ini,
c. Tumpuan Jepit
Tumpuan jenis ini mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu
melawan suatu kopel atau momen. Secara fisis, tumpuan ini diperoleh dengan
dalam beton, atau melas ujung balok ke dalam bangunan utama. Suatu sistem tiga
gaya dapat muncul pada tumpuan jenis ini, yaitu dua komponen gaya dan sebuah
momen.
a. Balok tumpuan sederhana, bila tumpuan tersebut berada pada ujung-ujung dan
c. Balok kantilever, bila salah satu ujung balok dijepit dan ujung lainnya bebas.
f. Balok terjepit pada satu ujung dan bertumpuan sederhana pada ujung lain.
a. Kekakuan batang Semakin kaku suatu batang maka lendutan akan semakin
kecil terjadi pada batang bila batang diberi beban begitupun sebaliknya.
b. Besar kecilnya gaya yang diberikan pada batang. Besar kecilnya gaya yang
diberikan pada batang berbanding lurus dengan besarnya defleksi yang terjadi.
Dengan kata lain semakin besar beban yang dialami batang maka defleksi
c. Jenis tumpuan yang diberikan pada batang. Jumlah reaksi dan arah pada tiap
dari tumpuan yang melawan gaya dari beban maka defleksi yang terjadi akan
semakin kecil. Sejalan dengan hal tersebut maka defleksi yang terjadi pada
tumpuan rol lebih besar dari tumpuan pin (pasak), dan defleksi yang terjadi
d. Jenis beban yang terjadi pada batang. Beban terdistribusi merata dengan beban
terdistribusi merata slope yang terjadi pada bagian batang yang paling dekat
dengan tumpuan lebih besar dari slope pada beban titik. Ini karena sepanjang
batang mengalami beban sedangkan pada beban titik hanya terjadi pada
Berat sebuah benda adalah gaya yang paling sering kita jumpai. Tiik berat adalah
titik kedudukan dalam suatu benda dimana gaya berat secara efektif bekerja. Perhatikan,
titik berat tidak selalu bekerja di dalam benda tetapi dapat saja bekerja di luar benda
Kita dapat juga menyatakan bahwa titik berat atau pusat berat benda sebagai titik
yang terhadapnya gaya-gaya berat yang bekerja pada semua partikel benda itu
menghasilkan momen resultan nol. Karena itulah benda yang ditumpu pada titik beratnya
Segitiga Segiempat
bentuk semula apabila gaya yang bekerja padanya dihilangkan. Sebuah benda akan kembali
sepenuhnya kepada bentuk semula dikatakan elastis sempurn, Sedangkan benda yang tidak
kembali sepenuhnya kebentuk smula dikatakan elastis parsial. Dalam hal benda elastis
sebagian dari usaha yang dilakukan oleh gaya luar selama deformasi diubah kedalam
bentuk panas yang timbul dalam benda itu selam berlangsungnya deformasi non elesatis.
Sifat diatas dapat diamati melalui pengujian tarik, maupun melalui pengujian
tekan. Pada pengujian tarik,tegangan berbanding lurus dengan regangan yang terjadi pada
2.7. Kesetimbangan
padanya membentuk gaya ekuivalen dengan nol. Ini berarti system tidak mempunyai
resultan kopel. Syarat perlu dan cukup untuk keseimbangan sebuah benda tegar yangt
berada dalm kondisi ststik tertentu dapat dinyatakan secara analitis dengan persamaan
sebagai berikut:
∑FH = 0
∑Fv = 0
∑M = 0
Persamaan diatas menunjukkan gaya luar yang beraksi pada benda tegar tidak
menimbulkan gerak translasi pada benda itu dan menyebabkan rotasi pada titik manapun.
Aksi tiap gaya luar ditiadakan oleh gaya reaksi dari system itu. Sebelum menetapkan
persamaan diatas, perlu ditunjukkan dengan tepat sebuah gaya yang bekerja pada benda itu
baik gaya reaksi yang bekerja pada benda juga gaya reaksi yang timbul pada tumpuan.
Penggambara semua gaya yang bekerja pada benda disebut diagram benda bebas.
kondisi ter tentu. Penambahan persamaan lainnya tidak mengandung informasi baru, hanya
berguna untuk memriksa pemecahan yang diperoleh dari ketiga persamaan semula.
besaran yang tidak diketahui yang dikatakan bersifat static tak tentu, hal ini diperlukan
geometrid dan deformasi yang terjadi seperti pada jepitan yang mempunyai slop sama
dengan nol.
DAFTAR PUSTAKA
Beer, P, Ferdinand, Jr, jhonston, Russel, E, Mekanik untuk insiyur statika, edisi
keempat, Erlangga, Jakarta.
Kreyzing, Erwin, 1990, matematika Teknik Lanjutan, Erlangga, Jakarta.
Mappaita, Abdullah, Getran Mekanik, Jurusan Teknik Mesin Fak. Teknik Mesin
Fak. Teknik, Unhas, Makassar, 2003.
Paz, Mario, Manu, A. P, 1993, Dinamika Struktur, Teori dan Perhitungan, Edisi
kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Thomson, William, t, 1992, Teori getaran dengan Penerapan, Erlangga, Jakarta.
William W, Seto , B.S, Getaran Mekanis, sei buku Schaum, Teori dan Soal-soal,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Vierick, Robert, Munaf, Dicky Rezaldy, 1995, Analisis Getaran, PT. Eresco,
Bandung.