You are on page 1of 23

ANALISIS LENDUTAN PADA MATERIAL BRONS,

TEMBAGA, DAN ST 37 DENGAN BENTUK YANG SAMA

DISUSUN OLEH :

AMIRUDDIN WAHYU RAHMAN


032 280 097 032 280 101

JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2010
DAFTAR ISI

PENGESAHAN KOMISI PEMBIMBING..............................................................

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................

NOMEN KLATUR.................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................

1.2. Rumusan Masalah......................................................................

1.3. Batasan Masalah.........................................................................

1.4. Tujuan Masalah..........................................................................

1.5. Metode Penelitian......................................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Lendutan..........................................................

A. Metode integrasi ganda.......................................................

B. Metode momen luas............................................................

2.2. Jenis Tumpuan............................................................................

A. Tumpuan Rol......................................................................

B. Tumpuan Pin.......................................................................

C. Tumpuan Jepit.....................................................................
2.3. Klasifikasi Balok........................................................................

2.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Lendutan Batang

2.5. Titik Berat...................................................................................

2.6. Modulus Elastis..........................................................................

2.7. Kesetimbangan...........................................................................

BAB III. METODE PENELITIAN

2.1. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................

3.2. Bentuk Bahan Uji.......................................................................

3.3. Alat-alat yang Digunakan...........................................................

3.4. Model Konstruksi Tumpuan.......................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk tetap mengikuti perkembangan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang semakin canggih, pihak industri menciptakan produk yang mempunyai

kualitas dan mutu yang terjamin.hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatakan mutu

produk, tingkat kestabilan dan kekakuan bahan produksi dari segi penggunaan bahan adalah

efek redaman pada konstruksinya. Terutama bila bahan tersebut menerima beban yang

tidak konstan, bolak-balik, beban tiba-tiba, dan beban akibat berat bahan itu sendiri.

Pada semua konstruksi teknik, bagian-bagian pelengkap suatu bangunan haruslah

diberi ukuran-ukuran fisik yang tertentu. Bafgian-bagian tersebut haruslah diukur dedngan

tepat untuk dapat menahan gaya-gaya yang sesungguhnya atau yang mugkin akan

dibebankan kepadanya. Jadi poros sebuah mesin haruslah berukuran yang cukup memadai

untuk memuat momen punter yang diperlukan dan menahan gaya-gaya luar dan dalam.

Deemikian pula, bagian-bagian suatu struktur komposit harus cukup tegar sehinggga tidak
akan melentur atau melengkung melebihi batas yang diizinkan bila bekerja dibawah beban

yang diberikan.

Dalam aplikasi keteknikan, kemampuan untuk menentukan beban maksimum yang

dapat diterima oleh suatu konstruksi adalah penting. Pemilihan atau desain sebuah batang

tergantung kepada kekuatannya, kekakuannya, atau kestabilannya. Pada criteria kekakuan,

deesain beam harhuslah cukup kuat untuk menahan gaya-gaya geser dan momen lentur

sedang kriteria kekakuan, desain cukup kaku untuk menahan defleksi yang terjadi agar

batang tidak melendut melebihi batas yang diizinkan.

Dalam mendesain pada suatu batang, perhatian tidak hanya ditujukan pada tegangan

yang timbul akibat reaksi pembebanan, tetapi juga pada defleksi yang ditimbulkan oleh

beban tersebut. Selanjutnya dibuat ketentuan bahwa defleksi maksimum tidak boleh

melampaui suatu bagian tertentu dari rentang batang.

Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami menganalisa getaran sebagai tugas

akhir dengan judul :

“ANALISIS LENDUTAN PADA MATERIAL BRONS,TEMBAGA DAN ST

37 DENGAN BENTUK YANG SAMA”

1.2. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka yang jadi

masalah dalam penelitian ini adalah :


1. Bagaimana mengetahui karakteristik lendutan pada material

Brons,Tembaga,St 37 yang timbul karena adanya tekanan.

2. Bagaimana pengaruh lendutan terhadap material Brons,Tembaga,St 37

tumpuan yang berbeda.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan uraikan ditemukan batasan masalah yaitu bagaimana sistem lendutan,

dengan bahan yang berbeda, maka agar analisa lebih rendah kami :

1. Tidak menghitung sifat material.

2. Beban hanya dipasang di tengah atau beban terpusat (L/2) dan dipasang

salah satu sisi spesimen (L/3), (L/4).

3. Jenis tumpuan yang digunakan ada dua, tumpuan jepit roll, jepit engsel dan

tumpuan jepit bebas.

4. Menggunakan fungsi transfer dalam menghitung besaran-besaran yang

dicari yaitu : fungsi transfer simpangan dan fungsi transfer kecepatan.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui karakteristik lendutan pada material Brons,Tembaga,St

37 yang timbul karena adanya tekanan.


2. Untuk mengetahui pengaruh lendutan terhadap material Brons,Tembaga,St

37 tumpuan yang berbeda..

1.5. Metode Penelitian

Metode yang dilakukan pada penelitian ini, adalah :

1. Metode pustaka

2. Eksperiment

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Lendutan

Untuk setiap batang yang ditumpu akan melendut apabila padanya diberikan beban

yang cukup besar. Lendutan bantang untuk setiap titik dapat dihitung dengan menggunakan

metode diagram atau cara integral ganda dan untuk mengukur gaya digunakan Load Cell.

Lendutan batang memegang peranan penting dalam konstruksi terutama konstruksi

mesin, dimana pada bagian-bagian tertentu seperti pada poros, lendutan sangat tidak
diinginkan. Karena adanya lendutan maka kerja poros atau operasi mesin akan tidak normal

sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada bagian mesin atau pada bagian yang lainnya.

Dalam mendesain suatu barang, perhatian tidak hanya ditujukan pada tegangan

yang timbul akibar reaksi pembebanan, tetapi juga pada defleksi yang ditimbulkan oleh

beban tersebut. Selanjutnya dibuat ketentuan bahwa defleksi maksimum tidak boleh

melampaui suatu bagian kecil tertentu dari rentang batang.

Besar kecilnya lendutan yang dialami suatu batang dipengaruhi oleh beberapa

faktor, utamnya:

a. Kekakuan batang

b. Besar kecilnya gaya yang diberikan pada batang.

c. Jenis tumpuan yang diberikan pada batang.

d. Jenis beban yang terjadi pada batang.

Persamaan yang digunakan untuk menghitung lendutan batang untuk semua titik

adalah:

A. Metode integrasi ganda

Pandangan samping permukaan netral balok yang melendut disebut kurva

elastis balok (lihat gambar). Gambar tersebut memperlihatkan bagaimana

menetapkan persamaan kurva ini, yaitu bagaimana menetapkan lendutan tegak y

dari setiap titik dengan terminologi koordinat x.

Pilihlah ujung kiri batang sebagai origin sumbu x searah dengan kedudukan

balok original tanpa lendutan, dan sumbu Y arah keatas positif. Lendutan dianggap

kecil sehingga tidak terdapat perbedaan panjang original balok dengan proyeksi
panjang lendutannya. Konsekwensinya kurva elastis sangat datar dan

kemiringannya pada setiap sangat kecil. Harga kemiringan, tan θ = dy / dx ,

dengan kesalahan sangat kecil bisa dibuat sama dengan θ , oleh karena itu

θ = dy / dx (a)

dan

dθ dy
= (b)
dx dx

Apabila kita sekarang meninjau variasi θ dalam panjang diferensial ds yang

disebabkan oleh lenturan pada balok, secara tidak nyata bahwa

ds = ρ d θ (c)

Dimana ρ adalah jari-jari kurva sepanjang busur ds. Karena kurva elastis

sangat datar, ds pada prakteknya sama dengan dx: sehingga dari persamaan (c)

dan (b) kita peroleh

1 dθ dθ 1 d 2y
= ≈ atau = (d)
ρ ds dx ρ dx 2

Dimana rumus lentur yang terjadi adalah


1 M
= (e)
ρ EI

1
Dengan menyamakan harga ρ dari persamaan (d) dan (e), kita peroleh

d2y
EI =M (f)
dx 2

Persamaan ini dikenal sebagai persamaan differensial kurva elastis balok.

Perkalian EI, disebut kekauan lentur balok, biasanya tetap sepanjang balok.

Apabila persamaan (f) diintegrasi, andaikan EI kita peroleh

dy
EI = ∫ M dx + C1
dx

(g)

Persamaan ini adalah persamaan kemiringan yang menunjukkan kemiringan

atau harga dy / dx pada setiap titik. Dapat dicatat disini bahwa M menyatakan

persamaan momen yang dinyatakan dalam terminologi x, da C1 adalah konstanta

yang dievaluasi dari kondisi pembebanan tertentu.

Sekarang kita mengintegrasi persamaan (g) untuk memperoleh

Eiy = ∫∫M dx dx + C1 + C 2

Persamaan ini adalah persamaan lendutan kurva elastis yang dikehendaki guna

menunjukkan harga y untuk setiap harga x; C 2 adalah konstanta integrasi lain

yang harus dievaluasi dari kondisi balok tertentu dan pembebannya.


Apabila kondisi pembebanan dirubah sepanjang balok, maka persamaan

momen akan berubah pula. Kasus ini membutuhkan penulisan sebuah persamaan

momen secara terpisah antara setiap perubahan titik pembebanan dua integrasi

dari persamaan (f) dibuat untuk setiap persamaan momen seperti itu.

Pengevaluasian konstanta integrasi menjadi sangat rumit. Kesulitan ini dapat

dihindari dengan menuliskan persamaan momen tunggal sedemikan rupa sehingga

menjadi persamaan kontinu untuk seluruh panjang balok meskipun pembebanan

tidak seimbang.

B. Metode momen luas


Metode yang berguna untuk menetapkan kemiringan dan lendutan batang

menyangkut luas diagram momen dan momen luas adalah metode momen luas.

Motode momen luas mempunyai batasan yang sama seperti metode integrasi

ganda. Gambar 2.2a memperlihatkan sebuah balok sederhana yang mendukung

satu titik pembebanan. Kurva elastis merupakan pandangan samping permukaan

netral dan diperlihatkan pada gambar 2.2b, dengan lendutan yang diperbesar,

diagram momen dianggap seperti gambar 2.2c.

Pada gambar 2.2b terlihat bahwa jarak busur diukur sepanjang kurva elastis

antara dua penampang sama dengan ρ ×dθ , dimana ρ adalah jari-jari

lengkungan kurva elastis pada kedudukan tertentu. Dari persamaan momen lentur

kita peroleh:
1 M
=
ρ EI

Dan karena ds = ρ dθ , kita sekarang menulis

1 M dθ
= =
ρ EI ds

atau

M
dθ = ds
EI

Pada banyak kasus praktis kurva elastis sangat datar sehingga tidak ada

kesalahan serius yang diperbuat dengan menganggap panjang ds = proyeksi dx.

Dengan anggapan itu kita peroleh

M
dθ = dx
EI

Terlihat bahwa garis singgung ditarik ke kurva elastis di C dan D pada gambar

2.2b dipisahkan oleh sudut dθ yang sama dimana penampang OC dan OD

(dengan pembesaran detail) berputar relatif terhadap yang lain. Oleh karena itu,

perubahan kemiringan antara garis yang menyinggung kurva pada dua titik

sembarang A dan B akan sama dengan jumlah sudut-sudut kecil tersebut:

θB XB
1
θ AB = ∫ dθ = ∫ Mdx
θA
EI XA
Dicatat juga bahwa pada gambar 2.2b jarak dari B pada kurva elastis (diukur

tegak lurus terhadap kedudukan balok original) yang akan memotong garis

singgung yang ditarik kekurva ini pada setiap titik lain A adalah jumlah pintasan

dt yang timbul akibat garis singgung kekurva pada titik yang berdekatan. Setiap

pintasan ini dianggap sebagai busur lingkaran jari-jari x yang dipisahkan oleh

sudut dθ :

dt = xd θ

oleh karena itu

XB

tb / a = ∫ dt = ∫ x( Md θ )
XA

Dengan memasukkan harga dθ kepersamaan (b), kita memperoleh

XB
1
tb / a =
EI ∫ x( Md θ )
XA

Panjang tb / a dikenal sebagai penyimpangan B dari garis singgung yang

ditarik pada A, atau sebagai penyimpangan tangensial B terhadap A. Subscrip

menunjukkan bahwa penyimpangan diukur dari B relatif terhadap garis singgung

acuan yang ditarik dari A. Gambar 2.3 menggambarkan perbedaan antara tb / a

dari A dari garis singgung acuan pada B. Secara umum penyimpangan seperti ini

tidak sama.

Pengertian geometris persamaan (c) dan (d) mengembangkan dasar teori

metode momen luas dari diagram momen pada gambar 2.2c kita melihat bahwa M
dx adalah luas elemen arsiran yang berkedudukan pada jarak x dari ordinat

melalui B karena integral M dx berarti jumlah elemen, persamaan (c) bisa

dinyatakan sebagai,

1
θAB = (luas ) AB
EI

2.2. Jenis Tumpuan

Ada tiga macam tumpuan yang dikenal pada balok yang dibebani oleh gaya yang

bekerja dalam bidang yang sama. Hal ini ditunjukkan oleh macamnya perlawanan yang

diberikan balok tersebut terhadap gaya tersebut.

a. Tumpuan Rol

Alat ini mampu melawan gaya gaya dalam suatu garis aksi yang spesifik.

Penghubung yang terlihat pada gambar 2.1(a) dapat melawan gaya hanya dalam

arah garis AB. Rol pada gambar 2.1(b) hanya dapat melawan gaya yang vertikal,

sedang rol-rol yang terlihat dalam gambar 2.1(c) hanya dapat melawan sutu gaya

yang tegak lurus terhadap bidang CD.


Gambar 2.4 Tumpuan Rol

b. Tumpuan Pin

Tumpuan yang berpasak mampu melawan gaya yang bekerja dalam setiap

arah dari bidang. Jadi, pada umumnya, reaksi pada suatu tumpuan seperti ini

mempunyai dua komponen, yang satu dalam arah horizontal dan yang lainnya

dalam arah vertikal. Tidak seperti pada perbandingan pada tumpuan rol atau

penghubung, maka perbandingan antara komponen-komponen reaksi pada

tumpuan yang berpasak tidaklah tetap. Untuk menentukan kedua komponen ini,

dua buah persamaa statika harus digunakan.


Gambar 2.5 Tumpuan Pasak (Pin)

c. Tumpuan Jepit

Tumpuan jenis ini mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu

melawan suatu kopel atau momen. Secara fisis, tumpuan ini diperoleh dengan

membangun sebuah balok ke dalam suatu dinding batu bata, mengecornya ke

dalam beton, atau melas ujung balok ke dalam bangunan utama. Suatu sistem tiga

gaya dapat muncul pada tumpuan jenis ini, yaitu dua komponen gaya dan sebuah

momen.

Gambar 2.6 Tumpuan jepit.

2.3. Klasifikasi Balok

Balok diklasifikasikan kedalam beberapa kelompok, terutama tergantung pada

macam tumpuan yang digunakan, yaitu:

a. Balok tumpuan sederhana, bila tumpuan tersebut berada pada ujung-ujung dan

pada pasak atau rol.


b. Balok terjepit, bila ujung-ujungnya mempunyai tumpuan jepit.

c. Balok kantilever, bila salah satu ujung balok dijepit dan ujung lainnya bebas.

d. Balok overhang (tergantung), bila balok dibangun melewati tumpuan.


e. Balok continue (menerus), bila tumpuan-tumpuan antara terdapat pada balok

continue secara fisis bekerja seperti balok.

f. Balok terjepit pada satu ujung dan bertumpuan sederhana pada ujung lain.

2.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Lendutan Batang

a. Kekakuan batang Semakin kaku suatu batang maka lendutan akan semakin

kecil terjadi pada batang bila batang diberi beban begitupun sebaliknya.

b. Besar kecilnya gaya yang diberikan pada batang. Besar kecilnya gaya yang

diberikan pada batang berbanding lurus dengan besarnya defleksi yang terjadi.
Dengan kata lain semakin besar beban yang dialami batang maka defleksi

yang terjadi pun akan semakin besar.

c. Jenis tumpuan yang diberikan pada batang. Jumlah reaksi dan arah pada tiap

jenis tumpuan berbeda-beda, oleh karena itu besarnya defleksi pada

penggunaan tumpuan yang berbeda-beda tidak sama. Semakin banyak reaksi

dari tumpuan yang melawan gaya dari beban maka defleksi yang terjadi akan

semakin kecil. Sejalan dengan hal tersebut maka defleksi yang terjadi pada

tumpuan rol lebih besar dari tumpuan pin (pasak), dan defleksi yang terjadi

pada tumpuan pin lebih besar dari tumpuan jepit.

d. Jenis beban yang terjadi pada batang. Beban terdistribusi merata dengan beban

titik, keduanya memiliki kurva defleksi yang berbeda-beda. Pada beban

terdistribusi merata slope yang terjadi pada bagian batang yang paling dekat

dengan tumpuan lebih besar dari slope pada beban titik. Ini karena sepanjang

batang mengalami beban sedangkan pada beban titik hanya terjadi pada

daerah titik tertentu saja

2.5. Titik Berat

Berat sebuah benda adalah gaya yang paling sering kita jumpai. Tiik berat adalah

titik kedudukan dalam suatu benda dimana gaya berat secara efektif bekerja. Perhatikan,

titik berat tidak selalu bekerja di dalam benda tetapi dapat saja bekerja di luar benda
Kita dapat juga menyatakan bahwa titik berat atau pusat berat benda sebagai titik

yang terhadapnya gaya-gaya berat yang bekerja pada semua partikel benda itu

menghasilkan momen resultan nol. Karena itulah benda yang ditumpu pada titik beratnya

akan berada dalam keseimbangan statik.

Titik berat dari beberapa bidang:

Segitiga Segiempat

Parabola Parabola Kubik


Parabola Segi Tiga Siku-Siku

2.6. Modulus Elastis

Modulus elastis merupakan sifat yang menyebabkan sebuah benda kembali ke

bentuk semula apabila gaya yang bekerja padanya dihilangkan. Sebuah benda akan kembali

sepenuhnya kepada bentuk semula dikatakan elastis sempurn, Sedangkan benda yang tidak

kembali sepenuhnya kebentuk smula dikatakan elastis parsial. Dalam hal benda elastis

sempurna,Usaha yang dilakukan gaya-gaya dari luar selama deformasi sepenuhnya

ditransformasikan menjadi energi potensial regangan, sedangkan benda elastis parsial

sebagian dari usaha yang dilakukan oleh gaya luar selama deformasi diubah kedalam

bentuk panas yang timbul dalam benda itu selam berlangsungnya deformasi non elesatis.

Sifat diatas dapat diamati melalui pengujian tarik, maupun melalui pengujian

tekan. Pada pengujian tarik,tegangan berbanding lurus dengan regangan yang terjadi pada

batas yang disebut batas elastis hokum Hooke masih berlaku.

2.7. Kesetimbangan

Sebuah benda dikatakan dalam kondisi keseimbangan jikagayua luar beraksi

padanya membentuk gaya ekuivalen dengan nol. Ini berarti system tidak mempunyai

resultan kopel. Syarat perlu dan cukup untuk keseimbangan sebuah benda tegar yangt

berada dalm kondisi ststik tertentu dapat dinyatakan secara analitis dengan persamaan

sebagai berikut:

∑FH = 0

∑Fv = 0
∑M = 0

Persamaan diatas menunjukkan gaya luar yang beraksi pada benda tegar tidak

menimbulkan gerak translasi pada benda itu dan menyebabkan rotasi pada titik manapun.

Aksi tiap gaya luar ditiadakan oleh gaya reaksi dari system itu. Sebelum menetapkan

persamaan diatas, perlu ditunjukkan dengan tepat sebuah gaya yang bekerja pada benda itu

baik gaya reaksi yang bekerja pada benda juga gaya reaksi yang timbul pada tumpuan.

Penggambara semua gaya yang bekerja pada benda disebut diagram benda bebas.

Persamaan kesetimbangan diatas telah cukup untuk menyelesaikan benda pada

kondisi ter tentu. Penambahan persamaan lainnya tidak mengandung informasi baru, hanya

berguna untuk memriksa pemecahan yang diperoleh dari ketiga persamaan semula.

Setiap persamaan kesetimbangan diatas hanya berlaku untuk menyelesaikan tiga

besaran yang tidak diketahui yang dikatakan bersifat static tak tentu, hal ini diperlukan

persamaan-persamaan yang lain dengan memperhatikan kondisi yang mempertimbangkan

geometrid dan deformasi yang terjadi seperti pada jepitan yang mempunyai slop sama

dengan nol.

DAFTAR PUSTAKA

Beer, P, Ferdinand, Jr, jhonston, Russel, E, Mekanik untuk insiyur statika, edisi
keempat, Erlangga, Jakarta.
Kreyzing, Erwin, 1990, matematika Teknik Lanjutan, Erlangga, Jakarta.
Mappaita, Abdullah, Getran Mekanik, Jurusan Teknik Mesin Fak. Teknik Mesin
Fak. Teknik, Unhas, Makassar, 2003.
Paz, Mario, Manu, A. P, 1993, Dinamika Struktur, Teori dan Perhitungan, Edisi
kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Thomson, William, t, 1992, Teori getaran dengan Penerapan, Erlangga, Jakarta.
William W, Seto , B.S, Getaran Mekanis, sei buku Schaum, Teori dan Soal-soal,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Vierick, Robert, Munaf, Dicky Rezaldy, 1995, Analisis Getaran, PT. Eresco,
Bandung.

You might also like