You are on page 1of 44

Y m 

 
  
Chapter Report dari buku Harold H. Titus.
1959. ÷  


   . Third Edition. New
York : American Book Company. Part 5
Chapter 22 p.343-359,
V su sifat dasar   adalah satu dari pusat dan
masalah paling terus menerus dari eksistensi
manusia, dan beberapa perbedaan opini
terbesar diantara filosof terletak dalam bidang
ini.
V emua pria dan wanita memiliki berbagai
pendirian tentang   . Hidup mendorong kita
untuk melakukan pilihan, me  sesuatu
sebagai benar atau salah, dan membentuk
berbagai skala  
V ejak jaman awal Yunani, manusia telah menulis sisi
teoritikal masalah   . Pada dekade terakhir
pembahasan dibawa pada satu minat dan kepentingan
baru. Kata aksiologi, berasal dari kata Yunani yang
berarti ³  ´, digunakan untuk studi teori umum dari
  , termasuk asal usulnya, sifat dasar, klasifikasi, dan
tempat   dalam dunia
V Etika ± studi   dalam perilaku manusia ± dan estetika
± studi   dalam perwujudan keindahan dan seni ±
adalah bidang-bidang khusus dalam konsepsi-konsepsi
besar dari   . Adakalanya   moral dan religius
dikatakan sebagai perwujudan dalam kehidupan
manusia.
APAKAH N A ?
¯ Dalam menjawab pertanyaan ´Apakah
  ?´ marilah kita bedakan antara
pertimbangan faktual dan pertimbangan
 
¯ Pertimbangan faktual bersifat deskriptif
dalam kaitan menghitung karakteristik
sesuatu yang dapat diamati.
Pertimbangan   menghargai
kelayakan/manfaat objek-objek
CONTOH OBJEK : ³England ³
¯ Pertama adalah pernyataan dictionary yang
menunjukkan lokasi, jumlah luas persegi mil,
penduduk, dan informasi lain
¯ Kedua, dari 
  
 dan
memasukkan hal tersebut secara tersirat sebagai
´
  
   
   ´ dan
´
  


 
  ´
¯ Ketiga, dari karya issauer ´   
´ yang
muncul di Jerman selama Perang Dunia ,
memasukkan hal tersebut secara tersirat sebagai ´ !

   
´ dan ´!
  
 "  .´
¯ Jelaslah bahwa dua pilihan terakhir berbeda klas dari
yang pertama. Keduanya mengekspresikan
pertimbangan   positip dan negatip. adar atau
tidak sadar selama hidup kita semua membuat
penilaian positip dan negatip.
¯ ementara kita dapat menata
perbedaan antara fakta dan   atau
antara pertimbangan faktual dan
pertimbangan   , kita tidak dapat
secara lengkap memisahkannya. Ada
sebuah interaksi antara fakta dan   .
Bila kita mengubah fakta tertentu,
maka evaluasi kita juga berubah. Jadi
suatu   tertentu yang kita kerjakan
adalah juga satu fakta dari sudut
pandang lainnya.
¯ Tidak ada kesepakatan, seperti yang akan kita lihat,
bagaimana   dapat didefinisikan. ecara umum, kita
dapat mengatakan bahwa pertimbangan  
menghargai manfaat dari objek-objek. stilah   telah
didefinisikan secara beragam sebagai ´sesuatu yang
memuaskan kebutuhan manusia´ atau suatu
kebutuhan manusia, dan sebagai ´ kualitas sesuatu´
yang membangkitkan ´respon apresiative´. stilah itu
mengekspresikan satu elemen kebutuhan yang
diinginkan pada sebuah pengalaman atau sebuah
objek. ebuah   dapat didefinisikan sebagai
pernyataan adanya manfaat atau dapat bernilai. Dalam
hal ini, kebaikan dan keindahan akan menjadi nilai,
sedangkan kejahatan dan kejelekan akan menjadi
kehilangan nilai.
¯ Edgar . Brightman mengatakan bahwa ´ dalam hampir
semua perasaan dasar,   berarti apa saja yang
secara aktual disukai, dihargai, dipandang tinggi,
dihasrati, diakui, atau dinikmati oleh sesorang pada
setiap waktu. Hal ini adalah pengalaman aktual dari
menikmati objek atau aktivitas yang dihasrati.´
¯ Beberapa sarjana meng-claim bahwa   tidak dapat
didefinisikan dan karenanya kebaikan, keindahan dan
cinta adalah pengalaman langsung dan segera. ´Baik´
adalah ide sederhana, seperti ´ kuning ´ juga ide
sederhana, kata George Edward Moore.
ebagaimana anda tidak dapat menjelaskan kuning
pada seseorang yang tidak pernah mengalaminya
dan tidak tahu tentang kuning, jadi anda tidak dapat
menjelaskan sifat dasar baik. ´ Baik adalah baik dan
itulah akhir dari materi´.
¯ Kita dapat sepakat dengan Profesor Moore bahwa
kata-kata dan definisi tidak dapat menggantikan
pengalaman, dan karenanya tanpa pengalaman hidup
maka tidak ada pemahaman   yang memadai.
Akhirnya definisi-definisi dapat membawa kita pada
perhatian kita tentang elemen-elemen umum dari
pengalaman ini dan membantu pemikiran kita dan
mendiskusikannya.
   m
  
¯ su dasar, pertanyaan utama dari kontroversi
bidang   , adalah mengerjakannya dengan
sifat dasar   dan tempatnya dalam skema
sesuatu. Apa hubungan   pada pikiran
dengan evaluasi ? Apakah   hanya ada
dalam pikiran, dalam pengertian hanya
menyinggung imaginasi, berpikir (thingking),
interest, dan hasrat-hasrat orang ? Atau
apakah   berada di luar pikiran, dalam
pengertian memiliki sesuatu, seperti suhu,
ukuran dan bentuk ? Atau apakah kebenaran
terletak diantara dua posisi ekstrem,
sehingga   bersifat subjektif dan objektif ?
   !Y  "Y#!

¯ ñntuk yang percaya bahwa   adalah subjektif berpikir


bahwa   berada sebagai sentimen atau emosi dari
kesukaan atau ketidaksukaan. atu sensasi yang dapat
disepakati adalah satu   ; satu sensasi yang tidak
dapat disetujui adalah bukan satu   . Makan, minum,
bermain, mendengarkan musik, mengamati keindahan
matahari terbenam adalah dapat bernilai sebab hal-hal
tersebut mendorong rasa apresiasi atau kegembiraan
yang dapat dinikmati.
¯ George antayana, David Prall, Dewit H. Parker, dan
lainnya menerima posisi umum ini. antayana
menceriterakan pada saya bahwa ´tidak ada  
terlepas dari beberapa apresiasinya.´ Tidak hanya
sekedar kesadaran tetapi kesadaran emosional juga
diperlukan untuk eksistensi baik dalam berbagai bentuk. ´
#  memancar segera dan tidak dapat dijelaskan dari
impluse vital, dan dari bagian sifat dasar kita secara
irasional.´
¯ David H. Parker mengatakan bahwa :   milik
keseluruhan dunia dalam, pada dunia pikiran. Kepuasan
dari hasrat adalah   nyata (real); sesuatu yang
melayani hanyalah sebuah instrumen... ebuah  
selalu sebuah pengalaman, tidak pernah sesuatu atau
objek. esuatu mungkin     tetapi sesuatu
tersebut bukanlah   Kita memproyeksikan   ke
dalam dunia luar, memberinya atribut pada sesuatu yang
memberi hasrat.
¯ Parker mendefinisikan   sebagai ´ salah satu aktivitas
yang memberi kenikmatan aktif atau pasif atau kalau
tidak sebagai penenangan hasrat. Kepuasan hasrat
dapat berupa satu dari bentuk-bentuk berikut : (1)
kepuasan relatif spontan aktivitas atau pasivitas, (2)
kepuasan yang muncul dari perjumpaan dengan tujuan-
tujuan hasrat secara sadar, (3) kepuasan yang muncul
dari perjumpaan dengan perangkat standar pribadi-sosial
untuk kepuasan tersebut.
¯ Bagi mereka yang menyampaikan
argumentasi untuk interpretasi subjektif
dari   sepertinya menekankan fakta
bahwa   ± apakah dalam bidang
kebaikan,keindahan, atau kebenaran ±
memiliki keragaman dari individu ke
individu lain, dari kelompok ke kelompok
lain, dan dari jaman satu ke jaman
lainnya. Bila hal itu adalah keseluruhan
objek, tidak akankah hal itu sama untuk
semua pikiran?
m  !Y $Y#!

¯ Bagi mereka yang mengikuti   objektif


percaya bahwa   berada di luar dunia
pikiran kita untuk diketahui. Ada sesuatu dalam
objek yang membuat pertimbangan kita
diperlukan dan dapat menalarkan. Ada
beberapa kualitas, beberapa kumpulan
properti, yang menggambarkan preferensi dan
respon apresiasi kita. Ada suatu kebebasan
individual yang memuaskan mata, telinga, ´rasa
moral´, ´pilihan estetika´, atau kecerdasan
manusia. eorang manusia tertarik dalam
segala sesuatu dan pengalaman yang
menunjukkannya memiliki  
¯ Kita harus membuat perbedaan jelas ± terkait
objektivisme, atau realisme nilai ± antara pendapat
pengalaman psikologis, pada satu sisi, dan sesuatu
atau situasi dimana pendapat itu dibuat, pada sisi lain.
Professor Joad memberi kita sebuah analogi dari
temperatur. Orang berbeda pendapat tentang
temperatur. Meski kita tidak mengatakan bahwa
pendapatnya panas atau dingin dan hanya subjektif
dan karenanya tidak ada temperatur berdasar
pendapatnya. Dalam hal ini kita dapat mengecek
pendapat mereka dengan termometer. Dalam bidang
keindahan dan moral tentu saja tidak ada termometer.
Bila saya berpendapat sebuah lanskap adalah indah,
itu bukanlah pendapat saya bahwa itu indah tetapi
warna dan bentuk di depan saya. Ada kualitas yang
ditampilkan yang bersifat bebas dari pendapat saya
tersebut. Nilai tanpaknya terletak dalam objek-objek
sama halnya sebagai warna, bau, temperatur, ukuran
dan bentuk.
¯ Bagi Plato dunia konsep, universal, ide, dan
nilai adalah hal nyata dan permanen. Ada
hirarkhi nilai yang mengarahkan pada
Tuhan atau nilai utama (supreme) dimana
semua bentuk dan hukum dunia
diorganisasikan
¯ Bagi Aristoteles hubungan sesuatu sampai
pada ujungnya atau nilai adalah satu
bagian esensial dari sifatnya yang paling
dasar. Objetivitas nilai merupakan pusat
yang juga menjadi pemikiran era
pertengahan. Filsafat Katholik Roma,
sebagai satu satuan, memandang bahwa
kebenaran, kebaikan, dan keindahan
adalah nyata secara ontologis.
¯ Beragam realist modern memberi perhatian
terhadap status nilai. Bagi E.G paulding, nilai
adalah subsistents bukannya keberadaan ruang
dan waktu. ebagai subsistent nilai bersifat bebas
dari hasrat dan preferensi manusia; nilai ada dalam
dunia kita untuk ditemukan. Nilai seperti
kebenaran, kebaikan, dan keindahan bukanlah
subjek kemalangan dari proses natural yang
berjalan lambat. Realist lain, John aird,
mengatakan nilai sebagai ´kualitas tertier.´ Nilai
berbeda dari kualitas primer dan sekunder dari
pengalaman kita.Kualitas tertier dikenali pada
pengalaman yang segera dan nilai tersebut bersifat
nyata dan permanen, walaupun sering tidak dapat
didefinisikan dalam cara yang sama.
¯ Dalam    $ % &  
Clarence rving ewis berpendapat bahwa
pendapat kita tentang nilai ± pendapat kita tentang
baik dan jahat, benar dan salah, lebih baik dan
lebih buruk ± adalah jenis-jenis dari pengetahuan
asli yang mungkin dapat diperbandingkan dengan
pengetahuan empirik pada bidang lain. Pendapat
nilai ini, ia percaya, adalah subjek dengan standar
yang sama dari inkuiri dan validitas yang kita
gunakan kapanpun. Valuation menampilkan satu
jenis ´kognisi empirik´ dan benar salah,
bergantung pada bukti yang dapat diperoleh untuk
melawannya. Tidak ada pengetahuan   
yang hanya menyatakan subjektif. ementara nilai
berhubungan dengan kondisi-kondisi tertentu, dan
sementara kita memverifikasinya dengan cara
meluncurkannya pada tes pengalaman, ini tidak
berarti nilai itu subjektif
¯ Pendukung pandangan bahwa nilai
adalah objektif akan menyampaikan
bahwa nilai seperti keindahan dan
kebaikan ada untuk semua pikiran
serupa dan karenanya berada dalam
budaya orang-orang, ada satu ukuran
besar untuk persetujuan
¯ Adanya Deklarasi ñniversal Hak Asasi
Manusia oleh idang ñmum Perserikatan
Bangsa-Bangsa kelompok objektvist
mengklaim bahwa persetujuan ini berkaitan
dengan nilai-nilai dasar yang merefleksikan
kondisi-kondisi dan kebutuhan-kebutuhan
fisik, psikologis, dan sosial manusia dimana
saja. Bila nilai adalah subjektif, kita mungkin
menyebut sesuatu yang diinginkan indah
atau baik. ekalipun masih belum pasti nilai
yang akan dicari adalah sosial, moral, atau
estetika, merupakan pilihan-pilihan kita
yang secara jelas adalah terbatas
N A EBAGA ATñ HñBñNGAN
D ANTARA VAR ABE-VAR ABE
¯ eorang subjectivist akan mengakui bahwa orang,
dalam proses evaluasi, akan berhubungan dan
membuat perbedaan diantara objek-objek secara
fisik. eorang objektivist akan mengakui bahwa
pengetahuan, hasrat, dan nilai pengalaman individu-
individu atau apa saja yang ada adalah element
subjektif yang hadir dalam penetapan nilai. Teori
yang sekarang kita perlukan untuk menuntut kedua
faktor subjektif dan objektif diperlukan untuk
menciptakan nilai. Penilaian merupakan jenis khusus
hubungan yang mengungkap orang-orang yang peka
dan mau menerima fakta bahwa sesuatu itu boleh
jadi baik dan indah sebagaimana benar.
¯ C.J. Ducasse mengatakan :
Pertanyaan apakah keindahan objektif
atau subjektif adalah tidak dapat
terjawab dengan mengatakan secara
sederhana ³ ya´ pada satu sisi dan
³tidak´ pada sisi lain. atu-satunya
jawaban benar adalah keindahan
adalah properti dari sebuah objek
yang bersisi kapasitas dari objek yang
menyebabkan kenyamanan pada
sebuah subjek yang menikmatinya
¯ Ralph Barton Perry menghubungkan nilai untuk
menarik perhatian, membuat segala sesuatu dapat
bernilai bagi kita bila hal itu dihasrati. ebuah objek
memperoleh nilai bila perhatian diberikan padanya,
sama halnya sebuah objek menjadi sebuah target
bilama seseorang mengarahkan padanya. ebuah
pendapat tentang nilai mencakup tiga elemen :
linguistik, formal, dan empirik. Melalui penamaan
kita mengidentifikasi beberapa objek. Terhadap
objek ini beberapa pengertian yang dapat
dimengerti diterapkan. Deskripsi elemen membawa
kejelasan beberapa struktur sistematik dari
kenyataan fakta. ³ Bila saya menetapkan bahwa
roti itu baik pada atau untuk seorang yang lapar,
maka saya menetapkan subjek, orang lapar adalah
subjek yang diperhatikan, dan roti adalah objek
logis..´
TñD DAAM B DANG
N A
¯ Masalah nilai adalah satu dari
pertanyaan paling penting dari jaman
kita, bahkan mungkin yang paling
terpenting; satu dari masalah paling
sulit dan masih belum ada
kesepakatan. Ada sejumlah studi
tengah berlangsung tetapi tidak ada
kesepakatan umum yang
mempertemukan jawaban-jawaban
atas pertanyaan seperti : ³ Apakah
nilai itu ?´, ³ Bagaimanakah nilai-nilai
diverifikasi ?´
¯ Charles Morris telah melaporkan hasil studi yang
dilakukannya hampir dua dekade. Mahasiswa
perguruan tinggi dari enam negara Barat dan Timur
(Asiatic) ditanya untuk menjelaskan sikap mereka
terhadap tiga puluh kemungkinan ³ cara hidup ³. Cara-
cara tersebut dikelompokkan menjadi lima dimensi
nilai: pembatasan sosial dan kontrol diri ± kesenangan
dan kemajuan dalam perang (in action) ± penarikan
uang dan kecukupan diri ± penerimaan dan perhatian
simpatik ± kesenangan sendiri atau kenikmatan. tudi
ini mencakup satu skala lintas budaya (cross-cultural)
untuk mengukur nilai-nilai dan banyak data pengukung
³bidang konsepsi nilai´ ± yang mana konsepsi nilai-nilai
itu dipengaruhi oleh perbedaan kultur, fisik,
temperamen, dan interaksi sosial. Oleh karenanya
dikatakan bahwa studi nilai merupakan studi
interdisipliner, menggabungkan karya orang-orang dari
berbagai bidang.
¯ John Dewey memunculkan pertanyaan dasar
tertentu terhadap teori nilai.
¯ Ray epley, sepakat dengan linguistik atau
semantik dari teori nilai
¯ Everett W. Hall menggunakan metode analisis
linguistic. ementara ia melakukan analisis
linguistic, ia percaya bahwa metode ini lebih
sukses daripada pendekatan lain dalam
penyelesaian masalah ³status kategori dari
nilai´. a melihat nilai dan fakta sebagai
sesuatu yang bebas
¯   '&  dengan
pengarang sama sepakat dengan
perkembangan nilai bebas dari sains, dan
dengan perkembangan perbedaan titik
pandang dalam bidang teori nilai
¯ Dalam buku  & , Walter G. Everest mengklasifikasikan
nilai manusia dalam delapan kelompok :
(1) Nilai ekonomi. Nilai-nilai ini ditunjukkan oleh harga pasar, dan
nilai-nilai tersebut mencakup seluruh sesuatu yang dapat
dikemas. Nilai-nilai ekonomi adalah instrumental ± oleh
karenanya mereka digunakan untuk memperoleh nilai-nilai lain.
(2) Nilai Jasmaniah. Mencakup sesuatu yang terkait dengan ´layanan
berkaitan dengan kesehatan, efisiensi, dan kebugaran kehidupan
fisik.´
(3) Nilai Rekreasi. Mencakup nilai permainan dan senang-senang
sepanjang berkaitan dengan penyuburan kehidupan.
(4) Nilai perkumpulan. Di sini mencakup berbagai bentuk
perkumpulan manusia, mulai dari persahabatan dan kehidupan
keluarga sampai dengan hubungan-hubungan bersifat dunia. Hal
ini dapat disebut sebagai nilai sosial.
(5) Nilai Karakter. Mencakup semua yang diinginkan secara personal
dan kebaikan-kebaikan sosial, termasuk keadilan, kebajikan,
kontrol diri, dan kebenaran.
(6) Nilai Estetik. Nilai-nilai keindahan sebagaimana ditemukan di
alam dan karya-karya seni adalah nilai-nilai estetik.
(7) Nilai intelektual. Mencakup nilai-nilai pengetahuan dan
penyelidikan dam pencarian kebenaran.
(8) Nilai religius. Keyakinan mencakup peribadatan, kebaktian
keagamaan, dan komitmen terhadap keyakinan seseorang yang
paling tinggi nilainya.
T GA N A ñTAMA
¯ Dari jaman Yunani kuno sampai
sekarang, beberapa filosof telah
menekankan tiga nilai sebagai yang
utama dari pada lainnya : kebaikan,
keindahan, dan kebenaran. Nilai-nilai
ini dikatakan menjadi kecukupan diri
Nilai dan Masyarakat Manusia
¯ Manusia hidup dalam dua dunia ± dalam
hal yang tampak, dunia fisik yang dapat
dipersepsi dan dalam sebuah kemunculan
(emerging), dunia yang tidak tampak yang
berupa nilai-nilai dan ide-ide. elama abad
terakhir manusia memperoleh kekuatan
untuk mengontrol dunia kebendaan.
Kesulitan kita adalah bahwa semua
kemajuan teknologi ini adalah cara dan
mungkin dapat digunakan untuk kebaikan
atau kejahatan.
¯ Dalam 
 ÷ , Frederic ilge telah
mempelajari alasan kegagalan pendidikan German
untuk menjaga dampak yang mana bangsa itu
hilang. epanjang abad ke sembilan belas, dengan
perkembangan cepat dari spesialisasi dan sains
serta teknologi, studi nilai didorong perlahan atau
mereka, juga, menjadi bersifat teknis dan hanya
concern menjadi specialist. Hasilnya adalah
sebuah bangsa yang ahli specialist terlatih yang
tertarik hanya pada bidangnya saja, tetapi tidak
tertarik masalah-masalah besar masyarakat dan
dunia. Kebingunan nilai dan kehilangan moral
membuat memungkinkannya kemenangan paham
Nazi.
¯ Ortega y Gasset, dalam The Revolt of Masses,
mencoba mendiagnosis krisis Eropa Modern :
Mereka memberi pengetahuan tentang ´teknik
kehidupan modern´, pengetahuan tentang mesin
dan peralatan kita, tetapi tanpa merasakan sejarah
besar mereka atau peninggalan budaya luhur.
Mereka hidup tanpa suatu kode moral dan tanpa
aturan. Bilamana hal ini hilang maka tidak ada
budaya, dan kita peroleh massa manusia,
barbarian modern.
¯ Bagian dari masalah yang kita temukan dalam
masyarakat modern berpangkal dari fakta bahwa
kita sangat bergantung pada fakta, lupa bahwa
pengetahuan semacam itu hanya instrumental dan
mungkin dapat digunakan untuk kebaikan atau
kejahatan.
¯ Carl R. Rogers : Pendapatku kemudian
adalah bahwa beberapa usaha keras dalam
sains, murni atau terapan, adalah terbawa
dalam pencapaian tujuan atau nilai yang
secara subjektif dipilih oleh seseorang. Hal
ini penting bahwa pilihan ini membuat
tegas, semenjak nilai tertentu menjadi
diketemukan tidak pernah diuji atau
dievaluasi, dikonfirmasi atau disangkal,
oleh usaha keras secara ilmiah yang
memberikan kelahirannya
¯ Dalam diskusi ´ Manusia Tanpa Nilai´ dan pemikiran
simptom-simptom sejenis itu, kita ´kehilangan gaya
hidup yang jelas´ dan ´perubahan sikap kita terhadap
kejahatan dan serangan moral .
¯ Erich Kahler mengatakan : Aspek yang paling
menakutkan dari dunia kita saat ini bukanlah horror,
kekejaman (atrocities), dan teknologi pemusnah,
tetapi satu fakta yang sangat mengakar dari
kesemuanya : memudarnya berbagai kriteria
kemanusian, kekacauan isi dan substrata
tanggungjawab kemanusiaan. Ada hubungan fatal
suatu lingkaran setan dimana kita kelihatan menjadi
terjepit : Tanpa sebuah komunitas manusia tidak ada
tanggung jawab manusia secara individual, dan
tanpa tanggung jawab seperti itu, tanpa moralitas
dalam rasa kemanusiaan yang sejati maka tak ada
komunitas manusia yang menjaga dirinya sendiri.
¯ Tugas besar manusia masa kini
adalah untuk menemukan satu nilai-
nilai asli yang baru dari hidup dan
menyumbangkannya dengan
sejawatnya. Manusia harus belajar
untuk menyatu dan mengharmoniskan
dunia fakta dan dunia nilai. Fakta dan
cara-cara dapat menjaga nilai-nilai
dan akhir dari keberadaan manusia.
PENDAPAT PENñ 
¯ Nilai-nilai menolong kita membentuk pola-pola
suatu fakta dan mengidentifikasikan keberartian
(makna) fakta-fakta tersebut. Nilai-nilai juga
terkait erat dengan fakta-fakta.
¯ Nilai-nilai diterima, dikukuhkan dan dilembagakan
dalam masyarakat dengan cara yang berbeda-
beda. alah satu cara yang dilakukan ialah
dalam bentuk norma-norma sosial. elain itu,
norma menjadi peratura-peraturan sosial yang
mengkhususkan apa yang diharapkan atau apa
yang boleh, bagaimana, dan kepada siapa
tanggung jawab atas peristiwa dan akibat -
akibatnya diletakkan.
¯ Nilai-nilai dan norma-norma yang telah
diinternalisasikan ke dalam diri individu, akan
menjadi kerangka refrensi individu tersebut,
sebagai prinsip-prinsip etik. Prinsip-prinsip etik
tersebut menjadi dasar orientasi dan petunjuk bagi
individu dalam mengatasi masalah- masalah
kehidupan menjalin hubungan sosial dengan orang
lain. Prinsip etik tersebut membantu pula mengatur
dan memberikan makna dan kesatuan yang bulat
terhadap kepribadian individu; motivasi individu
dalam memilih perilaku, tujuan-tujuan dan gaya
hidup, serta memungkinkan individu memperoleh
landasan pembenaran dan pengambilan
keputusan terhadap tindakan yang dilakukan.
¯ Keberadaan suatu nilai berasal dari suatu fakta
alam termasuk lingkungan social. Jadi nilai
sebenarnya telah ada. Kita munculkan sebagai
hasil persepsi sesuatu sedemikian rupa sehingga
membentuk suatu konstruksi berupa aturan-aturan,
sistematika, standard-standard kualitatif dan
kuantitatif dalam banyak aspek kehidupan. Ada
nilai yang disepakati bersama sesuai harkat
kemanusian dalam kehidupan sebagai makhluk
social, misalnya berupa hukum formal (positip),
hukum adat, teori-teori dan hukum/dalil-dalil dalam
sains, dan lain-lain. Namun ada pula nilai yang
bersifat personal, termasuk nilai religius tentang
keyakinan kepada Tuhan.
Nilai sebagai Kualitas
¯ Nilai itu tidak ada untuk dirinya sendiri, ia
membutuhkan pengembang, yaitu manusia
dengan gagasan dan pemikirannya, sehingga
nilai itu memiliki keberadaannya. Oleh karena
itu, nilai nampak hanya merupakan kualitas
dari pengembang nilai; keindahan dari
sebuah lukisan, kebagusan dari sepotong
pakaian, kegunaan dari sebuah peralatan
bergantung pada pengembang tersebut. Di
dalam berbagai objek terdapat kualitas yang
nampaknya hakiki bagi keberadaan objek
tersebut; misalnya panjang , keadaan yang
tidak dapat dimasuki oleh berat.
¯ Nilai tidaklah memberi atau menambah
eksistensi objek atau fakta. Contohnya
sebongkah batu sudah ada sebelumnya dan
menjadi sesuatu yang disebut baik, misalnya
patung batu pahat. Eksistensi batu sudah ada
sebelumnya, nilai hasil pahatan sehingga
menjadi patung yang indah tidak menambah
eksistensi batu. Kualitas dasar yang tanpa itu
objek tidak dapat menjadi ada disebut
´Kualitas Primer´.
¯ Kualitas ekunder, atau kualitas yang dapat
ditangkap oleh panca indera, seperti warna,
rasa, bau, dan sebagainya, yang dapat
dibedakan dengan yang Primer yang
terpengaruh oleh besar kecilnya tingkat
subjektifitas, karena kualitas tersebut
membentuk sebagian esensi objek
¯ Nilai itu merupakan kualitas yang tidak riel
(nyata), meskipun tidak ideal, karena seperti
yang kita lihat. Nilai itu tidak menambah
realita atau substansi pada objek, melainkan
hanya nilai.
¯ Perbedaan yang terbaik dapat dilihat jika
orang membandingkan keindahan, yang
merupakan nilai ´objek ideal´. Kita
menangkap keindahan melalui emosi
(formulasi persepsi yang ada dalam abstraksi
otak manusia), sedangkan ide tentang
keindahan dipahami melalui intelektual
(formulasi yang diwujudkan dalam bentuk
kata-kata atau simbol bahasa).
  $%&    %&  
¯ Jika orang lebih menyukai terminologi yang
lebih teknis dan tradisional; apakah nilai itu
objektif atau subjektif. Nilai itu ´ objektif´ jika
ia tidak tergantung pada subjek atau
kesadaran yang menilainya; sebaliknya
nilai itu ´subjektif´ jika eksistensinya,
maknanya dan validitasnya tergantung
pada reaksi subjek yang melakukan
penilaian, tanpa mempertimbangkan
apakah ini bersifat psikis ataupun fisik.
   

¯ Nilai-nilai mengacu kepada sikap yang berkaitan
dengan tujuan yang diinginkan dan keadaan yang
akan dicapai yaitu secara ideal untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar manusia serta
keuntungan lainnya bagi orang secara individu
maupun kolektif.
Berbagai nilai yang penting diantaranya: kelangsungan
hidup individu dan kelompok, pengalaman diri,
kebersamaan, penghargaan dan penghormatan diri,
kemampuan-kemampuan diri, hal-hal yang bersifat
pribadi, prestasi dan perwujudan diri.
¯ Orientasi nilai sangat berbeda diantara berbagai
kebudayaan dan sub budaya dalam masyarakat.
Orientasi nilai budaya itu dinyatakan dalam konsep-
konsep, sikap-sikap, dan harapan-harapan orang ,
yang bersangkut-paut dengan diri mereka sendiri atau
orang lain, khususnya sebagai bagian dari peranan-
peranan sosial yang mereka pakai (sepakati) dalam
masyarakat.
KATA AKH R
¯ Nilai adalah bentuk abstraksi ide,
pendapat, gagasan tentang fakta yang
diformulasikan secara intelektual
dalam wujud pernyataan-pernyataan
obyektif dan subyektif yang dapat
digunakan sebagai pedoman, aturan,
arah dalam berperilaku pada suatu
bentuk kehidupan tertentu.

'(" 

Bacaan ñtama : (untuk Chapter Report)


¯ Harold H. Titus. 1959. ÷  


   .
Third Edition. New York : American Book
Company. Part 5 Chapter 22 p.343-359.
Bacaan Tambahan :
¯ Compton, Beullah R & Bud Galaway. 1979.
   !   . llinois : The
Dorsey Press.
¯ Frondizi, Riseiri, 2007. ( 
#  . Jogjakarta : Pustaka Pelajar.
TER MA KA H

You might also like