You are on page 1of 20

RESUME TINDAKAN OPERASI PADA NY.

S
DENGAN POST OP SECTIO CAESARIA INDIKASI LETAK SUNGSANG DI RUANG BEDAH CENTRAL
RSUD Dr. H. YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN
ACEH SELATAN

DI
S
U
S
U
N
OLEH
MARWAN
NIM : 032001DO8070

PEMBIMBING : M. HUSAINI , SKEP


CI : JULIANTO , AMK

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH SELATAN
TAHUN AJARAN 2009 / 2010
LEMBARAN PENGESAHAN
Laporan ini merupakan salah satu syarat dalam melaksanakan praktek klinik keperawatan di ruang
BedahCentral RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Aceh Selatan.

Di Setujui Oleh
C I Ruangan Bedah Central Pembimbing Akademik
RSUD Dr. H. Yuliddin Away Akper PemkabAcehSelatan

JULIANTO , AMK M. HUSAINI , SKEP

Mahasiswa Akper Pemkab Aceh Selatan

MARWAN
NIM : 032001D08070
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karna atas berkat dan rahmat serta
karunianya penulis dapat menyelesaikan laporan keperawatan operasi pada Ny. S dengan section
caesaria di ruang instalasi bedah central Rsud Dr. H . Yuliddin Away Tapaktuan.
Shalawat beriring salamjuga penulis sampaikan kepada suri tauladan islami Nabi Besar Muhammad SAW ,
yang mana telah membawa umat nya dari alam kegelapan kea lam yang terang benderang dan berilmu
pengetahuan.
Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Darusman SKM . M. Kes selaku Direktur Akper pemkab Aceh Selatan
2. Bapak Dr. Akmal Jawardi selaku Direktur Rsud Dr H . Yuliddin Away
3. Bapak M . Husaini ,Skep selaku Pembimbing Ruang OK Central
4. Bang Julianto , Amk selaku C I di ruang OK Central
5. Teman – teman sejawat

Penulis menyadari bahwa uraian yang terdapat dalam laporan ini hasilnya masih
Banyak terdapat kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik
dan saran yang sifatnya membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.

Tapaktuan , 30 Desember 2009


Penulis

MARWAN
BAB I
LANDASAN TEORITIS

A. PENGERTIAN

Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).

Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas
500 gram. (Sarwono, 1991).

Sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada
dinding abdomen dan uterus. (Harry oxorn, 1998)

Sectio caesaria (SC) adalah pembedahan untuk mengeluarkan anak dari rongga

rahim dengan mengiris dinding perut dan dinding rahim (fakultas kedokteran Padjadjaran Bandung, 1985).

Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan
dinding uterus (Prawirohardjo, 2005).

Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim utuh dan berat badan janin diatas 500 gram ( Ilmu
Bedah Kebidanan, 2002 )

Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus
melalui dinding depan perut atau vagina; atau seksio sesarea adalah suatu histeretomia untuk melahirkan
janin dari dalam rahim. ( Rustam, 1998)
Section caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut atau vagina (synopsis, obstetric : 1989 ).

B. ETIOLOGI

1. Indikasi pada ibu


a. Panngul sempit absolute
b. Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstetric
c. Stenosis serviks vagina
d. Dispraporsi sefalo pelvic
e. Plasenta previa
f. Ruptur uteri (uteri yanhg robek)

2. Indikasi pada janin


a. Kelainan letak
b. Gawat janin
c. Cacat atau kelelahan janin sebelumnya
d. Prolapsus funiculus umbilicalis
e. Infuslensi plasenta
f. Diabetes maternal
g. Post maternal
h. Infeksi virus herpes pada praktur genetalia
C. JENIS JENIS OPERASI SECTIO CAESARIA
 Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
a. Sectio caesarea transperitonealis:
1) SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri).
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira
10 cm.

 Kelebihan:
 Mengeluarkan janin dengan cepat.
 Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.
 Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.

 Kekurangan:
 Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonealis yang baik.
 Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.

2) SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah
rahim).
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen
bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm.

 Kelebihan:
 Penjahitan luka lebih mudah.
 Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.
 umpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi
uterus ke rongga peritoneum.
 Perdarahan tidak begitu banyak.
 Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil.

 Kekurangan:
 Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan
uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak.
 Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.

b. SC ekstra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan


demikian tidak membuka cavum abdominal.
 Vagina (section caesarea vaginalis)

Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Sayatan memanjang (longitudinal).
2. Sayatan melintang (transversal).
3. Sayatan huruf T (T insicion).

D. Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko
pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan
normal lama / kegagalan proses persalinan normal (Dystosia):
- Fetal distress.
- His lemah/melemah.
- Janin dalam posisi sungsang atau melintang.
- Bayi besar (BBL > 4,2 kg).
- Plasenta previa.
- Kalainan letak.
- Disproporsi Cevalo-Pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul).
- Rupture uteri mengancam.
- Hydrocephalus.
- Primi muda atau tua.
- Partus dengan komplikasi.
- Panggul sempit.
- Problema plasenta.

E. Tanda dan Gejala


a. Kejang parsial ( fokal, lokal )
 Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini:
1. Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan
setipa kejang sama.
2. Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
3. Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan ajtuh
dari udara, parestesia.
4. Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
 Kejang parsial kompleks
1. Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks.
2. Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap – ngecapkan
bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang – ulang pada tangan dan gerakan
tangan lainnya.
3. Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
b. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
 Kejang absens
1. Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
2. Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik
3. Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh
 Kejang mioklonik
1. Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara
mendadak.
2. Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa kedutan keduatn
sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
3. Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok.
4. Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
 Kejang tonik klonik
1. Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas,
batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit.
2. Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih.
3. Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
4. Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
 Kejang atonik
1. Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun,
kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.
2. Singkat dan terjadi tanpa peringatan.

F. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain:
1. Infeksi puerperal (Nifas):
- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung.
- Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik.
2. Perdarahan:
- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
- Perdarahan pada plasenta bed.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi.
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.

G. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain:
5. Infeksi puerperal (Nifas):
- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung.
- Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik.
6. Perdarahan:
- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
- Perdarahan pada plasenta bed.
7. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi.
8. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.

H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk mendeteksi
perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan
lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak
yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang membandel
dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak
5. Uji laboratorium
 Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
 Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
 Panel elektrolit
 Skrining toksik dari serum dan urin
 GDA
 Kadar kalsium darah
 Kadar natrium darah
 Kadar magnesium darah

I. Penatalaksanaan
1. Memberantas kejang Secepat mungkin.
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu
selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama
juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3
dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila
belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.

2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya pengobatan penunjang
 Semua pakaian ketat dibuka
 Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
 Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu dilakukan
intubasi atau trakeostomi.
 Penhisapan lendir harus dilakukan secara tertur dan diberikan oksigen.

3. Pengobatan rumat
 Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipietika.
Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang demam
sederhana yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.
 Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan
 Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
 Kejang demam yang mempunyai ciri:
- Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi
perkembangan dan mikrosefali
- Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, berdifat fokal atau diikiuti kelainan saraf
yang sementara atau menetap
- Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
- Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
4. Mencari dan mengobati penyebab
KONSEP LETAK SUNGSANG
A.Pengertian

Letak sungsang adalah dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah cavum uteri (Sarwono P, 1992 : 606).
Letak Sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala berada di fundus
dan bokong di bawah (Rustam M, 1998:350).

Letak sungsang adalah letak membujur dimana kepala terletak di fundus uteri sedangkan bokong di atas
simphisis (Manuaba, 1993 : 145).

B. Etiologi

1. Sudut ibu

a. Keadaan rahim

- Rahim arkuatus

- Septum pada rahim

- Uterus dupleks

- Mioma bersama kehamilan.

b. Keadaan plasenta

- Plasenta letak rendah

- Plasenta previa

c. Keadaan jalan lahir

- Kesempitan panggul

- Deformitas tulang panggul

- Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala.

2. Sudut janin

- Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat

- Hidrosefalus atau anensefalus

- Kehamilan kembar

- Hidramnion atau oligohidramnion

- Prematuritas

(Manuaba, 1998 : 361)


B. DIAGNOSIS

Diagnosis letak lintang dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

 Pada inspeksi uterus tampak lebih melebar dan fundus uteri lebih rendah, tidak sesuai dengan
umur kehamilannya. Pada palpasi fundus uteri kosong, kepala janin berada di samping dan di atas
simfisis juga kosong, kecuali bila bahu sudah turun ke dalam panggul.

 Kalau teraba tahanan dibagian depan, maka punggung ada di bagian depan. Sebaliknya kalau
teraba tonjolan-tonjolan atau bagian-bagian kecil maka punggung terletak di bagian belakang

 Denyut jantung janin ditemukan disekitar umbilikus. Apabila bahu sudah masuk kedalam panggul,
pada pemeriksaan dalam dapat diraba panggul dan tulang-tulang iga. Bila ketiak dapat diraba,
arah menutupnya menunjukkan letak dimana kepala janin berada. Punggung dapat ditentukan
dengan terabanya skapula dan ruas tulang belakang, sedangkan dada dengan terabanya
klavikula.

 Seringkali salah satu lengan mernumbung dan untuk menentukan lengan mana yang menumbung
kita coba berjabat tangan, kalau dapat berjabatan maka ini tangan kanan.

 Kadang-kadang dapat pula diraba tali pusat yang menumbung.

C. KOMPLIKASI
1. Komplikasi pada ibu : perdarahan, robekan jalan lahir dan infeksi.
2. Komplikasi pada bayi :
Trias komplikasi pada bayi : asfiksia, trauma persalinan, infeksi

a. Asfiksia pada bayi dapat disebabkan oleh :


 Kemacetan persalinan kepala : aspirasi air ketuban, lendir
 Perdarahan atau oedema jaringan otak
 Kerusakan medula oblongata
 Kerusakan persendian tulang leher
 Kematian bayi karena asfiksia berat.
b. Trauma persalinan
 Dislokasi fraktur persendian tulang ekstremitas
 Kerusakan alat vital : lien, hati, paru-paru, jantung
 Dislokasi fraktur persendian tulang leher : fraktur tulang dasar, kepala, fraktur tulang kepala,
kerusakan pada mata, hidung atau telinga, kerusakan pada jaringan otak.
c. Infeksi dapat terjadi karena
 Persalinan berlangsung lama
 Ketuban pecah pada pembukaan kecil
 Manipulasi dengan pemeriksaan dalam.
BAB II

LAPORAN KASUS

A.Identitas Pasien

Nama : NY.S

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 24 Tahun

Status perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : ABDYA

No. RM : 016065

Tanggal operasi : 30 Desenber 2009

Masuk ok : 15.20 WIB

Keluar ok : 16.20 WIB

B. Pengkajian Perioperatif
Pernafasan : 20 X / menit
Sirkulasi : 120 / 80 mmhg
Ginjal dan hepar : dalam batas normal
Neurologi : GCS 15 (komposmentis)
Gastrointestinal : pasien di puasakan
Urinary : terpasang kateter 300 cc
Emosi : pasien cemas
Pemeriksaan penunjang :-

C.Pengkajian Intraoperatif

1. Fase awal

- Pernafasan : 20x/menit
Sirkulasi :110/80 mmhg
Infus terpasang : IVFD RL , infus terpasang sebelah kiri
Neurologi (GCS) : GCS 15 (komposmentis)
Gastrointestinal : pasien di puasakan
Urinary : terpasang kateter
Emosi : tenang (kooperatif)
Jenis anestesi : Bupivacaine spinal (anastesi lokal)
EKG : terpasang EKG
2. Fase operasi

- Pernafasan : 18 x /menit

JAM TD HR RR CAIRAN
15.45 WIB 108 / 65 84 19 Input 500 cc
Out put 100 cc
15.50 WIB 99 / 60 73 21 Input 100 cc
Out put 300 cc
16.05 WIB 109 / 75 75 18 Input 1300 cc
Out put 3500 cc
16.15 WIB 100 / 65 74 22 Input 1500 cc
Out put 500 cc

- Gastrointestinal : Tidak ada mual muntah


Urinary : terpasang kateter 500 cc

Emosi : tenang (kooperatif)

Jenis anestesi : Bupivacaine spinal (anastesi lokal)


Integritas jaringan : terdapat luka insisi di bagian abdomen

3.Fase akhir operasi

- Pernafasan : 24 X / menit

Sirkulasi : 100/60 mmhg

Infus terpasang : IVFD RL , infus terpasang sebelah kiri

Neurologi (GCS) : GCS 15 (komposmentis)

Gastrointestinal : Tidak ada mual muntah

Urinary : terpasang kateter output 600 cc

Emosi : sabil

Jenis anestesi : Bupivacaine spinal (anastesi lokal)

Integritas jaringan : terdapat luka insisi bedah

-Observasi input dan output

Input : 1500 cc
Output : 500 cc

Balance : tidak seimbang

Hasil Pemeriksaan Laboratorium

PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL


Hemoglobin 8,4 Pria : 14-18 g/dl

Wanita : 12-16 g/dl

Leukosit 9.2000 4500-10.000 /mm3

Eritrosit 3.330.00 Pria : 4.5-6 juta /mm3

Wanita : 4-5.5 juta /mm3

Hematokrit 26.6 Pria : 40-54 %

Wanita : 37-47%

Trombosit 3.850.00 150.000 – 400.000 /mm3

Gula darah adrandom 13.0 100-40 /dl


Obat – obatan yang di gunakan

NAMA OBAT DOSIS EFEK SAMPING EFEK TERAPHY

Bupivacaine spinal 5.277 mg Dingin Anestesi spinal

Marcaine heappy 5.277 mg Gelisah Anestesi spinal

Bucaine 5.277 mg Cemas Anestesi spinal

katorolac 5.277 mg Rasa takut Anestesi spinal

Obat – obatan yang di gunakan selama operasi

- transamin : koagulasi

-sintosinon : kontraksi uterus

-tramadol : analgetik / anti nyeri

CARA KERJA

1. Persiapan pasien
a. Inform consent yang jelas kepada pasien dan keluarga
- Sio
- Indikasi
- Kontra indikasi
- Resiko operasi
- Resiko tindakan

b. Pasien di pasang infuse dan di skerem


c. Pemberian obat – obatan sesuai instruksi dokter
- Pemberian anti biotic
2. Persiapan alat – alat

JENIS BAHAN JUMLAH KEGUNAAN


Duk 1 set 4 Untuk menjaga agar
mikroorganisme tidak
Dram hass 1 terkontaminasi dengan daerah
yang di operasi
Duk kecil 1
Duk besar 5 Untuk menutupi bagian sekitar
Handscun 4 operasi
Untuk menutupi duk kecil
Kateter steril 1 Agar dapat memegang alat –
Urin bag 1 alat steril dalam melakukan
Betadine tindakan
Nacl Untuk mengeluarkan urin
Kasa steril Secukup nya Untuk menampung urin
Alkohol desinfektan
Hiportermi elektrik Membersihkan luka
Diametri elektrik cutter Menutupi luka , pembersih luka
Desinfektan , mencuci tangan
Meja instrumen Membakar jaringan dan
Plester pembuluh darah
Masker
Suction 1 Meletakan alat –alat instrumen
ALAT ALAT INSTRUMEN Untuk pelengket kasa
Bistury no.20 1 Penutup hidung dan mulut
Ska pel 1 Untuk menyedot cairan
Duk klem 5
Pinset Alat untuk insisi daerah operasi
Pinset anatomis 2 Gagang bistury
Untuk menjepit duk steril
Pinset cirugis 2
Untuk menjepit jaringan lunak
Arteri klem 4 seperti otot peritonium,
Langen bag 1 subkutis(jaringan lemak)
Untuk menjepit jaringan yang
liat seperti kulit
Blas hak 1 Untuk menjepit pembuluh
Gunting jaringan 2 darah
Gunting benang 1 Untuk menahan area operasi
agar tetap terbuka dan
Oval klem 8 memudahkan pada saat
Nald fowder 2 melakukan tindakan
Koher 2 Untuk menahan blas dari
Kom 2 trauma sat operasi
Nald heating Untuk mengunting jaringan
Rounded Untuk mengunting kasa /
Cutting benang
Benang Untuk menjepit kasa dan
-Cat gut kromik menjepit uterus
Untuk menjepit nald
-Cat gut plain Untuk memegang facia
Untuk tempat betadine dan
nacl
-Vicryl 0.1 , 3/0 Untuk menjahit otot (jaringan
lunak)
Klem tali pusat 2 Untuk menjahit jaringan yang
liat seperti kulit
Benang yang bisa di serap
oleh tubuh dan berfungsi untuk
menjahit uterus , plika,
peritonium, otot dan kulit
Untuk mengikat / menjahit
subkutis (jaringan lemak)
Untuk mengikat / menjahit
facia dan kulit

Untuk mengklem tali pusat


3. Persiapan perawat
Dalam melakukan tindakan operasi terdiri dari 4 petugas yang bertugas di ruangan
 Operator : dokter yang memimpin operasi
 Asisten I : membantu operator
 Asisten II : membantu asisten I
 Instrumen : mempersiapkan alat – alat instrumen
-On lop : membantu mempersiapkan kebutuhan operasi (non steril)
 Anestesi : yang melakukan pembiusan

4. Penatalaksanaan

1.tentukan lokasi operasi sectio caesaria

2.perawat mencuci tangan dan di beri alkohol

3.perawat memakai jas operasi dan memakai handscun steril

4.perawat mempersiapkan alat-alat dan pasien, di anastesi dan dokter menentukan batas yang
akan di insisi

5.daerah operasi di densinfektan menggunakan betadine kemudian di tutup dengan menggunakan


duk klem dan diatasnya di tutup dengan duk besar yang berlobang

6.daerah operasi di densinfeksi menggunakan alkohol

7.insisi daerah operasi sesuai dengan kebutuhan (+- 10 cm) dengan menngunakan bistury

8.klem pembuluh darah setelah pembuluh darah di klem lalu di cess menngunakan cutter

9.subkutis di buka dengan cutter sampai terlihat facia , facia dibuka dengan bistury dengan
bantuan pinset anatomis sepanjang +- 1-2 cm

10.facia di jepit dengan koher lalau otot di buka sampai tampak peritonium

11.peritonium di jepit dengan 2 klemlalu di buka dengan gunting sesuai kebutuhan

12.plika uterovesiaklis diangakat dengan pinset anatomis di seksi dan di sisi menggunakan gunting
kekiri dan kekanan , kandung kemih di dorong ke bawah

13.insisi pada segmen bawah rahim dan kemudian di perluas dengan memakai kedua jari telunjuk

14.otot uterus di buka dengan bistury no. 20 sepanjang 6-8 cm


15.sedot air ketuban dengan menngunakan suction
16.mengeluarkan kepala janin hingga keluar seluruh badan

17.mengeluarkan plasenta , uterus di klem dengan oval klem

18.uterus bagian dalam di bersihkan dan di jahit dengan benang cut gut kromik 3 dan jahitan ke 2
dengan mengunakan kronik 2

19.plika di jahit dengan benang cut gut kromik 2/0

20.bersihkan rongga peritonium dengan mengunakan cairan nacl sambil melihat mungkin masih
ada perdarahan pada bekas insisi

21.peritonium di jahit dengan cut gut kromik 2/0

22.otot dijahit dengan cut gut kromik 2/0

23.facia di ikat / dijahit dengan vicryl atau 0 setelah itu di jahit subkutis dengan cut gut plain 2/0

24.tutup kulit kembali dengan vicryl 3/0 dengan car subtikular(bersambung – sambung )

25.bekas jahitan di tutupi dengan kasa betadine lalu di plester

26.alat – alat di bereskan dengan pasien di rapikan lalu pasien di bawa keruang pemulihan yang di
temani oleh perawat / keluarga sebelum pasien di jemput oleh petugas ruangan dan di bawa
keruangan untuk rawat
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI NYERI


1. DS: - Pasien mengatakan nyeri di abdomen Terputus nay kontinuitas Nyeri
terutama di bagian luka insisi pada jaringan akibat tindakan
abdomen operasi

DO: - Wajah pasien tampak meringis


- Nyeri tekan abdomen
- Skala nyeri 8-9 (berat)

2. DS: - Pasien mengatakan cemmas terhadap Peningkatan Ansietas


kondisi nya ketenangan

- Pasien mengatakan takut pada saat


operasi

DO: - Pasien kelihatan cemas


-Pasien kelihatan gelisah
3. DS: - Pasien mengatakan tidak bisa tidur Rasa nyeri yang terus Gangguan pola tidur
menerus
-Pasien mengatakansering terbangun di
waktu tidur

DO: - Pasien tampak lemah


- Pasien sering menguap
- Wajah pasien kelihatan pucat

DAFTAR PUSTAKA
- Mochtar, rustam.1998.”synopsis obstetri”.Jakarta
- Doengoes Marilyn,1999.”rencana asuhan keperawatan”.edisi 3.Jakarta:EGC
- Prawihardjo, sarwono.2005.”ilmu kebidanan”.Jakarta : Yayasan bina pustaka sarwono
prawirhardjo
- http ://yatinem.wordpress.com/2009
- http ://hidayat2.blogspot.com/2009
LEMBARAN KONSUL

HARI / TANGGAL KETERANGAN PARAF


PEMBIMBING CI

You might also like