Professional Documents
Culture Documents
S
DENGAN POST OP SECTIO CAESARIA INDIKASI LETAK SUNGSANG DI RUANG BEDAH CENTRAL
RSUD Dr. H. YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN
ACEH SELATAN
DI
S
U
S
U
N
OLEH
MARWAN
NIM : 032001DO8070
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH SELATAN
TAHUN AJARAN 2009 / 2010
LEMBARAN PENGESAHAN
Laporan ini merupakan salah satu syarat dalam melaksanakan praktek klinik keperawatan di ruang
BedahCentral RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Aceh Selatan.
Di Setujui Oleh
C I Ruangan Bedah Central Pembimbing Akademik
RSUD Dr. H. Yuliddin Away Akper PemkabAcehSelatan
MARWAN
NIM : 032001D08070
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karna atas berkat dan rahmat serta
karunianya penulis dapat menyelesaikan laporan keperawatan operasi pada Ny. S dengan section
caesaria di ruang instalasi bedah central Rsud Dr. H . Yuliddin Away Tapaktuan.
Shalawat beriring salamjuga penulis sampaikan kepada suri tauladan islami Nabi Besar Muhammad SAW ,
yang mana telah membawa umat nya dari alam kegelapan kea lam yang terang benderang dan berilmu
pengetahuan.
Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Darusman SKM . M. Kes selaku Direktur Akper pemkab Aceh Selatan
2. Bapak Dr. Akmal Jawardi selaku Direktur Rsud Dr H . Yuliddin Away
3. Bapak M . Husaini ,Skep selaku Pembimbing Ruang OK Central
4. Bang Julianto , Amk selaku C I di ruang OK Central
5. Teman – teman sejawat
Penulis menyadari bahwa uraian yang terdapat dalam laporan ini hasilnya masih
Banyak terdapat kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik
dan saran yang sifatnya membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.
MARWAN
BAB I
LANDASAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas
500 gram. (Sarwono, 1991).
Sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada
dinding abdomen dan uterus. (Harry oxorn, 1998)
Sectio caesaria (SC) adalah pembedahan untuk mengeluarkan anak dari rongga
rahim dengan mengiris dinding perut dan dinding rahim (fakultas kedokteran Padjadjaran Bandung, 1985).
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan
dinding uterus (Prawirohardjo, 2005).
Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim utuh dan berat badan janin diatas 500 gram ( Ilmu
Bedah Kebidanan, 2002 )
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus
melalui dinding depan perut atau vagina; atau seksio sesarea adalah suatu histeretomia untuk melahirkan
janin dari dalam rahim. ( Rustam, 1998)
Section caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut atau vagina (synopsis, obstetric : 1989 ).
B. ETIOLOGI
Kelebihan:
Mengeluarkan janin dengan cepat.
Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.
Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.
Kekurangan:
Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonealis yang baik.
Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
2) SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah
rahim).
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen
bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan:
Penjahitan luka lebih mudah.
Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.
umpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi
uterus ke rongga peritoneum.
Perdarahan tidak begitu banyak.
Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil.
Kekurangan:
Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan
uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak.
Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Sayatan memanjang (longitudinal).
2. Sayatan melintang (transversal).
3. Sayatan huruf T (T insicion).
D. Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko
pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan
normal lama / kegagalan proses persalinan normal (Dystosia):
- Fetal distress.
- His lemah/melemah.
- Janin dalam posisi sungsang atau melintang.
- Bayi besar (BBL > 4,2 kg).
- Plasenta previa.
- Kalainan letak.
- Disproporsi Cevalo-Pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul).
- Rupture uteri mengancam.
- Hydrocephalus.
- Primi muda atau tua.
- Partus dengan komplikasi.
- Panggul sempit.
- Problema plasenta.
F. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain:
1. Infeksi puerperal (Nifas):
- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung.
- Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik.
2. Perdarahan:
- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
- Perdarahan pada plasenta bed.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi.
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.
G. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain:
5. Infeksi puerperal (Nifas):
- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung.
- Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik.
6. Perdarahan:
- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
- Perdarahan pada plasenta bed.
7. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi.
8. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk mendeteksi
perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan
lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak
yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang membandel
dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak
5. Uji laboratorium
Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
Panel elektrolit
Skrining toksik dari serum dan urin
GDA
Kadar kalsium darah
Kadar natrium darah
Kadar magnesium darah
I. Penatalaksanaan
1. Memberantas kejang Secepat mungkin.
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu
selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama
juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3
dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila
belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.
2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya pengobatan penunjang
Semua pakaian ketat dibuka
Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu dilakukan
intubasi atau trakeostomi.
Penhisapan lendir harus dilakukan secara tertur dan diberikan oksigen.
3. Pengobatan rumat
Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipietika.
Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang demam
sederhana yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.
Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan
Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
Kejang demam yang mempunyai ciri:
- Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi
perkembangan dan mikrosefali
- Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, berdifat fokal atau diikiuti kelainan saraf
yang sementara atau menetap
- Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
- Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
4. Mencari dan mengobati penyebab
KONSEP LETAK SUNGSANG
A.Pengertian
Letak sungsang adalah dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah cavum uteri (Sarwono P, 1992 : 606).
Letak Sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala berada di fundus
dan bokong di bawah (Rustam M, 1998:350).
Letak sungsang adalah letak membujur dimana kepala terletak di fundus uteri sedangkan bokong di atas
simphisis (Manuaba, 1993 : 145).
B. Etiologi
1. Sudut ibu
a. Keadaan rahim
- Rahim arkuatus
- Uterus dupleks
b. Keadaan plasenta
- Plasenta previa
- Kesempitan panggul
2. Sudut janin
- Kehamilan kembar
- Prematuritas
Diagnosis letak lintang dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pada inspeksi uterus tampak lebih melebar dan fundus uteri lebih rendah, tidak sesuai dengan
umur kehamilannya. Pada palpasi fundus uteri kosong, kepala janin berada di samping dan di atas
simfisis juga kosong, kecuali bila bahu sudah turun ke dalam panggul.
Kalau teraba tahanan dibagian depan, maka punggung ada di bagian depan. Sebaliknya kalau
teraba tonjolan-tonjolan atau bagian-bagian kecil maka punggung terletak di bagian belakang
Denyut jantung janin ditemukan disekitar umbilikus. Apabila bahu sudah masuk kedalam panggul,
pada pemeriksaan dalam dapat diraba panggul dan tulang-tulang iga. Bila ketiak dapat diraba,
arah menutupnya menunjukkan letak dimana kepala janin berada. Punggung dapat ditentukan
dengan terabanya skapula dan ruas tulang belakang, sedangkan dada dengan terabanya
klavikula.
Seringkali salah satu lengan mernumbung dan untuk menentukan lengan mana yang menumbung
kita coba berjabat tangan, kalau dapat berjabatan maka ini tangan kanan.
C. KOMPLIKASI
1. Komplikasi pada ibu : perdarahan, robekan jalan lahir dan infeksi.
2. Komplikasi pada bayi :
Trias komplikasi pada bayi : asfiksia, trauma persalinan, infeksi
LAPORAN KASUS
A.Identitas Pasien
Nama : NY.S
Umur : 24 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : ABDYA
No. RM : 016065
B. Pengkajian Perioperatif
Pernafasan : 20 X / menit
Sirkulasi : 120 / 80 mmhg
Ginjal dan hepar : dalam batas normal
Neurologi : GCS 15 (komposmentis)
Gastrointestinal : pasien di puasakan
Urinary : terpasang kateter 300 cc
Emosi : pasien cemas
Pemeriksaan penunjang :-
C.Pengkajian Intraoperatif
1. Fase awal
- Pernafasan : 20x/menit
Sirkulasi :110/80 mmhg
Infus terpasang : IVFD RL , infus terpasang sebelah kiri
Neurologi (GCS) : GCS 15 (komposmentis)
Gastrointestinal : pasien di puasakan
Urinary : terpasang kateter
Emosi : tenang (kooperatif)
Jenis anestesi : Bupivacaine spinal (anastesi lokal)
EKG : terpasang EKG
2. Fase operasi
- Pernafasan : 18 x /menit
JAM TD HR RR CAIRAN
15.45 WIB 108 / 65 84 19 Input 500 cc
Out put 100 cc
15.50 WIB 99 / 60 73 21 Input 100 cc
Out put 300 cc
16.05 WIB 109 / 75 75 18 Input 1300 cc
Out put 3500 cc
16.15 WIB 100 / 65 74 22 Input 1500 cc
Out put 500 cc
- Pernafasan : 24 X / menit
Emosi : sabil
Input : 1500 cc
Output : 500 cc
Wanita : 37-47%
- transamin : koagulasi
CARA KERJA
1. Persiapan pasien
a. Inform consent yang jelas kepada pasien dan keluarga
- Sio
- Indikasi
- Kontra indikasi
- Resiko operasi
- Resiko tindakan
4. Penatalaksanaan
4.perawat mempersiapkan alat-alat dan pasien, di anastesi dan dokter menentukan batas yang
akan di insisi
7.insisi daerah operasi sesuai dengan kebutuhan (+- 10 cm) dengan menngunakan bistury
8.klem pembuluh darah setelah pembuluh darah di klem lalu di cess menngunakan cutter
9.subkutis di buka dengan cutter sampai terlihat facia , facia dibuka dengan bistury dengan
bantuan pinset anatomis sepanjang +- 1-2 cm
10.facia di jepit dengan koher lalau otot di buka sampai tampak peritonium
12.plika uterovesiaklis diangakat dengan pinset anatomis di seksi dan di sisi menggunakan gunting
kekiri dan kekanan , kandung kemih di dorong ke bawah
13.insisi pada segmen bawah rahim dan kemudian di perluas dengan memakai kedua jari telunjuk
18.uterus bagian dalam di bersihkan dan di jahit dengan benang cut gut kromik 3 dan jahitan ke 2
dengan mengunakan kronik 2
20.bersihkan rongga peritonium dengan mengunakan cairan nacl sambil melihat mungkin masih
ada perdarahan pada bekas insisi
23.facia di ikat / dijahit dengan vicryl atau 0 setelah itu di jahit subkutis dengan cut gut plain 2/0
24.tutup kulit kembali dengan vicryl 3/0 dengan car subtikular(bersambung – sambung )
26.alat – alat di bereskan dengan pasien di rapikan lalu pasien di bawa keruang pemulihan yang di
temani oleh perawat / keluarga sebelum pasien di jemput oleh petugas ruangan dan di bawa
keruangan untuk rawat
ANALISA DATA
DAFTAR PUSTAKA
- Mochtar, rustam.1998.”synopsis obstetri”.Jakarta
- Doengoes Marilyn,1999.”rencana asuhan keperawatan”.edisi 3.Jakarta:EGC
- Prawihardjo, sarwono.2005.”ilmu kebidanan”.Jakarta : Yayasan bina pustaka sarwono
prawirhardjo
- http ://yatinem.wordpress.com/2009
- http ://hidayat2.blogspot.com/2009
LEMBARAN KONSUL