Professional Documents
Culture Documents
3. DUALISME
Aliran dualisme berpendapat bahwa, alam wujud ini terdiri dari dua macam hakika
t sebagai asal usulnya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani. Aliran dualism
e berkeyakinan bahwa, alam wujud ini terdiri dari dua macam hakikat sebagai asa
l usulnya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani. Kedua macam hakikat itu mas
ing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Hubungan antar
a keduanya itulah yang menciptakan kehidupan dalam alam ini. Baginya materi buka
n muncul dari roh, dan roh bukan muncul dari benda. Keduanya sama-sama hakikat.
Di zaman aufklarung Descrates dan Spinoza mengakui aliran serba dua dan men
genal adanya dua hakikat yang bersifat kerohanian dan kebendaan. Namun keduanya
mengakui bahwa kerohanian lebih penting dari kebendaan.
4. SKEPTISISME
Skeptisisme meragukan kemampuan manusia untuk mengetahui hakikat sesuatu.
5. AGNOTICISME
Agnoticisme menyerah sama sekali. Mereka berpendapat bahwa, manusia tidak dapat
mengetahui hakikat benda. Aliran ini selalu menyangkal dengan tegas adanya suatu
kenyataan mutlak yang bersifat transenden.
Tokoh agnoticisme modern Heidegger mengatakan satu-satunya yang ada itu ialah ma
nusia karena hanya manusialah satu-satunya yang dapat memahami dirinya sendiri.
Jadi dunia ini adalah dunia bagi manusia.
Tokoh agnoticisme modern yang lain, Jaspers menyangkal adanya sesautu yang tra
nsenden. Baginya, yang mungkin itu hanyalah transcenderen yakni bahwa manusia
berusaha memahami dirinya sendiri dengan membawakan dirinya yang belum sadar kep
ada kesadaran yang sejati (menemukan wujud kemanusiaan manusia yang sejati). Bag
inya, transcendent (sesuatu yang mutlak) itu tidak ada sama sekali.
PENUTUP
Ontologi merupakan teori tentang hakikat. Ontologi sering disebut metafisika. Pe
mahaman yang baik mengenai masalah-masalah ontologi merupakan keharusan manakala
seseorang ingin memahami secara menyeluruh dunia tempat dia hidup dewasa ini, t
erlepas seseorang itu berkcenderungan meyakini bahwa yang benar itu adalah dual
isme, materialisme, idealisme, skeptisisme, ataupun agnotisisme.
Pandangan ontologi secara praktis akan menjadi masalah utama di dalam pendidikan
. Sebab, anak bergaul dengan dunia lingkungannya dan mempunyai dorongan yang kua
t untuk mengerti sesuatu. Anak-anak, baik di masyarakat maupun di sekolah selalu
menghadapi realitas (kenyataan), objek pengalaman : benda mati, benda hidup. Ba
gaimana asas-asas pandangan religius, keagamaan tentang adanya makhluk-makhluk h
idup yang berakhir dengan kematian, bagaimana kehidupan dan kematian dapat dimen
gerti. Begitu pula realitas semesta, dan eksistensi manusia yang memiliki jasman
i dan rohani. Bahkan bagaimana sebenarnya eksistensi Tuhan Maha Pencipta.
Memang bukanlah tugas dan kewajiban lembaga pendidikan (sekolah/madrasah
) semata-mata membimbing pengertian anak-anak untuk memahami realitas dunia yang
nyata ini. Sekolah berkewajiban untuk membina kesadaran tentang kebenaran yang
berpangkal atas realitas itu. Ini berarti realitas itu sebagai tahapan pertama,
sebagai stimulus untuk menyelami kebenaran. Potensi berfikir kritis anak-anak wa
jib dibina secara sistematis untuk mengerti kebenaran itu. Mereka harus mampu m
engerti perubahan-perubahan di dalam lingkungan hidupnya baik tentang adat istia
dat, tata sosial dan pola-pola masyarakat, maupun tentang nilai-nilai moral dan
hukum. Daya pikir yang kritis akan sangat membantu pengertian tersebut. Kewajiba
n pendidikan melalui latar belakang ontologis ini ialah membina daya pikir yang
tinggi dan kritis.
ASPEK ONTOLOGI
Aspek ontologi dari ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan secara :
a. Metodis; Menggunakan cara ilmiah
b. Sistematis; Saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu k
eseluruhan
c. Koheren; Unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan
d. Rasional; Harus berdasar pada kaidah berfikir yang benar (logis)
e. Komprehensif; Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, me
lainkan secara multidimensional â atau secara keseluruhan (holistik)
f. Radikal; Diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya
g. Universal; Muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di mana
saja.