Professional Documents
Culture Documents
VI-1
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Permasalahan umum yang dihadapi pemerintah daerah dalam upaya
meningkatkan penerimaan daerah antara lain:
a. Tingginya tingkat kebutuhan daerah yang tidak seimbang dengan
kemampuan daerah.
b. Masih rendahnyanya kualitas layanan publik.
c. Masih lemahnya infrastruktur sarana dan prasarana.
d. Belum diketahuinya potensi PAD yang mendekati kondisi riil, dan
e. Bantuan dari pemerintah pusat yang belum memadai.
Melihat permasalahan di atas, daerah dituntut untuk lebih
meningkatkan kemampuannya guna menggali potensi pendapatan yang
dimiliki. Hal lain yang harus diperhatikan adalah pendapatan daerah harus
dilakukan secara cermat, tepat, dan transparan serta dapat
dipertanggungjawabkan.
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Realisasi Pendapatan Daerah selama 5 (lima) tahun terakhir
menunjukkan adanya kenaikan yang signifikan pada setiap tahunnya baik
pada komponen PAD, dana perimbangan, maupun lain-lain pendapatan
yang sah. Realisasi PAD selama 5 (lima) tahun terakhir adalah sebagai
berikut:
Tabel 6.1. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2003-2007
VI-2
1. Menggali dan mengembangkan sumber-sumber PAD.
2. Memperbaiki sistem administrasi pendapatan daerah untuk menjamin
agar semua pendapatan daerah dapat terkumpul secara optimal.
3. Menyederhanakan prosedur pelayanan masyarakat agar lebih efektif
dan efisien.
4. Meningkatkan kesadaran wajib pajak dan wajib retribusi dalam
melaksanakan kewajibannya.
5. Meningkatkan jaminan keadilan bagi wajib pajak/retribusi.
6. Meningkatkan kemampuan dan profesionalisme aparat pengelola
pendapatan.
7. Mengoptimalkan peran BUMD.
8. Meningkatkan pemberdayaan aset daerah.
9. Meningkatkan pola koordinasi intern dan antar instansi pengelola
pendapatan.
10. Meningkatkan penyediaan sarana-sarana pendukung berkembangnya
investasi dan dunia usaha.
Untuk mendukung pembiayaan pembangunan daerah dalam rangka
pencapaian visi dan misi daerah, maka target PAD 2009-2013 adalah
sebagaimana tabel berikut.
VI-3
3. Peningkatan sistem administrasi pendapatan daerah.
4. Penerapan beban pajak dan retribusi secara proporsional dan
berkeadilan.
5. Peningkatan kinerja dan disiplin aparat pengelola pendapatan.
6. Intensifikasi pendapatan daerah.
7. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung perkembangan dunia
usaha dan investasi.
8. Pemberdayaan aset daerah.
9. Pemberdayaan dan peningkatan peran BUMD.
10. Penegakan Peraturan Daerah tentang pajak dan retribusi daerah.
2. Dana Perimbangan
Dana perimbangan merupakan komponen pendapatan daerah yang
dominan. Realisasi dana perimbangan selama kurun 2003-2007 adalah
sebagai berikut:
Tabel 6.3. Realisasi Dana Perimbangan
Alokasi dana perimbangan baik itu bagi hasil, dana alokasi umum
maupun dana alokasi khusus dilakukan melalui formula baku yang telah
ditetapkan pemerintah. Besar kecilnya Dana perimbangan yang diterima
daerah sangat tergantung pada:
a. Potensi daerah atau kapasitas fiskal.
b. Kebutuhan pembiayaan untuk mendukung penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
c. Tersedianya dana APBN.
Upaya yang dapat dilakukan daerah dalam rangka meningkatkan dana
perimbangan ini adalah dengan mengoptimalkan penerimaan pajak pusat
yang dapat dibagi dengan daerah, seperti PPh, BPHTB.
VI-4
Dengan memperhatikan kondisi perekonomian nasional dan dinamika
penyelenggaraan pemerintahan di daerah, maka prediksi dana
perimbangan selama kurun waktu 2009-2013 adalah sebagai berikut:
Tabel 6.4. Proyeksi Dana Perimbangan
Realisasi
Tahun
(Rp)
2003 15,749,907,000
2004 14,847,333,000
2005 10,872,000,000
2006 0
2007 14,921,155,700
Tahun Proyeksi
2009 37,727,066,709
2010 47.866.634.612
2011 50.030.707.848
2012 52.324.625.478
2013 54.756.178.165
VI-5
proyeksi pendapatan daerah selama 5 (lima) tahun kedepan dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 6.7. Proyeksi Pendapatan Daerah 2009-2013
VI-6
urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu
dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintahan daerah atau
antar pemerintahan daerah.
Belanja daerah dalam rangka pelaksanaan urusan wajib digunakan
untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang
diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan,
kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta
mengembangkan sistem jaminan sosial untuk menjaga eksistensi
penyelenggaraan pemerintahan. Sedangkan pelaksanaan belanja daerah
dalam rangka pelaksanaan urusan pilihan dimaksudkan untuk
mengembangkan potensi daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Realisasi Belanja Daerah selama 5 (lima) tahun terakhir
menunjukkan terjadinya peningkatan belanja daerah pada setiap tahunnya
seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan pembangunan daerah.
Perkembangan belanja daerah selama 5 (lima) tahun terakhir adalah sebagai
berikut:
Tabel 6.8. Realisasi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung 2003-2008
KOMPOSISI BELANJA
TH TIDAK LANGSUNG KENAIKAN LANGSUNG KENAIKAN JUMLAH KENAIK AN
TL L
2003 199.251.919.058 0,000 % 95.422.120.258 0,000 % 294.674.039.316 0,000 % 67,618 % 32,382 %
2004 227.951.445.401 14,404 % 79.181.393.843 -17,020 % 307.132.839.244 4,228 % 74,219 % 25,781 %
2005 223.027.063.869 -2,160 % 45.984.043.375 -41,926 % 269.011.107.244 -12,412 % 82,906 % 17,094 %
2006 344.791.420.909 54,596 % 78.895.262.646 71,571 % 423.686.683.555 57,498 % 81,379 % 18,621 %
2007 359.251.365.133 4,194 % 144.292.130.826 82,891 % 503.543.495.959 18,848 % 71,345 % 28,655 %
2008 379.954.704.010 5,763 % 214.533.843.226 48,680 % 594.488.547.236 18,061 % 63,913 % 36,087 %
VI-7
3. Bersifat strategis, penting dan mendesak untuk segera dilaksanakan.
4. Berdampak luas pada pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat dan
peningkatan pelayanan publik serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
5. Mencukupi kebutuhan penyelenggarakan pemerintahan daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Mengingat terbatasnya kemampuan keuangan daerah untuk
memenuhi kebutuhan anggaran pembangunan daerah yang semakin
meningkat, maka program dan kegiatan pembangunan yang direncanakan
dalam rangka pencapaian visi daerah dilakukan secara selektif berdasarkan
skala prioritas. Kebijakan yang dapat diambil dalam hal ini adalah:
1. Pilihan aktivitas, strategi yang digunakan adalah efisiensi, ekonomis dan
efektif dalam rangka pencapaian tujuan daerah.
2. Pengurangan aktivitas, dalam hal ini adalah aktivitas yang kurang atau
tidak mendukung pencapaian tujuan daerah.
3. Penghilangan aktivitas, menghilangkan aktivitas yang tidak mendukung
tujuan daerah serta membebani anggaran daerah.
Pokok-pokok pengelolaan belanja daerah selama 5 (lima) tahun ke
depan didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
1. Pengelolaan belanja daerah bertumpu pada peningkatan pelayanan
publik guna peningkatan kesejahteraan masyarakat.
2. Pengelolaan belanja daerah harus dikelola dengan pendekatan kinerja.
3. Pengelolaan belanja daerah dilakukan dengan prinsip money follow
function untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan publik.
4. Pengelolaan belanja tidak bersifat line item dan incrementalism akan
tetapi berbasis pada program.
5. Peningkatan alokasi belanja untuk program yang dapat mengakibatkan
penerimaan kembali pada daerah atau bersifat investasi/cost recovery.
6. Penggunaan belanja daerah memperhatikan kemampuan pendapatan
daerah serta memperhitungkan sisa lebih perhitungan anggaran tahun
sebelumnya dan melihat kapasitas serta substansi belanja baik belanja
tidak langsung maupun belanja langsung secara komprehensif.
7. Pengelolaan belanja daerah dituangkan dalam Kebijakan Umum
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) dan Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara (PPAS).
VI-8
8. Pengelolaan belanja daerah harus dilakukan dengan prinsip efisien,
ekonomis, efektif, transparan, normatif, yuridis, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
VI-9
Dengan memperhatikan prediksi pendapatan dan belanja sebagimana
di atas, maka selama kurun waktu 5 tahun ke depan posisi RAPBD
Kabupaten Temanggung diperkirakan dalam posisi defisit anggaran, dengan
demikian harus diupayakan sumber-sumber penerimaa pembiayaan untuk
menutup defisit.
Adapun prediksi pembiayaan daerah selama kurun waktu 2009-2013
dengan asumsi bahwa :
a. Pendapatan daerah sesuai preediksi.
b. Belanja daerah sesuai prediksi.
c. Penerimaan daerah hanya mengandalkan SILPA dan penerimaan
pinjaman daerah;
maka proyeksi pembiayaan daerah untuk lima tahun kedepan dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 6.10. Proyeksi Pembiayaan
PEMBIAYAAN
TAHUN PENDAPATAN BELANJA DEFISIT
PENERIMAAN PENGELUARAN
2009 578.857.738.386 609,737,958,017 (30.880.219.631,00) 37.992.812.631 7.112.593.000
2010 639.748.989.365 650.147.391.362 (10,398.401.996,77) 32.391.214.628 21.992.812.631
2011 681.261.762.539 685.714.709.600 (4.452.947.061,11) 33.844.161.689 29.391.214.628
2012 724.646.420.402 729.664.883.427 (5.018.463.025,18) 35.362.624.714 30.344.161.689
2013 772.048.163.544 777.207.224.554 (5.159.061.009,98) 37.021.685.724 31.862.624.714
VI-10