You are on page 1of 138

PEMILIHAN DAN PEMANFAATAN BUKU PENUNJANG BAHAN

BELAJAR MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA


OLEH SISWA KELAS II SMA NEGERI 1 JEKULO KUDUS

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi strata 1


untuk mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Nama : SAFIUL CHORIAH


NIM : 1124000018
Program Studi : S1 Kurikulum Teknologi Pendidikan

KURIKULUM TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
1
2

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan dapat diajukan di depan Sidang
Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
pada :

Hari : Senin
Tanggal : 18 Juli 2005

Pembimbing I Pembimbing II

Drs.Achmad Sugandi, M.Pd Drs. Haryanto


NIP. 130 345 756 NIP. 131 404 301

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Drs. Haryanto
NIP. 131 404 301
3

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan dihadapan sidang panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu


Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Semarang pada

Hari : Kamis
Tanggal : 4 Agustus 2005

Ketua Sekretaris

Drs. Siswanto, M.M Drs. Sukirman, M.Si


NIP. 130515769 NIP. 131570066

Pembimbing I Penguji I

Drs. Achmad Sugandi, M. Pd Drs. Kustiono


NIP.130345756 NIP.131998682

Pembimbing II Penguji II

Dr. Haryanto Drs. Achmad Sugandi, M. Pd


NIP.131404301 NIP.130345756

Penguji III

Dr. Haryanto
NIP.131404301
4

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari temuan orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan oarang lain yag terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang,

Safiul Choriah
NIM. 1124000018
5

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:
1. Hidup ini penuh dengan kesukaran, tetapi jawablah semua kesukaran itu,
mungkin salah satu diantaranya merupakan kesempatan. (Penulis)
2. Di dalam kehidupan manusia pengalaman hidup adalah penting, tetapi
pengertian tentang hidup lebih utama. (Penulis)
3. Kegagalan tidak akan terjadi pada diri seseorang apabila ia mempunyai
kemauan yang kuat dan tangguh serta selalu mendekatkan diri pada Allah.
(Rusdi Hambali)

Persembahan
Karya ini kupersembahkan kepada :
1. Yang tercinta Bapak-Ibuku sebagai
wujud Dharma Baktiku
2. Kakak dan Adikku (Mas Sarif dan adik
Mona )
3. Para guru dan Pendidikku dari TK
sampai Perguruan Tinggi
4. Sahabat-sahabatku yang baik
5. Almamaterku
6

PRAKATA

Puji Syukur penulis senantiasa panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini

dengan judul”Pemilihan dan Pemanfaatan Buku Penunjang Bahan Belajar Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia Oleh Siswa Kelas II SMA N 1 Jekulo Kudus”. Penulis

sangat bersyukur sekali karena dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi

sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Dalam Proses penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa banyak

pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan sehingga pada akhirnya

skripsi ini dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat

1. Dr. A. T Soegito, MM. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan kesempatan belajar dan menimba ilmu di Universitas Negeri

Semarang.

2. Drs. Siswanto, MM. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan belajar sampai

terselesaikannya skripsi ini.

3. Drs. Haryanto, Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Universitas Negeri Semarang dan sebagai dosen pembimbing II yang telah

memberikan bantuan dalam penyusunan ijin untuk penelitian.


7

4. Drs. Achmad Sugandi, M. Pd , sebagai dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dengan sabar dan bijaksana serta

memberikan dorongan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

5. Segenap Dosen Jurusan KTP FIP UNNES yang telah memberikan bantuan

dan bimbingan kepada penulis selama belajar di Jurusan KTP.

6. Drs. Agus Nuratman selaku Kepala Sekolah SMA Negeri I Jekulo, yang

telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

7. Ibu Rudati dan Junarsih selaku guru pembimbing dan guru-guru kelas I, III

yang telah memberikan bantuan dan dorongan untuk menyelesaikan

skripsi ini.

8. Keluarga besarku yang ada di Kudus yang selalu memberikan semangat

baik material maupun spiritual.

9. Teman-Temanku KTP’ 00, specially Jo, Afri dan Tri. Teman- teman

Wisma Putri Adifit, Mbak Lis, Ika, Wati, Uci serta mas Bas terima kasih

untuk bantuan dan motivasinya.

Dengan segala kerendahan hati, Penulis menyadari bahwa karya ini masih

belum sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari

berbagai pihak sangat diharapkan.Akhirnya semoga skripsi ini dapat berguna

dan bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang,

Penulis
8

ABSTRAK

Safiul Choriah, 2005. Pemilihan dan Pemanfaatan Buku Penunjang Bahan


Belajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia oleh Siswa
Kelas II SMA Negeri 1 Jekulo Kudus. Skripsi Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.
Kata Kunci : Pemilihan, Pemanfaatan, Buku Penunjang.
Pada proses pembelajaran, guru tidak dapat menyampaikan seluruh
bahan pelajaran secara jelas kepada siswa karena keterbatasan waktu dan
banyaknya materi yang harus disampaikan. Salah satu usaha untuk
memperbaikinya adalah dengan memilih dan memanfaatkan penunjang bahan
belajar pendidikan secara lebih optimal dan sistematis. Dari uraian tersebut
peneliti tertarik melakukan kajian tentang pemilihan dan pemanfaatan buku
penunjang bahan belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia oleh siswa kelas II
SMA Negeri 1 Jekulo Kudus dengan tujuan : 1) mengetahui kriteria pemilihan
buku penunjang bahan belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia oleh siswa kelas II
SMA Negeri 1 Jekulo Kudus, 2) mengetahui pemanfaatan buku penunjang bahan
belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia oleh siswa kelas II SMA Negeri 1 Jekulo
Kudus, 3) mengetahui jenis-jenis buku penunjang yang digunakan siswa kelas II
SMA Negeri 1 Jekulo Kudus.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SMA Negeri 1
JekuloKudus sebanyak 240 siswa. Pengambilan sampel dilakukan secara random
sampling dengan besarnya sampel adalah 50% dari populasi. Dengan demikian
jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 120 siswa. Variabel dalam penelitian
ini adalah pemilihan buku penunjang bahan belajar mata pelajaran Bahasa
Indonesia dan Pemanfaatan penunjang bahan belajar mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Pengumpulan data penelitian dengan metode dokumentasi dan angket.
Analisis data menggunakan analisis deskriptif persentase.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis bahan bacaan
yang paling disenangi siswa adalah buku pelajaran (84,2%), para siswa juga
menyenangi buku bacaan lain seperti buku sastra/novel (73,3%), surat kabar
(73,3%) dan majalah (70,0%). Kriteria sebagian besar siswa dalam memilih bahan
bacaan adalah yang menarik (63,4%). Pemanfaatan buku penunjang sebagian
besar siswa (53,3%) adalah baik. Dorongan guru kepada siswa dalam
pemanfaaatan bahan bacaan adalah baik (55,8%) dan frekuensi pemanfaatan buku
penunjang oleh siswa cukup sering (43,0%).
Mengacu dari hasil penelitian tersebut dimana pemilihan dan
pemanfaatan buku penunjang oleh siswa sudah baik, maka peneliti dapat
mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1) para siswa hendaknya
memprioritaskan pilihannya untuk membaca bahan-bahan penunjang pelajaran
yang relevan agar prestasi bejajar meningkat, 2) para siswa hendaknya lebih
mengefektifkan waktu luang untuk kegiatan membaca dalam upaya penyelesaian
tugas-tugas dari guru maupun untuk mendapatkan berbagai informasi yang aktual
dan bermanfaat, 3) guru hendaknya memberikan tugas-tugas yang dapat
menunjang siswa untuk lebih banyak membaca berbagai bahan bacaan sebagai
sarana penyelesaian tugas-tugas tersebut, dan 4) sekolah hendaknya
mengusahakan berbagai referensi buku, surat kabar, majalah,maupun yang lain
secara lengkap agar minat baca siswa untuk mendapatkan sumber informasi dari
perpustakaan dapat meningkat.
9

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii

PERNYATAAN.......................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. v

PRAKATA.................................................................................................. vi

SARI............................................................................................................ viii

DAFTAR ISI............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL....................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Perumusan Masalah.............................................................. 8

C. Tujuan Penelitian.................................................................. 8

D. Manfaat Penelitian................................................................ 9

E. Pembatasan Istilah ................................................................ 9

F. Sistematika Skripsi ............................................................... 10

BAB II LANDASAN TEORI

A. Hakikat Belajar..................................................................... 13
10

a. Pengertian Belajar.......................................................... 13

b. Prinsip-prinsip Belajar ................................................... 18

B. Pembelajaran Sebagai Suatu Sistem .................................... 21

a. Pengertian Pembelajaran................................................ 21

b. Hirarki Tujuan Pendidikan............................................. 21

c. Tujuan Pendidikan Nasional .......................................... 22

d. Tujuan Lembaga............................................................. 22

e. Tujuan Kurikuler ............................................................ 23

f. Tujuan Pembelajaran...................................................... 23

g. Komponen-komponen Pembelajaran ............................. 23

C. Sumber Belajar..................................................................... 25

a. Pengertian Sumber Belajar ............................................. 25

b. Macam-macam Sumber Berlajar .................................... 26

c. Sumber Belajar Sebagai Ilmu ......................................... 27

d. Manfaat Sumber Belajar................................................. 30

e. Komponen Sumber Belajar ............................................ 31

D. Teknologi Pendidikan .......................................................... 33

a. Pengertian Teknologi Pendidikan................................... 33

b. Kawasan Teknologi Pendidikan ..................................... 33

c. Kedudukan Teknologi Pendidikan1 ............................... 35

E. Bahan Bacaan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di SMA .. 36

a. Pengertian Bahan Bacaan ............................................... 36

b. Jenis-jenis Bahan Bacaan ............................................... 38


11

c. Fungsi Bahan bacaan ...................................................... 49

d. Manfaat Bahan Bacaan................................................... 50

e. Pemilihan Bahan Bacaan ................................................ 53

f. Pelajaran Bahasa Indonesia Di SMA.............................. 55

g. Fungsi Bahasa Indonesia ................................................ 56

h. Tujuan Pengajaran .......................................................... 56

i. Penggunaan Bahasa Indonesia........................................ 57

j. Ruang Lingkup Bahasa Indobesia .................................. 58

k. Rambu-rambu Bahasa Indonesia .................................... 58

l. Prinsip dan strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia ..... 59

m. Materi Sastra................................................................... 59

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ........................................................... 61

B. Populasi dan Sampel ............................................................ 62

C. Variabel Penelitian ............................................................... 64

D. Metode Pengumpulan Data .................................................. 65

E. Analisis Data Penelitian ....................................................... 67

F. Uji Validitas dan Reliabilitas angket.................................... 76

G. Pelaksanaan dan Tempat Penelitian ..................................... 78

H. Paradigma Penelitian............................................................ 79

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMA N 1 Jekulo Kudus......................... 82

B. Pendapat Siswa Tentang Bahan Bacaan.............................. 84


12

C. Pemanfaatan Buku Penunjang............................................. 87

D. Jenis-Jenis Bahan Bacaan Pilihan Siswa............................. 92

E. Pembahasan ........................................................................ 98

1. Pendapat Siswa tentang alasan Pemilihan Buku

Penunjang........................................................................ 98

2. Sikap Siswa Terhadap Bahan Bacaan............................. 99

3. Pemanfaatan Buku Penunjang Oleh Siswa ..................... 99

4. Dorongan Guru Terhadap Siswa..................................... 100

5. Frekuensi Pemanfaatan Bahan bacaan ............................ 100

6. Jenis-jenis Bahan Bacaan Pilihan Siswa ......................... 101

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................... 102

B. Saran.................................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 105

LAMPIRAN-LAMPIRAN.......................................................................... 109
13

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Deskripsi variabel soal Option Jawaban Ya dan Tidak..................... 70

3.2 Kriteria Sikap Siswa Terhadap Bahan Bacaan .................................. 72

3.3 Kriteria Pemilihan Bahan Bacaan...................................................... 73

3.4 Kriteria Pemanfaatan Bahan bacaan.................................................. 74

3.5 Kriteria Dorongan Guru Terhadap siswa........................................... 75

3.6 Kriteria Frekuensi Pemanfaatan Bahan Bacaan ................................ 76

4.7 Deskripsi Alasan Pemilihan Bahan Bacaan Siswa ............................ 84

4.8 Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Bahan Bacaan ............................... 85

4.9 Deskripsi Pemanfaatan Bahan Bacaan Oleh Siswa ........................... 87

4.10 Deskripsi Dorongan Guru Terhadap Siswa ...................................... 89

4.11 Deskripsi Frekuensi Pemanfaatan bahan Bacaan Oleh Siswa........... 90

4.12 Deskripsi Nama Yang Dibaca Siswa................................................. 92

4.13 Deskripsi Judul Novel/Buku Sastra Yang Dibaca Siswa .................. 93

4.14 Deskripsi Nama Surat Kabar Yang Dibaca Siswa............................ 93

4.15 Deskripsi Nama Majalah Yang Dibaca Siswa................................... 94

4.16 Deskripsi Nama Buku Pelajaran Yang Dibaca Siswa ....................... 95

4.17 Deskripsi Nama Majalah Yang Dimiliki Siswa ............................... 96

4.18 Deskripsi Nama Buku Pelajaran Yang Dimiliki Siswa ..................... 96

4.19 Deskripsi Nama Surat Kabar Yang Dimiliki Siswa .......................... 97


14

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerucut Pengalaman Dale ................................................................. 28

2.2 Kawasan Teknologi Pendidikan ........................................................ 35

2.3 Pembelajaran Bahasa Indonesia Sebagai Suatu Sistem..................... 81

4.4 Distribusi Kriteria Pemilihan Bahan Bacaan..................................... 85

4.5 Distribusi Sikap Siswa Terhadap Bahan Bacaan............................... 86

4.6 Distribusi Pemanfaatan Bahan Bacaan.............................................. 88

4.7 Distribusi Dorongan Guru Terhadap Siswa....................................... 90

4.8 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Bahan Bacaan ............................. 91


15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian .......................................................... 109

2. Pernyataan Angket............................................................................. 110

3. Kuesioner........................................................................................... 111

4. Hasil Wawancara ............................................................................... 125

5. Pedoman Observasi ........................................................................... 142

6. Denah Perpustakaan SMA N 1 Jekulo Kudus ................................... 145

7. Denah SMA N 1 Jekulo Kudus ......................................................... 146

8. Grafik Pengunjung Perpustakaan SMA N 1 Jekulo Kudus ............... 148

9. Grafik Peminjam Perpustakaan ......................................................... 149

10. Data Keadaan Buku Perpustakaan..................................................... 150

11. Data Hasil Uji Coba Angket Penelitian............................................. 151

12. Perhitungan Validitas Angket Penelitian........................................... 154

13. Perhitungan Reliabilitas Angket Penelitian....................................... 156

14. Data Hasil Penskoran Angket Penelitian........................................... 157

15. Deskripsi Frekuensi Data Hasil Penelitian ........................................ 163

16. Deskripsi Data Hasil Penelitian......................................................... 171

17. Daftar Nilai Kelas II .......................................................................... 173

18. Laporan Perpustakaan........................................................................ 183

19. Surat Ijin Penelitian .......................................................................... 191

20. Surat Keterangan Penelitian .............................................................. 192

21. Dokumentasi ...................................................................................... 193


16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Sekolah Menengah Atas memegang peranan yang sangat penting. Sejalan

dengan tujuan pendidikan nasional yang harus dicapai oleh bangsa Indonesia,

seperti tecantum di dalam pembukaan UUD 1945, ialah “mencerdaskan

kehidupan bangsa”. Upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam arti

meningkatkan kualitas manusia Indonesia pada dasarnya hanya dapat

direalisasikan melalui kegiatan pendidikan. Proses kualitas manusia Indonesia,

yang diinginkan telah dirumuskan arah kebijakan Garis-Garis Besar Haluan

Negara (GBHN, 1999:73) yaitu mengembangkan kualitas sumber daya

Indonesia sedini mungkin secara terarah, terpadu, dan menyeruluh melalui

berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa agar

generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai dengan hak

dukungan dan lindungan sesuai dengan operasinya. Oleh karena itu siswa

Sekolah Menegah Atas perlu disiapkan dan dibekali dengan dasar-dasar sains,

dan pengelolaan kemampuan untuk memecahkan masalah dan menyesuaikan

diri dengan perubahan-perubahan sekelilingnya.

Permasalahan yang ada dalam pendidikan formal senantiasa bertambah

dari tahun ketahun. Salah satunya adalah masalah kualitas pada pendidikan
17

dasar. Kualitas pendidikan pada Pendidikan Dasar harus selalu ditingkatkan

karena siswa yang telah lulus masih melanjutkan kejenjang pendidikan yang

lebih tinggi. Sekolah Menengah Atas sebagai lembaga pendidikan formal yang

memberikan pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan yang fundanmental

harus benar-benar menjalankan tugas dengan baik. Tingkat ini baik, maka

pendidikan jenjang berikutnya akan menjadi mantap dan dapat mencapai

tujuan yang dicita-citakan. Seperti pendapat Soepartinah (1980:17) sebagai

berikut:

Kami yakin bahwa pendidikan yang lebih baik akan menjadi dasar
yang kokoh bagi usaha siswa dalam mengajar pendidikan yang
lebih baik. Di Pendidikan Dasar pada usia muda sekali sudah mulai
belajar mendisiplinkan diri, belajar membaca, belajar bagaimana
belajar, atau belajar untuk belajar/learning to learn.

Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah

banyak menciptakan peralatan teknologis yang dapat dimanfaatkan oleh dunia

pendidikan, baik mulai Pendidikan Tingkat Dasar sampai Pendidikan Tingkat

Tinggi. Salah satu hasil dari teknologi yang telah dimanfaatkan dalam dunia

pendidikan adalah buku penunjang yang berguna untuk menyumbangkan

peran dalam proses belajar mengajar pada Sekolah Menengah Atas.

Dari segi pelaksanaan aktivitas pendidikan usaha tersebut terwujud

dalam bentuk belajar mengajar. Proses belajar mengajar sebagai aktivitas

pendidikan selalu melibatkan guru dengan siswa. Guru dengan siswa dalam

proses belajar mengajar saling berkomunikasi dan berinteraksi untuk

mencapai tujuan yang diharapkan. Proses belajar mengajar dalam bentuk tatap
18

muka antara guru dengan siswa, ada beberapa hal yang tidak dapat

disampaikan secara sempurna kepada siswa, salah satu usaha untuk

memperbaikinya adalah dengan memilih dan memanfaatkan bahan belajar

pendidikan secara lebih optimal dan sistematis. Buku penunjang bahan belajar

dalam penelitian ini adalah bahan bacaan berupa majalah, koran, roman,

novel, resensi, karya tulis, bulletin, komik, dan jurnal. Barangkali, sehubungan

dengan masalah sumber bahan pembelajaran, ketersediaan buku pelajaran

dengan memperhitungkan jumlah siswa selalu merupakan momok yang sulit

diatasi dalam dunia pendidikan di Indonesia selama ini, lebih-lebih dalam

konteks pembelajaran bahasa. Buku-buku pelajaran (terutama buku teks

wajib) seharusnya tersedia di setiap kelas dan jenjang sekolah dan jumlah

yang memadai. Ketika kegiatan pembelajaran harus dan pasti berhadapan

dengan teks-teks bacaan yang agak panjang, misalnya wacana lengkap, para

siswa tidak mungkin dituntut untuk mencatat teks-teks tersebut di buku tulis

mereka masing-masing. Jika keadaan seperti ini yang terjadi, hampir seluruh

alokasi waktu yang tersedia akan dihabiskan hanya untuk kegiatan menulis,

bukan dalam arti mengarang, tetapi menyalin. Jika hal ini yang terjadi, tidak

keliru kalau ada orang secara berkelakar mengatakan bahwa CBSA hanya

singkatan dari Catat Buku Sampai Abis (baca:habis). Sementara itu,

kemampuan sekolah untuk menyediakan buku-buku pelajaran yang diperlukan

rata-rata masih sangat terbatas. Persoalannya sudah tentu terbentur pada

masalah klise, ketersediaan yang sangat minim. Selain itu, berharap pada

kemampuan siswa untuk membeli sendiri buku-buku pelajaran dan buku


19

penunjang lainnya yang mereka perlukan juga masih terasa sulit, bahkan tidak

realistis untuk masa sekarang.

Harus diakui bahwa sampai saat ini sekolah-sekolah di Indonesia rata-

rata belum memiliki sarana dan prasarana belajar yang memadai, apalagi

untuk dikatakan lengkap. Masalah kualitas ruang belajar mungkin sudah

relatif teratasi, tetapi jika menyangkut fasilitas alat dan bahan pelajaran selalu

menjadi keluhan yang tak kunjung tertuntaskan. Dalam konteks ini, persoalan

utama yang sering dihadapi guru maupun siswa dalam pembelajaran bahasa

Indonesia pada umumnya berhubungan dengan pengadaan buku pelajaran,

baik buku teks maupun buku penunjang. Bagaimanapun, kegiatan

pembelajaran bahasa Indonesia senantiasa akan berhadapan dengan teks-teks

sastra. Siswa tidak mungkin dituntut sepenuhnya untuk membeli buku-buku

pelajaran yang mereka perlukan, apalagi jika disuruh untuk mencatat semua

teks sastra yang dipelajarinya. Sekolah-sekolah di wilayah perkotaan sudah

tentu tidak bisa dijadikan rujukan dalam persoalan ini, karena sekolah-sekolah

di Indonesia juga meliputi wilayah pedesaan yang tingkat sosial ekonominya

cenderung lebih rendah (Jamaluddin, 2003:89). Rendahnya minat baca siswa,

ini menyebabkan minimnya pengetahuan yang dimiliki siswa. Siswa hanya

mengetahui informasi perkembangan ilmu pengetahuan, riset, dan teknologi

hanya dari satu sumber saja yaitu guru. Padahal guru dituntut untuk

menyelesaikan materi kurikulum tepat waktunya, sehingga hampir tidak ada

waktu bagi guru untuk menyampaikan informasi (Rachman, 1982:28). Untuk

itu guru dalam proses belajar mengajar harus mendorong siswa untuk tidak
20

tergantung pada guru saja. Mereka harus aktif mencari dan memanfaatkan

buku-buku penunjang yang relevan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Dengan adanya buku penunjang Bahasa Indonesia, seorang anak dalam hal

ini siswa akan dapat membekali dirinya dengan beragam pengetahuan. Buku

penunjang dapat membangkitkan wawasan berpikir siswa dan mengasah

imajinasi serta memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.

Lantaran keterbatasan fasilitas buku penunjang dan buku pelajaran

yang tidak seimbang dengan jumlah siswa per kelas, para guru pun akhirnya

terpaksa melaksanakan tugasnya sesuai dengan kondisi sekolah masing-

masing. Kecenderungan semacam ini sudah menjadi gambaran umum bagi

sekolah-sekolah di Indonesia, lebih-lebih yang berada di luar perkotaan.

Sistem fotokopi sebagai salah satu solusinyapun belum dapat dilakukan

karena fasilitas tersebut sulit ditemukan di luar perkotaan. Buku-buku bacaan

yang ada di perpustakaan sekolah rata-rata juga masih sangat kurang,

sementara keberadaan perpustakaan umum juga belum menjangkau hingga ke

wilayah pedesaan. Pada akhirnya, hampir seluruh alokasi waktu yang tersedia

terpaksa digunakan untuk mencatat bahan pelajaran atau membaca teks sastra

secara bergantian. Keadaan ini tentu sangat memprihatinkan. Belum lagi jika

kita menyoal keberadaan buku-buku teks pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia, baik buku teks wajib maupun buku-buku terbitan swasta, yang rata-

rata masih banyak kelemahannya.

Melihat kenyataan yang ada, agaknya tujuan ideal pembelajaran sastra

yang apresiatif itu merupakan seuatu yang sulit untuk dicapai, masih sebatas
21

hal yang dicita-citakan, kalau bukan hanya sebuah khayalan belaka. Jika

maksud kita ingin membawa anak didik untuk memahami dan menghargai

karya-karya sastra Indonesia dengan segala ragamnya (puisi, cerpen, novel,

drama), seyogianya karya-karya tersebutlah yang dicetak ulang sebanyak-

banyaknya dan didistribusikan ke sekolah-sekolah di seluruh wilayah negeri

ini. Dengan demikian para siswa dapat membaca karya-karya sastra tersebut,

baik yang relevan dengan pokok bahasan yang sedang mereka pelajari

maupun hanya sebagai bahan bacaan sampingan, bukan dalam bentuk kutipan-

kutipan fragmen (ringkasan) atau sinopsisnya. Melalui pembacaan langsung

semacam itu, ditambah dengan bimbingan guru, kelak dengan sendirinya akan

tumbuh penghargaan dan kecintaan mereka terhadap karya-karya sastra milik

bangsa sendiri atau bahkan karya-karya sastra dunia. Guru dalam proses

belajar mengajar Bahasa Indonesia memanfaatkan buku penunjang. Namun

tidak selalu, kadang-kadang ada bahan yang dimodifikasi, guru mengganti

dengan materi yang lebih sesuai. Guru mengembangkan teknik dan prosedur

pengajaran yang ada di buku penunjang Bahasa Indonesia. Dengan

memanfaatkan buku penunjang guru dapat memodifikasi apa yang ia ajarkan

atau dipelajari oleh siswa, mengetahui urutan penyajian bahan belajar,

memperoleh bahan ajar secara mudah, menghemat waktu dan tenaga,

menggunakannya sebagai alat pembelajaran siswa di dalam atau di luar

sekolah. Dengan adanya saran guru untuk memanfaatkan dan memilih buku-

buku penunjang sebagai referensi dalam pembelajaran maka siswa akan aktif

dalam belajar, sehingga siswa akan memperoleh ilmu dan pengetahuan yang

lebih luas.
22

Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di semua jenis dan jenjang

sekolah mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi, memegang

peranan penting dalam pembaharuan dan peningkaatan mutu pendidikan

(Depdikbud, 1993:1), perhatian dan kegiatan pendidikan terhadap pengajaran

Bahasa Indonesia dikembangkan menjadi pengajaran keterampilan bahasa

bukan bagi pengajaran tentang tata bahasa. Secara keseluruhan mata pelajaran

Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan bernalar, berkomunikasi dan mengembangkan

pikiran, serta membina persatuan dan kesatuan bangsa. Keberhasilan guru

Bahasa Indonesia dalam menjalankan tugasnya sangat dipengaruhi oleh

pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas. Oleh sebab itu, sebaiknya guru

menyiapkan diri dalam menyajikan bahan belajar, menentukan apa saja yang

akan dilaksanakan bersama dengan siswa.

Untuk menciptakan tradisi agar siswa sekolah dapat mencintai dan

menyenangi sumber belajar tentunya menjadi tugas semua pihak, termasuk

para siswa itu sendiri. Untuk dapat menjalankan tugas tersebut tentunya perlu

dipahami dulu pentingnya pemilihan dan pemanfaatan bahan belajar sebagai

pembuka jendela dan pintu seluruh ilmu pengetahuan. Dengan adanya buku

penunjang bahan belajar diharapkan tumbuh semangat untuk secara

bersungguh-sungguh mengupayakan teerciptanya budaya atau tradisi

mencintai buku penunjang sehingga akan mendorong minat baca dikalangan

para siswa.

Menyadari pentingnya buku penunjang bagi kehidupan siswa dalam

upaya mengingkatkan prestasi siswa dan melihat kenyataan bahwa minat baca
23

dikalangan siswa masih rendah maka perlu kiranya diadakan penelitian

dengan mengambil judul “Pemilihan dan Pemanfaatan Buku Penunjang Bahan

Belajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Oleh Siswa Kelas II SMA Negeri 1

Jekulo Kudus”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah yang dikemukakan di

atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah :

1. Bagaimana kriteria pemilihan buku penunjang bahan belajar mata

pelajaran bahasa Indonesia oleh siswa Kelas II SMA Negeri 1 Jekulo

Kudus ?

2. Bagaimana pemanfaatan buku penunjang bahan belajar mata pelajaran

Bahasa Indonesia oleh siswa kelas II SMA N 1 Jekulo ?

3. Jenis-jenis buku penunjang apa saja yang digunakan siswa kelas II SMA N

1 Jekulo Kudus ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

1. Mengetahui kriteria pemilihan buku penunjang bahan belajar mata

pelajaran Bahasa Indonesia.

2. Mengetahui pemanfaatan buku penunjang bahan belajar mata pelajaran

Indonesia.

3. Mengetahui jenis-jenis buku penunjang Bahasa Indonesia yang digunakan

oleh siswa.
24

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Memberi masukan pengetahuan dalam kaitannya dengan pemilihan dan

pemanfaatan buku penunjang bahan belajar sebagai sumber ilmu dan

sebagainya yang berguna bagai kehidupannya dimasa mendatang.

2. Manfaat praktis

a. Memberi masukan siswa akan pentingnya buku penunjang bahan

belajar sebagai sumber ilmu dan teknologi bagi kehidupannya kelak.

b. Memberi masukan bagi sekolah dalam upaya mendorong minat baca

dikalangan siswa.

c. Sekolah atau guru

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

melalui pemilihan dan pemanfaatan buku penunjang bahan belajar

mata pelajaran bahasa Indonesia.

E. Pembatasan Istilah

Untuk mengantisipasi adanya penafsiran yang berbeda dalam

mewujudkan kesatuan pandangan dan pengertian, maka perlu adanya batasan

atau penegasan dari istilah-istilah yang digunakan untuk membatasi secara

keseluruhan hal-hal yang berhubungan penelitian ini :

1. Pemilihan dan pemanfaatan buku penunjang

Pemilihan dan pemanfaatan buku penunjang adalah suatu proses,

cara, perbuatan (TIM PENYUSUN KBBI, 1996:262). Dalam penelitian ini

yang dimaksud dengan pemilihan dan pemanfaatan buku penunjang adalah


25

segala bentuk usaha atau cara penggunaan buku penunjang Bahasa

Indonesia selain buku pelajaran untuk mewujudkan proses kegiatan belajar

mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

2. Bahan Belajar

Bahan belajar adalah sesuatu yang dapat dipakai atau diperlukan

untuk tujuan tertentu seperti untuk pedoman atau pegangan yang akan

dipelajari oleh siswa (Ali, 1991:76)

3. Pelajaran Bahasa Indonesia

Menurut kurikulum dan GBPP Bahasa Indonesia tahun 1994 bahasa

Indonesia memungkinkan manusia untuk saling berhubungan, saling

berbagi pengalaman, saling berbagi dengan yang lain, untuk meningkatkan

kemampuan intelektual. Pelajaran bahasa Indonesia adalah

mengembangkan pengetahuan, keterampilan bahasa dan sikap positif

terdapat bahasa Indonesia.

4. Siswa Kelas II SMA

Adalah peserta didik yang pada saat penelitian berlangsung duduk di

kelas II SMA Negeri 1 Jekulo Tahun ajaran 2004/2005.

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memperoleh gambaran secara jelas mengenai keseluruhan isi

deskripsi ini, maka perlu disusun sistematika pembahasannya. Sistematika

skripsi yang penulis kemukakan adalah sebagai berikut:


26

1. Bagian awal

Berisi tentang judul, persetujuan, pengesahan, pernyataan, motto, dan

persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, dan daftar

lampiran.

2. Bagian Pokok

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, pembatasan istilah dan sistematika

penulisan skripsi.

BAB II LANSADAN TEORI

Berisi kajian mengenai tinjauan tentang hakekat belajar, prinsip-

prinsip belajar, pembelajaran sebagai suatu sistem, sumber

belajar, teknologi pendidikan, bahan bacaan mata pelajaran

Bahasa Indonesia di SMA.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi tentang rancangan penelitian, populasi dan sampel

penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data, teknik

analisis data, validitas dan reliabilitas instrumen.

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

Berisi mengenai hasil penelitian: 1) gambaran umum SMA N I

Jekulo Kudus, 2) pendapat siswa tentang alasan pemillihan buku

penunjang, 3) pemanfaatan buku penunjang, 4) Jenis-jenis buku

penunjang pilihan siswa, 5) pembahasan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Berisi simpulan hasil penelitian dan saran-saran.


27

3. Bagian akhir

Sebagai penutup bagian ini dilengkapi dengan daftar pustaka serta

lampiran-lampiran yang diperlukan dalam penelitian ini.


28

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari

kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan

belajar untuk memenuhi kebutuhan sekaligus mengembangkan dirinya.

Oleh karena itu belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan

bahkan sadar atau tidak sadar telah dilakukan oleh manusia. Aktualisasi

potensi ini sangat berguna bagi manusia untuk dapat menyesuaikan diri

demi pemenuhan kebutuhannya. Kebutuhan manusia makin lama makin

bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya. Tanpa belajar manusia

tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Kegiatan

belajar dapat berlangsung di mana-mana, misalnya di lingkungan keluarga,

di sekolah, dan di masyarakat. Belajar di sekolah sifatnya formal. Semua

komponen dalam proses belajar direncanakan secara sistematis.

Berdasarkan fakta dan harapan yang dikemukakan di atas sudah

cukup kiranya menjadi alasan mengapa guru perlu memahami dan

menghayati hakekat belajar secara benar. Pengertian yang lengkap tentang

belajar sudah banyak diutarakan oleh para pakar dibidang pendidikan,

namun belum baku secara nasional dan masih universal.

13
29

Pada umumnya baik ahli dalam bidang pendidikan maupun

psikologi mempunyai pendapat yang sama bahwa hasil suatu aktivitas

adalah perubahan. Perubahan itu terjadi akibat pengalaman juga tidak ada

perbedaan antara ahli yang satu dengan yang lain.

Bigge menyatakan bahwa perubahan itu terjadi pada pemahaman,

persepsi, motivasi atau campuran dari semuanya secara sistematis sebagai

akibat pengalaman dalam situasi tertentu.

Moskowitz dan Orgel menyatakan bahwa perilaku yang dipelajari

dapat diramalkan bukan dari apa yang kita ketahui tentang sifat-sifat

umum dari syaraf seseorang, melainkan dari apa yang kita ketahui tentang

pengalaman-pengalaman yang khusus dan unik dari orang tersebut.

Menurut (Darsono, 2000:20) ada empat aliran psikologi yang

mendasari pengertian belajar secara khusus yaitu : Behavioristik, Kognitif,

Gestal, dan Humanistik.

a. Belajar menurut aliran Behavioristik

Kaum Behavioris berasumsi bahwa manusia adalah makhluk

pasif, tidak mempunyai potensi psikologi yang berhubungan dengan

kegiatan belajar, antara lain pikiran, persepsi, motivasi dan emosi.

Tetapi penulis berpendapat bahwa apabila anak hanya belajar

menghafal, maka seolah-olah anak tidak berfikir, tetapi hanya berjalan

secara mekanis, sehingga akan mengakibatkan anak menjadi pasif,

akhirnya pengertian dan pengetahuan yang diterimanya bersifat


30

verbalisme. Kemungkinan besar anak tidak bisa memecahkan masalah

yang dihadapi.

b. Belajar menurut Gestalt

Persoalan penting dalam belajar menurut aliran Gestal adalah

bagaimana seseorang memandamg suatu obyek (persepsi) dan

kemampuan mengatur atau mengorganisir obyek yang dipersepsi

sehingga menjadi suatu bentuk yang bermakna atau mudah dipahami.

Kalau orang sudah mampu mempersepsi suatu obyek menjadi suatu

gestal, orang itu akan memperoleh pemahaman. Kalau pemahaman

sudah terjadi, berarti proses belajar sudah terjadi (Darsono, 2000:15).

c. Belajar menurut Humanis

Tujuan pendidikan adalah membantu masing-masing individu

untuk mengenal dirinya sendiri sebagai manusia yang unik dan

membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri

masing-masing (Sumanto, 1987:128).

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, menurut Suadirman

(1988:38) ialah :

1) Faktor Intern : Faktor yang berada pada diri si pelajar itu sendiri.

Faktor ini dapat berupa : a) faktor Psikologis adalah faktor

yang berasal dari kondisi phsikis atau mental dalam diri pelajar itu

sendiri. Adapun contoh-contoh faktor psikologis dari anak adalah:

(1) faktor kematangan. Seseorang anak dapat belajar dengan baik

apabila saat kematangan sudah tiba, sebaliknya belajar akan sukar,


31

apabila saat kematangan belum tiba, (2) faktor motivasi belajar.

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong

terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat

menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tidak adanya motivasi

belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil

belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada

diri siswa perlu diperkuat terus-menerus agar siswa memiliki

motivasi belajar yang kuat, (3) konsentrasi belajar. Konsentrasi

belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada

pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan

belajar maupun proses memperolehnya, (4) rasa Percaya Diri

Siswa. Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri

bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri

timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan, (5) intelegensi

dan Keberhsilan Belajar. Menurut Wechler Intelegensi adalah

suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat

bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan

lingkungan secara efisien, b) keadaan fisiologis adalah faktor yang

merupakan jasmani atau fisik si pelajar : (1) keadaan fisik atau

jasmani. Keadaan fisik yang sehat menguntungkan perbuatan

belajar, sebaliknya fisik yang terganggu akan merugikan perbuatan

belajar, (2) alat-alat Indera. Indera dalam hal ini terutama adalah

panca indra. Apabila alat-alat panca indra berfungsi dengan baik


32

maka akan membantu pelajaran. Oleh karena itu pemeliharaan alat-

alat panca indra juga hendaknya mendapat perhatian dari pendidik.

Disamping itu penempatan anak di dalam kelas serta penerangan

kelas penting sekali. Misalnya : Penerangan yang baik akan

membantu kesehatan mata, penempatan anak di depan karena anak

tersebut agak kurang pendengarannya dan sebagainya. Kedua

faktor ini mungkin saling sendiri tetapi mungkin juga berhubungan

satu sama lain. Keadan fisik bagaimana pun juga akan

mempengaruhi psikis dari para pelajar. Keduanya saling berkaitan

satu sama lain. Namun demikian juga masing-masing faktor berdiri

sendiri.

2) Faktor ekstern : Faktor yang berada di luar diri si pelajar. Faktor ini

dapat berupa manusia maupun bukan manusia. Faktor ekstern

terdiri dari : a) adanya orang lain sewaktu seorang sedang belajar

akan mengganggu perbuatan belajar. Misalnya : seorang pelajar

sedang belajar, kemudian temannya datang mengajak keluar, b)

suatu sekolah dari sekolah yang terletak didekat keramaian.

Misalnya : kelas yang dekat dengan tempat pertunjukan atau pasar,

c) tersedianya alat pelajaran yaitu semua alat-alat yang membantu

penyelenggaraan proses belajar. Misalnya : buku-buku pelajaran,

alat-alat tulis menulis, buku-buku bacaan, alat-alat peraga, d)

kondisi ekonomi. Kondisi ekonomi yang baik berbeda dengan anak

yang hidupnya serba kekurangan, anak lahir dari kondisi baik tentu
33

terpenuhi segala kebutuhannya. Kebutuhan dalam hal fasilitasnya,

e) struktur keluarga. Anak yang hidup dalam keluarga besar

berbeda dengan anak yang lahir dari keluarga yang kecil, di dalam

belajarnya anak akan mempengaruhinya. Rumah yang berpengaruh

banyak akan berbeda dengan rumah yang berpenghuni kecil dari

segi ketenangannya, f) keadaan iklim. Iklim yang panas berbeda

dengan iklim yang dingin. Pada umumnya panas tidak

menguntungkan proses belajar dan mengajar sebab melelahkan,

sebaliknya udara yang dingin akan membantu perbuatan belajar, g)

keadaan waktu : pagi, siang, sore dan malam. Kalau anak yang

intensif belajar dipagi hari maka agar diusahakan agar jangan

sampai tidur terlalu malam supaya dapat bangun pagi-pagi, h)

metode mengajar atau mendidik. Metode mengajar yang mengikuti

prinsip-prinsip didaktis lebih menguntungkan perbuatan belajar

dibandingkan dengan yang mengabaikan prinsi-prinsip didaktis, i)

iukuman atau ganjaran. Hukuman atau hadiah mempunyai

pengaruh dalam perbuatan belajar. Kalau diberi hadiah anak akan

giat belajar.

2. Prinsip-prinsip Belajar

Prinsip-prinsip belajar adalah hal-hal yang sangat penting yang harus

ada dalam suatu proses belajar dan pembelajaran. Kalau hal-hal tersebut

diabaikan, dapat dipastikan pencapaian hasil belajar tidak optimal. Prinsip-

prinsip menurut (Darsono, 2001:27-30) yaitu :


34

a. Kesiapan belajar

Faktor kesiapan, baik fisik maupun psikologis, merupakan

kondisi awal suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik yang tidak kondusif,

misalnya sakit, pasti akan mempengaruhi faktor-faktor lain yang

dibutuhkan untuk belajar.

b. Perhatian

Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu

obyek. Dapat pula dikatakan bahwa perhatian adalah banyak

sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan.

Belajar sebagai suatu aktivitas yang kompleks, sangat membutuhkan

perhatian dari siswa yang belajar.

c. Motivasi

Motivasi adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang

yang mendorong orang tersebut melakukan kegitan tertentu untuk

mencapai tujuan. Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif,

saat orang melakukan suatu aktivitas. Motif ini tidak selalu aktif pada

diri seseorang. Pada suatu ketika aktif sehingga orang bersemangat

melakukan suatu aktivitas, atau siswa bersemangat belajar, tetapi pada

ketika lain motif tidak aktif, artinya motivasi tidak timbul, sehingga

siswa tidak terdorong untuk belajar.

d. Keaktifan Siswa

Keaktifan dalam kegiatan belajar dilakukan oleh siswa. Oleh

karena itu siswa harus aktif, tidak boleh pasif. Dengan bantuan guru
35

siswa harus mampu mencari, menemukan, dan menggunakan

pengetahuan yang dimilikinya. Siswa harus dipandang sebagai

makhluk yang dapat diajar dan mampu belajar.

e. Mengalami sendiri

Prinsip ini sangat penting dalam belajar dan erat kaitannya

dengan prinsip keaktifan. Siswa yang belajar dengan melakukan

sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih cepat dan

pemahaman yang lebih mendalam.

f. Pengulangan

Materi pelajaran ada yang mudah, ada pula yang sukar. Untuk

mempelajari materi sampai pada taraf insight siswa perlu membaca,

berfikir, mengingat dan yang tidak kalah penting adalah latihan.

Dengan latihan berarti siswa mengulang-ulang materi yang dipelajari

sehingga materi tersebut makin mudah diingat.

g. Materi Pelajaran yang Menantang

Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi pula oleh rasa ingin tahu

anak terhadap suatu persoalan. Dengan sikap seperti ini motivasi anak

akan meningkat. Materi yang diterima siswa dengan cara “tinggal

menelan” biasanya kurang menantang dan membuat anak pasif.

Sebaliknya materi yang mengandung permasalahan membuat anak

harus “mencerna” yang membuat siswa menjadi aktif.


36

h. Perbedaan Individual

Siswa dalam suatu kelas yang dihadapi oleh guru tidak dapat

disamakan kondisinya seperti benda mati. Masing-masing siswa

mempunyai karakteristik, baik dilihat dari segi fisik maupun psikis.

Dengan adanya perbedaan ini tentu kemampuan, minat serta

kemampuan belajar mereka tidak persis sama.

B. PEMBELAJARAN SEBAGAI SUATU SISTEM

1. Pengertian Pembelajaran

Menurut paham konvensional pendidikan dalam aru sempit diartika

sebagai bantuan kepada anak didik terutama pada aspek moral, sedangkan

pengajaran dibatasi pada aspek intelektual.

Didalam suatu sistem dapat diidentifikasi adanya elemen-elemen

yang sekaligus menjadi ciri-ciri suatu sistem. Menurut Ryans (1968) ciri-

ciri itu adalah, (1) elemen-elemen dapat dikenali, (2) saling berkaitan

secara teratur, (3) merupakan kesatuan organisasi untuk mencapai tujuan

atau fungsi, (4) membuahkan hasil yang dapat dikenali.

2. Hirarki Tujuan Pendidikan

Kegiatan pendidikan di sekolah berfungsi membantu pertumbuhan

dan perkembangan anak agar tumbuh kearah positif. Maka cara belajar

subyek belajar di sekolah diarahkan dan tidak dibiarkan berlangsung

sembarangan tanpa tujuan. Berkaitan dengan rumusan tujuan pendidikan

Wingkel (1988) membedakan rumusan tujuan pendidikan dari taraf

pengelolaan pendidikan, yaitu : tujuan makro, meso, mikro. Hubungan


37

ketiga jenis tujuan pendidikan tersebut selanjutnya disebut hirarki tujuan

pendidikan.

3. Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan dirumuskan dalam dokumen resmi kenegaraan,

baik dalam bentuk Undang-undang maupun Peraturan Pemerintah.

Misalnya dalam Ketetapan MPR NO IV /MPR/78 tentang GBHN,

dinyatakan : “Pendidikan Nasional berdasarkan atas Pancasila dan

bertujuan untuk meningkatkan Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat

kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat

menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun

dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan

bangsa”.

4. Tujuan Lembaga

Tujuan lembaga adalah rumusan secara umum tentang gambaran

yang akan dihasilkan oleh suatu lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan

sebagai sub sistem Pendidikan Nasional perlu memilki tujuan yang tidak

terlepas dari tujuan Pendidikan Nasional. Adapun tujuan pendidikan

lembaga adalah berfungsi, (1) memberikan arah, isi, dan jenis usaha

pendidikan yang diselenggarakan, (2) memberikan pembatasan tentang

siapa yang akan mengikuti pendidikan. Sebagai contoh tujuan SMU,

menurut pasal 2 bab II Keputusan Menteri RI NO 0489/U/1992 adalah

Pendidikan di SMU bertujuan: a) meningkatkan pengetahuan siswa untuk


38

melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk

mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni, b) meningklatkan kemampuan siswa sebagai anggota

masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan

sosial, budaya dan alam sekitar, c) untuk mencapai tujuan sebagaimana

dimaksud dalam ayat “penyelenggaraan pendidikan di SMU berpedoman

pada tujuan Pendidikan Nasional”.

5. Tujuan Kurikuler

Dalam memenuhi tugasnya suatu lembaga pendidikan, melalui

program pendidikan, dilakukan usaha-usaha pendidikan yang isi

pendidikan sesuai tujuan. Isi pendidikan itu berupa bidang pelajaran atau

bidang studi yang perlu dipelajar oleh subyek pelajar. Masing-masing

bidang pelajaran ini memiliki tujuan yang bekenaan dengan pelajaran itu

sendiri.

6. Tujuan Pembelajaran

Dalam rangka mencapai tujuan kurikuler lembaga menyelenggarakan

serangkaian kegiatan pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

Masing-masing kegiatan mengandung tujuan tertentu, yaitu suatu

tuntutan agar subyek belajar setelah mengikuti proses pembelajaran

tertentu (Hamid, 1986:32).

7. Komponen-komponen Pembelajaran

Pembelajaran pada taraf organisasi mikro mencakup pembelajaran

bidang studi tertentu dalam satuan pendidikan tahunan, semesteran, atau


39

catur wulan. Bila pembelajaran tersebut ditinjau dari pendekatan sistem,

maka dalam prosesnya akan melibatkan berbagai komponen. Komponen-

komponen tersebut adalah :

a. Tujuan

Tujuan yang secara eksplisit diupayakan pencapaiannya melalui

kegiatan pembelajaran adalah “instructional effect” biasanya itu berupa

pengetahuan dan keterampilan atau sikap yang dirumuskan secara

eksplisit dalam TPK. Makin spesifik dan operasional TPK dirumuskan

akan mempermudah dalam menentukan kegiatan pembelajaran yang

tepat.

b. Strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan

proses pembelajaran yang diyakini efektifitasnya untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Dalam penerapan strategi pembelajaran guru

perlu memilih model-model pembelajaran yang tepat, metode

mengajar yang sesuai, dan teknik-teknik mengajar yang menunjang

pelaksanaan metode mengajar.

c. Media pembelajaran

Media pembelajaran adalah alat atau wahana yang digunakan

guru dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan

pembelajaran. Sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran

berfungsi meningkatkan peranan strategi pembelajaran. Sebab media

pembelajaran menjadi salah satu komponen pendukung strategi


40

pembelajaran disamping komponen waktu dan metode mengajar.

Media digunakan dalam kegiatan instruksional antara lain karena : (1)

media dapat memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak

oleh mata menjadi dapat dilihat dengan jelas, (2) dapat menyajikan

benda yang sangat jauh dari subyek belajar, (3) menyajikan peristiwa

yang kopmplek, rumit, dan berlangsing cepat menjadi sistematik dan

sederhana sehingga mudah diikuti (Atwi, 1995:15).

d. Penunjang

Komponen penunjang yang dimaksud dalam sistem

pembelajaran adalah fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran,

bahan pelajaran, dan sebagainya. Komponen penunjang berfungsi

memperlancar, melengkapi dan mempermudah terjadinya proses

pembelajaran.

C. Sumber Belajar

1. Pengertian Sumber Belajar

Sumber belajar adalah buku-buku materi pelajaran. Pengertian ini

masih banyak dimiliki oleh sebagian para pendidik. Hal ini terbukti ketika

menyusun program pengajaran, yakni kolom sumber belajar selalu diisi

dengan buku wajib atau buku pendamping. Menurut Dale yang dikutip

oleh (Sudjana, 1989:76) dinyatakan bahwa pengalaman itu sumber belajar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sumber belajar adalah sarana yang

memuat bahan-bahan belajar dan dapat digunakan sebagai acuan dalam


41

mengelola materi pelajaran, sehingga kegiatan belajar mengajar mencapai

hasil yang optimal, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

2. Macam-macam Sumber Belajar

Menurut (Sudono, 2000:11-14) dalam bukunya Sumber Belajar dan

Alat Permainan Anak macam-macam sumber belajar adalah sebagai

berikut:

a. Tempat Sumber Belajar Alamiah

Sumber belajar dapat berupa tempat yang sebenarnya yakni anak

mendapatkan informasi langsung, seperti kantor pos, kantor polisi,

pemadam kebakaran, sawah, peternakan, hutan, perkapalan, lapangan

udara. Tempat-tempat tersebut mampu memberikan informasi secara

langsung dan alamiah. Anak dapat mengajukan berbagai macam

pertanyaan yang berhubungan dengan segala macam disetiap tempat

tersebut.

b. Perpustakaan

Berbagai ensiklopedia, buku-buku dengan beraneka tema dapat

dikumpulkan dan ditata rapi di ruang perpustakaan. Perpustakaan

memiliki fungsi sebagai “ jantung sekolah”, karena di dalamnya berisi

berbagai informasi yang dapat membantu setiap orang yang

menggunakannya untuk mengembangkan diri.

c. Nara Sumber

Para tokoh dan ahli diberbagai bidang merupakan salah satu

sumber belajar yang dapat diandalkan karena biasanya mereka


42

memberikan informasi berdasarkan penelitian dan pengalaman mereka.

Dengan demikian diharapkan para siswa dapat melatih kemahiran

mereka dalam berbahasa melalui wawancara dan berkomunikasi

dengan para nara sumber.

d. Media Cetak

Termasuk di dalamnya bahan cetak, buku, majalah atau tabloid.

Gambar-gambar yang ekspresif dapat memberi kesempatan anak

menggunakan nalar dan mengungkapkan pikirannya dengan

menggunakan kosa-kata yang semakin hari semakin berkembang.

Perkembangan media elektronik khususnya televisi akan menambah

pengetahuan anak terutama dari segi visualisasi, misalnya tentang

perilaku binatang laut, binatang buas dan lain-lain.

e. Alat Peraga

Berfungsi untuk menerangkan atau memperagakan suatu mata

pelajaran dalam proses belajar dan mengajar. Perlu adanya perbedaan

yang jelas antara alat peraga dan alat permainan. Pada alat permainan,

anak aktif mengadakan eksplorasi walaupun tidak menutup

kemungkinan mereka akan menggunakannya untuk bermain. Adapun

alat peraga tersebut dapat berupa media dua dimensi (charta) dan juga

tiga dimensi (bagan).

3. Sumber Belajar Sebagai Ilmu

Tinjauan sebagai sumber belajar sebagai ilmu terbagi menjadi empat

komponen utama yaitu : klasifikasi, sumber belajar dalam ari luas, media,
43

dan sumber karena didesain dan dimanfaatkan (Setiadji, 1995:84). Agar

komponen utama tersebut di atas bisa dipahami maka akan dijelaskan

masing-masing komponen tersebut sebagai berikut :

a. Klasifikasi

Klasifikasi merupakan kebalikan dari sekedar penyusunan data

yang sederhana dari berbagai macam sumber belajar yang merupakan

konsep dasar bagi penyusunan definisi terdahulu (Setiadji, 1995:85).

Konsep tersebut akan semakin jelas bila kita perhatikan kerucut

pengalaman Dale sebagai berikut :

Lambang
Kata

Lambang Visual

Radio, Rekaman,
Gambar Mati

Gambar Hidup

Televisi

Pameran dan Museum

Darmawisata

Percontohan

Pengalaman Dramatisasi

Pengalaman Tiruan

Pengalaman Langsung dan Bertujuan

Gambar 2.1 : Kerucut Pengalaman Dale


44

Sumber : Teknologi Pengajaran (Sudjana, 1989:76)

Keterangan :

Pengklasifikasian sumber belajar menurut Dale tersebut mudah

untuk dipahami dan dapat menggambarkan berbagai sumber belajar

dari tingkat yang paling kongkret ke tingkat yang paling abstrak.

Menurut Dale dari model kerucutnya bahwa sumber belajar itu terdiri

atas dua macam : 1) sumber belajar yang dirancang atau sengaja dibuat

untuk membantu kegiatan belajar dan mengajar sebagai contoh : buku,

brosur, ensiklopedia, film, video, slides, OHP. Atau dengan kata lain

semua perangkat keras yang memang sengaja dirancang untuk

kepentingan kegiatan pengajaran, 2) sumber belajar yang dimanfaatkan

guna memberikan kemudahan kepada setiap orang dalam belajar yang

dapat berupa segala macam sumber belajar di sekelilingnya. Misalnya :

pasar, toko, museum, tokoh masyarakat.

b. Sumber belajar dalam arti luas

Menurut Thorndike dalam Setijadi (1995:87) dijelaskan

pengertian dari sumber belajar dalam arti luas adalah segala sesuatu

yang dipergunkan untuk kepentingan pelajaran, yaitu segala sesuatu

yang ada di sekolah pada masa lalu, sekarang, maupun masa yang akan

datang.

c. Media

Telah lama ada yang mengatakan bahwa ada hubungan teoritis

antara media dan sumber belajar. Meskipun istilah tersebut populer


45

dan jelas, namun demikian mempunyai pengertian yang membatasi

diri pada konsep belajar tersebut.

Definisi ini menunjukkan bahwa sumber-sumber yang

dimanfaatkan untuk memberikan kemudahan belajar termasuk

komponen dari sumber belajar. Adapun sumber belajar yang didesain

dapat dilihat dari sebagian kenyataan yang dapat dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari yang sering disebut dari dunia yang nyata.

4. Manfaat Sumber Belajar

Sumber belajar memiliki manfaat yang sangat besar dalam kegiatan

belajar mengajar. Berikut akan penulis uraikan mengenai manfaat sumber

belajar tersebut.

Dalam Program Akta Mengajar VB (Depdikbud, 1983:15)

dikemukakan bahwa beberapa manfaat dari sumber belajar itu antara lain:

a) sumber belajar dapat memberi pengalaman belajar yang kongkret dan

langsung kepada pengajarnya, misalnya darmawisata ke pabrik

penggilingan tebu, ke pelabuhan, ke pembangkit tenaga listrik dan

sebagainya, b) sumber belajar dapat menyajikan sesuatu yang tidak

mungkin diadakan, dikunjungi, maupun dibawa ke kelas, maka diganti

dengan model, denah, sketsa, foto, film dan lain-lain, c) sumber belajar

dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada dalam kelas,

misalnya : foto, film, nara sumber, majalah, dan sebagainya, d) sumber

belajar dapat memberi informasi yang akurat dan yang terbaru : misalnya

surat kabar, televisi, radio, majalah, ensiklopedia, dan lain-lain, e) sumber


46

belajar dapat membantu memecahkan masalah pendidikan dan

pembelajaran, misalnya: modul, materi belajar jarak jauh, stimulasi,

seminar dan sebagainya, f) sumber belajar dapat merangsang motivasi

siswa dalam belajar, contohnya: model, video, dan lain-lain, g) sumber

belajar dapat merangsang siswa untuk berfikir, bersikap dan berkembang

lebih baik, misalnya : majalah, film, video dan sebagainya.

5. Komponen-komponen Sumber Belajar

Komponen sumber belajar adalah bagian-bagian yang selalu ada

dalam sumber belajar. Bagian-bagian ini merupakan satu kesatuan yang

sulit berdiri sendiri-sendiri. Komponen-komponen tersebut adalah :

a. Tujuan, Misi atau Fungsi Sumber belajar

Setiap pemakaian sumber belajar selalu mempunyai tujuan dan

misi yang akan dicapai. Dalam hal ini biasanya sumber belajar yang

dirancang akan tampak lebih eksplisit jika dibandingkan dengan

sumber belajar yang tidak dirancang.

b. Bentuk, format atau fisik sumber belajar

Bentuk, format atau fisik sumber belajar adalah keadaan

sebagaimana wujudnya. Misalnya kita akan mengajak siswa

melakukan observasi ke KUD, hasilnya akan berbeda dengan data dari

kantor kelurahan walaupun keduanya memberi informasi tentang

penduduk. Karena pemakaian sumber belajar juga memperhitungkan

masalah fisik ini di dalam pelaksanaannya.


47

c. Pesan

Sumber belajar selalu membawa pesan yang akan dimanfaatkan

oleh pemakainya. Dalam hal ini setiap pemakai sumber belajar harus

memperhatikan bagaimana pesan yang terkandung dan bagaimana

menangkapnya.

d. Tingkat kesulitan pemakai sumber belajar

Tingkat kesulitan adalah apakah sumber belajar itu dapat

dipergunakan dengan mudah atau sukar oleh pemakainya. Hal ini perlu

diketahui agar pemakainya dapat menggunakan dengan tepat sesui

dengan fungsi, pesan, maupun misi yang dimilikinya.

Komponen-komponen sumber belajar menurut AECT (1976: 9-

10): a) pesan, yaitu informasi yang akan disampaikan oleh komponen

lain; dapat berbentuk ide, fakta, makna dan data, b) orang yaitu orang-

orang yang bertindak sebagai penyimpan dan atau menyalurkan pesan,

c) bahan yaitu barang-barang (lazim disebut media atau perangkat

lunak “software”) yang biasanya berisikan pesan untuk disampaikan

dengan menggunakan peralatan, kadang-kadang bahan itu sendiri

sudah merupakan bentuk penyajian, d) peralatan yaitu barang-barang

(lazim disebtu perangkat keras atau hardware) digunakan untuk

menyampaikan pesan yang terdapat pada bahan, e) teknik, yaitu

prosedur atau langkah-langkah tertentu dalam menggunakan bahan,

alat, tata tempat dan orang untuk menyampaikan pesan, f) latar atau

lingkungan yaitu lingkungan dimana pesan diterima oleh pelajar.


48

D. Teknologi Pendidikan

1. Pengertian Teknologi Pendidikan

Teknologi Pendidikan merupakan suatu proses kompleks dan terpadu

yang melibatkan manusia, prosedur, merancang, melaksanakan,

mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut

semua aspek belajar manusia (Hadi, 1981:1).

2. Kawasan Teknologi Pendidikan

Kata kawasan dalam kamus umum Bahasa Indonesia (1976:453)

mempunyai pengertian “daerah”. Kawasan berarti daerah kerja, sehingga

kawasan teknologi pendidikan merupakan daerah kerja atau bidang yang

masih dalam lingkup garapan Teknologi Pendidikan.

Kawasan Teknologi Pendidikan menurut AECT dalam Seels dan

Richey (1994:32-72) adalah sebagai berikut:

a) Kawasan Desain

Kawasan ini membidangi tentang bagaimana cara teori maupun

praktek suatu proses-proses dan sumber-sumber didesain, yaitu dengan

menspesifikasikan kondisi tertentu untuk belajar. Kawasan desain

mencakup desain sistem pembelajaran, desain sistem pembelajaran,

desain pesan, srategi pembelajaran, dan karakteristik siswa.

b) Kawasan Pengembangan

Kawasan ini membidangi tentang bagaimana secara teori maupun

praktek suatu proses dan sumber belajar dikembangkan baik Teknologi

Cetak, Teknologi Audio Visual, Teknologi berasas Komputer, dan


49

Teknologi terpadu. Pengembangan adalah kegiatan untuk

menterjemahkan suatu desain ke dalam bentuk fisiknya dengan

penerapan teknologi.

c) Kawasan Pemanfaatan

Kawasan ini membidangi tentang bagaimana secara teori dan

praktek proses-proses dan sumber-sumber belajar dimanfaatkan untuk

kepentingan belajar. Kawasan pemanfaatan meliputi pemanfaatan

media, penyebaran dan inovasi, implementasi dan pelembagaan, serta

kebijakan dan peraturan.

d) Kawasan Pengelolaan

Kawasaan ini membidangi tentang bagaimana secara teori

maupun praktek suatu proses dan sumber-sumber belajar dikelola, baik

pengelolaan proyek, pengelolaan sumber, pengelolaan sistem

penyampaian, serta pengelolaan informasi.

e) Kawasan Evaluasi

Kawasan ini membidangi tentang bagaimana serta teori maupun

praktek suatu proses dan sumber-sumber belajar dievaluasi, yang

dimulai dengan analisis masalah, pengukuran beracuan kriteria,

evaluasi formatif serta evaluasi sumatif.


50

PENGEMBANGAN
-Teknologi Cetak PEMANFAATAN
-Teknologi Audio -Pemanfaatan Media
Visual -Penyebaran dan Inovasi
-Teknologi Berasaskan -Implementasi dan Pelembagaan
Komputer -Kebijakan danPeraturan
-Teknologi Terpadu

DESAIN
-Desain Sistem
Instruksional
-Desain Pesan
-Strategi TEORI DAN PRAKTEK
Instruksional
- Karakteristik
Siswa

PENGELOLAAN
EVALUASI -Pengeloalan Proyek
-Analisis Masalah - Pengelolaan sumber
-Pengukuran Acuan -Pengelolaan Sumber
Patokan Penyampaian
-Evaluasi Formatif - Pengelolaan Informasi
-Evaluasi Sumatif

Gambar 2. 2. Kawasan Teknologi Pendidikan

Sumber: (AECT, 1994:32-72)

3. Kedudukan Teknologi Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu sarana terbaik untuk

meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Agar pendidikan


51

dapat berjalan dengan baik dan mampu mencapai tujuannya diperlukan

bidang ilmu pendidikan.

Definisi tersebut menunjukkan bahwa ilmu pendidikan dengan

segala faktor yang mempengaruhiya. Faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan tersebut antara lain tujuan

pendidikan, orang yang terlibat dalam pendidikan, dan fasilitas

pendidikan.

E. Bahan Bacaan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMA

1. Bahan Bacaan

a. Pengertian Bahan Bacaan

Menurut Selel dan Richey (1994:14), yang dimaksud dengan

bahan bacaan dalam teknologi pembelajaran adalah sumber pendukung

untuk belajar termasuk materi serta lingkungan pembelajaran.

Selanjutnya Dakir (1987:105) mengatakan bahwa bahan bacaan adalah

segala sesuatu baik berupa majalah, koran, software dan sebagainya

yang dapat memungkinkan terjadinya proses interaksi belajar-

mengajar.

Sehubungan dengan penelitian ini, pentingnya bahan bacaan

dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa diera pesatnya kemajuan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sekarang ini, pada dasarnya tidak

dapat digantikan oleh media lain. Hal ini sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Kartasasmita (dalam Gema Clipping Service

Pendidikan Juni II 1995) bahwa bahan bacaan memiliki keunggulan


52

komperatif terhadap media lain yaitu: a) bahan bacaan relatif murah,

biaya pemeliharaannya pun murah dan pemanfaatannya tidak

memerlukan alat lain kecuali untuk pencahayaan di malam hari, b)

bahan bacaan dapat dijangkau seluruh masyarakat Indonesia

khususnya yang sudah mampu membaca, c) bahan bacaan merupakan

sarana demokratisasi dan pemerataan ilmu pengetahuan dan teknologi,

moral, agama, dan seni, d) ilmu pengetahuan dan informasi dalam

bahan bacaan dapat dibaca berkali-kali tanpa alat khusus untuk

memantapkan pemahamannya.

Lebih jauh Kartasasminta menjelaskan bahwa peran bahan

bacaan erat kaitannya dengan amanat UUD 1945 bahwa tujuan dasar

negara antara lain mencerdaskan kehidupan bangsa. Masyarakat yang

maju adalah masyarakat yang mandiri karena sumber daya manusianya

kuat dan tangguh. Masyarakat yang demikian memilih derajat

pendidikan dan taraf pengetahuan yang tinggi yang diperoleh melalui

penyerapan, penguasaan, dan penyebaran informasi yang medianya

paling efektif adalah bahan bacaan.

Sejalan dengan pengertian di atas, bahwa proses belajar mengajar

yang berlangsung di sekolah-sekolah maka pengadaan serta

penyediaan bahan bacaan bagi siswa sangat diperlukan dalam usaha

mencerdaskan kehidupan bangsa.

Menurut pendapat Cadman yang dikutip Subi (1996:40)

menyatakan tentang manfaat bahan bacaan dalam sebuah kalimat : ”A

man is himself, and the books he reads” yang artinya kepribadian


53

seseorang selain ditentukan oleh dirinya sendiri juga ditentukan oleh

bahan bacaan yang dibacanya (Soetrisno dan Sayuti, 1984:32).

Menurut Eduard yang dikutip Kholid (dalam Gema Clipping Service,

Pendidikan, November II, 1993) dapat dikategorikan aktivitas

membaca dikalangan siswa sebagai berikut: a) kelompok siswa yang

hanya sekali-sekali saja melakukan aktifitas membaca. Karena

frekwensinya tidak pasti, maka jenis bacaan yang mereka bacapun

menjadi sulit untuk diidentifikasi, b) kelompok siswa yang melakukan

aktifitas membaca semata-mata hanya untuk kesenangan atau hiburan

saja. Jenis bahan bacaan yang dibaca pada umumnya terbatas pada

buku-buku hiburan seperti novel-novel picisan, komik atau cerita-

cerita bergambar lainnya, c) kelompok siswa karena hanya ingin

mengetahui informasi. Jenis bacaannya terutama surat kabar, majalah

berita, jurnal-jurnal berkala, serta buku-buku non fiksi (khususnya

buku-buku pelajaran), d) kelompok siswa yang melakukan aktifitas

membaca karena membaca telah menjadi bagian dari kebutuhan

hidupnya. Jenis bacaannya sangat variatif.

b. Jenis-jenis Bahan Bacaan

Menurut (Fadli, 2003:8) jenis-jenis bahan bacaan dibagi menjadi :

1) Bahan Pelajaran

a) Buku Teks

Pengertian buku teks menurut (Tarigan, 1986:13)

mengutip beberapa pengertian buku teks dari pakar.

Menurut Buckingham, buku teks adalah suatu sarana

belajar yang biasanya digunakan oleh sekolah-sekolah dan

Perguruan Tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran.


54

Fungsi buku teks : (1) bagi guru : a) mengidentifikasi apa

yang harus ia ajarkan atau dipelajari oleh siswa, b) mengetahui

urutan pengajaran bahan belajar, mengetahui teknik dan

metode pengajaran, c) memperoleh bahan ajar secara mudah,

menggunakannya sebagai alat pembelajaran siswa didalam atau

diluar sekolah, (2) bagi siswa. Buku teks sebagai sarana

kepastian tentang apa yang siswa pelajari, alat kontrol untuk

mengetahui seberapa banyak dan seberapa jauh siswa telah

menguasai materi pelajaran, alat belajar (diluar kelas buku teks

berfungsi sebagai buku) dimana siswa dapat menemukan

petunjuk, teori, ataupun konsep dan bahan-bahan latihan atau

evaluasi (Tarigan, 1986:85).

Macam-macam buku teks bahan Bahasa Indonesia

menurut (Krisanjaya,1997:8.35-8.39) :

(1) Buku teks dasar

Buku teks dasar adalah buku yang memuat semua

materi yang akan diajarkan (materi belajar) yang dibuat

oleh guru atau TIM MGMP yang berupa Hand Book,

Referensi, Silabus.

Buku teks wajib. Alasan pemilihan buku teks wajib

karena wajibnya itu sehingga diasumsikan semua sekolah

telah memiliki buku ini. Contoh buku teks wajib: -

Terampil Berbahasa Indonesia, pengarang Gorys Keraf

tahun 1994-1995.
55

(2) Buku teks pendamping

Lahirnya kurikulum 1994 tidak langsung disertai

dengan lahirnya buku teks dari pemerintah (Departemen

Pendidikan Dan kebudayaan Republik Indonesia).

Kekosongan buku teks dari pemerintah ini dimanfaatkan

oleh guru yang dulunya aktif dalam SPKG (Sanggar

Peningkatan Keterampilan Guru) yang pernah ditatar

dengan pengajaran bahasa secara komunikatif. Buku teks

ini diterbitkan oleh penerbit-penerbit buku swasta yang

umumnya dari kelompok IKAPI. Pemilihan buku teks tak

wajib atau buku teks pelengkap berdasarkan pada

pengembangan pembelajaran bahasanya yang integratis dan

menggunakan banyak situasi komunikasi yang mendekati

komunikasi nyata. Buku teks pendamping merupakan buku

penunjang belajar yang diterbitkan oleh penerbit swasta

yang mengacu atau sesuai dengan kurikulum yang ada. Ada

beberapa macam buku teks pendamping menurut

(Krisanjaya, 1997: modul 8) : a) Terampil Berbicara

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Untuk SLTA Kelas 2

Karangan JS. Kamdi Terbitan PT Grasindo Tahun 2003, b)

Terampil Berekspresi Pembelajaran Bahasa Indonesia dan

Sastra Indonesia SLTA Kelas 1 Karangan JS. Kamdi

Terbitan PT. Grasindo Tahun 2003, c) Terampil

Beragumen Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia


56

Untuk SLTA Kelas 3 Karangan JS. Kamdi Terbitan

PT.Grasindo Tahun 2003.

(3) Buku teks pelengkap

Selain buku teks dasar, buku teks wajib, buku teks

pendamping dapat diperlukan pula buku teks pelengkap

untuk menambah pengetahuan siswa mengenai materi yang

dipelajari. Misalnya: Biografi.

b) Ensiklopedia atau bahan rujukan

Ensiklopedia adalah buku atu serangkaian buku yang

menghimpun uraian tentang berbagai cabang ilmu atau bidang

ilmu tertentu dalam arikel-artikel yang terpisah dan yang

biasanya tersususun menjadi abjad (Ali, 1991:266 ).

Bahan Rujukan adalah keterangan lanjutan mengenai suatu

hal atau bahan sumber yang dipakai untuk mendapatkan

keterangan lebih lanjut, acuan, referensi.

c) Nota

Nota adalah surat yang berisi peringatan atau petunjuk.

(Ali,1991:693)

d) Bahan Panduan

Buku Panduan adalah buku yang berisi petunjuk

(Ali,1991:723)

2) Bahan Bacaan Umum

Pendidikan bukan terhadap kepada buku teks semata-mata.

Bidang pelajaran yang dimuatkan dalam buku teks adalah sebagai


57

asas dan panduan. Pelajar pasti melengkapkan pengetahuan dan

pengalaman mereka dengan membaca bahan –bahan bacaan umum

yang lain. Antara lain bahan bacaan umum ialah :

a) Buku Pengetahuan

Buku pengrtahuan adalah buku yang berisi tentang segala

sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal mata pelajaran.

(Ali,1991:991)

b) Buku Fiksi

Buku fiksi adalah buku yang berisi cerita rekaan yang

terdiri dari :

(1) Novel

Novel adalah karangan prosa yang panjang

mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan

orang–orang di sekelilingnya yang menonjolkan watak dan

sifat setiap pelaku. (Ali,1991:694).

(2) Roman

Roman adalah karangan prosa yang melukiskan

perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-

masing.

Macam-macam roman: a) roman cak adalah cerita

percintaan, b) Roman berangsur adalah cerita berangsur, c)

roman bertendens adalah cerita roman yang memiliki unsur

pendidikan (untuk mendidika masyarakaat pembaca), d)


58

roman detektif adalah serita roman yang menjelaskan

perbuatan-perbuatan detektif. Roman kodian adalah roman

picisan, e) roman masyarakat adalah cerita roman yang

melukiskan kehidupan dalam masyarakat, f) roman picisan

adalah roman yang rendah mutunya (yang berisi cerita

percintaan saja), g) roman sejarah adalah cerita roman

yang disusun berdasarkan peristiwa sejaarah. (Ali,

1991:845)

c) Majalah

Majalah adalah media cetak untuk komunikasi masa (Ali,

1991:615)

Jenis majalah yang digunakan di sekolah menurut

Barung, 1998:24) adalah sebagai berikut:

(1) Majalah Dinding

Majalah dinding adalah majalah yang penerbitan

berlangsung secara berkala, seperti halnya majalah, tidak

seperti pada umunya koran atau surat kabar.

Fungsi majalah dinding aadaalaaah sebagaai berikut:

a) majalah dinding sebagai sarana komunikasi dan

penyampai informasi, b) majalah dinding sebagai media

hiburan yang murah dan sederhana, meskipun sifat dan

isinya tidak harus murahan dan sederhana, c) majalah

dinding sebagai sarana untuk menjalin tali persaudaraan

dan persahabatan diantara sesama anggota komunitas


59

tertentu, d) majalah dinding sebagai ajang pengembangan

kreativitas. Jenis-jenis Majalah Dinding :

(a) Majalah Dinding Umum

Majalah dinding umum adalah majalah dinding

sekolah dengan pengelola wakil-wakil dari sekolah

yang biasanya dikoordinasikan melalui kegiatan OSIS.

(b) Majalah Dinding Khusus

Majalah dinding khusus adalah ditujukan untuk

pembaca tertentu, misalnya majalah dinding jurusan

fisika ditujukan untuk mahasiswa jurusan fisika

(2) Majalah Stopfmap Folio

Majalah Stofmap Folio dapat menutup keterbatasan

majalah dinding sekolah, majalah dinding kelas, atau

majalah lain. (Barung, 1998:32-33).

(3) Majalah Sehalaman

Majalah sehalaman adalah majalah yang sajian

materinya hanya satu halaman. Bisa berukuran folio, bisa

kuarto. Ada yang ditik atau tulisan tangan, tergantung dari

situasi dan kondisi (Barung,1998:40-41).

(4) Majalah Cetak

Majalah cetak adalah majalah yang dijilid dan dicetak.

Penjilidan dan pencetakannya bermacam-macam, dari yang

dicetak secara sederhana sampai dengan yang modern, dari

yang ditik manual, kemudian penggandaannya dengan cara


60

fotokopi atau distensil sampai dengan dicetak dan

diperbanyak dengan mesin cetak offset atau mesin cetak

komputer digital dipercetakan.

Fungsi majalah cetak adalah sebagai berikut: a)

sebagai sarana dan wahana siswa untuk berlatih

mengungkapkan pikiran dengan bahasa Indonesia baku

ragam ilmiah, b) sebagai ajang latihan mengungkapkan dan

merumuskan pikiran secara runtut dan teratur, c) sebagai

sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikikir kritis,

analitis, dan argumentatif. (Barung,1998:44)

(5) Majalah bergambar

Majalah bergambar adalah majalah yang memuat

reportase berdasarkan pada gambar-gambar suatu peristiwa

atau suatu karangan khusus yang berisi foto. (Ali,

1991:615).

(6) Majalah berita

Majalah berita adalah majalah berkala ( mingguan)

yang menyajikan dengan suatu gaya tulisan yang khas

dilengkapi dengan foto dan gambar. (Ali, 1991:615).

(7) Majalah ilmiah

Majalah ilmiah adalah majalah terbitan secara berkala

yang berisi hal mengenai ilmu pengetahuan dn isinya

khusus mengenai suatu bidang ilmu. (Ali, 1991:615).


61

(8) Majalah sari tulisan

Majalah sari tulisan adalah majalah yang berisi

terbitan dengan format khusus yang berisi ringkasan

karangan dengan berbagai terbitan. (Ali,1991:615).

(9) Majalah sastra

Majalah sastra adalah majalah terbitan khas secara

berkala dengan isinya khusus membicarakan masalah-

masalah kesusastraan, resensi, buku-buku, (novel)

kontemporer atau kegiatan-kegiatan dalam bidang seni

sastra. (Ali, 1991:615).

d) Buletin

Buletin adalah media cetak berupa selebaran atau majalah

yang berisi warta singkat atau pernyataan tertulis yagn

diterbtikan secara periodik oleh suatu organisasi atau lembaga

untuk kelompok tertentu (Ali, 1991:153)

e) Cerita

Cerita adalah karangan yang menuturkan perbuatan,

pengalaman, atau penderitaan orang. Cerita terdiri dari : 1)

Cerita berantai adalah serangkaian cerita yang membuahkan

cerita kedua dan selanjutnya, 2) cerita bersambung adalah

cerita rekaan yang dimuat sebagian, secara berturut didalam

surat kabat atau majalah, 3) cerita binatang adalah cerita yang

menggambarkan watak manusia yang pelakunya diperankan

oleh binatang, biasanya mengandung ibarat, hikmah, atau


62

ajaran budi peketi, 4) cerita bingkai adalah cerita yang

berbingakai, 5) cerita pendek adalah kisahan pendek (kurang

dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang

dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu

situasi, 6) cerita rakyat adalah cerita zaman dahulu yang hidup

dikalangan rakyat dan diwariskan secara lisan.(Ali, 1991:186-

187).

f) Artikel

Artikel adalah karya tulis lengkap dalam majalah, surat

kabar dan sebagainya. Artikel adalah tulisan tentang sesuatu

masalah, termasuk pendapat dan pendirian penulis tentang

masalah itu. Artikel bertujuan untuk meyakinkan, mendidik,

atau menghibur pembaca, sebagai tulisan nonfiksi artikel dapat

kita baca pada koran atau majalah. (sudarmanto, 2003:55).

g) Komik

Komik adalah cerita bergambar (dalam majalah, surat

kabar, atau berbagai bentuk buku )yang umumnya mudah

dicerna dan lucu (Ali, 1991:515)

h) Koran

Koran adalah lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan

kabar atau berita terbagi dalam kolom-kolom (8-9 kolom )

terbit setiap hari atau secara periodik. (Ali, 1991:422).


63

i) Resensi

Resensi adalah tulisan yang berisi ulasan, pertimbangan

atau pembicaraan suatu karya (sastra, nonsastra, drama).

Tujuan resensi adalah menyampaikan informasi kepada

pembaca apakah sebuah karya patut mendapat sambutan atau

tidak.

j) Essay

Essay adalah sebuah karangan yang berisi kupasan atau

tinjauan tentang pokok masalah yang berkaitan dengan ilmu

pengetahuan, pendapat, atau ideologi yang disusun secara

populer berdasarkan sudut pandang pribadi penulisnya (bersifat

subyektif) (Sudarmanto, 2003:55).

k) Karya Tulis

Karya Tulis adalah bentuk makalah, karya ilmiah antara

lain: laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi. Makalah adalah

tulisan resmi tentang pokok masalah yang dimaksudkan untuk

dibacakan di tempat umum (dipresentasikan) atau untuk

ditrerbitkan (dipublikasikan) (Sudarmanto, 2003:68).

l) Jurnal atau kertas kerja

Kertas kerja adalah karangan (utama) tertulis yang

membahas suatu masalah tertentu yang dikemukakan dalam

suatu seminar untuk mendapatkan pembahasan lebih lanjut atau

makalah.
64

Jurnal berisi catatan harian, surat kabar harian, atau

majalah khusus memuat artikel- artikel dalam satu bidang

tertentu. (Ali, 1991:491).

c. Fungsi Bahan Bacaan

Fungsi bahan bacaan menurut (Fadli, 2003:8) adalah sebagai:

1) Maklumat (pemberitahuan, pengumuman)

Bahan bacaan akan membantu pelajar membina makna

melibatkan tugas, membantu mereka menumpukan perhatian

terhadap pemberitahuan atau pengetahuan yang terdapat di dalam

teks dan menghubungkan pengetahuan yang terdapat di dalam

pemikiran mereka.

2) Bahan pendidik

Bahan bacaan yang berkualitas akan dapat menumbuh

kembangkan jiwa pembaca. Tulisan yang berkualitas akan

memberikan dan mendorong timbulnya gagasan baru yang

cemerlang.

3) Pemberi hiburan

Membaca bahan bacaan tentulah mempunyai tujuan tertentu.

Pembaca yang mempunyai strategi akan dapat menyesuaikan

pembacaannya dengan teks yang dihadapi. Sebagai contoh,

membaca majalah tentu berbeda dengan membaca novel.


65

4) Pemerhati (watchdog)

Pengajaran pemahaman bahan bacaan dengan lebih bermakna

menunjuk pada cara untuk menjadikan suatu pengajaran tersebut

supaya memberikan makna pribadi seorang pelajar. Jika kita

beranggapan cara yang paling berkesan bagi seorang pelajar

membaca adalah dengan memaksa pelajar tersebut membaca

sesuatu yang kita pikirkan penting bagi dirinya.

d. Manfaat Bahan Bacaan

Manfaat Bahan Bacaan menurut Fadli, 2003 adalah untuk :

1) Memahami perkembangan anak, memberi motivasi dan inspirasi.

Membaca bahan bacaan adalah sebagai proses mental atau

proses yang didalamnya seorang pembaca diharapkan bisa

mengikuti dan merespon terhadap penulis.

2) Latihan membaca cepat

Dengan membaca bahan bacaan lewat kata dan ide yang

berkualitas, pembaca dapat meneruskan dan menindaklanjuti hasil

bacaannya pada tahap menulis dan berbicara kepada orang lain

untuk membaca atau mendengarkan apa yang dia tulis dan ucapkan.

3) Peka kepada Persoalan 5W+1H

Dengan membaca bahan bacaan, pelajar akan dapat mengetahui

apa, mengapa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana isi bahan

bacaan tersebut.
66

4) Mempelajari gaya dan laras penulis.

Dengan bahan bacaan, pelajar akan dapat belajar gaya bahasa

dan laras dari penulis.

Strategi pembinaan dalam meningkatkan minat baca menurut

(Jamaluddin, 2003:121-126) antara lain :

a) Kesesuaian bahan bacaan

Sebagaimana kita ketahui bahan bacaan merupakan faktor

utama yang mutlak harus ada dalam rangka pembinaan minat

baca siswa secara umum. Sesuai dengan subyek baca yang

menjadi sasaran, tentu saja bahan-bahan dan jenis-jenis bacaan

yang disediakan bagi para siswa harus memenuhi syarat-syarat

psikologis dan sosiologis mereka. Misalnya, bagi anak-anak

usia 6 - 8 tahun harus disajikan buku cerita bergambar dengan

huruf-huruf berukuran relatif besar. Bahan bacaan serupa tentu

saja tidak cocok lagi untuk disajikan kepada anak usia 10 - 12

tahun, apalagi kepada para siswa yang sudah menginjak

remaja.

b) Fasilitas ruang baca

Jika ingin minat baca siswa berkembang secara maksimal,

masalah keterserdiaan ruang baca yang nyaman tidak mungkin

diabaikan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sebuah

ruang baca yang nyaman pertama-tama harus memenuhi syarat

kesehatan, di- dalamnya ada ventilasi sehingga arus lintas udara

relatif dinamis, pilihan warna dinding dan perabot ruang yang

cukup cerah disamping juga pengaturan buku-buku dan bahan


67

bacaan lainnya agar enak dipandang dan mudah terjangkau

oleh para siswa.

c) Pengelolaan waktu membaca

Setiap sekolah tentunya sudah memiliki aturan tertentu

dalam pemanfaataan fasilitas perpustakaan. Guru-guru atau

petugas khusus pengelola perpustakaan sekolah pasti sudah

merancangkan segala hal yang menyangkut masalah tersebut.

Perlu dipertimbangkan pula agar anak-anak diberi kesempatan

untuk meminjam dan membawa pulang buku-buku

perpustakaan sekolah. Dengan demikian, mereka dapat lebih

leluasa membacanya di rumah. Simbiosis antara Televisi dan

Bahan Bacaan

Aneka ragam menu tontonan dihidangkan sampai di ruang

keluarga dan kamar tidur, bahkan bisa mencapai 24 jam tanpa

henti, mulai dari tayangan sinetron, film kartun, berita, siaran

sains, dan teknologi sampai bermacam-macam iklan. Disinilah

peran para pendidik untuk mengarahkan dan membimbing

anak-anak untuk dapat memilih tayangan yang memang layak

mereka konsumsi. Dari sini pula guru dapat mengaitkan dan

memanfaatkan fasilitas sebagai media alternatif minat baca

siswa.

d) Bahan bacaan dan Seni pertunjukan

Serupa dengan rangkaian simbiosis antara televisi dan

bahan bacaan, pembinaan minat baca siswa sesungguhnya

dapat pula ditempuh dengan memanfaatkan seni pertunjukkan

drama. Masalah ini relaltif kurang terjangkau oleh sekolah-


68

sekolah yang berada di luar kota karena berbagai seni

pertunjukkan itu biasanya lebih banyak digelar di gedung-

gedung kesenian yang hanya ada di wilayah perkotaan. Dalam

kaitan ini, para siswa ( khususnya siswa-siswi SMU) dapat

diberi tugas menonton suatu pertunjukkan teater dan

dilanjutkan dengan membuat sinopsis setelah membaca

langsung buku-buku drama yang dijadikan bahan pementasan

tersebut.

e. Pemilihan Bahan Bacaan

Pemilihan bahan bacaan menurut (Parera, 1996:137).

1) Kebermaknaan dan Kemenarikan Teks Bacaan

Teks bacaan harus berguna, otentik, dan kontekstual. Untuk

menentukan teks bacaan yang berguna dan menarik memang agak

sulit.Guru kelas bahasa akan lebih mudah menentukan materi teks

bacaan mana yang berguna dan menarik untuk pelajaran bahasa.

Dengan wawancara, hasil pengisian angket yang diedarkan untuk

tujuan tertentu ini, dan mungkin hasil observasi guru kelas bahasa

dapat dengan mudah memilih materi teks bacaan yang menarik dan

berguna untuk kelasnya.

2) Isi Budaya

Di Indonesia isi budaya teks bacaan secara umum dikatan harus

sesuai dengan budaya dan kepribadian bangsa, tidak bertentangan

dengan Pancasila dan tidak boleh menggambarkan dan

menimbulkan bias SARA (Suku, Agama, Ras, dan Asal keturunan).


69

3) Keterbacaan atau Tingkat Kesulitan

Secara umum dapat dikatakan bahwa bacaan yang mudah akan

lebih dapat dipahami daripada bacaan yang sulit. Beberapa hasil

penelitian dan prosedur penelitian telah dicobakan untuk

mengetahui apakah sebuah teks sulit atau tidak bagi para siswa

pelajar bahasa. Secara teoritis diasumsikan bahwa teks bacaan harus

dapat memberikan nilai lebih kepada pembaca seperti dirumuskan

oleh Krashen “I +1” (Krashen, 1980:168-180).

Mengenai bahan yang terkandung di dalam buku teks harus

memenuhi beberapa kriteria. Kriteria-kriteria itu antara lain: a)

bahan tersusun logis dan sistematis, b) bahan menyediakan latihan

yang bervariasi, c) bahan sesuai dengan kemampuan siswa, d)

bahan merangsang aktivitas siswa, e) bahan up to date (Husen,

1997:219).

Dari segi metode kita lihat buku teks haruslah: a) memperkaya

kegiatan kelas, b) berisi latihan bervariasi dan memotivasi, c)

pengarahan, instruksi, jelas dan mudah dipahami, d) latihan di

samping beraneka ragam harus pula memenuhi segi-segi perbedaan

individual. (Husen, 1997:219).

Evaluasi yang termuat di dalam buku teks haruslah: a) terbuka

untuk dinilai dan diresensi, b) mempunyai cara untuk menilai

penguasaan bahan oleh siswa, c) mempunyai cara penilaian yang

sederhana, praktis dan indah dihitung dan dikerjakan, d)

merangsang pribadi siswa. (Husen, 1997:219).


70

Menurut Hamalik (1982:217-218) kriteria pemilihan bahan

bacaan adalah sebagai berikut:

1. Buku itu sesuai dengan filsafat dan tujuan pendidikan.

2. Berisikan cukup bahan untuk mata pelajaran.

3. Memiliki tingkat kebenaran sesuai dengan kenyataan.

4. Bahasa yang digunakan sesuai dengan perkembangan siswa

yang akan mempelajarainya.

5. Susunan kalimat dan penjelasannya cukup menarik, sederhaa

dan mudah dipahami.

6. Format dan tipografi buku menarik, menarik minat si pembaca.

7. Memiliki alat bantu semi mekanis seperti: tipe halaman, kepala

karangan, indeks, daftar isi, footnote.

8. Memiliki bentuk mekanis yang serasi, seperti: bentuk buku,

kualitas kertas.

9. Keadaan kualitas dan kuantitas alat belajar dalam buku (tabel

gambar, diagram, peta, ikhtisar, pertanyaan, masalah, tugas.

10. Isi buku disesuaikan dengan perbedaan individual, kebutuhan

dan kemampuan siswa yang akan membacanya.

2. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di SMU

Menurut Kurikulum dan GBPP Bahasa Indonesia tahun 1994

Bahasa Indonesia memungkinkan manusia untuk saling berhubungan,

saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan untuk

meningkatkan kemampuan intelektual. Pelajaran Bahasa Indonesia adalah


71

program untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan bahasa, dan

sikap positif terhadap Bahasa Indonesia.

a. Fungsi Bahasa Indonesia adalah : (1) sarana pembina persatuan dan

kesatuan bangsa, (2) sarana peningkatan pengetahuan dan ketrampilan

Berbahasa Indonesia untuk meraih dan mengembangkan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni, (3) sarana peningkatan pengetahuan

dan keterampilan Berbahasa Indonesia dalam rangka pelestarian dan

pengembangan budaya, (4) sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa

Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai

masalah.

b. Tujuan Pengajaran

Tujuan Umum :

1) Siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai

Bahasa Nasional dan Bahasa Negara, 2) siswa memahami Bahasa

Indonesia dari segi bentuk, makan, dan fungsi, serta

menggunakannya dengan tepat dan untuk bermacam-macam

tujuan, keperluan, dan keadaan, 3) siswa memiliki kemampuan

menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, kematangan emosional dan sosial, 4) siswa mampu

menikmati, menghayati, memahami dan memanfaatkan karya

sastra untuk mengembangkan keperibadian, memperluas wawasasn

kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

berbahasa.
72

Tujuan Khusus

1) Kebahasaan

(a) Siswa menguasai aturan ejaan dan tanda baca, (b) siswa

menguasai beberapa kemungkinan intonasi kalimat sesuai dengan

tujuanya, (c) siswa memahami ciri-ciri esay dan pengembanganya.

(d) siswa memahami ciri-ciri paragraf dan pengembanganya, (e)

siswa menguasai bermacam-macam majas, makna ungkapan, dan

makna peribahasa, (f) siswa menguasai ciri-ciri bentuk puisi, prosa,

drama, kritik dan esay.

2) Penggunaan Bahasa Indonesia

(a) siswa mampu mengungkapkan informasi secara jelas,

logis, sistematis sesuai dengan konteks dan situasi dalam berbagai

bentuk dan ragam bahasa, (b) siswa mampu mengungkapkan

gagasan, pendapat, pengalaman, dan pesan bentuk untuk berbagai

keperluan, (c) siswa mampu mengungkapkan perasaan dalam

berbagai bentuk, cara, dan gaya bahasa sesuai dengan konteks dan

situasi, (d) siswa peka terhadap lingkungan dan mampu

mengungkapkan secara kreatif sesuai dengan konteks dan situasi,.

(e) siswa memiliki kegemaran dan terbiasa menulis dan berbicara

untuk keperluan kehidupan sehari-hari dan meningkatkan ilmu

pengetahuan.
73

3) Ruang lingkup Bahasa Indonesia

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia meliputi

penguasaan kebahasaan, kemampuan memahami, mengapresiasi

sastra, dan kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia. Khusus

untuk program bahasa di sekolah menengah umum ditambah

dengan dasar-dasar kebahasaan dan kesusastraan.

4) Rambu-Rambu Bahasa Indonesia

1) Pada dasarnya program pengajaran Bahasa Indonesia

untuk Sekolah Menengah Umum pemilihan materi bacaan

mencakup masalah-masalah ilmu poengetahuan, teknologi dan

seni, 2) Pada hakekatnya belajar bahasa adalah belajar komunikasi.

Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan

Bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis, 3)

Pembelajaran Bahasa Indonesia perlu memperhatikan prinsip-

prinsip pengajaran, antara lain dari yang mudah ke yang sukar, dari

hal-hal yang dekat ke yang jauh, dari yang sederhana ke yang

rumit, dari yang diketahui ke yang belum diketahi, dan dari yang

kongkrit ke yang abstrak, 4) pembelajaran Bahasa Indonesia

mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis,

5) bahan pelajaran mencakup lafal, ejaan dan tanda baca, tanda

bahasa, kosa kata, dan wacana, 6) penilaian dan proses hasil

belajara pelajaran bahasa Indonesia mencakup pengetahuan,


74

keterampilan, dan sikap berbahasa, (7) sumber belajara siswa dapat

berupa buku-buku pelajaran yang diwajibkan, buku pelajaran yang

pernah dipakai yang masih sesuai, buku pelengkap, buku bacaan,

bunga rampai, kamus, ensiklopedi. Media cetak berupa surat kabar,

majalah. Media elektronik berupa radio, kaset, televisi, video.

Lingkungan berupa alam, sosial, budaya.

5) Prinsip dan Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Untuk dapat mengajarkan bahasa Indonesia sesuai dengan

tujuannya, maka prinsip-prinsip pengajaran bahasa Indonesia

adalah sebagai berikut : (1) pengajaran bahasa Indonesia adalah

pengajaran untuk mencapai kemampuan berbahasa Indonesia

dengan baik dengan benar sesuai dengan konteks

pelangsungannya, (2) pengajaran bahasa Indonesia adalah

pengajaran untuk memahami dan menggunakan bahasa Indonesia

sesuai dengan konteks, (3) pengajaran bahasa Indonesia adalah

pengajaran untuk berkomunikasi secara bermakna, (4) pengajaran

tata bahasa Indonesia sebagai sarana untuk berkomunikasi secara

bermakna, baik, dan benar.

6) Materi Sastra dalam GBPP Sekolah Menengah Atas

Seperti telah penulis uraikan pada bagian diatas, bahwa

pengajaran menyatu dngan penajaran bahasa. Karena itu

pembelajaran sastra menyatu dengan pembelajaran bahasa lainnya

yaitu membaca, menyimak dan menulis. Untuk mengetahui materi


75

sastra yang diajarkan pada tingkat Sekolah Menengah Atas berikut

ini penulis paparkan materi sastra yang menjadi bahan ajar pada

tingkat Sekolah Menengah Atas. Materi sastra kelas II : 1) menulis

puisi, cerpen, drama dan mempublikasikannya, 2) membuat

tanggapan terhadap karya sastra. Membahas kaitan tema dan

amanat dalam puisi atau novel. Membahas kaitan tema dan amanat

dalam puisi atau novel, 3) membaca Novel yang akan diresensi dan

mencatat hal yang kan dirangkum dalam resensi, 4) menyusun

resensi berdasarkan syarat resensi dan mencatat hal-hal yang telah

dibuat dan membahasnya. Mengumpulkan cerpen dari berbagai

sumber. Menulis karya sastra yang melukiskan keindahan alam.

Membaca karya sastra melayu klasik terjemahan sastra asing dan

membahas nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya.


76

BAB III

A. METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan komponen yang penting berkaitan dengan

metode penelitian, yaitu rancangan penelitian, variabel penelitian, sampel dan

populasi penelitian, validitas dan reliabilitas instrumen, metode pengumpulan

data, teknik analisis data.

A. Rancangan Penelitian

Sebelum menentukan rancangan penelitian yang dipakai dalam

penelitian terlebih dahulu dikemukakan pengertian rancangan penelitian.

Rancangan penelitian adalah sebuah titik tolak pemikiran yang akan

membantu pelaksanaan kegiatan lebih efektif yang berguna bagi penelitian

kemudian untuk dianalisis serta mencari perannya sehinggga dapat digunakan

sebagai kesimpulan yang diharapkan.

Rancangan penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yang

bertujuan untuk melukiskan atau mendeskripsikan kondisi atau variabel situasi

sebagaimana adanya, atau melukiskan fenomena seobyektif mungkin.

(Latunsa, 1988:55). Agar penulis dapat menentukan persiapan penelitian

secara sistematis dalam usaha menemukan, mengembangkan atau menguji

kebenaran dari pokok permasalahan, maka perlu menggunakan metode

pendekatan dalam penelitian. Dalam penelitian ini digunakan metode

deskriptif prosentase. Metode diskriptif prosentase digunakan untuk mengkaji


77

variabel yang ada pada penelitian yaitu pemilihan dan pemanfaatan buku

penunjang.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1998:115).

Menurut Fraenkel dan Wallen (1990:68) dalam Rianto (1996:51) populasi

adalah sekelompok yang menarik peneliti, dimana kelompok tersebut oleh

peneliti dijadikan sebagai obyek untuk menggeneralisasikan hasil penelitian.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah

keseluruhan obyek yang dijadikan sasaran dalam penelitian.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SMA Negeri

1 Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti Arikunto

(1998:117). Menurut Riyanto (1996:52) sampel adalah bagian dari populasi.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sampel adalah bagian

dari populasi yang akan diteliti.

Sehubungan dengan penetapan besar kecilnya sampel menurut

Arikunto (1997:112) mengemukakan pendapat sebagai berikut :

“Sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari


100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya populasi.
Selanjutnya jika jumlah subyek besar dapat diambil antara
10%-15% atau 20%-25% atau lebih tergantung setidak-
tidaknya terdiri dari :
78

1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana

2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini

menyangkut banyak sedikitnya data

3. Besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang

risikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel 50% dari jumlah

populasi sebanyak 240 siswa kelas II. Siswa kelas dua berjumlah tujuh kelas.

Kemudian diambil satu kelas untuk uji coba penelitian. Sedangkan enam kelas

yang lainnya diambil 20 siswa perkelas untuk dijadikan sampel penelitian.

Didapat dari perhitungan sebesar 40 x 6 = 240. Kemudian diambil 50% dari

50
jumlah populasi yaitu 240 × = 120 .
100

Jadi sampel yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 120 siswa.

Menurut (Nasution, 1996:87-94) yang termasuk dalam probability

sampling adalah:

1. Sampel random sampling atau sampling acak yang sederhana, yaitu

kesempatan yang sama untuk dipilih bagi setiap individu atau unit dalam

keseluruhan populasi.

2. Sampling acak secara proporsional. Dalam sampel ini populasi

digolongkan menurut ciri tertentu atau stratifikasi untuk keperluan

penelitian.

3. Sampling acakan secara tidak proporsional. Sampling ini hampir sama

dengan sampling stratifikasi. Bedanya adalah bahwa proporsi subkategori-


79

subkategorinya tidak didasarkan atas proporsi yang sebenarnya dalam

populasi.

4. Area atau cluster sampling, yaitu sampling menurut daerah atau

pengelompokan.

Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

sampling acak, karena dalam pengambilan sampelnya peneliti mencampur

subyek-subyek di dalam populasi sehingga semua subyek dianggap sama.

Dengan demikian maka peneliti memberi hal yang sama kepada setiap subyek

untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Langkah-langkah

pengambilan sampel acak meliputi : 1) Menetapkan populasi, 2) Membuat

daftar semua anggota populasi, 3) Mengambil sampel secara acak, 4) Cara

pengambilan sampel secara acak dapat dilakukan melalui undian dan

menggunakan tabel bilangan randon. Dalam penelitian ini cara pengambilan

sampel dilakukan dengan undian, yaitu diambil sebanyak 20 responden per

kelas.

C. Variabel Penelitian

Variabel merupakan komponen yang mutlak dalam melaksanakan

suatu penelitian, menurut Arikunto (1993:89) dijelaskan bahwa variabel suatu

obyek penelitian sejalan dengan maksud dan tujuan dari penelitian ini, maka

variabel yang dijadikan titik perhatian adalah pemilihan dan pemanfaatan

buku penunjang bahan belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia oleh siswa

kelas II SMA Negeri 1 Jekulo. Dari variabel tersebut selanjutnya diuraikan ke


80

dalam sub-sub variabel sehingga indikator untuk mengetahui cara selanjutnya

secara tegas variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pemilihan buku penunjang bahan belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia

Indikator : - Jenis bahan bacaan yang dimiliki siswa

- Jenis bahan bacaan yang dibaca siswa

- Sikap siswa terhadap bahan bacaan

- Kriteria pemilihan bahan bacaan

2. Pemanfaatan buku penunjang bahan belajar mata pelajaran bahasa

Indonesia

Indikator : - Pemanfaatan bahan bacaan

- Dorongan guru terhadap siswa

- Frekuensi pemanfaatan bahan bacaan

D. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-

barang tertulis. Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data

dengan mencatat data-data yang sudah ada (Rianto, 1996:83).

Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk

memperoleh data tentang daftar nama, jumlah siswa, serta nilai yang

diperoleh siswa kelas II SMA Negeri 1 Kecamatan Jekulo, Kabupaten

Kudus.
81

2. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data menggunakan instrumen yang berupa daftar

pertanyaan dan pernyataan. Daftar pertanyaan disampaikan kepada

responden untuk dijawab secara tertulis. Instrumen penelitian adalah alat

atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah, Arikunto

(2002:136). Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah angket.

Menurut (Nasution,1996:129) angket dapat dibagi tiga menurut

sifat jawaban yang diinginkan, yaitu :

a. Angket tertutup

Angket tertutup terdiri atas pertanyaan atau pernyataan dengan

sejumlah jawaban tertentu sebagai pilihan. Responden mencek

jawaban yang paling sesuai dengan pendiriannya.

b. Angket terbuka

Angket terbuka ini memberi kesempatan penuh memberi

jawaban menurut apa yang dirasa perlu oleh responden. Peneliti hanya

memberikan sejumlah pertanyaan berkenaan dengan masalah

penelitian dan meminta responden menguraikan pendapat atau

pendiriannya dengan panjang lebar bila diinginkan.

c. Kombinasi angket terbuka dan angket tertutup

Angket ini memberi kesempatan kepada responden untuk

memberi jawaban sendiri, di samping atau di luar jawaban yang

tersedia.
82

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket tertutup yang

ditujukan kepada siswa dengan maksud untuk mengetahui pemilihan

dan pemanfaatan buku penunjang bahan belajar Bahasa Indonesia.

E. Analisis Data Penelitian

1. Pengertian analisis data

Analisis data adalah proses peyederhanaan data ke dalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun, 1987: 263).

Berdasarkan data yang diperoleh dari responden akan dilakukan

pengkajian lebih lanjut oleh peneliti mengenai maksud dari jawaban yang

diberikan oleh responden dari beberapa pertanyaan yang diajukan dalam

angket untuk dapat diambil sebuah kesimpulan dari analisis data secara

deskriptif kuantitatif.

2. Langkah-langkah analisis data

a. Editting : Memeriksa menyusun kelengkapan data yang diperoleh

dari kuesioner dan wawancara

b. Koding : Memberi kode pada masing-masing jawaban untuk

mempermudah pengolahan data

c. Entri data : Proses pemindahan data ke dalam media komputer agar

diperoleh data masukan yang siap diolah.

d. Tabulasi : Mengelompokan data sesuai dengan tujuan penelitian,

kemudian dimasukan dalam tabel yang sudah disiapkan.

Setelah data tersusun dalam tabulasi selanjutnya dilakukan analisis

data dengan analisis deskriptif presentase. Metode ini digunakan untuk


83

mengetahui persentase variabel yang ada pada penelitian ini. Adapun

rumus untuk menghitung persentase variabel tersebut adalah :

Keterangan :

n
%V = × 100%
N

n : Jumlah frekuensi

N : Jumlah responden
%V : Jumlah persentase pemilih variabel

(Ali, 184)

Rumus tersebut di atas digunakan untuk menganalisis variabel

yang terdiri dari option jawaban “ya” atau “tidak”, maka data tersebut

merupakan data kuantitatif dari variabel- variabel sebagai berikut :

a. Jenis bahan bacaan yang dibaca

1) Buku pelajaran

2) Buku sastra atau novel

3) Majalah

4) Surat kabar

b. Judul buku sastra atau novel yang dibaca siswa

1) Layar terkembang

2) Salah asuhan

3) Siti nurbaya

4) Ateis

5) Karmila
84

c. Nama surat kabar yang dibaca siswa

1) Kompas

2) Wawasan

3) Suara merdeka

4) Kedaulatan rakyat

5) Jawa pos

d. Nama majalah yang dibaca siswa

1) MOP

2) Gadis

3) Bola

4) Halo

5) Kawanku

e. Nama buku pelajaran yang dibaca siswa

1) Terampil berbahasa

2) Terampil berbicara

3) Terampil berekspersi

4) Trampil berargumen

5) Lembar kerja siswa

f. Nama majalah yang dimiliki siswa

1) MOP

2) Gadis

3) Bola

4) Halo
85

5) Kawanku

g. Nama buku pelajaran yang dimiliki siswa

1) Terampil berbahasa

2) Terampil berbicara

3) Terampil berekspersi

4) Trampil berargumen

5) Lembar kerja siswa

h. Nama surat kabar yang dimiliki siswa

1) Kompas

2) Wawasan

3) Suara merdeka

4) Kedaulatan rakyat

5) Jawa pos

Dalam mendeskripsikan variabel tersebut digunakan tabel tunggal

sebagai berikut:

Tabel 3.1 Deskripsi Variabel Option Jawaban Ya dan Tidak

No Pendapat siswa tentang bahan bacaan f Ya (%) Tidak


(%)
1. Jenis bahan bacaan yang dibaca siswa
2. Jenis bahan bacaan yang dimiliki siswa

Rata-rata
86

Variabel dengan 5 option dimaksudkan untuk menggambarkan sikap siswa

terhadap bahan bacaan, kriteria pemilihan bahan bacaan, pemanfaatan

bahan bacaan, dorongan guru terhadap siswa dan frekuensi pemanfaatan

bahan bacaan. Rumusnya adalah sebagai berikut: Jumlah skor maksimal =

jumlah item x skor tertinggi. Jumlah skor minimal = jumlah item x skor

terendah. Range = jumlah skor maksimal – jumlah skor minimal. Panjang

kelas interval = range : banyak kelas.

Data tersebut berupa data kuantitatif, maka akan dianalisis dengan

kriteria sebagai berikut:

1. Sikap siswa terhadap bahan bacaan

Untuk menggambarkan variabel sikap siswa terhadap bahan bacaan diukur

dengan 4 item sehingga skor jawaban tertinggi adalah 20 dan skor

jawaban terendah adalah 4 dan rentang skor jawaban adalah 20-4 = 16.

Dalam mendeskripsikan sikap siswa terhadap bahan bacaan dibuat dalam 5

kategori sehingga rentang skor tiap-tiap kategori adalah 16 : 5 = 3. Lebih

jelasnya berikut ini disajikan langkah-langkah penyusunan kriteria sikap

siswa terhadap bahan bacaan.

Jumlah skor maksimal = 4 x 5 = 20

Jumlah skor minimal = 4 x 1 = 4

Range = 20 - 4 = 16

Range

Panjang kelas Interval =

Banyak kelas

16

= =3

5
87

Tabel 3.2 Kriteria Sikap Siswa Terhadap Bahan Bacaan

Rentang Skor Kriteria


17 – 20
Sangat suka
14 – 16
11 – 13 Suka

8 – 10
Cukup suka
4–7
Kurang suka
Tidak suka

2. Kriteria pemilihan bahan bacaan

Untuk menggambarkan variabel kriteria pemilihan bahan bacaan diukur

dengan 8 item sehingga skor jawaban tertinggi adalah 40 dan skor

jawaban terendah adalah 8 dan rentang skor jawaban adalah 40-8 = 36.

Dalam mendeskripsikan sikap siswa terhadap bahan bacaan dibuat dalam 5

kategori sehingga rentang skor tiap-tiap kategori adalah 36 : 5 = 6. Lebih

jelasnya berikut ini disajikan langkah-langkah penyusunan kriteria

pemilihan bahan bacaan.

Jumlah skor maksimal = 8 x 5 = 40

Jumlah skor minimal = 8 x 1 = 8

Range = 40 - 8 = 16

Range
Panjang kelas Interval =
Banyak kelas

36
= =6
5
88

Tabel 3.3 Kriteria Pemilihan Bahan Bacaan

Rentang Skor Kriteria


35 – 40 Sangat menarik
28 – 34 Menarik
22 – 27 Cukup menarik
15 – 21 Kurang menarik
8 - 14 Tidak menarik

3. Kriteria pemanfaatan bahan bacaan

Untuk menggambarkan variabel pemanfaatan bahan bacaan diukur dengan

10 item sehingga skor jawaban tertinggi adalah 50 dan skor jawaban

terendah adalah 10 dan rentang skor jawaban adalah 50-10 = 40. Dalam

mendeskripsikan sikap siswa terhadap bahan bacaan dibuat dalam 5

kategori sehingga rentang skor tiap-tiap kategori adalah 40 : 5 = 8. Lebih

jelasnya berikut ini disajikan langkah-langkah penyusunan kriteria

pemanfaatan bahan bacaan.

Jumlah skor maksimal = 10 x 5 = 50

Jumlah skor minimal = 10 x 1 = 10

Range = 50 - 10 = 40

Range
Panjang kelas Interval =
Banyak kelas

40
= =8
5
89

Tabel 3.4 Kriteria Pemanfaatan Bahan Bacaan

Rentang Skor Kriteria


42 – 40 Sangat baik
35 – 41 Baik
27 – 34 Cukup baik
19 – 26 Kurang baik
10 - 18 Tidak baik

4. Kriteria dorongan guru terhadap siswa

Untuk menggambarkan variabel dorongan guru terhadap siswa diukur

dengan 2 item sehingga skor jawaban tertinggi adalah 10 dan skor

jawaban terendah adalah 2 dan rentang skor jawaban adalah 10-2 = 8.

Dalam mendeskripsikan sikap siswa terhadap bahan bacaan dibuat dalam 5

kategori sehingga rentang skor tiap-tiap kategori adalah 8 : 5 = 1,6. Lebih

jelasnya berikut ini disajikan langkah-langkah penyusunan kriteria

dorongan guru terhadap siswa.

Jumlah skor maksimal = 2 x 5 = 10

Jumlah skor minimal = 2 x 1 = 2

Range = 10 - 2 = 8

Range
Panjang kelas Interval =
Banyak kelas

8
= = 1,6
5
90

Tabel 3.5 Kriteria Dorongan Guru terhadap siswa

Rentang Skor Kriteria


8,5 – 10,0 Sangat baik
6,9 – 8,4 Baik
5,3 – 6,8 Cukup baik
3,7 – 5,2 Kurang baik
2,0 – 3,6 Tidak baik

5. Kriteria frekuensi pemanfaatan buku bacaan

Untuk menggambarkan variabel frekuensi pemanfaatan buku bacaan

diukur dengan 11 item sehingga skor jawaban tertinggi adalah 55 dan skor

jawaban terendah adalah 11dan rentang skor jawaban adalah 55-11 = 44.

Dalam mendeskripsikan sikap siswa terhadap bahan bacaan dibuat dalam 5

kategori sehingga rentang skor tiap-tiap kategori adalah 44 : 5 = 9. Lebih

jelasnya berikut ini disajikan langkah-langkah penyusunan kriteria sikap

siswa terhadap bahan bacaan.

Jumlah skor maksimal = 11 x 5 = 55

Jumlah skor minimal = 11 x 1 = 11

Range = 55 - 11 = 44

Range
Panjang kelas Interval =
Banyak kelas

44
= =9
5
91

Tabel 3.6 Kriteria Frekuensi Pemanfaatan Bahan Bacaan

Rentang Skor Kriteria


47 – 55 Sangat sering
38 – 46 Sering
29 – 37 Cukup sering
20 – 28 Jarang
11 – 19 Tidak pernah

F. Validitas Dan Reliabilitas Instrumen

1. Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-

tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2002: 144).

Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan

dan mengungkap data variabel yang diteliti secara tepat.

Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas

internal. Validitas internal adalah validitas yang dicapai apabila terdapat

kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dikatakan memiliki misi

instrumen secara keseluruhan yaitu mengungkap data dari variabel yang

dimaksud.

Dalam penyajian validitas instrumen pada penelitian ini digunakan

analisa butir. Cara pengukuran analisa butir tersebut adalah

mengkorelasikan skor butir dengan skor total dengan rumus Product

Moment, Yaitu:
92

N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
rxy =
{∑ X − (∑ X )}{(N ∑ Y )}
2 2 2

rxy =Validitas instrumen

X =Jumlah skor faktor tertentu

Y = Jumlah skor faktor total

(Arikunto,1998:160)

Butir angket dikatakan valid jika rxy > r tabel = 0,312 untuk x =5%

dengan N = 40. Berdasarkan hasil uji coba angket pada 40 responden

diperoleh harga rxy untuk seluruh butir soal lebih besar dari r tabel = 0,312.

Dengan demikian menunjukkan bahwa seluruh butir angket valid dan

dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian.

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu

instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrumen sudah baik (Arikunto, 2002:154). Instrumen yang sudah

dapat dipercaya akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.

Untuk menguji reliabilitas, dapat digunakan uji reliabilitas internal

yang diperoleh dengan cara menganalisis data dari suatu hasil pengetesan

dengan rumus sebagai berikut :

 k   ∑σ b 
2

r11 =   1 − 
 (k − 1)  σ 12 

93

Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya pertanyaan

∑σ 2
b = Jumlah varian butir

σ 12 = Varian total

(Arikunto, 2002:171)

Untuk mencari varian butir dengan rumus :

∑ (x )
2

∑ (x ) − N
2

σ2 =
N

Keterangan :

σ = Varian tiap butir

X = Jumlah skor butir

N =Jumlah responden
(Arikunto, 2002:162)

Instrumen dikatakan reliabel jika harga r11 > r tabel = 0,312 untuk x

= 5% dengan N = 40. Berdasarkan hasil uji reliabilitas angket pada

lampiran diperoleh harga r11= 0,857 >r tabel =0,312 untuk =5% dengan

40 responden. Dengan demikian menunjukkan bahwa instrumen tersebut

reliabel dan dapat diguinakan untuk penelitian.

G. Pelaksanaan dan Tempat Penelitian


94

Penelitian ini diselenggarakan selama 1 bulan, mulai bulan April

sampai Mei yang dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Penjajagan ke calon lokasi penelitian sebagai persiapan penyusunan

proposal.

2. Memilih dan menetapkan SMA yang akan diteliti

3. Memasuki lapangan yang dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Melakukan pengenalan diri

b. Mengadakan wawancara kepada guru Bahasa Indonesia dan siswa

kelas II

c. Melakukan observasi di perpustakaan

d. Pengisian angket yang dilakukan oleh kelas II

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil lokasi di SMA Negeri 1

jekulo, Kabupaten Kudus. Maksud dilaksanakan penelitian ini karena adanya

keterbatasan buku penunjang di sekolah tersebut kurang memadai, kurangnya

pemilihan dan pemanfaatan buku penunjang oleh siswa SMA N 1 Jekulo.

H. Paradigma Penelitian

Menurut Fred N Kerlinger (1993:484) mengatakan bahwa “paradigma

penelitian merupakan model relasi antara variabel-variabel dalam suatu kajian

penelitian. Paradigma merupakan struktur suatu desain penelitian, yaitu karena

pengaturan yang memperlihatkan hubungan-hubungan secara jelas. Dalam

upaya meningkatkan hasil belajar siswa maka Pemilihan dan pemanfaatan

terhadap baku penunjang perlu ditingkatkan, selain faktor-faktor intrinsik


95

maupun faktor ekstrinsik yang melingkupi atau mempengaruhi hasil belajar

siswa tersebut. Tersedianya cukup bahan-bahan belajar akan mendorong dan

meningkatkan hasil belajar siswa. Hal itu karena telah ada tanggapan positif

baik dalam diri siswa terhadap pemilihan dan pemanfaatan buku penunjang

sebagai sumber belajar.

Selain itu pemilihan dan pemanfaatan yang baik terhadap buku

penunjang bagi masa depan mereka akan mempengaruhi pula pada minat baca

mereka, karena dengan memilih dan memanfaatkan buku penunjang akan

mendorong timbulnya motivasi untuk membaca buku penunjang sebagai

bahan belajar bagi dirinya sehingga hal tersebut akan menimbulkan minat

baca para siswa.

Dengan demikian minat baca siswa dapat meningkat, karena memang

bukanlah suatau kebiasaan yang secara otomatis tumbuh dengan sendirinya,

melainkan harus ditanam dan dibina sejak dini, sejak awal mulai dapat

membaca, sejak mulai merasa mendapat kenikmatan dari hasil membaca.

Pembinaan tersebut disamping penguasaan teknis membaca hendaknya siswa

sejak dini diberikan pengertian akan pentingnya buku penunjang dan memilih

buku penunjang yang baik dan bermanfaat.


96

Instrumental Input
- Guru-non guru
- Administrasi
manajement
- Kurikulum, sarana
dan prasarana♣
( buku penunjang)

Raw In Put Proses Out put

Environmental Input
- Orang tua
Feed back
- Masyarakat
- Lingkungan

Gambar 3. Pembelajaran Bahasa Indonesia Sebagai Suatu Sistem

Sumber: (Sugandi, 2004:19)

Keterangan :

♣ Permasalahan penelitian: Pemilihan dan Pemanfaatan buku penunjang


97

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

D. Gambaran Umun SMA Negeri 1 Jekulo Kudus

SMA Negeri I Jekulo Kudus berdiri sejak tahun 1998 ditandai dengan

diterimanya siswa baru kelas I pertama kali pada tanggal 17 Juli 1998.

Awalnya proses pembelajaran masih menginduk di SMA 2 Kudus. Setelah

pembangunan gedung dan sarana prasanana yang lain selesai, mulai Januari

1990 siswa kelas I ini pindah di SMA I Jekulo yang beralamat di Jln. Jendral

Sudirman desa Klaling Jekulo Kudus.

Adapun kepala sekolah pada waktu itu dijabat oleh Bapak Moersodo

sebagai kepala sekolah pengampu. Keberadaan guru-guru pada waktu itu

sebagian besar berasal dari guru-guru SMA 2 Kudus.

Situasi SMA Negeri I Jekulo Kudus sangat nyaman untuk belajar dan

ditunjang pula oleh sarana dan prasarana pembelajaran yang lengkap yaitu

dengan 22 ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang ketrampilan, ruang guru,

ruang TU, ruang kepala sekolah, laboratorium fisika dan kimia. Dengan sarana

dan prasarana yang memadai tersebut memungkinkan para siswa dapat

mengembangkan potensinya secara optimal di sekolah ini. Misi dan visi dari

sekolah yang jelas sangat menjamin kelangsungan sekolah tersebut. Adapun

visi dari SMA Negeri I Jekulo Kudus adalah unggul dalam prestasi, terpuji

dalam budi pekerti, sedangkan misi dari sekolah adalah menumbuhkan


98

semangat keunggulan secara universal kepada seluruh warga sekolah,

mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengembangkan potensi

dirinya sehingga dikembangkan secara lebih optimal.

Jumlah guru bidang studi yang mengajar di SMA Negeri 1 Jekulo

Kudus hingga saat ini mencapai 51 guru sedangkan jumlah tenaga tata

usahanya sebanyak 16 orang.

Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai populasi adalah seluruh

siswa kelas II SMA Negeri I Jekulo Kudus. Siswa kelas II berjumlah 7 kelas.

Jumlah populasi seluruhnya ada 280 siswa. Tiap-tiap kelas terdiri dari 40

anak/siswa. Sampel penelitian diambil secara random sampling atau acak dari

6 kelas penelitian dengan jumlah 20 siswa untuk tiap-tiap kelas sehingga

diperoleh sampel sebanyak 120 siswa.

Sebagai pelengkap peneliti pengumpulan data pendukung diantaranya

guru bidang studi Bahasa Indonesia, dan 6 siswa diambil dari masing-masing

kelas. Hasil informasi yang terkumpul dari siswa menunjukkan bahwa

sebagian besar orang tua siswa memiliki status sosial ekonomi menengah ke

bawah dengan mata pencaharian yang cukup beragam mulai dari buruh,

petani, wiraswasta, PNS, sampai TNI dan Polri. Dengan latar belakang anak

didik dari keluarga dengan status ekonomi yang kurang tersebut mendapat

respon secara baik oleh dari pihak sekolah dengan menyediakan kelengkapan

belajar baik buku penunjang maupun bahan bacaan baik itu surat kabar

maupun majalah/jurnal secara memadai.


99

E. Pendapat Siswa tentang Alasan Pemilihan Bahan Bacaan

Alasan pemilihan bahan bacaan oleh siswa kelas II SMA Negeri 1

Jekulo Kudus dapat disajikan sebagai berikut.

Tabel 4.7 Deskripsi Alasan Pemilihan Bahan Bacaan Siswa

Alasan f %
Sangat menarik (35 – 40) 0 0,0
Menarik (28 – 34) 76 63,4
Cukup menarik (22 – 27) 37 30,8
Kurang menarik (15 – 21) 7 5,8
Tidak menarik (8 – 14) 0 0,0
Jumlah 120 100
Sumber : Data Penelitian 2005

Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa dari 120 siswa, 76

siswa atau 63,4% siswa memilih bahan bacaan karena isinya menarik. Hal ini

dapat ditunjukkan bahwa para siswa hanya memilih bahan bacaan yang isinya

menarik saja sebagai bahan bacaan yang menunjang pelajaran Bahasa

Indonesia, karena dengan membaca buku-buku yang isinya menarik mereka

akan mudah dalam memahami materi yang disajikan, semakin kreatif dan

dapat meningkatkan prestasi belajarnya, 37 siswa atau 30,8% siswa

diantaranya memilih bahan bacaan karena isinya cukup menarik. 7 siswa atau

5,8% siswa diantaranya memilih bahan bacaan karena isinya kurang menarik

dan tidak ada 1 siswapun yang memilih bahan bacaan yang isinya sangat

menarik atau tidak menarik. Lebih jelasnya mengenai alasan pemilihan bahan

bacaan oleh masing-masing siswa dapat disajikan pada gambar berikut :


100

Gambar 4.4 Grafik Distribusi Kriteria Pemilihan Bahan Bacaan Siswa

Sumber : Data Penelitian 2005

Sikap siswa terhadap bahan bacaan yang telah dibacanya tersebut

dapat dirangkum pada tabel berikut ini.

Tabel 4.8 Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Bahan Bacaan

Kriteria f %
Sangat suka (17 – 20) 3 2,5
Suka (14 – 16) 47 39,2
Cukup suka (11 – 13) 61 50,8
Kurang suka (8 – 10) 9 7,5
Tidak suka (4 – 7) 0 0,0
Jumlah 120 100
Sumber : Data Penelitian 2005
101

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, menunjukkan bahwa dari 120 siswa,

diantaranya sebanyak 61 siswa atau 50,8% siswa menyatakan cukup suka

membaca buku penunjang seperti membaca buku pelajaran, majalah, novel,

dan surat kabar. Sedangkan 41 siswa atau 39,2% siswa menyatakan suka, 9

siswa atau 7,5% siswa yang menyatakan kurang suka, 3 siswa atau 2,5% siswa

yang menyatakan sangat suka.

Untuk mempermudah dalam memahami kesukaan siswa terhadap

bahan bacaan yang telah mereka baca, berikut ini disajikan grafik distribusi

kesukaan siswa pada bahan bacaan :

Gambar 4.5 Grafik Distribusi Sikap Siswa Terhadap Bahan Bacaan

Sumber : Data Penelitian 2005


102

F. Pemanfaatan Buku Penunjang

Deskripsi tentang pemanfaatan buku penunjang bahan belajar mata

pelajaran Bahasa Indonesia dalam penelitian ini menyangkut sub indikator

pemanfaatan buku penunjang, dorongan guru terhadap siswa dan frekuensi

pemanfaatan. Hasil selengkapnya dari tiap-tiap indikator pemanfaatan buku

penunjang tersebut oleh siswa disajikan sebagai berikut :

Tabel 4.9 Deskripsi Pemanfaatan Bahan Bacaan Oleh Siswa

Kriteria f %
Sangat baik (42 – 40) 2 1,7
Baik (35 – 41) 64 53,3
Cukup baik (27 – 34) 47 39,2
Kurang baik (19 – 26) 6 5,0
Tidak baik (10 – 18) 1 0,8
Jumlah 120 100
Sumber : Data Penelitian 2005

Berdasarkan tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa dari 120 siswa, 64

siswa atau 53,3% siswa memanfaatkan buku penunjang dengan baik. Sebagian

besar dari mereka memanfaatkan bahan bacaan untuk menambah wawasan

atau pengetahuan khususnya untuk melengkapi penjelasan materi dari guru

yang dirasa masih kurang, sebagai bahan saat mengikuti pelajaran di dalam

kelas, dan sebagai media komunikasi dalam penyelesaian tugas belajar. Dalam

rangka memperoleh berbagai sumber bahan penunjang tersebut sebagian besar

siswa selalu aktif mengunjungi perpustakaan. Selebihnya yaitu 47 siswa atau

39,2% siswa memanfaatkan buku penunjang dalam kategori cukup baik, 6


103

siswa atau 5,0% siswa memanfaatkan buku penunjang dalam kategori kurang

baik, 2 siswa atau 1,7% siswa memanfaatkan buku penunjang dalam kategori

sangat baik dan 1 siswa atau 0,8% siswa memanfaatkan buku penunjang

dalam kategori tidak baik.

Untuk lebih memudahkan dalam memahami pemanfaatan buku

penunjang oleh siswa kelas II SMA Negeri 1 Jekulo Kudus yang telah

disajikan di atas, berikut ini disajikan grafik tentang distribusi bergolong

pemanfaatan buku penunjang oleh siswa tersebut :

Gambar 4.6 Grafik Distribusi Pemanfaatan Bahan Bacaan Oleh Siswa

Sumber : Data Penelitian 2005


104

Hasil penelitian tentang dorongan guru dalam memanfaatkan buku

penunjang pada siswa kelas II SMA Negeri 1 Jekulo Kudus dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 4.10 Deskripsi Dorongan Guru Dalam Membaca Buku Penunjang

Kriteria f %
Sangat baik (8,5 – 10,0) 29 24,2
Baik (6,9 – 8,4) 67 55,8
Cukup baik (5,3 – 6,8) 15 12,5
Kurang baik (3,7 – 5,2) 9 7,5
Tidak baik (2,0 – 3,6) 0 0,0
Jumlah 120 100
Sumber : Data Penelitian 2005

Berdasarkan tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa dari 120 siswa yang

menjadi sampel dalam penelitian ini, 67 siswa atau 55,8% menyatakan

dorongan guru dalam memanfaatan buku penunjang masuk dalam kategori

baik. Dorongan guru kepada siswa untuk memanfatkan buku penunjang

tersebut ditunjukkan dari seringnya pemberian tugas kepada siswa yang

menuntut mereka menggunakan buku penunjang sebagai bahan referensi

dalam penyelesaian tugas-tugas, selain sebagai bahan penyelesaian tugas dan

meningkatkan prestasi belajar siswa. 29 siswa atau 24,2% dalam kategori

sangat baik, 15 siswa atau 12,5% dalam kategori cukup baik, dan 9 siswa atau

7,5% dalam kategori kurang.


105

Untuk lebih memudahkan dalam memahami dorongan guru kepada

siswa kelas II SMA Negeri 1 Jekulo Kudus untuk memanfaatkan buku

penunjang, dapat disajikan pada grafik distribusi bergolong berikut ini :

Gambar 4.7 Grafik Distribusi Dorongan Guru

Sumber : Data Penelitian 2005

Frekuensi pemanfaatan bahan bacaan oleh masing-masing siswa kelas

II SMA Negeri 1 Jekulo Kudus adalah sebagai berikut :

Tabel 4.11 Deskripsi Frekuensi Pemanfaatan Bahan Bacaan Oleh Siswa

Kriteria f %
Sangat sering (47 – 55) 0 0,0
Sering (38 – 46) 16 14,0
Cukup sering (29 – 37) 52 43,0
Jarang (20 – 28) 46 38,0
Tidak pernah (11 – 19) 6 5,0
Jumlah 120 100
Sumber : Data Penelitian 2005
106

Berdasarkan tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa dari 120 siswa yang

menjadi responden dalam penelitian ini, 42 siswa atau 43,0% siswa memiliki

frekuensi pemanfaatan buku penunjangan yang masuk dalam kategori cukup

sering. Frekuensi pemanfaatan bahan bacaan oleh siswa kelas II di SMA

Negeri 1 Jekulo Kudus tersebut ditunjukkan dari cukup seringnya mereka

membaca bahan bacaan. Selain meluangkan waktu khusus dalam membaca

bahan bacaan, mereka juga selalu memanfaatkan waktu-waktu kosong untuk

mengunjungi perpustakaan dalam upaya mencari dan membaca buku

penunjang dalam upaya menyelesaikan tugas pembuatan sinopsis atau tugas

yang lain yang diberikan guru. 46 siswa atau 38,0% siswa masuk dalam

kategori jarang, 17 siswa atau 14,0% siswa masuk dalam kategori sering dan 6

siswa atau 5,0% siswa dalam kategori tidak pernah.

Lebih jelasnya frekuensi pemanfaatan bahan bacaan oleh siswa kelas II

SMA Negeri 1 Jekulo Kudus disajikan secara grafik berikut ini :

Gambar 4.8 Grafik Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Bahan Bacaan

Sumber : Data Penelitian 2005


107

G. Jenis-jenis Bahan Bacaan Pilihan Siswa

Deskripsi data hasil penelitian tentang jenis buku penunjang yang

disenangi siswa dapat disajikan sebagai berikut :

Tabel 4.12 Deskripsi Jenis Bacaan yang Disenangi Siswa

Jenis Bahan Bacaan yang Disenangi f %

Buku Pelajaran 101 84,2


Buku santra/Novel 88 73,3
Majalah 84 70,0
Surat kabar 88 73,3
Sumber : Data Penelitian 2005

Berdasarkan tabel 4.12 di atas menunjukkan bahwa dari 120 siswa yang

menjadi responden dalam penelitian ini, ada 101 siswa atau 84,2% siswa

senang membaca buku-buku pelajaran, 88 siswa atau 73,3% siswa senang

membaca buku sastra/novel, 88 siswa atau 73,2% siswa senang membaca

surat kabar dan 84 siswa atau 70,0% siswa senang membaca majalah. Diantara

berbagai jenis bahan bacaan ternyata buku sastra/novel dan surat kabar

merupakan salah satu jenis bahan bacaan yang paling dibaca siswa selain buku

pelajaran.

Dalam rangka memperjelas kesenangan siswa kelas II SMA Negeri 1

Jekulo Kudus dalam membaca berbagai sumber bacaan, berikut ini disajikan

jenis novel, surat kabar, majalah, dan buku pelajaran Bahasa Indonesia yang

telah dibaca oleh siswa :


108

Tabel 4.13 Deskripsi Novel/Buku Sastra yang Dibaca Siswa

Judul Novel/Buku Sastra yang Dibaca f %


Layar terkembang 52 43,3
Salah Asuhan 93 77,5
Siti Nurbaya 88 73,3
Atheis 36 30,0
Karmila 62 51,7
Sumber : Data Penelitian 2005

Berdasarkan tabel 4.13 di atas menunjukkan bahwa dari 120 siswa yang

menjadi responden dalam penelitian ini, 93 siswa atau 77,5% siswa telah

membaca novel salah asuhan, 88 siswa atau 73,3% siswa telah membaca novel

siti nurbaya, 62 siswa atau 51,7% siswa telah membaca novel karmila, 52

siswa atau 43,3% siswa telah membaca novel layar terkembang, dan 36 siswa

atau 30,0% siswa telah membaca novel atheis. Dengan demikian menunjukkan

bahwa judul novel yang paling banyak dibaca siswa adalah novel salah asuhan

dan siti nurbaya, sedangkan yang paling sedikit dibaca siswa adalah novel

atheis.

Tabel 4.14 Deskripsi Surat Kabar yang Dibaca Siswa

Nama Surat Kabar yang Dibaca f %


Kompas 85 70,6
Wawasan 106 88,3
Suara merdeka 114 95,0
Kedaulatan rakyat 14 11,7
Jawa pos 24 20,0
Sumber : Data Penelitian 2005
109

Berdasarkan tabel 4.14 di atas menunjukkan bahwa dari 120 siswa yang

menjadi responden dalam penelitian ini, 114 siswa atau 95,0% siswa pernah

membaca surat kabar suara merdeka, 106 siswa atau 88,3% siswa pernah

membaca surat kabar wawasan, 85 siswa atau 70,6% siswa pernah membaca

surat kabar kompas, 24 siswa atau 20,0% siswa pernah membaca surat kabar

jawa pos dan 14 siswa atau11,7% siswa pernah membaca surat kabar

kedaulatan rakyat. Dengan demikian menunjukkan bahwa nama surat kabar

yang paling banyak dibaca siswa adalah kompas, wawasan dan suara merdeka.

Tabel 4.15 Deskripsi Majalah Yang Dibaca Siswa

Nama Majalah yang Dibaca f %


Mop 110 91,7
Gadis 57 47,5
Bola 39 32,5
Halo 11 9,2
Kawanku 10 8,3

Sumber : Data Penelitian 2005

Berdasarkan tabel 4.15 di atas menunjukkan bahwa dari 120 siswa yang

menjadi responden dalam penelitian ini,110 siswa atau 91,7% siswa pernah

membaca majalah mop, 57 siswa atau 47,5% siswa pernah membaca majalah

gadis, 39 siswa atau 32,5% siswa pernah membaca majalah bola, 11 siswa

atau 9,2% siswa pernah membaca majalah halo dan 10 siswa atau 8,3% siswa

pernah membaca majalah kawanku. Dengan demikian menunjukkan bahwa

nama majalah yang paling banyak dibaca siswa adalah MOP, gadis dan bola.
110

Tabel 4.16 Deskripsi Nama Buku Pelajaran yang Dibaca Siswa

Nama Buku Pelajaran yang Dibaca f %


Terampil berbahasa 74 61,7
Terampil berbicara 40 33,3
Terampil berekspresi 6 5,0
Terampil berargumen 2 1,7
Lembar kerja siswa 111 92,5
Sumber : Data Penelitian 2005

Berdasarkan tabel 4.16 di atas menunjukkan bahwa dari 120 siswa yang

menjadi responden dalam penelitian ini, 111 siswa atau 92,5% siswa membaca

lembar kerja siswa, 74 siswa atau 61,7% siswa membaca buku terampil

berbahasa Indonesia, 6 siswa atau 33,3% siswa membaca buku terampil

berbicara pembelajaran bahasa dan sastra untuk kelas II SLTA kelas 2, dan 2

siswa atau 5,0% siswa membaca buku terampil berargumen pembelajaran

bahasa dan sastra Indonesia. Dengan demikian menunjukkan bahwa nama

buku pelajaran yang paling banyak dibaca siswa adalah buku terampil

berbahasa Indonesia dan lembar kerja siswa.

Dalam rangka menunjang belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia, para

siswa kelas II SMA Negeri 1 Jekulo Kudus berusaha untuk memiliki sendiri

berbagai bahan bacaan baik majalah, novel, maupun buku-buku pelajar.

Adapun berbagai nama majalah, novel, maupun buku-buku pelajar yang telah

dimiliki siswa dapat disajikan pada tabel berikut ini :


111

Tabel 4.17 Deskripsi Majalah yang Dimiliki Siswa

Nama Majalah yang Dimiliki f %


Mop 100 63,3
Gadis 25 20,8
Bola 19 15,8
Halo 6 5,0
Kawanku 10 8,3
Sumber : Data Penelitian 2005

Berdasarkan tabel 4.17 di atas menunjukkan bahwa dari 120 siswa yang

menjadi responden dalam penelitian ini, 100 siswa atau 63,3% siswa memiliki

majalah mop, kemudian 25 siswa atau 20,8% siswa memiliki majalah gadis

19 siswa atau 15,8% memiliki majalah bola, 10 siswa atau 8,3% siswa

memiliki majalah kawanku dan 6 siswa atau 5,0% siswa memiliki majalah

halo.

Tabel 4.18 Deskripsi Buku Pelajaran yang Dimiliki Siswa

Nama Buku Pelajaran yang Dimiliki f %


Terampil berbahasa 51 42,5
Terampil berbicara 34 11,7
Terampil bereksperis 7 5,8
Terampil berargumen 4 3,3
Lembar kerja siswa 90 75,0
Sumber : Data Penelitian 2005

Berdasarkan tabel 4.18 di atas menunjukkan bahwa dari 120 siswa yang

menjadi responden dalam penelitian ini, 90 siswa atau 75,0% siswa memiliki
112

lembar kerja siswa, 51 siswa atau 42,5% siswa memiliki buku terampil

berbahasa Indonesia, 34 siswa atau 11,7% siswa memiliki buku terampil

berbicara pembelajaran bahasa dan sastra untuk kelas II SLTA kelas, 7 siswa

atau 5,8% siswa memiliki buku terampil berekspersi pembelajaran bahasa dan

sastra Indonesia, dan 4 siawa atau 3,3% siswa memiliki buku terampil

berargumentasi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Dengan demikian

menunjukkan bahwa jenis buku pelajaran yang paling banyak dimiliki siswa

adalah buku terampil berbahasa Indonesia dan lembar kerja siswa.

Tabel 4.19 Deskripsi Surat Kabar yang Dimiliki Siswa

Nama Surat Kabar yang Dimiliki f %


Kompas 40 33,3
Wawasan 13 10,8
Suara merdeka 93 77,5
Kedaulatan rakyat 9 7,5
Jawa pos 18 15,0
Sumber : Data Penelitian 2005

Berdasarkan tabel 4.19 di atas menunjukkan bahwa dari 120 yang

menjadi responden dalam penelitian ini, 93 siswa atau 77,5% siswa memiliki

surat kabar suara merdeka, 40 siswa atau 33,3% siswa memiliki surat kabar

kompas, 18 siswa atau 15,0% siswa memiliki surat kabar jawa pos, 13 siswa

atau 10,8% siswa memiliki surat kabar wawasan, dan 9 siswa atau7,5% siswa

memiliki surat kabar kedaulatan rakyat. Dengan demikian menunjukkan

bahwa nama surat kabar yang paling banyak dimiliki siswa kelas II SMA

Negeri 1 Jekulo Kudus adalah suara merdeka dan kompas.


113

H. Pembahasan

Proses belajar mengajar selalu melibatkan guru dan siswa melalui

komunikasi dan interaksi dalam rangka pencapaian tujuan belajar. Proses

belajar mengajar dalam bentuk tatap muka sering kali tidak dapat

menyampaikan bahan pelajaran secara sempurna kepada siswa karena

keterbatasan waktu dan luasnya materi yang harus disampaikan kepada siswa.

Oleh karena itu siswa dituntut aktif dalam upaya pengayaan pegetahuan dan

pemahamannya terhadap materi yang disampaikan oleh guru melalui belajar

mandiri dengan memanfaatkan berbagai sumber yang dapat menunjang

keberhasilan proses pembelajarnya tersebut. Dengan membaca berbagai buku

penunjang, siswa akan mampu membekali diri dengan beragam pengetahuan,

selain itu buku penunjang dapat membangkitkan wawasan pikir dan mengasah

imajinasi serta memperluas cakrawala ilmu pengatahuan siswa.

Untuk lebih jelasnya akan dibahas persub variabel yaitu sebagai berikut:

1. Pendapat Siswa Tentang Alasan Pemilihan Bahan Bacaan

Ditinjau dari alasan dalam pemilihan buku penunjang bahan belajar

mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas II SMA Negeri 1

Jekulo, Kudus menunjukkan bahwa sebagian dari mereka hanya membaca

bahan bacaan yang disukai dan berusaha memiliki berbagai sumber bahan

penunjang baik itu buku pelajaran, surat kabar, buku sastra/novel, surat

kabar, majalah maupun buku pelajaran yang menarik yaitu bermanfaat,

dan kontektual. Hal ini diungkapkan oleh ( 63,4%). Taya Paembonan

(1990:23) menyatakan bahwa bahan bacaan merupakan salah satu sumber


114

informasi yang semakin lama semakin penting peranannya dalam

pendidikan. Dengan bahan bacan yang baik, maka wawasan dan

pengalaman siswa akan semakin luas.

2. Sikap Siswa Terhadap Bahan Bacaan

Dari kegiatan membaca yang dilakukan siswa tersebut terlihat

bahwa mereka tidak hanya gemar membaca buku-buku untuk tujuan

hiburan saja seperti buku sastra/novel dan majalah, akan tetapi mereka

juga gemar membaca untuk memperoleh berbagai informasi yang

bermanfaat seperti membaca surat kabar maupun buku-buku pelajaran.

Dilihat dari telah bervariatifnya jenis bahan bacaan yang dibaca siswa

tersebut menunjukkan bahwa kegiatan membaca yang mereka lakukan

merupakan salah satu aktifitas yang telah menjadi bagian dari kebutuhan

hidupnya. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya siswa yang cukup suka

(50,8%) untuk membaca berbagai bahan bacaan tersebut.

3. Pemanfaatan Bahan Bacaan Oleh Siswa

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa kelas II SMA Negeri

1 Jekulo Kudus telah memanfaatkan buku penunjang mata pelajaran

Bahasa Indonesia secara baik (53,3%). Penggunaan buku penunjang oleh

para siswa tersebut adalah untuk memperdalam pemahamannya terhadap

bahan pelajaran yang telah disampaikan guru agar dapat meningkatkan

prestasi belajar dan dapat meningkatkan kreativitas belajarnya. Pernyataan

tersebut sejalan dengan pendapat Tarigan (1993:59) yang menyatakan

bahwa pemanfaatan bahan bacaan melalui membaca merupakan upaya


115

menambah pengetahuan dan wawasan bagi siswa sebagai suatu jalan untuk

mengetahui tentang perubahan atau perkembangan dunia.

4. Dorongan Guru Terhadap Siswa

Ditinjau dari dorongan guru pada siswa kelas II SMA Negeri 1

Jekulo Kudus dalam membaca buku penunjang bahan belajar mata

pelajaran Bahasa Indonesia menunjukkan bahwa sebagian besar siswa

(55,8%) menyatakan dorongan guru sudah baik yaitu dengan pemberian

tugas-tugas yang menuntut siswa untuk memanfaatkan berbagai buku

penunjang sebagai bahan bacaan untuk saran menyelesaikan tugas-tugas.

5. Frekuensi Pemanfaatan Bahan Bacaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi dalam

memanfaatkan buku penunjang bahan belajar mata pelajaran Bahasa

Indonesia pada siswa kelas II SMA Negeri 1 Jekulo Kudus termasuk

kategori cukup sering. Hal ini dinyatakan oleh sebagian besar siswa

(43,0%). Kegiatan membaca siswa ini biasanya mereka lakukan pada saat-

saat waktu kosong, maupun pada saat mendapatkan tugas belajar mandiri

dari guru. Dengan seringnya siswa memanfaatkan buku penunjang untuk

berbagai kebutuhan, baik untuk hiburan, untuk penyelesaian tugas-tugas

belajar maupun untuk menambah cakrawala pandang tersebut secara

langsung maupun tidak langsung akan berdampak positif terhadap

meningkatnya prestasi belajarnya.


116

6. Jenis-jenis Bahan Bacaan Pilihan Siswa

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas II

SMA Negeri 1 Jekulo Kudus membaca berbagai bahan bacaan sebagai

bahan penunjang dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Beberapa bahan

bacaan yang disenangi siswa adalah buku pelajaran (84,2%), yang paling

banyak dibaca adalah buku sastra/novel (77,5%), surat kabar (95,0%),

majalah (91,7%) dan buku pelajaran (92,5%). Kemudian bahan bacaan

yang paling banyak dimiliki siswa yaitu majalah MOP (63,3%), dan buku

pelajaran Lembar Kerja Siswa (75,0%). Tingginya kesukaan siswa dalam

membaca buku penunjang mata pelajaran Bahan Indonesia tersebut

ditunjukkan dari banyaknya siswa yang telah membaca novel salah

asuhan, siti nurbaya, karmila, layar terkembang dan atheis. Banyak siswa

yang gemar membaca surat kabar wawasan, suara merdeka dan kompas.

Banyak siswa yang gemar membaca majalah mop, gadis dan bola, serta

banyaknya siswa yang gemar membaca lembar kerja siswa, buku terampil

berbahasa dan terampil berbicara mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas II

SLTA.
117

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berbdasarkan hasil penelitian, maka peneliti dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Ditinjau dari kriteria dalam pemilihan bahan bacaan menunjukan bahwa

sebagaian besar siswa hanya memilih bahan bacaan yang menarik saja

sebagai bahan yang menunjang pelajaran Bahasa Indonesia, bahan

hiburan, dan untuk menambah pengetahuan dan wawasan.

2. Pemanfaatan buku penunjang bahan belajar mata pelajaran Bahasa

Indonesia oleh sebagian besar siswa kelas II SMA Negeri 1 Jekulo Kudus

(53,3%) telah baik. Penanfatan buku penunjang tersebut adalah untuk

memperdalam pemahamannya terhadap pelajarannya yang telah

dsampaikan guru agar dapat meningkatkan prestasi belajar dan

meningkatkan kreativitasnya. Ditinjau dari frekuensi dalam memanfaatkan

buku penunjang menunjukkan bahwa frekuensi pemanfatannya juga cukup

sering (43,0%). Dengan seringnya siswa memanfaatkan buku penunjang

untuk berbagai kebutuhan, baik untuk hiburan, penyelesaan tugas-tugas

dari guru maupun menambah cakrawala pandang tersebut secara langsung

maupun tidak langsung akan berdampak positif terhadap peningkatkan

prestasi belajarnya. Dorongan guru terhadap siswa sudah cukup baik


118

(55,8%), yaitu dengan pemberian tugas-tugas dari guru yang menuntut

siswa untuk memanfaatkan berbagai buku penunjang sebagai bahan untuk

sarana penyelesaian tugas-tugas. Sikap siswa terhadap bahan bacaan cukup

suka (50,8%). Dilihat dari telah bervariatifnya jenis bahan bacaan yang

telah dibaca siswa tersebut menunjukkan bahwa kegiatan membaca yang

mereka lakukan merupakan salah satu aktivitas yang telah menjadi bagian

dari kebutuhan hidupnya.

3. Jenis-jenis buku penunjang pilihan siswa kelas II SMA Negeri 1 Jekulo

Kudus telah baik, hal ini ditunjukkan dari sebagian besar siswa yang suka

membaca novel/buku sastra (77,5%), buku-buku pelajaran (92,5%), surat

kabar (95,0%), majalah (91,7%), sebagian besar siswa juga memiliki

berbagai bahan bacaan tersebut.

B. Saran

Beberapa saran yang dapat peneliti ajukan berkaitan dengan hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Para siswa hendaknya memprioritaskan pilihannya untuk membaca bahan-

bahan penunjang pelajaran seperti buku-buku pelajaran, karya-karya

sastra, dan surat kabar agar prestasi belajar cakrawala pengetahuannya

meningkat.

2. Mengingat dorongan guru dan frekuensi dalam memanfaatkan buku

penujang yang baru dalam kategori cukup tersebut, maka para siswa

hendaknya lebih mengefektifikan waktu luangnya untuk kegiatan


119

membaca dalam upaya penyelesaian tugas-tugas dari guru maupun sekedar

untuk mendapatkan berbagai informasi yang aktual dan bermanfat.

3. Guru hendaknya memberikan tugas-tugas yang dapat menunjang siswa

untuk lebih banyak membaca berbagai bahan bacaan sebagai sarana

penyelesaian tugas-tugas tersebut.

4. Sekolah hendaknya mengusahakan berbagai reverensi buku, surat kabar,

majalah maupun yang lain secara lengkap agar minat siswa untuk

mendapatkan sumber informasi dari perpustakaan dapat meningkat.


120

DAFTAR PUSTAKA

Abdussamad. 2002. Kualitas Buku Pembelajaran Bahasa Indonesia SMU Kajian


Tentang Cakupan dan Sajian Bahan Ajar Menulis. Tesis. Universitas
Negeri Semarang.

Afifah, 2000. Kesesuaian Antara Bahan Ajar Apresiasi Sastra dalam Buku Pintar
Berbahasa Indonesia Dan GBPP Kurikulum SLTP 1994. Skripsi.
Universitas Negeri Semarang.

Ali, Lukman. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta.

Anonim. Buku Panduan Semarang Book Fair & Library Expo 2004. Ikatan
Penerbitan Indonesia Cabang Jawa Tengah.

Alwi, Hasan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke III. Jakarta: Balai
Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta.

Barung, Kanis. 1998. Dasar-Dasar Penerbitan Majalah sekolah. Jakarta:


Gramedia Widiasarana Indonesia.

Dakir. 1987. Dasar-dasar Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum.


Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta.

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang


Press.

Depdikbud. 1993. Kurikulum 1994 SMU: Landasan, Program, dan


Pengembangan. Jakarta: Depdikbud.

Depdikbud. 1994. Kurikulum 1994 SMU: GBPP Mata Pelajaran Bahasa Dan
Sastra Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Depdikbud. 1994. Program Akta KB Komponen Bidang Studi 1963. Surakarta:


UNS Press.

Fadli. Hak Cipta terpelihara 2003 @ Unit Pendidikan, Bhd. http/www. Geogle.
com : Hal : 8. Berita Harian Sdn.

Guntur, Henry. 1986. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.
121

Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research I. Yogyakarta: Andi.

Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research II. Yogyakarta : Andi.

Hamalki, Oemar. 1982. Media Pendidikan. Bandung: Penerbit Alumni

Husen, Akhlan, dkk. 1997. Telaah Kurikulum dan Buku Teks Bahasa Indonesia.
Jakarta : Depdikbud.

Jamaludin. 2003. Problematik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta:


Adi Cita Karya Nusa.

Kamdi, JS. 2003. Terampil Berekspresi Pembelajaran Bahasa Dan sastra


Indonesia SLTA Kelas 1. Grasindo.

Kamdi, JS. 2003. Terampil Berbicara Pembelajaran Bahasa dan Sastra Untuk
SLTA Kelas II. Grasindo

Kamdi, JS. 2003. Terampil Beragumen Pembelajaran Bahasa dan Sastra Untuk
SLTA Kelas III. Grasindo.

Kartasasmita, Ginanjar (dalam Clipping Service Pendidikan Juni II 1995).

Kholid. 1993. Gema Clipping Service Pendidikan.

Krisanjaya. 1997. Telaah Kurikulum 1994 Dan Buku Teks I EPNA


3104/3SKS/MODUL 1-9. Depdikbud Bagian Proyek Penataran Guru
SLTP Setara D- III.

Mahmud, Dimyati. 1990. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: BPFE

Masrokah, 1990. Kesesuaian Antara Belajar Apresiasi Sastra Dalam Buku-buku


Wajib Dengan Bahan Ajar Apresiasi Sastra dalam GBPP Kurikulum
SMU 1994. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Nasution, S. 1992. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.


Jakarta: Bumi Aksara.

Parera, Daniel. 1996. Pedoman Kegiatan Belajar Mengajar Bahasa Indonesia.

Rahayu, Eny. 2000 Kesesuaian Bahan Pelajaran Kalimat Dalam Buku Pelengkap
Penuntun Belajar Bahasa Indonesia Jilid I Dengan Bahan Pelajaran.
122

Rahayu, Sri. 1996. Peranan Majalah Anak Terhadap Minat Baca Peserta Didik
SD Kelas V Di Kelurahan Wonosari Gunungkidul Yogyakarta. FIP
IKIP: Yogyakarta.
Rahmad, Jamaludin. 1999. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rahman, Abdul. 1982. Minat Baca Murid SD Di Jawa Timur. Malang: Protek
Penelitian Dan Sastra.

Satmoko, Retno Sriningsih. 1999. Proses Belajar Mengajar. Semarang: IKIP


Semarang Press.

Seels, Barbara dan Rita. C. Richey. 1994. Teknologi Pembelajaran, Definisi dan
Kawasannnya. Jakarta: Unit Percetakan Universitas Negeri Jakarta.

Setiadji. 1999. Definisi Teknologi Pendidikan, Satuan Tugas Definisi dan


Terminologi AECT. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suara Merdeka. 2 November 2002. Minat Baca Rendah. Halaman XVII.

Suardiman. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali


Press.

Suardiman, Partini. 1988. Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: Studying

Subi, Utik. 1996. Studi Eksplorasi Tentang Kebutuhan Bacaan Pada Masyarakat
Desa di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. FIP IKIP Yogyakarta.

Sudjana, Nana. 1989. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Radar Jaya Offset.

Sudjana, Nana. 1989. Media Pengajaran. Bandung: Alumni

Sudjana, Nana 1989. Dasar-dasar Proses Mengajar. Bandung: CV. Sinar Baru.

Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: Grassindo.

Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT UNNES Press

Sugiono. 1997. Metode Pembelajaran Administrasi. Bandung : Alfa Beta

Sukarno, Thomas. 2001. Strategi Belajar Mengajar I (Didaktik, SBM, CBSA).


Universitas Negeri Semarang: FIP

Sukarno, Thomas. 2001. Strategi Belajar Mengajar II (Metode dan Model


Pembelajaran). Universitas Negeri Semarang.: FIP
123

Sukarno, Thomas. 2001. Strategi Belajar Mengajar III (Manajemen Kelas dan
Interaksi Belajar Mengajar). Universitas Negeri Semarang: FIP

Tarigan. 1983. Membaca Sebagai Salah Satu Keterampilan Berbahasa. Bandung:


Angkasa.

Tarigan, Djago. dkk .1988. Buku Materi Pokok Telaah Buku Teks SMTA PINA A
443/2 SKS/ Modul 1-3. Jakarta: Karunika.

Tarigan, Djago. dkk .1988. Buku Materi Pokok Telaah Buku Teks SMTA PINA A
443/2 SKS/ Modul 1-3. Jakarta: Karunika
.
Taya Paemboman. 1981. Penyediaan buku bacaan anak-anak SD. Analisis
Pendidikan. P dan K.

Winkel. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.


124

ANGKET PEMILIHAN DAN PEMANFAATAN BUKU PENUNJANG

BAHAN BELAJAR MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA OLEH

SISWA KELAS II SMU 1 JEKULO KUDUS

A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Kelas :

3. Nomor Absen :

4. Alamat Rumah :

5. Pekerjaan Orang Tua :

B. Pertanyaan

Jenis Bahan Bacaan Yang disenangi

1. Buku apa saja yang Anda baca untuk menunjang belajar mata pelajaran

bahasa Indonesia Anda ?

Jenis buku Ya Tidak


a. Buku pelajaran
b. Buku sastra/Novel
c. Majalah
d. Surat kabar
125

2. Novel/Buku Sastra apa saja yang telah Anda baca ?

Jenis Novel Ya Tidak


a. Layar Terkembang
b. Salah Asuhan
c. Siti Nurbaya
d. Atheis
e. Karmila

3. Surat kabar apa saja yang Anda baca ?

Jenis Surat Kabar Ya Tidak


a. Kompas
b. Wawasan
c. Suara Merdeka
d. Kedaulatan rakyat
e. Jawa pos

4. Majalah apa saja yang Anda baca ?

Jenis Majalah Ya Tidak


a. Mop
b. Gadis
c. Bola
d. Helo
e. Kawanku
126

5. Buku pelajaran bahasa Indonesia apa yang Anda baca?

Jenis buku pelajaran bahasa Ya Tidak


Indonesia
a. Terampil berbahasa
Indonesia
b. Terampil berbicara
pembelajaran bahasa dan
sastrauntuk SLTA kelas 2
c. Terampil berekspresi
pembelajaran bahasa
Indonesia dan sastra Indonesia
d. Terampil beragumen
pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia
e. Lembar Kerja Siswa

6. Bagaimana sikap Anda dalam membaca buku pelajaran ?

a. Sangat Suka sekali

b. Suka Sekali

c. Suka

d. Kurang Suka

e. Tidak Suka

7. Bagaimana sikap Anda dalam membaca majalah ?

a. Sangat Suka sekali

b. Suka Sekali

c. Suka

d. Kurang Suka
127

e. Tidak Suka

8. Bagaimana sikap Anda dalam membaca Novel ?

a. Sangat Suka sekali

b. Suka Sekali

c. Suka

d. Kurang Suka

e. Tidak Suka

9. Bagaimana sikap Anda dalam membaca surat kabar ?

a. Sangat Suka sekali

b. Suka Sekali

c. Suka

d. Kurang Suka

e. Tidak suka

Jenis Bahan Bacaan Yang Dimiliki

10. Majalah apa saja yang Anda miliki untuk menunjang belajar mata

pelajaran bahasa Indonesia Anda ?

Jenis majalah Milik sendiri Pinjam

a. Mop
b. Gadis
c. Bola
d. Helo
e. kawanku
11. Buku pelajaran / buku pengetahuan yang Anda miliki untuk menunjang

belajar mata pelajaran bahasa Indonesia Anda ?


128

Jenis buku pelajaran Milik sendiri Pinjam

Bahasa Indonesia

a. Terampil berbahasa
Indonesia
b. Terampil berbicara
pembelajaran bahasa
dan sastrauntuk SLTA
kelas 2
c. Terampil berekspresi
pembelajaran bahasa
Indonesia dan sastra
Indonesia
d. Terampil beragumen
pembelajaran bahasa
dan sastra Indonesia
e. Lembar Kerja Siswa

12. Surat kabar yang Anda miliki setiap harinya ?

Jenis surat kabar Milik sendiri Pinjam

a. Kompas
b. Wawasan
c. Suara Merdeka
d. Kedaulatan rakyat
e. Jawa pos

Kriteria Pemilihan Bahan Bacaan

13. Apa kriteria Anda tentang pemilihan buku penunjang (bahan bacaan )

dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas Anda ?


129

a. Sangat menarik

b. Menarik

c. Cukup menarik

d. Kurang menarik

e. Tidak Suka

14. Apakah Anda lebih tertarik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan

menggunakan buku penunjang (bahan bacaan) ?

a. Sangat Tertarik

b. Tertarik

c. Cukup tertarik

d. Kurang tertarik

e. Tidak tertarik

15. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia tanpa menggunakan buku

penunjang (bahan bacaan ) apakah Anda dapat memahami materi yang

disampaikan atau disajikan ?

a. Sangat Faham

b. Faham

c. Cukup Faham

d. Kurang Faham

e. Tidak Faham

16. Apakah Anda tidak bosan dengan menggunakan buku penunjang (bahan

bacaan) selama pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung ?

a. Sangat Bosan
130

b. Bosan

c. Cukup Bosan

d. Biasa Saja

e. Tidak Bosan

17. Dengan buku penunjang apakah Anda termotivasi untuk memperhatikan

pelajaran?

a. Sangat Termotivasi

b. Termotivasi

c. Cukup Termotivasi

d. Kurang Termotivasi

e. Tidak Termotivasi

18. Dengan buku penunjang apakah dapat meningkatkan prestasi belajar dan

aktivitas di dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia Anda ?

a. Sangat Meningkatkan Prestasi Belajar

b. Meningkatkan Prestasi Belajar

c. Cukup Meningkatkan Prestasi Belajar

d. Kurang Meningkatkan Prestasi Belajar

e. Tidak Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar

19. Apakah penggunaan buku penunjang (bahan bacaan) dalam pembelajaran

bahasa Indonesia dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa ?

a. Sangat Meningkatkan kreativitas belajar siswa

b. Meningkatkan kreativitas belajar siswa

c. Cukup Meningkatkan kreativitas Belajar siswa


131

d. Kurang Meningkatkan kreativitas Belajar siswa

e. Tidak Meningkatkan kreativitas Belajar siswa

20. Apakah buku penunjang yang ada di kelas Anda sudah memadai?

a. Sangat Memadai

b. Memadai

c. Cukup Memadai

d. Kurang Memadai

e. Tidak Memadai

Pemanfaatan buku penunjang

21. Apakah Anda memanfaatkan buku penunjang sebagai media komunikasi

dalam menunjang tugas belajar Anda ?

a. Selalu memanfaatkan

b. Sering memanfaatkan

c. Kadang-kadang memanfaatkan

d. Jarang memanfaatkan

e. Tidak pernah memanfaatkan

22. Apakah Anda memanfaatkan buku penunjang sebagai sarana pembelajaran

Bahasa Indonesia di kelas ?

a. Selalu memanfaatkan

b. Sering memanfaatkan

c. Kadang-kadang memanfaatkan

d. Jarang memanfaatkan

e. Tidak pernah memanfaatkan


132

23. Apakah buku penunjang dapat Anda jadikan sebagai media pembelajaran

bahasa Indonesia ?

a. Selalu dapat dijadikan sebagai media pembelajaran Bahasa Indonesia

b. Sering dijadikan sebagai media pembelajaran Bahasa Indonesia

c. Kadang-kadang dijadikan sebagai media pembelajaran Bahasa

Indonesia

d. Jarang dijadikan sebagai media pembelajaran Bahasa Indonesia

e. Tidak pernah dijadikan sebagai media pembelajaran Bahasa Indonesia

24. Apakah Anda memanfaatkan buku penunjang (bahan bacaan) sebagai

sarana pembelajaran bahasa Indonesia ?

a. Selalu memanfaatkan

b. Sering memanfaatkan

c. Kadang-kadang memanfaatkan

d. Jarang memanfaatkan

e. Tidak pernah memanfaatkan

25. Dalam proses pembelajaran selama satu bulan, ada berapa pokok bahasan

yang mengharuskan Anda menggunakan buku bacaan yang ada di

Perpusakaan ?

a. > 3 pokok bahasan

b. 3 pokok bahasan

c. 2 pokok bahasan

d. 1 pokok bahasan

e. tidak ada
133

26. Apakah Anda sering mengunjungi Perpustakaan atau Taman baca yang

ada di lingkungan tempat tinggal Anda ?

a. ya, sering sekali

b. ya, sering

c. ya, cukup sering

d. ya, kadang-kadang

e. Tidak pernah

27. Apakah menurut Anda menjadi anggota Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan lainnya itu bermanfaat untuk Anda ?

a. ya, sangat bermanfaat

b. ya, bermanfaat

c. ya, cukup bermanfaat

d. ya, kurang bermanfaat

e. Tidak bermanfaat

28. Apakah Anda menjadi anggota aktif dalam Perpustakaan Sekolah/

Perpustakaan lainnya?

a. ya, sangat aktif

b. ya, aktif

c. ya, cukup aktif

d. ya, kurang aktif

e. Tidak aktif

29. Dengan adanya buku penunjang yang diperlukan untuk kegiatan proses

belajar mengajar , bagaimana pemanfaatan buku tersebut ?


134

a. Selalu dipakai

b. sering dipakai

c. kadang-kadang dipakai

d. jarang dipakai

e. Tidak pernah dipakai

30. Apakah menurut Anda pemanfaatan buku penunjang di kelas Anda sudah

efektif?

a. Sangat efektif

b. Efektif

c. Cukup Efektif

d. Kurang Efektif

e. Tidak Efektif

Dorongan Guru terhadap siswa

31. Apakah guru Anda memberikan tugas kepada Anda untuk membaca buku-

buku cerita yang pernah ditayangkan dari sinetron di TV ?

a. Selalu memberikan tugas

b. Sering memberikan tugas

c. Kadang-kadang memberikan tugas

d. Jarang memberikan tugas

e. Tidak pernah memberikan tugas

32. Apakah Anda menyempatkan diri untuk membaca buku-buku penunjang

di Perpustakaan ?
135

a. Selalu menyempatkan diri untuk membaca buku-buku penunjang di

perpustakaan

b. Sering menyempatkan diri untuk membaca buku-buku penunjang di

perpustakaan

c. Kadang-kadang menyempatkan diri untuk membaca buku-buku

penunjang di perpustakaan

d. Jarang menyempatkan diri untuk membaca buku-buku penunjang di

perpustakaan

e. Tidak pernah menyempatkan diri untuk membaca buku-buku

penunjang di perpustakaan

Frekuensai Pemanfaatan

33. Berapa jam Anda melakukan kegiatan membaca bahan bacaan dalam

sehari ?

a. > 3 jam

b. 3 jam

c. 2 jam

d. 1 jam

e. <1 jam

34. Sepengetahuan Anda apakah sekolah Anda menetapkan kewajiban untuk

mengunjungi perpustakaan sekolah, sesuai dengan pendapat Anda berapa

kali dalam sebulan Anda mengunjungi perpustakaan sekolah ?

a. > 3 kali
136

b. 3 kali

c. 2 kali

d. 1 kali

e. Tidak pernah

35. Berapa jam waktu khusus yang diberikan sekola kepada Anda untuk

menggunakan perpustakaan baik jam sekolah maupun di luar jam sekolah

a. 1 minggu sekali

b. 2 minggu sekali

c. 3 minggu sekali

d. Sebulan sekali

e. Tidak ada

36. Apakah guru Anda menerapkan belajar mandiri dalm pembelajaran bahasa

Indonesia?

a. ya, >1 minggu sekali

b. ya, 3 minggu seskali

c. ya, 2 minggu sekali

d. ya, 1 minggu sekali

e. Tidak pernah

37. Apakah Anda selalu untuk memanfaatkan bahan bacaan apabila Anda

mempunyai waktu luang ?

a. ya, setiap hari

b. ya, seminggu sekali


137

c. ya, sebulan sekali

d. ya, tiga bulan sekali

e. Tidak pernah

38. Apakah guru atau petugas perpustakaan memberitahukan kepada Anda,

apabila ada koleksi bahan pustaka yang baru ?

a. ya, setiap kali ada bahan pustaka

b. ya, setiap akhir tahun

c. ya, apabila anda memintanya

d. ya, kadang-kadang

e. Tidak pernah

39. Berapa kali sekolah Anda menerbitkan buletin atau majalah dinding ??

a. > 4 kali setahun

b. 3 kali setahun

c. 2 kali setahun

d. 1 kali setahun

e. Tidak pernah

40. Berapa kali perpustakaan sekolah Anda menerbitkan daftar buku yang

lengkap ?

a. > 4 kali setahun

b. 3 kali setahun

c. 2 kali setahun

d. 1 kali setahun
138

e. Tidak pernah

41. Berapa kali dalam sebulan Anda mendapat tugas membuat sinopsis buku

yang Anda baca ?

a. > 4 kali

b. 3 kali

c. 2 kali

d. 1 kali

e. Tidak pernah

42. Berapa kali dalam sebulan Anda mendapat tugas untuk membaca buku di

perpustakaan sekolah ?

a. > 4 kali

b. 3 kali

c. 2 kali

d. 1 kali

e. Tidak pernah

43. Berapa kali dalam sebulan Anda mendapat tugas untuk menjawab

pertanyaan yang jawabannya ada di buku-buku perpustakaan ?

a. > 4 kali

b. 3 kali

c. 2 kali

d. 1 kali

e. Tidak pernah

You might also like