You are on page 1of 46

BAB VII

MANAJEMEN DISTRIBUSI

Di susun oleh : Yayan Subagyo ( 07.02.5336 )


Rusdianto ( 07.02.5318 )
Damasio Santana.G ( 06.02.5317p)
A. Manajemen Persediaan

Persediaan merupakan aset yang sangat mahal yang dapat

digantikan oleh aset yang lebih murah yaitu informasi.


Untuk menggantikannya, informasi haruslah tepat waktu,

akurat, andal dan konsisten. Jika ini terjadi, maka akan


tersimpan lebih sedikit persediaan, mengurangi biaya dan
mengirimkan produk lebih cepat ke pelanggan.
Alasan utama perlunya manajemen persediaan adalah
untuk:

1. Memaksimalkan pelayanan pada pelanggan


2. Memaksimalkan efisiensi pembelian dan produksi
3. Memaksimalkan profit
4. Meminimalkan investasi persediaan
Persediaan dapat dikategorikan menjadi lima tipe
dasar, yaitu:

1. Bahan baku
2. Barang setengah jadi
3. Barang jadi
4. Persediaan distribusi
5. Barang pemeliharaan, perbaikan dan operasi.
B. Manajemen Persediaan Distribusi
Manajemen persediaan logistik meliputi kegiatan
memperoleh material (pengadaan), memindahkan material
melalui lingkungan manufaktur (manufaktur produk) dan
distribusi.

 Logistik dapat dikelompokan sebagai berikut:


1. Perencanaan kebutuhan distribusi (Distribution Requirements
Planning)
2. Perencanaan sumber daya distribusi (Distribution Resource
Planning)
3. Persediaan distribusi meliputi semua persediaan di manapun
dalam sistem distribusi.
Gambar 7.1. Diagram alir logika Distribution Resource Planning
Obyek dari manajemen distribusi adalah menempatkan
persediaan pada waktu dan tempat yang tepat dengan
biaya yang sesuai

beberapa pertimbangan dalam mendistribusikan


produk
1. Fasilitas
2. Transportasi
3. Modal yang ditanam pada perusahaan
4. Frekuensi kehilangan penjualan
5. Komunikasi dan pemrosesan kata
Sistem distribusi dapat diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu:
1. Sistem Tarik (Pull system)
Prinsip dari sistem ini adalah setiap pusat distribusi
mengelola persediaan produk yang dimilikinya.
Persediaan berada di gudang pusat atau di pusat
produksi. Setiap pusat distribusi pada tingkat yang lebih
rendah menghitung kebutuhan dan kemudian memesan
kepada pusat distribusi pada tingkat yang lebih tinggi
Dengan demikian produk ditarik dari pabrik melalui
struktur jaringan distribusi, dipesan melalui
pesanan pengisian kembali dari lokasi stok yang
secara langsung memasok kebutuhan pelanggan
Model – model persediaan termasuk dalam sistem tarik
ini adalah:

a. Sistem titik pemesanan kembali (Re-Order Point)


b. Sistem pemesanan secara periodik (periodic review system)
c. Sistem titik pemesanan ganda
d. Sistem pengganti penjualan (the sales replacement system)
Gambar 7.2. Aliran sistem persediaan dasar dari data penjualan,
pesanan, dan inventory
2. Sistem Dorong (Push System)
Sistem ini mendorong persediaan dari pabrik pusat ke
gudang. Keputusan penambahan kembali persediaan
dilakukan di pabrik. Keuntungan dari sistem dorong adalah
tercapainya skala ekonomis oleh satu sumber pusat, seperti
pabrik
Sistem dorong yang paling umum adalah perencanaan
kebutuhan distribusi (Distribution Requirement
Planning/DRP). Seperti halnya proses MRP, DRP
menggunakan teknik titik pemesanan kembali berbasis waktu
untuk mencerminkan permintaan dan rencana pesan yang
akan datang di semua tingkatan sistem distribusi
Contoh perhitungan pendistribusian kebutuhan (alokasi persediaan)
menggunakan sistem dorong (dari gudang pusat ke 4 gudang cabang).

Gudang On Hand Pemakaian


    1 2 3 4 5 harian

Minneapolis 10 25 25 25 25 25 5
Atlanta 20 30 30 30 30 30 6
Denver 18 20 20 20 20 20 4
Pittsburgh 10 15 15 15 15 15 3
Total 58 90 90 90 90 90 18
Formulasi yang digunakan:

TS 
 I i

d i

R i  TS x d i

Qi  R i - I i
Keterangan:
TS = time supply
Ii = persediaan di gudang i
di = pemakaian (demand) per hari di gudang i
Ri = kebutuhan di gudang i selama periode run out
Qi = kuantitas pengiriman ke gudang i
Perhitungan untuk masing-masing gudang adalah:
10  20  18  10  140
TS   11 hari
18
R i (Minneapol is)  11 x 5  55
Q i  55 - 10  45
R i (Atlanta) 11 x 6  66
Q i  66 - 20  46
R i (Denver)  11 x 4  44
Q i  44 - 18  26
R i (Pittsburgh)  11 x 3  33

Q i  33 - 10  23
Gudang Jumlah Alokasi
Minneapolis 45
Atlanta 46
Denver 26
Pittsburgh 23
Total 140

Tabel 7.2. Daftar jumlah alokasi demand ke masing-masing gudang


C. Perencanaan Kebutuhan Distribusi
Persediaan produk oleh banyak perusahaan dianggap sangat
perlu, hal ini dikarenakan adanya fluktuasi permintaan
sehingga menyebabkan kehilangan penjualan. Salah satu
cara yang dapat menyelesaikan masalah pengendalian
persediaan adalah perencanaan kebutuhan distribusi atau
biasa dikenal dengan Distribution Requirement Planning
(DRP).

DRP terdiri dari; netting, explosion, time phasing, lotting,


dan time bucket pada DRP mirip seperti pada MRP. Namun
demikian konsep DRP ini dapat digabungkan dengan konsep
MRP untuk tahap manufakturnya
Gambar 7.4. Integrasi distribusi dan manufaktur
Gambar 7.5. Aliran informasi dalam perencanaan produksi dan distribusi
1. Struktur Perencanaan Kebutuhan Distribusi

Konsep DRP (Distribution Requirement Planning)


mengikuti konsep MRP (Material Requirement Planning)
sehingga perhitungannya pun analog sama dengan
perhitungan MRP. Hubungan ketergantungan antara setiap
mata rantai distribusi bersifat hirarkis, dimana jadwal
induk pengadaan barang tidak hanya mensyaratkan
adanya pasokan dari setiap titik distribusi tetapi juga
memperhitungkan waktu tenggang untuk semua titik
distribusi tersebut.
2. Tahapan Perencanaan Kebutuhan Distribusi

a. Tahap peramalan penjualan


b. Tahap penentuan rencana induk penjualan
c. Tahap rencana pemenuhan kebutuhan
d. Tahap rencana pemesanan
D. Peramalan
Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa
kebutuhan dimasa yang akan datang yang meliputi
kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan
lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi
permintaan barang ataupun jasa (Nasution, 1999).
Peramalan permintaan merupakan tingkat permintaan
produk-produk yang diharapkan akan terealisasi untuk
jangka waktu tertentu pada masa yang akan datang
1.Karakteristik peramalan
a. Keakuratan
b. Biaya.
c. Penyederhanaan.

2. Prinsip-prinsip peramalan
a. Peramalan melibatkan kesalahan (error).
b. Peramalan sebaiknya memakai tolok ukur kesalahan peramalan.
c. Peramalan famili produk lebih akurat dari pada peramalan produk
individu (item).
d. Peramalan jangka pendek lebih akurat dari pada jangka panjang.
e. Jika dimungkinkan, hitung permintaan dari pada meramal
permintaan
Teknik peramalan dibagi menjadi dua bagian, yaitu metode
1) kuantitatif dibagi menjadi metode deret berkala (time series)
metode time series memprediksi masa yang akan datang
berdasarkan data masa lalu, dan metode kausal, Tujuan metode
kausal adalah menentukan hubungan antar faktor dan
menggunakan hubungan tersebut untuk meramalkan nilai-
nilai variabel independent.
2) Peramalan kuantitatif dapat diterapkan dengan syarat:
a. Tersedianya informasi masa lalu
b. Informasi ini dapat dikualifikasikan dalam bentuk data numerik
c. Diasumsikan data masa lalu akan berlaku sama untuk masa yang
akan datang.
Empat jenis pola data yaitu horisontal, musiman, sikis,
dan trend
3. Teknik-teknik peramalan
a. Metode Rata-rata.
Persamaan metode rata-rata :
F (t) = A F (t+ ) = F (t)
b. Weight moving Average
Persamaannya adalah :
(T) = ΣW(I).A(I)/ Σ(I)
I = (t-m+1) ke-t
f(1+ ) = F(t)
c. Moving Average with linier trend
Persamaannya adalah :
F(t) = Σ A(I)/m dimana i = (t-m+1) ke t
T(t) = 12 Σ(I A(t-(m-1)/2+1)/m/(m2-1))
Dimana : i = -(m-1)/2 ke-(m-1)/2
F(t+ι) = F(t) + T(t)(t+ι)
d. Single Exponential smoothing.
Persamaanya adalah :
F(0) = A(I)
F (t) = 0
F(t) = αA(t) + (1-α)F(t-1)
F(t+ ι) = F(t) + ι T (t)
e. Single Exponential smoothing with linier trend.
Persamaan metodenya :
F(0) = A(1)
T(0) = 0
F(t) = α A(t) + (1-α) F(t-1) +T(t-1)
T(t) = β (F(t)-F(t-1)) + (1- β) T(t-1)
f(t+ ι) = F(t) + ι T(t)
f. Double Exponential smoothing.
Persamaan metodenya :
F(0) = F’ (0) = A(1)
F(t) = α A(t) + (1-α) F(t-1)
F’(t) = α F(t) + (1-α) F’(t-1)
F(T+ ι) = f’(t)
g. Double Exponential smoothing with linier trend.
Persamaan metodenya :
F(0) = F’(0) = A(1)
F(t) = α A(t) + (1-α) F(t-1)
F’(t) = α F(t) + (1- α) F’(t-1)
 = ι α/β
f(t+ ι) = (2+ ) F(t) – (1+ ) F’(t)
h. Adaptive Exponential smoothing.
Persamaan metodenya :
F(0) = A(1)
F(t) = α A(t) + (1- α) F(t-1)
i. Linear Regression
Persamaan metodenya :
B = [Σi A(i)i-n A (n+1)/2] [Σi i2 – n (n+1)2 / 4]
Keterangan: i = 1 ke – n
a = A – b (n+1)/2
f(t) = a + bt
j. Winter’s Model
Persamaan metodenya :
F(0) = A(1)
T(0) = 0
F(t) = α A(t) / I(t-m) + (1- α) F(t-1) + T(t-1))
T(t) = β (F(t) – F(t-1)) + (1-β) T(t-1)
I(t) = A(t)/ F(t) + (1- ) I(t-m)
f(t+ ι) = (F(t) + ι T(t) I(t+ ι-m)

Notasi TSFC:
t : Periode waktu, t = 1,2,...,n
ι : Waktu dari t
m : Periode rata-rata bergerak atau panjang perputaran seasional
α : Parameter smoothing pertama
β : Parameter trend smoothing
 : Parameter seasional smoothing
A(t) : Data aktual dalam periode t
f(t): Peramalan untuk periode t
T(t) : Trend untuk periode t
F(t) : Nilai smoothed untuk periode t
W(t): Weight untuk periode t
I(t): Indeks seasional untuk periode t
E(t) : Kesalahan (deviasi) untuk periode t, yaitu f(t) – A(t)
 : Rata-rata dari dataaktual
V : Variansi dari data aktual untuk periode N
N : Nomor periode dimana e(t) dapat dicari; i,e mempunyai
kedua f(t) dan A(t)
Perhitungan kesalahan peramalan dalam TSFC adalah
MAD = Mean absolut error (deviasi)
MAD = Σ t | e(t) |/N
MSD = Mean square error (deviasi)
MSD = Σ t e(t) / N
Bias = Mean error (deviasi)
Bias = Σ t e(t) / N
R = Multiple correlation coefficient
R2= 1-N*MSD/((N-1)V)
4. Verifikasi Peramalan
Peramalan dapat dimonitori dengan menggunakan Tracking
Signal. Tracking Signal adalah suatu ukuran yang menunjukkan
bagaimana baiknya suatu ramalan memperkirakan nilai-nilai
actual. Tracking Signal untuk setiap periode dihitung dengan
persamaan (chase,R.B. 1998).

Tracking Signal = RSFE


MAD
Apabila Tracking Signal telah dihitung, kemudian dipetakan
dalam peta control Tracking Signal. Beberapa ahli dalam
peramalan seperti George Ploss dan Oliver Wight menyarankan
untuk menggunakan nilai Tracking Signal maksimum ± 4 sebagai
batas-batas pengendali Tracking Signal (Heizer.I, 1996).
E. Kebijakan ukuran lot
Ukuran lot merupakan jumlah barang yang dipesan dari
pemasok atau diproduksi secara internal untuk memenuhi
permintaan.
1. Ukuran lot
a. Metode Lot For Lot
b. Metode Economic Order Quantity
c. Metode Fixed Order Quantity
2. Biaya-Biaya dalam Kebijakan Ukuran Lot
a. Biaya Pembelian (Purchasing Cost = Cm)
b. Biaya Persiapan (Preparation = Pc )
c. Biaya Penyimpanan (h)
d. Biaya kekurangan Persediaan (p)
F. Prosedur Perhitungan DRP

Perhitungan perencanaan kebutuhan distribusi (Tersine,


1994) dimulai dari peramalan permintaan tingkat
pengecer, dari hasil peramalan penjualan yang diperoleh
kemudian dihitung kebutuhan bersih untuk tingkat
pengecer dimana kebutuhan bersih ini akan menjadi
Planned Order Release, sampai penentuan perencanaan
pesanan dikirim
langkah – langkah yang perlu dilakukan adalah

1) Menentukan kebutuhan bersih adalah selisih kebutuhan kotor dengan


persediaan yang ada di tangan.
2) Menentukan jumlah pesanan (ukuran lot)
3) Penentuan jumlah pesanan pada setiap jaringan distribusi, didasarkan
pada kebutuhan bersih
4) Menentukan Bill of Distribution (BOD) dan kebutuhan kotor di setiap
jaringan distribusi BOD ditentukan berdasarkan struktur jaringan
distribusi, sedangkan kebutuhan kotor untuk setiap jaringan distribusi
ditentukan berdasarkan Planned Order Release jaringan distribusi.
5) Menentukan tanggal pemesanan adalah dengan menentukan saat yang
tepat untuk melakukan pemesanan, dipengaruhi oleh rencana
penerimaan (Planned Order Receipt) dan tenggang waktu pemesanan
kembali (Lead Time)
Logika dasar DRP adalah:

1) Dari hasil ramalan di gudang cabang dihitung net requirement (NR) dengan cara:

 Gross   Schedule Projected 


   
NR   Requirement  SafetyStock   Receipts - On Hand (POH) 
 (GR)   periodesebelumnya
  
NR terjadi bila tingkat stock (TS) lebih kecil dari safety stock
TS = Scheduled receipts + POH – GR
2) Dari perhitungan pada no 1 diperoleh planned order receipts untuk memenuhi
NR pada periode yang bersangkutan.
3) Langkah 2 di atas akan menentukan saat planned order release (hari/saat
pengiriman) dengan menggunakan informasi lead time.
4) Projected on hand pada akhir setiap periode dapat dihitung dengan rumusan:
5) Planned order release akan menjadi GR pada periode yang sama untuk pusat
pengiriman (level gudang lebih tinggi).
1. Asumsi Perencanaan Kebutuhan Distribusi
Menurut Fogarty dkk (1991), asumsi yang dapat digunakan dalam
mengoperasikan metode perencanaan kebutuhan produk adalah
sebagai berikut
a. Mengetahui lama waktu pemesanan (Lead Time) untuk setiap mata
rantai distribusi.
b. Jumlah persediaan, persediaan pada setiap mata rantai harus selalu
dikontrol dalam arti setiap transaksi yang terjadi harus selalu dacatat
karena dapat menyebabkan perubahan pada jumlah persediaan.
c. Pada saat penjualan berjalan, semua barang dagangan harus tersedia.
d. Pengadaan dan pemakaian persediaan bersifat diskrit artinya
pengadaan barang mampu memenuhi rencana penjualan pada
periode penjualan
2. Masukan Perencanaan Kebutuhan Distribusi
Menurut Tersine (1994), masukan untuk kebutuhan
distribusi antara lain:
a. Catatan Persediaan
b. Struktur Jaringan Pemasaran
c. Rencana Induk Penjualan
3. Proses Perencanaan Kebutuhan Distribusi
Analognya perhitungan DRP dengan MRP menyebabkan
samanya langkah-langkah perhitrungan dan asumsi yang
digunakan di antara keduanya. Secara garis besar proses
perhitungan DRP menurut Vollman, 1988, adalah sebagai
berikut:

a. Perhitungan Kebutuhan Bersih (Netting)


b. Lotting
c. Offsetting
d. Explosion
Contoh perhitungan pendistribusian kebutuhan (DRP chart)
menggunakan sistem tarik (dari 3 gudang cabang ke pusat).
 

Center A: Safety stock 30 Periode


Lot size 120: Lead time 1 PD 1 2 3 4 5 6 7 8

Gross requirements 30 30 30 30 30 30 30 30
Scheduled receipts
Projected on hand 70 40 130 100 70 40 130 100 70
Net requirements 20 20
Planned order receipts 120 120
Planned order releases 120 120
Center B: Safety stock 10 Periode
Lot size 100: Lead time 1 PD 1 2 3 4 5 6 7 8

Gross requirements 20 20 20 40 20 20 20 50
Scheduled receipts
Projected on hand 50 30 10 90 50 30 10 90 40
Net requirements 20 20
Planned order receipts 100 100
Planned order releases 100 100
Center C: Safety stock 5 Periode
Lot size 70: Lead time 2 PD 1 2 3 4 5 6 7 8

Gross requirements 40 15 20 30 10 5 30 10
Scheduled receipts 70
Projected on hand 15 45 30 10 50 40 35 5 65
Net requirements 25 10
Planned order receipts 70 70
Planned order releases 70 70
Center Central: Safety stock 0 Periode
Lot size 400: Lead time 3 PD 1 2 3 4 5 6 7 8

Gross requirements 120 170 0 0 120 170 0 0


Scheduled receipts
Projected on hand 300 180 10 10 10 290 120 120 120
Net requirements 110
Planned order receipts 400
Planned order releases 400
kesimpulan
1. Persediaan merupakan aset yang sangat mahal yang
dapat digantikan oleh aset yang lebih murah yaitu
informasi. Untuk menggantikannya, informasi
haruslah tepat waktu, akurat, andal dan konsisten.
Jika ini terjadi, maka akan tersimpan lebih sedikit
persediaan, mengurangi biaya dan mengirimkan
produk lebih cepat ke pelanggan.
2. Alasan utama perlunya manajemen persediaan
adalah untuk: memaksimalkan pelayanan pada
pelanggan, memaksimalkan efisiensi pembelian dan
produksi, memaksimalkan profit, dan
meminimalkan investasi persediaan.
3. Persediaan dapat dikategorikan menjadi lima tipe
dasar, yaitu: bahan baku, barang setengah jadi,
barang jadi, persediaan distribusi, dan barang
pemeliharaan, perbaikan dan operasi.
4. Manajemen persediaan logistik meliputi kegiatan
memperoleh material (pengadaan), memindahkan
material melalui lingkungan manufaktur
(manufaktur produk) dan distribusi.
5. Sistem distribusi dapat diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu: Sistem Tarik (Pull system), dan Sistem
Dorong (Push System).
6. Perhitungan perencanaan kebutuhan distribusi
dimulai dari peramalan permintaan tingkat pengecer,
dari hasil peramalan penjualan yang diperoleh
kemudian dihitung kebutuhan bersih untuk tingkat
pengecer dimana kebutuhan bersih ini akan menjadi
Planned Order Release, sampai penentuan
perencanaan pesanan dikirim.
THANK YOU

You might also like