You are on page 1of 33

Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru

 Sutan Takdir Alisjahbana


o Dian Tak Kunjung Padam
(1932)
o Tebaran Mega - kumpulan
 Roestam Effendi
sajak (1935)
o Bebasari: toneel dalam 3
o Layar Terkembang (1936)
pertundjukan
o Anak Perawan di Sarang
o Pertjikan Permenungan
Penyamun (1940)
 Sariamin Ismail
 Hamka
o Kalau Tak Untung
o Di Bawah Lindungan Ka'bah
(1933)
(1938)
o Pengaruh Keadaan
o Tenggelamnya Kapal van der
(1937)
Wijck (1939)
o Tuan Direktur (1950)
 Anak Agung Pandji Tisna
o Didalam Lembah Kehidoepan
o Ni Rawit Ceti Penjual
(1940)
Orang (1935)
o Sukreni Gadis Bali
 Armijn Pane
(1936)
o Belenggu (1940)
o I Swasta Setahun di
o Jiwa Berjiwa
Bedahulu (1938)
o Gamelan Djiwa - kumpulan
sajak (1960)
 J.E.Tatengkeng
o Djinak-djinak Merpati -
o Rindoe Dendam (1934)
sandiwara (1950)
o Kisah Antara Manusia -
 Fatimah Hasan Delais
kumpulan cerpen (1953)
o Kehilangan Mestika
(1935)
 Sanusi Pane
o Pancaran Cinta (1926)
 Said Daeng Muntu
o Puspa Mega (1927)
o Pembalasan
o Madah Kelana (1931)
o Karena Kerendahan
o Sandhyakala Ning Majapahit
Boedi (1941)
(1933)
o Kertajaya (1932)
 Karim Halim
 Tengku Amir Hamzah
o Palawija (1944)
o Nyanyi Sunyi (1937)
o Begawat Gita (1933)

o Setanggi Timur (1939)


Sastra Indonesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari


Artikel ini membutuhkan lebih banyak catatan kaki untuk pemastian.
Silakan bantu memperbaiki artikel ini dengan menambahkan catatan kaki.

Sastra Indonesia, adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya
sastra di Asia Tenggara. Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling
melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut.

Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan
Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya
berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu turunannya).
Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang
dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa
Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di
Singapura.
Daftar isi
[sembunyikan]
 1 Periodisasi
 2 Pujangga Lama
o 2.1 Karya Sastra Pujangga Lama
 2.1.1 Sejarah
 2.1.2 Hikayat
 2.1.3 Syair
 2.1.4 Kitab agama
 3 Sastra Melayu Lama
o 3.1 Karya Sastra Melayu Lama
 4 Angkatan Balai Pustaka
 5 Pujangga Baru
o 5.1 Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru
 6 Angkatan 1945
o 6.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945
 7 Angkatan 1950 - 1960-an
o 7.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an
 8 Angkatan 1966 - 1970-an
o 8.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966
 9 Angkatan 1980 - 1990-an
o 9.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980
 10 Angkatan Reformasi
o 10.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi
 11 Angkatan 2000-an
o 11.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000
o 11.2 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2010
 12 Cybersastra
 13 Pranala luar

 14 Referensi

[sunting] Periodisasi

Sastra Indonesia terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:

 lisan
 tulisan

Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:

 Angkatan Pujangga Lama


 Angkatan Sastra Melayu Lama
 Angkatan Balai Pustaka
 Angkatan Pujangga Baru
 Angkatan 1945
 Angkatan 1950 - 1960-an
 Angkatan 1966 - 1970-an
 Angkatan 1980 - 1990-an
 Angkatan Reformasi
 Angkatan 2000-an
 Angkatan 2010-an

[sunting] Pujangga Lama

Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang


dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair,
pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh
Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung
Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu,
terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang pertama di antara
penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada
abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah
karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.[1]

[sunting] Karya Sastra Pujangga Lama

[sunting] Sejarah
 Sejarah Melayu (Malay Annals)

[sunting] Hikayat
 Hikayat Abdullah
 Hikayat Kalila dan Damina
 Hikayat Aceh
 Hikayat Masydulhak
 Hikayat Amir Hamzah
 Hikayat Pandawa Jaya
 Hikayat Andaken Penurat
 Hikayat Pandja Tanderan
 Hikayat Bayan Budiman
 Hikayat Putri Djohar Manikam
 Hikayat Djahidin
 Hikayat Sri Rama
 Hikayat Hang Tuah
 Hikayat Tjendera Hasan
 Hikayat Iskandar Zulkarnain
 Tsahibul Hikayat
 Hikayat Kadirun

[sunting] Syair
 Syair Bidasari
 Syair Ken Tambuhan
 Syair Raja Mambang Jauhari
 Syair Raja Siak

[sunting] Kitab agama


 Syarab al-'Asyiqin (Minuman Para Pecinta) oleh Hamzah Fansuri
 Asrar al-'Arifin (Rahasia-rahasia para Gnostik) oleh Hamzah Fansuri
 Nur ad-Daqa'iq (Cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsuddin Pasai
 Bustan as-Salatin (Taman raja-raja) oleh Nuruddin ar-Raniri
[sunting] Sastra Melayu Lama

Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang
dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan
daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra
pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan
terjemahan novel barat.

[sunting] Karya Sastra Melayu Lama

 Robinson Crusoe (terjemahan)


 Lawan-lawan Merah
 Mengelilingi Bumi dalam 80
hari (terjemahan)
 Graaf de Monte Cristo
 Nona Leonie
(terjemahan)
 Warna Sari Melayu oleh Kat S.J
 Kapten Flamberger
 Cerita Si Conat oleh F.D.J. Pangemanan
(terjemahan)
 Cerita Rossina
 Rocambole (terjemahan)
 Nyai Isah oleh F. Wiggers
 Nyai Dasima oleh G. Francis
 Drama Raden Bei Surioretno
(Indo)
 Syair Java Bank Dirampok
 Bunga Rampai oleh A.F van
 Lo Fen Kui oleh Gouw Peng Liang
Dewall
 Cerita Oey See oleh Thio Tjin Boen
 Kisah Perjalanan Nakhoda
 Tambahsia
Bontekoe
 Busono oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo
 Kisah Pelayaran ke Pulau
 Nyai Permana
Kalimantan
 Hikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti
 Kisah Pelayaran ke Makassar
(indo)
dan lain-lainnya
 Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R
 dan masih ada sekitar 3000 judul karya
Kommer (Indo)
sastra Melayu-Lama lainnya
 Cerita Nyi Paina
 Cerita Nyai Sarikem

 Cerita Nyonya Kong Hong


Nio

[sunting] Angkatan Balai Pustaka

Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun
1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita
pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam
dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.

Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan
cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti
kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka
menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan
bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan
bahasa Madura.
Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" oleh sebab
banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para
pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada
angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.[2]

Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka:

 Merari Siregar

 Azab dan Sengsara(1920)


 Binasa kerna Gadis Priangan(1931)
 Cinta dan Hawa Nafsu

 Marah Roesli

 Siti Nurbaya(1922)
 La Hami (1924)
 Anak dan Kemenakan(1956

 Muhammad Yamin

 Tanah Air(1922)
 Indonesia, Tumpah Darahku (1928)
 Kalau Dewi Tara Sudah Berkata
 Ken Arok dan Ken Dedes (1934)

 Nur Sutan Iskandar

Apa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan (1923)


 Cinta yang Membawa Maut(1926)
 Salah Pilih(1928)
 Karena Mentua(1932)
 Tuba Dibalas dengan Susu(1933)
 Hulubalang Raja (1934)
 Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)

 Tulis Sutan Sati

 Tak Disangka(1923)
 Sengsara Membawa Nikmat (1928)
 Tak Membalas Guna(1932)
 Memutuskan Pertalian(1932)

 Djamaluddin Adinegoro

 Darah Muda (1927)


 Asmara Jaya(1928)

 Abas Soetan Pamoentjak


 Pertemuan(1927

 Abdul Muis

 Salah Asuhan (1928)


 Pertemuan Djodoh(1933)

 Aman Datuk Madjoindo

 Menebus Dosa(1932)
 Si Cebol Rindukan Bulan(1934)
 Sampaikan Salamku Kepadanya (1935)

[sunting] Pujangga Baru

Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh
Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap
karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra
Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.

Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia
setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir
Alisyahbana dkk. Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :

1. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku
Amir Hamzah
2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan
Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.

[sunting] Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru

 Sutan Takdir Alisjahbana  Roestam Effendi


o Dian Tak Kunjung Padam o Bebasari: toneel dalam 3
(1932) pertundjukan
o Tebaran Mega - kumpulan o Pertjikan Permenungan
sajak (1935)
o Layar Terkembang (1936)  Sariamin Ismail
o Anak Perawan di Sarang o Kalau Tak Untung
Penyamun (1940) (1933)
o Pengaruh Keadaan
 Hamka (1937)
o Di Bawah Lindungan Ka'bah
(1938)  Anak Agung Pandji Tisna
o Tenggelamnya Kapal van der o Ni Rawit Ceti Penjual
Wijck (1939) Orang (1935)
o Tuan Direktur (1950) o Sukreni Gadis Bali
o Didalam Lembah Kehidoepan (1936)
o I Swasta Setahun di
(1940)

 Armijn Pane
o Belenggu (1940)
o Jiwa Berjiwa Bedahulu (1938)
o Gamelan Djiwa - kumpulan
sajak (1960)  J.E.Tatengkeng
o Djinak-djinak Merpati - o Rindoe Dendam (1934)
sandiwara (1950)
o Kisah Antara Manusia -  Fatimah Hasan Delais
kumpulan cerpen (1953) o Kehilangan Mestika
(1935)
 Sanusi Pane
o Pancaran Cinta (1926)  Said Daeng Muntu
o Puspa Mega (1927) o Pembalasan
o Madah Kelana (1931) o Karena Kerendahan
o Sandhyakala Ning Majapahit Boedi (1941)
(1933)
o Kertajaya (1932)  Karim Halim

 Tengku Amir Hamzah o Palawija (1944)


o Nyanyi Sunyi (1937)
o Begawat Gita (1933)

o Setanggi Timur (1939)

[sunting] Angkatan 1945

Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan


Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan
Pujangga baru yang romantik - idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini
banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi
Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat
Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan
'45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani.

[sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945

 Chairil Anwar
o Kerikil Tajam (1949)
o Deru Campur Debu (1949)

 Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar


o Tiga Menguak Takdir (1950)

 Idrus
o Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
o Aki (1949)
o Perempuan dan Kebangsaan
 Achdiat K. Mihardja
o Atheis (1949)

 Trisno Sumardjo
o Katahati dan Perbuatan (1952)

 Utuy Tatang Sontani


o Suling (drama) (1948)
o Tambera (1949)
o Awal dan Mira - drama satu babak (1962)

 Suman Hs.
o Kasih Ta' Terlarai (1961)
o Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
o Pertjobaan Setia (1940)

[sunting] Angkatan 1950 - 1960-an

Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin.
Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan
kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan
majalah sastra lainnya, Sastra.

Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung
dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis.
Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan diantara kalangan sastrawan
di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra
karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya
G30S di Indonesia.

[sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an

 Pramoedya Ananta Toer  Toto Sudarto Bachtiar


o Kranji dan Bekasi Jatuh (1947) o Etsa sajak-sajak (1956)
o Bukan Pasar Malam (1951) o Suara - kumpulan sajak
o Di Tepi Kali Bekasi (1951) 1950-1955 (1958)
o Keluarga Gerilya (1951)
o Mereka yang Dilumpuhkan  Ramadhan K.H
(1951) o Priangan si Jelita (1956)
o Perburuan (1950)
o Cerita dari Blora (1952)  W.S. Rendra
o Gadis Pantai (1965) o Balada Orang-orang
 Nh. Dini Tercinta (1957)
o Dua Dunia (1950) o Empat Kumpulan Sajak
o Hati jang Damai (1960) (1961)
o Ia Sudah Bertualang
 Sitor Situmorang (1963)
o Dalam Sadjak (1950)
o Djalan Mutiara: kumpulan tiga  Subagio Sastrowardojo
sandiwara (1954)
o Pertempuran dan Saldju di
Paris (1956)
o Surat Kertas Hidjau: kumpulan
o Simphoni (1957)
sadjak (1953)
o Wadjah Tak Bernama:
 Nugroho Notosusanto
kumpulan sadjak (1955)
o Hujan Kepagian (1958)
o Rasa Sajangé (1961)
 Mochtar Lubis
o Tiga Kota (1959)
o Tak Ada Esok (1950)
o Jalan Tak Ada Ujung (1952)
 Trisnojuwono
o Tanah Gersang (1964)
o Angin Laut (1958)
o Si Djamal (1964)
o Dimedan Perang (1962)
o Laki-laki dan Mesiu
 Marius Ramis Dayoh
o Putra Budiman (1951)
(1951)
o Pahlawan Minahasa (1957)
 Toha Mochtar
o Pulang (1958)
 Ajip Rosidi
o Gugurnya Komandan
o Tahun-tahun Kematian (1955)
Gerilya (1962)
o Ditengah Keluarga (1956)
o Daerah Tak Bertuan
o Sebuah Rumah Buat Hari Tua
(1963)
(1957)
o Cari Muatan (1959)
 Purnawan Tjondronagaro
o Pertemuan Kembali (1961)
o Mendarat Kembali
(1962)
 Ali Akbar Navis
o Robohnya Surau Kami - 8
 Bokor Hutasuhut
cerita pendek pilihan (1955)
o Bianglala - kumpulan cerita
o Datang Malam (1963)
pendek (1963)
o Hujan Panas (1964)

o Kemarau (1967)

[sunting] Angkatan 1966 - 1970-an

Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar
Lubis.[3] Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya
sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya
karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit
Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada
masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini
adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto,
Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan
termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.

Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon
Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad,
Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik
Ismail dan banyak lagi yang lainnya.

[sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966

 Taufik Ismail  Djamil Suherman


o Malu (Aku) Jadi Orang o Perjalanan ke Akhirat
Indonesia (1962)
o Tirani dan Benteng o Manifestasi (1963)
o Buku Tamu Musim Perjuangan
o Sajak Ladang Jagung  Titis Basino
o Kenalkan o Dia, Hotel, Surat
o Saya Hewan Keputusan (1963)
o Puisi-puisi Langit o Lesbian (1976)
o Bukan Rumahku
 Sutardji Calzoum Bachri (1976)
o O o Pelabuhan Hati (1978)
o Amuk o Pelabuhan Hati (1978)
o Kapak
 Abdul Hadi WM  Leon Agusta
o Meditasi (1976) o Monumen Safari
o Potret Panjang Seorang (1966)
Pengunjung Pantai Sanur (1975) o Catatan Putih (1975)
o Tergantung Pada Angin (1977) o Di Bawah Bayangan
Sang Kekasih (1978)
 Sapardi Djoko Damono o Hukla (1979)
o Dukamu Abadi (1969)
o Mata Pisau (1974)  Iwan Simatupang
o Ziarah (1968)
 Goenawan Mohamad o Kering (1972)
o Parikesit (1969) o Merahnya Merah
o Interlude (1971) (1968)
o Potret Seorang Penyair Muda o Keong (1975)
Sebagai Si Malin Kundang o RT Nol/RW Nol
(1972) o Tegak Lurus Dengan
o Seks, Sastra, dan Kita (1980) Langit
 M.A Salmoen
 Umar Kayam o Masa Bergolak (1968)
o Seribu Kunang-kunang di
Manhattan  Parakitri Tahi Simbolon
o Sri Sumarah dan Bawuk o Ibu (1969)
o Lebaran di Karet
o Pada Suatu Saat di Bandar  Chairul Harun
Sangging o Warisan (1979)
o Kelir Tanpa Batas
o Para Priyayi  Kuntowijoyo
o Jalan Menikung o Khotbah di Atas Bukit
 Danarto (1976)
o Godlob
 M. Balfas
o Lingkaran-lingkaran
Retak (1978)
o Adam Makrifat
o Berhala  Mahbub Djunaidi
 Nasjah Djamin o Dari Hari ke Hari
o Hilanglah si Anak Hilang (1975)
(1963)
o Gairah untuk Hidup dan untuk  Wildan Yatim
Mati (1968) o Pergolakan (1974)

 Putu Wijaya  Harijadi S. Hartowardojo


o Bila Malam Bertambah Malam o Perjanjian dengan Maut
(1971) (1976)
o Telegram (1973)
o Stasiun (1977)  Ismail Marahimin
o Pabrik o Dan Perang Pun Usai
o Gres (1979)

o Bom  Wisran Hadi


o Empat Orang Melayu

o Jalan Lurus

[sunting] Angkatan 1980 - 1990-an

Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan
banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa
tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas
diberbagai majalah dan penerbitan umum.

Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain
adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira
Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin
Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor
Ganie.

Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol
pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal,
Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu
ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh
dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan
pemikiran timur.

Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan
fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama
dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai
Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama
selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada
era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang
beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman
Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini
tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih
berat.

Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang
dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning,
Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.

[sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980

 Ahmadun Yosi Herfanda


o Ladang Hijau (1980)
o Sajak Penari (1990)
o Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
o Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
o Sembahyang Rumputan (1997)

 Y.B Mangunwijaya
o Burung-burung Manyar (1981)

 Darman Moenir
o Bako (1983)
o Dendang (1988)

 Budi Darma
o Olenka (1983)
o Rafilus (1988)

 Sindhunata
o Anak Bajang Menggiring Angin (1984)

 Arswendo Atmowiloto
o Canting (1986)

 Hilman Hariwijaya
o Lupus - 28 novel (1986-2007)
o Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)
o Olga Sepatu Roda (1992)
o Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)

 Dorothea Rosa Herliany


o Nyanyian Gaduh (1987)
o Matahari yang Mengalir (1990)
o Kepompong Sunyi (1993)
o Nikah Ilalang (1995)
o Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)
 Gustaf Rizal
o Segi Empat Patah Sisi (1990)
o Segi Tiga Lepas Kaki (1991)
o Ben (1992)
o Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)

 Remy Sylado
o Ca Bau Kan (1999)
o Kerudung Merah Kirmizi (2002)

[sunting] Angkatan Reformasi

Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie


lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana
tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan
maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-
politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya,
selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak
reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga
didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.

Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi
pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi
politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya
sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang
semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun
Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayatdengan media
online: duniasastra(dot)com -nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak
sosial-politik mereka.

[sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi

 Widji Thukul
o Puisi Pelo
o Darman

[sunting] Angkatan 2000-an

Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak
berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada
tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah
buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia,
Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus
sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah
mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan
Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami
dan Dorothea Rosa Herliany.

[sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000


 Ayu Utami
o Saman (1998)
o Larung (2001)

 Seno Gumira Ajidarma


o Atas Nama Malam
o Sepotong Senja untuk Pacarku
o Biola Tak Berdawai

 Dewi Lestari
o Supernova 1: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001)
o Supernova 2.1: Akar (2002)
o Supernova 2.2: Petir (2004)

 Habiburrahman El Shirazy
o Ayat-Ayat Cinta (2004)
o Diatas Sajadah Cinta (2004)
o Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
o Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)
o Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
o Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
o Dalam Mihrab Cinta (2007)

 Andrea Hirata
o Laskar Pelangi (2005)
o Sang Pemimpi (2006)
o Edensor (2007)
o Maryamah Karpov (2008)

[sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2010

 Tosa Spd
o lukisan jiwa (puisi) (2009)
o melan conis (2009)

 Nurani soyo mukti

[sunting] Cybersastra

Era internet memasuki komunitas sastra di Indonesia. Banyak karya sastra Indonesia
yang tidak dipublikasi berupa buku namun termaktub di dunia maya (Internet), baik
yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit, maupun situs pribadi. Ada
beberapa situs Sastra Indonesia di dunia maya semisal : duniasatra(dot)com.

[sunting] Pranala luar


 http://www.sumpahpalapa.com/ (lihat link sastra)
 http://www.cybersastra.net/
[sunting] Referensi
1. ^ Ricklefs, M.C. (10 Mei 1991). A History of Modern Indonesia 1200-2004.
London: MacMillan. hal. 117.
2. ^ Mahayana, Maman S, Oyon Sofyan (10 Mei 1991). Ringkasan dan Ulasan
Novel Indonesia Modern. Jakarta: Grasindo. hal. 370.
3. ^ Yudiono (10 Mei 2010). Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta:
Grasindo. hal. 167.

[sembunyikan]
l • b • s

Topik Indonesia
Prasejarah · Kerajaan Hindu-Buddha · Kerajaan Islam · Era
Sejarah Nusantara Portugis · Era VOC · Era Belanda · Era Jepang
Sejarah nama Indonesia · Proklamasi · Masa transisi · Era
Sejarah Indonesia Orde Lama (Demokrasi Terpimpin · Gerakan 30 September  ·
Dekrit Presiden) · Era Orde Baru (Supersemar · Integrasi
Timor Timur · Gerakan 1998) · Era reformasi
Danau & Waduk · Fauna · Flora · Gunung · Gunung berapi ·
Geografi Pegunungan · Pulau  · Sungai · Taman nasional · Terumbu
karang · Selat
Pemerintah · Presiden · Kementerian · MPR · DPR · DPD ·
Politik dan pemerintahan MA · MK · BPK · Perwakilan di luar negeri · Kepolisian ·
Militer · Lembaga pemerintahan · Administratif · Provinsi ·
Kabupaten/Kota · Hubungan luar negeri · Hukum · Pemilu ·
Partai politik
Perusahaan · Pariwisata · Transportasi · Pasar modal · Bank ·
Ekonomi BUMN · BEI
Suku · Bahasa · Agama · Nama Indonesia
Demografi
Arsitektur · Seni · Film · Makanan · Tari · Mitologi ·
Budaya Pendidikan · Sastra · Media · Musik · Hari penting ·
Olahraga · Busana daerah · Lagu
Bandar udara · Tokoh  · A–Z · Telekomunikasi  · Bunga ·
Topik lainnya Tanda kehormatan · Kode telepon  · Pembangkit listrik  ·
Televisi nasional  · Televisi regional
Portal Indonesia
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Indonesia"
Kategori: Sastra Indonesia

Tampilan

 Artikel
 Pembicaraan
 Sunting
 ↑
 Versi terdahulu

Peralatan pribadi
 Coba Beta
 Masuk log / buat akun

Cari

Tuju ke Cari
 

Navigasi

 Halaman Utama
 Perubahan terbaru
 Peristiwa terkini
 Halaman sembarang

Komunitas

 Warung Kopi
 Portal komunitas
 Bantuan

wikipedia

 Tentang Wikipedia
 Pancapilar
 Kebijakan
 Menyumbang

Cetak/ekspor

 Buat buku
 Unduh sebagai PDF
 Versi cetak

Kotak peralatan

 Pranala balik
 Perubahan terkait
 Halaman istimewa
 Pranala permanen
 Kutip halaman ini

Bahasa lain

 English
 Français
 Nederlands
 Halaman ini terakhir diubah pada 15:55, 10 Mei 2010.
 Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi/Berbagi Serupa Creative Commons;
ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk
lebih jelasnya.
 Kebijakan privasi
 Tentang Wikipedia
 Penyangk

Sastra Indonesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari


Artikel ini membutuhkan lebih banyak catatan kaki untuk pemastian.
Silakan bantu memperbaiki artikel ini dengan menambahkan catatan kaki.
Sastra Indonesia, adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya
sastra di Asia Tenggara. Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling
melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut.

Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan
Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya
berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu turunannya).
Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang
dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa
Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di
Singapura.

Daftar isi
[sembunyikan]
 1 Periodisasi
 2 Pujangga Lama
o 2.1 Karya Sastra Pujangga Lama
 2.1.1 Sejarah
 2.1.2 Hikayat
 2.1.3 Syair
 2.1.4 Kitab agama
 3 Sastra Melayu Lama
o 3.1 Karya Sastra Melayu Lama
 4 Angkatan Balai Pustaka
 5 Pujangga Baru
o 5.1 Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru
 6 Angkatan 1945
o 6.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945
 7 Angkatan 1950 - 1960-an
o 7.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an
 8 Angkatan 1966 - 1970-an
o 8.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966
 9 Angkatan 1980 - 1990-an
o 9.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980
 10 Angkatan Reformasi
o 10.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi
 11 Angkatan 2000-an
o 11.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000
o 11.2 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2010
 12 Cybersastra
 13 Pranala luar

 14 Referensi

[sunting] Periodisasi

Sastra Indonesia terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:


 lisan
 tulisan

Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:

 Angkatan Pujangga Lama


 Angkatan Sastra Melayu Lama
 Angkatan Balai Pustaka
 Angkatan Pujangga Baru
 Angkatan 1945
 Angkatan 1950 - 1960-an
 Angkatan 1966 - 1970-an
 Angkatan 1980 - 1990-an
 Angkatan Reformasi
 Angkatan 2000-an
 Angkatan 2010-an

[sunting] Pujangga Lama

Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang


dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair,
pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh
Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung
Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu,
terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang pertama di antara
penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada
abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah
karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.[1]

[sunting] Karya Sastra Pujangga Lama

[sunting] Sejarah
 Sejarah Melayu (Malay Annals)

[sunting] Hikayat
 Hikayat Abdullah
 Hikayat Kalila dan Damina
 Hikayat Aceh
 Hikayat Masydulhak
 Hikayat Amir Hamzah
 Hikayat Pandawa Jaya
 Hikayat Andaken Penurat
 Hikayat Pandja Tanderan
 Hikayat Bayan Budiman
 Hikayat Putri Djohar Manikam
 Hikayat Djahidin
 Hikayat Sri Rama
 Hikayat Hang Tuah
 Hikayat Tjendera Hasan
 Hikayat Iskandar Zulkarnain
 Tsahibul Hikayat
 Hikayat Kadirun

[sunting] Syair
 Syair Bidasari
 Syair Ken Tambuhan
 Syair Raja Mambang Jauhari
 Syair Raja Siak

[sunting] Kitab agama


 Syarab al-'Asyiqin (Minuman Para Pecinta) oleh Hamzah Fansuri
 Asrar al-'Arifin (Rahasia-rahasia para Gnostik) oleh Hamzah Fansuri
 Nur ad-Daqa'iq (Cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsuddin Pasai
 Bustan as-Salatin (Taman raja-raja) oleh Nuruddin ar-Raniri

[sunting] Sastra Melayu Lama

Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang
dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan
daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra
pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan
terjemahan novel barat.

[sunting] Karya Sastra Melayu Lama

 Robinson Crusoe (terjemahan)


 Lawan-lawan Merah
 Mengelilingi Bumi dalam 80
hari (terjemahan)
 Graaf de Monte Cristo
 Nona Leonie
(terjemahan)
 Warna Sari Melayu oleh Kat S.J
 Kapten Flamberger
 Cerita Si Conat oleh F.D.J. Pangemanan
(terjemahan)
 Cerita Rossina
 Rocambole (terjemahan)
 Nyai Isah oleh F. Wiggers
 Nyai Dasima oleh G. Francis
 Drama Raden Bei Surioretno
(Indo)
 Syair Java Bank Dirampok
 Bunga Rampai oleh A.F van
 Lo Fen Kui oleh Gouw Peng Liang
Dewall
 Cerita Oey See oleh Thio Tjin Boen
 Kisah Perjalanan Nakhoda
 Tambahsia
Bontekoe
 Busono oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo
 Kisah Pelayaran ke Pulau
 Nyai Permana
Kalimantan
 Hikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti
 Kisah Pelayaran ke Makassar
(indo)
dan lain-lainnya
 Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R
 dan masih ada sekitar 3000 judul karya
Kommer (Indo)
sastra Melayu-Lama lainnya
 Cerita Nyi Paina
 Cerita Nyai Sarikem

 Cerita Nyonya Kong Hong


Nio
[sunting] Angkatan Balai Pustaka

Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun
1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita
pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam
dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.

Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan
cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti
kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka
menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan
bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan
bahasa Madura.

Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" oleh sebab
banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para
pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada
angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.[2]

Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka:

 Merari Siregar

 Azab dan Sengsara(1920)


 Binasa kerna Gadis Priangan(1931)
 Cinta dan Hawa Nafsu

 Marah Roesli

 Siti Nurbaya(1922)
 La Hami (1924)
 Anak dan Kemenakan(1956

 Muhammad Yamin

 Tanah Air(1922)
 Indonesia, Tumpah Darahku (1928)
 Kalau Dewi Tara Sudah Berkata
 Ken Arok dan Ken Dedes (1934)

 Nur Sutan Iskandar

Apa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan (1923)


 Cinta yang Membawa Maut(1926)
 Salah Pilih(1928)
 Karena Mentua(1932)
 Tuba Dibalas dengan Susu(1933)
 Hulubalang Raja (1934)
 Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)
 Tulis Sutan Sati

 Tak Disangka(1923)
 Sengsara Membawa Nikmat (1928)
 Tak Membalas Guna(1932)
 Memutuskan Pertalian(1932)

 Djamaluddin Adinegoro

 Darah Muda (1927)


 Asmara Jaya(1928)

 Abas Soetan Pamoentjak

 Pertemuan(1927

 Abdul Muis

 Salah Asuhan (1928)


 Pertemuan Djodoh(1933)

 Aman Datuk Madjoindo

 Menebus Dosa(1932)
 Si Cebol Rindukan Bulan(1934)
 Sampaikan Salamku Kepadanya (1935)

[sunting] Pujangga Baru

Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh
Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap
karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra
Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.

Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia
setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir
Alisyahbana dkk. Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :

1. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku
Amir Hamzah
2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan
Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.

[sunting] Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru

 Sutan Takdir Alisjahbana  Roestam Effendi


o Dian Tak Kunjung Padam o Bebasari: toneel dalam 3
(1932) pertundjukan
o Tebaran Mega - kumpulan
sajak (1935)
o Layar Terkembang (1936)
o Anak Perawan di Sarang
o Pertjikan Permenungan
Penyamun (1940)
 Sariamin Ismail
 Hamka
o Kalau Tak Untung
o Di Bawah Lindungan Ka'bah
(1933)
(1938)
o Pengaruh Keadaan
o Tenggelamnya Kapal van der
(1937)
Wijck (1939)
o Tuan Direktur (1950)
 Anak Agung Pandji Tisna
o Didalam Lembah Kehidoepan
o Ni Rawit Ceti Penjual
(1940)
Orang (1935)
o Sukreni Gadis Bali
 Armijn Pane
(1936)
o Belenggu (1940)
o I Swasta Setahun di
o Jiwa Berjiwa
Bedahulu (1938)
o Gamelan Djiwa - kumpulan
sajak (1960)
 J.E.Tatengkeng
o Djinak-djinak Merpati -
o Rindoe Dendam (1934)
sandiwara (1950)
o Kisah Antara Manusia -
 Fatimah Hasan Delais
kumpulan cerpen (1953)
o Kehilangan Mestika
(1935)
 Sanusi Pane
o Pancaran Cinta (1926)
 Said Daeng Muntu
o Puspa Mega (1927)
o Pembalasan
o Madah Kelana (1931)
o Karena Kerendahan
o Sandhyakala Ning Majapahit
Boedi (1941)
(1933)
o Kertajaya (1932)
 Karim Halim
 Tengku Amir Hamzah
o Palawija (1944)
o Nyanyi Sunyi (1937)
o Begawat Gita (1933)

o Setanggi Timur (1939)

[sunting] Angkatan 1945

Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan


Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan
Pujangga baru yang romantik - idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini
banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi
Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat
Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan
'45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani.
[sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945

 Chairil Anwar
o Kerikil Tajam (1949)
o Deru Campur Debu (1949)

 Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar


o Tiga Menguak Takdir (1950)

 Idrus
o Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
o Aki (1949)
o Perempuan dan Kebangsaan

 Achdiat K. Mihardja
o Atheis (1949)

 Trisno Sumardjo
o Katahati dan Perbuatan (1952)

 Utuy Tatang Sontani


o Suling (drama) (1948)
o Tambera (1949)
o Awal dan Mira - drama satu babak (1962)

 Suman Hs.
o Kasih Ta' Terlarai (1961)
o Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
o Pertjobaan Setia (1940)

[sunting] Angkatan 1950 - 1960-an

Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin.
Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan
kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan
majalah sastra lainnya, Sastra.

Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung
dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis.
Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan diantara kalangan sastrawan
di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra
karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya
G30S di Indonesia.

[sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an

 Pramoedya Ananta Toer  Toto Sudarto Bachtiar


o Kranji dan Bekasi Jatuh (1947) o Etsa sajak-sajak (1956)
o Bukan Pasar Malam (1951) o Suara - kumpulan sajak
o Di Tepi Kali Bekasi (1951)
o Keluarga Gerilya (1951)
o Mereka yang Dilumpuhkan
(1951)
1950-1955 (1958)
o Perburuan (1950)
o Cerita dari Blora (1952)
 Ramadhan K.H
o Gadis Pantai (1965)
o Priangan si Jelita (1956)
 Nh. Dini
o Dua Dunia (1950)
 W.S. Rendra
o Hati jang Damai (1960)
o Balada Orang-orang
Tercinta (1957)
 Sitor Situmorang
o Empat Kumpulan Sajak
o Dalam Sadjak (1950)
(1961)
o Djalan Mutiara: kumpulan tiga
o Ia Sudah Bertualang
sandiwara (1954)
(1963)
o Pertempuran dan Saldju di
Paris (1956)
 Subagio Sastrowardojo
o Surat Kertas Hidjau: kumpulan
o Simphoni (1957)
sadjak (1953)
o Wadjah Tak Bernama:
 Nugroho Notosusanto
kumpulan sadjak (1955)
o Hujan Kepagian (1958)
o Rasa Sajangé (1961)
 Mochtar Lubis
o Tiga Kota (1959)
o Tak Ada Esok (1950)
o Jalan Tak Ada Ujung (1952)
 Trisnojuwono
o Tanah Gersang (1964)
o Angin Laut (1958)
o Si Djamal (1964)
o Dimedan Perang (1962)
o Laki-laki dan Mesiu
 Marius Ramis Dayoh
(1951)
o Putra Budiman (1951)
o Pahlawan Minahasa (1957)
 Toha Mochtar
o Pulang (1958)
 Ajip Rosidi
o Gugurnya Komandan
o Tahun-tahun Kematian (1955)
Gerilya (1962)
o Ditengah Keluarga (1956)
o Daerah Tak Bertuan
o Sebuah Rumah Buat Hari Tua
(1963)
(1957)
o Cari Muatan (1959)
 Purnawan Tjondronagaro
o Pertemuan Kembali (1961)
o Mendarat Kembali
(1962)
 Ali Akbar Navis
o Robohnya Surau Kami - 8
 Bokor Hutasuhut
cerita pendek pilihan (1955)
o Bianglala - kumpulan cerita
o Datang Malam (1963)
pendek (1963)
o Hujan Panas (1964)

o Kemarau (1967)
[sunting] Angkatan 1966 - 1970-an

Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar
Lubis.[3] Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya
sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya
karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit
Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada
masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini
adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto,
Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan
termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.

Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon
Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad,
Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik
Ismail dan banyak lagi yang lainnya.

[sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966

 Taufik Ismail  Djamil Suherman


o Malu (Aku) Jadi Orang o Perjalanan ke Akhirat
Indonesia (1962)
o Tirani dan Benteng o Manifestasi (1963)
o Buku Tamu Musim Perjuangan
o Sajak Ladang Jagung  Titis Basino
o Kenalkan o Dia, Hotel, Surat
o Saya Hewan Keputusan (1963)
o Puisi-puisi Langit o Lesbian (1976)
o Bukan Rumahku
 Sutardji Calzoum Bachri (1976)
o O o Pelabuhan Hati (1978)
o Amuk o Pelabuhan Hati (1978)
o Kapak
 Abdul Hadi WM  Leon Agusta
o Meditasi (1976) o Monumen Safari
o Potret Panjang Seorang (1966)
Pengunjung Pantai Sanur (1975) o Catatan Putih (1975)
o Tergantung Pada Angin (1977) o Di Bawah Bayangan
Sang Kekasih (1978)
 Sapardi Djoko Damono o Hukla (1979)
o Dukamu Abadi (1969)
o Mata Pisau (1974)  Iwan Simatupang
o Ziarah (1968)
 Goenawan Mohamad o Kering (1972)
o Parikesit (1969) o Merahnya Merah
o Interlude (1971) (1968)
o Potret Seorang Penyair Muda o Keong (1975)
Sebagai Si Malin Kundang o RT Nol/RW Nol
(1972) o Tegak Lurus Dengan
Langit
 M.A Salmoen
o Masa Bergolak (1968)
o Seks, Sastra, dan Kita (1980)
 Parakitri Tahi Simbolon
 Umar Kayam o Ibu (1969)
o Seribu Kunang-kunang di
Manhattan  Chairul Harun
o Sri Sumarah dan Bawuk o Warisan (1979)
o Lebaran di Karet
o Pada Suatu Saat di Bandar  Kuntowijoyo
Sangging o Khotbah di Atas Bukit
o Kelir Tanpa Batas (1976)
o Para Priyayi
o Jalan Menikung  M. Balfas
 Danarto o Lingkaran-lingkaran
o Godlob Retak (1978)
o Adam Makrifat
o Berhala  Mahbub Djunaidi
 Nasjah Djamin o Dari Hari ke Hari
o Hilanglah si Anak Hilang (1975)
(1963)
o Gairah untuk Hidup dan untuk  Wildan Yatim
Mati (1968) o Pergolakan (1974)

 Putu Wijaya  Harijadi S. Hartowardojo


o Bila Malam Bertambah Malam o Perjanjian dengan Maut
(1971) (1976)
o Telegram (1973)
o Stasiun (1977)  Ismail Marahimin
o Pabrik o Dan Perang Pun Usai
o Gres (1979)

o Bom  Wisran Hadi


o Empat Orang Melayu

o Jalan Lurus

[sunting] Angkatan 1980 - 1990-an

Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan
banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa
tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas
diberbagai majalah dan penerbitan umum.

Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain
adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira
Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin
Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor
Ganie.

Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol
pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal,
Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu
ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh
dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan
pemikiran timur.

Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan
fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama
dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai
Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama
selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada
era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.

Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang
beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman
Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini
tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih
berat.

Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang
dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning,
Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.

[sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980

 Ahmadun Yosi Herfanda


o Ladang Hijau (1980)
o Sajak Penari (1990)
o Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
o Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
o Sembahyang Rumputan (1997)

 Y.B Mangunwijaya
o Burung-burung Manyar (1981)

 Darman Moenir
o Bako (1983)
o Dendang (1988)

 Budi Darma
o Olenka (1983)
o Rafilus (1988)

 Sindhunata
o Anak Bajang Menggiring Angin (1984)
 Arswendo Atmowiloto
o Canting (1986)

 Hilman Hariwijaya
o Lupus - 28 novel (1986-2007)
o Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)
o Olga Sepatu Roda (1992)
o Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)

 Dorothea Rosa Herliany


o Nyanyian Gaduh (1987)
o Matahari yang Mengalir (1990)
o Kepompong Sunyi (1993)
o Nikah Ilalang (1995)
o Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)

 Gustaf Rizal
o Segi Empat Patah Sisi (1990)
o Segi Tiga Lepas Kaki (1991)
o Ben (1992)
o Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)

 Remy Sylado
o Ca Bau Kan (1999)
o Kerudung Merah Kirmizi (2002)

[sunting] Angkatan Reformasi

Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie


lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana
tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan
maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-
politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya,
selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak
reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga
didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.

Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi
pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi
politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya
sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang
semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun
Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayatdengan media
online: duniasastra(dot)com -nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak
sosial-politik mereka.

[sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi

 Widji Thukul
o Puisi Pelo
o Darman

[sunting] Angkatan 2000-an

Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak
berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada
tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah
buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia,
Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus
sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah
mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan
Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami
dan Dorothea Rosa Herliany.

[sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000

 Ayu Utami
o Saman (1998)
o Larung (2001)

 Seno Gumira Ajidarma


o Atas Nama Malam
o Sepotong Senja untuk Pacarku
o Biola Tak Berdawai

 Dewi Lestari
o Supernova 1: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001)
o Supernova 2.1: Akar (2002)
o Supernova 2.2: Petir (2004)

 Habiburrahman El Shirazy
o Ayat-Ayat Cinta (2004)
o Diatas Sajadah Cinta (2004)
o Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
o Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)
o Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
o Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
o Dalam Mihrab Cinta (2007)

 Andrea Hirata
o Laskar Pelangi (2005)
o Sang Pemimpi (2006)
o Edensor (2007)
o Maryamah Karpov (2008)

[sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2010


 Tosa Spd
o lukisan jiwa (puisi) (2009)
o melan conis (2009)

 Nurani soyo mukti

[sunting] Cybersastra

Era internet memasuki komunitas sastra di Indonesia. Banyak karya sastra Indonesia
yang tidak dipublikasi berupa buku namun termaktub di dunia maya (Internet), baik
yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit, maupun situs pribadi. Ada
beberapa situs Sastra Indonesia di dunia maya semisal : duniasatra(dot)com.

[sunting] Pranala luar


 http://www.sumpahpalapa.com/ (lihat link sastra)
 http://www.cybersastra.net/

[sunting] Referensi
1. ^ Ricklefs, M.C. (10 Mei 1991). A History of Modern Indonesia 1200-2004.
London: MacMillan. hal. 117.
2. ^ Mahayana, Maman S, Oyon Sofyan (10 Mei 1991). Ringkasan dan Ulasan
Novel Indonesia Modern. Jakarta: Grasindo. hal. 370.
3. ^ Yudiono (10 Mei 2010). Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta:
Grasindo. hal. 167.

[sembunyikan]
l • b • s

Topik Indonesia
Prasejarah · Kerajaan Hindu-Buddha · Kerajaan Islam · Era
Sejarah Nusantara Portugis · Era VOC · Era Belanda · Era Jepang
Sejarah nama Indonesia · Proklamasi · Masa transisi · Era
Sejarah Indonesia Orde Lama (Demokrasi Terpimpin · Gerakan 30 September  ·
Dekrit Presiden) · Era Orde Baru (Supersemar · Integrasi
Timor Timur · Gerakan 1998) · Era reformasi
Danau & Waduk · Fauna · Flora · Gunung · Gunung berapi ·
Geografi Pegunungan · Pulau  · Sungai · Taman nasional · Terumbu
karang · Selat
Pemerintah · Presiden · Kementerian · MPR · DPR · DPD ·
Politik dan pemerintahan MA · MK · BPK · Perwakilan di luar negeri · Kepolisian ·
Militer · Lembaga pemerintahan · Administratif · Provinsi ·
Kabupaten/Kota · Hubungan luar negeri · Hukum · Pemilu ·
Partai politik
Perusahaan · Pariwisata · Transportasi · Pasar modal · Bank ·
Ekonomi BUMN · BEI
Suku · Bahasa · Agama · Nama Indonesia
Demografi
Arsitektur · Seni · Film · Makanan · Tari · Mitologi ·
Budaya Pendidikan · Sastra · Media · Musik · Hari penting ·
Olahraga · Busana daerah · Lagu
Bandar udara · Tokoh  · A–Z · Telekomunikasi  · Bunga ·
Topik lainnya Tanda kehormatan · Kode telepon  · Pembangkit listrik  ·
Televisi nasional  · Televisi regional
Portal Indonesia
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Indonesia"
Kategori: Sastra Indonesia

You might also like