Professional Documents
Culture Documents
Sastra Indonesia, adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya
sastra di Asia Tenggara. Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling
melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut.
Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan
Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya
berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu turunannya).
Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang
dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa
Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di
Singapura.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Periodisasi
2 Pujangga Lama
o 2.1 Karya Sastra Pujangga Lama
2.1.1 Sejarah
2.1.2 Hikayat
2.1.3 Syair
2.1.4 Kitab agama
3 Sastra Melayu Lama
o 3.1 Karya Sastra Melayu Lama
4 Angkatan Balai Pustaka
5 Pujangga Baru
o 5.1 Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru
6 Angkatan 1945
o 6.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945
7 Angkatan 1950 - 1960-an
o 7.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an
8 Angkatan 1966 - 1970-an
o 8.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966
9 Angkatan 1980 - 1990-an
o 9.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980
10 Angkatan Reformasi
o 10.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi
11 Angkatan 2000-an
o 11.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000
o 11.2 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2010
12 Cybersastra
13 Pranala luar
14 Referensi
[sunting] Periodisasi
lisan
tulisan
Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:
[sunting] Sejarah
Sejarah Melayu (Malay Annals)
[sunting] Hikayat
Hikayat Abdullah
Hikayat Kalila dan Damina
Hikayat Aceh
Hikayat Masydulhak
Hikayat Amir Hamzah
Hikayat Pandawa Jaya
Hikayat Andaken Penurat
Hikayat Pandja Tanderan
Hikayat Bayan Budiman
Hikayat Putri Djohar Manikam
Hikayat Djahidin
Hikayat Sri Rama
Hikayat Hang Tuah
Hikayat Tjendera Hasan
Hikayat Iskandar Zulkarnain
Tsahibul Hikayat
Hikayat Kadirun
[sunting] Syair
Syair Bidasari
Syair Ken Tambuhan
Syair Raja Mambang Jauhari
Syair Raja Siak
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang
dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan
daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra
pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan
terjemahan novel barat.
Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun
1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita
pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam
dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan
cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti
kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka
menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan
bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan
bahasa Madura.
Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" oleh sebab
banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para
pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada
angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.[2]
Merari Siregar
Marah Roesli
Siti Nurbaya(1922)
La Hami (1924)
Anak dan Kemenakan(1956
Muhammad Yamin
Tanah Air(1922)
Indonesia, Tumpah Darahku (1928)
Kalau Dewi Tara Sudah Berkata
Ken Arok dan Ken Dedes (1934)
Tak Disangka(1923)
Sengsara Membawa Nikmat (1928)
Tak Membalas Guna(1932)
Memutuskan Pertalian(1932)
Djamaluddin Adinegoro
Abdul Muis
Menebus Dosa(1932)
Si Cebol Rindukan Bulan(1934)
Sampaikan Salamku Kepadanya (1935)
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh
Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap
karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra
Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia
setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir
Alisyahbana dkk. Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :
1. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku
Amir Hamzah
2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan
Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
Armijn Pane
o Belenggu (1940)
o Jiwa Berjiwa Bedahulu (1938)
o Gamelan Djiwa - kumpulan
sajak (1960) J.E.Tatengkeng
o Djinak-djinak Merpati - o Rindoe Dendam (1934)
sandiwara (1950)
o Kisah Antara Manusia - Fatimah Hasan Delais
kumpulan cerpen (1953) o Kehilangan Mestika
(1935)
Sanusi Pane
o Pancaran Cinta (1926) Said Daeng Muntu
o Puspa Mega (1927) o Pembalasan
o Madah Kelana (1931) o Karena Kerendahan
o Sandhyakala Ning Majapahit Boedi (1941)
(1933)
o Kertajaya (1932) Karim Halim
Chairil Anwar
o Kerikil Tajam (1949)
o Deru Campur Debu (1949)
Idrus
o Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
o Aki (1949)
o Perempuan dan Kebangsaan
Achdiat K. Mihardja
o Atheis (1949)
Trisno Sumardjo
o Katahati dan Perbuatan (1952)
Suman Hs.
o Kasih Ta' Terlarai (1961)
o Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
o Pertjobaan Setia (1940)
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin.
Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan
kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan
majalah sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung
dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis.
Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan diantara kalangan sastrawan
di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra
karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya
G30S di Indonesia.
o Kemarau (1967)
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar
Lubis.[3] Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya
sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya
karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit
Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada
masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini
adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto,
Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan
termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon
Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad,
Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik
Ismail dan banyak lagi yang lainnya.
o Jalan Lurus
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan
banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa
tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas
diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain
adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira
Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin
Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor
Ganie.
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol
pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal,
Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu
ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh
dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan
pemikiran timur.
Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan
fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama
dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai
Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama
selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada
era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang
beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman
Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini
tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih
berat.
Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang
dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning,
Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.
Y.B Mangunwijaya
o Burung-burung Manyar (1981)
Darman Moenir
o Bako (1983)
o Dendang (1988)
Budi Darma
o Olenka (1983)
o Rafilus (1988)
Sindhunata
o Anak Bajang Menggiring Angin (1984)
Arswendo Atmowiloto
o Canting (1986)
Hilman Hariwijaya
o Lupus - 28 novel (1986-2007)
o Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)
o Olga Sepatu Roda (1992)
o Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)
Remy Sylado
o Ca Bau Kan (1999)
o Kerudung Merah Kirmizi (2002)
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi
pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi
politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya
sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang
semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun
Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayatdengan media
online: duniasastra(dot)com -nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak
sosial-politik mereka.
Widji Thukul
o Puisi Pelo
o Darman
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak
berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada
tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah
buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia,
Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus
sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah
mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan
Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami
dan Dorothea Rosa Herliany.
Dewi Lestari
o Supernova 1: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001)
o Supernova 2.1: Akar (2002)
o Supernova 2.2: Petir (2004)
Habiburrahman El Shirazy
o Ayat-Ayat Cinta (2004)
o Diatas Sajadah Cinta (2004)
o Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
o Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)
o Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
o Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
o Dalam Mihrab Cinta (2007)
Andrea Hirata
o Laskar Pelangi (2005)
o Sang Pemimpi (2006)
o Edensor (2007)
o Maryamah Karpov (2008)
Tosa Spd
o lukisan jiwa (puisi) (2009)
o melan conis (2009)
[sunting] Cybersastra
Era internet memasuki komunitas sastra di Indonesia. Banyak karya sastra Indonesia
yang tidak dipublikasi berupa buku namun termaktub di dunia maya (Internet), baik
yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit, maupun situs pribadi. Ada
beberapa situs Sastra Indonesia di dunia maya semisal : duniasatra(dot)com.
[sembunyikan]
l • b • s
Topik Indonesia
Prasejarah · Kerajaan Hindu-Buddha · Kerajaan Islam · Era
Sejarah Nusantara Portugis · Era VOC · Era Belanda · Era Jepang
Sejarah nama Indonesia · Proklamasi · Masa transisi · Era
Sejarah Indonesia Orde Lama (Demokrasi Terpimpin · Gerakan 30 September ·
Dekrit Presiden) · Era Orde Baru (Supersemar · Integrasi
Timor Timur · Gerakan 1998) · Era reformasi
Danau & Waduk · Fauna · Flora · Gunung · Gunung berapi ·
Geografi Pegunungan · Pulau · Sungai · Taman nasional · Terumbu
karang · Selat
Pemerintah · Presiden · Kementerian · MPR · DPR · DPD ·
Politik dan pemerintahan MA · MK · BPK · Perwakilan di luar negeri · Kepolisian ·
Militer · Lembaga pemerintahan · Administratif · Provinsi ·
Kabupaten/Kota · Hubungan luar negeri · Hukum · Pemilu ·
Partai politik
Perusahaan · Pariwisata · Transportasi · Pasar modal · Bank ·
Ekonomi BUMN · BEI
Suku · Bahasa · Agama · Nama Indonesia
Demografi
Arsitektur · Seni · Film · Makanan · Tari · Mitologi ·
Budaya Pendidikan · Sastra · Media · Musik · Hari penting ·
Olahraga · Busana daerah · Lagu
Bandar udara · Tokoh · A–Z · Telekomunikasi · Bunga ·
Topik lainnya Tanda kehormatan · Kode telepon · Pembangkit listrik ·
Televisi nasional · Televisi regional
Portal Indonesia
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Indonesia"
Kategori: Sastra Indonesia
Tampilan
Artikel
Pembicaraan
Sunting
↑
Versi terdahulu
Peralatan pribadi
Coba Beta
Masuk log / buat akun
Cari
Tuju ke Cari
Navigasi
Halaman Utama
Perubahan terbaru
Peristiwa terkini
Halaman sembarang
Komunitas
Warung Kopi
Portal komunitas
Bantuan
wikipedia
Tentang Wikipedia
Pancapilar
Kebijakan
Menyumbang
Cetak/ekspor
Buat buku
Unduh sebagai PDF
Versi cetak
Kotak peralatan
Pranala balik
Perubahan terkait
Halaman istimewa
Pranala permanen
Kutip halaman ini
Bahasa lain
English
Français
Nederlands
Halaman ini terakhir diubah pada 15:55, 10 Mei 2010.
Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi/Berbagi Serupa Creative Commons;
ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk
lebih jelasnya.
Kebijakan privasi
Tentang Wikipedia
Penyangk
Sastra Indonesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan
Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya
berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu turunannya).
Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang
dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa
Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di
Singapura.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Periodisasi
2 Pujangga Lama
o 2.1 Karya Sastra Pujangga Lama
2.1.1 Sejarah
2.1.2 Hikayat
2.1.3 Syair
2.1.4 Kitab agama
3 Sastra Melayu Lama
o 3.1 Karya Sastra Melayu Lama
4 Angkatan Balai Pustaka
5 Pujangga Baru
o 5.1 Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru
6 Angkatan 1945
o 6.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945
7 Angkatan 1950 - 1960-an
o 7.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an
8 Angkatan 1966 - 1970-an
o 8.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966
9 Angkatan 1980 - 1990-an
o 9.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980
10 Angkatan Reformasi
o 10.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi
11 Angkatan 2000-an
o 11.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000
o 11.2 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2010
12 Cybersastra
13 Pranala luar
14 Referensi
[sunting] Periodisasi
Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:
[sunting] Sejarah
Sejarah Melayu (Malay Annals)
[sunting] Hikayat
Hikayat Abdullah
Hikayat Kalila dan Damina
Hikayat Aceh
Hikayat Masydulhak
Hikayat Amir Hamzah
Hikayat Pandawa Jaya
Hikayat Andaken Penurat
Hikayat Pandja Tanderan
Hikayat Bayan Budiman
Hikayat Putri Djohar Manikam
Hikayat Djahidin
Hikayat Sri Rama
Hikayat Hang Tuah
Hikayat Tjendera Hasan
Hikayat Iskandar Zulkarnain
Tsahibul Hikayat
Hikayat Kadirun
[sunting] Syair
Syair Bidasari
Syair Ken Tambuhan
Syair Raja Mambang Jauhari
Syair Raja Siak
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang
dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan
daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra
pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan
terjemahan novel barat.
Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun
1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita
pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam
dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan
cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti
kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka
menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan
bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan
bahasa Madura.
Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" oleh sebab
banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para
pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada
angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.[2]
Merari Siregar
Marah Roesli
Siti Nurbaya(1922)
La Hami (1924)
Anak dan Kemenakan(1956
Muhammad Yamin
Tanah Air(1922)
Indonesia, Tumpah Darahku (1928)
Kalau Dewi Tara Sudah Berkata
Ken Arok dan Ken Dedes (1934)
Tak Disangka(1923)
Sengsara Membawa Nikmat (1928)
Tak Membalas Guna(1932)
Memutuskan Pertalian(1932)
Djamaluddin Adinegoro
Pertemuan(1927
Abdul Muis
Menebus Dosa(1932)
Si Cebol Rindukan Bulan(1934)
Sampaikan Salamku Kepadanya (1935)
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh
Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap
karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra
Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia
setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir
Alisyahbana dkk. Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :
1. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku
Amir Hamzah
2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan
Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
Chairil Anwar
o Kerikil Tajam (1949)
o Deru Campur Debu (1949)
Idrus
o Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
o Aki (1949)
o Perempuan dan Kebangsaan
Achdiat K. Mihardja
o Atheis (1949)
Trisno Sumardjo
o Katahati dan Perbuatan (1952)
Suman Hs.
o Kasih Ta' Terlarai (1961)
o Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
o Pertjobaan Setia (1940)
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin.
Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan
kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan
majalah sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung
dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis.
Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan diantara kalangan sastrawan
di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra
karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya
G30S di Indonesia.
o Kemarau (1967)
[sunting] Angkatan 1966 - 1970-an
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar
Lubis.[3] Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya
sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya
karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit
Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada
masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini
adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto,
Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan
termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon
Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad,
Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik
Ismail dan banyak lagi yang lainnya.
o Jalan Lurus
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan
banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa
tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas
diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain
adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira
Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin
Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor
Ganie.
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol
pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal,
Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu
ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh
dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan
pemikiran timur.
Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan
fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama
dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai
Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama
selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada
era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang
beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman
Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini
tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih
berat.
Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang
dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning,
Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.
Y.B Mangunwijaya
o Burung-burung Manyar (1981)
Darman Moenir
o Bako (1983)
o Dendang (1988)
Budi Darma
o Olenka (1983)
o Rafilus (1988)
Sindhunata
o Anak Bajang Menggiring Angin (1984)
Arswendo Atmowiloto
o Canting (1986)
Hilman Hariwijaya
o Lupus - 28 novel (1986-2007)
o Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)
o Olga Sepatu Roda (1992)
o Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)
Gustaf Rizal
o Segi Empat Patah Sisi (1990)
o Segi Tiga Lepas Kaki (1991)
o Ben (1992)
o Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
Remy Sylado
o Ca Bau Kan (1999)
o Kerudung Merah Kirmizi (2002)
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi
pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi
politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya
sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang
semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun
Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayatdengan media
online: duniasastra(dot)com -nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak
sosial-politik mereka.
Widji Thukul
o Puisi Pelo
o Darman
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak
berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada
tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah
buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia,
Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus
sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah
mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan
Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami
dan Dorothea Rosa Herliany.
Ayu Utami
o Saman (1998)
o Larung (2001)
Dewi Lestari
o Supernova 1: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001)
o Supernova 2.1: Akar (2002)
o Supernova 2.2: Petir (2004)
Habiburrahman El Shirazy
o Ayat-Ayat Cinta (2004)
o Diatas Sajadah Cinta (2004)
o Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
o Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)
o Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
o Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
o Dalam Mihrab Cinta (2007)
Andrea Hirata
o Laskar Pelangi (2005)
o Sang Pemimpi (2006)
o Edensor (2007)
o Maryamah Karpov (2008)
[sunting] Cybersastra
Era internet memasuki komunitas sastra di Indonesia. Banyak karya sastra Indonesia
yang tidak dipublikasi berupa buku namun termaktub di dunia maya (Internet), baik
yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit, maupun situs pribadi. Ada
beberapa situs Sastra Indonesia di dunia maya semisal : duniasatra(dot)com.
[sunting] Referensi
1. ^ Ricklefs, M.C. (10 Mei 1991). A History of Modern Indonesia 1200-2004.
London: MacMillan. hal. 117.
2. ^ Mahayana, Maman S, Oyon Sofyan (10 Mei 1991). Ringkasan dan Ulasan
Novel Indonesia Modern. Jakarta: Grasindo. hal. 370.
3. ^ Yudiono (10 Mei 2010). Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta:
Grasindo. hal. 167.
[sembunyikan]
l • b • s
Topik Indonesia
Prasejarah · Kerajaan Hindu-Buddha · Kerajaan Islam · Era
Sejarah Nusantara Portugis · Era VOC · Era Belanda · Era Jepang
Sejarah nama Indonesia · Proklamasi · Masa transisi · Era
Sejarah Indonesia Orde Lama (Demokrasi Terpimpin · Gerakan 30 September ·
Dekrit Presiden) · Era Orde Baru (Supersemar · Integrasi
Timor Timur · Gerakan 1998) · Era reformasi
Danau & Waduk · Fauna · Flora · Gunung · Gunung berapi ·
Geografi Pegunungan · Pulau · Sungai · Taman nasional · Terumbu
karang · Selat
Pemerintah · Presiden · Kementerian · MPR · DPR · DPD ·
Politik dan pemerintahan MA · MK · BPK · Perwakilan di luar negeri · Kepolisian ·
Militer · Lembaga pemerintahan · Administratif · Provinsi ·
Kabupaten/Kota · Hubungan luar negeri · Hukum · Pemilu ·
Partai politik
Perusahaan · Pariwisata · Transportasi · Pasar modal · Bank ·
Ekonomi BUMN · BEI
Suku · Bahasa · Agama · Nama Indonesia
Demografi
Arsitektur · Seni · Film · Makanan · Tari · Mitologi ·
Budaya Pendidikan · Sastra · Media · Musik · Hari penting ·
Olahraga · Busana daerah · Lagu
Bandar udara · Tokoh · A–Z · Telekomunikasi · Bunga ·
Topik lainnya Tanda kehormatan · Kode telepon · Pembangkit listrik ·
Televisi nasional · Televisi regional
Portal Indonesia
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Indonesia"
Kategori: Sastra Indonesia