You are on page 1of 54

PENYUSUNAN IDENTIFIKASI KAWASAN

DAN REVITALISASI DI WILAYAH


KABUPATEN TANGERANG
DAN KOTA TANGERANG

PROVINSI BANTEN
DINAS BINA MARGA DAN TATA RUANG
LATAR BELAKANG

Program Pengembangan Permukiman di Indonesia


bertujuan untuk mendukung prioritas
membangun dan memelihara prasarana dan
sarana dasar penunjang pembangunan ekonomi
dan untuk mendukung penanggulangan
kemiskinan baik di perkotaan maupun di
perdesaan dengan penyediaan prasarana dan
sarana permukiman serta penataan lingkungan.
Kegiatan pokok program salah satunya adalah
Penataan dan revitalisasi kawasan strategis di
perkotaan dan perdesaan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 06/PRT/M/2007
tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, :

• Perbaikan kawasan, seperti penataan lingkungan permukiman


kumuh/nelayan (perbaikan kampung), perbaikan desa pusat pertumbuhan,
perbaikan kawasan, serta pelestarian kawasan;
• Pengembangan kembali kawasan, seperti peremajaan kawasan,
pengembangan kawasan terpadu, revitalisasi kawasan, serta rehabilitasi
dan rekonstruksi kawasan pascabencana;
• Pembangunan baru kawasan, seperti pembangunan kawasan permukiman
(kawasan siap bangun/lingkungan siap bangun –berdiri sendiri),
pembangunan kawasan terpadu, pembangunan desa agropolitan,
pembangunan kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa (KTP2D),
pembangunan kawasan perbatasan, dan pembangunan kawasan
pengendalian ketat (high-control zone);
• Pelestarian/pelindungan kawasan, seperti pengendalian kawasan
pelestarian, revitalisasi kawasan, serta pengendalian kawasan rawan
bencana.
KEDUDUKAN RENCANA REVITALISASI
KAWASAN DALAM PENATAAN RUANG
DAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Revitalisasi adalah upaya untuk mem-vital-kan kembali suatu
kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup akan tetapi
kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Skala upaya revitalisasi bisa
terjadi pada tingkatan mikro kota, seperti pada sebuah jalan, atau bahkan
skala bangunan, akan tetapi juga bisa mencakup kawasan kota yang lebih
luas.
Dengan melakukan identifikasi terhadap kawasan-kawasan yang
menyimpan potensi untuk berkembang lebih lanjut dan dilakukan
revitalisasi terhadap kawasan tersebut diharapkan akan menjadi salah satu
upaya pemecahan masalah terhadap lokasi-lokasi yang perlu dioptimalkan
fungsi ruangnya.
Sejalan dengan tingkat kepentingan atau urginenitas persoalan yang
terjadi khususnya wilayah provinsi Banten yang terdiri dari 4 (empat)
Kabupaten dan 4 (empat) kota pada kenyataannya memerlukan program
Revitalisasi Kawasan guna memberikan therapi bagi pengembangan
kawasan perkotaan yang saat ini mulai timbul.
Berdasarkan telaahan terhadap fenomena perkembangan perkotaan
serta kecenderungan perlunya upaya revitalisasi di Provinsi Banten, maka
pada Tahun Anggaran 2009 ini a dilaksanakan kegiatan identifikasi
Kawasan dan Revitalisasi di Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang yang
diharapkan mampu memberikan informasi dan arahan pengembangan
bagi pengembangan kawasan perkotaan.
DASAR HUKUM
Dasar hukum dalam kaitannya dengan program revitalisasi antara lain :
• UU RI No. 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman;
• UU RI No. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya;
• UU RI No. 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup;
• UU RI No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
• UU No.26 Tahun 2007 tentangPenataan Ruang
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-
undang Nomor 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya;
• PP No.25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai
Otonom
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
• Keppres No. 12 Tahun 2000 tentang Badan Penetapan dan Pengendalian Penyediaan Prasarana
dan Sarana Pekerjaaan Umum
• Peraturan Menteri PU Nomor 29/PRT/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung.
• Peraturan Menteri PU Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Fasilitas dan
Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan.
• SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan.
• Peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah setempat.
• Peraturan daerah tentang bangunan gedung.
Maksud dari kegiatan ini adalah menyusun identifikasi
MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN kawasan-kawasan yang dipandang perlu untuk dilakukan
revitalisasi agar potensi yang masih tersimpan dapat
dikembangkan lebih lanjut, dan penyusunannya
dilakukan bersama antara Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
Sedangkan tujuannya adalah memberikan masukan
bagi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota mengenai
kawasan yang memiliki potensi yang patut digali dan
dikembangkan dalam upaya pengembangan kawasan
strategis dan kawasan cepat tumbuh.
Diharapkan dengan disusunnya kegiatan Penyusunan
Identifikasi Kawasan dan Revitalisasi di Wilayah
Kabupaten Tangerang Dan Kota Tangerang akan
mendorong percepatan pertumbuhan kawasan
perkotaan secara cepat dan memberikan sentuhan
kultural historis yang saat ini berkembang tanpa
mempertimbangkan upaya revitalisasi berbagai obyek
yang ada.
Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan Identifikasi Kawasan Dan Revitalisasi Di Wilayah Kabupaten
Tangerang Dan Kota Tangerang ini adalah:
• Tergambarkannya dan teridentifikasi Kawasan yang akan direvitalisasi terhadap kebijakan pola
pemanfaatan ruang khususnya pada tingkat RTRW Kabupaten dan KotaTanggerang.
• Tergambarkannya kondisi pola pemanfaatan ruang terkini di Kawasan yang akan dikembangkan
atau yang akan direvitalisasi yang menggambarkan penggunaan lahan eksisting hasil kegiatan
identifikasi.
• Teridentifikasinya persoalan dan potensi pengembangan di Kawasan Kawasan yang akan
dikembangkan atau yang akan direvitalisasi yaitu menyangkut pola pemanfaatan ruang, Sistem
Pelayanan sarana dan prasarana, kondisi potensi kawasan yang saat ini perlu pengembangan.
• Tersusunnya rumusan analisis potensi Kawasan yang akan dikembangkan atau yang akan
direvitalisasi sehingga dapat dilakukan penanganan maupun penyusunan program
pengembangan yang searah dengan potensi tersebut
• Tersusunnya identifikasi kawasan potensial yang perlu dilakukan revitalisasi, sehingga
diharapkan pada Kawasan Potensial tersebut dapat meningkatkan kegiatan yang mampu
mengembangkan penciptaan lapangan kerja, peningkatan jumlah usaha dan variasi usaha serta
produktivitas kawasan.

Manfaat dari kegiatan identifikasi pola pemanfaatan ruang di Kawasan yang akan dikembangkan
atau yang akan direvitalisasi ini adalah:
• Sebagai informasi dasar dan masukan bagi kegiatan penataan ruang dan penyusunan zoning
regulation di Kawasan yang akan dikembangkan atau yang akan direvitalisasi.
• Sebagai informasi dasar dan masukan bagi pengambilan kebijakan di bidang investasi, penataan
ruang dan pengendalian ruang di Kawasan yang akan dikembangkan atau yang akan
direvitalisasi.
• Sebagai database yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan pembangunan di Kawasan yang akan dikembangkan atau yang akan
direvitalisasi.
JARINGAN TRANSPORTASI
Jaringan Jalan
Tangerang sebagai bagian dari pusat pertumbuhan Industri wilayah
Indonesia bagian barat, memiliki prasaran jaringan jalan, terminal, dry port,
angkutan umum dan rel kereta api. Jaringan jalan paling strategis ialah jalan
bebas hambatan Jakarta-Merak. Keberadaan Bandara Soekarno - Hatta yang
merupakan Bandara Internasional terbesar dan tersibuk di Indonesia, telah
menjadikan Tangerang sebagai pintu gerbang dunia untuk setiap kegiatan
usaha.
Untuk menunjang kelancaran aktivitas transportasi darat, Pemerintah
Kabupaten Tangerang selain merencanakan membangun ruas jalan baru,
juga akan membangun terminal dan sub terminal di daerah pusat
pertumbuhan di Kecamatan Balaraja (terminal Tipe A), Serpong dan
Teluknaga. Sementara untuk mengantisipasi pertumbuhan Serpong - Ciputat
- Pondok Aren.
Kabupaten Tangerang berpotensial menjadi lahan pengembangan
investasi di sektor jasa layanan pergudangan yang direncanakan untuk
pengembangan area pergudangan adalah Kecamatan Sepatan seluas 35 Ha.
• Pembangunan Pelabuhan Kosambi penting artinya
mengingat kondisi Pelabuhan di Tanjung Priok, pelabuhan
terbesar di Indonesia untuk komoditas non-migas, tidak
sepenuhnya mampu menampung kegiatan bongkar-muat.
Demikian juga dengan beberapa pelabuhan lainnya di
wilayah Ciganding, Merak dan Cirebon.
• Peran Pelabuhan Tanjung Priok hanya mampu rata-rata
5,6 % dari total bongkar muat seluruh pelabuhan di
Indonesia (termasuk migas). Sedangkan pelabuhan-
pelabuhan di sekitarnya, Merak dan Ciganding,
menyumbang 2,07%.
• Untuk mengantisipasi ledakan kebutuhan jasa pelayanan
pelabuhan di masa mendatang, serta kekurang mampuan
pelabuhan-pelabuhan di Jakarta untuk mendukung
peningkatan kebutuhan angkutan taut, Tangerang akan
membangun pelabuhan sendiri di daerah Kecamatan
Kosambi.
KOTA TANGERANG SELATAN

Kota Tangerang merupakan salah satu wilayah Kota ternuda di Propinsi


Banten terletak di bagian Timur Propinsi Banten pada koordinat 106o 20’-
106o 43’ Bujur Timur dan 6o20’-6o20’ lintang selatan dengan luas wilayah
1.110,38 km2 atau 12,62 % dari seluruh luas wilayah propinsi Banten.
Sesuai dengan Pembentukan Kota Tangerang Selatan berdasarkan
Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 yang disahkan DPR RI pada 26
November 2008 Secara administratif pada tahun 2007 Kota Tangerang
Selatan memiliki 7 wilayah Kecamatan yang terdiri dari 5 wilayah Desa dan
49 wilayah Kelurahan.

Wilayah administrasi Kota Tangerang Selatan memiliki batas-batas wilayah :


• Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Tangerang
• Sebelah Timur berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kota Tangerang
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan depok
• Sebelah Barat dengan Kabupaten Tangerang (Lihat Gambar 2.4)
Pasca pemekaran kota Tangerang Selatan menjadi daerah otonomi
baru kondisi perekonomian kawasan tersebut dipengaruhi oleh
Kabupaten induk yaitu Kabupaten tangerang dan Bintaro dan Serpong
merupakan wilayah yang menjadi penyumbang terbesar
perkembangan Kota Tangsel disamping Ciputat, Pamulang dan Pondok
Aren sebagai wilayah penopang yang juga akan mengikuti dua wilayah
tersebut dari sisi ekonominya.
Kawasan BSD City pada awalnya berada dibawah naungan
Pemerintah Kab. Tangerang, tetapi BSD City sudah menjadi kota yang
mandiri, kawasan yang menjadi jantung kota Tangsel tersebut
merupakan wilayah pemicu pertumbuhan perekonomian Kota
Tangerang Selatan
Pemekaran Kota Tangsel juga diperkirakan akan menciptakan iklim
berinvestasi yang kondusif sehingga mampu menarik investor lokal
maupun asing. sebab kawasan yang banyak tumbuh rumah ruko akan
dijadikan kantor bagi pengusaha asing tersebut. selain itu, kawasan
tangsel yang lebih banyak didominasi dengan hunian ruko pun akan
membantu pertumbuhan ekonomi, serbuan penduduk yang akan
mengisi sektor rumah ruko akan menjadi devisa bagi pendapatan
daerah.
Kota Tangerang Selatan sebagai bagian dari pusat
pertumbuhan Selatan Kabupaten Tangerang bagian
Selatan memiliki prasarana jaringan jalan, terminal, ,
angkutan umum dan rel kereta api. Jaringan jalan
paling strategis ialah jalan bebas hambatan jalan Tol
BSD dan Jalan raya Serpong dan jalan raya Cinangka
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari transportasi
antar kabupaten.
Untuk menunjang kelancaran aktivitas
transportasi darat, Pemerintah merencanakan
membangun jalan lingkar dari arah pamulang ke arah
Kota tangerang melalui Kecamatan Serpong dan
Serpong Utara. Jaringan jalan lainnya yang juga
memiliki andil dalam pergerakan penduduk di Kota
Tangerang Selatan adalah jalan internal yang
menghubungkan kecamatan-kecamatan dan pusat
permukiman yang merupakan jalan lama dengan
kondisi relatif sempit dan terdapat hunian padat.
KOTA TANGERANG
Kota Tangerang secara geografis terletak antara 6o 6' Lintang Selatan
sampai dengan 6o 13' Lintang Selatan dan106o 36' Bujur Timur sampai
dengan 06o 42' Bujur Timur. Dengan Batas wilayahnya meliputi :
• Sebelah Utara, berbatasan dengan Kecamatan Teluknaga dan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang.
• Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kecamatan Curug, Kecamatan
Serpong dan Kecamatan Pondok Aren Kabupaten Tangerang.
• Sebelah Timur berbatasan dengan DKI Jakarta.
• Sebelah Barat, berbatasan dengan Kecamatan Cikupa Kabupaten
Tangerang.
• Lihat Gambar 2.7.
• Luas wilayah Kota Tangerang adalah 183,78 km2 (termasuk luas
Bandara Soekarno-Hatta sebesar 19,69 km2) yang berjarak sekitar 60
km dari Ibukota Provinsi Banten dan sekitar 27 Km dari DKI Jakarta.
Wilayah Kota Tangerang dilintasi oleh Sungai Cisadane yang
membagi Kota Tangerang menjadi 2 (dua) bagian yang memiliki debit
air 88 m3 per detik dan mengalir sejauh 13,8 km. Kecamatan yang
terletak di bagian Barat Sungai Cisadane meliputi Kecamatan
Jatiuwung dan sebagian Kecamatan Tangerang.
Selain sungai/kali di Kota Tangerang terdapat pula saluran air
yang meliputi Saluran Mokevart, Saluran Irigasi Induk Tanah Tinggi,
Saluran Induk Cisadane Barat, Saluran Induk Cisadane Timur dan
Saluran Induk Cisadane Utara. Sungai besar dan kecil ini untuk
pengembangan instalasi air bersih Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Kota Tangerang. Persediaan air permukaan tersebut juga
dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan air kegiatan industri.
Di Kota Tangerang terdapat Situ Cipondoh berada di Kecamatan
Cipondoh dengan luas kurang lebih 126,1757 Ha. Di sekitar Situ
Cipondoh pada bagian yang mengalami pendangkalan dimanfaatkan
untuk kegiatan pertanian lahan basah dan berfungsikan sebagai
pengendali banjir, irigasi, cadangan air baku dan rekreasi.
TINJAUAN PENGEMBANGAN KAWASAN REVITALISASI
DI ROVINSI,KABUPATEN/ KOTA
KAWASAN STRATEGIS PROVINSI
Dalam kerangka keterpaduan pembangunan nasional, misi
pembangunan Provinsi Banten 2005-2025 tahapan pembangunan dalam
RPJPD terdapat lima tahapan dan dari lima tahapan dalam kaitannya
dengan program Revitalisasi kawasan terdapat pada tiga tahapan yaitu :
1. RPJMD KE-1 (RENSTRADA TAHUN 2005-2006 & RENSTRA TRANSISI 2007)
/ TAHAP REVITALISASI - I
• Pada tahap awal ini diarahkan pada upaya revitalisasi pembangunan.
Adapun prioritas pembangunan pada tahap ini adalah:
• Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Peningkatan
Kesejahteraan Sosial;
• Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia;
• Peningkatan Pertumbuhan Perekonomian;
• Peningkatan Cakupan Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah;
• Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan
Lingkungan Hidup;
• Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;
• Perencanaan dan Penataan Pelabuhan-Pelabuhan Lokal, Nasional, dan
Internasional.
RPJMD KE-2 (TAHUN 2008-2012) / TAHAP REVITALISASI – II
• Pembangunan Provinsi Banten pada tahap ke-2 ini diprioritaskan pada upaya merevitalisasi lanjutan
hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Adapun prioritas pembangunan pada tahap ini adalah:
• Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial;
• Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia;
• Pemulihan, Peningkatan Pertumbuhan, dan Pemerataan Perekonomian;
• Peningkatan Cakupan dan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah;
• Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup;
• Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;
• Pengembangan dan Pembangunan Pelabuhan-Pelabuhan Lokal, Nasional, dan Internasional.

RPJMD KE-3 (TAHUN 2013-2017) / TAHAP AKSELERASI - I


• Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan tahap sebelumnya, RPJMD ke-3
ini diarahan untuk memantapkan pembangunan di Provinsi Banten melalui percepatan
pembangunan atau akselerasi pembangunan di segala bidang. Adapun prioritas pembangunan
pada tahap ini adalah:
• Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial;
• Pemantapan Kualitas Sumber Daya Manusia;
• Pemantapan Kualitas dan Pemerataan Perekonomian;
• Pemantapan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah;
• Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup;
• Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;
• Pengembangan dan Pembangunan serta Optimalisasi Fungsi dan Peran Pelabuhan-Pelabuhan Lokal,
Nasional, dan Internasional.
Berdasarkan hasil kebijakan pengembangan dalam RTRW Provinsi Banten
ditetepkan KAWASAN STRATEGIS PROVINSI, dimana Kawasan Strategis adalah
wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan sangat penting dalam lingkup
provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan.Kawasan Strategis Daerah
meliputi :
» kawasan strategis kepentingan ekonomi diarahkan pada : KEK Bojonegara, KEK
Cilegon, Banten Water Front City, Kawasan Wisata Tanjung Lesung, Kawasan
Sport Center, KP3B (Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten), Kawasan
Malingping, Kawasan Cibaliung, Kawasan Bayah, Kawasan Perkotaan
Kekerabatan Maja, Kawasan Pusat Pertumbuhan, Kawasan Agropolitan dan
Kawasan Kaki Jembatan Selat Sunda.
» Kawasan Strategis Kepentingan Sosial/budaya diarahkan pada: Kawasan Banten
Lama, Kawasan adat Baduy
» Kawasan strategis kepentingan SDA dan/ atau teknologi tinggi diarahkan pada:
PLTU Suralaya, PLTU Lontar, PLTU Labuan, Bendungan Karian, Bendungan
Sindangheula, Bendungan Pasirkopo, Bendungan Cilawang, Bendungan Tanjung,
Bendungan Krenceng, Bendungan Rancasumur, Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi (Akarsari), Reaktor Nuklir Pulau Panjang,
» Kawasan Strategis kepentingan daya dukung lingkungan diarahkan pada:
Kawasan Akarsari, DAS Rawa Danau
Dalam kaitannya dengan pengembangan Kawasan Budidaya sub bidang
permukiman di Provinsi Banten meliputi :
– pengembangan kawasan budidaya yang secara teknis dapat digunakan untuk
permukiman harus aman dari bahaya bencana alam, sehat, mempunyai akses
untuk kesempatan berusaha dan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan
ketersediaan permukiman, mendayagunakan fasilitas dan utilitas disekitarnya
serta meningkatkan sarana dan prasarana perkembangan kegiatan sektor
ekonomi yang ada.
– pengembangan permukiman perdesaan dilakukan dengan menyediakan fasilitas
dan infrastruktur secara berhirarki sesuai dengan fungsinya sebagai: pusat
pelayanan antar desa, pusat pelayanan setiap desa, dan pusat pelayanan pada
setiap dusun atau kelompok permukiman
– menjaga kelestarian permukiman perdesan khususnya kawasan pertanian.
– pengembangan permukiman perkotaan dilakukan dengan tetap menjaga fungsi
dan hirarki kawasan perkotaan.
– membentuk cluster-cluster permukiman untuk menghindari penumpukan dan
penyatuan antar kawasan permukiman, dan diantara cluster permukiman
disediakan ruang terbuka hijau
– pembentukan perkotaan metropolitan, dihubungkan dengan sistem transportasi
yang memadai diantaranya mass rapid transit.
– pengembangan kawasan KEK untuk kegiatan yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN TANGERANG

Kabupaten Tangerang mempunyai prospek perekonomian yang


sangat potensial dan dapat dijadikan sumber ekonomi riel dalam
pembangunan daerah, sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Tanggrang Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Daerah Kabupaten Tanggrang Nomor 3 Tahun 1996 entang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RT\RW) Kabupaten Tanggrang dengan
kebijakan spatial meliputi :
1. Kawasan Permukiman :
a. Perkotaan
Luas kawasan ini diproyeksikan 22.327 hektar (20.10%), meliputi
kawasan pusat pemerintahan dan kecamatan serta perumahan
yang dikembangkan swasta.
b. Pedesaan
Luas kawasan ini 11.613 hektar (10.45%), meliputi pusat-pusat
pemukiman disetiap desa diluar Pemukiman Perkotaan.
2. Kawasan Industri :
• Pengembangan kawasan industri :dialokasikan di Kecamatan Pasar
Kemis, Cikupa, Legok, Balaraja dan Serpong.
• Pengembangan industri non kawasan dialokasikan di Kecamatan Ciputat,
Pasar Kemis, Sepatan, Cikupa, Curug, Legok, Tigaraksa, Balaraja dan
Rajeg.
• Pengembangan kawasan pergudangan dan industri terbatas dialokasikan
di Kecamatan Kosambi, Sepatan, Teluk Naga dan Balaraja.
Kawasan Pelabuhan Kering (Dry-Port) dialokasikan di Kecamatan
Balaraja, Jambe, Cikupa, Pasar Kemis dan Kosambi.
3. Kawasan Pariwisata
• Diarahkan pada pengembangan kawasan wisata pantai terpadu :
• Kawasan Pantai Tanjung Pasir, di Kecamatan Teluk Naga dan Pakuhaji.
Kawasan Pantai Tanjung Kait di Kecamatan Mauk.
• Kawasan Pantai Dadap di Kecamatan Kosambi.
• Kawasan Pulau Cangkir di Kecamatan Kronjo.
• Kawasan Obyek Makam Solear Cisoka, kerajinan bambu dan bumi
perkemahan Karang Kitri Bhakti Curug, serta situ-situ daerah dan Curug
Pelayangan.
4. Kawasan Pertambangan Galian C.
Yang ada akan tetap dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan
material bangunan di daerah, tetapi wilayah eksploitasinya tidak
diperluas.
5. Pertanian :
Berdasar data lahan diujung tahun 2001 hingga akhir tahun 2003 tidak
berubah, lahan pertanian seluas 32.611 hektar (28.10%). Lahan
pertanian ini terbagi atas lahan pertanian teknis meliputi kawasan yang
beririgasi teknis di Kecamatan Sepatan, Mauk, Kronjo, Kresek, Rajeg,
Pakuhaji, Kosambi, Teluk Naga dan lainnya.
6. Perkebunan :
Lokasi perkebunan tersebar diseluruh Kabupaten Tangerang, seperti
aren, bambu, kopi, jambu mede, lada, kunyit, kelapa, pandan, melati,
sereh, temulawak, vanili, kumis kucing, melinjo, pinang dsbnya.
7. Perikanan :
Pengembangannya biasa dilakukan dikawasan pantai utara dan
beberapa daerah lainnya. Jenis yang bisa dikembangkan antara lain :
tambak udang, tambak banding, ikan mas, ikan kerapu serta TPI (Tempat
Pelelangan Ikan) dikawasan pesisir.
Kebijakan Pengembangan kawasan strategis di Kabupaten Tangerang
dialokasikan pada kawasan-kawasan yang mempunyai pengaruh sangat penting
terhadap ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan. Kawasan strategis meliputi :
• Kawasan yang ditetapkan sebagai pusat pertumbuhan utama yaitu Kecamatan
Balaraja,Serpong dan Teluknaga.
• Kawasan yang memberikan pengaruh regional lintas Kabupaten terkait dengan
reklamasi pantai dan laut untuk pengembangan kawasan perkotaan baru di
Pantai Utara.
• Kawasan perbatasan dengan Provinsi DKI, Kota Tangerang, Kota Depok,
Kabupaten Bogor, Kabupaten Lebak dan Kabupaten Serang.
• Kawasan yang berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) terkait dengan
ketersediaan sumber air baku, media buangan air limbah, dan penanganan
masalah banjir.
• Kawasan yang terkait dengan perluasan Bandara Soekarno-Hataa yaitu Teluknaga
dan Kosambi.
• Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten di Tigaraksa.
• Kawasan yang diarahkan untuk pengembangan kegiatan industri perikanan dan
kelautan yaitu Kecamatan Kronjo dan Pakuhaji.
• Kawasan yang diarahkan untuk pembangunan PLTU yaitu Kecamatan Kemeri.
• Kawasan yang diarahkan untuk pembangunan Dry Port yaitu Kecamatan Jambe
dan Mauk.
• Kawasan yang diarahkan untuk pengembangan Pelabuhan terpadu yaitu
Kecamatan Pakuhaji.
KAWASAN STRATEGIS KOTA TANGERANG
Dalam pengembangan Kota Tangerang, prioritas penataan kawasan
khusus dibagi dalam 4 (empat) kawasan, yaitu :
1. Kawasan Pusat Kota Baru
Berdasarkan Review RTRW Kota Tangerang tahun 2001 ataupun RDTR
Kecamatan Tangerang Tahun 1996, bahwa Kota Tangerang memerlukan
kawasan khusus berupa pusat kota baru sebagai pengganti pusat kota
lama yang berada di Jalan Kisamaun. Lokasi diarahkan di areal milik
Departemen Kehakiman yang berada di pusat kota, Kawasan yang
meliputi areal seluas ± 213,19 ha dengan kegiatan yang akan
dikembangkan di Kawasan Pusat Kota Baru adalah : Pusat
Pemerintahan, Perdagangan, jasa komersial, hotel dan restoran, Taman
kota dan Pusat Rekreasi, Perumahan vertikal berkepadatan tinggi dan
Ruang Terbuka Publik dan Spor Center.
2. Promenade / Waterfront City
Konsep Water front City Tangerang adalah mengembangkan potensi
Sungai Cisadane yang merupakan ciri utama kota. Kecamatan Tangerang
yang berbatasan langsung dengan Sungai Cisadane ini memanfaatkan
kawasan sempadan sungai ini dengan rencana pembangunan jalan
promenade di sepanjang sungai. Kawasan ini dapat sebagai suatu
landmark Kota Tangerang.
3. Kawasan Kali Pasir
Kawasan Kali Pasir adalah salah satu contoh kawasan yang terus berkembang dan akan
menimbulkan dampak yang merugikan bila perkembangan tersebut tidak dikendalikan,
karena didalamnya terdapat situs budaya yang perlu dilestarikan dan dapat dijadikan objek
wisata. Untuk mengantisipasi timbulnya dampak-dampak negatif, perlu adanya suatu
perangkat pengendali yang dapat mengarahkan perencanaan kali pasir secara khusus. Oleh
karena itu berikut akan diuraikan gambaran kawasan Kali Pasir

4. Kawasan Pasar Anyar


Pesatnya perkembangan kawasan Pasar Anyar ditunjukan dengan terjadinya pergeseran
fungsi/kegiatan yang umumnya terjadi dari fungsi perumahan ke fungsi non perumahan.
Hal ini terlihat dengan kondisi bahwa lahan di sepanjang jaringan jalan yang relatif 'tinggi'
kelasnya (kolektor) cenderung lebih cepat beralih fungsi dari pada lahan yang dilalui oleh
jalan yang hirarkinya lebih rendah. Lahan di sekitar kawasan perdagangan yang telah
tumbuh juga cenderung lebih cepat beralih fungsi daripada lahan di sekitar kawasan
permukiman. Kecenderungan ini mengakibatkan terbentuknya pola penggunaan lahan
dengan kondisi sebagai berikut :
• Sepanjang Jalan Daan Mogot (kolektor primer) berkembang sebagai kawasan jasa
• Sepanjang Jalan Kiasnawi (kawasan pusat kota utama) berkembang sebagai kawasan
perdagangan
• Kawasan lainnya masih didominasi oleh perumahan dengan campuran
perdagangan/jasa skala layanan kecil serta sarana pelayanan umum.
Pola pemanfaatan lahan yang ada pada wilayah perencanaan adalah sebagai berikut
:
• Perdagangan/komersial di bagian Selatan wilayah perencanaan (sepanjang Jalan
Kiasnawi)
• Perkantoran/jasa di bagian Barat wilayah perencanaan (sepanjang Jalan Daan
Mogot)
• Pemerintahan dan sarana umum di bagian Timur wilayah perencanaan
(sepanjang Jalan Ahmad Yani)
• Hunian/permukiman di bagian tengah dengan adanya campuran beberapa fungsi
perkantoran pemerintahan seperti di Jalan Nyimas Melati dan Jalan Mayjend.
Sutoyo.
Kawasan perdagangan menempati bagian Selatan wilayah perencanaan,
tepatnya di sepanjang Jalan Kiasnawi. Pemanfaatan bangunan berupa pemanfaatan
campuran antara pemanfaatan sebegai pertokoan di lantai bawah dan hunian di
lantai atasnya. Kawasan perdagangan ini dipertahankan fungsinya disertai dengan
penataan kawasan yang lebih baik (konsep kawasan pertokoan terpadu). Dalam
penataan kawasan perdagangan ini juga perlu dilakukan penataan kawasan di
sekitar Pasar Anyar, pengadaan sarana parkir dan penyediaan lahan khusus PKL.
Lahan perkantoran umumnya terdapat di sepanjang Jalan Daan Mogot meliputi
perkantotan swasta dan pemerintah. Disamping itu juga terdapat banyak kegiatan
jasa pelayanan. Dalam penataan bangunan dan lingkungan selanjutnya kawasan ini
juga dipertahankan sebagai kawasan perkantoran/jasa dengan penataan GSB,
ketinggian bangunan, dan penataan lingkungan.
Kecamatan Cipondoh

Dalam konteks arahan pengembangan wilayah Kecamatan Cipondoh


diarahkan untuk fungsi Perumahan menengah-kecil, perkantoran bisnis,
komersial/pertokoan/perdagangan dan jasa, industri kecil-sedang (industri
ringan/ekspor), pertanian terbatas, pusat pemasaran industri kecil, kegiatan
khusus pasar tanaman hias/peneduh, terminal, pasar induk bahan pangan
(Poris Plawad) dan rekreasi. (sumber : RDTR Kec. Cipondoh 2004-2014).
Dalam usaha menjangkau tingkat pelayanan kota yang lebih optimal,
Kecamatan Cipondoh akan dibagi menjadi beberapa Sub Bagian Wilayah
Kota (Sub BWK) yang pada akhirnya akan dilayani oleh pusat-pusat
pelayanan kota dengan skala pelayanan yang terhirarkis (lebih kecil).
Pembentukan Sub BWK ini akan didasarkan pada kesatuan wilayah yang
memiliki ciri khas dalam dominasi fungsi, guna lahan maupun karakteristik
fisiknya.
Kecamatan Cipondoh mempunyai kecenderungan perkembangan
memusat pada satu daerah dan mengikuti jalur jalan regional. Oleh karena
itu, konsep pengembangan tata ruang kota yang disusun akan mengarahkan
perkembangan lebih merata dan tidak terpusat di sepanjang jalur jalan
tersebut. Dengan demikian pengembangan kota dapat menciptakan
pelayanan yang efisien baik dalam pemanfaatan ruang maupun jangkauan
pelayanan yang disediakan.
Kecamatan Batuceper
Peran Kecamatan Batuceper secara administrasi merupakan wilayah
yang berbatasan dengan Propinsi DKI Jakarta akan dikembangkan sebagai
gerbang timur Kota Tangerang dengan citra Kota Tangerang sebagai kota
industri. Sedangkan fungsi utama Kecamatan Batuceper yaitu sebagai :
Wilayah pengembangan industri dan Pergudangan.
Hal ini sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam RTRW Kotamadya
DT. II Tangerang serta Perda No. 2 tahun 1989 tentang penetapan wilayah
pengembangan industri dan pergudangan.
Wilayah pengembangan perumahan dengan fasilitas penunjang bandara.
Perumahan yang dikembangkan di Kecamatan Batucper untuk
menunjang kegiatan industri dilengkapi fasilitas penunjang bandara
(konstruksi khusus).
Berdasarkan dari peran dan fungsi wilayah perencanaan ini maka
strategi pengembangan untuk Kecamatan Batuceper tetap diarahkan
sebagai kegiatan industri. Akan tetapi kegiatan industri yang akan terus
dikembangkan adalah industri rumah tangga (home industry). Jenis
industri ini selain bersifat non polutan atau berpolutan rendah, secara
spasial pola perkembangannya dapat berdekatan dengan wilayah
permukiman dan tidak harus menggunakan lahan yang besar seperti
industri berat (heavy industri).
Kecaamatan Ciledug
Struktur kegiatan yang akan dikembangkan di Kecamatan Ciledug
berdasarkan arahan revisi RTRW Kota Tangerang Tahun 2000-2010 adalah
sebagai perumahan menengah kecil. Kecamatan Ciledug mepunyai
kecenderungan pola perkembangan yang memusat pada suatu daerah dan
pola "memita"mengikuti jalur jalan regional yaitu: sepanjang koridor Jl.
Cokroaminoto, Jl. Raden Fatah, Jl. Ciptomangunkusumo. Oleh karena
itu, konsep pengembangan tata ruang wilayah disusun menggunakan
konsep "Multy Nucleid" yang akan mengarahkan perkembangan lebih
merata dan tidak terpusat.
Struktur ruang utama di Kecamatan Ciledug adalah Jalan Raden Fatah.
Bila wilayah perencanaan dilihat secara keseluruhan maka akan terlihat
bahwa wilayah Kecamatan Ciledug terbagi dua yaitu bagian Barat dan
bagian Timur Jalan Raden Fatah. Dengan dibangunnyanya jalan
Ciptomangunkusumo menyebabkan Kecamatan Ciledug terbagi atas 3
bagian yaitu bagian Utara, Timur dan Barat. Akses dari ke tiga jaringan jalan
tersebut menyebabkan kawasan perdagangan berkembang di sepanjang
koridor jalan tersebut. Konsentrasi kegiatan perdagangan di sepanjang
jaringan jalan Cokroaminoto dan Jalan Raden Fatah menimbulkan masalah
tata bangunan dan kemacetan lalu lintas.
Kecamatan Pinang
Struktur kegiatan yang akan dikembangkan di Kecamatan Pinang
berdasarkan arahan revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang
2010 adalah sebagai perumahan menengah kecil dan industri rumah
tangga. Kecamatan Pinang mempunyai kecenderungan perkembangan
memusat pada suatu daerah dan mengikuti jalur jalan regional yaitu :
sekitar koridor Jalan KH. Hasyim Ashari , Jalan Serpong Raya, dan jalan
MH. Thamrin.

Kecamatan Periuk
Perkembangan Kota Tangerang yang pesat maka pemerintah Kota
Tangerang melalui Perda No. 23 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Tangerang, Kecamatan Periuk diarahkan sebagai sub-sub
pusat kegiatan pelayanan dalam skala lingkungan dengan arahan
peruntukan sebagai wilayah industri dan perumahan penunjang industri.
Kecamatan Neglasari
Peran Kecamatan Neglasari dalam arahan RTRW Kota Neglasari 2000-2010 adalah sebagai
sub-sub pusat kecamatan dengan arahan kegiatan untuk Perumahan pengendalian ketat,
Pertanian, pengembangan Terbatas KKOP untuk Fasilitas Penunjang Bandara, TPU.
Kebijakan pengembangan kecamatan Neglasari dalam RTRW Kota Neglasari 2000-2010 adalah :
– Meningkatkan dan memajukan sub pusat pertumbuhan dengan skala pelayanan
kecamatan atau memiliki potensi pusat pelayanan yang cepat tumbuh.
– Memanfaatkan dan mendorong koridor jalan poros utama Suryadarma (pusat kota
Tangerang-Teluk Naga) sebagai penghubung simpul-simpul pusat pertumbuhan kegiatan
– Memanfaatkan dan mendorong koridor jalan Iskandar Muda agar sinergis dengan jalan
poros utama guna menarik perkembangan ke wilayah Barat
– Mengembangkan jalan penghubung tengah antara jalan suryadarma dan jalan iskandar
sekaligus sebagai pembatas Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) dan
kawasan pengembangan sekitarnya
– Mengembangkan jalan baru sepanjang perbatasan pengembangan kawasan Bandara
bagian selatan sebagai alternative pergerakan Barat – Timur
– Membentuk tata ruang yang sinergis terhadap pusat kota Tangerang dan fungsi bandara
– Mengendalikan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) dengan
pengembangan fungsi ruang terbuka hijau yang berfungsi konservasi lingkungan alami dan
pertanian lahan basah
0
Kecamatan Neglasari
Kebijakan pemanfaatan ruang yang digariskan dalam RTRW Kota Tangerang mengarahkan
Kecamatan Larangan sebagai kawasan perumahan. Peruntukan perdagangan dan jasa dialokasikan
pada sepanjang JL.HOS Cokroaminoto. Konsep rencana penggunaan lahan di Kecamatan Larangan
didasarkan pada pola pemanfaatan lahan saat ini, kecenderungannya serta arahan dari rencana
yang lebih tinggi, yaitu RTRW Kota Tangerang.
Kecamatan Larangan sebagai kawasan perumahan tertatur dan tertata baik dengan segala sarana
dan prasarana penunjang perumahan yang dibutuhkan. Kecamatan Larangan diharapkan dapat
menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi penduduk setempat ataupun para komuter yang bekerja
di Jakarta.
Sepanjang Jl. HOS Cokroaminoto ditetapkan sebagai kawasan perdagangan dan jasa pada RTRW
Kota Tangerang, sesuai dengan kondisi saat ini. Penataan bangunan dan pengaturan Garis Sempadan
Bangunan sangat diperlukan, sehingga kawasan ini lebih teratur. Intensitas lahan dan bangunan
masih dapat ditingkatkan serta tempat parkir pada lahan pertokoan perlu disediakan.
Kecamatan Larangan
Kawasan Khusus Perdagangan Tekstil Cipadu merupakan potensi Kecamatan Larangan yang tidak
dapat diabaikan, sehingga pengembangan kawasan ini perlu diakomodasikan pada rencana
pemanfaatan lahan. Pada akhir tahun rencana diperkirakan kawasan sepanjang Jl. KH Wahid Hasyim
ini menjadi kawasan perdagangan. Peningkatan intensitas bangunan perdagangan di tempat
tertentu saja. Penggunaan lahan industri tidak dialokasikan pada akhir tahun rencana. Untuk
memperjelas gambaran rencana pemanfaatan lahan pada masing-masing blok perencanaan,
pengembangannya adalah sebagal berikut:
Kecamatan Karawaci
Berdasarkan arahan revisi RTRW Kota Tangerang 2010, struktur
kegiatan yang akan dikembangkan di Kecamatan Karawaci berupa
kegiatan permukiman, perdagangan jasa, dan kegiatan industri
yang masing - masing kegiatan akan dijadikan sebagai pusat
pelayanan untuk mengurangi beban pusat-pusatpelayanan
tersebut, dikembangkan sub pusat pelayanan dengan skala
pelayanan yang lebih rendah (skala pelayanan lingkungan).
Dalam usaha menjangkau tingkat pelayanan kota yang lebih
optimal, Kecamatan Karawaci dibagi menjadi beberapa Sub
Bagian Wilayah Kota (Sub BWK) yang pada akhirnya akan dilayani
oleh pusat-pusat pelayanan kota dengan skala pelayanan yang
terhirarkis (lebih kecil). BWK Kecamatan Karawaci dibagi menjadi
3 Sub Bagian Wilayah Kota (Sub BWK) yang terdiri dari Sub BWK
Utara, Tengah dan Selatan
Kecamatan Jatiuwung
Kecamatan Jatiuwung memiliki pusat BWK yang terletak di perempatan Jalan Gatot Subroto dan
Jalan Gajah Tunggal. Kecamatan Jatiuwung dibagi menjadi 4 Sub BWK yaitu Sub BWK I, Sub BWK II,
Sub BWK III, dan Sub BWK IV.
1. Sub BWK I
Sub BWK I terdiri dari 3 blok peruntukan dengan luas 503,2 Ha. Pada Sub BWK ini kegiatan
utamanya adalah industri dan permukiman serta perdagangan dan jasa. Pada Sub BWK
dikembangkan kawasan industri dengan jenis industri besar serta permukiman dengan kepadatan
tinggi dan sedang serta rumah susun.
2. Sub BWK II
Sub BWK II terdiri dari 5 blok peruntukan dengan luas 417,63 Ha. Pada Sub BWK ini kegiatan
utamanya adalah permukiman dan perumahan, industri serta kegiatan perdagangan dan jasa yang
tersebar di antara permukiman penduduk dan industri serta di sepanjang koridor Jalan Gatot
Subroto. Pengembangan perumahan dan pembangunan rumah susun diatas lahan-lahan yang
masih kosong.
3. Sub BWK III
Sub BWK III terdiri dari 5 blok peruntukan dengan luas 417,63 Ha. Pada Sub BWK ini kegiatan
utamanya adalah pusat pemerintahan skala kecamatan, pendidikan, perdagangan dan jasa,
pemukiman dan perumahan, industri serta kegiatan pemanfaatan lainnya adalah perdagangan dan
jasa yang tersebar di antara permukiman penduduk dan industri serta di sepanjang koridor jalan
Gatot Subroto.
4. Sub BWK IV
Sub BWK IV terdiri dari 4 blok peruntukan dengan luas 229,45 Ha. Pada Sub BWK ini kegiatan
utamanya adalah industri, kawasan militer, permukiman dan perumahan serta perdagangan dan
jasa yang tersebar di antara permukiman penduduk dan industri . Pada Sub BWK ini arahan
pengembangannya adalah permukiman kepadatan tinggi dan sedang.p engembangan rumah susun
industri dengan jenis industri sedang hingga besar.
IDENTIFIKASI KAWASAN REVITALISASI KABUPATEN TANGERANG

Berdasarakan hasil telaahan kondisi kabupaten Tangerang


dalam kaitannya dengan pengembangan kawasan revitalisasi,
secara khusus wilayah yang akan dikembangkan dapat
dikelompokkan menjadi 3 kawasan yaitu :
– Revitalisasi Kawasan dengan Fungsi Citra Kota/Wilayah
– Revitaiasi Kawasan dengan fungsi Peninggalan
Sejarah/Budaya
– Revitalisasi Kawasan dengan fungsi Bangunan khusus/Khas
Kawasan Pengembangan Perkotaan dan wilayah

Kawasan pengembangan perkotaan yang memiliki karakteristik khusus


dan merupakan kawasan yang dapat berfungsi perlindungan/penyangga,
memiliki fungsi citra kota dan memiliki nilai arsitektur lanskape khas dan
memiliki pengaruh terhadap kegiatan sekitarnya dan mampu memberikan
kesan megah.

Adapun kawasan pengembangan perkotaan dan wilayah yang dapat


dikategorikan perlu direvitalisasi meliputi :
• Kawasan Pemerintahan Tiga Raksa
• Kawasan perumahan Terlantar Taman Adiyaksa
• Kawasan perumahan Terlantar Jambe
• Kawasan perumahan Terlantar Cisoka
• Kawasan Bantaran Sungai Cisadane Hulu (Perbatasan Bogor)
• Kawasan Bantaran Sungai Cisadane Hilir/Muara laut jawa
• Kawasan sepanjang Rel KA Tangerang – Merak
• Kawasan sepanjang Pantai Pantura/kawasan Kumuh nelayan
Kawasan/Obyek Pariwisata
Berdasarkan hasil telaah kawasan maupun obyek pariwisata di Kabupaten tangerang terdiri dari :
• Pulau Cangkir (Pantai/Ziarah) Ds. Kronjo, Kec.Kronjo
• Pantai Tanjung Kait (Pantai) Ds.Tj Anom, Kec. Mauk
• Pantai Selembaran Hati (Pantai) Ds. Salembaran, Kec. Mauk
• Pantai Tanjung Burung (Pantai) Ds. Tj. Burung Teluk Naga
• Pantai Tanjung Pasir (Pantai) Ds.Tj. Pasir Teluk Naga
• Pantai Dadap (Pantai) Ds. Kosambi, Kec. Kosambi
• Pantai Muara (Pantai) Ds. Teluk Naga Kec. Teluk Naga
• Situ Gintung (Situ) Ds. Gintung Kec. Ciputat
• Situ Kalapa Dua (Situ) Ds. Kalapa Dua Kec. Curug
• Situ Cibumi (Situ) Ds. Pagedangan Kec. Pagedangan
• Situ Cileduk/Pondok Benda (situ) Ds. Pondok Benda,Kec.Pondok Aren
• Situ Pamulang (Situ) Ds. Pamulang Kec. Pamulang
• Situ Garukgak (Situ) Ds. Garukgak Kec. Kresek
• Situ Patra Sana (Situ) Ds. Patra Sana Kec. Kresek
• Situ Pondok (Situ) Ds. Sindang Anom Kec.Pasar Kemis
• Situ Cilongok (Situ) Ds. Pasar Kemis Kec. Pasar Kemis
• Curug Pelayangan (Air Terjun) Ds. Lengkong Wetan, Kec. Serpong
• Vihara Tjoe Soe Kong (Ziarah) Ds.Tj Anom, Kec. Mauk
• Makan Solear (Ziarah) Ds.Solear Kec. Cisoka
• Puspitek Serpong (Iptek) Ds. Muncul Kec. Serpong
• Taman Makan Pahlawan Seribu (Sejarah) Ds. Muncul Kec. Serpong
• Lippo Karawaci (Mall) Ds. Bencongan Curug
• Tugu Lengkong (Peninggalan Sejarah) Ds. Lengkong Wetan, Kec. Serpong
Dari ke-23 kawasan atau obyek yang memiliki
karakteristik kawasan yang bias dikategorikan sebagai
kawasan revitalisasi adalah dengan melihat luasan
(bebentuk kawasan) dan merupakan peninggalan
atau memiliki sejarah dan saat ini memiliki
pengunjung cukup besar dan sekaligus memiliki daya
tarik wisata cukup besar. Berdasarkan kriteria
tersebut yang termasuk kawasan revitalisasi adalah :
– Tanjung Kait
– Vihara Tjoe Soe Kong
– Pulau cangkir
– Situ Gintung
– Situ pamulang
– Makam Solear
Berdasarkan jumlah kawasan dan obyek wisata yang ada dengan
menggunakan variabel penilaian kondisi kawasan,kelayakan kawasan,
serta pengaruhnya terhadap fungsi kawasan yang telah ditetapkan
dalam RTRW kabupaten dan pengembangan kawasan selanjutnya dinilai
daftar panjang tersebut menjadi daftar pendek dengan kriteria :
– Memili Fungsi Kawasan masa lalu/bersejarah dan masin terlihat
bekasnya
– Memiliki batas area yang jelas
– Fungsi Kawasan Sekarang
– Citra Kawasan Sekarang
– Memiliki peluang untuk pengembangan kawasan
– Mudah dan bias dilakukan penangan dengan teknologi
konvensional
– Feasybel dalam pembiayaan
BANTARAN SUNGAI CISADANE HILIR (MUARA)
Sungai Cisadane Tangerang memiliki daerah tangkapan
air seluas 1.100 km2, sungai Cisadane merupakan salah satu
sungai utama di Propinsi Banten dan Jawa Barat dengan
panjang sungai sekitar 80 Km. Sumbernya berada di Gunung
Salak – Pangrango (Kabupaten Bogor, sebelah Selatan
Kabupaten Tangerang) dan mengalir ke Laut Jawa melintasi
wilayah Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang dan Kota
Tangerang.
Berdasarkan catatan bulanan antara tahun 1981 dan
1997, aliran minimum terjadi antara bulan Juli dan
September, dengan rata-rata aliran di bawah 25 m³/detik.
Pada saat ini Sungai Cisadane diandalkan untuk memenuhi
kebutuhan air bagi industri, irigasi dan air minum di wilayah
ini. Namun demikian peningkatan pencemaran akibat
kegiatan industri dan domestik termasuk pembuangan
limbah cair secara ilegal, mengakibatkan pengolahan air
menjadi semakin mahal dan sulit untuk dilakukan.
Dengan mengaitkan kegiatan revitalisasi Sungai Cisadane
di Kota Tangerang, maka wilayah hilir atau muara dari sungai
ini yaitu perbatasan kecamatan Sepatan dan Teluk Naga tidak
terpisahkan dengan program revitalisasi bantaran sungai
cidurian sampai muara di Tanjung Burung.
SITU PAMULANG
• Situ Pamulang terletak di Sasak Tinggi, Kecamatan Pamulang,
Tangerang Selatan, Banten. sekitar dua kilomter dari Situ Gintung
arah selatan. Situ Sasak yang berumur sudah cukup lama ini
diketahuinya memiliki 9 mata air di tengah danaunya Lokasinya
berada di tengah pemukiman penduduk.
• Situ Pamulang merupakan danau atau situ alam yang cukup luas
dan menjadi kolam pemancingan dan salah satu tempat wisata di
Pamulang. Kondisinya seperti Situ Gintung sebelum jebol: tidak
terurus. Luasnya terus menyusut. Dari semula 31 hektar,
pengukuran pada 2005 tinggal 25 hektar.
• Danau Situ Sasak Tinggi, Pamulang, Tanggerang pernah dikeruk
pada Desember 2006. Saat itu kemarau panjang melanda
kawasan ini hingga air danau pun berkurang. Pada tahun 2000 air
danau situ Sasak atau yang juga dikenal dengan Situ Pamulang
memang pernah banjir sampai ke jalan. Akibatnya, sejumlah
kendaraan yang ingin lewat dilarang melintas. Larangan ini untuk
menghindari bahaya longsor.
• Diindikasi terdapat tanggul yang retak dan pernah bocor pada
bagian selatan, tepatnya dipinggir jalan. rembesan air sudah
berlangsung lama kalau hujan kondisinya selalu penuh, dengan
volume air yang lebih banyak dibanding situ gintung. Tanggul Situ
Pamulang, Sebab, tanggul ini juga berpotensi bobol
OBYEK WISATA SOLEAR
• Obyek wisata Solear. Letaknya sekitar 17 kilometer dari Tigaraksa,
Ibukota Kabupaten Tangerang.Lokasinya yang jauh dari keramaian
membuat kawasan wisata ini masih asri dan alami. Perjalanan ke Desa
Solear cukup berat, karena jalannya rusak dan berlubang.
• Salah satu daya tarik tempat wisata ini adalah makam Syech Mas
Masad, yang merupakan panglima perang Kesultanan Cirebon. Makan
Syech Mas Masad ini, sering dikunjungi para peziarah. Salah seorang
diantaranya Novianty. Mereka datang selain untuk berziarah juga
untuk mencari berkah. Di tempat ini juga terdapat makam kramat lain,
seperti Mayangsari, Nyimas Gandasari dan Raden Mangkubumi, tokoh
kerajaan Padjajaran.
• Lokasi makam kramat Solear ini masih terjaga keasriannya, karena
masyarakat sekitar tidak berani menebang pohon. Mereka percaya
orang yang menebang pohon akan jatuh sakit atau menjadi tidak
waras. Lokasi makam kramat Solear ini juga menjadi tempat
berkembang biak monyek ekor panjang.
• Menurut Bupati Tangerang, Ismet Iskandar, Pemerintah Kabupaten
Tangerang berencana akan memperluas kawasan wisata ini menjadi 8
hektar. Sungai Cidurian yang melintasi kawasan wisata ini juga
menambah keindahan pemandangan.Untuk melihat monyet yang
berkeliaran bebas harus menyusuri sungai dengan menggunakan
sampan. Populasi monyet ekor panjang di kawasan ini diperkirakan
mencapai lebih dari 500 ekor.
WISATA PANTAI TANJUNG KAIT
• Objek wisata Tanjung Kait terdapat di Kecamatan Mauk.
Alamnya masih asri, belum banyak di sentuh oleh
teknologi modern. Alamnya indah dengan pepohonan
kelapa serta udara yang segar di lengkapi dengan rumah
makan tradisional yang menyajikan makanan dari hasil
laut.
• Di Tanjung Kait terdapat Wihara yang meskipun sudah
berumur lebih dari 3,5 abad namun masih berdiri kokoh
dan masih di gunakan untuk tempat persembahyangan
oleh umat Buddha sekaligus menjadi objek wisata. Atraksi
yang ada biasanya mengikuti selera dari pengunjung
terutama pada hari libur.
• Objek wisata di pantai ini dapat di kelola menjadi objek
wisata ada sekitar 150-200 Ha. Sebagian tanahnya adalah
milik masyarakat dan sebagiannya lagi di kuasai oleh
Perhutani. Kondisi saat ini terdapat ratusan perahu
nelayan dan perahu untuk rekreasi menyebrang ke Pulau
Seribu, rumah-rumah makan seafood, perkampungan
nelayan dan pos penjaga pantai dari TNI. umlah
pengunjung tidak menentu, pada hari biasa bisa sekitar
puluhan hingga ratusan orang namun pada hari libur bisa
mencapai ribuan pengunjung.
AKSESIBILITAS
Jalan utama menuju Tanjung Kait adalah dari Kota Tangerang – Sepatan – Mauk – Tanjung
Kait. Ada pula jalan dari arah timur yaitu dari Pakuhaji – Sukadiri – Tanjung Kait. Menurut
rencana ke depan akan di bangun jalan tol pantai utara Tangerang dari Bandara Soekarno-Hatta
– Teluk naga – Pakuhaji – Tanjung Kait – Mauk – Balaraja. Ada kendaraan umum dari Mauk-
Tanjung kait, pulang pergi biasanya memakan biaya Rp.7.000 per penumpang. Selama ini
pengunjung lebih banyak datang dengan kendaraan pribadi.
PRASARANA YANG TERSEDIA
Tersedia sarana telekomunikasi, telepon seluler dapat di akses, dan listrik. Sementara air
bersih masih di datangkan dari luar Tanjung Kait. Ada trayek kendaraan umum tetap dan
terminal sederhan yang di bangun masyarakat. Warung suvenir khusus belum ada tetapi ada
oleh-oleh hasil laut yang dapat di beli di warung-warung yang sudah ada. Ada sebuah
penginapan sedangkan rumah makan seafood sudah tersedia cukup banyak di tepi pantai.
POTENSI PASAR
Apabila kawasan wisata pantai Tanjung Kait sudah di tata dan di kelola dengan baik
termasuk di promosikan kepada masyarakat JABODETABEK, maka Tanjung Kait menjadi salah
satu alternatif tempat wisata yang berada di dekat Ibu Kota, yang pastinya akan menarik
banyak pengunjung untuk datang.
BIAYA INVESTASI
Harga tanah di Tanjung Kait relatif masih murah, yaitu di bawah Rp.500.000 per m² dan
bisa mengikuti keadaan pasar. Biaya investasi yang di butuhkan tergantung sarana dan
prasarana yang di inginkan investor. Sebaiknya, calon investor melakukan studi kelayakan
sendiri.
KLENTENG TJOE SOE KONG
Klenteng Tanjung Kait adalah salah satu objek wisata sejarah yang terletak di Kabupaten
Tanggerang, Provinsi Banten. Klent eng yang dibangun pada tahun 1792 M ini juga disebut sebagai
Klenteng Tjoe Soe Kong. Menurut masyarakat setempat, sejak tahun 1960 M banyak orang yang
datang untuk sembahyang dan berdoa ke klenteng ini, baik dari dalam negeri maupun dari luar
negri. Selain tempat sembahyang dan berdoa, klenteng ini juga dipercaya sebagai tempat yang
tepat untuk meramal nasib.
Klenteng Tanjung Klait memiliki sumber mata air ( sumur ) yang telah berumur ratusan tahun
dan merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya. Suber mata air ini tidak habis
airnya walaupun diambil secara terus menerus dalam jumlah yang besar. Banyak pengunjung yang
datang mengambil air sumur itu, karena dipercaya mengandung banyak berkah bagi yang
menggunakannya.
Selain keberadaan sumur tersebut, keistimewaan Klenteng Tanjung Kait juga dapat dilihat dari
gaya arsitekturnya. Keunikan itu terlthat pada dua buah benhunan seperti pagoda yang terdapat di
depan bangunan utama klenteng, yang hampir mirip dengan Masjid Agung Banten.
Lokasi
Klenteng Tanjung Kait terlatak di dusun Tanjung Anom, Desa Tanjung Kait, Kecamatan Mauk,
Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten, Indonesia.
Akses
Untuk menuju lokasi klenteng ini, pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi maupun
sarana angkutan umum, perjalanan dapat dimulai dari Terminal Serang, pengunjung dapat nail bus
jurusan Merak-Kalideres kemudian turun di depan kompleks pemerintahan Kota Tanggerang. Dari
depan komleks tersebut, pengunjung dapat naik taksi, mobil sewaan, atau angkutan kota untuk
sampai di lokasi.
KAWASAN WISATA PULAU CANGKIR
Pulau Cangkir merupakan kawasan wisata yang belum banyak mendapat
sentuhan pengelolaan, Pulau Cangkir memiliki daya tarik berupa kondisi alam pantai
yang masih asri dan adanya makam keramat Pangeran jaga Lautan yang bernama asli
Syeh Waliyuddin seorang ulama besar yang berasal dari Banten. Makam inilah yang
menjadikan pulau cangkir sebagai tempat wisata religius yang dikenal luas oleh
masyarakat Banten pada umumnya.
Semula Pulau Cangkir bukanlah pulau karena tanah nya masih menyatu dengan
daratan, mungkin karena abrasi atau karena naiknya permukaan air laut sehingga
merendamkan bagian yang menghubungkannya yang kemudian disebut sebagai
Pulau Cangkir.
Secara administratif Kawasan Pulau Cangkir termasuk kedalam wilayah Desa
Kronjo, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang yang berjarak sekitar 25 Km dari
kota tangerang. Kawasan pulau Cangkir semula seluas 4,5 Ha tetapi pada tahun 1995
dilakukan pengurukan oleh pengeloladengan maksud memudahkan pengunjung
untuk mencapai pulau,ternyata malah mengakibatkan kerusakan dan penyusutan
Pulau Cangkir, kini luas Pulau Cangkir hanya tinggal 2,5 Ha.
IDENTIFIKASI KAWASAN REVITALISASI KOTA TANGERANG

KOTA LAMA (PECINAN LAMA)


Kota Lama Tangerang memiliki banyak situs bersejarah terutama bangunan
kuno yang tersebar di sepanjang tepian Sungai Cisadane (mengingat jalur
transportasi utama masa itu memang melalui sungai). Di tepian sungai ini,
terdapat beberapa situs yang masih bertahan. Situs ini merupakan peninggalan
etnis peranakan Tionghoa yang sampai saat ini masih digunakan oleh
keturunannya. Kehidupan Kota Tangerang memang tidak pernah lepas dari
kegiatan masyarakat peranakan Tionghoa.
Kota Lama Tangerang memiliki banyak situs bersejarah terutama bangunan
kuno yang tersebar di sepanjang tepian Sungai Cisadane (mengingat jalur
transportasi utama masa itu memang melalui sungai). Di tepian sungai ini,
terdapat beberapa situs yang masih bertahan. Situs ini merupakan peninggalan
etnis peranakan Tionghoa yang sampai saat ini masih digunakan oleh
keturunannya. Kehidupan Kota Tangerang memang tidak pernah lepas dari
kegiatan masyarakat peranakan Tionghoa.
• Klenteng dan Mesjid di Pasar Lama
• Atap Lengkung Dan Lukisan Tua Di Pasar Lama
• Wajah Pecinan VS Rumah Walet
BANTARA BANTARAN SUNGAI CISADANE KOTA

Sungai Cisadane Tangerang memiliki


daerah tangkapan seluas 1.100 km2, sungai Cisadane
merupakan salah satu sungai utama di Propinsi Banten dan
Jawa Barat. Sumbernya berada di Gunung Salak –
Pangrango (Kabupaten Bogor, sebelah Selatan Kabupaten
Tangerang) dan mengalir ke Laut Jawa. Panjang sungai
sekitar 80 km.N SUNGAI CISADANE KOTA

Walikota Tangerang H Wahidin Halim menyambut baik


rencana Balai Besar Wilayah Sungai Cisadane dan Sungai
Citarum untuk melakukan penurapan Sungai Cisadane yang
mengancam terjadinya longsor di sebagian Jalan Imam
Bonjol, Karawaci. Sebab, ruas jalan ini merupakan akses
penting bagi masyarakat untuk menuju tol Karawaci. Jalan
Imam Bonjol juga memiliki arus kendaraan tinggi, jika tidak
segera dilakukan penurapan akan berdampak pada
keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan. Bahkan bisa
mengancam jiwa manusia.
SITU CIPONDOH
Secara geografis, situ Cipondoh terletak di kawasan Kecamatan Cipondoh dan
Kecamatan Pinang Kota Tangerang dengan luas awal lebih kurang 170 Ha, yang
terdiri dari perairan seluas 50 Ha, dan 120 Ha berupa daratan. Batas wilayah situ di
sebelah Utara dan Timur adalah Jl. KH. Hasyim Ashari, sebelah Barat adalah
Perumahan Cipondoh Indah serta sebelah Selatan adalah jalan tol Jakarta-Merak.

Situ Cipondoh sejak dulu merupakan suatu kawasan yang secara fisik memiliki
luas dan karakterisitik sebagai situ dan berfungsi hidrologis sebagai tandon air di
wilayah Kecamatan Cipondoh, Kecamatan Pinang, dan sekitarnya, sekaligus juga
sebagai reservoar. Berdasarkan RDTRK(Rencana Detail Tata Ruang Kota) Situ
Cipondoh Tahun 1996, untuk penataan wilayah perairan situ direncanakan sebagai
kawasan konservasi, preservasi, kawasan rekreasi, sedangkan wilayah daratan
direncanakan sebagai kawasan jalur hijau dan kawasan pemukiman.

Rencana, pada tahun 2008 ini Provinsi Banten akan membangun Waduk Kariyan
di Kabupaten Lebak. Waduk ini bisa menampung 219 juta meter kubik air.
Untuk menyikapi kondisi tersebut, Atut mengajak Pemprov DKI untuk merancang
proyek bersama pengendalian banjir, dimana sumber dananya berasal dari APBD.
BENDUNGAN AIR PINTU 10
• Bendungan air Sangego di Kecamatan
Neglasari lebih dikenal dengan sebutan
"Bendungan Pintu Air Sepuluh" karena
bentuknya yang besar dan unik. Bendungan
ini layak untuk dikunjungi wisatawan baik
untuk melihat kemegahannya maupun untuk
menyaksikan aktifitas warga sekitar.
Bendungan ini membendung aliran Sungai
Cisadane dan mengalirkan airnya melalui
sepuluh pintu ke beberapa sungai-sungai
kecil. Sungai-sungai kecil ini kemudian
mengaliri lebih dari 1.500 ha sawah yang
berada di wilayah Kota dan Kabupaten
Tangerang. Dari jauh bendungan ini terlihat
megah dengan sepuluh pintu air yang berjajar
dan berdiri kokoh. Bendungan ini mulai
dibangun pada tahun 1928 dan mulai
dioperasikan pada tahun 1932.
KELENTENG BOEN TEK BIO
Berbicara tentang Kelenteng Boen Tek Bio
tidak terlepas dari sejarah Kota Tangerang dan
keberadaan orang Tionghoa di Tangerang,
dimana kedatangan orang Tionghoa pertama
kali ke Tangerang belum diketahui secara pasti.
Dalam kitab sejarah Sunda yang berjudul?“Tina
Layang Parahyang”?(Catatan dari Parahyangan)
disebut tentang kedatangan orang Tionghoa ke
daerah Tangerang. Kitab tersebut menceritakan
tentang mendaratnya rombongan Tjen Tjie Lung
(Halung) di muara sungai Cisadane yang
sekarang diberi nama Teluk Naga pada tahun
1407.
Belanda mendirikan pemukiman bagi orang
Tionghoa berupa pondok-pondok yang sampai
sekarang masih dikenal dengan nama: Pondok
Cabe, Pondok Jagung, Pondok Aren dsb.
Disekitar Tegal Pasir (Kali Pasir) Belanda
mendirikan perkampungan Tionghoa yang
dikenal dengan nama Petak Sembilan.
TERIMA KASIH

You might also like