Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Sandi Nugraha 0461050010
Dedy Sugiharto 0461050048
Pembimbing
dr. Ganda P Sibabiat, Sp.An, KIC
BAGIAN ANESTESIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2009
BAB I
PENDAHULUAN
Anestetik lokal ialah obat yang menghasilkan blokade konduksi atau blokade lorong
natrium pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsang transmisi sepanjang saraf,
jika digunakan pada saraf sentral atau perifer. Anestetik lokal setelah keluar dari saraf diikuti
oleh pulihnya konduksi saraf secara spontan dan lengkap tanpa diikuti oleh kerusakan
struktur saraf.
Banyak persenyawaan lain juga memiliki daya kerja demikian, tetapi efeknya tidak
reversibel dan menyebabkan kerusakan permanen terhadap sel-sel saraf. Misalnya, cara
mematikan rasa setempat juga dapat dicapai dengan pendinginan yang kuat (freezing
anaesthesia) atau melalui keracunan protoplasma (fenol).
Semua obat anestetik lokal baru adalah sebagai rekayasa obat lama yang dianggap
masih mempunyai kekurangan-kekurangan.
Kokain adalah obat anestetik pertama yang dibuat dari daun koka dan dibuat pertama kali
pad 1884. Penggunaan kokain aman hanya untuk anesthesia topical. Penggunaan secara sistemik
akan menyebabkan dampak samping keracunan system saraf, system kardiosirkulasi, ketagihan,
sehingga dibatasi pembuatannya hanya untuk topical mata, hidung dan tenggorokan.
BAB II
PEMBAHASAN
Bagian lipofilik
Biasanya terdiri dari cincin aromatic (benzene ring) tak jenuh, misalnya PABA (para-
amino-benzoic acid). Bagian ini sangat esensial untuk aktifitas anestesi.
Bagian hidrofilik
Biasanya golongan amino tersier (dietil-amin).
Golongan
Anestetik lokal dibagi menjadi dua golongan
1. Golongan ester (-COOC-)
Kokain, benzokain (amerikain), ametocaine, prokain (nevocaine), tetrakain (pontocaine),
kloroprokain (nesacaine).
Efek diameter:
Potensi anestetik local dipengaruhi oleh kelarutan dalam lemak, makin larut makin
poten. Ikatan dengan protein (protein binding) mempengaruhi lama kerja dan konstanta
dissosiasi (pKa) menentukan awal kerja.
Konsenrasi minimal anestetika local (analog dengan mac, minimum alveolar
concentration) diengaruhi oleh:
1. Ukuran, jenis dan mielinisasi saraf
Mula Kerja
Mula kerja anestetika lokal bergantung beberapa faktor, yaitu:
1. pKa mendekati pH fisiologis sehingga konsentrasi bagian tak terionisasi meningkat
dan dapat menembus membrannsel saraf sehingga menghasilkan mula kerja cepat.
Lama kerja
Lama kerja anestetika local dipengaruhi oleh:
a. Ikatan dengan protein plasma, karena reseptor anestetika local adalah protein.
2. Farmakokinetik
A. Absorbsi sistemik
Dipengaruhi oleh:
1.Tempat suntikan. kecepatan absorbsi sistemik sebanding dengan banyaknya
vaskularisasi tempat suntikan : absorbsi intravena > trakeal >interkostal > kaudal >
paraservikal > epidural > pleksus brakial > siatik > subkutan.
Penggunaan anestetik local di daerah kaya vascular seperti di mukosa trakea atau di sekita
jaringan sraf interkostal menghasilkan absorbs yang lebih cepat daripada bila diinjksikan di
daerah yang miskin perfusi seperti tendon, dermis, atau lemak subkutan.
2.Penambahan vasokonstriktor.
A. Adrenalin
Adrenalin 5 μg/ml atau 1:200.000 membuat vasokonstriksi pembuluh darah pada
tempat suntikan sehingga dapat memperlambat absorbsi sampai 50%. Ini penting untuk obat-
obat dengan durasi pendek atau intermediet seperti prokain, lidokain, dan mepivacaine.
Disamping itu dengan penambahan epinephrine bertujuan untuk mengurangi perdarahan saat
pembedahan dan muntuk meningkatkan intensitas blok dengan efek agonis alpha langsung
pad reseptor antinociceptive di spinal cord, dan untuk membantu pada evaluasi suatu dosis
tes.
Dosis maksimum epinephrine tidak boleh melebehi 10 mcg/kg pada pasien anak dan 250 mcg
pada orang dewasa. Epinephrine tidak boleh digunakan pada blok saraf perifer pada area
dengan aliran darah kolateral sedikit atau pada teknik regional intravena.
B. Phenylephrine, telah digunakan seperti epinephrine, tapi tidak ada keuntungan.
C. Sodium bikarbonat
1. menaikkan pH dan meningkatkan konsentrasi basa bebas nonionisasi
2. penambahan sodium bikarbonat (1 mL sodium bikarbonat 8,4% ditambahkan ke
tiap-tiap 10 mL lidokain 1%) onset cepat, menambah kalitas blok, memperpanjang
blockade dengan meningkatkan jumlah basa bebas yang ada dan mengurangi nyeri
selama infiltrasi subkutaneus.
3. Karakteristik obat anestesi lokal. Obat anestetik lokal terikat kuat pada jaringan
sehingga dapat diabsorbsi secara lambat.
B. Distribusi
Distribusi anestetika local dipengaruhi oleh ambilan organ (organ uptake) dan
ditentukan oleh factor-faktor:
1. Perfusi jaringan
5. Absorbsi obat
7. Hipersensitivitas
8. Usia
9. Keadaan umum
A. Reaksi alergi
1. Lokal anestetik tipe ester: bisa menyebabkan bentuk reaksi alergi metabolit
paraaminobenzoic acid dan orang yang sensitive terhadap obat-obatan sulfa (misalnya
sulfonamide atau diuretic thiazide).
2. Lokal anestetik ester bisa emnyebabkan reaksi alergik pada orang sensitive
terhadap obat-obatan sulfa.
3. Reaksi alergi terhdap amida adalah sangat jarang dan mungkin berkaitan dengan
bahan pengawet bukan amida sendiri. Sedian multidosis amida sering mengandung
methylparaben yang memiliki struktur kimia serupa dengan p-aminobenzoic acid.
B. Toksisitas local
1. Transient radicular irritation (TRI) atau transient neurologic symptoms (TNS)
A. Ditandai oleh dysesthesia, nyeri terbakar, low back pain dan sakit pada ekstrimitas
bawah dan bokong. Etiologi gejala ini melengkapi iritasi radikular. Gejala biasanya
Nampak dalam 24 jam setelah penyembuhan lengkap dari anestesi spinal dan hilang
dalam 7 hari.
B. Dapat terjadi setelah injeksi subarachnoid tak sengaja dari volume besar atau
konsensentrasi tinggi anestetik local. Insidensi bertambah ketika menggunakan posisi
litotomi selama pembedahan.
C. Peningkatan neurotoksisitas insidensi berhubungan dengan pemberian
subarachnoid dari lidokain 5% telah dilaporkan.
2. Cauda equine syndrome
A. Terjadi ketika luka yang tersebar ke pleksus lumbosakral menyebabkan derajat
yang bermacam-macam anestesi sensori,disfungsi spinkter usus dan kandung kemih,
dan paraplegi.
B. Permulaannya dilaporkan disebabkan lidokain 5% dan tetrakain 0.5% yang
diberikan melalui sebuah mikrokateter. Ada peningkatan risiko manakala ditempatkan
pada ruang subaraknoid ,yang demikian bisa terjadi selama dan sesudah anestetik
spinal terus-menerus injeksi, kecelakaan injeksi subaraknoid dari dosis epidural yang
diharapkan atau dosis spinal berulang-ulang.
C. Kloroproprokain telah dikaitkan dengan neurotoksistas. Penyebab neurotoksistas
ini kemungkinan adalah pH rendah kloroprokain.
Sistem pernapasan
Relaksi otot polos bronkus. Henti napas akibat paralise saraf frenikus, paralise
interkostal,atau depresi langsung pusat penraf frenikus, paralise interkostal,atau depresi
langsung pusat pengaturan pernafasan.
Apnea dapat diakibatkan oleh paralisis saraf interkostal dan phrenic atau penekanan pusat
respirasi medulla yang menyertai eksposure langsung terhaap agen local anestetik
(postretrobulbar apnea syndrome).
Resistensi Anestesi
Ketika dilakukan anestesi, terkadang dapat terjadi seseorang tak mendapatkan efek
bius seperti yang diharapkan. Atau, yang kerap disebut resisten terhadap obat bius. Beberapa
kondisi yang bisa menyebabkan seseorang resisten terhadap obat bius di antaranya:
1. Pecandu alcohol
2. Pengguna obat psikotropika seperti morfin, ekstasi dan lainnya
3. Pengguna obat anelgesik
Pada orang-orang tadi telah terjadi peningkatan ambang rangsang terhadap obat bius yang
disebabkan efek bahan yang dikonsumsi dan masih beredar dalam tubuhnya.
• Peralatan yang digunakan, sedikit sekali dan sederhana serta obat yang digunakan
relatif murah.
• Dapat digunakan sesuai dengan yang dikehendaki pada daerah anatomi tertentu.
• Dapat diberikan pada penderita yang keadaan umumnya kurang baik, sebab adanya
pemberian obat anastesi terjadi penyimpangan fisiologis dari keadaan normal
penderita sedikit sekali.
• Harganya murah
Kontra Indikasi
• Operator merasa kesulitan bekerja sama dengan penderita, misalnya penderita
menolak di suntik karena takut
• Anomali rahang
Jenis anestesi lokal dalam bentuk parenteral yang paling banyak digunakan adalah:
1. Anestesi permukaan.
Sebagai suntikan banyak digunakan sebagai penghilang rasa oleh dokter gigi untuk
mencabut geraham atau oleh dokter keluarga untuk pembedahan kecil seperti
menjahit luka di kulit. Sediaan ini aman dan pada kadar yang tepat tidak akan
mengganggu proses penyembuhan luka.
2. Anestesi Infiltrasi.
Tujuannya untuk menimbulkan anestesi ujung saraf melalui injeksi pada atau sekitar
jaringan yang akan dianestesi sehingga mengakibatkan hilangnya rasa di kulit dan
jaringan yang terletak lebih dalam, misalnya daerah kecil di kulit atau gusi (pada
pencabutan gigi).
3. Anestesi Blok
Cara ini dapat digunakan pada tindakan pembedahan maupun untuk tujuan diagnostik
dan terapi.
4. Anestesi Spinal
Obat disuntikkan di tulang punggung dan diperoleh pembiusan dari kaki sampai
tulang dada hanya dalam beberapa menit. Anestesi spinal ini bermanfaat untuk
operasi perut bagian bawah, perineum atau tungkai bawah.
5. Anestesi Epidural
Anestesi epidural (blokade subarakhnoid atau intratekal) disuntikkan di ruang
epidural yakni ruang antara kedua selaput keras dari sumsum belakang.
6. Anestesi Kaudal
Anestesi kaudal adalah bentuk anestesi epidural yang disuntikkan melalui tempat
yang berbeda yaitu ke dalam kanalis sakralis melalui hiatus skralis.
BAB III
PENUTUP
Anestesi lokal atau yang sering disebut pemati rasa adalah obat yang menghambat
hantaran saraf bila digunakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup.
Anestesi lokal bekerja pada tiap bagian susunan saraf dengan cara merintangi secara bolak-
balik penerusan impuls-impuls saraf ke Susunan Saraf Pusat (SSP) dan dengan demikian
menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas atau rasa dingin.
Anestesi lokal mencegah pembentukan dan konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya
terutama di selaput lendir. Disamping itu, anestesia lokal mengganggu fungsi semua organ
dimana terjadi konduksi/transmisi dari beberapa impuls. Artinya, anestesi lokal mempunyai
efek yang penting terhadap SSP, ganglia otonom, cabang-cabang neuromuskular dan semua
jaringan otot.
DAFTAR PUSTAKA
1. Latief SA, Kartini A, Daclan MR. Petunjuk praktis anestesiologi. Edisi Kedua. Jakarta:
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI; 2009.p.104-95.
2. Anonimous . Obat bius lokal/anestesi lokal. (online), (http://www.google.com).
3. Adell .Anestesi local. 2009: (online), (http://www.google.com).
4. Anonimous. Anestetika local golongan amida. (online), (http://www.google.com).
5. Ezekiel MR. Handbook of anesthesiology. 2004-2005 Edition. (online),
(http://www.scribd.com).
6. Anonimous .Seputar obat bius: lain jenis, lain kegunaannya. (online),
(http://www.google.com, ).
7. Iqbalsandira. Tentang anestesi local. (online), (http://www.google.com, diakses 5
September 2009).
8. Fatma D, Sunaryo,Syamsudin U, Susanto HS. Perbandingan mula kerja dan masa kerja dua
anestetik lokal lidokain pada kasus pencabutan gigi molar satu atau dua rahang bawah.
(online), http://www.google.com, diakses 5 September 2009)