You are on page 1of 5

PENDAHULUAN

Setiap orang, baik disadari maupun tidak, selalu melaksanakan aktivitas belajar. Kegiatan harian
yang dimulai dari bangun tidur sampai dengan tidur kembali akan selalu diwarnai oleh aktivitas
belajar. Seseorang yang tiba-tiba melihat petani sedang mencangkul di sawah, misalnya,
kemudian didalam otaknya terlintas pikiran betapa beratnya kehidupan petani dalam
menghasilkan bahan makanan, sehingga muncul perasaan menghargai jerih payah petani.
Fenomena ini telah menunjukkan adanya pengalaman belajar dan telah menghasilkan
perubahan perilaku berupa menghargai karya petani pada diri orang tersebut

Efektifitas belajar yang dilakukan oleh siswa di sekolah tidak semata-mata ditentukan
oleh derajat pemilikan potensi siswa yang bersangkutan, melainkan juga lingkungan, terutama
guru yang professional. Pengembangan belajar masuk dalam katagori untuk menjadikan
pembelajaran itu menjadi efektif. Pengembangan pembelajaran adalah cara yang sistematis
dalam mengidentivikasi, mengembangkan dan mengevaluasi seperangkat bahan dan strategi
pembelajaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Hasil akhir pengembangan pembelajaran
adalah diperolehnya system pembelajaran yang memudahkan guru dan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.

TUJUAN

Setelah mempelajari makalah ini diharapkan dapat memahami tentang model Belajar Tuntas
(mastery Learning) dan mampu mengimplikasikannya dalam penyelenggaraan pendidikan

PEMBAHASAN
1. Konsep Belajar Tuntas

Belajar tuntas (Mastery learning) adalah proses belajar mengajar yang bertujuan agar bahan
ajaran dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Belajar tuntas ini
merupakan strategi pembelajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan
kelompok (group based approach)

Dengan system belajar tuntas diharapkan program belajar mengajar dapat dilaksanakan
sedemikian rupa agar tujuan instruksional yang hendak dicapai dapat diperoleh secara optimal
sehingga proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Secara operasional perwujudannya
adalah: Nilai rata-rata seluruh siswa dalam satuan kelas dapat ditingkatkan dan jarak antara
siswa yang cepat dan lambat belajar menjadi semakin pendek.
2. Dasar-dasar Belajar Tuntas

Landasan konsep dan teori belajar tuntas ( Mastery Learning Theory ) adalah pandangan
tentang kemampuan siswa yang dikemukakan oleh John B. Carroll pada tahun 1963
berdasarkan penemuannya yaitu “Model of School Learning” yang kemudian dirubah oleh
Benyamin S. Bloom menjadi model belajar yang lebih operasional. Selanjutnya oleh James H.
Block model tersebut lebih disempurnakan lagi.

Sedangkan menurut Carroll bakat atau pembawaan bukanlah kecerdasan alamiah, melainkan
jumlah waktu yang diperlukan oleh siswa untuk menguasai suatu materi pelajaran tertentu.
Benyamin melaksanakan konsep belajar tuntas itu ke dalam kelas melalui proses belajar
mengajar pelaksanaaannya sebagai berikut :

1. Bagi satuan pelajaran disediakan waktu belajar yang tetap dan pasti.

2. Tingkat penguasaan materi dirumuskan sebagai tingkat penguasaan tujuan pendidikan


yang essensial.

Untuk lebih menggalakkan konsep belajar tuntas James H. Block mencoba mengurangi waktu
yang diperlukan untuk mempelajari suatu materi pelajaran di dalam waktu yang tersedia, yaitu
dengan cara meningkatkan semaksimal mungkin kualitas pengajaran.

Jadi pelaksanaan oleh James H Block mengandung arti bahwa :

1. Waktu yang sebenarnya digunakan diusakan diperpanjang semaksimal mungkin.

2. Waktu ytang tersedia diperpendek sampai semaksimal mungkin dengan cara


memberikan pelayanan yang optimaldan tepat.

3. Strategi Belajar Tuntas

Benyamin S. Bloom (1968) di dalam kertas kerjanya “learning for mastery theory and practice”
mengembangkan atau mengoperasionalkan “model of school learning” konsep John B Carroll
(1963). Pengembangan itu berupa penyusunan suatu strategi belajar tuntas dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar.

Pada pokoknya satrategis itu ialah “jika kepada siswa diberikan waktu yang cukup (sufficient)
dan mereka diperlakukan secara tepat (appropriate treatment), maka mereka akan mampu dan
dapat belajar sesuai dengan tuntutan dan sasaran (obyektives) yang diharapkan”.

Selanjutnya menurut Bloom beberapa implikasi belajar tuntas dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Dengan kondisi optimal, sebagian besar siswa dapat menguasai materi pelajaran
secara tuntas (mastery learning).

2. Tugas guru adalah mengusahakan setiap kemungkinan untuk menciptakan


kondisi yang optimal, meliputi waktu, metode, media dan umpan yang baik bagi
siswa.

3. Yang dihadapi guru adalah siswa-siswa yang mempunyai keanekaragaman


individual. Karena itu kondisi optimal mereka juga beraneka ragam.

4. Perumusan tujuan instruksional khusus sebagai satuan pelajaran mutlak


diperhatikan, agar supaya para siswa mengerti hakikat tujuan dan prosa dan
belajar.

5. Bahan pelajaran dijabarkan dalam satuan-satuan pelajaran yang kecil-krcil dan


selalu diadakan pengujian awal (pretest) pada permulaan pelajaran dan penyajian
akhir (posttest) pada akhir satuan akhir pelajaran.

6. Diusahakan membentuk kelompok-kelompok yang kecil (4-6 orang) yang dapat


berteman secara teratur sehingga dapat saling membantu

7. dalam memecahkan kesulitan-kesulitan belajar siswa secara efektif dan efisien.

8. Sistem evaluasi berdasarkan atas tingkat penguasaan tujuan instruksional khusus


bagi materi pelajaran yang bersangkutan yaitu menggunakan “criteria referenced
test” bukannya “norm referenced test”.

4. Ciri-ciri belajar/mengajar dengan prinsip Belajar Tuntas

Pada dasarnya ada enam macam ciri pokok pada belajar/mengajar dengan prinsip belajar
tuntas, yaitu :

1. Berdasarkan atas tujuan instruksional yang hendak dicapai yang sudah ditentukan
lebih dahulu

2. Memperhatikan perbedaan individu siswa (asal perbedaan) terutama dalam


kemampuan dan kecepatan belajarnya

3. Menggunakan prinsip belajar siswa aktif

4. Menggunakan satuan pelajaran yang kecil

5. Menggunakan system evaluasi yang kontinyu dan berdasarkan atas kriteria, agar
guru maupun siswa dapat segera memperoleh balikan
6. Menggunakan program pengayaan dan program perbaikan.

5. Variabel-variabel Belajar Tuntas

1. Bakat siswa (aptitude) : Hasil penelitian menunjukan bahwa ada korelasi


yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil pelajaran

2. Ketekunan belajar (perseverance) : Ketekunan erat kaitannya dengan


dorongan yang timbul dalam diri siswa untuk belajar dan mengolah
informasi secara efektif dan efisien serta pengembangan minat dan sikap
yang diwujudkan dalam setiap langkah instruksional.

3. Kualitas pembelajaran (quality of instruction) : Kualitas pembelajaran


merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk aktif belkajar belajar
dan mempertahankan kondisinya agar tetap dalam keadaan siap
menerima pelajaran.Kualitas pembelajaran ditentukan oleh kualitas
penyajian, penjelasan, dan pengaturan unsure-unsur tugas belajar

4. Kesempatan waktu yang tersedia (time allowed for learning) : Penyediaan


waktu yang cukup untuk belajar dalam rangka mencapai tujuan
instruksional yang ditetapkan dalam suatu mata pelajaran, bidang studi atu
pokok bahasan yang berbeda-beda sesuai dengan bobot bahan pelajaran
dan tujuan yang ditetapkan.

Kesimpulan

Teori belajar tuntas ( Mastery Learning Theory ) merupakan salah satu usaha dalam
pembaharuan pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi serta usaha belajar siswa
agar siswa dapat mencapai tingkat ketuntasan ( Mastery Level ).

Belajar tuntas (Mastery learning) adalah proses belajar mengajar yang bertujuan agar bahan
ajaran dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa.

Dengan sistem belajar tuntas diharapkan program belajar mengajar dapat dilaksanakan
sedemikian rupa agar tujuan instruksional yang hendak dicapai dapat diperoleh secara optimal
sehingga proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Anni, Catharina, Tri, dkk, Dra, M.Pd. 2004. Psikologi Belajar. Semarang. UPT UNNES Press.
Joyce, B. dan Well, M. 1986. Models of Teaching. Englewood, N.J, Prentice-Hall.

Sugandi, Achmad, Drs, M.Pd. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang. UPT UNNES Press.

Suharyono, dkk. 1991. Strategi Mengajar I. Semarang. IKIP Semarang.

Syafii, drs, M.Pd. 2006. Konsep dan Model Pembelajaran Seni Rupa. Semarang. Bahan Ajar
Tertulis.

You might also like