Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.2 Etiologi
Sindroma cushing dapat disebabkan oleh :
1. Meningginya kadar ACTH ( tidak selalu karena adenoma sel basofil
hipofisis).
2. Meningginya kadar ATCH karena adanya tumor di luar hipofisis, misalnya
tumor paru, pankreas yang mengeluarkan “ACTH like substance”.
3. Neoplasma adrenal yaitu adenoma dan karsinoma.
4. Iatrogenik.
Pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik.
Dijumpai pada penderita artitis rheumatoid, asma, limpoma dan gangguan
2
kulit umum yang menerima glukokortikoid sintetik sebagai agen
antiinflamasi.
3
4. Gejala hipersekresi estrogen (jarang)
Pada sindrom cushing yang paling karakteristik adalah gejala
hipersekresi kortisol, kadang-kadang bercampur gejala-gejala lain.
Umumnya mulainya penyakit ini tidak jelas diketahui, gejala pertama ialah
penambahan berat badan. Sering disertai gejala psikis sampai psikosis.
Penyakit ini hilang timbul, kemudian terjadi kelemahan, mudah infeksi,
timbul ulkus peptikum dan mungkin fraktur vertebra. Kematian
disebabkan oleh kelemahan umum, penyakit serebrovaskuler (CVD) dan
jarang-jarang oleh koma diabetikum.
2.4 Klasifikasi
Sindrom cushing dapat dibagi dalam 2 jenis:
1. Tergantung ACTH
Hiperfungsi korteks adrenal mungkin dapat disebabkan oleh sekresi
ACTH kelenjar hipofise yang abnormal berlebihan. Tipe ini mula-mula
dijelaskan oleh oleh Hervey Cushing pada tahun 1932, maka keadaan ini
disebut juga sebagai penyakit cushing.
2. Tak tergantung ACTH
Adanya adenoma hipofisis yang mensekresi ACTH, selain itu terdapat
bukti-bukti histologi hiperplasia hipofisis kortikotrop, masih tidak jelas
apakah kikroadenoma maupum hiperplasia timbal balik akibat gangguan
pelepasan CRH (Cortikotropin Realising hormone) oleh
neurohipotalamus. (Sylvia A. Price; Patofisiologi. hal 1091).
2.5 Komplikasi
• Krisis Addisonia
• Efek yang merugikan pada aktivitas koreksi adrenal
• Patah tulang akibat osteoporosis
4
Diagnosis klinis dapat dibuat bila terdapat tiga atau lebih dari tanda-
tanda dibawah ini :
1. Kelelahan yang hebat dan otot-otot yang kecil
2. Obesitas sentripetal dan penghentian pertumbuhan.
3. Strie yang kemerah-merahan.
4. Ekhimosis tanpa kelainan trombosit.
5. Hipertensi.
6. Osteoporosis.
7. Diabetes melitus.
5
adenoma dan karsinoma tidak terjadi kenaikan kadar 17
hidroxikortikosteroid dalam urine.
c. Pengukuran kadar ACTH plasma.
d. Test stimulasi ACTH, pada adenoma didapati kenaikan kadar
sampai 2 – 3 kali, pada kasinoma tidak ada kenaikan.
2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan sindrom cushing tergantung ACTH tidak seragam,
bergantung apakah sumber ACTH adalah hipofisis / ektopik.
a. Jika dijumpai tumor hipofisis. Sebaiknya diusahakan reseksi tumor
tranfenoida.
b. Jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tumor tidak dapat
ditemukan maka sebagai gantinya dapat dilakukan radiasi kobait
pada kelenjar hipofisis.
c. Kelebihan kortisol juga dapat ditanggulangi dengan adrenolektomi
total dan diikuti pemberian kortisol dosis fisiologik.
d. Bila kelebihan kortisol disebabkan oleh neoplasma disusul
kemoterapi pada penderita dengan karsinoma/ terapi pembedahan.
e. Digunakan obat dengan jenis metyropone, amino gluthemide o, p-
ooo yang bisa mensekresikan kortisol (Silvia A. Price ;
Patofisiologi Edisi 4 hal 1093 )
6
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, tempat/tgl lahir , umur,
pendidikan, agama, alamat, tanggal masuk RS. Lebih lazim sering terjadi
pada wanita dari pada laki-laki dan mempunyai insiden puncak antara
usia 20 dan 30 tahun.
B. Keluhan Utama
Adanya memar pada kulit, pasien mengeluh lemah, terjadi kenaikan berat
badan.
C. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah pasien pernah mengkonsumsi obat-obatan kartekosteroid
dalam jangka waktu yang lama.
D. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit cushing sindrom.
E. Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breath)
Inspeksi : Pernapasan cuping hidung kadang terlihat, pergerakan
dada simetris
Palpasi : Vocal premitus teraba rate, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Suara sonor
Auskultasi : Terdengar bunyi nafas normal, tidak terdengar bunyi
nafas tambahan.
2. B2 (Blood)
Perkusi pekak , S1 S2 Terdengar tunggal , hipertensi, TD
meningkat.
3. B3 (Brain)
Composmentis (456), kelabilan alam perasaan depresi sampai
mania
7
4. B4 (Bladder)
Poliuri, kadang terbentuk batu ginjal, retensi natrium.
5. B5 (Bowel)
Terdapat peningkatan berat badan, nyeri pada daerah lambung,
terdapat striae di daerah abdomen, mukosa bibir kering, suara
redup.
6. B6 (muskuloskeletal dan integumen)
Kulit tipis, peningkatan pigmentasi, mudah memar, atropi otot,
ekimosis, penyembuhan luka lambat, kelemahan otot,
osteoporosis, moon face, punguk bison, obesitas tunkus.
3.3 Intervensi
1. Resiko cedera berhubungan dengan kelemahan dan menurunnya matriks
tulang.
Tujuan : menurunkan resiko cidera
Kriteria Hasil : Klien bebas dari cedera jaringan lunak atau fraktur
Intervensi :
1. Ciptakan lingkungan yang protektif
8
Rasional : Mencegah jatuh, fraktur dan cedera lainnya pada tulang dan
jaringan lunak.
9
2. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa.
Rasional : mendeteksi adanya dehidrasi/hidrasi berlebihan yang
mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan pada tingkat
seluler.
3. Inspeksi area tergantung edema.
Rasional : jaringan edema lebih cenderung rusak/robek.
4. Berikan perawatan kulit. Berikan salep atau krim.
Rasional : lotion dan salep mungkin diinginkan untuk
menghilangkan kering, robekan kulit.
5. Anjurkan menggunakan pakaian katun longgar.
Rasional : mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan
evaporasi lembab pada kulit.
6. Kolaborasi dalam pemberian matras busa.
Rasional : menurunkan tekanan lama pada jaringan.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.
Tujuan : klien dapat menerima situasi dirinya.
Kriteria hasil:
Klien mengungkapkan perasaan dan metode koping untuk persepsi
negatif tentang perubahan penampilan, dan tingkat aktivitas.
Menyatakan penerimaan terhadap situasi diri.
Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan.
Rasional : mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi.
2. Diskusikan arti perubahan pada pasien.
Rasional : beberapa pasien memandang situasi sebagai tantangan,
beberapa sulit menerima perubahan hidup/penampilan peran dan
kehilangan kemampuan control tubuh sendiri.
3. Anjurkan orang terdekat memperlakukan pasien secara
normal dan bukan sebagai orang cacat.
10
Rasional : menyampaikan harapan bahwa pasien mampu untuk
mangatur situasi dan membantu untuk mempertahankan perasaan
harga diri dan tujuan hidup.
3.4 Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan setiap saat setelah rencana keperawatan
dilakukan sedangkan cara melakukan evaluasi sesuai dengan kriteria
keberhasilan pada tujuan rencana keparawatan. Dengan demikian evaluasi
dapat dilakukan sesuai dengan kriteria / susunan rinci ditulis pada lembar
catatan perkembangan yang berisikan S-O-A-P-I-E-R ( Data subyek, Obyek,
Asesment, Implementasi, Evaluasi, Revisi).
11
DAFTAR PUSTAKA
12