You are on page 1of 24

DRAFT PAPER EEA ITB 2009

PERANCANGAN SISTEM PENCAHAYAAN HEMAT


ENERGI MENGGUNAKAN SERAT OPTIK DAN
ULTRABRIGHT LED

NAMA TIM : EL-KANDELA


ANGGOTA TIM : 1. AHMAD FUAD HALIMI
2. ASRUL YANUAR
3. HENRI SUKMAJAYA

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


SURABAYA
2009

1
DAFTAR ISI

Cover . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . i
Daftar isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
Abstrak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Latar Belakang Pembuatan Karya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
Manfaat Karya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
Dasar Teori . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
I. Definisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

II. Sistem Pencahayaan Hemat Energi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

II.1 Sistem Pencahayaan Alami Menggunakan Medium Serat Optik . . . . . . 6


II.2 Karakteristik Radiasi Matahari . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
II.2.1 Desain Kolektor Cahaya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
II.2.2 Serat Optik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
II.2.3 Ultrabright LED . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
Deskripsi Karya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
Penutup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
Lampiran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20

2
ABSTRAK

Penggunaan energi listrik untuk kebutuhan pencahayaan pada gedung-gedung


swasta maupun pemerintah memerlukan biaya operasional yang tinggi, terutama pada
gedung yang menggunakan pencahayaan pada siang hari seperti pusat perbelanjaan, tempat
parkir, perpustakaan, rumah sakit, dan lain-lain. Di sisi lain, letak geografis negara
Indonesia pada jalur khatulistiwa memberikan keuntungan akan melimpahnya sumber
cahaya matahari. Salah satu cara untuk menghemat penggunaan listrik untuk pencahayaan
ialah dengan memanfaatkan cahaya matahari. Cahaya matahari yang diterima dapat
digunakan sebagai pencahayaan ruangan secara langsung maupun tidak langsung yang
masih belum dimanfaatkan secara maksimal.
Sistem pencahayaan kombinasi yaitu penggabungan pencahayaan alami dan
buatan yang berpotensi sebagai alternatif penggunaan cahaya matahari untuk pencahayaan
ruangan secara langsung. Sistem pencahayaan kombinasi menggabungkan pencahayaan
berbasis sumber cahaya matahari dan sumber cahaya Ultrabright LED (Light Emitting
Diode). Cahaya matahari dipusatkan oleh parabola kolektor-cahaya yang berfungsi untuk
mengumpulkan cahaya pada satu titik kemudian cahaya tersebut dilewatkan melalui serat
optik untuk dipancarkan pada ruangan yang membutuhkan pencahayaan yang konstan.
Parabola kolektor-cahaya dapat mengikuti pergerakan matahari dengan pendeteksian sensor
dan pengaturan pergerakan motor stepper. Kebutuhan pencahayaan ruangan dengan cahaya
matahari dikompensasi oleh cahaya Ultrabright LED dengan mekanisme kontrol berbasis
PWM (Pulse Width Modulation) sehingga sistem pencahayaan pada ruangan tersebut
stabil.
Perancangan sistem pencahayaan kombinasi memanfaatkan sinar matahari secara
langsung sehingga lebih murah dan memberikan efisiensi energi. Sedangkan penggunaan
Ultrabright LED untuk mengkompensasi kebutuhan pencahayaan dinilai lebih hemat daya
dan memiliki masa pemakaian yang lama. Dengan demikian kombinasi pencahayaan
tersebut dapat memberikan efisiensi energi pada sistem pencahayaan suatu ruangan yang
membutuhkan penerangan pada siang hari.
Pemakaian sistem pencahayaan kombinasi sangat cocok digunakan sebagai alat
penerangan pada ruangan tertutup. Pemakaian lebih luas di berbagai tempat seperti fasilitas
umum dan gedung perkantoran akan memberikan efisiensi energi yang lebih besar.
Pembuatan sistem pencahayaan kombinasi yang diusulkan dalam lomba EEE ITB 2009 ini
diharapkan dapat memberikan manfaat secara langsung kepada masyarakat sebagai solusi
penghematan energi yang tepat guna.

3
LATAR BELAKANG PEMBUATAN KARYA

Penggunaan energi listrik untuk pencahayaan pada gedung-gedung swasta atau


pemerintah memerlukan biaya operasional yang tinggi, terutama pada gedung-gedung yang
membutuhkan pencahayaan pada siang hari seperti tempat parkir, perpustakaan, rumah
sakit, dan lain-lain. Di sisi lain, letak geografis negara Indonesia pada jalur khatulistiwa
memberikan keuntungan akan melimpahnya sumber cahaya matahari. Salah satu cara untuk
menghemat penggunaan energi listrik untuk kebutuhan pencahayaan adalah dengan
memanfaatkan sumber cahaya matahari.

Sumber cahaya matahari bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan pencahayaan dengan


menggabungkan sumber energi lain yang dikenal dengan sistem pencahayaan hemat
energy/system pencahayaan hybrid. Sistem pencahayaan hemat energi yang memanfaatkan
sinar matahari dan sumber cahaya berbasis solid state/semikonduktor akan memberikan
penghematan energi.

Sistem pencahayaan hybrid merupakan system pencahayaan yang menggabungkan


dua atau lebih sumber cahaya untuk satu sistem pencahayaan. Sistem pencahayaan hemat
energi membutuhkan pencahayaan buatan beberapa saat ketika cahaya matahari tidak
bersinar sepenuhnya sehingga tidak mampu memberikan pencahayaan yang cukup pada
ruangan . Prototype sistem pencahayaan hemat energi yang telah ada menggunakan
adjustable ballast, fluorenscent yang memiliki efisiensi yang tinggi untuk tujuan tersebut.
Ultrabright LED memungkinkan digunakan untuk system ini (sebagai pencahayaan buatan
pada system pencahayaan hemat energi) karena LED mudah dikontrol dalam hal intensitas
dan warna keluaran LED sehingga dapat disesuaikan dengan karakteristik komponen sistem
pencahayaan hemat energi (Cates 2003).
Terdapat beberapa perkembangan yang sangat signifikan dalam perkembangan
light emitting diodes (LED) beberapa tahun terakhir. LED dengan tingkat kecerahan yang
tinggi sekarang telah tersedia dalam beberapa pilihan warna dan nilai effisiensinya yang
telah ditingkatkan. Penggunaan LED sebagai single-color lighting telah banyak digunakan
diberbagai aplikasi seperti pada traffic light, aviation light, out door color leds sekarang
telah tersedia dan performansinya terus ditingkatkan dari tahun ketahun(Yoshi ohno, 2006).
Penggunaan sinar matahari dinilai lebih murah dan memberikan efisiensi energi.
Sedangkan penggunaan sumber cahaya berbasis solid state dinilai lebih hemat daya dan
mempunyai umur pemakaian yang lebih lama dibandingkan dengan lampu listrik.

4
MANFAAT KARYA

Hasil dari karya ini diharapkan :


1. Dapat menjadi solusi untuk pencahayaan hemat energi.
2. Menjadi bahan untuk pengembangan sistem pencahayaan hemat energi khususnya
bagi mahasiswa yang tertarik pada bidang sistem pencahayaan hemat energi.

5
DASAR TEORI

I. Definisi

Sistem pencahayaan hybrid merupakan sistem pencahayaan yang menghubungkan


dua atau lebih sumber cahaya untuk satu sistem pencahayaan. Pada sistem pencahayaan
hybrid/sistem pencahayaan hemat energi, sumber cahaya yang digunakan ada dua jenis,
natural dan buatan. Paper “ Design and analysis of hybrid solar lighting and full-spectrum
solar energy ” oleh Jeff Muhs, Oak Ridge National Laboratory menyatakan bahwa system
pencahayaan hybrid terdiri dari lima komponen utama (1) Sumber cahaya (alami dan
buatan), (2) Kolektor cahaya matahari, (3) sistem distribusi cahaya, (4) sistem kontrol dan
(5) Hybrid luminaire.

Gambar 1.1 sistem pencahayaan hybrid

Sistem pencahayaan hemat energi membutuhkan artificial lighting beberapa saat


ketika cahaya matahari tidak bersinar sepenuhnya atau tidak mampu memberikan
pencahayaan yang cukup pada ruangan. Prototipe system pencahayaan hemat energi yang
telah ada menggunakan adjustable ballast, flurescent yang memiliki efisiensi yang tinggi
untuk tujuan tersebut. Sistem pencahayaan hybrid yang ada didesain untuk bekerja dengan
pencahayaan fluorescent dan incandescent dan telah tersedia untuk kebutuhan komersial.
Pada aplikasi sistem pencahayaan hybrid (fiber solar lighting) akan bernilai komersial
apabila digunakan pada gedung yang memiliki karakteristik antara lain :
1. Terletak di daerah sunbelt
2. Digunakan setiap hari, meskipun pada hari libur, dan
3. membutuhkan kualitas pencahayaan yang bagus (color rendering)

6
Dinyatakan bahwa penggunaan sistem pencahayaan hybrid, sistem pencahayaan yang
menggabungkan pencahayaan alami dan buatan, mampu memberikan efisiensi yang jauh
lebih tinggi dibandingkan menggunakan pencahayaan buatan yang telah ada (incandescent
dan fluorenscent). Perbandingan efisiensi ketiga tipe pencahayaan dapat dilihat pada table
1.1
Tabel 1.1 perbandingan efisiensi sistem pencahayaan hybrid solar lighting dengan sistem
pencahayaan konfensional

Tipe pencahayaan Efisiensi energi (lm/W)


Incandescent 15
Fluorescent 75
Hybrid solar 200

Perbandingan kualitas pencahayaan (dari sudut pandang spektrum yang dihasilkan oleh
sumber cahaya) oleh sistem pencahayaan hybrid dengan sistem pencahayaan buatan
menunjukkan sistem pencahayaan hybrid memberikan kualitas yang lebih baik karena
spektrum yang dihasilkan merata pada daerah tampak. Gambar 2.2 menunjukkan
perbandingan spektrum antara sinar matahari di luar ruangan dengan sinar matahari yang
telah melewati serat optik pada sistem pencahayaan hybrid solar lighting. Spektrum
cahaya matahari memiliki intensitas panjang gelombang yang hampir merata pada daerah
cahaya tampak. Peak dari spektrum matahari setelah melewati serat optik terjadi pada range
500 nm. Terdapat loss absorsi pada panjang gelombang 625 nm setelah melewati serat
optik.

Gambar 1.2. Perbandingan spektrum cahaya matahari dengan cahaya distribusi keluaran
serat optik.

7
Spektrum fluorescent terjadi peak pada panjang gelombang 575 nm terlihat pada gambar
1.3 di bawah ini :

Gambar 1.3. spektrum cahaya keluaran fluorescent pada 4000K

II. Sistem Pencahayaan Hemat Energi

2.1 Sistem Pencahayaan Alami Menggunakan Medium Serat Optik

Sistem pencahayaan alami merupakan sistem pencahayaan alami dengan


menghadirkan cahaya matahari ke dalam ruangan menggunakan serat optik sebagai alat
distribusi cahaya. Sistem pencahayaan alami menggunakan medium serat optik secara
umum terdiri dari sumber cahaya (matahari), kolektor cahaya matahari, dan sistem
distribusi cahaya yang menggunakan serat optik.

2.2 Karakteristik Radiasi Matahari

Radiasi matahari adalah energi yang diradiasikan oleh matahari dari reaksi
nuclear fusion yang menghasilkan energi body dengan tenperature sekitar 5800 k.
Setengah dari radiasinya adalah cahaya visible dari spektrum elektromagnetik dan yang
lain. Daerah near infrared dan daerah UV (lebih banyak near infrared).
Gambar 2.1 menunjukkan distribusi spektrum dari radiasi langsung sinar
matahari untuk tiga kondisi. Kurva tertinggi merupakan radiasi matahari pada bagian
terluar atmosfir bumi, dua kurva dibawahnya merupakan radiasi matahari pada
permukaan bumi saat langit cerah pada level air laut.

8
Gambar 2.1. kurva spektrum radiasi matahari pada permukaan atmosfir bumi dan
permukaan bumi

Sinar cahaya matahari memberikan pencahayaan yang lebih baik dari pada
cool white atau fluorescent yang memiliki efisiensi tinggi karena daylight memiliki
spektrum yang dekat dengan visual respon dari mata manusia (franta dan anstead,
1994). Rata-rata manusia memilih cahaya matahari sebagai pencahayaan karena
memiliki spektrum yang seimbang (limberman 1991). Cahaya matahari merupakan level
tertinggi dari cahaya yang dibutuhkan oleh tubuh untuk kebutuhan biologis.

2.2.1 Desain Kolektor Cahaya


Kolektor cahaya pada dasarnya adalah penggunaan reflektor yang besar untuk
mengkonsentrasikan cahaya matahari ke suatu penerima dengan permukaan yang lebih
kecil.
Untuk menggambarkan jumlah energi cahaya yang dapat dikumpulkan oleh
kolektor cahaya digunakan persamaan concentration ratio. Untuk mendapatkan rasio
konsentrasi yang tinggi, digunakan curve mirror atau lensa. Pada sistem hybrid dalam
karya ini akan menggunakan curve mirror berbentuk paraboloid sebagai kolektor
cahaya. Penampang potongan paraboloid berupa parabola, yakni himpunan titik-titik
yang berjarak sama terhadap suatu garis dan titik yang tetap. Garis yang dimaksud
dinamakan directrix dan titik yang dimaksud dinamakan titik F, seperti yang terlihat
pada gambar 2.2 dibawah ini.

9
Gambar 2.2. Parabola

Bentuk parabola banyak digunakan sebagai konsentrator cahaya karena


aapabila kita buat garis garis singgung pada parabola dititik R kemudian dibuat garis
normal terhadap garis singgung parabola, sudut yang dibentuk garis yang sejajar
terhadap sumbu parabola yang melewati titik R terhadap garis normal akan sama dengan
sudut garis RF terhadap garis normal. Jika dihubungkan dengan hukum snell maka
cahaya yang datang sejajar sumbu parabola akan dipantulkan menuju titik fokus.

Permukaan yang dibentuk dengan merotasikan kurva parabola terhadap


sumbunya dinamakan paraboloid. Konsentrator matahari dengan permukaan yang
reflektif dinamakan parabolic dish concentrator. Bentuk ini yang digunakan sebagai
konsentrator cahaya.

Gambar 2.3. Parabola

10
2.2.2 Serat optik
Prinsip pemanduan cahaya pada serat optik adalah total internal reflection.
Total internal reflection dapat terjadi apabila cahaya datang dari suatu medium yang
memiliki indek bias lebih tinggi ke medium yang memiliki indek bias lebih rendah dan
dengan sudut datang lebih besar dari pada sudut kritisnya.

Dari gambar 2.8, besar sudut kritis dapat dinyatakan sebagai:

n 
θ c = arcSin 2  ...................................................................................................(2.5)
 n1 
Sinar 1,2 dan 3 mengalami refraksi karena sudut datangnya lebih kecil dari pada sudut
kritis, sedangkan sinar 4 dan 5 dipantulkan karena sudut datangnya lebih besar dari pada
sudut kritisnya.

Gambar 2.4 Sifat Pemantulan Cahaya


Dengan prinsip tersebut, serat optik pada umumnya terdiri dari dua jenis material yang
memiliki indek bias yang berbeda. Core memiliki indek bias n1 lebih tinggi dari pada
cladding n2.
Cahaya yang ditransmisikan melalui serat optik tidak lepas dengan adanya loss
daya. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan adanya loss pada serat optik. Faktor
– faktor tersebut antara lain:
• Bahan penyusun serat optik
Jenis loss dikarenakan oleh bahan penyusun serat optik antara lain absorbsi dan
scatering. Serat optik berbahan baku plastik memiliki loss yang lebih tinggi
dibandingkan dengan silika/kaca. Solusi untuk mengreduksi jenis loss ini yaitu dengan
pemilihan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan serat optik.

11
• Sudut penerimaan
Setiap serat optik memiliki spesifikasi tentang Numerical Aperature (NA).
Numerical Aperature erat hubungannya dengan sudut penerimaan dalam serat optik.
Besar nilai NA ditentukan oleh besar indek bias pada core n1 dan indek bias pada
cladding n2 sesuai p[ada persamaan dibawah ini :

[ ]
1
NA = n1 − n2
2 2 2 ...................................................................................................(2.6)

Cahaya dapat terpadu dalam serat optik menggunakan prinsip total internal
reflection, sudut sinar datang harus lebih besar dari pada sudut kritisnya. Sudut
acceptance angle merupakan sudut penerimaan pada serat optik sehingga sinar datang
dengan sudut sama atau lebih kecil dari sudut tersebut dapat masuk dan terpadu dalam
serat optik. Hubungan NA dan sudut penerimaan pada serat optik dapat dirumuskan
sebagai

NA = n SinΘ 0 , max ...................................................................................................(2.7)

Dengan n indek bias lingkungan luar (udara).

Gambar 2.5 Sudut penerimaan pada serat optik

Selain mempertimbangkan sudut penerimaan pada serat optik, sudut divergensi dari
source juga mempengaruhi besar loss pada proses power coupling. Sudut divergensi
dari source harus sesuai dengan sudut penerimaan serat optik. Sudut penerimaan serat
optik tergantung pada indek bias core dan cladding. Agar sudut divergensi source dan
sudut penerimaan pada serat optik sesuai, salah satunya dengan merekayasa sudut
divergensi dari emisi source.

Terdapat beberapa perbedaan dari karakteristik serat optik sesuai dengan


aplikasinya. Tabel 2.2 merupakan perbandingan antara serat optik untuk pencahayaan,
komunukasi dan kebutuhan komersial dalam hal material dan karakteristiknya.

12
Tabel 2.2 Struktur dan properti fiber untuk beberapa aplikasi

Dimension, Illumination Commercial Communication


Properties
Diameter, µm 100 - 5000 250 - 2000 500 - 1000
Diameter tolerance 25% < 10% < 10%
Cladding Not critical Critical Very critical
NA Not critical 0.3 – 0.65 0.5
Attenuation 3 – 5 dB/m 0.5 dB/m 0.25 dB/m
Heat resistance 60oC 70oC 85oC

Serat optik untuk pencahayaan memiliki spesifikasi yang lebih rendah


dibandingkan dengan serat optik untuk kebutuhan yang lain. Aplikasi pencahayaan tidak
membutuhkan jarak distribusi yang jauh (internal dalam gedung).
Beberapa pilihan fiber yang dapat digunakan untuk distribusi cahaya dalam ruangan.

• Large core optical fiber wave guide, serat optik yang memiliki diameter core yang
besar, biasanya terbuat dari bahan yang fleksibel seperti polimer padat, gel dan cairan.

• Fiber optic bundels, sebuah serat optik yang terdiri dari gabungan beberapa serat optik
yang dibungkus menjadi satu seperti fiber optik berdiameter besar. Transmisi
maksimum dari serat optik jenis ini hanya 50 – 60 % (Fiber optic technology, 2001).

• Hollow core, serat optik yang memiliki rongga pada core, berbentuk silindris dan
dilapisi dengan bahan berindek bias tinggi dengan tujuan memberikan efek pemantulan
yang berulang-ulang.
Dari ketiga jenis serat optik yang dapat digunakan untuk sistem distribusi cahaya
tersebut, large core optical fiber memiliki spesifikasi yang lebih baik karena
fleksibilitasnya, harga, performansi dan kemudahan dalam instalasi.
Dari sudut padang emisi cahayanya, serat optik untuk aplikasi pencahayaan dibagi tiga :
end emitting, side emitting, dan series source emitting.

2.2.3 Ultrabright LED


Sumber cahaya untuk pencahayaan hybrid terdiri dari sumber cahaya alami dan
buatan. Sumber cahaya alami diperoleh dari cahaya matahari yang difokuskan oleh
parabola kolektor-cahaya yang selanjutnya disalurkan melalui fiber optik. Sedangkan
sumber cahaya buatan diperoleh dari ultrabright LED.

Ultrabright LED merupakan device semikonduktor yang dapat memancarkan


cahaya dengan memberikan bias tegangan pada sambungan p-n semikonduktor.
Ultrabright LED memancarkan cahaya putih yang lebih cerah dan cocok untuk aplikasi
pencahayaan dibandingkan LED biasa. Untuk menghasilkan cahaya putih dari
ultrabright LED terdapat dua metode yaitu metode phosphor-conversion LEDs (pc-
LEDs) dan metode color-mixing.

13
DESKRIPSI KARYA

1. Perancangan sistem pencahayaan hemat energi


Sistem pencahayaan hemat energi yang dibuat adalah sistem pencahayaan yang
menggabungkan fiber optik dan ultrabright LED seperti tampak pada gambar berikut.

Gambar desain sistem pencahayaan hemat energi

Proses kontrol kecerahan/intensitas cahaya terjadi pada ruangan yaitu proses


mempertahankan intensitas cahaya dalam ruangan agar konstan sesuai dengan tingkat
kecerahan yang diinginkan. Intensitas cahaya yang dikendalikan adalah intensitas total
dalam ruangan, sedangkan variabel intensitas cahaya yang dimanipulasi adalah intensitas
cahaya keluaran dari pencahayaan buatan berupa ultrabright LED yang intensitas
cahayanya dikontrol menggunakan PWM. Perancangan sistem pencahayaan hemat energi
terdiri dari tiga komponen utama, yaitu sistem pencahayaan buatan (ultrabright LED),
sistem pencahayaan alami (fiber optik), dan sistem kontrol intensitas cahaya .
1.1 Sistem pencahayaan buatan (ultrabright LED)
Perancangan Sistem pencahayaan buatan yaitu dengan menyusun 30 buah
ultrabright LED dalam bentuk circular array seperti tampak pada gambar berikut.

Gambar desain ultrabright LED array

14
Berdasarkan karakteristik dari ultrabright LED, intensitas keluaran ultrabright
LED stabil pada range arus 30-60mA. Dari karakteristik ini kita menentukan arus kemudi
pada desain lampu ultrabright LED sebesar 53mA. Besar arus kemudi yang dibutuhkan
untuk 30 buah ultrabright LED (30x53mA = 1,6A) sebesar 1,6A.
1.2 Sistem pencahayaan alami (fiber optik)
Perancangan sistem pencahayaan alami dengan medium fiber optik terdiri dari
parabola kolektor-cahaya dan solar tracking otomatis. Sistem distribusi cahaya
menggunakan fiber optik. Parabola kolektor-cahaya berbentuk paraboloid/parabolic dish
concentrator yang merupakan kolektor utama. Jarak antara matahari dan bumi sangat jauh,
maka cahaya yang datang ke permukaan parabola dianggap sejajar terhadap sumbu. Cahaya
matahari yang datang sejajar dengan sumbu parabola dipantulkan ke titik fokus parabola.
Untuk tujuan kopling cahaya ke dalam serat optik, digunakan kolektor kedua
berupa cermin datar yang ditempatkan di bawah titik fokus dari parabolic dish
concentrator seperti tampak pada gambar di bawah ini.

Gambar parabola dish concentrator

Kolektor
kedua
Tracking
otomatis
Serat optik

Kolektor
utama

Gambar parabola kolektor-cahaya matahari dilengkapi tracking otomatis

15
Solar tracking otomatis digunakan untuk mengikuti arah pergerakan matahari,
sehingga parabola kolektor-cahaya akan mendapatkan intensitas cahaya matahari yang
konstan. Solar tracking otomatis bergerak secara horisontal dan vertikal (dua sumbu)
tergantung dari posisi matahari. Sistem tersebut terdiri dari dua buah motor DC untuk
menggerakkan parabola. Satu buah motor DC digunakan untuk menggerakkan parabola
terhadap sumbu-x, sedangkan motor DC yang lain digunakan untuk menggerakkan
parabola terhadap sumbu-y.
1.3 Sistem kontrol intensitas cahaya
Sistem kontrol intensitas cahaya yang dibuat menggunakan sistem kompensasi
kekurangan cahaya dari sistem pencahayaan alami. Kekurangan tersebut akan
dikompensasi oleh sumber cahaya buatan berupa ultrabright LED. Besar keluaran cahaya
buatan didesain dengan nilai maksimum setara dengan nilai maksimum yang diberikan oleh
sistem pencahayaan alami.
Desain ini memungkinkan kedua sistem pencahayaan untuk bekerja secara mandiri
ataupun bersamaan, dimana pada saat siang hari sistem pencahayaan alami bekerja dengan
maksimal, sedangkan sistem pencahayaan buatan tidak bekerja. Kemudian pada saat malam
hari atau sistem pencahayaan alami tidak mampu memberikan pencahayaan dalam ruangan
maka pencahayaan buatan akan bekerja secara maksimal. Kedua sistem akan bekerja secara
bersama saat sistem pencahayaan alami tidak mampu memberikan pencahayaan ruangan
yang cukup maka kekurangan pencahayaan akan dikompensasi oleh sistem pencahayaan
buatan.
Sistem kontrol intensitas cahaya pada sistem pencahayaan hemat energi secara
garis besar terdiri dari :

a. Sensor cahaya
Sensor cahaya menggunakan detector berupa LED (Light Emitting Diode).
LDR mempunyai karakteristik perubahan nilai resistansinya tidak linier
terhadap perubahan intensitas yang diterimanya. Penggunaan sensor pada
sistem kontrol ini hanya sebatas mendeteksi level intensitas cahaya dalam
ruangan sehingga ketidak-linieran dari sensor tidak begitu berpengaruh
dibandingkan untuk aplikasi pengukuran.
b. Pulse Width Modulation 9
Pengaturan besar intensitas cahaya keluaran dari ultrabright LED array
diatur dengan menggunakan PWM. Arus masukan pada LED tergantung pada
duty cycle dari PWM.
Keluaran PWM pada OCR0 dengan resolusi PWM 8 bit (255) secara
perhitungan didapatkan frekuensi PWM dengan clock eksternal (fosc) 12 MHz
dan skala clock N = 64
FPWM = fosc/N(1+TOP)
nilai frekuensi PWM yang akan dihasilkan sebesar 5.859,375 Hz, dengan periode
PWM

16
17
18
19
2. Sistem fiber solar lighting yang telah dibuat mampu mendistribusikan cahaya
matahari hingga 460 lux, yang diukur pada jarak 50 cm dari sumber cahaya.
3. sistem artificial lighting yang digunakan menghasilkan intensitas cahaya sebesar
460 lux yang diukur pada jarak 50 cm dari sumber cahaya. Untuk kebutuhan
kompensator pada sistem pencahayaan hybrid, penggunaan PWM (Pulse Width
Modulation) berfrekuensi 5,8 MHz sebagai metode kontrol intensitas pada
ultrabright LED array bekerja dengan baik.
4. Sistem pencahayaan hybrid yang telah dirancang mampu memberikan
pencahayaan ruangan yang konstan dengan rata-rata eror steady state sebesar 1,4
%. Perubahan level pencahayaan masih dalam batas yang dapat diterima.

DAFTAR PUSTAKA

20
Carsten D. Hansen, Birgitte Thestrup, Henrik Pederson, dan Paul Michael Petersen, “New
LED light source and Lamp for general illumination”. Optics and plasma Research
Departement Denmark. Riso-R1608(EN)

Erwin J.Purcell, Dale varberg, “Kalkulus dan geometri analitis jilid 2”

Jeff D Muhs, “Design and analysis of hybrid solar lighting and full spectrum solar energy
system”. Oak Ridge National Laboratory. ASME paper no 33.2001.

Jeff D Muhs, March 2003. “Hibrid solar lighting doubles the efficiency and affordability of
solar energy in commercial buildings”. Oak Ridge National Laboratory Newsletter no.4.
2000

Rivai, M. “ Diktat mata kuliah Divais Optoelektronika “. Jurusan Teknik Elektro ITS
Surabaya, 2006.

LAMPIRAN
Lampiran 1

21
Edited by Foxit Reader
Copyright(C) by Foxit Software Company,2005-2008
For Evaluation Only.

Berikut adalah gambar perangkat elektronik yang sudah dibuat :

Gambar circular array ultrabright LED

Gambar system pencahayaan buatan

Gambar power supply

22
Gambar minimum sistem mikrokontroler ATmega 16

Gambar skematik Ultrabright LED array

Lampiran 2

23
Biodata Anggota Tim EL-KANDELA

1. Ketua Tim
Nama : Ahmad Fuad Halimi
NRP : 2205100143
Email : halim_e45@elect-eng.its.ac.id
No.HP : 085731964462
Alamat : Jl. Setia Kawan No. 17 Sembayat Timur, Manyar,
Gresik 61151

2. Anggota 1
Nama : Asrul Yanuar
NRP : 2205100179
Email : asrultime@gmail.com
No.HP : 03172058097
Alamat : Keputih 2c No.6 Keputih, Sukolilo-Surabaya

3. Anggota 2
Nama : Henri Sukmajaya
NRP : 2205100148
Email : henribagja@yahoo.co.id
No.HP : 085231570061
Alamat : Keputih 2c No.6 Keputih, Sukolilo-Surabaya

24

You might also like