Professional Documents
Culture Documents
1
DAFTAR ISI
Cover . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . i
Daftar isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
Abstrak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Latar Belakang Pembuatan Karya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
Manfaat Karya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
Dasar Teori . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
I. Definisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
2
ABSTRAK
3
LATAR BELAKANG PEMBUATAN KARYA
4
MANFAAT KARYA
5
DASAR TEORI
I. Definisi
6
Dinyatakan bahwa penggunaan sistem pencahayaan hybrid, sistem pencahayaan yang
menggabungkan pencahayaan alami dan buatan, mampu memberikan efisiensi yang jauh
lebih tinggi dibandingkan menggunakan pencahayaan buatan yang telah ada (incandescent
dan fluorenscent). Perbandingan efisiensi ketiga tipe pencahayaan dapat dilihat pada table
1.1
Tabel 1.1 perbandingan efisiensi sistem pencahayaan hybrid solar lighting dengan sistem
pencahayaan konfensional
Perbandingan kualitas pencahayaan (dari sudut pandang spektrum yang dihasilkan oleh
sumber cahaya) oleh sistem pencahayaan hybrid dengan sistem pencahayaan buatan
menunjukkan sistem pencahayaan hybrid memberikan kualitas yang lebih baik karena
spektrum yang dihasilkan merata pada daerah tampak. Gambar 2.2 menunjukkan
perbandingan spektrum antara sinar matahari di luar ruangan dengan sinar matahari yang
telah melewati serat optik pada sistem pencahayaan hybrid solar lighting. Spektrum
cahaya matahari memiliki intensitas panjang gelombang yang hampir merata pada daerah
cahaya tampak. Peak dari spektrum matahari setelah melewati serat optik terjadi pada range
500 nm. Terdapat loss absorsi pada panjang gelombang 625 nm setelah melewati serat
optik.
Gambar 1.2. Perbandingan spektrum cahaya matahari dengan cahaya distribusi keluaran
serat optik.
7
Spektrum fluorescent terjadi peak pada panjang gelombang 575 nm terlihat pada gambar
1.3 di bawah ini :
Radiasi matahari adalah energi yang diradiasikan oleh matahari dari reaksi
nuclear fusion yang menghasilkan energi body dengan tenperature sekitar 5800 k.
Setengah dari radiasinya adalah cahaya visible dari spektrum elektromagnetik dan yang
lain. Daerah near infrared dan daerah UV (lebih banyak near infrared).
Gambar 2.1 menunjukkan distribusi spektrum dari radiasi langsung sinar
matahari untuk tiga kondisi. Kurva tertinggi merupakan radiasi matahari pada bagian
terluar atmosfir bumi, dua kurva dibawahnya merupakan radiasi matahari pada
permukaan bumi saat langit cerah pada level air laut.
8
Gambar 2.1. kurva spektrum radiasi matahari pada permukaan atmosfir bumi dan
permukaan bumi
Sinar cahaya matahari memberikan pencahayaan yang lebih baik dari pada
cool white atau fluorescent yang memiliki efisiensi tinggi karena daylight memiliki
spektrum yang dekat dengan visual respon dari mata manusia (franta dan anstead,
1994). Rata-rata manusia memilih cahaya matahari sebagai pencahayaan karena
memiliki spektrum yang seimbang (limberman 1991). Cahaya matahari merupakan level
tertinggi dari cahaya yang dibutuhkan oleh tubuh untuk kebutuhan biologis.
9
Gambar 2.2. Parabola
10
2.2.2 Serat optik
Prinsip pemanduan cahaya pada serat optik adalah total internal reflection.
Total internal reflection dapat terjadi apabila cahaya datang dari suatu medium yang
memiliki indek bias lebih tinggi ke medium yang memiliki indek bias lebih rendah dan
dengan sudut datang lebih besar dari pada sudut kritisnya.
n
θ c = arcSin 2 ...................................................................................................(2.5)
n1
Sinar 1,2 dan 3 mengalami refraksi karena sudut datangnya lebih kecil dari pada sudut
kritis, sedangkan sinar 4 dan 5 dipantulkan karena sudut datangnya lebih besar dari pada
sudut kritisnya.
11
• Sudut penerimaan
Setiap serat optik memiliki spesifikasi tentang Numerical Aperature (NA).
Numerical Aperature erat hubungannya dengan sudut penerimaan dalam serat optik.
Besar nilai NA ditentukan oleh besar indek bias pada core n1 dan indek bias pada
cladding n2 sesuai p[ada persamaan dibawah ini :
[ ]
1
NA = n1 − n2
2 2 2 ...................................................................................................(2.6)
Cahaya dapat terpadu dalam serat optik menggunakan prinsip total internal
reflection, sudut sinar datang harus lebih besar dari pada sudut kritisnya. Sudut
acceptance angle merupakan sudut penerimaan pada serat optik sehingga sinar datang
dengan sudut sama atau lebih kecil dari sudut tersebut dapat masuk dan terpadu dalam
serat optik. Hubungan NA dan sudut penerimaan pada serat optik dapat dirumuskan
sebagai
Selain mempertimbangkan sudut penerimaan pada serat optik, sudut divergensi dari
source juga mempengaruhi besar loss pada proses power coupling. Sudut divergensi
dari source harus sesuai dengan sudut penerimaan serat optik. Sudut penerimaan serat
optik tergantung pada indek bias core dan cladding. Agar sudut divergensi source dan
sudut penerimaan pada serat optik sesuai, salah satunya dengan merekayasa sudut
divergensi dari emisi source.
12
Tabel 2.2 Struktur dan properti fiber untuk beberapa aplikasi
• Large core optical fiber wave guide, serat optik yang memiliki diameter core yang
besar, biasanya terbuat dari bahan yang fleksibel seperti polimer padat, gel dan cairan.
• Fiber optic bundels, sebuah serat optik yang terdiri dari gabungan beberapa serat optik
yang dibungkus menjadi satu seperti fiber optik berdiameter besar. Transmisi
maksimum dari serat optik jenis ini hanya 50 – 60 % (Fiber optic technology, 2001).
• Hollow core, serat optik yang memiliki rongga pada core, berbentuk silindris dan
dilapisi dengan bahan berindek bias tinggi dengan tujuan memberikan efek pemantulan
yang berulang-ulang.
Dari ketiga jenis serat optik yang dapat digunakan untuk sistem distribusi cahaya
tersebut, large core optical fiber memiliki spesifikasi yang lebih baik karena
fleksibilitasnya, harga, performansi dan kemudahan dalam instalasi.
Dari sudut padang emisi cahayanya, serat optik untuk aplikasi pencahayaan dibagi tiga :
end emitting, side emitting, dan series source emitting.
13
DESKRIPSI KARYA
14
Berdasarkan karakteristik dari ultrabright LED, intensitas keluaran ultrabright
LED stabil pada range arus 30-60mA. Dari karakteristik ini kita menentukan arus kemudi
pada desain lampu ultrabright LED sebesar 53mA. Besar arus kemudi yang dibutuhkan
untuk 30 buah ultrabright LED (30x53mA = 1,6A) sebesar 1,6A.
1.2 Sistem pencahayaan alami (fiber optik)
Perancangan sistem pencahayaan alami dengan medium fiber optik terdiri dari
parabola kolektor-cahaya dan solar tracking otomatis. Sistem distribusi cahaya
menggunakan fiber optik. Parabola kolektor-cahaya berbentuk paraboloid/parabolic dish
concentrator yang merupakan kolektor utama. Jarak antara matahari dan bumi sangat jauh,
maka cahaya yang datang ke permukaan parabola dianggap sejajar terhadap sumbu. Cahaya
matahari yang datang sejajar dengan sumbu parabola dipantulkan ke titik fokus parabola.
Untuk tujuan kopling cahaya ke dalam serat optik, digunakan kolektor kedua
berupa cermin datar yang ditempatkan di bawah titik fokus dari parabolic dish
concentrator seperti tampak pada gambar di bawah ini.
Kolektor
kedua
Tracking
otomatis
Serat optik
Kolektor
utama
15
Solar tracking otomatis digunakan untuk mengikuti arah pergerakan matahari,
sehingga parabola kolektor-cahaya akan mendapatkan intensitas cahaya matahari yang
konstan. Solar tracking otomatis bergerak secara horisontal dan vertikal (dua sumbu)
tergantung dari posisi matahari. Sistem tersebut terdiri dari dua buah motor DC untuk
menggerakkan parabola. Satu buah motor DC digunakan untuk menggerakkan parabola
terhadap sumbu-x, sedangkan motor DC yang lain digunakan untuk menggerakkan
parabola terhadap sumbu-y.
1.3 Sistem kontrol intensitas cahaya
Sistem kontrol intensitas cahaya yang dibuat menggunakan sistem kompensasi
kekurangan cahaya dari sistem pencahayaan alami. Kekurangan tersebut akan
dikompensasi oleh sumber cahaya buatan berupa ultrabright LED. Besar keluaran cahaya
buatan didesain dengan nilai maksimum setara dengan nilai maksimum yang diberikan oleh
sistem pencahayaan alami.
Desain ini memungkinkan kedua sistem pencahayaan untuk bekerja secara mandiri
ataupun bersamaan, dimana pada saat siang hari sistem pencahayaan alami bekerja dengan
maksimal, sedangkan sistem pencahayaan buatan tidak bekerja. Kemudian pada saat malam
hari atau sistem pencahayaan alami tidak mampu memberikan pencahayaan dalam ruangan
maka pencahayaan buatan akan bekerja secara maksimal. Kedua sistem akan bekerja secara
bersama saat sistem pencahayaan alami tidak mampu memberikan pencahayaan ruangan
yang cukup maka kekurangan pencahayaan akan dikompensasi oleh sistem pencahayaan
buatan.
Sistem kontrol intensitas cahaya pada sistem pencahayaan hemat energi secara
garis besar terdiri dari :
a. Sensor cahaya
Sensor cahaya menggunakan detector berupa LED (Light Emitting Diode).
LDR mempunyai karakteristik perubahan nilai resistansinya tidak linier
terhadap perubahan intensitas yang diterimanya. Penggunaan sensor pada
sistem kontrol ini hanya sebatas mendeteksi level intensitas cahaya dalam
ruangan sehingga ketidak-linieran dari sensor tidak begitu berpengaruh
dibandingkan untuk aplikasi pengukuran.
b. Pulse Width Modulation 9
Pengaturan besar intensitas cahaya keluaran dari ultrabright LED array
diatur dengan menggunakan PWM. Arus masukan pada LED tergantung pada
duty cycle dari PWM.
Keluaran PWM pada OCR0 dengan resolusi PWM 8 bit (255) secara
perhitungan didapatkan frekuensi PWM dengan clock eksternal (fosc) 12 MHz
dan skala clock N = 64
FPWM = fosc/N(1+TOP)
nilai frekuensi PWM yang akan dihasilkan sebesar 5.859,375 Hz, dengan periode
PWM
16
17
18
19
2. Sistem fiber solar lighting yang telah dibuat mampu mendistribusikan cahaya
matahari hingga 460 lux, yang diukur pada jarak 50 cm dari sumber cahaya.
3. sistem artificial lighting yang digunakan menghasilkan intensitas cahaya sebesar
460 lux yang diukur pada jarak 50 cm dari sumber cahaya. Untuk kebutuhan
kompensator pada sistem pencahayaan hybrid, penggunaan PWM (Pulse Width
Modulation) berfrekuensi 5,8 MHz sebagai metode kontrol intensitas pada
ultrabright LED array bekerja dengan baik.
4. Sistem pencahayaan hybrid yang telah dirancang mampu memberikan
pencahayaan ruangan yang konstan dengan rata-rata eror steady state sebesar 1,4
%. Perubahan level pencahayaan masih dalam batas yang dapat diterima.
DAFTAR PUSTAKA
20
Carsten D. Hansen, Birgitte Thestrup, Henrik Pederson, dan Paul Michael Petersen, “New
LED light source and Lamp for general illumination”. Optics and plasma Research
Departement Denmark. Riso-R1608(EN)
Jeff D Muhs, “Design and analysis of hybrid solar lighting and full spectrum solar energy
system”. Oak Ridge National Laboratory. ASME paper no 33.2001.
Jeff D Muhs, March 2003. “Hibrid solar lighting doubles the efficiency and affordability of
solar energy in commercial buildings”. Oak Ridge National Laboratory Newsletter no.4.
2000
Rivai, M. “ Diktat mata kuliah Divais Optoelektronika “. Jurusan Teknik Elektro ITS
Surabaya, 2006.
LAMPIRAN
Lampiran 1
21
Edited by Foxit Reader
Copyright(C) by Foxit Software Company,2005-2008
For Evaluation Only.
22
Gambar minimum sistem mikrokontroler ATmega 16
Lampiran 2
23
Biodata Anggota Tim EL-KANDELA
1. Ketua Tim
Nama : Ahmad Fuad Halimi
NRP : 2205100143
Email : halim_e45@elect-eng.its.ac.id
No.HP : 085731964462
Alamat : Jl. Setia Kawan No. 17 Sembayat Timur, Manyar,
Gresik 61151
2. Anggota 1
Nama : Asrul Yanuar
NRP : 2205100179
Email : asrultime@gmail.com
No.HP : 03172058097
Alamat : Keputih 2c No.6 Keputih, Sukolilo-Surabaya
3. Anggota 2
Nama : Henri Sukmajaya
NRP : 2205100148
Email : henribagja@yahoo.co.id
No.HP : 085231570061
Alamat : Keputih 2c No.6 Keputih, Sukolilo-Surabaya
24