You are on page 1of 42

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan umum Tentang Masa Nifas

1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai

dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti

pra mahil, lama masa nifas ini 6 – 8 minggu (Mochtar R, 2002, Hal.

115).

Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta

dan selaput janin (menandakan akhir periode intrafartum hingga

kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil

(Vamey H, 2008, Hal. 958).

Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu

(Ambarwati ER etc, 2009, hal 1).

Kesimpunan umum yang dapat ditarik dari beberapa definisi

diatas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai

plasenta lahir sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra

hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu.


2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena

merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60%

kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%

kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.

a) Tujuan Umum

Membantu ibu dan pasangan selama masa transisi awal

mengasuh anak.

b) Tujuan Khusus

1. Menjaga kesehatan ibu dan anak bayi baik fisik maupun

psikologinya.

2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi

masalah, mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada

ibu dan bayinya.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusul, pemberian

imunisasi dan perawatan bayi sehat.

4. Memberikan pelayanan KB (Suheni etc, 2007, Hal 1-2,

Ambarawati ER etc, 2009, Hal. 2-3).

3. Periode Masa Nifas

a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan.


b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat

genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

c. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna terutama bila selama hamil waktupersalina

mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bias

berminggu-minggu, bulanan, tahunan. (Mochtar R, 2002, Hal 115,

Ambarwati ER etc, 2009, Hal 3-4).

4. Perubahan Fisiologi Masa Nifas

a. Uterus

1) Involusio uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran

desidua/endometrium dan eksfloliasi tempat perlekatan

plasenta yang ditandai dengan penurunan ukuran dan berat,

serta pe- rubahan pada lokasi uterus juga ditandai dengan

warna dan jumlah lokia.

2) Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna

segera setelah bayi lahir,diduga terjadi sebagai respon

terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat

besar.mendapatkan penanganan yang benar.

3) Afterpains, pada primipara tonus uterus meningkat sehingga

fundus pada umumnya tetap kencang, relaksasi dan

kontraksi periodic sering dialami multipara dan bisa


menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal

puerperium.

4) Tempat plasenta, segera setelah plasenta dan ketuban di

keluarkan, kontriksi vascular dan thrombosis menurunkan

tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul

tidak teratur.

5) Lokia adalah secret dari uterus yang keluar melalui vagina

selama masa puerperium.

Jenis-jenis lokia

(a) Lokia rubra berwarna merah karena mengandung

darah,ini adalah lokia pertama yang mulai keluar

setelah kelahiran dan terus berlanjut selama 2 hingga 3

hari pascapartum.

(b) Lokia serosa mulai terjadi sebagai bentuk yang lebih

pucat dari lokia rubra, kuning, atau putih.

(c) Lokia alba mulai terjadi sekitar hari ke 10 pasca partum

dan hilang sekitar periode 2 hingga 4 minggu, warna

lokia alba putih krem terutama mengandung leukosit

dan sel desidua

6) Vagina dan perineum, estrogen pascapartum yang

menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan


hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang

akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil.

7) Serviks, menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan, 18

jam pascapartum, serviks memendek dan konsistensinya

menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula.

8) Topangan otot panggul, stuktur penopang uterus dan

vagina yang terobek dan teregang saat ibu melahirkan

memerlukan waktu sampai 6 bulan untuk kembali ke tonus

semula. (Varney H, 2008, Hal 960)

b. Sistem Urinarius

Perubahan hormonal pada masa hamil turut menyebabkan

peningkatan fungsi ginjal sedangkan penurunan kadar steroid

setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab fungsi

ginjal selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal

dalam waktu 1 bulan setelah wanita melahirkan.

c. Sistem Cerna

Ibu biasanya lapar setelah melahirkan sehingga ia boleh

mengkonsumsi makanan ringan dan mulai makanan 1 atau 2

jam setelah melahirkan, kecuali bila komplikasi, tidak ada alsan

untuk menunda pemberian makan pada wanita pascapartum

yang sehat.
Konstipasi mungkin menjadi masalah pada puerperium awal

karena kurangnya makanan padat selama persalinan dan

karena wanita menahan defikasi.

d. Payudara

Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan

payudara selama hamil (estrogen, progesterone, proklaktin,

krotoisol, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.

Waktu yang dibutuhkan hormone-hormon ini untuk kembali ke

kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh apakah ibu

menyusui atau tidak.

e. Sistem Cardiovaskuler

Penyesuaian pembuluh darah maternal setelah melahirkan

berlangsung dramatis dan cepat. Respons wanita dalam

menghadapi kehilangan darah selama masa pascapartum dini

berbeda dari repons wanita tidak hamil. 3 perubahan fisiologi

pascapartum yang melindungi wanita.

(1) Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang engurangi ukuran

pembuluh darah maternal 10%-15%.

(2) Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan

stimulus vasodilatasi.
(3) Terjadinya mobilisasi air ekstra vascular yang disimpan

selama wanita hamil, oleh karena itu, syok hivopolemik

biasanya tidak terjadi pada kehilangan darah normal.

f. Sistem Neurologi

Rasa tidak nyaman neurologis selama kehamilan akan

menghilang setelah wanita melahirkan. Eliminasi edema

fisiologis melalui dieresis setelah bayi lahir menghilang rasa baal

dan kesemutan (tingling).

g. Sistem Muskuloskeletal

Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan

hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat

pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke-6

ke-8 setelah wanita melahirkan.

h. Sistem Integumen

Chloasma yang muncul pada masa wanita hamil biasanya

menghilang saat kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi di areola

dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir.

Pada beberapa wanita pigmentasi pada daerah tersebut akan

menetap.

i. Tanda-tanda Vital

(1) Tekanan darah, segera setelah melahirkan, banyak wanita

mengalami peningkatan sementara tekanan darah sistolik


dan distolik yang kembali secara spontan ke tekanan darah

sebelum hamil selama beberapa hari.

(2) Suhu, suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit

meningkat selama periode intrapartum dan stabil dalam 24

jam pertama pascapartum.

(3) Denyut nadi, denyut nadi yang meningkat selama persalinan

akhir, kembali normal setelah beberapa jam pertama

pascapartum. Hemoragi, demam selama persalinan dan

nyeri akut atau persisten dapat mempengaruhi proses ini.

(4) Pernafasan, fungsi pernapasan kembali pada rentang

normal wanita selama jam pertama pascapartum. Nafas

Pendek, cepat atau perubahan lain memerlukan evaluasi

adanya kondisi-kondisi seperti kelebihan cairan, eksaserbasi

asma dan embolus paru (Varney H, 2008, Hal 961).

5. Perubahan psikologis masa nifas

Adapun psikologis pada ibu menurut Reva Rubin melalui

suatu proses yang terjadi dalam tiga tahap :

a. Ketergantungan (Taking In )

Tahap ini terjadi pada hari 1 dan ke 2 setelah melahirkan.

Waktu dimana ibu membutuhkan perlindungan dan pelayanan.

Ia memfokuskan energinya pada bayinya yang baru. Ia mungkin

selalu membicarakan pengalaman melahirkannya berulang-


ulang, “taking in” merupakan fakta bagi perannya yang baru.

Perawat mungkin harus mengulang-ulang instruksi yang

diberikan pada tahap ini.

b. Ketergantungan-ketidaktergantungan (Taking Hold )

Tahap kedua mulai pada sekitar hari ke 3 setelah melahirkan

dan berakhir pada minggu ke 4 sampai ke 5 di sebut sebagai

fase “taking hold”. Sampai pada minggu ke 4 siap untuk

menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal

baru. Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai

bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan

penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik.

Mekanisme pertahanan diri pasien merupakan sumber penting

fase ini karena post partum blues merupakan hal yang biasa

terjadi. Layanan kunjungan rumah oleh perawat sangat di

anjurkan, terutama bagi ibu muda.

c. Saling ketergantungan (Letting Go)

Dimulai sekitar minggu ke 5 sampai ke 6 setelah kelahiran,

sistem keluarga telah menyesuaikan diri dengan anggotanya

yang baru. Tubuh pasien telah sembuh, perasaan rutinnya telah

kembali. Secara fisik ibu mampu untuk menerima tanggung

jawab normal dan tidak lagi menerima peran sakit. Fase ini di

sebut “letting go”.


4. Perawatan dan pengawasan Masa Nifas

a. Perawatan

Perawatan post partum di mulai sebenarnya sejak kala uri

dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan

perdarahan post partum dan infeksi antara lain :

1). Mobilisasi

Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan karena

itu ia harus cukup istirahat. 8 jam setelah post partum

wanita tersebut harus terlentang untuk mencegah

terjadinya perdarahan post partum. Sesudah 8 jam, ia

boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah

terjadinya trombosis. Pada hari ke-2, bila perlu telah dapat

di lakukan latihan latihan senam, umumnya pada hari ke-3

ia dapat duduk, pada hari ke-4 berjalan dan pada hari ke-5,

dapat di pulangkan [1].

2). Diet

Pada ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan 500

kalori tiap hari dan makan dengan diet berimbang untuk

mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup,

minum sedikitnya 3 liter air setiap hari,Pil zat besi diminum

untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari post


partum dan minum kapsul vitamin A (200.000 unit) untuk

memberikan Vit.A kepada bayinya melalui ASInya [1].

3). Kebersihan diri

Anjurkan kebersihan seluruh tubuh dan membersihkan

daerah kelamin dengan sabun dan air. Untuk

membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu dari

depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah

sekitar anus. Membersihkan vulva setiap kali selesai BAK

atau BAB. Mengganti pembalut atau kain minimal dua kali

sehari, kain dapat di gunakan ulang jika telah dicuci

dengan baik dan di keringkan di bawah matahari atau

disetrika. Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum

dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. Bila ada

luka laserasi. Sarankan kepada ibu untuk menghindari

menyentuh daerah luka [3].

4). Perawatan payudara.

Kedua mamma harus sudah di rawat selama kehamilan,

areola mamma dan puting susu dicuci teratur dengan

sabun dan diberi minyak atau cream agar tetap lemas,

jangan sampai kelak mudah lecet atau pecah-pecah,

apabila lecet oleskan kolostrum (ASI) setiap selesai


meyusui menggunakan Bra yang menyokong payudara.

Sebelum menyusui mamma harus dibikin lemas dengan

melakukan massage secara menyeluruh. Setelah areola,

mamma dan puting dibersihkan, barulah bayi disusui. Bila

bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara

mengadakan pembalutan kedua mamma hingga tertekan

[1,3].

5). Hubungan seksual

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri

begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan

satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.

Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri.

Aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri

kapan saja ibu siap, dapat pula menunda hubungan suami

istri sampai masa waktu tertentu yaitu setelah 40 hari atau

6 minggu setelah persalinan [3].

6). Keluarga berencana

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya

2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan

harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka

ingin merencanakan tentang keluarganya. Penggunaan

metode KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali


untuk mencegah terjadinya kehamilan. Pada umumnya

sebagian besar metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah

melahirkan [3].

7). Menyusui

Menyusui harus dilakukan segera setelah kelahiran selagi

bayi dalam keadaan terjaga. Inisiasi Menyusu Dini(IMD)

bayi harus mendapat kontak kulit dengan kulit ibunya

paling sedikitnya 1 jam, bayi menggunakn naluri

alamiahnya untuk melakukan IMD dan ibu dapat mengenali

bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika di

perlukan. Prosedur menimbang, inj. Vit K dll ditunda

sampai IMD selesai. Menyusui segera menaikkan oksitosin

dan menaikkan involusi pada uterus juga menjalin ikatan

ibu dan anak. Bayi harus disusui saja sekurang-kurangnya

selama 4 bulan pertama dan sesuai tuntutan kapan saja ia

lapar dan tanpa harus menggunakan jadwal [2,6].

b. Pengawasan

Pada masa nifas pengawasan sebaiknya dilakukan

minimal 4 kali kunjungan. Dilakukan untuk menilai status ibu

dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan

menangani masalah-masalah yang terjadi yaitu :

8). Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)


a). Mencegah perdarahan masa nifas karena atoni uteri.

b). Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,

rujuk bila perdarahan berlanjut.

c). Memberikan konseling pada ibu atau salah satu

anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan

masa nifas karena atoni uteri.

d). Pemberian ASI awal.

e). Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f). Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah

hipotermia.

9). Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)

a. Memastikan involusio uterus berjalan normal : uterus

berkontraksi, fundus di bawah imbilicus, tidak ada

perdarahan abnormal, tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau

perdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan

dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.


e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat

bayi sehari-hari.

10). Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)

Sama seperti 6 hari setelah persalinan

11). Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)

a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia

atau bayi alami.

b. Memberikan konseling untuk ber-KB secara dini [2,3].

B. Proses Asuhan Kebidanan

1. Pengertian Asuhan Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah suatu metode pendekatan

pemecahan masalah yang di gunakan oleh bidan dalam proses

pemecahan masalah dalam pemberian pelayanan asuhan

kebidanan atau merupakan metode terorganisasi yang digunakan

oleh bidan serta merupakan metode yang terorganisasi melalui

tindakan yang logical dalam memberi pelayanan.

2. Tahapan Dalam Asuhan Kebidanan

Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah,yang

dimulai dengan pengumpulan data dan diakhiri dengan evaluasi

asuhan kebidanan. Ketujuh langkah terdiri dari keseluruhan


kerangka kerja yang dapat dipakai dalam segala situasi. Langkah

tersebut adalah sebagai berikut :

Langkah l : Pengkajian dan Analisa Data Dasar

Identifikasi data merupakan langkah awal dari manajemen

kebidanan, langkah yang merupakan kemampuan intelektual

dalam mengidentifikasi masalah klien, kegiatan yang dilaksanakan

dalam rangka identifikasi dan data dasar meliputi pengumpulan

data meliputi wawancara klien, keluarga, tim medis lain, observasi,

pemeriksaan fisik dilakukan melalui inspeksi, palpasi, auskultasi,

perkusi (head to toe) dan pengolahan data subjektif, objektif serta

data penunjang yang dibutuhkan dan relevan dengan kondisi klien

yang sebenarnya.

Langkah ll : Rumusan Diagnosa/Masalah Aktual

Mengidentifikasikan data secara spesifik ke dalam suatu

rumusan diagnosa kebidanan dan masalah. Kata diagnosa dan

masalah digunakan kedua-duanya dan mempunyai pengertian

yang berbeda-beda. Problem tidak dapat didefenisikan sebagai

suatu diagnosa tetapi memerlukan suatu pengembangan rencana

keperawatan secara menyeluruh pada klien. Masalah lebih sering

berhubungan dengan bagaimana klien menguraikan keadaan yang

ia rasakan , sedangkan diagnosa lebih sering diidentifikasi oleh

bidan yang di fokuskan pada apa yang di alami oleh klien.


Langkah lll : Rumusan adanya Diagnosa/Masalah Potensial

Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifikasi faktor-

faktor potensial yang memerlukan antisipasi segera tindakan

pencegahan jika memungkinkan atau waspada sambil menunggu

dan mempersiapkan pelayanan untuk segala sesuatu yang

mungkin terjadi.

Langkah lV : Tindakan Segera/Kolaborasi

Proses manajemen Kebidanan dilakukan secara terus

menerus selama klien dalam perawatan. Pada penderita

kegawatdaruratan intervensi harus langsung segera di lakukan

oleh bidan atau dokter kebidanan, kolaborasi dan konsultasi

dengan tenaga kesehatan lebih ahli sesuai keadaan klien. Tahap

ini bidan dapat melakukan tindakan emergency sesuai

kewenangannya kolaborasi maupun konsultasi untuk

menyelamatkan ibu dan bayi. Pada bagian ini pula bidan

mengevaluasi setiap keaadaan klien untuk menentukan tindakan

selanjutnya yang diperoleh dari hasil kolaborasi dengan tenaga

kesehatan lain. Pada tahap ini bila klien dalam keadaan normal

tidak perlu dilakukan apapun sampai langkah kelima.

Langkah V : Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

Di kembangkan berdasarkan intervensi saat sekarang dan

antisipasi diagnosa dan problema serta meliputi data-data


tambahan setelah data dasar. Rencana tindakan komprehensif

bukan hanya meliputi kondisi klien serta hubungannya dengan

masalah yang dialami klien akan tetapi meliputi antisipasi dengan

bimbingan terhadap klien, serta konseling, bila perlu mengenai

ekonomi, agama, budaya ataupun masalah psikologis. Rencana

tindakan harus disetujui, oleh sebab itu harus di diskusikan dengan

klien. Semua tindakan yang di ambil harus berdasarkan rasional

yang relevan dan di akui kebenarannya serta situasi dan kondisi

tindakan harus di analisa secara teoritis.

Langkah Vl : Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan

Melaksanakan rencana tindakan serta efisiensi dan

menjamin rasa aman klien. Implementasi dapat di kerjakan

keseluruhan oleh bidan ataupun bekerjasama dengan tim

kesehatan lain. Bidan harus melakukan implementasi yang efisien

dan akan mengurangi waktu dan biaya perawatan serta akan

meningkatkan kwalitas pelayanan kebidanan klien.

Langkah Vll: Evaluasi Hasil Asuhan Kebidanan

Mengetahai sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang

di berikan kepada klien. Pada tahap evaluasi ini bidan harus

melakukan pengamatan dan observasi terhadap masalah yang di

hadapi klien, apakah masalah di atasi seluruhnya, sebagian telah

di pecahkan atau mungkin timbul masalah baru. Selain terhadap


permasalahan klien, bidan juga harus mengenal apakah rencana

yang telah di tetapkan dapat di lakukan dengan baik, apakah perlu

di susun kembali rencana intervensi yang lain sehingga masalah

dapat dipecahkan dengan tepat.

Pada prinsipnya tahapan evaluasi adalah pengkajian kembali

terhadap klien untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh

tercapainya rencana yang di lakukan [7].

3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (Depkes RI, Hasil Modul


Curiculum Content Unit (CCU) Pusdiknakes, 2000).

Dokumentasi asuhan kebidanan yang di sepakati sesuai

dengan unsur yaitu singkat, akurat, dan adalah dokumentasi

SOAP. Catatan SOAP menggambarkan tujuh langkah Varney dan

lima langkah kompetensi inti bidan seperti pada tabel :

Tabel 1 Pola Pikir Manajemen Asuhan Kebidanan


Kompetensi Bidan dan Dokumentasi Soap.
7 Langkah Proses 5 Langkah SOAPIE SOAP
Berfikir Menurut Pengambilan
Varney Keputusan
Langkah I : Langkah I : Subjektif Subjektif
Pengkajian dan analisa Mengumpulkan data Objektif Objektif
data
Langkah II :
Merumuskan diagnosa
atau masalah aktual
Langkah III :
Merumuskan diagnosa Langkah II Assesment Assesment
atau masalah potensial Identifikasi Masalah /
Langkah IV : diagnosa
Tindakan segera dan
kolaborasi
Langkah V : Langkah III :
Menyusun rencana Rencana Asuhan Planning
tindakan asuhan
kebidanan
Langkah VI : Langkah IV : Planning
Implementasi asuhan Implementasi Asuhan Implementa
kebidanan kebidanan si
Langkah VII : Langkah V :
Evaluasi asuhan Mengevaluasi Evaluasi
kebidanan efektifitas asuhan
kebidanan

Sumber : Modul Konsep Asuhan Kebidanan CCU PUSDIKNAKES,


2000.
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS NY “ A ” POST SEKSIO


SESARIA DENGAN MASALAH NYERI PADA BEKAS OPERASI
DI RUMAH SAKIT UMUM AJJAPPANGE
TANGGAL 04-MEI-2010

No.Register : 072487
Tanggal masuk RS. : 03 – 05 – 2010 Jam 12.00 Wita
Tanggal S.C : 03 - 05 – 2010 jam 21.00 Wita
Tanggal pengkajian : 04 – 05 – 2010 Jam 16.10 Wita

LANGKAH I. IDENTIFIKASI DATA DASAR


A. Identifikasi Ibu / Suami
- Nama : Ny “A” / Tn “A”
- Umur : 40 thn / 36 thn
- Nikah/lamanya : 1 kali sah /12tahun
- Suku : Bugis/ Bugis
- Agama : Islam / Islam
- Pendidikan : SMA / SMA
- Pekerjaan : IRT / Tni
- Alamat : Tokare,Kec.Donri-Donri
B. Riwayat Kesehatan sekarang
1. Nyeri perut di rasakan setelah operasi tanggal 05 – 03 – 2010.
2. Nyeri perut dirasakan terutama bila melakukan pergerakan
3. Ibu merasa kesakitan bila bergerak.
4. Ibu merasa cemas.
5. Ibu belum dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari selama habis operasi.6.
Asi belum ada sejak anaknya lahir.
C. Riwayat kesehatan yang lalu.
1.Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC,
infeksi alat-alat reproduksi.
2. Ibu tidak ada Riwayat Operasi
3. Tidak ada Riwayat alergi,ketergantungan Obat,rokok& alkohol

D. Riwayat kehamialan ,Persalinan dan nifas yang lalu


Anak Tahun UK Jenis JK RIS PB Ket
Ke- Persalinan
1 15-01-1999 Aterm LBK P 2500 gr 48 cm RS.Jayapura

2 04-04-2003 Aterm LBK P 2600 gr 48 cm RS Jayapura

3 Kehamilan
sekarang

E. Riwayat persalinan sekarang.


Ibu masuk RS. Dengan rujukan dari Puskesmas Leworeng.Dengan
keluhan pendarahan pervaginam,gravid,aterm,presentasi plasenta
letak rendah ibu di SC Tgl,03-05-2010 Jam.21.00.Wita
F. Pola Kebiasaan Sehari – Hari
1. Nutrisi
- Selama hamil
a.-Pola makan teratur dengan frekwensi makan 3 x / hari.
b.-Jenis makanan bervariasi seperti nasi, sayur, lauk pauk dan
buah.
c.-Nafsu makan baik, porsi makan di habiskan.
d.-Kebutuhan minum cukup ± 8 gelas / hari.
- Pola makan saat tidak berubah tetap baik
2. Eliminasi
Post SC hari ke I
a. Frekwensi BAK : Perkateter.
b. Frekwensi BAB : Belum.
c. Platus. : Belum
3. Istirahat
a. Tidur siang tidak rutin di lakukan, kadang tidur jam
13.00 – 14.00 wita ( 1 jam).
b. Tidur malam dari pukul 22.00 – 05.00 wita. Saat
nifas ibu merasa terganggu karena adanya nyeri perut dan
luka jahitan.
4. Personal Hygiene
a.- Ganti duk 3 X selama habis Operasi
b.-Ibu belum pernah mandi selama habis dioperasi
G. Data Pisiko Sosial
a.-Ibu dan keluarga Bersyukur atas kelahiran anaknya
b.- Ibu merasa cemas dengan keadaannya
H. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum baik, ibu nampak kesakitan pada saat bergerak.
2. Kesadaran baik.
3. Tanda-tanda vital
- TD : 120 / 70 mmHg
- N : 84x / menit
- S : 37.oC
- P : 20 x / menit
4. Kepala : Rambut tidak rontok dan bersih.
5. Muka : Tidak oedema.,Ekspresi wajah me-
ringis
6. Mata : Konjungtiva merah, sclera tidak ikterik.
7. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid,
kelenjar limfe, dan vena jugularis.
8. Payudara : Simetris kiri dan kanan, puting susu
terbentuk pengeluaran kolostrum bila di
pencet.
9. Abdomen : Tfu 1 jari bawah pusat, kontraksi uterus
baik, teraba keras dan bundar, nyeri
abdomen pada saat pemeriksaan
dilakukan..Luka post op SC tertutup
perband kering dan bersih, daerah sekitar
luka tidak ada tanda-tanda infeksi
10. Vulva / Vagina : Tidak ada oedema dan varices pengeluaran
lochia rubra,terpasang kateter tetap jumlah
urine bag 500 cc
11. Anus : Tidak terdapat hemoroid.
12 Ekstremitas atas :Terpasang infus cairan botol ke V
13. Ekstremitas bawah : Tidak ada oedema dan varices.
I. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
J. Obat –obat yang diberikan ;
- Cairan RL. : DS 2 :1,28 tetes /menit
- Inj. Cefatoxime 1 gr./IV/ 12 jam
- Inj. Ketorolac 30 ml/ IV/ 8 jam
- Inj. Ulsikur 50 mg/ IV/ 8 jam
- Drips Novamet 500 mg/8 Jam
LANGKAH II. IDENTIFIKASI DIAGNOSE / MASALAH AKTUAL
Post SC. hari I dengan masalah nyeri pada bekas operasi dan
kecemasan.
A. Post SC. hari I
- D.S :
- Ibu melahirkan dengan SC, tanggal 03-05-2010 jam 21.00
Wita.
- Ibu mengeluh nyeri pada bekas operasi.
- D.O :
- Kontraksi uterus baik, teraba bundar dan keras.
- TFU : 1 jari bawah pusat.
- Lochia : Rubra
- Terpasang infus RL botol ke V 28 tetes/ menit
- Terpasang cateter tetap.
Analisa dan Interpretasi
- Proses involutio uteri pada post SC. hari pertama dengan
kontraksi uterus baik sesuai dengan tinggi fundus uteri 1
jbpst.
- Pengeluaran lochia rubra pada hari kedua pasca salin
merupakan cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina. Dalam masa nifas, berisi darah segar, sisa selaput
ketuban sel-sel desi dua, lanugo dan meconium. (Sarwono
Prawiroharjo,2007,Hal.239)
B. Nyeri pada bekas operasi
- D.S :
- Ibu merasa nyeri pada bekas operasi
- D.O :
- Ibu nampak kesakitan bila bergerak .
- Luka post SC tertutup perband kering dan bersih
Analisa dan Interpretasi
Terputusnya kontinuitas jaringan akibat operasi menyebabkan
aliran darah pada jaringan terhambat, sehingga merangsang
reseptor nyeri ke hipotalamus di persepsikan ke saraf perifer
yang menimbulkan nyeri pada luka operasi.. (Sarwono
Prawirohardjo,Hal.665.)
C. Kecemasan.
- D.S :
Ibu merasa cemas dan khawatir
- D.O :
- Ekspresi wajah tampak cemas
Analisa dan Interpretasi
Kurangnya pengetahuan ibu tentang keadaanya menyebabkan
takut yang merangsanghipotalamus untuk menghasilkan hormon
adrenalin dan kurangnya pengetahuan ibu dan informasi dapat
mempengaruhi mekanisme koping klien dalam menghadapi
kondisinya sehingga cemas dipersepsikan.

LANGKAH III. IDENTIFIKASI DIAGNOSE / MASALAH POTENSIAL


- Tidak ada data yang menunjang.
LANGKAH IV. PERLUNYA TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI
- Tidak ada indikasi unruk melakukan tindakan segera atau kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lainnya.
LANGKAH V. RENCANA ASUHAN KEBIDANAN
A. Tujuan
1. Masa nifas post SC berlangsung normal
2. Nyeri berkurang dan teratasi
3. Kecemasan berkurang / teratasi..

B. Kriteria
1. Klien dapat beradaptasi dengan rasa nyerinya.
2. Ekspresi wajah ibu ceria dan merasa tenang.
3. Keadaan umum ibu baik.
4. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Tensi : Sistolik : 90 – 130 mmHg
Diastolik : 70 – 90 mmHg
Nadi : 60 – 90 x / menit
Suhu : 36oC – 37oC.
P : 16 – 24 x / menit.
5. Tfu : 1 Jbpst.
6. Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar.
7. Lochia rubra
8. Keadaan luka tertutup perban kering dan bersih,daerah
sekitar luka tidak ada tanda-tanda infeksi.
C. Rencana Tindakan
1. Minta persetujuan ibu dan jelaskan semua tindakan yang akan di
lakukan.Misalnya pasang infus dan cateter
Rasional : Ibu mengetahui tujuan dari tindakan yang akan di
lakukan sehingga infuse dan cateter bisa terpasang
dengan baik.
2. Jelaskan penyebab rasa nyeri pada klien.
Rasional : Penjelasan tentang penyebab nyeri memberi
kepuasan dan kemudahan pengertian klien segingga
nyeri tidak terlalu dikeluhkan.
3. Ajarkan ibu tehnik relaksasi bila timbul nyeri.
Rasional : Tehnik relaksasi sebagai slah satu upaya
mengalihkan perhatian bu terhadap nyeri.
4. Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Tanda-tanda vital mencerminkan dan merupakan
gambaran kondisi fisik dan psikis suatu indicator
untuk menilai K.U ibu dan menentukan intrvensi
selanjutnya.
5. Observasi TFU, kontraksi uterus dan lochia
Rasional : Kontraksi uterus, Tfu, dan lochia adalah indicator
untuk menilai proses involution dan mendeteksi
secara diri adanya gejala-gejala perdarahan
6. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
Rasional : Istirahat yang cukup akan membantu pemulihan
kesehatan ibu dan relaksasi otot-otot saat istirahat
akan menghindari ibu dari kelelahan yang
berlebihan.
7. Jelaskan pada klien tentang pentingnya mobilisasi dini.
Rasional : Mempercepat proses penyembuhan dan
memperlancar peredaran darah klien serta dapat
melakukan mobilisasi dengan baik.
8. Beri dukungan moril pada pasien.
Rasional : Klien dapat menerima sakit yang dialaminya dan
proses penyembuhandari lika bekas operasi.
9. Anjurkan klien agar mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha
Esa.
Rasional : Ibu lebih tabah menerima keadaannya.
10. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi gizi seimbang.
Rasional : Dengan makanan seimbang dan bergizi akan
membantu pemulihan kesehatan ibu dimana saat
nifas ibu membutuhkan penambahan kalori 500
setiap hari.
11. Anjurkan tentang personal hygiene. Terutama area bekas operasi
dan ajarkan cara merawat perineum.
Rasional : Personal hygiene adalah usaha untuk pencegahan
infeksi.
12. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin.
Rasional : Rangsangan dari isapan bayi yang sering akan
memperlancar produksi. ASI untuk memenuhi
kebutuhan bayi dan membantu proses infolutio,
isapan bayi akan merangsang hipopise anterior
mengeluarkan prolaktin untuk memproduksi ASI.
Hypopise posterior mengeluarkan hormone
oxytocin untuk mengeluarkan ASI dan membantu
kontraksi.
13. Penatalaksanaan pemberian obat antibiotik (cefotaxime,novamet),
analgetik (ceterolac), antihistamin (ulsikur).
Rasional : Cefotaxime adalah antibiotik cefalosforine aktif
terhadap bakteri gram negative dan bakteri gram
positif. Di indikasikan untuk infeksi seperti infeksi
abdominal. Novamet mengandung metronidazole
500 mg. metronidazole adalah bahan aktif untuk
kuman bakteri an aerob, juga sebagai profilaktik
untuk mencegah infeksi akibat tindakan
pembedahan. Ceterolac mengandung ceterolac
tromethamine 30 mg. Merupakan obat anti
inflamasi non steroid suatu analgesic non narkotik.
Di indikasikan untuk nyeri akurt sedang sampai
berat setelah prosedur bedah. Ulsikur dengan nama
lain ranitidin adalah suatu histamin antagonis untuk
mengurangi sekresi asam lambung. Indikasi untuk
mengurangi gejala reflux esofagitis. Novamet
mengandung metronidazole 500 mg. metronidazole
adalah bahan aktif untuk kuman bakteri an aerob,
juga sebagai profilaktik untuk mencegah infeksi
akibat tindakan pembedahan.

LANGKAH VI. PELAKSANAAN ASUHAN KEBIDANAN


Tanggal 04 – 05 – 2010 pukul 16-20 wita.
1. Meminta persetujuan ibu dan menjelaskan semua tindakan yang
akan di lakukan. Ibu setuju dengan intervensi yang akan dilakukan.
2. Menjelaskan pada ibu penyebab nyeri yang dirasakan. Ibu mengerti
apa yang dijelaskan.
3. Observasi tanda-tanda vital jam 19.30 Wit
- TD : 120 / 80 mmHg
- N : 84 x / menit.
- S : 36,8oC
- P : 20 x / menit.
4. Observasi TFU, kontraksi uterus dan pengeluaran lochia.
- TFU : 1 Jb pst
- Kontraksi uterus teraba keras dan bundar.
- Pengeluaran lochia rubra.
5. Mengajarkan kepada ibu tehnik relaksasi. Ibu dapat melakukan
dengan cara menarik napas panjang melalui hidung dan di
hembuskan melalui mulut.
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup. Ibu berusaha
melakukan anjuran bidan.
7. Menjelaskan pada ibu tentang pentingnya mobilisasi dini. Ibu
berusaha melakukannya secara bertahap.
8. Memberi dukungan moril. Ibu dapat menerima keadaan yang
dialaminya.
9. Menganjurkan ibu untuk mengkomsumsi makanan seimbang.
Ibu akan berusaha melakukan anjuran bidan.
10. Mengajarkan ibu tentang personal hygiene, terutama pada
area bekas operasi. Ibu dapat melakukan dengan bantuan
petugas dan keluarga.
11. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin.
Ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin.
12. Penata laksanaan pemberian obat
Jam 20 wita
- Inj keterolak 30 mg /IV/ 8 jam
- Inj ulcikur 50 mg/ IV/ 8 jam
- Drips novamet 500 mg/ 8 jam
LANGKAH VII. EVALUASI.
Tanggal 04- 05- 2010 jam 20.00 wita.
1. Post sc hari I berlangsung normal.
- K.U baik, tanda-tanda vital.
- TD : 120 / 80 xmmHg
- N : 80x / menit.
- S : 36,5oC
- P : 20 X / menit.
- TFU : 1 jbpst
- Kontraksi uterus baik teraba bundar dan keras.
- Lochia rubra.
2. Nyeri luka operasi belum teratasi ditandai dengan :
a. Klien masih merasa nyeri pada luka operasi.
b. Klien belum dapat beristirahat dengan tenang..
3. Proses involutio berjalan normal.
4. Ekspresi wajah masih meringis bila bergerak.
5. Ibu melakukan mobilisasi secara bertahap yaitu bangun dengan
posisi setengah duduk yang masih memerlukan bantuan.
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS
NY “A” POST SEKSIO SESARIA HARI I DENGAN
MASALAH NYERI PADA BEKAS OPERASI
DI RUMAH SAKIT UMUM AJJAPPANGE
TANGGAL 04 – 05 – 2010

No. Register : 072487


Tanggal masuk Rumah Sakit : 03 – 05 – 2010 Jam 12.00 Wita
Tanggal SC. : 03 – 05 – 2010 Jam 21.00 Wita
Tanggal Pengkajian : 04 – 05 – 2010 Jam 16.00 Wit
IDENTITAS ISTRI / SUAMI
- Nama : Ny “A ” / Tn “A”
- Umur : 40 thn / 36 thn
- Nikah/lamanya : 1 kali sah/ 12 Tahun
- Suku : Bugis / Bugis
- Agama : Islam / Islam
- Pekerjaan : IRT / TNI AD.
- Pendidikan : SMA / SMA
- Alamat : Tokare Kec.Donri-Donri
A. SUBJEKTIF (S)
1. Nyeri dirasakan terutama bila melakukan pergerakan.
2. Nyeri dirasakan setelah operasi tanggal 03–05–2010
Jam 21.00 Wita
3. Ibu merasa cemas.
4.Ibu belum dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari
selama habis operasi.
5. Ibu buang air kecil melalui cateter.
6. Ibu belum pernah platus dan BAB selama habis operasi.
7. Asi belum ada sejak anak lahir

B. OBJEKTIF (O)
1. Nyeri tekan pada luka operasi
2. Luka post op SC tertutup perband kering dan bersih
3. Ekspresi wajah masih tampak meringis bila bergerak.
4. TFU 1 Jbpst, kontraksi uterus baik, bundar dan keras.
5. Pemenuhan kebutuhan rawat diri dibantu oleh petugas dan
keluarga.
6. Pengeluaran lochia rubra
7. Terpasang kateter
8. Terpasang infus di lengan kiri dengan cairan RL botol
V dengan 28 tetes/ menit

C. ASSESMENT (A)
- Post SC. hari I dengan masalah nyeri pada bekas operasi dan
kecemasan.

D. PLANNING (P)
1. Meminta persetujuan ibu dan menjelaskan semua tindakan
yang akan di lakukan. Ibu setuju dengan intervensi yang akan
di lakukan.
2. Observasi tanda-tanda vital.
- TD : 120 / 70 mmHg
- N : 88 x / menit
- S : 37oC
- P : 20 x / menit
3. Observasi TFU, kontraksi uterus dan pengeluaran
lochia.
- TFU : 1 Jbpst
- Kontraksi uterus teraba keras dan bundar.
- Pengeluaran lochia rubra.
4. Menjelaskan pada ibu penyebab nyeri yang di rasakan oleh
karena adanya luka operasi. Ibu merasa tenang.
5. Mengajarkan ibu tehnik relaksasi. Ibu dapat melakukan dengan
cara menarik nafas panjang melalui hidung dan dihembuskan
melalui mulut.
6. Memberikan dukungan moril pada ibu tabah menghadapi apa
yang dialaminya..
7. Memberikan HE. tentang :
a. Gizi yang adekuat ,terutama yang banyak mengandung
zat besi dan protein seperti makanan yang tersedia oleh
keluarga dan memperbanyak makan sayuran berwarna
hijau ,kacang-kacangan dan buah.
b. Istirahat yang cukup.
c. Pentingnya personal hygiene.
8. Memberikan motivasi dan membantu ibu dalam memenuhi
kebutuhan sehari- hari.
9. Menjelaskan tentang pentingnya mobilisasi. Bahwa mobilisasi
secara dini untuk mempercepat penyembuhan dan
memperlancar peredaran darah.
10. Penatalaksanaan pemberiuan obat,jam 20 wita
- Cairan RL : Dext 2:1 28 tetes/ menit
- Inj cefotaxime 1 gr/12 jam
- Inj cetorolac 30 mg/ IV/ 8 jam
- Inj ulsikur 50 mg/ IV/ 8 jam
- Drips Novamet 500 mg/Jam
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS
NY “A” POST SEKSIO SESARIA HARI II DENGAN
MASALAH NYERI PADA BEKAS OPERASI
TANGGAL 05 – 05 – 2010

A. DATA SUBJEKTIF (S)


- Ibu masih beradaptasi dengan rasa nyerinya..
- Ibu sudah tidak merasa cemas lagi.
- Ibu dapat melakukan aktifitas sehari-hari dibantu oleh
keluarga.
- ASI belum lancar.
- Ibu buang air kecil melalui keteter.
- Ibu sudah flatus dan BAB.
B. DATA OBJEKTIF (O)
- Nyeri tekan pada luka operasi sudah berkurang.
- Ekspresi wajah ibu sudah ceria
- Keadaan umum baik.
- Luka post op tertutup verband kering dan bersih.
- Pemenuhan kebutuhan diri dapat dilakukan oleh ibu
- Terpasang kateter
- Terpasang infus dilengan kiri botol VII 28
tetes permenit
C. ASSESMENT (A)
- Post SC. hari II
- Nyeri bekas operasi masih ada
D. PLANNING (P)
1. Mengukur tinggi fundus uteri dan observasi lochia.
- TFU: 2 Jbpst kontraksi uterus baik keras dan bundar.
- Lochia : Rubra
2. Bimbing ibu cara menyusui yang baik. Bayi telah menyusui
dengan baik dan benar, bayi tenang setelah menyusui.
3. Observasi TTV :
- TD : 110 / 70 mmHg
- N : 80 x / menit
- S : 36,7oC
- P : 20 x / menit
4. Observasi pengeluaran ASI. ASI keluar bila di pencet.
5. Menganjurkan ibu untuk tetap sering menyusui bayinya agar ASI
tidak terbendung.
6. Memberikan motivasi dan membantu ibu dalam memenuhi
kebutuhan sehari hari.
7. Penatalaksanaan pemberian obat.
- Jam 10.00 Wita
Inj Cefotaxime 500 mg / IV/12 jam
- Jam 12. 00 Wita
- Inj keterolac 30 mg/ IV/ 8 jam
- inj ulsikur 50 mg/ IV/ 8 jam
- Drips novamet 500 mg / 8 jam.
.
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS
NY “A” POST SEKSIO SESARIA HARI III DENGAN
MASALAH NYERI PADA BEKAS OPERASI
TANGGAL 06 – 05 – 2010

A. DATA SUBJEKTIF (S)


- Ibu sudah beradaptasi dengan rasa nyerinya.
o Ibu dapat melakukan aktifitas sehari-hari dibantu oleh keluarga
- ASI sudah lancerAS
- Ibu sudah kencing sendiri

B. DATA OBJEKTIF (O)


- Nyeri luka operasi sudah berkurang.
- Ekspresi wajah ibu sudah ceria
- Keadaan umum baik
- Luka posoff sudah mulai agak kering dan tertutup perband kering
dan bersih
- Pemenuhan kebutuhan diri dapat dilakukan oleh ibu
- Keteter dan infuse sudah dilepas

C. ASESMENT (A)
- Post SC, hari III

D. PLANNING (P)
1. Observasi TFU kontraksi uterus dan pengeluaran lochia
- TFU : 2 jbpst
- Kontraksi uterus : baik keras dan bundar
- Lochia : rubra
2. Bimbing ibu cara menyusui yang baik. Bayi telah
menyusui dengan baik, dan bayi tenang setelah menyusu
3. Observasi TTV
- TD : 110/ 70 mmHg
- N : 80 x / menit
- S : 36,5°C
- P : 20 x / menit
4. Menganjurkan ibu untuk tetap sering menyusui bayinya agar
ASI lancer.
5. Observasi pengeluaran ASI. ASI sudah lancer
6. Memberikan motifasi dan membantu ibu memenuhi
kebutuhan sehari-hari
7. Memberikan HE tetang :
- gizi yang adekuat, terutama makanan yang banyak mengandung
protein dan serat seperti ikan, telur, susu dan buah-buahan.
- Personal hygiene
8. Menjelaskan kepada ibu manfaat KB. Ibu mengerti apa yang
telah dijelaskan.
9. Memotifasi ibu untuk ikut berKB, ibu rencana berKB dengan
cara tubektemi
10. Menjelaskan pada ibu manfaat imunisasi pada bayinya dan
jenis-jenis imunisasi yang diberikan. Ibu mengerti dan berusah
membawa anaknya untuk diimunisasi

11. Penata laksanaan pemberian obat


Jam 10.00 Wita
- Cefadroxil 3x 500 mg/ hari
- Asam mefenamat 3 x 500 mg/ hari
- Ironil 1 x 1 / hari
12. Menganjurkan kepada ibu dating kembali ke Rumah Sakit
tanggal 13-05-2010

You might also like