Professional Documents
Culture Documents
PEMANCAR
RF AMPLIFIER
MIXER LOCAL
OSCILLATOR
IF
AMPLIFIER PENERIMA
sudut θ
amplitudaV jarak R
target 1
target 2
jarak R
a b
Cara lain yang juga dapat ditempuh untuk memisahkan sinyal pancar
dari echonya adalah bila baik Radar maupun Target dalam keadaan
bergerak, relatif satu terhadap lainnya, shingga efek Doppler dapat
diterapkan.
Sebagaimana diketahui, efek Doppler dalam bahasan optik maupun
akustik menyatakan bahwa:
Bila pengamat dan sumber osilasi dlm keadaan bergerak, akan
timbul suatu pergeseran frekuensi.
Secara matematis peristiwa hal dapat dijelaskan sebagai berikut:
Misal :
R = Jarak antara Radar dan Target
2R / λ = Panjang lintasan dalam λ yang harus ditempuh sinyal
Radar sampai ditangkap kembali oleh Penerimanya.
Ø = 4πR / λ
= Panjang lintasan tersebut diatas dalam radian.
Maka :
ωd = Frekuensi sudut Doppler
= 2 π fd = d Ø / dt = 4π / λ ( dR/dt )
= 4π vr / λ …………………………………..……… (II-1)
Dimana:
fd = Frekuensi Doppler
vr = Kecepatan relatif Target terhadap Radar
Besarnya pergeseran frekuensi yang didefinisikan sebagai frekuensi
Doppler dngan demikian adalah :
Dimana:
f0 = Frekuensi pancar
c = Kecepatan cahaya = 3 108 m/det
B θ
C θ
A
θ=90
f0
f0 ± f d CW
TRANSMITTER
a. f0 ± f d f0
MIXER/ BEAT FREQUENCY INDICATOR
DETECTOR fd AMPLIFIER f
d
amplituda
b.
frekuensi
fd
fo
CW fo
TRANSMITTER
fo+fd
fif+fd IF fif+fd SECONDf DOPPLER
d
AMPLIFIER DETECTOR AMPLIFIER
INDIKATOR
Output Mixer yang terdiri dari 3 komponen yakni f 0, f0+fif dan f0-fif,
setelah disaring Sideband Filter hanya menyisakan 1 komponen saja
yakni f0 + fif’ . Pada Receiver Mixer terjadi lagi pencampuran antara
sinyal f0+ fif diatas dengan sinyal echo f 0+fd yang menghasilkan fif+fd ,
dan akhirnya Second Detector menekan sinyal f if sehingga hanya
sinyal Doppler fd saja yang diperoleh pada output Second Detector.
II.2.3 LEBAR BIDANG FREKUENSI DARI CW RADAR
P P
δ
f0 f f0 f
∆ fd = √ ( 2 ar / λ ) Hz ………………..… (II-6)
Contoh:
Bila percepatan Target ar adalah 2x percepatan gaya tarik bumi,
maka bandwidth Penerima menjdi ± 20 Hz.
FILTER 2 DETEKT 2
IF
MIXER AMPLIFIER FILTER 3 DETEKT 3 INDIKATOR
a.
FILTER n DETEKTn
nn
Daya
(Watt)
b. 0dB
-3dB
frek.
f1 f2 f3 f4 f5 . . . . fn
fb
T= 2R/c
f0 t (mdetik)
Frekuensi
T=2R/c
fr t (mdet)
f0
sinyal pancar
sinyal echo
T = 1/fm
Frekuensi fb
t (mdet)
f0
FM
TRANSMITTER MODULATOR
MIXER
AMPLIFIER
Frekuensi
T=2R/c
fr t (mdet)
f0
sinyal pancar
sinyal echo
T = 1/fm
Frekuensi fb
t (mdet)
f0
Jika sistem modulasi yang digunakan adalah linier, maka hanya akan
muncul satu hasil pengukuran utk setiap Target, krn pada prinsipnya
jarak kesetiap Target diperoleh melalui perhitungan dari komponen
frekuensi Target sebagaimana pers. II-8. Untuk mengukur besarnya
frekuensi yang ditimbulkan setiap Target, harus ditambahkan filter yg
akan memisahkan masing-masing frekuensi satu sama lain.
Filter tersebut dapat berupa “NARROW BAND FILTER” ataupun bisa
juga “NARROW BAND TUNABLE FILTER” sehingga hanya diperoleh
satu frekuensi untuk setiap Target.
Tapi bila FM-CW Radar hanya digunakan bagi Target tunggal seperti
misalnya “RADIO ALTIMETER” maka tidak perlu modulasi frekuensi
linier, cukuplah Modulasi Frekuensi Sinusoidal saja, karena modulasi
bentuk ini lebih mudah untuk membuatnya.
Selain itu, meskipun frekuensi beat yang diperoleh melalui modulasi
sinus tidaklah konstan seperti halnya pada modulasi linier, namun
frekuensi beat rata-rata yang diperoleh akan tetap dapat digunakan
untuk menghitung jarakTarget dengan cukup baik.
II.3.2 FM-CW ALTIMETER
f0(t)
FM
TRANSMITTER MODULATOR
f0(t)
MIXER fI F LOCAL
OSCILLATOR
f0(t) RECEIVER
- fif IF LOW FREQ.
MIXER AMPLIFIER AMPLIFIER
AVERAGE
FREQ.COUNTER
f0(t-T) f0(t)+ fb fb R