You are on page 1of 22

PERANAN OTONOMI DAERAH DALAM

PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Makalah ini diajukan sebagai salah satu prasyarat untuk mengikuti

ujian akhir mata kuliah PKn.

KELOMPOK 3

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2008-2009
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah AWT, atas limpahan berkah, rahmat dan

hidayahNya. Salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW beserta

keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang telah membimbing manusia

menuju jalan yang benar. Makalah ini dapat terwujud berkat, hasil kerjasama

yang baik antar anggota kelompok. Dan sumber-sumber pustaka yang cukup

mudah dalam proses pengutipannya.

Penulis menyadari segala kekurangan dan keterbatasan bahan

perkuliahan ini, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis

menerima segala perbaikan dari para pembaca. Akhirnya, mudah-mudahan

Tuhan Yang Maha Kuasa tetap mencurahkan rahmat-Nya pada kita.

Fastabiqul Khaerat

Makassar, November 2008

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………………………...i

Kata Pengantar …………………………………………………………………….ii

Daftar Isi …………………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………… 1

B. Perumusan Masalah …………………………………………….. 2

C. Tujuan Penulisan ………………………………………………… 2

BAB II TELAAH PUSTAKA

A. Kajian Teoritis …………………………………………………… 3

BAB III PEMBAHASAN

A. Otonomi daerah saat ini ………………………………………………… 6

B. Otonomi daerah dan peranannya dalam pembangunan

di masa mendatang……………………………………………………… 9

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………. 14

B. Saran …………………………………………………………….. 15

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 16

LAMPIRAN ……………………………………………………………………… 17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beberapa waktu belakangan semenjak bergulirnya gelombang

reformasi, otonomi daerah menjadi salah satu topik sentral yang banyak

dibicarakan. Otonomi Daerah menjadi wacana dan bahan kajian dari

berbagai kalangan, baik pemerintah, lembaga perwakilan rakyat, kalangan

akademisi, pelaku ekonomi bahkan masayarakat awam. Semua pihak

berbicara dan memberikan komentar tentang “otonomi daerah” menurut

pemahaman dan persepsinya masing-masing. Perbedaan pemahaman dan

persepsi dari berbagai kalangan terhadap otonomi daerah sangat

disebabkan perbedaan sudut pandang dan pendekatan yang digunakan.

Konsep otonomi daerah sudah digunakan dalam penyelenggaraan

pemerintahan di daerah. Bahkan pada masa pemerintahan kolonial Belanda,

prinsip-prinsip otonomi sebagian sudah diterapkan dalam penyelenggaraan

pemerintahan. Semenjak awal kemerdekaan sampai sekarang telah

terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

kebijakan Otonomi Daerah. UU 1/1945 menganut sistem otonomi daerah

rumah tangga formil. UU 22/1948 memberikan hak otonomi dan medebewind

yang seluas-luasnya kepada Daerah. Selanjutnya UU 1/1957 menganut

sistem otonomi ril yang seluas-luasnya. Kemudian UU 5/1974 menganut


prinsip otonomi daerah yang nyata dan bertanggung. Sedangkan saat ini di

bawah UU 22/1999 dianut prinsip otonomi daerah yang luas, nyata dan

bertanggungjawab.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dirumuskan

suatu masalah “Apakah ada peran otonomi daerah dalam pelaksanaan

pembangunan nasional?”

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini yaitu “Ingin mengetahui

peran otonomi daerah dalam pelaksanaan pembangunan nasional”.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

Munir Muhammad al Ghadban dalam Al Manhaj al Haraki lis Sirah


an Nabawiyahâ (1992), menceritakan penduduk Madinah bersifat plural dan
heterogen, serta dinamis dan rasional. Dalam format sosial-politik yang
bersahaja, Rasulullah mengembangkan birokrasi yang ramping dan efektif.
Ia mendengar langsung keluhan masyarakat, menjawab pertanyaan dan
mencari solusi bagi persoalan yang diajukan, serta bermusyawarah untuk
menentukan keputusan bersama. Tetapi, kala menghadapi tugas kolektif
yang beresiko tinggi, Rasulullah selalu berada di garis terdepan.

Setelah sepuluh tahun perjalanan reformasi, dan saat itu pula tonggak

otonomi daerah di mantapkan dalam sistem pemerintahan di Indonesia, saat

ini persoalan demi persoalan yang melingkupinya masih terus terjadi,

mengiringgi perdebatan tentang pelaksanaan otonomi daerah. Memang,

secara esensi otonomi daerah memang memberikan makna pelimpahan

kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah,

sebagaimana yang diamanatkan oleh UU No 22 Tahun 1999 maupun UU No

34 Tahun 2004.

Simak saja peranan pemerintah pusat dalam era otonomi daerah ini,

yang lebih bersifat pada  koordinasi dan standarisasi serta dekonsentrasi dan

perbantuan. Hal ini mengingat berkurangnya peranan dan kewenangan

pemerintah pusat terhadap daerah. Dari segi perimbangan keuangan, masih

lemahnya local taxing power sebagai akibat UU No.18/1997 menyebabkan


masih dominannya peran dana perimbangan terutama bagi hasil pajak dan

bukan pajak serta dana alokasi umum (DAU). Meskipun dana tersebut

mungkin dihasilkan didaerah, mekanisme penyalurannya berupa transfer dari

pemerintah pusat kepada daerah yang secara tidak langsung tetap

menyiratkan bahwa pemerintah daerah baru bisa bergerak kalau ada

pemberian dana dari pusat.

Sementara itu, pengalaman masa lalu yang menyatakan bahwa

pemerintah daerah hanya sebagai subordinasi atas pemerintah pusat, akan

menjadikan permasalahan tersendiri bagi daerah dalam melaksanakan

otonomi di daerahnya. Kegamangan seringkali masih muncul sebagai

sebuah gambaran sikap ambiguitas daerah dalam mensikapi kemampuan

pembiayaan pembangunan di daerahnya sendiri.

Pada sisi lain, pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi ini,

pemerintah daerah menghadapi tekanan yang sama besarnya dari

masyarakat lokal yang akan menuntut pelayanan publik dan dari pihak dunia

usaha yang berharap mendapatkan keuntungan didaerahnya. Dalam konteks

ini pemerintah daerah sering menghadapi dilema karena mudahnya terjadi

friksi antar kedua kelompok ini. Disatu pihak measyarakat menuntut

pelayanan terbaik bagi pemerintahannya sekaligus melindungi kepentingan

mereka, dipihak lain pemerintah daerah sangat membutuhkan kehadiran

investor baru sebagai sumber tenaga kerja baru yang terkadang mengalami
konflik dengan kepentingan masyarakat banyak. Karenanya pemerintah

daerah mempunyai tugas utama sebagai pihak yang mengstimulasi

terjadinya aktivitas ekonomi sekaligus menjadi penyeimbang antara kedua

klien utamanya, yaitu masyarakat dan dunia usaha yang notabene adalah

sektor swasta.

Dengan demikian, perlu lebih ditekankan berbagai agenda dalam

pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah ini, sehingga pelaksanaanya

benar-benar dapat berjalan secara optimal, sekaligus sebagai bagian dari

pemantapan pelaksanaanya. Beberapa hal tersebut antara lain adalah ; 

lebih memperjelas pembagian kewenangan antara pemerintah pusat,

pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, mendorong

peningkatan kerjasama antar pemerintah daerah, pengefektifan dan efisiensi

penyelenggaraan kelembagaan pemerintah daerah, peningkatan kapasitas

aparatur penyelenggara pemerintahan daerah, serta memaksimalkan fungsi

dan kapasitas keuangan daerah. Kesemuanya itu, harus mampu berjalan

dengan terkoordinasikan dengan baik. Sehingga benih-benih munculnya

“raja-raja” kecil di daerah bisa di antisipasi dengan baik. Dan yang tidak

kalah penting adalah menempatkan masyarakat sebagai salah satu stake

holder penting, sehingga control dan partisipasi dapat dilakukan secara

langsung oleh masyarakat, dalam peran sertanya menyelenggarakan

pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah yang optimal.


BAB III

PEMBAHASAN

A. Otonomi Daerah Saat Ini

Otonomi Daerah yang dilaksanakan saat ini adalah Otonomi Daerah yang

berdasarkan kepada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah. Menurut UU ini, otonomi daerah dipahami sebagai

kewenangan daerah otonom untuk menatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan prinsip otonomi daerah yang digunakan adalah otonomi

daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Kewenangan otonomi yang

luas adalah keleluasaan daerah untuk menyelengarakan pemerintahan yang

mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan di

bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan

fiskal, agama serta kewenangan bidang lain yang ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah. Yang dimaksud dengan otonomi nyata adalah

keleluasaan Daerah untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di

bidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh hidup,

dan berkembang di daerah. sedangkan yang dimaksud dengan otonomi

yang bertanggung jawab adalah berupa perwujudan pertanggung-jawaban


sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada Daerah dalam

wujud tugas dan kewajiban yang dipikul oleh Daerah dalam mencapai tujuan

pemberian otonomi, berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan

masyarakat yang semkain baik, pengembangan kehidupan demokrasi,

keadilan, pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara

Pusat dan Daerah serta antara Daerah dalam rangka menjaga keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Prinsip-prinsip pemberian Otonomi Daerah dalam UU 22/1999 adalah :

1. Penyelengaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memperhatikan

aspek demokrasi, keadilan, pemerataan, serta potensi dan

keanekaragaman Daerah.

2. Pelaksanaan Otonomi Daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan

bertangung jawab.

3. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas dan utuh diletakkan pada

Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.

4. Pelaksanaan Otonomi Daerah harus sesuai dengan konstitusi negara

sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah

serta antara Daerah.

5. Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan kemandirian

Daerah Otonom, dan karenanya dalam daerah Kabupaten dan Daerah

Kota tidak ada lagi wilayah administratif.


6. Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan peranan dan

fungsi badan legislatif Daerah, baik sebagai fungsi legislatif, fungsi

pengawas maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah.

7. Pelaksanaan azas dekonsentrasi diletakkan pada Daerah Propinsi dalam

kedudukannya sebagai Wilayah Administratis untuk melaksanakan

pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil

Pemerintah.

8. Pelaksanaan azas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari

Pemerintah kepada Daerah, tetapi juga dari Pemerintah dan Daerah

kepada Desa yang disertai dengan pembiayaan sarana dan prasarana,

serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan

dan mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskannya.

Dalam implementasi kebijakan Otonomi Daerah berdasarkan UU

22/1999 yang dilaksanakan mulai 1 Januari 2001 terdapat beberapa

permasalahan yang perlu segera dicarikan pemecahannya. Namun sebagian

kalangan beranggapan timbulnya berbagai permasalahan tersebut

merupakan akibat dari kesalahan dan kelemahan yang dimiliki oleh UU

22/1999, sehingga merekapun mengupayakan dilakukannya revisi terhadap

UU 22/1999 tersebut.
Jika kita mengamati secara obyektif terhadap implementasi kebijakan

Otonomi Daerah berdasarkan UU 22/1999 yang baru berjalan memasuki

bulan kesepuluh bulan ini, berbagai permasalahan yang timbul tersebut

seharusnya dapat dimaklumi karena masih dalam proses transisi. Timbulnya

berbagai permasalahan tersebut lebih banyak disebabkan karena

terbatasnya peraturan pelaksanaan yang bisa dijadikan pedoman dan

rambu-rambu bagi implementasi kebijakan Otonomi Daerah tersebut. Jadi

bukan pada tempatnya jika kita langsung mengkambinghitamkan bahkan

memvonis bahwa UU 22/1999 tersebut keliru.

B. Otonomi Daerah dan peranannya dalam pembangunan di masa

Mendatang

Sebagian kalangan menilai bahwa kebijakan Otonomi Daerah di bawah

UU 22/1999 merupakan salah satu kebijakan Otonomi Daerah yang terbaik

yang pernah ada di Republik ini. Prinsip-prinsip dan dasar pemikiran yang

digunakan dianggap sudah cukup memadai dengan kondisi dan kebutuhan

masyarakat dan daerah. Kebijakan Otonomi Daerah yang pada hakekatnya

adalah upaya pemberdayaan dan pendemokrasian kehidupan masyarakat

diharapkan dapat mememnuhi aspirasi berbagai pihak dalam konteks

penyelenggaraan pemerintahan negara serta hubungan Pusat dan Daerah.

Jika kita memperhatikan prinsip-prinsip pemberian dan penyelenggaraan

Otonomi Daerah dapat diperkirakan prospek ke depan dari Otonomi Daerah


tersebut. Untuk mengetahui prospek tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan berbagai pendekatan. Salah satu pendekatan yang kita

gunakan disini adalah aspek ideologi, politik, sosial budaya, dan pertahanan

keamanan.

Dari aspek ideologi , sudah jelas dinyatakan bahwa Pancasila

merupakan pandangan, falsafah hidup dan sekaligus dasar negara. Nilai-nilai

Pancasila mengajarkan antara lain pengakuan Ketuhanan, semangat

persatuan dan kesatuan nasional, pengakuan hak azasi manusia, demokrasi,

dan keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat. Jika kita

memahami dan menghayati nilai-nilai tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa kebijakan Otonomi Daerah dapat diterima dalam penyelenggaraan

kehidupan berbangsa dan bernegara. Melalui Otonomi Daerah nilai-nilai

luhur Pancasila tersebut akan dapat diwujudkan dan dilestarikan dalam

setiap aspek kehidupan bangsa Indonesia .

Dari aspek politik , pemberian otonomi dan kewenangan kepada Daerah

merupakan suatu wujud dari pengakuan dan kepercayaan Pusat kepada

Daerah. Pengakuan Pusat terhadap eksistensi Daerah serta kepercayaan

dengan memberikan kewenangan yang luas kepada Daerah akan

menciptakan hubungan yang harmonis antara Pusat dan Daerah.

Selanjutnya kondisi akan mendorong tumbuhnya dukungan Derah terhadap

Pusat dimana akhirnya akan dapat memperkuat persatuan dan kesatuan


bangsa. Kebijakan Otonomi Daerah sebagai upaya pendidikan politik rakyat

akan membawa dampak terhadap peningkatan kehidupan politik di Daerah.

Dari aspek ekonomi , kebijakan Otonomi Daerah yang bertujuan untuk

pemberdayaan kapasitas daerah akan memberikan kesempatan bagi Daerah

untuk mengembangkan dan meningkatkan perekonomiannya. Peningkatan

dan pertumbuhan perekonomian daerah akan membawa pengaruh yang

signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di Daerah. Melalui

kewenangan yang dimilikinya untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat, daerah akan berupaya untuk meningkatkan perekonomian

sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan. Kewenangan daerah

melalui Otonomi Daerah diharapkan dapat memberikan pelayanan maksimal

kepada para pelaku ekonomi di daerah, baik lokal, nasional, regional

maupun global.

Dari aspek sosial budaya , kebijakan Otonomi Daerah merupakan

pengakuan terhadap keanekaragaman Daerah, baik itu suku bangsa,

agama, nilai-nilai sosial dan budaya serta potensi lainnya yang terkandung di

daerah. Pengakuan Pusat terhadap keberagaman Daerah merupakan suatu

nilai penting bagi eksistensi Daerah. Dengan pengakuan tersebut Daerah

akan merasa setara dan sejajar dengan suku bangsa lainnya, hal ini akan

sangat berpengaruh terhadap upaya mempersatukan bangsa dan negara.

Pelestarian dan pengembangan nilai-nilai budaya lokal akan dapat


ditingkatkan dimana pada akhirnya kekayaan budaya lokal akan

memperkaya khasanah budaya nasional.

Selanjutnya dari aspek pertahanan dan keamanan , kebijakan Otonomi

Daerah memberikan kewenangan kepada masing-msing daerah untuk

memantapkan kondisi Ketahanan daerah dalam kerangka Ketahanan

Nasional. Pemberian kewenangan kepada Daerah akan menumbuhkan

kepercayaan Daerah terhadap Pusat. Tumbuhnya hubungan dan

kepercayaan Daerah terhadap Pusat akan dapat mengeliminir gerakan

separatis yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik

Indonesia .

Memperhatikan pemikiran dengan menggunakan pendekatan aspek

ideologi, politik, sosal budaya dan pertahanan keamanan, secara ideal

kebijakan Otonomi Daerah merupakan kebijakan yang sangat tepat dalam

penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Hal ini berarti bahwa kebijakan

Otonomi Daerah mempunyai prospek yang bagus di masa mendatang dalam

menghadapi segala tantangan dalam penyelenggaraan kehidupan

bermasya-rakat, berbangsa dan bernegara. Namun demikian prospek yang

bagus tersebut tidak akan dapat terlaksana jika berbagai kendala dan

tantangan yang dihadapi tidak dapat diatasi dengan baik. Untuk dapat

mewujudkan prospek Otonomi Daerah di masa mendatang tersebut

diperlukan suatu kondisi yang kondusif diantaranya yaitu :


 Adanya komitmen politik dari seluruh komponen bangsa terutama

pemerintah dan lembaga perwakilan untuk mendukung dan

memperjuangkan implementasi kebijakan Otonomi Daerah.

 Adanya konsistensi kebijakan penyelenggara negara terhadap

implementasi kebijakan Otonomi Daerah.

 Kepercayaan dan dukungan masyarakat serta pelaku ekonomi dalam

pemerintah dalam mewujudkan cita-cita Otonomi Daerah.

Dengan kondisi tersebut bukan merupakan suatu hal yang mustahil

Otonomi Daerah mempunyai prospek yang sanat cerah di masa mendatang.

Kita berharap melalui dukungan dan kerjasama seluruh komponen bangsa

kebijakan Otonomi Daerah dapat diimplementasikan dalam penyelenggaraan

pemerintahan di daerah.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Otonomi di beberapa daerah kota/kabupaten di Indonesia, sehubungan

dengan fungsi pemerintah daerah sebagai penyedia layanan publik (public

service provider) masih jauh dari harapan masyarakat. Pola juraganisme

(minta dilayani) masih saja terjadi dan bukan sebaliknya. Bila ini terus terjadi

tanpa adanya perubahan pola kinerja aparatur negara dikhawatirkan akan

memberkas menjadi sebuah mindset PNS di kemudian hari. Pada akhirnya

akan mengganggu efektivitas kinerja aparatur negara di daerah yang

umumnya masih rendah. Ini bisa dirasakan dari pelayanan yang lamban

maupun penyelesaian pembangunan daerah yang tidak tepat waktu.

Padahal semangat otonomi daerah melalui UU No.32/2004 tentang

Pemerintahan Daerah semakin terbuka bagi setiap pemerintah daerah untuk

dapat lebih mendekatkan pemerintah kepada masyarakat, sehingga patologi

birokrasi dapat ditekan dan mungkin dihindarkan. Dengan demikian akan

lebih mendekatkan akses masyarakat kepada pemerintah. Selain membawa

konsekuensi logis, Pelaksanaan maka akan lebih jelas tanggung jawab

pemerintah daerah terhadap pelayanan kepentingan masyarakatnya. Dalam

arti luas, birokrasi dalam pelayanan publik akan mewujudkan suatu tata

kepemerintahan yang baik (good governance).


B. Saran

Saat ini derajat otonomi fiskal daerah di negara kita masih rendah. Hal

ini tercermin dari Indeks kemampuan rutin (IKR) dari masing-masing Dati II

seluruh Indonesia yang masih rendah Artinya, PAD dari masing-masing Dati

II belum mampu membiayai pengeluaran rutinnya. Oleh karena itu maka

otonomi daerah (local autonomy) dan juga pemerintah dan pembangunan

daerah bisa diwujudkan ha-nya apabila disertai dengan otonomi keuangan

yang efektif. Ini berarti bahwa pemerintah daerah secara finansial haruslah

independent terhadap pemerintah Pusat dengan jalan sebanyak mungkin

menggali sumber-sumber PAD seperti pajak, re-tribusi dan sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA

--------http://id.wikipedia.org/wika/otonomi.htm, (diakses tanggal 12 November


2008).

---------http://csps.ugm.ac.id, (diakses tanggal 12 November 2008).

--------http://hmti.wordpress.com (diakses tanggal 12 November 2008).

--------http://www.mail-archive.com/Indonesia-online@yahoogroups.com
(diakses tanggal 12 November 2008).

-------http://www.kompas.com/ otonomi daerah.html (diakses tanggal 12


November 2008).

-------http://www.sanmarosu.net (diakses tanggal 12 November 2008).

-------http://www.apkasi.or.id/modules.php (diakses tanggal 13 November


2008).

-------http://www.sumutprov.go.id/skpd/birootda/index.php (diakses tanggal 13


November 2008).

-------http://www.lukman-edy.web.id/idea (diakses tanggal 13 November


2008).

-------http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/otonomi-
daerah.html (diakses tanggal 13 November 2008).

-------http://www.geocities.com/usrafidi.html (diakses tanggal 13 November


2008).
DAFTAR NAMA DAN KEAKTIFAN KELOMPOK 1:

Presentase Keaktifan (%) Ket.


No Nama Nim
-40 40 50 60 70 80 90 +90
1. Subyriansiari 084404073

2. Aswidy Wijaya Cipta 084404071

3. Marisah Dwi S. 084404077

4. Muh. Samrin 084404079

5. Ibrahim 084404081

6. Winarti 084404085

7. Nurdiansyah 084404087

8. Saharuddin 084404068

DAFTAR BIOGRAFI ANGGOTA KELOMPOK


Nama/Nim : Subyriansiari / 084404073
Ttl : Soppeng, 23 September 1989
Alamat : BTP blok AF 454
Telepon : 081355741729
Hobi : Main game, baca buku

Nama/Nim : Aswidy Wijaya Cipta / 084404071


Ttl : Ujung Pandang, 2 Juni 1990
Alamat : Jl. Borong Jambu 7 Antang
Telepon : 08991588605
Hobi : Baca, travelling

Nama/Nim : Marisah Dwi Safitri / 084404077


Ttl :
Alamat :
Telepon : 085242250610
Hobi :

Nama/Nim : Muh. Samrin / 084404079


Ttl :
Alamat :
Telepon :
Hobi :
Nama/Nim : Ibrahim / 084404081
Ttl :
Alamat :
Telepon : 085310170737
Hobi :

Nama/Nim : Winarti / 084404085


Ttl :
Alamat :
Telepon : 081338709168
Hobi :

Nama/Nim : Nurdiansyah / 084404087


Ttl :
Alamat :
Telepon :
Hobi :

Nama/Nim : Saharuddin / 084404068


Ttl : Pusa, 25 Maret 1990
Alamat : Mamoa 4 lr. Malioboro
Telepon : 081355873599
Hobi : Olahraga

You might also like