You are on page 1of 7

Sinopsis NoveL Siti Nurbaya

Posted on 3 December 2008 by cys77.


Categories: BI.

Dengan maksud yang licik Datuk Maringgih meminjamkan uangnya pada Baginda Sulaiman.
Berkat pinjangan uang dari Datuk Maringgih tersebut, usaha dagang Baginda maju pesat. Namun
sayang, rupanya Datuk Maringgih menjadi iri hati melihat kemajuan dagang yang dicapai oleh
Baginda Sulaiman ini, maka dengan seluruh orang suruhanya, yaitu pendekar lima, pendekar
empat serta pendekar tiga, serta yanglainnya Datuk Maringgih memerintahkan untuk membakar
toko Baginda Sulaiman. Dan toko Bagindapun habis terbakar. Akibatnya Baginda Sulaiman jauh
bangrut dan sekligus dengan hutang yang menunpuk pada Datuk Maringgih.
Di tengah-tengah musibah tersebut, Datuk Maringgih menagih hutangnya kepadanya. Jlas, tentu
saja Baginda Sulaiman tidak mempu membayarnya. Hal ini memang sengaja oelh datuk
Maringgih, sebab dia sudah tahu pasti bahwa Baginda Sulaiman tidak mampu membayarnya.
Dengan alasan hutang tersebut, Datuk Maringgih langsung menawarkan bagaimana kalau Siti
Nurbaya, Putri Baginda Sulaiman dijadikan istri Datuk Maringgih. Kalau tawaran Datuk
Maringgih ini diterima, maka hutangnya lunas. Dengan terpaksa dan berat hati, akhirnya Siti
Nurbaya diserahkan untuk menadi istri Datuk Maringgih.
Waktu itu Samsulbahri, kekasih Siti Nurbaya sedang menuntut ilmu di Jakarta. Namun begitu,
Samsul Bahri tahu bahwa kekasihnya diperistri oleh orang lain. Hal tersebut dia ketahui dari
surat yang dikirim oleh Siti Nurbaya kepadanya. Dia sangat terpukul oleh kenyataan itu.
Cintanya yang menggebu-gebu padanya kandas sudah. Dan begitupun dengan Siti Nurbaya
sendiri, hatinya pun begitu hancur pula, kasihnya yang begitu dalam pada Samsulbahri kandas
sudah akibat petaka yangmenimpa keluarganya.
Tidak lama kemudian, ayah Siti Nurbaya jatuh sakit karena derita yangmenimpanya begitu
beruntun. Dan, kebetulan itu Samsulbahri sedang berlibur, sehingga dia punya waktu untuk
mengunjungi keluarganya di Padang. Di samping kepulangnya kekampung pada waktu liburan
karena kangennya pada keluarga, namun sebenarnya dia juga sekaligus hendak mengunjungi Siti
Nurbaya yang sangat dia rindukan.
Ketika Samsulbahri dan Siti Nurbaya sedang duduk di bawah pohon, tiba-tiba muncul Datuk
Maringgih di depan mereka. Datuk Maringgih begitu marah melihat mereka berdua yang sedang
duduk bersenda gurau itu, sehingga Datuk maringgih berusaha menganiaya Siti Nurbaya.
Samsulbahri tidak mau membiarkan kekasihnya dianiaya, maka Datuk Maringgih dia pukul
hingga terjerembab jatuh ketanah. Karena saking kaget dan takut, Siti Nurbaya berteriak-teriak
keras hingga terdengar oleh ayahnya di rumah yang sedang sakit keras. Mendengar teriakan anak
yang sangat dicinatianya itu, dia berusaha bangun, namun karena dia tidak kuat, ayah Siti
Nurbaya kemudian jatuh terjerembab di lantai. Dan rupanya itu juga nyawa Baginda Sulaiman
langsung melayang.
Karena kejadian itu, Siti Nurbaya oleh datuk Maringgih diusir, karena dianggap telah mencoreng
nama baik keluarganya dan adat istiadat. Siti Nurbaya kembali ke kampunyanya danm tinggal
bersama bibinya. Sementara Samsulbahri yang ada di Jakarta hatinya hancur dan penuh dendam
kepada Datuk Maringgih yang telah merebut kekasihnya. Siti Nurbaya menyusul kekasihnya ke
Jakarta, naumun di tengah perjalanan dia hampir meninggal dunia, ia terjatuh kelaut karena ada
seseorang yang mendorongnya. Tetapi Siti Nurbaya diselamatkan oleh seseorang yang telah
memegang bajunya hingga dia tidak jadi jatuh ke laut.
Rupanya, walaupun dia selamat dari marabahaya tersebut, tetapi marabahaya sberikutnye
menunggunya di daratan. Setibanya di Jakarta, Siti Nurbaya ditangkap polisi, karena surat
telegram Datuk Maringgih yang memfitnah Siti Nurbaya bahwa dia ke Jakarta telah membawa
lari emasnya atau hartanya.
Samsulbahri berusaha keras meolong kekasihnya itu agar pihak pemerintah mengadili Siti
Nirbaya di Jakarta saja, bukan di Padang seperti permintaan Datuk Maringgih. Namun usahanya
sia-sia, pengadilan tetap akan dilaksanakan di Padang. Namun karena tidak terbukti Siti Nurbaya
bersalah akhirnya dia bebas.
Beberapa waktu kemudian. Samsulbahri yang sudah naik pangkat menjadi letnan dikirim oleh
pemerintah ke Padang untuk membrantas para pengacau yang ada di daerah padang. Para
pengacau itu rupanya salah satunya adalah Datuk Maringgih, maka terjadilah pertempuran sengit
antara orang-orang Letnan Mas (gelar Samsulbahri) dengan orang-orang Datuk Maringgih.
Letnan Mas berduel dengan Datuk Maringgih. Datuk Maringgih dihujani peluru oleh Lentan
Mas, namun sebelum itu datuk Maringgih telah sempat melukai lentan Mas dengan pedangnya.
Datuk Maringgih meninggal ditempat itu juga, sedangkan letan mas dirawat di rumah sakit.
Sewaktu di rumah sakit, sebelum dia meninggal dunia, dia minta agar dipertemukan dengan
ayahnya untuk minta maaf atas segala kesalahannya. Ayah Samsulbahri juga sangat menyesal
telah mengata-ngatai dia tempo dulu, yaitu ketika kejadian Samsulbahri memukul Datuk
Maringgih dan mengacau keluarga orang yang sangat melanggar adat istiadat dan memalukan
itu. Setelah berhasil betemu dengan ayahnya, Samsulbahripun meninggal dunia. Namun,
sebelum meninggal dia minta kepada orangtuanya agar nanti di kuburkan di Gunung Padang
dekat kekasihnya Siti Nurbaya. Perminataan itu dikabulkan oleh ayahnya, dia dikuburkan di
Gunung Padang dekat dengan kuburan kekasihnya Siti Nurbaya. Dan di situlah kedua kekasih ini
bertemu terakhir dan bersama untuk selama-lamanya.
Dengan maksud yang licik Datuk Maringgih meminjamkan uangnya pada Baginda Sulaiman.
Berkat pinjangan uang dari Datuk Maringgih tersebut, usaha dagang Baginda maju pesat. Namun
sayang, rupanya Datuk Maringgih menjadi iri hati melihat kemajuan dagang yang dicapai oleh
Baginda Sulaiman ini, maka dengan seluruh orang suruhanya, yaitu pendekar lima, pendekar
empat serta pendekar tiga, serta yanglainnya Datuk Maringgih memerintahkan untuk membakar
toko Baginda Sulaiman. Dan toko Bagindapun habis terbakar. Akibatnya Baginda Sulaiman jauh
bangrut dan sekligus dengan hutang yang menunpuk pada Datuk Maringgih.
Di tengah-tengah musibah tersebut, Datuk Maringgih menagih hutangnya kepadanya. Jlas, tentu
saja Baginda Sulaiman tidak mempu membayarnya. Hal ini memang sengaja oelh datuk
Maringgih, sebab dia sudah tahu pasti bahwa Baginda Sulaiman tidak mampu membayarnya.
Dengan alasan hutang tersebut, Datuk Maringgih langsung menawarkan bagaimana kalau Siti
Nurbaya, Putri Baginda Sulaiman dijadikan istri Datuk Maringgih. Kalau tawaran Datuk
Maringgih ini diterima, maka hutangnya lunas. Dengan terpaksa dan berat hati, akhirnya Siti
Nurbaya diserahkan untuk menadi istri Datuk Maringgih.
Waktu itu Samsulbahri, kekasih Siti Nurbaya sedang menuntut ilmu di Jakarta. Namun begitu,
Samsul Bahri tahu bahwa kekasihnya diperistri oleh orang lain. Hal tersebut dia ketahui dari
surat yang dikirim oleh Siti Nurbaya kepadanya. Dia sangat terpukul oleh kenyataan itu.
Cintanya yang menggebu-gebu padanya kandas sudah. Dan begitupun dengan Siti Nurbaya
sendiri, hatinya pun begitu hancur pula, kasihnya yang begitu dalam pada Samsulbahri kandas
sudah akibat petaka yangmenimpa keluarganya.
Tidak lama kemudian, ayah Siti Nurbaya jatuh sakit karena derita yangmenimpanya begitu
beruntun. Dan, kebetulan itu Samsulbahri sedang berlibur, sehingga dia punya waktu untuk
mengunjungi keluarganya di Padang. Di samping kepulangnya kekampung pada waktu liburan
karena kangennya pada keluarga, namun sebenarnya dia juga sekaligus hendak mengunjungi Siti
Nurbaya yang sangat dia rindukan.
Ketika Samsulbahri dan Siti Nurbaya sedang duduk di bawah pohon, tiba-tiba muncul Datuk
Maringgih di depan mereka. Datuk Maringgih begitu marah melihat mereka berdua yang sedang
duduk bersenda gurau itu, sehingga Datuk maringgih berusaha menganiaya Siti Nurbaya.
Samsulbahri tidak mau membiarkan kekasihnya dianiaya, maka Datuk Maringgih dia pukul
hingga terjerembab jatuh ketanah. Karena saking kaget dan takut, Siti Nurbaya berteriak-teriak
keras hingga terdengar oleh ayahnya di rumah yang sedang sakit keras. Mendengar teriakan anak
yang sangat dicinatianya itu, dia berusaha bangun, namun karena dia tidak kuat, ayah Siti
Nurbaya kemudian jatuh terjerembab di lantai. Dan rupanya itu juga nyawa Baginda Sulaiman
langsung melayang.
Karena kejadian itu, Siti Nurbaya oleh datuk Maringgih diusir, karena dianggap telah mencoreng
nama baik keluarganya dan adat istiadat. Siti Nurbaya kembali ke kampunyanya danm tinggal
bersama bibinya. Sementara Samsulbahri yang ada di Jakarta hatinya hancur dan penuh dendam
kepada Datuk Maringgih yang telah merebut kekasihnya. Siti Nurbaya menyusul kekasihnya ke
Jakarta, naumun di tengah perjalanan dia hampir meninggal dunia, ia terjatuh kelaut karena ada
seseorang yang mendorongnya. Tetapi Siti Nurbaya diselamatkan oleh seseorang yang telah
memegang bajunya hingga dia tidak jadi jatuh ke laut.
Rupanya, walaupun dia selamat dari marabahaya tersebut, tetapi marabahaya sberikutnye
menunggunya di daratan. Setibanya di Jakarta, Siti Nurbaya ditangkap polisi, karena surat
telegram Datuk Maringgih yang memfitnah Siti Nurbaya bahwa dia ke Jakarta telah membawa
lari emasnya atau hartanya.
Samsulbahri berusaha keras meolong kekasihnya itu agar pihak pemerintah mengadili Siti
Nirbaya di Jakarta saja, bukan di Padang seperti permintaan Datuk Maringgih. Namun usahanya
sia-sia, pengadilan tetap akan dilaksanakan di Padang. Namun karena tidak terbukti Siti Nurbaya
bersalah akhirnya dia bebas.
Beberapa waktu kemudian. Samsulbahri yang sudah naik pangkat menjadi letnan dikirim oleh
pemerintah ke Padang untuk membrantas para pengacau yang ada di daerah padang. Para
pengacau itu rupanya salah satunya adalah Datuk Maringgih, maka terjadilah pertempuran sengit
antara orang-orang Letnan Mas (gelar Samsulbahri) dengan orang-orang Datuk Maringgih.
Letnan Mas berduel dengan Datuk Maringgih. Datuk Maringgih dihujani peluru oleh Lentan
Mas, namun sebelum itu datuk Maringgih telah sempat melukai lentan Mas dengan pedangnya.
Datuk Maringgih meninggal ditempat itu juga, sedangkan letan mas dirawat di rumah sakit.
Sewaktu di rumah sakit, sebelum dia meninggal dunia, dia minta agar dipertemukan dengan
ayahnya untuk minta maaf atas segala kesalahannya. Ayah Samsulbahri juga sangat menyesal
telah mengata-ngatai dia tempo dulu, yaitu ketika kejadian Samsulbahri memukul Datuk
Maringgih dan mengacau keluarga orang yang sangat melanggar adat istiadat dan memalukan
itu. Setelah berhasil betemu dengan ayahnya, Samsulbahripun meninggal dunia. Namun,
sebelum meninggal dia minta kepada orangtuanya agar nanti di kuburkan di Gunung Padang
dekat kekasihnya Siti Nurbaya. Perminataan itu dikabulkan oleh ayahnya, dia dikuburkan di
Gunung Padang dekat dengan kuburan kekasihnya Siti Nurbaya. Dan di situlah kedua kekasih ini
bertemu terakhir dan bersama untuk selama-lamanya.

Sinopsis Novel Iran: Kiss the Lovely Face of God


27 Oktober 2008 pada 10:31 am (Review)
Tags: Add new tag, novel
Belakangan ini, saya lagi kesemsem novel Iran. Awalnya sih
kurang menikmati karena banyak istilah sastra yang rada susah. Tapi, lama-lama jadi asyik
juga. Apalagi kalau dicermati, karya sastra memang universal, di manapun mengundang
daya pikat tersendiri bagi pembacanya. Terakhir yang saya baca, karya Mustafa Mastur
yang judulnya Kiss the Lovely Face of God, itu kalau terjemahan harfiahnya dari farsi, tapi
saya lebih suka menerjemahkan bebas menjadi Raihlah kelembutan cinta Tuhan. Novel
setebel 113 hal ini, berhasil menggondol penghargaan “Kalam Zarin”, salah satu ajang
sastra bergengsi di Iran dan sampai saat ini sudah 23 kali cetak ulang.

Novel ini bertutur tentang pergulatan hidup Yunes, seorang mahasiswa pasca sarjana
jurusan sosiologi yang tengah terjerat tugas akhir tentang motivasi bunuh diri yang
dilakukan seorang fisikawan senior. Setiap hari ia berburu data mulai dari melacak
keterangan dari keluarga, teman, para mahasiwanya di berbagai kota sampai membongkar
lagi berkas di pengadilan dan dokter pribadinya. Bahkan, ia membuat pengumuman di koran
segala. Tapi, semuanya hanya menuai jalan buntu. Tidak ada perkembangan berarti untuk
mengakhiri desertasinya.

Yunes merasa di persimpangan, tapi untuk kembali lagi ke star awal rasanya juga tidak
mungkin. Yang membuat ia bertambah menciut, karena calon mertuanya mensyaratkan
desertasi itu menjadi tiket untuk melamar putrinya. Puncak karir, ketenaran dan lebih dari
itu kebimbangan akan Tuhan yang mendera hidupnya juga bergantung pada kesimpulan
risetnya.

Akhirnya, ia tertatih-tatih menyisir kembali data yang tercecer. Melacak dua mahasiwi yang
cuti dan pindah kota. Atas persetujuan keluarga korban, ia juga memprint berbagai catatan
harian korban dari komputer. Sedikit demi sedikit mulai terlihat benang merah.
Ternyata di akahir hidupnya, si doktor itu sedang meramu sebuah formula matematika
terapan. Dia berhipotesa bahwa berbagai fenomena alam ini bisa didekati secara
matematis. Angka-angka dapat mengefektifkan kerja manusia. Tapi, ia sendiri
terbentur kenyataan yang betolak belakang dengan temuannya. Ia tersandung cinta
dengan salah seorang mahasiswi. Siapa dapat mengukur cinta dalam angka-angka.
Iapun tenggelam dalam frustasi, mengurung diri di kamar dan membuat puisi-puisi
mistis.

Meskipun belum final, titik terang itu bisa sedikit membuat Yunes bernafas. Ia berharap
tidak lama lagi akan memboyong calon istri dan mengakhiri perburuan. Tapi, sayangnya
kenyataan itu belum membuat Yunes mengakhiri persoalan paling dasar dalam hidupnya,
meyakini keberadaan Tuhan.

Sebenarnya, kegelisahan itu sudah lama mengaduk-aduk batin dan menjelajah pikirannya.
Tak jarang juga ia hempaskan gelisah itu pada Ali Reza, seorang veteran perang. Bersama
Ali, kehausan spiritualnya sedikit terobati meski tak seluruhnya terpuaskan. Pertanyaan
“nyeleneh” seringkali mampir dan menjadi menu hangat mereka. Ali Reza punya caranya
tersendiri untuk menata manis jawabannya. Obrolan ini juga, pernah diriuhkan oleh dialog
mengesankan antara seorang sopir shalih dengan perempuan PSK.

Selain Ali, tokoh lain yang turut menyelusup dalam perhelatan batin Yunes adalah Sayeh,
calon istrinya. Sayeh yang seorang penganut taat agama kecewa menghadapi sikap Yunes.
Kekecewaan itu akhirnya membuncah di saat Yunes hampir menyelesaikan risetnya. Suatu
sore, Maksumah berkata:

Kenapa kamu masih meragukan Tuhan…ingatkah pada mimpimu…suatu hari kau


berada di tengah sahara lalu sebuah suara menyapa: “Apa yang sedang kau cari?”
“Aku mencari Tuhan” jawabmu. Suara itu kembali bergema: “Tuhan tak akan kau
jumpai di sini”

Tuhan ada di tengah kaum papa, Tuhan ada di antara jerit wanita yang melahirkan,
Tuhan ada di malam bahagia pasangan pengantin, ada di tengah kepolosan anak,
Tuhan ada dalam pikiran seorang filosof yang ingin membuktikan keberadaannya…tapi
tak sanggup….Tuhan ada…………..(Dan sederet kalimat lain yang sangat panjang,
rasanya tak mungkin saya tulis semua)

Di akhir cerita digambarkan Yunes sedang duduk di sebuah taman memandangi bocah kecil
yang bersedih lantaran tak bisa menaikan layangannya. Raut duka dan air mata si kecil
menelisik ke sudut hati Yunes, menggerakan kakinya untuk mendekat dan melipur laranya.
Tidak lama, mereka sudah sedemikian akrab, derai tawapun mengalir. Layang-layang mulai
mengakasa, dengan susah payah akhirnya si kecil bisa mengendalikan. Yunes berpamit, si
kecil berteriak kegirangan sambil berseru “Layang-layangku sampai di langit, sampai pada
Tuhan” Suara itu membuat Yunes terhenti menatap angkasa biru, ke arah layang-layang,
keharibaan Tuhan.

You might also like