You are on page 1of 12

Peran Sahabat bagi Keberadaan Hadits

I. Pendahuluan

Keberadaan Hadits yang kita temui saat ini sebagai salah satu sumber hukum Islam
setelah Al Qur‟an tidak lepas dari peran serta masyarakat di sekitar Nabi pada masa awal

perkembangan Islam, kegigihan dan kesungguhan mereka dalam menuntut dan

menerima hadits merupakan suatu keharusan dalam memahami Islam terutama sejak

turunnya ayat-ayat Al Qur‟an yang bersifat mujmal (umum, membutuhkan perincian)


seperti ayat-ayat yang berkaitan tentang shalat, zakat, puasa, haji dan masih banyak lagi

ayat-ayat Al Qur‟an yang memerlukan penjelasan secara detail dalam teknis

pengamalannya, maka dari itu Rasulullah SAW., adalah orang yang paling tepat dan
pantas menjelaskannya sebagaimana Firman Allah SWT:

)44 : ‫َنشُ ِوَُ (اىْــحو‬


َّ ‫ل اىزٔ ْمشَي ىٔتُجََُِِّ ىٔيْٓبسِ ٍَبُّزِّ َه إِىَُِهٌِِ وَىَعَيَّهٌُِ َتَف‬
َ َُِ‫َوأَِّزَىَْْب إِى‬
“ Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur’an agar kamu menerangkannya kepada ummat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka berpikir (Q.S : An-

Nahl 44)”

Masyarakat disekitar Nabi atau disebut juga sebagai Sahabat yakin bahwa Hadits
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Islam, mereka menganggap Hadits merupakan

sumber ajaran Islam karena disamping menjelaskan hukum yang telah ditetapkan di
dalam Al Qur‟an Hadits juga menetapkan hukum secara independen, maka dari itu untuk

memelihara Hadits itu sendiri para Sahabat menghafal, meriwayatkan, dan mewariskannya
kepada generasi berikutnya.

1
Antusias para sahabat dalam menuntut ajaran Agama Islam dari Rasulullah SAW

merupakan langkah pertama terbentuknya hadits-hadits yang kita temui saat ini,
perhatian mereka terhadap Hadits dapat dilihat dari:1

1. Semangat yang tinggi dalam mendengar Hadits dengan mendatangi majlis-

majlis yang diadakan oleh Rasulullah SAW.

2. Tidak pernah jenuh mendengar Hadits dari Rasulullah SAW. Bahkan sebagian
sahabat berpendapat bahwa seseorang tidak boleh meriwayatkan hadits kecuali

telah mendengarnya lebih dari tiga kali.

3. Sangat Berhati-hati dalam mendengar dan menghafal Hadits, Hal ini dalam
rangka menjaga kemurnian hadits dan keaslian riwayatnya dengan tidak

melebihkan dan menguranginya.

II. Sahabat (Masyarakat di Sekitar Nabi)

Rasulullah SAW. hidup di tengah-tengah para sahabatnya, mereka bergaul secara

bebas dan mudah, tidak ada peraturan atau larangan yang memepersulit para sahabat

untuk bergaul dengan beliau. Segala perbuatan, ucapan, dan sifat Rasulullah SAW. bisa
menjadi contoh yang nyata dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pada masa tersebut.

Para Sahabat menjadikan Rasulullah SAW. sebagai panutan dan pedoman dalam
kehidupan mereka, Jika ada permasalahan baik dalam Ibadah maupun dalam kehidupan
duniawi, maka mereka akan bisa langsung bertanya pada Rasulullah SAW., Kabilah-

kabilah yang tinggal jauh di luar kota Madinah pun juga selalu berkonsultasi pada

Rasulullah SAW. dalam segala permasalahan mereka, Adakalanya mereka mengirim

anggota mereka untuk pergi mendatangi Rasulullah SAW. dan mempelajari hukum-

Daud Rasyid, Dr., MA., Sunnah dibawah Ancaman :Dari Snouck Hurgronje Hingga Harun Nasution,
1

(Bandung: Syaamil 2006.)

2
hukum syari'at agama, dan ketika mereka kembali ke kabilahnya mereka segera

menceritakan pelajaran (hadits Nabi) yang baru mereka terima. dan berikut adalah
beberapa definisi Sahabat:2

1. Sahabat menurut Imam bin Hanbal (Imam Hanbali) adalah : “Orang yang

pernah hidup bersama beliau, baik sehari, sebulan atau hanya melihat beliau

sesaat ketika beliau masih hidup”.


2. Menurut Sa‟id bin Musayyab : “Sahabat adalah Orang yang pernah hidup

bersama beliau satu, dua tahun atau pernah ikut berperang bersama beliau

satu, dua peperangan”.


3. Menurut Imam Bukhari : “Sahabat adalah orang yang pernah hidup bersama

beliau meskipun sesaat dan dalam keadaan Islam”.

4. Menurut Mayoritas (Jumhur) Ulama Hadits : “Sahabat adalah Orang yang


pernah hidup bersama Nabi meskipun sesaat dan ia beriman hingga akhir

hayatnya”

Dari beberapa definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa Sahabat adalah “Orang

yang pernah bertemu dengan Rasulullah meskipun sesaat dan ia beriman hingga akhir
hayatnya”. Dan tidak bisa dikatakan Sahabat orang yang beriman setelah wafatnya Nabi

atau orang yang bertemu Nabi dan beriman dan selanjutnya meninggal dalam keadaan
murtad.

III. Peran Sahabat dalam Pembentukan Hadits

a. Cara Sahabat Menuntut dan Menerima Hadits

Implementasi dari perhatian para sahabat dalam menuntut dan menerima hadits

langsung dari Rasulullah SAW. dilaksanakan dengan beberapa cara sebagai berikut:
1. Menghadiri majlis-majlis pengajian yang diadakan oleh Rasulullah SAW. Untuk

mendengar sabda dan menyaksikan seluruh perbuatannya, jika salah satu dari

2
Dewan Redaksi Jakarta, Ensiklopedi Islam, (PT. Iktiar Baru Van Hoeve, Cet. 10. 2002)
3
mereka sibuk dan tidak bisa hadir mereka datang bergantian dengan harapan

sebagian yang hadir akan menyampaikan kepada yang tidak hadir.


Contoh:

ِ‫حذحْب حمَذ ثِ َىصف حذحْب اثِ عُُْخ عِ اىزٕشٌ عِ أيب إدسَش اخلىالين عِ عجبدح ث‬
‫ثَبَِعُىين‬: َ‫ُْب عِْٔ َذ اىَّْجٍِ صيً اهلل عئُ و صيٌ فٍٔ ٍَجِئشٍ فَقَبه‬
َّ ‫ م‬:‫اىصبٍت سضٍ اهلل عْٔ قبه‬
)‫ (سوآ اىجخبسي‬.‫ضشِقُىا وَالَ َتزِّىا‬
ِ َ‫هلل شَـُِئًب وَالَ ت‬
ِ ‫ششِمُىا ثِب‬
ِ ُ‫عَيًَ َأُْ الَ ت‬

Muhammad bin Yusuf bin Uyaynah memberitahu kami dari Az Zuhri dari Abu

Idris bin Al Khaulany dari Ibadah bin Shamit RA dengan dia berkata: "Kami

bersama Rasulullah SAW dalam Suatu Majlis dan berkata: Berbai’atlah kepadaku
bahwa kalian tidak akan meneykutukan Allah dengan suatu apapun, dan tidak

mencuri, dan tidak berzina. (HR Bukhari)3

2. Rasulullah SAW. menghadapi persoalan dan menyampaikan persoalan itu

kepada para sahabat, jika sahabat yang hadir jumlahnya banyak maka apa yang

disampaikan Rasulullah akan cepat tersebar dan bila sedikit Rasulullah SAW.

sendiri memerintahkan para sahabat untuk menyampaikannya kepada sahabat


yang lain.

Contoh:

ًَ ‫عِ أىب ٕشَشح سضٍ اهلل عْٔ أَُّ سصىه اهلل صيً اهلل عئُ وصيٌ ٍشَّ ِثشَجُوٍ َُـجُِِ ُع اىطَّعَب‬
َ‫ فَأدِخَوَ َ َذُٓ فَإرَا ُٕىَ ٍَجِيُىهٌ فَقَبه‬, ٔ ُِٔ‫ فَأوِحًَ إِىَُِٔ َادِخٔوْ َ َذكَ ف‬, ُٓ‫ مَُِفَ تُجُِعُ؟ فَأخَِج َش‬:َُٔ‫فَضَأى‬
)‫ (سوآ أمحذ‬.َّ‫ ىَُِشَ ٍَّْٔب ٍَ ِِ غَش‬: ٌ‫سصىه اهلل صيً اهلل عئُ وصي‬
Dari Abu Hurairah RA. sesungguhnya Rasulullah SAW melewati seseorang yang

sedang menjual makanan dan beliau bertanya: “Bagaimana engkau berjualan?”

Abu Abdullah Al Bukhari, Al Jami’ Al Shahih Al Mukhtashar, (Beirut: Daru Ibnu Katsir, 1987)
3

4
Dan ia memberitahunya, kemudian beliau menyuruhnya “masukkanlah

tanganmu di dalamnya”, dan ia memasukkan tangannya dan seketika itu


tangannya basah (karena makanan tersebut basi), maka Rasulullah bersabda

“Bukan dari golongan kami orang yang curang”. (HR. Ahmad)4

3. Sahabat menghadapi persoalan dan menanyakan langsung hukum dari


persoalan tersebut kepada Rasulullah SAW. maka Rasulullah SAW. akan

langsung memberikan fatwa terhadap persoalan tersebut dihadapan sahabat

yang lain atau hanya pada sahabat yang sedang menghadapi persoalan.
Contoh:

ٍ‫حذحْب عَشو ثِ خبىذ قبه حذحْب اىيُج عِ َزَذ عِ أيب اخلري عِ عجذ اهلل ثِ عَشو سض‬
ًَ‫ تُطْعٔ ٌُ اىطَّعَب‬: ‫أٌ اإلصِالًَِ خَُِ ْش ؟ قبه‬
ُّ ٌ‫ال صَأ َه اىَّْجٍِ صيً اهلل عئُ و صي‬ ً ُ‫اهلل عْهَب أَُّ سَج‬
)‫وَتَ ْق َشُأ اىضَّيَب ًَ عَيًَ ٍَ ِِ َعشَ ْفتَ وٍََِِ ىٌَِ تَ ِعشِفِ (سوآ اىجخبسي‬

Amru bin Khalid menceritakan kami Laits berkata dari Yazid dari Abu Khair dari
Abdullah bin Amru RA. seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW “Apa

kebaikan dalam Islam?”, beliau berkata “Memberi makan, dan mengucap salam

kepada siapa saja yang engkau kenal maupun tidak”. (HR. Bukhari) 5

4. Melihat secara langsung apa yang dilakukan Rasulullah SAW. biasanya

perbuatan yang terkait dengan ibadah seperti shalat, puasa, haji serta ibadah-

ibadah lainnya. Para Sahabat yang menyaksikan hal tersebut akan


menyampaikannya kepada sahabat yang lain atau generasi sesudahnya.

Contoh:

Ibnu Abdil Barri, Jami’ Bayan Al Ilmi Wa Fadhlihi, Maktabah Syamilah


4

Abu Abdullah Al Bukhari, Al Jami’ Al Shahih Al Mukhtashar, (Beirut: Daru Ibnu Katsir, 1987)
5

5
‫حذحْب آدً قبه حذحْب شعجخ عِ األعَش قبه مسعت إثشإٌُ حيذث عِ مهبً ثِ احلبسث قبه‬
ُ‫ سَأَِتُ َجشَِِشَ ثِ عَجِذٔ اهللِ ثبه حِ تَىَضَّأ وٍََضَ َح عَيًَ خُفَُِّ ٔ حٌَُّ قَبًَ فَصَيًَّ فَضُئٔوَ فَقَبهَ سَأَِت‬:
‫اىَّْجٍَِّ صيً اهلل عئُ و صيٌ صََْعَ ٍٔخْ َو َٕزَا فَقَب َه إِِثشَإٌُُِٔ فَنَبَُ َُ ِعجِجُهٌُِ َألَُّ جَشَِشّا مَب َُ آخش‬
)‫ٍَ ِِ َأصِيٌََ (سوآ اىجخبسي‬
Adam berkata bahwa Syu’bah berkata dari A’masy berkata Aku mendengar

Ibrahim berkata dari Hammam bin harits berkata: Aku melihat Jarir bin Abdullah
Wudhu’ dan menghapus kedua sepatunya dan selanjutnya menunaikan shalat,

dan ditanya dan ia berkata “Aku telah melihat Rasulullah melakukannya” dan

berkatalah Ibrahim itu telah mengagetkan mereka karena Jarir adalah orang

terakhir yang masuk Islam. (HR Bukhari)6

b. Pengumpulan Hadits di Masa Sahabat

Ada beberapa cara Sahabat mengumpulkan Hadits yang datang dari Rasulullah
SAW, yaitu:7

1. Penulisan Hadits.

Berbeda dengan Al Qur‟an yang penulisannya sangat ditekankan oleh

Rasulullah SAW. kepada semua kalangan sahabat, Rasulullah SAW. sangat


berhati-hati dalam perintah untuk penulisan Hadits, ini beliau lakukan agar

penulisan hadits tidak tercampur dengan penulisan Al Qur‟an. Oleh karena itu

Rasulullah SAW hanya memberikan izin kepada sahabat tertentu dalam menulis
hadits dengan melihat kecermatan mereka dalam penulisan hadits. Salah satu

sahabat yang terkenal dalam meriwayatkan hadits dengan menuliskannya

adalah Abdullah bin Amru RA. bahkan Abu Hurairah RA. sendiri mengakui

Abu Abdullah Al Bukhari, Al Jami’ Al Shahih Al Mukhtashar, (Beirut: Daru Ibnu Katsir, 1987)
6

„Ajjaj Al Khatib, Al Sunnah Qabla Al Tadwin,(Beirut: Dar Al Fikri 1981)


7

6
beliau lebih banyak meriwatkan Hadits daripada dirinya seperti yang

diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari sesungguhnya Abu Hurairah berkata:

ُ‫ إِالَّ ٍَب مَبَُ ٍٔ ِِ عَجِ ٔذ اىيَّ ٔ ثِ ِِ عَ َِشُو فَإَُِّّٔ مَبَُ َنُْتتُ وَ َال أَمُْتت‬، ًٍِّْٔ َُِْٔ‫أَحَ ْذ أَمَْخشَ حَذَٔخًب ع‬
)‫(سوآ اىجخبسي‬
“Tidak ada sahabat yang lebih banyak meriwayatkan Hadits dariku kecuali

Abdullah bin Amr, Sesungguhnya ia menulis dan aku tidak”

2. Penghafalan Hadits
Masyarakat Arab pada umumnya telah terbiasa menghafal sya‟ir dan qasidah,

kekuatan hafalan bangsa Arab saat itu terlihat dari pengakuan seorang sahabat

Ibnu Syihab RA.

ٍُِّ‫ُذ ُأرُاٍِّ ٍُخَبفَ ًخ َأُْ َذِخُوَ فُِٔهَب َشٍِءٌ ٍٔ َِ اْىـخََْب فَىَاهللِ ٍَب دَخَ َو ُأر‬
ُّ ‫إٍِِّّ ىَأٍُشُّ ثِبىْجَقٔـُعِ فََأص‬

ُُٔ‫َشٍِءٌ قَطٌٌّ فََْضُِِت‬


“Sesungguhnya apabila aku lewat di daerah Baqi’, maka aku terpaksa menutup

telingaku karena khawatir mendengar kata-kata yang tidak sopan, Demi Allah
apabila aku mendengar sesuatu aku tidak akan pernah melupakannya”

Pola kehidupan ini membuat mereka lebih banyak menghafal Hadits daripada
menulisnya kecuali dalam situasi tertentu, bahkan beberapa sahabat tidak mau

menulis Hadits yang ia dapatkan dari Rasulullah SAW karena beberapa alasan,

salah satunya adalah larangan dari Rasulullah SAW sendiri sebagaimna

diriwayatkan oleh Imam Muslim.

َ ‫ ىَبَتنْتُجُىا عٍَِّْ وٍََِِ مََت‬:‫عِ أىب صعُذ اخلذسي أُ سصىه اهلل صيً اهلل عئُ وصيٌ قبه‬
‫ت‬
ٍَِٔ ُٓ‫ة عَيٍَّ ٍُتَعَِّذّا فَيَُْتَجَ ٓىأُ ٍَقْعَ َذ‬
َ ٌَّ‫ وَحَذِّحُىا عًَِّْ وَىَب َح َشدَ وٍََِِ مَز‬, ُُٔ‫عٍَِّْ غَُِ َش اْى ُقشِآَُ فَيَُْ َِح‬
)ٌ‫ (سوآ ٍضي‬.ِ‫اىَّْبس‬
7
Dari Abu Sa’id sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu

menulis sesuatu dariku, dan barang siapa menulis dariku selain Al Qur’an maka
hendaklah ia menghapusnya, dan Riwayatkanlkah dariku tanpa keraguan dan

barang siapa berbohong atas namaku hendaklah ia menyiapkan tempat

duduknya di neraka” (HR. Muslim)

Salah seorang sahabat yang terkenal kuat ingatannya dan banyak meriwayatkan

hadits dari Rasulullah SAW. adalah Abu Hurairah RA. ini juga berkat do‟a

Rasulullah agar ia diberi daya ingat yang kuat.

3. Pembukuan Hadits

Pembukuan Hadits sebenarnya telah berlangsung sejak zaman Rasulullah SAW.

dan para sahabat menyebutnya sebagai Shahifah, namun ketika itu hanya
beberapa sahabat saja yang melakukannya untuk kepentingan pribadi, dan ini

berjalan hingga masa Khulafaurrasyidin. Pembukuan (Tadwin) Hadits secara

resmi dimulai sejak pemerintahan Umar bin Abdul Aziz dengan memerintahkan
langsung dari institusi pemerintahan pada saat itu dengan pertimbangan

bahwa Al Qur‟an telah dibukukan dan tidak ada kemungkinan tercampurnya

Hadits dan ayat-ayat Al Qur‟an. Diantara sahabat yang memiliki Shahifah adalah
Abdullah bin Amru RA., Ali bin Abi Thalib RA., Abdullah bin Hazm RA.

c. Penyebaran Hadits di Masa Sahabat

Sejarah penyebaran hadits melewati berbagai proses yang sangat panjang,


penyebaran hadits dimulai sejak masa Rasulullah SAW., saat itu para sahabat saling

bertukar Hadits dalam menyelesaikan persoalan-persoalan agama yang mereka hadapi

masing-masing, mereka saling memberi dan menerima satu sama lain, hal ini mereka

lakukan berdasarkan perintah Rasulullah untuk menyampaikan apa yang mereka dengar
langsung dari Rasulullah SAW.
8
Pertukaran hadits di antara para sahabat berlangsung hingga wafatnya Rasulullah

SAW. keadaan ini menuntut mereka untuk menyaring hadits-hadits yang mereka terima
dari sumber yang memang terpercaya, hal ini dalam rangka menjaga kemurnian hadits

dan keaslian riwayatnya dengan tidak melebihkan dan menguranginya. Sikap hati-hati

para sahabat dalam menerima hadits dari sahabat yang lain cukup beralasan bukan

berarti mereka menuduh sahabat yang lain berdusta atau meragukan kejujuran
saudaranya akan tetapi yang mereka khawatirkan adalah kesalahan perawi dalam

meriwayatkan hadits sehingga menyampaikan hadits tidak dengan semestinya.

Pada masa pemerintahan Abu Bakar dan Umar bin Khattab dilakukan pembatasan
terhadap periwayatan hadits yang dimaksudkan agar tidak banyak dari sahabat yang

mempermudah penggunaan nama Rasulullah SAW dalam berbagai urusan, meskipun

jujur dan dalam permasalahan yang umum, sehingga masa tersebut dikenal sebagai masa
sedikitnya periwayatan hadits, pada masa ini jarang sekali sahabat yang meriwayatkan

hadits kecuali dengan mendatangkan saksi untuk meyakinkan keaslian hadits tersebut.

Selanjutnya dengan semakin luasnya kekuasaan Islam di masa pemerintahan

Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib semakin banyak pula pemeluk agama Islam yang
berakibat kepada sulitnya pemerintah dalam mengontrol periwayatan hadits, pada masa

itu banyak dari sahabat yang dengan sengaja menyebarkan hadits namun tetap dengan
dalil dan saksi yang kuat, bahkan jika diperlukan mereka rela melakukan perjalanan jauh
hanya untuk mencari kebenaran hadits yang diriwayatkannya. Dan pada masa ini pula

para sahabat tersebar di beberapa daerah pemerintahan Islam untuk meriwayatkan hadits

yang mereka dapatkan dari Rasulullah SAW, diantara daerah tersebut adalah:8

Daud Rasyid, Dr., MA., Sunnah dibawah Ancaman :Dari Snouck Hurgronje Hingga Harun Nasution,
8

(Bandung: Syaamil 2006)

9
1. Kota Makkah

Di Kota Makkah perkembangan Hadits mengalami kemajuan, disana ditunjuk


Mu‟az bin Jabal RA. sebagai guru untuk mengajarkan penduduk setempat

tentang halal dan haram, peranan kota Makkah dalam penyebaran hadits

sangat signifikan terutama pada musim-musim haji dimana pada waktu itu para

sahabat saling bertemu dan saling bertukar informasi tentang hadits dan
pulang ke daerah masing-masing.

2. Kota Madinah

Sebagai pusat pemerintahan Islam pada masa Khulafaurrasyidin Kota Madinah


juga dipenuhi oleh sahabat-sahabat yang banyak meriwayatkan hadits,

diantaranya Abu Hurairah RA. yang tinggal di kota itu hingga akhir hayatnya,

dan banyak sahabat-sahabat yang lain. Selain itu, para pedagang dari kota
Madinah juga sangat berperan dalam penyebaran hadits, setiap mereka pergi

berdagang sekaligus juga berdakwah untuk membagikan pengetahuan yang

mereka peroleh dari Rasulullah SAW. kepada orang-orang yang mereka temui.

3. Kota Kufah dan Bashrah


Setelah Iraq ditaklukkan pada zaman pemerintahan Umar bin Khattab,

tinggallah beberapa sahabat yang terkenal di kota Kufah diantaranya Ali bin Abi
Thalib, begitu juga di Bashrah tinggal disana Anas bin Malik yang terkenal
sebagai Imam fil Hadits di kota Bashrah.

10
IV. Penutup

Para sahabat adalah masyarakat di sekitar Rasulullah yang selalu mempercayai dan
mengimani apa yang diwahyukan Allah kepada beliau, mereka selalu mendampingi beliau

sejak pertama kali beliau mendakwahkan Islam sebagai agama Allah yang terakhir

diturunkan kepada seluruh ummat manusia hingga akhir hayat beliau.

Keberadaan sahabat di sekitar nabi sangat berperan di dalam penyebaran agama


Islam, hal ini terbukti dari keikutsertaan mereka di dalam beberapa peperangan untuk

menegakkan agama Allah sampai kepada usaha mereka untuk menyebarkan nasihat dan

pedoman yang telah mereka dapatkan dari junjungan mereka sendri yaitu Rasulullah
SAW.

Kesungguhan dan kegigihan para sahabat dalam menyampaikan dan

meriwayatkan Hadits tidak lepas dari sikap hati-hati sebagai rasa tanggung jawab dalam
menjaga kemurnian dan keaslian riwayat Hadits itu sendiri hingga sampai kepada

generasi selanjutnya.

Dan pada akhirnya usaha dan upaya Sahabat dalam menyebarkan dan

membumikan Hadits sebagai sumber hukum Islam setelah al Qur‟an berbuah manis
dengan diwariskannya riwayat-riwayat Hadits kepada Tabi‟in selanjutnya kepada Tabi

Attabi‟in dan ulama-ulama setelahnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

„Ajjaj Al Khatib, Al Sunnah Qabla Al Tadwin,(Beirut: Dar Al Fikri 1981)

Abu Abdullah Al Bukhari, Al Jami’ Al Shahih Al Mukhtashar, (Beirut: Daru Ibnu Katsir, 1987)

Daud Rasyid, Dr., MA., Sunnah dibawah Ancaman :Dari Snouck Hurgronje Hingga Harun

Nasution, (Bandung: Syaamil 2006.)

Dewan Redaksi Jakarta, Ensiklopedi Islam, (PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Cet. 10. 2002)

Ibnu Abdil Barri, Jami’ Bayan Al Ilmi Wa Fadhlihi, (Maktabah Syamilah)

12

You might also like