Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
adalah ikan mas (Cyprinus carpio). Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan spesies
yang mudah dibudidayakan dan dapat berkembang dengan baik. Daya adaptasi yang
tinggi menyebabkan ikan mas dapat hidup dalam dataran rendah sampai dataran
tinggi. Disamping itu preferensi masyarakat terhadap ikan mas cukup tinggi.
Ikan mas juga merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang
tergolong memiliki nilai ekonomis penting. Ikan konsumsi ini termasuk salah satu
komoditas sektor perikanan air tawar yang terus berkembang pesat dari waktu ke
waktu.
ukuran konsumsi tidak pernah surut bahkan menunjukkan angka peningkatan dari
tahun ke tahun. Meskipun belum ada angka pasti mengenai besarnya permintaan
konsumen terhadap ikan mas. Penyediaan benih yang bermutu baik dalam jumlah
cukup dan kontinyu merupakan faktor penting dalam upaya pengembangan budidaya
ikan konsumsi.
2
Mulai tahun 1990-an, budidaya ikan mas telah mengarah kepada konsep
agribisnis yang dibagi menjadi beberapa subsistem. Subsistem pada budidaya ikan
mas tersebut terdiri dari subsistem pembenihan, subsistem pendederan, dan subsistem
pembesaran. Setiap subsistem tersebut tidak dapat terpisahkan satu sama lain, bahkan
saling terkait erat. Teknologi yang diterapkan pada sub usaha pembesaran sebagian
besar sudah mengarah kepada pola intensifikasi walaupun masih perlu beberapa
perbaikan. Sementara itu, pada sub usaha pembenihan dan pendederan, intensifikasi
Ikan Mas (Cyprinus carpio) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar
(BBPBAT) Sukabumi”.
1.2 Tujuan
Sukabumi.
wawasan.
pemeliharaan larva.
2. Analisis usaha yang di bahas meliputi: analisa laba/rugi, B/C ratio, Break
2. TINJAUAN PUSTAKA
berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophisi
Family : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Secara morfologi bentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak
(protaktif). Bagian ujung mulut memiliki dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut
terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) yang tersusun dari tiga baris gigi
geraham. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik, kecuali
beberapa varietas yang memiliki sedikit sisik. Sisik ikan mas yang berukuran relatif
besar digolongkan ke dalam sisik tipe lingkaran (sikloid) dan terletak beraturan
(Rochdianto, 2005).
5
Menurut Khairuman et.al (2005), tubuh ikan mas dilengkapi juga dengan sirip. Sirip
punggung (dorsal) memanjang dan bagian belakangnya berjari keras. Sementara itu,
permukaan sirip perut (ventral). Sirip dubur (anal) mempunyai ciri seperti sirip
punggung, yakni berjari keras dan bergerigi. Garis rusuk atau gurat sisi (linea
literalis) pada ikan mas berada di pertengahan tubuh mulai dari belakang tutup
insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor. Induk ikan mas dapat dilihat pada
tawar lainnya yang keadaan air tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras.
Meskipun ikan mas termasuk ikan air tawar, namun tidak jarang ikan ini ditemui
hidup di daerah muara sungai yang berair payau (Susanto dan Rochdianto, 1999).
Khairuman et.al (2005), menyatakan ikan mas dapat hidup di tempat (habitat)
perairan air tawar yang tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, misalnya
di pinggiran sungai atau danau. Ikan ini dapat hidup baik di ketinggian 150-600 meter
sepanjang tahun (tidak mengenal musim). Tetapi di alam aslinya misal: sungai, danau
6
ataupun genangan air lainnya, ikan mas memijah pada awal atau sepanjang musim
musim kemarau, dan menempelkan seluruh telurnya pada tanaman atau rerumputan
di tepi perairan (Santoso, 2000). Atas dasar inilah orang kemudian beranggapan
bahwa ikan mas yang akan memijah harus didahului dengan tindakan memanipulasi
lingkungan yang meliputi pengeringan kolam dan pengisian air baru. Sebagai bahan
penempel telurnya digunakan kakaban, yaitu ijuk yang dijepitkan di dua bilah bambu
Ikan mas termasuk pemakan segala (omnivora). Pada umur muda (ukuran 10
cm), ikan mas senang memakan jasad hewan atau tumbuhan yang hidup di dasar
trichoptera, molusca, dan sebagainya. Selain itu memakan juga protozoa dan
Makanan yang dapat di telan larva berumur sekitar 5 hari adalah organisme
renik berupa plankton. Larva ikan mas memakan plankton nabati (phytoplankton)
maupun plankton hewani (zooplankton) yang berukuran 100 – 300 mikron. Meskipun
larva ikan mas menyukai pakan alami berupa plankton, namun kebiasaan ini bisa
2.1.4 Perkembangbiakan
tingkat kedewasaan yaitu sekitar umur 1–2 tahun dengan kisaran berat antara 1,5 - 2
kg/ekor untuk betina. Sedangkan ikan mas jantan mencapai matang kelamin relatif
lebih mudah dari pada betina yaitu 8 bulan dengan berat badan 0,5 – 0,7 kg/ekor.
Proses matang kelamin ikan mas berlangsung relatif lama dan pelan-pelan.
Perkembangan telur dan sperma induk ikan mas yang hidup di daerah tropis relatif
Siklus reproduksi ikan mas dimulai di dalam gonad, yaitu ovari pada ikan
betina dan testis pada ikan jantan. Dari ovari akan dihasilkan telur dan dari testis akan
dihasilkan spermatozoa. Pemijahan pada ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan
tidak tergantung pada musim. Secara alami pemijahan terjadi pada tengah malam
sampai akhir fajar. Menjelang ikan mas memijah induk-induk ikan mas bersifat lebih
agresif. Di alam telah menjadi kebiasaan, sebelum memijah ikan akan mencari tempat
rimbun dengan tanaman air atau rumput-rumput yang menutupi permukaan air.
meletakan telur-telurnya. Sifat telur ikan mas adalah melekat pada substrat. Telur-
telur ikan mas berbentuk bulat, bening, dan ukurannya bervariasi menurut umur dan
bobot induk. Diameter telur ikan mas tersebut antara 1,5 - 1,8 mm dengan bobot
kolam pemijahan sebaiknya berupa kolam yang dasarnya terbuat dari tembok,
sehingga mudah dalam pengeringan dan pengisian air. Luas kolam pemijahan 20–50
m2 dan ketinggian air rata-rata 75 cm. Kolam dikeringkan selama 2-3 hari untuk
selanjutnya kolam diisi air yang bersih dan jernih sampai setinggi 75 cm. Air kolam
pemijahan harus benar-benar bersih dan jernih, supaya kotoran tidak menempel pada
telur-telur ikan mas yang ada di kakaban dan substrat penempel telur lainnya
Pengeringan pada musim kemarau relatif singkat antara 2-4 hari. Bersamaan dengan
pengeringan kolam dapat dilakukan rehabilitasi pematang, saluran air, pintu air dan
pengolahan tanah dasar kolam. Pematang dan saluran air yang bocor atau rusak
ditambal dan diperbaiki. Saringan air dicopot, dibersihkan dan diperbaiki kemudian
6. Seleksi induk
cm), umur 1-2 hari setelah menetas dilakukan penebaran larva ke kolam
pemeliharaan larva.
Setelah kering, kolam dipupuk untuk menumbuhkan pakan alami yang sangat
dibutuhkan oleh benih ikan mas. Pakan alami yang sangat disukai benih ikan mas
menggunakan pupuk kandang dari kotoran ayam dan bisa juga ditambahkan dengan
pupuk buatan berupa urea dan TSP. Jumlah dan dosis disesuaikan dengan tingkat
ayam dengan takaran 250-500 gram/m2, TSP dan urea masing-masing 8-10 gram/ m2
dan kapur sebanyak 15-25 gram/m2. Kapur tersebut berfungsi untuk menaikkan
derajat keasaman tanah dan membunuh bibit penyakit (Khairuman et al., 2005).
awal dalam mata rantai proses pembenihan. Tujuan dalam pemeliharaan induk adalah
untuk mendapatkan induk matang gonad atau induk yang siap dipijahkan untuk
menghasilkan telur.
10
Pemilihan calon induk harus mempertimbangkan ras atau varietas ikan yang
akan dipelihara, karena ciri-ciri calon induk yang baik berbeda-beda untuk setiap ras
Untuk memastikan apakah seekor induk ikan mas telah mencapai kematangan
gonad (adanya sperma atau telur dormant) dan memilihnya untuk dikembangkan
secara artifisial, perut dan genital papilla harus diteliti dengan cermat. Seekor betina
yang matang gonad perutnya membulat dan sedikit lunak bahkan lunak sekali, genital
menonjol. Seekor jantan yang matang gonad, bila perutnya ditekan sedikit akan
mengeluarkan sperma, perutnya tidak gemuk melainkan ramping, pada kepalanya ada
Menurut Santoso (1996), seleksi terhadap induk ikan mas meliputi lima hal,
yaitu:
1. Umur
Sebagai patokan, umur induk yang pantas dikawinkan berkisar antara 1,5 - 2
tahun bagi betina. Seumur ini beratnya dapat mencapai 2 kg per ekor. Sedangkan ikan
mas jantan mencapai matang kelamin relatif lebih mudah dari pada betina yaitu 8
bulan dengan berat badan 0,5 kg per ekor. Walaupun kedua induk beratnya telah
mencapai 2 kg dan 0,5 kg per ekor, tetapi bila umurnya masih kurang dari 1,5 - 2
tahun dan 8 bulan sebaiknya dihindari. Sebaliknya pada umur yang sama sedangkan
berat lebih dari (jantan 0,5 dan betina 2 kg) dapat dijadikan induk.
11
2. Bentuk Badan
Bentuk badan keseluruhan mulai ujung mulut sampai ujung sirip ekor harus
mulus, sehat, badan dan sirip-siripnya tidak cacat. Jika salah satu bagian badan cacat
sebaiknya dihindari karena dapat menurun pada anak-anaknya. Selain itu garis sisik
(linea lateral). Kedua sisi tubuhnya posisinya sama, tidak ada lekukan atau patahan.
3. Kepala
Bagian kepala induk ikan mas relatif lebih kecil dari pada bagian badannya.
Tutup insang normal, tidak terlalu tebal hingga berkesan menggembung. Panjang
kepala minimal sepertiga dari panjang badan. Apabila tidak sama, mungkin terjadi
perlengkungan atau pemendekan tulang punggung inipun harus dihindari. Jika bagian
tutup insang dibuka, tidak terdapat bercak putih. Setiap sisi ujung moncong mulut
bibir atas mempunyai dua buah kumis (barbel). Yang perlu diperhatikan lagi ialah
matanya. Jika induk ikan mas diletakkan terlentang atau dimiringkan, biasanya
4. Sisik
Sisik induk yang baik tersusun secara teratur (kecuali stain karper kaca) dan
ukuran relatif besar. Sisik yang terlihat kusam atau tidak cerah menandakan kurang
5. Pangkal ekor
Pangkal ekor yang baik harus normal dan kuat, tidak memendek atau
atau tingginya harus lebih panjang. Induk ikan mas yang menandakan pangkal
12
Menurut Santoso (1996), perbedaan induk ikan mas jantan dan betina dapat
Jantan Betina
1. Badan tampak ramping atau 1. Badan terutama bagian perut
langsing membesar atau buncit; bila
diraba terasa lembek
2. Gerakkannya lincah dan gesit 2. Gerakkannya lamban, memberi
kesan malas bergerak
3. Jika perut diurut (perlahan- 3. Jika perut diurut, akan
lahan) dari depan ke bawah mengeluakan cairan berwarna
arah sirip ekor akan kuning.
mengeluarkan cairan berwarna
putih (sperma) seperti santan
kelapa.
4. Pada malam hari biasanya
meloncat-loncat.
Sumber: Santoso, (1996)
Menurut Khairuman et al., (2005), secara umum ciri-ciri calon induk yang
9. Bentuk ekor normal, cepat terbuka, pangkal ekor relatif lebar, dan
tebal.
10. Kepala relatif kecil dan moncongnya lancip, terutama pada induk
betina. Sebab, jumlah telur ikan mas yang berkepala kecil biasanya lebih
berikut:
5. untuk induk jantan bila diurut kearah kelamin, maka akan mengeluarkan
Berikut ini dapat dilihat tingkat kematangan gonad ikan mas jantan dan ikan
mas betina.
b. Belia Berkembang Tempat air mani keruh, tembus cahaya, merah keabuan,
dan kecil.
pembuluh darah.
f. Matang siap mijah Tempat air mani tidak tembus cahaya, berwarna putih, jika
g. Setengah terpijah Tempat air mani tidak tembus cahaya, warnanya sedikit
Tidak ada air mani lagi, kaya pembuluh darah, lambat laun
B. Betina
dan jernih.
jernih.
2.2.4 Pemijahan
Pemijahan adalah upaya untuk mengawinkan induk jantan dan induk betina di
dalam kolam yang telah disediakan. Pemijahan ikan di dalam kolam tidak
sesuai dengan nalurinya. Telur hasil pemijahan dibiarkan berserakan atau menempel
pada rumput-rumputan yang tumbuh pada pelataran kolam. Kedalaman air pada
pelataran adalah 30-50 cm. Untuk mempercepat pemenuhan air kolam, debit air pada
awal pengisian air ditambah menurut luas kolam serta penguapan dan perembesan,
kemudian dikurangi setelah kedalaman air dalam kolam memenuhi persyaratan. Debit
air selama proses pemijahan pada kolam seluas 3.000 m2 rata-rata adalah 0,2-0,3
alaminya sehingga kedua induk jantan dan betina terangsang untuk melakukan
pemijahan. Sedangkan wadah yang digunakan adalah hapa yang terbuat dari kain
strimin yang diletakkan di kolam/bak. Selain hapa ada beberapa sarana lain yang
diperlukan yaitu tempat menempel telur-telur ikan berupa kakaban. Hapa yang
Kolam diusahakan mengalir dengan debit 0,5 liter/detik dan tinggi air di dalam
sudah dipenuhi telur dibiarkan selama 2–3 hari. Hal ini biasanya terjadi pada
pemijahan alami dengan menggunakan hapa. Selama selang waktu itu, biasanya telur-
telur akan menetas. Setelah telur menetas, kakaban diangkat dan larvanya dibiarkan
dalam hapa sampai kuning telur hilang. Setelah lima hari larva siap ditebar dalam
17
kolam. Telur ikan mas juga dapat ditetaskan dengan menggunakan hapa di kolam
penetasan. Luas minimum kolam yang digunakan 500 m2. Kolam tersebut
dikeringkan selama 3–4 hari hingga dasarnya retak. Jika terjadi kebocoran, pematang
harus diperbaiki. Perlu juga dipastikan bahwa saluran tengah atau kamalir dapat
Pada saat penetasan telur, aliran air dijaga tetap stabil dan jangan sampai
berhenti karena telur-telur tersebut membutuhkan air yang kaya oksigen dan stabil
suhunya (Susanto, 2006). Kakaban yang sudah penuh ditempeli telur ikan dibiarkan
selama 2 – 3 hari tetap dalam kolam pemijahan. Dalam kurun waktu tersebut,
biasanya telur telah menetas seluruhnya. Kakaban diangkat dan larva dibiarkan dalam
hapa di kolam pemijahan sampai kuning telur hilang (Suseno, 2002). Sedangkan
menurut Standar Nasional Indonesia (1999) setelah 45 jam dan pada suhu sekitar
kakaban yang sudah dipenuhi telur dibiarkan selama 2 - 3 hari. Hal ini biasanya
terjadi pada pemijahan alami dengan menggunakan hapa. Selama selang waktu itu,
biasanya telur-telur akan menetas. Setelah telur menetas, kakaban diangkat dan
larvanya dibiarkan di dalam hapa sampai kuning telur hilang. Setelah lima hari larva
siap di tebar ke kolam. Telur ikan mas juga dapat ditetaskan dengan menggunakan
hapa di kolam penetasan. Luas minimum kolam yang digunakanadalah 500 m2.
kolam tersebut dikeringkan selama 3 - 4 hari hingga dasarnya retak. Jika terjadi
kebocoran, pematang harus diperbaiki. Perlu juga dipastikan bahwa saluran tengah
Menurut Standar Nasional Indonesia (1999) larva ikan mas ialah fase atau
tingkatan benih ikan yang berumur 4 hari sejak telur menetas serta mempunyai
Mengingat sifat dan perilaku larva ikan mas sangat rentan, maka
oksigen dalam media perawatan tetap terjamin, suhu media perawatan juga harus
tetap optimal. Perubahan atau fluktuasi suhu yang mendadak sangat membahayakan
kelangsungan hidup larva. Pekerjaan pokok perawatan larva ikan mas adalah
membersihkan telur, siphonisasi cangkang dan telur yang rusak (busuk), dan
mempertahankan konsentrasi oksigen dan suhu yang optimal. Pembersihan telur yang
rusak atau tidak menetas dilakukan denga menyeser telur-telur tersebut atau dengan
disiphon menggunakan selang plastik. Biasanya telur yang rusak dan membusuk akan
mengapung di permukaan air, tetapi seringkali telur ini tenggelam di dasar atau
tubuh larva habis. Larva bisa diberi makanan tambahan berupa suspensi kuning telur
dengan frekuensi 5 kali/ hari dan dosisnya 1 butir telur untuk 50.000 ekor larva dan
Misalnya untuk daerah tropis, benih ukuran kebul dan putihan memerlukan protein
sekitar 50%, ukuran jari (gelondongan) memerlukan protein 40%, dan ikan ukuran
lebih besar memerlukan protein antara 30-35%. Kebutuhan karbohidrat dalam pakan
kira-kira 30%.
dipupuk menggunakan pupuk organik dan pupuk anorganik. Jumlah pupuk yang
berupa kotoran ayam yang digunakan sebanyak 500 gram/m2. Sementara itu, pupuk
gram/m2. Selanjutnya, campuran pupuk dan kapur tersebut diaduk merata dan
Menurut Standar Nasional Indonesia (1999) kualitas air media yang cocok
a. Suhu : 25-30 °c
b. pH : 6,5-8,5
c. Debit air : 0,4-0,7 liter/detik
d. DO : minimal 5 mg/l
e. Ketinggian air : 50-70 cm
f. Kecerahan : 25 cm
g. Amonia : kurang dari 0,01 mg/l
Usaha pembenihan dan pendederan ikan mas dapat menggunakan air hujan,
air waduk, air sungai, mata air, air saluran irigasi, air permukaan, air sumur terbuka,
20
air sumur pantek, dan air sumur artesis. Dari berbagai sumber tersebut, air waduk
dianggap yang terbaik karena endapannya cukup sedikit dan kandungan oksigen serta
unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan pakan alami cukup tinggi. Sementara
itu, air sumur terbuka, air sumur pantek, atau air tanah lainnya, lebih aman dari
kontaminasi biota dan penyakit, tetapi miskin oksigen (O2) terlarut dan kandungan
karbondioksidanya (CO2) cukup tinggi. Air jenis ini harus mendapatkan perlakuan
aerasi terlebih dulu sebelum dipergunakan untuk pembenihan dan pendederan ikan
melalui bak pengendapan (filter) dan dialirkan secara kontinu melalui pintu air yang
kapasitas dan debitnya dapat diatur. Suhu air selama penetasan telur dipertahankan
pada kisaran 22 oC sampai 24 oC. Kecepatan aliran air akan menentukan konsentrasi
embrio. Semakin cepat aliran air berarti konsentrasi oksigen terlarut semakin tinggi.
Tetapi, aliran air yang terlalu cepat akan menghanyutkan larva yang masih lemah
Menurut Sachlan (1972) dalam Afrianto dan Liviawaty (1999), penyakit ikan
adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan dapat disebabkan oleh
kehidupan ikan. Jadi timbulnya serangan penyakit ikan di bak merupakan hasil
interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan dan organisme penyakit.
21
Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu penyebab gagalnya usaha
budidaya ikan mas. Hama juga merupakan sumber penyakit karena membawa jasad
patogen. Populasi hama yang banyak dalam kolam akan membuat kualitas air
menurun. Tidak jarang, ikan mas yang akan dipanen mengalami kematian akibat
serangan penyakit. Pada dasarnya penyakit pada ikan dapat digolongkan menjadi
pembudidayaan ikan-ikan air tawar yang lain juga dapat terserang hama dan penyakit.
Secara umum pencegahan terhadap timbulnya hama dan penyakit dapat dilakukan
4. Menggunakan system pemasukan air yang ideal seperti parallel dan setiap
budidaya.
Penyebab penyakit pada ikan ada dua, yakni jasad hidup dan bukan jasad
hidup. Jasad hidup yang menyebabkan penyakit pada ikan adalah parasit, seperti
virus, jamur, bakteri, protozoa, cacing dan udang renik. Sementara itu, penyebab
penyakit yang bukan termasuk jasad hidup adalah sifat fisika air, sifat kimia air dan
pakan yang kurang cocok untuk kehidupan ikan mas. Sifat fisika air yang
2.5 Panen
mencapai ukuran yang siap untuk didederkan di tempat lain, biasanya setelah benih
berumur 2–3 minggu dari saat penebaran. Pemilihan waktu panen harus tepat, karena
bisa menyebabkan ikan stres, terutama akibat sengatan panas matahari. Pemanenan
sebaiknya dilakukan pada suhu masih rendah, yaitu pada pagi dan sore hari. Jika
panen belum selesai tetapi suhu udara sudah terlanjur panas, sebaiknya kegiatan
panen dihentikan dan dilanjutkan keesokan harinya, tetapi kolam harus dialiri
kembali hingga penuh. Jumlah benih yang dihasilkan sangat tergantung dari beberapa
faktor, antara lain kualitas benih, teknik pemeliharaan, kuantitas dan kualitas pakan
Debit air pada pintu pengeluaran ditambah, sementara pada pintu pemasukan
dilakukan setiap saat. Waktu pemijahan induk yang tidak serempak sangat
dalam kolam yang luas, panen dilakukan setelah benih mampu berenang dan
dipindahkan ke kolam perawatan atau penampungan induk. Panen benih ikan yang
dipijahkan secara konvensional sebaiknya dilakukan pada umur 2 bulan atau lebih.
terlebih dahulu dipersiapkan alat tangkap. Panen benih dimulai pagi hari, yaitu antara
jam 04.00 – 05.00 pagi dan sebaiknya berakhir tidak lebih dari jam 09.00 pagi. Hal
kesehatan benih ikan tersebut. Benih dapat dipanen setelah dipelihara selama 21 hari
selisih jumlah total pendapatan dengan total biaya, meliputi biaya tidak tetap dan
biaya tetap (Variabel cost) yang digunakan untuk menghasilkan produksi. Adapun
Menurut Katsmir dan Jakfar (2003) Benefit cost ratio merupakan rasio
aktivitas dari jumlah nilai sekarang total penerimaan dengan nilai sekarang total biaya
investasi selama umur investasi. Apabila B/C Ratio kurang dari satu maka suatu
investasi akan dikatakan tidak layak sebaliknya apabila B/C Ratio lebih dari satu
telah menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan (biaya produksi) yang
dikeluarkan. BEP merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan produksi sama
demikian pada saat itu pengusaha mengalami impas, tidak untung dan tidak rugi.
dinyatakan dalam ukuran waktu yaitu berupa lama waktu yang diperlukan proyek itu
Praktek akhir ini dilaksanakan selama 3 bulan, dimulai dari tanggal 1 Maret
2008 sampai dengan 3 Juni 2006 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar
3.2.1 Alat
11.
12.
3.2.2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan selama Praktek Akhir dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Bahan-bahan yang digunakan selama Praktek Akhir
No Bahan Spesifikasi Jumlah Fungsi
1. Induk mas ekor Untuk menghasilkan telur
betina
2. Induk mas ekor Untuk menghasilkan sperma
jantan
3. Pakan induk Pellet - Sebagai pakan induk
4. Pakan benih Daphnia - Sebagai pakan larva
5. Kakaban Untuk menempel telur
6. Hormon Untuk merangsang pemijahan
Ovaprim
3.3 Metoda
Metoda yang digunakan dalam pelaksanaan Praktek ini adalah metoda survey
dengan pola magang yaitu mengikuti dan melaksanakan semua kegiatan pembenihan
ikan mas (Cyprinus carpio) yang dilakukan di lokasi praktek. Data diperoleh dengan
Adapun metode kerja yang dilakukan pada lokasi praktek adalah sebagai
berikut:
b. Setelah kering, kolam tersebut di pasang kakaban yang terbuat dari ijuk yang
c. Tahap akhir dari persiapan kolam pemijahan adalah pengisian air yang bersih
2. Seleksi Induk
b. Menangkap induk ikan mas jantan dan betina dengan menggunakan seser
induk
28
c. Menyeleksi tingkat kematangan gonad induk ikan mas dengan melihat alat
kelamin induk ikan mas dan meraba bagian perut induk betina
d. Menimbang induk ikan mas jantan dan betina yang telah diseleksi dengan
menggunakan timbangan
3. Pemijahan
betina. Pemijahan yang dilakukan pada lokasi praktek dilakukan secara alami pada
berikut :
d. Memasukkan induk yang sudah matang gonad atau induk yang siap
pemijahan.
4. Penetasan
29
untuk pemeliharaan larva. Telur yang dihasilkan pada kolam pemijahan dipindah ke
5. Pemeliharaan larva
pergantian air yang bertujuan untuk kelangsungan hidup dari larva ikan mas. Pakan
yang diberikan hanya mengandalkan pakan alami dari hasil pemupukan karena pakan
alami ini sangat baik sekali untuk pertumbuhan dari larva ikan mas. Pemberian pakan
alami dari hasil pemupukan, sedangkan pemberian pakan buatan berupa pellet
A. Pengukuran Suhu
Pengukuran suhu dilakukan tiga kali sehari yaitu pada pukul 06.00, 12.00, dan 17.00.
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengukuran suhu pada lokasi praktek
DO dilakukan dua kali sehari yaitu pada pukul 06.00 dan 17.00. Adapun tahapan-
tahapan yang dilakukan dalam pengukuran DO pada lokasi praktek adalah sebagai
berikut:
sekali.
b. Menambahkan penguji yang ke-1 sebanyak 5 tetes dan kocok satu kali
c. Menambahkan penguji yang ke-2 sebanyak 5 tetes lalu kocok satu kali
d. Menambahkan penguji yang ke-3 sebanyak 5 tetes lalu kocok dua kali.
e. Mencocokkan warna yang terjadi dengan kertas ukur DO yang sudah ada,
dilakukan dua kali sehari yaitu pada pukul 06.00 dan 17.00. Adapun tahapan-tahapan
yang dilakukan dalam pengukuran pH pada lokasi praktek adalah sebagai berikut:
b. Mencocokkan warna yang tejadi pada kertas pH paper dengan skala nilai pH
7. Pemanenan
31
permintaan pasar. Pemanenan benih ikan mas ini dilakukan setelah benih berumur 35
hari. Pemanenan dilaksanakan pada pagi hari karena suhu pada waktu itu masih
rendah sehingga pada saat panen benih ikan mas tidak stres. Pemanenan benih ikan
mas dilakukan dalam hapa yang sudah disiapkan sebagai tempat penampungan benih
agar benih tetap sehat. Kegiatan ini dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi
benturan terhadap benih ikan yang dapat menyebabkan kelukaan/cacat yang pada
b. Mengambil benih ikan mas tang berada pada waring dengan serokan.
(pendederan).
Data yang diperoleh diolah dengan cara sortasi dan tabulasi data, kemudian
disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan gambar. Hasil pengolahan data dianalisa
perbandingan dengan literatur serta ditunjang oleh hasil wawancara dengan pihak
32
Nt
Survival Rate % (SR) = x 100 %
No
3. Analisis finansial
b. Analisis Benefit Cost Ratio (B/C Ratio). (Katsmir dan Jakfar, 2003)
Total penerimaan
B/C Ratio =
Total biaya
BEP =
Investasi
PBP = X 1 tahun
Kas bersih
34
Kegiatan praktek KIPA ini akan dilaksanakan di Balai Benih Ikan Sragen,
Jawa Tengah tidak lepas dari dukungan biaya untuk kelancaran selama praktek.
Untuk itu penulis mencoba menyusun anggaran biaya selama kegiatan praktek KIPA
sebagai berikut:
35