Professional Documents
Culture Documents
(Berita Daerah - Nusa Tenggara) - Luas, kokoh dan kuno. Itulah kesan
yang tertangkap dari gedung Museum Asi Mbojo yang terletak di jantung
Kota Bima. Bangunan tersebut dahulu merupakan istana kasultanan
Bima, kini berfungsi sebagai museum.
Museum Asi Mbojo bukan hanya saksi sejarah Bima, lebih dari itu ia
menyimpan cerita panjang temali benang merah peradaban masyarakat
Bima dari masa kesultanan Bima hingga kini.
Asi Mbojo berarti Istana Bima. Istana itu dibangun pada 1927 dan resmi
menjadi istana kasultanan Bima pada 1929. Bangunan istana diapit oleh
dua pintu gerbang di sisi barat dan timur.
Tata letak Asi Mbojo tidak jauh berbeda dengan istana lain di Tanah Air.
Istana menghadap ke barat dan di depannya terdapat tanah lapang atau
alun-alun bernama Serasuba.
Di tempat itulah konon raja tampil secara terbuka di depan rakyat di saat-
saat tertentu, misalnya saat diselenggarakan upacara-upacara penting
atau perayaan hari besar keagamaan. Serasuba juga menjadi arena
latihan pasukan kesultanan.
Di sebelah alun-alun terdapat sebuah bangunan masjid, sebagai sarana
kegiatan ritual keagamaan. Istana, alun-alun dan masjid yang merupakan
konsepsi filosofi pemerintah, rakyat dan agama merupakan satu kesatuan
yang utuh.
Bima adalah salah satu kota di Pulau Sumbawa yang merupakan bagian
dari Provinsi NTB. Untuk menjangkau kota ini dari Mataram dapat
ditempuh melalui jalur darat atau jalur udara.
Meski jalannya beraspal, tapi untuk menempuh jarak sejauh itu perlu
konsentrasi tinggi, sebab jalan yang ditempuh berkelok-kelok, naik turun
menyusuri bukit dan jurang di sisi jalan yang curam.
Para petani sedang memanen garam setelah air laut yang dialirkan ke
petak-petak tambak, mulai menghasilkan kristal putih yakni garam.
Sebagian lainnya memasukkannya ke karung. Harga per karung (60
kilogram) sebesar Rp60 ribu.
Beberapa saat setelah itu mulai terlihat panorama Pantai Lawata. Pantai
dengan panjang sekitar setengah kilometer itu pada hari libur banyak
dikunjungi masyarakat. Karena letaknya sebelum masuk kota, maka
Pantai Lawata oleh sebagian orang dijuluki juga sebagai pantai selamat
datang.
Meski untuk menjangkau Museum Asi Mbojo butuh waktu panjang, tapi
sesampainya di lokasi bangunan kuno itu rasa lelah akan terlunasi dengan
segudang cerita sejarah Bima yang sangat melegenda.
ISTANA BIMA
Latar Sejarah
Menurut legenda nama Bima diambil dari nama tokoh “ Sang Bima
“, seorang bangsawan dari Jawa yang berhasil mempersatukan kerajaan-
kerajaan kecil di daerah ini menjadi satu kerajaan, yaitu kerajaan Bima.
Sang Bima kawin dengan seorang putri yang cantik jelita, bernama
Tasi Naring Naga. Dari perkawinanya itu lahir Indra Jambrud dan Indra
Kumala, yang kelak menjadi cikal bakal dan menurunkan raja-raja Bima
dan Dompu. Braam Morris menyebutkan bahwa tidak kurang dari 49 raja
yang pernah memerintah di Bima, sedangkan Maharaja (“Sang”) Bima
ditempatkan pada urutan ke sebelas.
Istana atau Asi dalam bahasa Bima mulai dikenal oleh masyarakat
Bima pada sekitar abad ke 11 Masehi. Menurut mitos setempat Raja Bima
pertama, Indra Zamrud membangun Istana Kaca. Begitu Sultan Abdul
Hamid Membangun Asi Saninu (Istana Kaca), selanjutnya Sultan Ismail
membangun Asi Mpasa (Istana Lama) pada tahun 1820 M. Asi Ntoi
dibangun diera pemerintahan raja-raja dan Sultan-sultan Bima yang bisa
disaksikan sampai sekarang yaitu istana-istana Asi Mbojo dan Asi Bou
yang terletak berdampingan.
Benda Cagar Budaya (BCB) yang ada di Istana Bima terdiri dari
BCB tidak bergerak dan BCB bergerak
Alun-alun di satu sisi bersebelahan dengan bangunan Mesjid, dan sisi lain
menyatu dengan halaman istana. Jelas menyiratkan bahwa ke 3 unsur
bangunan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh. Untuk memberi
kesan sebagai bangunan monumental, istana bisa dipandang dari empat
penjuru mata angina menggunakan konsepsi filosofi sebuah istana yang
di dalamnya menyiratkan kesatuan unsur antara pemerintahan, agama
dan rakyat (masyarakat).
- Asi Bou, demikian orang Bima menyebut istana kayu ini. Asi Bou
berarti istan baru. Dalam bahasa Bima, asi artinya istana dan bou artinya
baru. Tidak banyak orang yang tau istana ini. Bangunan ini terkesan
tertutup, karenanya Asi Bou penuh misteri. Asi Bou berdampingan dengan
Istana Bima. Persisnya disebelah timur istana. Dia seperti mengawal
bangunan disebelahnya. Istana ini sebenarnya hanya tempat tinggal
keluarga kerajaan. Dia tidak digunakan sebagai pusat penyelenggaraan
pemerintahan. Sebagian besar bangunan Asi Bou terbuat dari kayu. Itu
sebabnya disebut istana kayu. Konstruksinya seperti rumah panggung
Bima. Sesuai namanya, Asi Bou dibangun belakangan, di masa
pemerintahan Sultan Ibrahim (1881-1916).
1. Keris
Koleksi keris kerajaan Bima yang dipajang di Museum Asi Mbojo
berjumlah 20 buah masing-masing dengan nama dan fungsi sebagai
berikut ;
- Keris
- Keris
2. Talam
Jenis talam yang dipajang dalam bahasa daerah Bima disebut “ tari, “
kampu”, dan “sampai”, “kampu”. Koleksi ini berfungsi sebagai tempat
bunga dalam rangkaian prosesi upacara adat di Istana Sultan Bima,
bahannya terbuat dari emas.
3. Tempat lilin
4. Cerek
Koleksi ini menurut bahasa Bima disebut Selapa dengan bahan emas.
jaman dahulu.
10. Pedang
11.Golok
Senjata jenis ini digunakan sebagai kelengkapan tanda jabatan
kesultanan Bima yang bertugas di daerah Reo (Flores Barat)
Terdiri dari, cerek (cere), kain pembungkus mayat dan batu nisan
17. Lonceng
Jenis senjata api yang dibuat tahun 1640-1682 M berasal dari Portugis