You are on page 1of 23

BAB I

SEJARAH ARUNG JERAM

Banyak orang menyebutkan arung jeram ( Rafting ) ditemukan di Amerika, dan banyak pula menyebutkan arung jeram
ditemukan di Eropa. Terlepas dari itu semua, yang pasti arung jeram timbul karena kebutuhan, kebutuhan pada awalnya untuk
menyelamatkan diri atau untuk menyerang orang lain, seperti pada saat Perang Dunia II. Waktu itu tentara Amerika merancang suatu
jenis perahu yang bentuknya seperti keranjang untuk digunakan sebagai sarana perang. Perahu ini disebut basket boat.
Di Indonesia, rafting sesungguhnya sudah ada sejak dahulu kala. Lihat saja misalnya masyarakat tradisional yang hidup di
tepi sungai-sungai besar. Penduduk telah lama memanfaatkan rakit sebagai sarana angkutan untuk menyeberang sungai atau untuk
mengarungi sungai. Mengarungi di sini tentu dimaksudkan menjelajahi sungai dari hulu di gunung atau pedalaman menuju hilir atau
muara tempat pemusatan kegiatan-kegiatan yang lebih besar.
Dewasa ini keinginan serta kesenangan manusia semakin meningkat dan kompleks, khususnya dalam memanfaatkan alam.
Kegiatan berupa sekedar kegiatan angkutan konvensional lalu berkembang menjadi kegiatan wisata guna melayani keinginan dan
kesenangan manusia untuk berpetualang atau untuk lebih dekat dengan alam. Sarana berarung jeram pun meningkat, dari sekedar rakit
rangkaian bambu menjadi perahu karet ( raft ) yang menggunakan alat dan sarana serba canggih.
Sejak dipopulerkan di Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an menjadi kegiatan dan gaya hidup, baik sebagai wahana
penelitian alam atau rekreasi, arung jeram kemudian mewabah ke seluruh dunia. Di Indonesia sendiri olahraga ini masuk sejak ide
rally sungai di Sungai Citarum dicetuskan, dengan bersaranakan perahu pendarat sisa Perang Vietnam. Dari sini kegiatan arung jeram
kemudian merambah ke sungai-sungai lain di Nusantara.
Semantara itu di Amerika sendiri berdiri AWA ( American White Water Afiliation ) yang menitikberatkan kegiatannya
pada pengembangan standar keamanan dan aturan operasi olahraga ini. Di Indonesia saat ini kegiatan arung jeram berkembang secara
“menebak-nebak” kepastian keamanan dan tujuannya. Kegiatan ini sempat diberi
sebutan “olahraga arus deras”,“petualangan sungai”,”wisata perahu karet”, ”susur sungai” dan lain sebagainya. Operator
komersial yang bercabang ke seluruh dunia juga berperan dalam perkembangan arung jeram. Kini semua istilah dan tujuan tidak lagi
mempunyai perbedaan yang berarti, khususnya setelah era Kejuaraan Nasional Arung Jeram dimulai, pada akhir tahun 1994.
Sejak itu informasi mengenai standar keamanan dan kenyamanan disebarluaskan dalam masyarakat.
Sejak awal tahun 1990-an kegiatan arung jeram di Indonesia kembali marak dengan terbakukannya river boat yang dibuat
secara profesional untuk kegiatan ini, sejalan dengan mulai masuknya kegiatan komersial sebagai wisata alam. Pembakuan yang
dibuat AWA dan pelaksanaan operasi operator komersial kiranya telah menjadi standar kegiatan ini di seluruh dunia. Imbas positif
bagi petualang, pehobi ataupun bagi kegiatan komersial adalah standar dan sarana memadai yang menjadikan kegiatan ini dapat
berlangsung secara aman, nyaman dan memuaskan, menjadi kenyataan.
BAB II
SEBELUM BELAJAR BERARUNG JERAM

Seperti kita ketahui, sudah cukup banyak korban kecelakaan arung jeram di sungai-sungai di Indonesia baik yang dialami
oleh perkumpulan penjelajah alam dan pecinta alam maupun oleh operator-operator arung jeram. Kebanyakan kecelakaan itu terjadi
karena skill yang dimiliki sumber daya manusianya masih kurang, karena kelelahan dan karena kecerobohan suber daya manusianya.
Ada juga yang keberaniannya cukup tinggi tetapi tidak diimbangi dengan kemampuan.

Beberapa tahun yang lalu peralatan untuk berarung jeram sangat sulit didapat di Indonesia, dan kalaupun ada harganya
sangat mahal. Oleh karena itu sering dalam suatu pengarungan sungai peralatan yang dipakai hanya seadanya saja, seperti misalnya
menggunakan perahu yang bukan jenis river boat, pelampung yang seadanya atau pelampung agin yang ditiup. Bahkan cukup banyak
pengarung jeram yang tidak memakai helm. Hal-hal tersebut ini sering berakibat fatal. Sebenarnya ada kunci pokok untuk
menghindari bahaya-bahaya tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. SUMBER DAYA MANUSIA


Sumber daya manusianya harus mempunyai skill atau keahlian yang cukup baik dalam mengemudikan perahu, tindak
keamanan, penyelamatan, membaca situasi dan kondisi alam, mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi,
mampu dan tegas dalam mengambil keputusan. Khususnya, seorang pemandu arung jeram harus mampu memimpin dan memandu
peserta yang ada dalam perahu. Syaratnya adalah, sumber daya manusia yang terlibat dalam kegiatan arung jeram harus mampu saling
memberi rasa aman dan nyaman serta kepuasan pada semua peserta arung jeram.
2. PERALATAN
Peralatan yang digunakan untuk berarung jeram sekarang ini sudah semakin baik dan modern. Peralatan arung jeram ada
beberapa jenis dan ukuran, sesuai dengan keinginan pemakai. Pada waktu ini sebenarnya tidak ada lagi alasan untuk menyalahkan
peralatan bila terjadi kecelakaan. Kriteria dan peralatan arung jeram yang layak pakai ( standard ) seperti pada bahasan “Pengenalan
Peralatan“.
BAB III
PENGENALAN PERALATAN

A. PERALATAN PRIBADI

1. PELAMPUNG
Pelampung juga banyak macamnya, tetapi semua pelampung mempunyai fungsi yang sama.Pelampung yang dipakai untuk
arung jeram adalah pelampung dengan bahan baku didalamnya dari busa yang kedap air, busa bagian depan lebih tebal dari busa
bagian belakang, karena apabila seorang hanyut di sungai dalam keadaan tidak sadar atau lemas, maka otomatis orang tersebut akan
terapung tengadah atau muka di permukaan air.

- Fungsi pelampung : pelampung berfungsi membantu peserta arung jeram dalam keamanannya, karena pelampung akan membantu
peserta yang jatuh di air terapung ke permukaan. Fungsi sekundernya adalah sebagai pelindung/body protector terhadap benturan baik
berupa rintangan sungai maupun ( dayung ) sesama peserta. Selain itu ada juga pelampung yang dilengkapi dengan pelindung kepala
bagian belakang atau tengkuk.

- Cara menggunakan pelampung : sama seperti menggunakan rompi, tetapi kalau pelampung harus dikencangkan dalam
pemakaiannya, dengan memasang buckle-buckle ( gesper pengencang ) dan mengencangkannya, karena kalau pelampung terlalu
longgar dalam pemakaiannya maka pelampung tidak berfungsi maksimal.

2. HELM ( HELMET )
Helm juga ada beberapa macam, seperti yang terbuat dari fiber glass, plastik dan lain-lain.
- Sifat-sifat helm :
Helm fiber glass, sangat ringan tetapi bisa berbahaya. Apabila terbentur pada/oleh
benda keras helm fiber glass mudah pecah, pecahannya sangat gampang melukai apalagi kalau helm pecah pada waktu dipakai.

Helm plastik, lebih aman karena tidak mudah pecah dan seandainya pecah, pecahannya tidak hancur. Biasanya helm plastik kalau
pecah hanya retak-retak saja. Untuk saat ini para operator arung jeram kebanyakan memakai helm ini.

- Fungsi helm : untuk melindungi kepala peserta arung jeram apabila bagian kepala peserta terbentur batu atau benda keras.

- Cara menggunakan helm : dalam menggunakan helm jangan terlalu kencang, karena pengarungan memakan waktu cukup lama yang
bisa mengakibatkan kepala sakit karena terjepit helm yang terlalu kencang. Atau jangan terlalu longgar karena bisa mengganggu
gerakan atau pandangan dalam pengarungan.

3. SEPATU
Jenis sepatu yang baik untuk dipakai berarung jeram adalah jenis sepatu yang dapat melindungi telapak kaki dari
kemungkinan tertusuk duri/benda tajam lainnya tetapi tidak mengganggu bila digunakan untuk berenang. Biasanya digunakan sandal
gunung seperti merk Eiger, Alpina, Boogie dan lain sebagainya.

4. PAKAIAN
Jenis pakaian yang tepat untuk dipakai berarung jeram adalah jenis pakaian yang memungkinkan kita tetap dapat leluasa
bergerak. Pakaian disini adalah meliputi baju dan celana. Jangan sekali-kali memakai celana jean, karena disamping tidak mudah
kering

juga tidak memungkinkan kita untuk bergerak dengan leluasa. Usahakan menggunakan baju yang biasa untuk berenang di
kolam renang.
5. SURVIVAL KIT
Perlengkapan survival harus selalu melekat pada badan, tetapi usahakan tidak mengganggu gerakan kita. Biasanya terdiri
dari Korek api tahan air, pisau lipat, obat-obatan pribadi dan lain sebagainya. Survival kit biasanya digunakan untuk perjalanan
panjang terutama pada sungai-sungai yang belum pernah diarungi oleh para peserta pengarungan atau pengarungan dalam rangka
kegiatan Ekspedisi.

6. DAYUNG ( PADDLE )
Ada beberapa jenis dayung yang bisa digunakan untuk arung jeram, yaitu antara lain: dayung dari kayu, dari aluminium
dan plastik, dari fiber glass dan lain sebagainya.

- Sifat-sifat dari dayung-dayung tersebut adalah :


Dayung kayu, lebih berat dan kekuatannya kurang dibandingkan dengan dayung yang dibuat dari bahan lain.
Dayung fiber glass, dayung ini cukup ringan tetapi mudah pecah dan pecahannya sangat tajam, bisa melukai si pemakai atau orang
yang ada di sekitarnya.
Dayung aluminium dan plastik, dayung ini cukup ringan, terapung di air dan lebih kuat dari dayung lainnya yang tersebut diatas.
Sampai saat ini para operator arung jeram di seluruh dunia kebanyakan menggunakan dayung ini.
Untuk pengarungan dengan perahu karet, berdasarkan pemakaiannya dikenal dua macam dayung yaitu :

a. Dayung Paddle
Dayung ini digunakan untuk pengarungan dengan perahu berawak banyak, jadi masing-masing awak perahu menggunakan
satu dayung. Ukuran panjang dayung disesuaikan dengan ukuran tubuh dan kekuatan awak perahu serta ukuran perahu. Panjang
dayung umumnya berkisar antara 150 cm 170 cm.

b. Dayung Oar
Ukuran dayung oar lebih panjang dari dayung paddle, hal ini dikarenakan dayung oar memerlukan rangka ( frame )
sebagai pegangannya. Rangka ini dipasang melintang diatas tabung perahu. Sepasang dayung oar ( kanan-kiri ) digerakkan oleh satu
orang.

- Fungsi dayung : untuk menggerakkan dan mengarahkan atau mengemudikan perahu.

- Cara menggunakan dayung : celupkan daun dayung ke dalam air dan kayuhkan ke depan atau belakang sesuai dengan keinginan
pemakai.

7. FLIP LINE
Flip line adalah tali yang panjangnya kira-kira setengah meter sampai dua meter dan kedua ujungnya disimpul dengan
sebuah carabiner.kegunaan dari flip line adalah sebagai berikut:
a. Alat bantu untuk melepaskan perahu yang tersangkut dibatu.
b. Alat bantu untuk membalikkan perahu bila perahu terbalik.
c. Alat bantu untuk melepaskan perahu yang dalam keadaan wrap ringan.

8. PELUIT
Dalam pengarungan peluit banyak fungsinya ,misalnya sebagai alat komunikasi ke perahu lain dan sebagainya
Obat pribadi
maag, migrain dan sebaga

10. PERALATAN TAMB


Peralatan tambahan m
a. Topi
b. Self Bailing
Perahu ini dilengkapi dengan lubang-lubang pembuangan air di sekeliling lantainya, sehingga membuat air yang masuk
akan keluar dengan sendirinya. Selain itu keuntungan lainnya dengan adanya lubang-lubang self bailing ini adalah dapat dijadikan
sebagai pegangan untuk membantu naik ke atas perahu ketika perahu dalam posisi terbalik (flip).

b. Kacamata
2. TALI LEMPAR ( THROW BAG )
Tali lempar adalah sesuatu yang penting dari peralatan-peralatan penyelamatan. Adapun tali lempar dapat difungsikan
dalam banyak hal dalam melakukan kegiatan penyelamatan, seperti menolong orang yang hanyut atau perenang (penyelamatan
peserta ), atau penyelamatan peralatan, seperti menyelamatkan Perahu Wrap, perahu tertahan di hole, perahu hanyut dan lain
sebagainya.

c. Sunblock
3. TAS KEDAP AIR (DRY BAG)
Tas kedap air biasanya diikatkan di bantalan perahu. Tas ini juga digunakan untuk menyimpan barang-barang yang tidak
boleh basah, seperti repair kit, P3K, Kamera, dompet dan lain sebagainya. Tas ini banyak jenis dan ukurannya, tergantung seberapa
besar dan banyak barang-barang yang akan dibawa. Usahakan membawa barang-barang yang diperlukan untuk di sungai saja, agar
beban perahu tidak terlalu besar.

4. PERALATAN REPARASI PERAHU (REPAIR KIT)


Repair kit adalah peralatan untuk memperbaiki perahu. Peralatan ini sangat Penting dibawa dalam suatu pengarungan,
terutama dalam ekspedisi, agar tidak menganggu dalam perjalanan pengarungan. Karena bila perahu bocor, seorang pemandu akan
merasa sangat kesal, kalau perjalanan pengarungannya harus berhenti sampai di tempat perahu bocor atau kalau dipaksakan untuk
melanjutkan perjalanan pengarungan akan mendapatkan masalah baru karena perahu yang bocor akan menjadi ancaman atau bahaya
kecelakaan/musibah bagi semua peserta dan pemandu. Jika membawa peralatan reparasi perahu maka masalah tersebut dapat diatasi
dengan menambal/memperbaiki perahu atau peralatan yang lain yang mengalami kerusakan.

5. PERLENGKAPAN P3K (FIRST AID KIT)


First Aid Kit adalah obat-obatan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan. Obat-obatan ini sangat penting dan harus ada
da lam setiap pengarungan. Untuk pertolongan pertama sangatlah sulit bila obat tidak ada. Dan yang wajib juga dibawa adalah obat-
obatan pribadi bagi setiap peserta yang mempunyai penyakit tertentu.

6. WEBBING DAN CARABINER


Bisa dipakai untuk mengikatkan barang-barang bawaan dan carabiner sebagai pengaitnya.

7. POMPA ( PUMP )
Pompa yang digunakan untuk mengisi tabung udara harus selalu dibawa pada setiap pengarungan untuk menjaga apabila
udara dalam tabung berkurang/kempes. Ada dua jenis pompa yaitu pompa injak dan pompa tangan.

8. ALAT NAVIGASI
Peralatan navigasi berupa peta, kompas, protaktor, mistar dan sebagainya
peralatan ini berguna sekali dalam pengarungan yakni membantu mengetahui medan
sungai yang sedang atau akan diarungi, mengetahui gradien dan daerah bantaran
sungai, tanda-tanda medan dan lain sebagainya.

9. JAM
Untuk mengetahui waktu kapan dimulai pengarungan, kapan saat istirahat
berapa lama waktu pengarungan dan sebagainya.

10. LOGISTIK
Yang dimaksud logistik disini adalah persediaan makan atau konsumsi yang akan dibawa selama pengarungan, akan lebih baik
jika yang dibawa adalah yang cepat bila dimasak, prakits dibawa, dan banyak mengandung kalori.

11. ALAT PEMETAAN


Jika dalam pengarungan suatu sungai, jeram yang ada akan dipetakan maka
peralatan ini harus dibawa saat pengarungan.

12.PERALATAN PENYELAMATAN (RESCUE KIT)


Peralatan penyelamatan meliputi:
13. PERALATAN TAMBAHAN
Peralatannya meliputi:
a. Alat komunikasi
b. Dokumentasi
c. Tenda atau peralatan kemping dan lainya

BAB IV
MORFOLOGI SUNGAI

A. APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN SUNGAI … ?


Sungai yang dimaksud di sini adalah sungai berarus deras, berbatu-batu dan memiliki jeram serta gelombang, karena
sungai seperti itulah yang layak untuk digunakan sebagai tempat berarung jeram. Seseorang yang ingin menjadi pengarung jeram,
penting untuk mengetahui sifat dan dinamika sungai.
Apabila membayangkan sungai-sungai, yang mudah diingat adalah sungai itu lebar atau sempit, alirannya cepat atau
lambat, kemiringannya curam atau landai, berkelok-kelok atau lurus dan sebagainya. Bagi seseorang yang akan menggeluti kegiatan
arung jeram perlu mengetahui sifat-sifat sungai lebih dalam lagi, hal ini terutama berkaitan dengan faktor keselamatan sang pengarung
jeram.
Secara umum sungai adalah tempat mengalirnya air serta sedimen yang berasal dari daerah hulu di pegunungan sampai
akhirnya bermuara ke hilir di lautan, baik yang berarus deras maupun yang berarus tenang.
Sedangkan fungsi sungai itu sendiri adalah tempat menampung dan mengalirkan air serta sedimen dari daerah hulu sampai
ke hilir. Sumber airnya dapat berasal dari hujan atau lelehan salju serta dari sumber-sumber yang lain.

B. PEMBAGIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI


Sungai mengalir dari daerah hulu atau pegunungan sampai daerah hilir atau lautan melewati beberapa daerah yang dapat
dibagi menjadi tiga daerah aliran sungai, yaitu :

1. Daerah aliran sungai hulu


Ciri-cirinya dangkal dan sempit, seringkali mengalir di daerah lembah yang curam dan dalam. Tingkat kecuramannya
tinggi sekali sehingga banyak dijumpai air terjun. Kebanyakan sungai ini tidak dapat diarungi.

2. Daerah aliran sungai peralihan


Ciri-cirinya cukup dalam dan lebar, banyak dijumpai riam yang diselingi lubuk sungai. Daerah ini sangat ideal untuk
ORAD, tapi hati-hati kedangkalan dan air terjun yang berbahaya masih dijumpai.

3. Daerah aliran sungai hilir


Ciri-cirinya lebar dan dalam, aliran airnya tenang dan berkelok-kelok menyerupai huruf ' V '. Bukan daerah yang ideal
untuk ORAD.

C. KARAKTERISTIK SUNGAI
Karakteristik sungai merupakan karakter dari sungai yang terdiri dari volume air ( Debit Air Sungai ) yang mengalir di
sungai serta kemiringan sungai ( Gradient ) yang dimiliki oleh sungai tersebut.

1. DEBIT SUNGAI ( VOLUME AIR )


Debit sungai adalah besarnya aliran air persatuan waktu, ukuran yang umumnya digunakan adalah satuan volume per detik
( m3/det ) atau cubik feet second ( cfs ).
Besarnya volume air sungai sangat tergantung dari besarnya daerah aliran sungai ( DAS ) yang dialirinya dan juga jumlah curah hujan
yang turun pada daerah aliran sungai tersebut.
Data untuk volume air perlu untuk diketahui sehingga dapat memastikan apakah sungai tersebut dapat diarungi atau tidak.
Layak atau tidaknya sungai itu dapat diarungi dapat dilihat dari volume airnya, jika volume air berkisar antara 800 cfs atau 25 m3/det
sampai 10.000 cfs atau 300 m3/det maka sungai tersebut layak untuk diarungi.
Ukuran volume air ( Debit Sungai ) dapat juga untuk mengetahui ukuran besar kecilnya sungai, yaitu antara lain :
Sungai kecil berkisar antara 800 cfs atau 25 m3/det sampai 5000 cfs atau 125 m3/det.
Sungai besar berkisar antara 5000 cfs atau 125 m3/det sampai 10.000 cfs atau 250 m3/det.
Sungai besar sekali adalah sungai dengan volume air lebih dari 10.000 cfs atau 250 m3/det.

Untuk mengetahui volume air dapat melihat tinggi muka air ( biasanya terletak di tempat-tempat dekat jembatan ).
Kemudian disesuaikan dengan lebar sungai atau dapat meminta informasi pada Dinas Pengairan setempat mengenai debit volume
bulanan, sehingga dapat diketahui waktu-waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan pengarungan.

2. KEMIRINGAN SUNGAI ( GRADIENT )


Tingkat kemiringan sungai menunjukkan nilai rata-rata penurunan dalam meter sepanjang jarak tertentu ( Km ). Tingkat
kemiringan sungai dapat digunakan sebagai petunjuk tingkat kecepatan aliran, yaitu antara lain :

Sungai dengan kecuraman 0 - 4 m/Km umumnya berarus tenang, tidak mempunyai daerah berbahaya seperti riam/jeram.
Sungai dengan kecuraman 5 - 10 m/Km umumnya beriam-riam dan cukup ideal sebagai medan ORAD.
Sungai dengan kecuraman 10 - 15 m/Km umumnya berbahaya untuk diarungi dengan perahu karet, akan tetapi masih memungkinkan.
Sungai dengan kecuraman 15 - 20 m/Km umumnya sudah tidak memungkinkan untuk diarungi dengan perahu karet, akan tetapi masih
memungkinkan diarungi dengan kayak yang lincah.
Sungai dengan kecuraman di atas 20 m/Km umumnya tidak mungkin lagi untuk diarungi, karena mempunyai air terjun atau riam
ganas yang panjang dan sambung-menyambung.
Kecuraman sungai di daerah hulu rata-rata lebih tinggi dari sungai di daerah hilir. Semakin ke hilir sungai akan semakin
landai sebelum kemudian bermuara ke laut. Gradient sungai dapat dihitung dengan bantuan garis kontur yang memotong sungai pada
peta topografi, yaitu antara lain :
Untuk peta dengan skala 1 : 50.000 beda tinggi antara dua garis kontur adalah 2 cm = 1 Km sebenarnya.
Untuk peta dengan skala 1 : 25.000 beda tinggi antara dua garis kontur adalah 4 cm = 1 Km sebenarnya.

Jarak antara dua garis kontur dapat dihitung dengan menarik lurus benang, misalkan : 10 cm di peta untuk peta dengan skala 1 :
50.000 berarti jarak sebenarnya adalah 5 Km, karena setiap 1 cm di peta berarti jarak sebenarnya adalah 500 meter atau 0,5 Km.
Kemudian selisih ketinggian dihitung dengan mengurangi ketinggian yang terbesar dikurangi dengan ketinggian yang terendah,
misalkan : ketinggian terbesar adalah 1.500 m di atas laut dan ketinggian terendah adalah 1.485 m di atas laut berarti beda
ketinggiannya adalah 1.500 m 1485 m = 15 m. E. BENTUKAN YANG ADA DISUNGAI

3.LEBAR SUNGAI
Lebar penampang sungai mempengaruhi kecepatan arus, hal ini juga
mempengaruhi laju perahu. Dimana bila penampangnya lebar kecepatan arus akan
lambat berbeda dengan penampang sungai yang sempit arus akan bergerak cepat.

D. ARUS
Arus sungai adalah arah yang di tuju oleh aliran air dan penyebab adanya aliran air adalah perbedaan tinggi. Besar kecilnya
arus sungai dipengaruhi oleh volume air, sedangkan kecepatan aliran air dipengaruhi oleh gradient dan ukuran sungai. Pada volume
yang sama, sungai dengan ukuran yang sempit atau gradient yang lebih besar akan mempunyai kecepatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan sungai dengan ukuran lebar atau lebih landai. Sedangkan sifat atau jenis arus dipengaruhi oleh kondisi bentukan
yang dilewati oleh aliran air. Adapun macam-macam jenis arus yang perlu diketahui adalah:

1. Arus Utama ( Mainstream)


Arus Utama paling mudah dikenali karena arus ini merupakan arus yang paling besar, jika arus sungai tersebut terbagi-bagi
menjadi beberapa aliran. Dari kondisi ini tentunya Arus Utama mempunyai kekuatan paling besar dibandingkan arus-arus yang lain
yang merupakan pemisahan dari arus ini. Pada bagian aliran sungai yang lurus, Arus Utama biasanya terletak di tengah. Pada belokan,
arus ini berada pada sisi luar. Arus
Utama dapat terlihat berupa lidah air yang paling besar. Dalam melakukan pengarungan biasanya kita memilih Arus Utama sebagai
jalur pengarungan, karena arusnya paling besar dan paling cepat, sehingga dapat mempercepat laju perahu.

2. Gelombang Berdiri ( Standing Wave )


Kemiringan dasar sungai yang cukup besar menyebabkan arus menjadi kuat. Tetapi karena benturan dengan arus lambat
yang mengalir datar dibawahnya menyebabkan air menjadi naik membentuk gelombang ke atas secara tetap. Gelombang ini biasanya
berangkai. Diawali dari yang terbesar dan tinggi berangsur-angsur rendah dan datar kembali. Gelombang Berdiri yang mencapai
ketinggian 3 m disebut Haystack. Gelombang yang curam dan terpecah di bagian puncaknya mempunyai daya balik yang tinggi,
sedangkan gelombang yang relatif tumpul/datar merupakan jalur yang aman.

3. Arus Balik ( Reverse Stream/Stopper/Holes )


Menggambarkan suatu arus yang berputar ke atas dengan sendirinya karena adanya perubahan bidang jatuh yang cukup
drastis. Secara umum Arus Balik ( Reverse Stream ) dibedakan menjadi tiga, yaiu :

a. Hole, adanya batu yang berada di bawah permukaan air dan menghalangi arus air, mengakibatkan arus menjadi naik dan pada
permukaan berikutnya berputar ke belakang dari bawah.

b. Hydraulic, arus air yang turun secara vertikal menyebabkan arus berputar dari bawah, dan daya putarnya lebih kuat dari
yang pertama. Hydraulic yang disebabkan oleh bentukan hasil buatan manusia seperti dam pengontrol banjir dan power generator
disebut Weirs. Hydraulic yang berada di bawah dam tersebut biasanya melintang sepanjang sungai. Jika arus turun secara vertikal
dengan letak cukup tinggi maka bentukan yang akan terjadi disebut dengan air terjun ( Waterfalls ).

c. Back Curling, dasar sungai yang cukup terjal menyebabkan arus menjadi sangat kuat, tetapi dasar berikutnya yang tiba-
tiba landai akan menyebabkan arus menjadi tertahan, akibatnya menjadi berbalik membentuk putaran di atasnya. Sekilas mirip dengan
gelombang berdiri, tetapi mepunyai daya balik yang lebih kuat.

4. Pusaran Air ( Eddies )


EDDY
Eddy adalah dimana air berhenti atau mengalir ke hulu ( up stream ).

EDDY TERBENTUK KARENA :


Adanya arus yang menabrak rintangan seperti batu atau benda-benda lain dan tidak dapat melewati rintangan itu akan
terjadi kekosongan atau kekurangan air serta perbedaan tekanan air. Oleh sebab itu maka air dari arah lain akan mengalir ke atas (up
stream) untuk menyamakan permukaan dengan daerah lain, jadi semakin deras arus yang mengalir akan semakin kuat eddy yang
ditimbulkan.
KEGUNAAN EDDY :
Sebagai tempat berhenti ( stop )
Sebagai break atau rem/mengurangi kecepatan
Menolong untuk membelokkan perahu/manuver

Diantara eddy dan arus akan terbentuk garis pembatas yang disebut eddy line atau ada yang menyebutnya dengan eddy fences.

MACAM- MACAM EDDY


Midstream Eddies
Eddy yang terletak di tengah sungai, seperti ada rintangan atau batu di tengah sungai, maka akan terbentuk eddy di tengah sungai di
balik rintangan itu.

Shortline Eddies
Eddy yang terletak di pinggir sungai, seperti adanya tikungan, tonjolan atau cekungan pinggir sungai.

Selain pembagian macam-macam eddy di atas, ada pembagian jenis eddy berdasarkan deras arus

Berikut ini adalah beberapa jenis eddy yang diklasifikasikan berdasarkan kuatnya arus :

Powerful Eddy
Eddy yang timbul akibat halangan yang besar dan arus air yang kuat.

Mild Eddy
Eddy yang timbul akibat arus lemah walaupun halangannya besar. Jadi semakin kuat arus yang mengalir maka semakin kuat dan besar
eddy yang ditimbulkan.

5. Hole
Hole adalah permukaan air yang berbentuk lobang dan ada sirkulasi air di belakang lobang tersebut.
Hole terbentuk karena arus yang melintas suatu rintangan dan mengakibatkan terjadinya terjunan air. Terjunan air akan membentuk
sirkulasi air dan permukaan air terlihat seperti lobang.

Akibat dan Kegunaan Hole


Apabila hole terlalu besar, maka hole itu akan sangat berbahaya karena bisa membalikkan perahu atau perahu akan tertahan
di lobang itu.
Hole yang sangat besar dan sirkulasi air dari segala arah disebut toilet bowl, karena bentuk dan sifat fisikanya seperti air
kloset sewaktu di-flushing. Hole ini sangat berbahaya, perahu atau awaknya yang terjatuh dan terperangkap di dalamnya sangat sulit
dikeluarkan.

Apabila tidak terlalu besar, hole berfungsi :


a. Hole akan sangat bagus untuk dilintasi dan bisa juga untuk permainan sperti surf boat.
b. Untuk mengurangi kecepatan.
c. Membantu manuver.
6. Cushion
Bebatuan yang timbul diatas permukaan air akan menghalangi aliran arus sungai. Air akan menabrak bebatuan, berbalik,
pecah di kanan-kirinya dan menimbulkan beberapa bentuk gerakan air ( arus ) dalam usahanya untuk terus mengalir ke arah hilir.
Gerak arus sungai berupa ombak dan riak yang terbentuk di depan batuan yang timbul di atas permukaan air disebut Cushion.

7. Pillow
Jika permukaan bebatuan dekat dengan permukaan air, maka sebagian dari arus sungai yang bergerak ke hilir akan menaiki
bebatuan ini dan melewati bagian atasnya serta membentuk “benjolan air” yang disebut Pillow.

8. Belokkan ( Bends )
Pada belokan sungai arus yang cepat dan aliran yang dalam terdapat pada lingkaran luar belokan sungai, hal ini diakibatkan
oleh adanya kekutan sentrifugal, sehingga aliran permukaan yang lebih cepat mengarah dan menumpuk sepanjang tepi belokan bagian
luar. Dan aliran arusnya lebih sempit dari bagian dalam dan alternatif untuk melaluinya sebaiknya pada bagian dalam. Perahu yang
terlanjur masuk aliran bagian tepi luar belokan kemungkinan akan menabrak dan terhempas.

9. Lidah Air ( Tongue of the Rapid )


Jika dua alur yang terhambat batu dan membentuk huruf “ V “ yang mengarah ke hilir akan terbentuk lidah air. Bila
terdapat lebih satu lidah air maka yang terbesar merupakan arus utama yang sebaiknya dipilih. Biasanya lidah air diikuti oleh
gelombang berdiri.

E. BENTUKAN YANG ADA DISUNGAI


Bentukan lain yang dapat ditemui di sungai tidak kalah pentingnya untuk diketahui, karena dari bentukan tersebut akan
berpengaruh dalam keselamatan maupun kenyamanan dalam pengarungan. Bentukan-bentukan tersebut antara lain :

10. Batuan ( Rock, Boulders )


Letak batuan atau tonjolan batu yang ada di sungai yang tidak beraturan akan mengakibatkan turbulansi aliran sungai.
Disamping itu letak batuan yang tidak beraturan akan menyulitkan dalam melakukan pengarungan terutama dalam manuver.
Banyaknya batuan yang ada di sungai akan mengakibatkan laju perahu terhambat, perubahan arah perahu yang tidak dikehendaki,
bahkan dapat berakibat perahu tersangkut ( Wrap ).

11. Penyempitan Penampang Sungai ( Contriction, Bottle Neck )


Adanya penyempitan lebar penampang sungai menyebabkan arus menjadi lebih cepat. Hal ini juga menyebabkan laju
perahu lebih cepat dari yang dikehendaki. Sehingga jika setelah ada penyempitan ada suatu hambatan akan menyulitkan pengarungan.

12. Pendangkalan Sungai ( Shallows )


Jika penampang sungai melebar akibatnya akan membuat permukaan air menjadi turun. Jika terjadi pendangkalan yang
dapat mnyulitkan dalam pengarungan, maka yang perlu diingat adalah permukaan air dengan ombak yang besar menunjukkan aliran
sungai yang dalam.

13. Hambatan ( Strainer )


Hanbatan yang dimaksud adalah suatu rintangan yang terjadi karena adanya pohon tumbang yang menghalangi/melintang
di atas aliran sungai. Keadaan ini perlu dihindari dalam pengarungan, karena menyebabkan perahu akan tersangkut pada hambatan
tersebut.

14. Undercut
Merupakan suatu bentukan yang terjadi karena terkikisnya dinding sungai hingga membentuk rongga. Arus yang mampu
membentuk rongga ini biasanya sangat kuat sehingga jika perahu melewati arus ini akan menyebabkan awak perahu terbentur dinding
sungai atau perahu akan terbalik dan terjebak dalam rongga. Undercut sebisa mungkin
untuk dihindari, karena undercut adalah “ Momok “ yang paling menakutkan dalam kegiatan arung jeram. Undercut … ?
Tidak lah yau … !

E. JERAM
JERAM
Jeram adalah arus (air yang mengalir yang diakibatkan oleh kemiringan sungai) yang melintasi suatu rintangan.

TERBENTUKNYA JERAM
Jeram terbentuk karena :
Volume air/tinggi permukaan air
Kemiringan sungai ( Gradient )
Rintangan ( Obstacles )

Jadi, semakin besar volume air dan makin curam kemiringan sungai serta makin banyak rintangan, maka jeram yang
terbentuk akan makin besar dan sulit.
Rintangan bermacam-macam bentuknya, seperti batu, dinding sungai, bongkah dasar sungai, tikungan, tiang jembatan dan
masih banyak lagi.

SKALA TINGKAT KESULITAN JERAM ( GRADE )


Dengan mengetahui sifat dan dinamika sungai diatas, maka kita akan segera dapat mengantisipasi hal-hal yang mungkin
terjadi dalam setiap pengarungan. Kondisi yang menyatakan bahwa suatu jeram sungai itu sulit atau tidak dapat ditunjukkan dengan
skala tingkat kesulitan jeram ( Grade ). Untuk saat ini ada 2 macam skala yang dikenal dalam arung jeram, yaitu :

Skala Internasional
Angka ukuran skala yang digunakan I - VI, skala ini dipakai di sungai-sungai di Amerika Utara dan Eropa.
Skala Western
Skala ini diperkenalkan oleh penguasa Grand Canyon, yaitu Doc Marston. Ukuran skala yang dipakai berkisar 1-10, skala
ini dipakai hanya disungai-sungai bagian barat Amerika, salah satunya Sungai Colorado.

Skala tingkat kesulitan jeram banyak bentuk dan variasinya (terutama di Rusia dan Eropa), tetapi yang paling dikenal
dalam arung jeram adalah 2 skala tersebut diatas. Sedangkan skala yang biasa dipakai di Indonesia adalah Skala Internasional.
TABEL SKALA TINGKAT KESULITAN JERAM

SKALA SKALA
TINGKAT K ESULITAN JERAM
INTERN ASIONAL WESTERN
- 0 Flat Water ( air mengalir tenang)
Easy ( mudah )
Aliran air dengan ombak kecil dan sedikit atau sama
CLASS I 1,2
sekali tidak ada rintangan, seandainya ada tidaklah ada
artinya ( sangat aman ).
Medium ( sedang )
Jeram ini adalah jeram yang gampang dengan ombak
CLASS II 3,4 di bawah 1 meter, dengan lintasan yang lebar dan jelas,
bisa diarungi tanpa scouting/pengintaian, tetapi kadang-
kadang diperlukan reflek manuver yang bagus ( aman )
Difficult ( sulit )
Jeram dengan ombak tinggi dan tidak beraturan, sering
terjadi perahu terbalik. Jalur - jalur yang sempit
CLASS III 5,6
memerlukan manuver yang sangat baik, juga terkadang
diperlukan scouting/pengintaian dari pinggir sungai
( agak berbahaya )
Very Difficult ( sangat sulit )
Jeramnya panjang, sulit dan kadang-kadang disertai
penyempitan jalur, sering diperlukan manuver dan
gerakan yang akurat, apalagi pada arus air yang
CLASS IV 7,8
bergejolak, s couting/ pengintaian dari pinggir sungai
sangat penting dan sering mudah dilakukan dan situasi
dalam tindakan penyelamatan sering sulit dilakukan
( berbahaya )
Extreme Difficult ( paling sulit )
Jeramnya sangat panjang, sulit dan hambatan-hambatan
jalur yang sangat tinggi, jeram seperti ini harus di-
CLASS V 9,10 scouting dari dekat atau sedekat mungkin. Lokasi
scouting biasanya cukup sulit, misi penyelamatan sangat
sulit. Jeram ini selalu mengancam semua peserta yang
ada di perahu ( sangat berbahaya ).
Unrunable ( tidak dapat diarungi )
Jeram ini sangat sulit diarungi dan paling berbahaya.
Oleh team-team arung jeram di seluruh dunia bersepakat
CLASS VI U jeram ini dilarang diarungi. Meski setangguh apapun
sebuah team, akan sangat tipis kemungkinan bisa
selamat. Jeram ini disebut jeram Unrunable
( tidak mungkin bisa diarungi dengan selamat )
F. ORIENTASI SUNGAI
Yang dimaksud dengan orientasi sungai adalah tindakan untuk mengenal medan sungai yang anda arungi dengan baik. Hal
ini penting karena dengan orientasi sungai yang baik anda dapat mengetahui dimana anda berada, memperkirakan tempat-tempat
untuk bermalam selama perjalanan, jeram-jeram berbahaya, tempat start dan finish yang baik dan lain sebagainya.
Sebagaimana navigasi darat, peta harus dibaca dengan cermat dan dicocokkan dengan medan sebenarnya ( jika memang
perlu, lakukan resection ). Semakin sering melakukan orientasi medan, semakin baik pengetahuan anda terhadap medan yang
dihadapi. Bawalah selalu peta dan kompas, simpan dalam tempat yang kedap air, dan letakkan pada tempat yang mudah diambil.
Yang paling baik adalah peta dengan skala kecil seperti peta dengan skala 1 : 25.000, sayangnya peta dengan skala seperti
ini hanya meliputi sebagian daerah pulau Jawa ( umumnya skala terkecil untuk pulau Jawa adalah skala 1 : 50.000 ), sementara daeah
luar pulau Jawa berskala besar seperti skala 1 : 250.000 dan beberapa daerah masih belum ada petanya. Sekalipun bukan yang terbaik
peta topografi dengan skala 1 : 50.000 telah memberikan gambaran medan yang cukup memadai tentang kemiringan relatif suatu
sungai ( gradient ) dan daerah bantaran sungai ( river-basin ). Dua hal penting yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan ada
atau tidaknya jeram-jeram yang berarti dari suatu sistem sungai.

BAB V
TEKNIK DASAR ARUNG JERAM

A. DAYUNGAN
Untuk dapat belajar arung jeram/mengemudikan perahu, kita harus dapat mendayung dengan baik. Adapun teknik
mendayung dalam arung jeram dikenal dua teknik pendayungan yaitu teknik pendayungan dengan OAR dan teknik pendayungan
dengan PADDLE atau kadang-kadang gabungan dari keduanya, masing-masing teknik mempunyai kelebihan serta kekurangan dalam
fungsinya untuk mengemudikan perahu pada medan yang berbeda.

1. Teknik OAR

Cara duduk :
Posisi duduk pendayung OAR berada ditengah perahu yang dilengkapi dengan rangka untuk tempat duduk dan pegangan
dayung.

Cara mendayung :
Dalam teknik mendayung dengan OAR hanya dikenal dua macam kayuhan yaitu dayung maju dan dayung mundur. Jika
menginginkan perahu bergerak ke depan maka digunakan dayung maju, sedangkan dayung mundur digunakan untuk menghentikan
perahu yang sedang bergerak maju atau memang menginginkan perahu bergerak mundur. Jika ingin membelokkan perahu ke kanan
maka tangan kiri mendayung maju dan tangan kanan mendayung mundur dan sebaliknya jika ingin membelokkan perahu ke kiri.
Teknik OAR tidak dianjurkan untuk pendayung yang masih pemula, karena teknik ini merupakan kerja individu yang
memerlukan skill yang tinggi untuk melakukannya. Kelemahan dari teknik ini adalah sulit untuk mengarungi sungai yang
sempit atau berbatu-batu, sedangkan kelebihannya adalah mampu memberikan pengaruh yang lebih besar, terutama dalam
dayung mundur.

2. Teknik PADDLE
Teknik PADDLE merupakan teknik mendayung yang memerlukan kerjasama team yang kompak, karena setiap awak
perahu dituntut mempunyai pengertian dan peran yang sama dalam mengendalikan laju perahu. Sebuah team yang berpengalaman
dapat mengatasi hampir semua tingkat kesulitan dalam arung jeram. Teknik PADDLE ini jadi lebih memungkinkan untuk
pengarungan sungai yang terlalu sempit dan berbatu dari pada teknik OAR dan jika mengalami kondisi darurat bisa dipecahkan
bersama.
Beberapa jenis dayungan yang dipakai dalam arung jeram yang disesuaikan dengan fungsinya dan perlu dipahami oleh
awak perahu adalah sebagai berikut :

Dayung Maju ( Forward Stroke )

Gunanya
Menggerakan perahu ke depan

Caranya
Dimulai dengan mendorong bilah dayung ke muka dengan tangan sebelah luar, kemudian masukkan dayung dalam-dalam
ke air, dilanjutkan dengan mempertahankan bilah dayung pada sudut yang benar hingga mendekat ke perahu dan berhenti setelah
sejajar dengan pantat, keluarkan bilah dayung kemudian putar sejajar dengan permukaan air, ulangi kembali ke posisi semula dan
seterusnya.

Dayung Mundur ( Backward Stroke )

Gunanya
Menurunkan kecepatan perahu atau menggerakkan perahu ke belakang.

Caranya
Merupakan kebalikan dari dayung maju. Celupkan bilah dayung ke dalam air hingga jauh ke belakang pantat kemudian
dorong ke depan sambil menarik pegangan dan gerakan ini berakhir ketika dayung berada pada posisi awal dayung maju.

Gambar 21 Gambar 22
“forward stroke” “backward stroke”

Dayung Tarik ( Draw Stroke )

Gunanya
Dayungan ini sering dipakai oleh pemandu arung jeram untuk menghindari tabrakan antara bagian belakang perahu dengan
batu atau rintangan dengan menggeser perahu mendekati posisi yang diinginkan.

Caranya
Menancapkan dayung jauh ke samping dan menariknya ke arah perahu.

Dayung Tolak ( Pry Stroke )

Gunanya
Membantu melengkapi dayung tarik untuk mengendalikan perahu ke posisi yang diinginkan.

Caranya
Kebalikan dari dayung tarik, yaitu memasukkan dayung ke dalam air dari dekat perahu/pantat dan menolaknya jauh ke
samping perahu.

Dayung Pancung ( Cross-Bow Draw )

Gunanya
Dayungan yang biasa dilakukan oleh para pendayung depan apabila ingin menggeser perahu ke samping.

Caranya
Pendayung depan melakukan dayung tarik dari sisi depan perahu memotong moncong perahu.

B. ABA-ABA DAN KOMUNIKASI DI ATAS PERAHU


Dalam suatu pengarungan harus ada satu pemimpin yang disebut trip leader, yang memimpin semua pemandu dalam
pengarungan. Di dalam pengarungan harus ada kerjasama. Kerjasama yang dilakukan adalah kerjasama antara trip leader dengan
semua pemandu dan sebaliknya.
Di dalam perahu juga harus ada kerjasama, yaitu antara peserta dengan pemandunya. Apabila kerjasama tidak bagus, maka
jalannya perahu akan tidak bagus pula. Maka di dalam perahu dituntut hanya ada satu pemandu atau pemimpin.
Pemimpin atau pemandu tersebut akan memberi perintah kepada peserta atau crew di dalam perahu, dalam bentuk aba-aba. Apabila
pemandu memberi aba-aba kurang bagus, maka jalan perahu pun akan tidak bagus. Begitu pula dengan crew-nya, apabila crew
tidak melaksanakan perintah dari pemandu dengan baik, maka jalan perahupun akan tidak bagus.
Adapun aba-aba itu adalah sebagai berikut :

MAJU KANAN PANCUNG


KANAN MAJU KIRI PANCUNG
KIRI MAJU STOP
MUNDUR PINDAH BELAKANG
KANAN MUNDUR PINDAH DEPAN
KIRI MUNDUR PINDAH KANAN
KANAN TARIK PINDAH KIRI
KIRI TARIK dan sebagainya.

Jadi aba-aba itu sangatlah penting. Oleh sebab itu aba-aba harus dijelaskan sejelas-jelasnya kepada peserta sebelum
memulai kegiatan. Juga penting sekali memilih aba-aba yang mudah diucapkan dan mudah didengar, mengingat jeram akan
menyulitkan pendengaran karena kerasnya suara riak air sungai.
Dalam memberi aba-aba, pemandu harus mengucapkannya dengan keras dan tegas.

Kapan aba-aba digunakan … ?

ABA-ABA " MAJU "


Gunanya
Untuk menggerakkan perahu ke depan atau menambah kecepatan.

Caranya
Semua peserta mendayung maju dengan bersamaan dan pemandu hanya mempertahankan ferry angles atau arah perahu ke
tempat yang kan dituju.

ABA-ABA " MUNDUR "

ABA-ABA " KIRI MUNDUR "

Gunanya
Untuk membelokkan perahu ke kiri.

Caranya
Pemandu memberikan aba-aba kiri mundur dan semua peserta yang berada di sebelah kiri mendayung mundur dan atau
semua peserta yang berada di sebelah kanan mendayung maju. Lebih bagus lagi mendayung bersamaan.

ABA-ABA " KANAN MUNDUR "

Gunanya
Untuk membelokkan perahu ke kanan.

Caranya
Pemandu memberikan aba-aba kanan mundur dan semua peserta yang berada di sebelah kanan mendayung mundur dan
atau semua peserta yang berada di sebelah kiri mendayung maju.

ABA-ABA " STOP "

Gunanya
Aba-aba stop bukan berarti aba-aba untuk menghentikan gerak perahu, melainkan aba-aba untuk menghentikan gerak
dayungan peserta. Aba-aba ini sering dipergunakan oleh seorang pemandu untuk mempermudah dalam membuat manuver, terutama
di arus-arus yang deras atau mengistirahatkan peserta apabila peserta terlihat kelelahan.

Caranya
Semua peserta menghentikan gerak dayung dan dayung tidak menyentuh air atau berada di permukaan air.

ABA-ABA " PINDAH KIRI atau PINDAH KANAN "

Gunanyaa
Untuk menghindari perahu flip ( terbalik ) atau wrap, perahu membungkus batu.

Caranya
Apabila pemandu berteriak pindah kiri, semua peserta yang berada di sebelah kanan pindah ke sebelah kiri dan peserta
yang berada di sebelah kiri tetap di sebelah kiri. Begitu pula sebaliknya, apabila pemandu berteriak pindah kanan, semua peserta yang
berada di sebelah kiri pindah ke sebelah kanan dan peserta yang berada di sebelah kanan tetap di sebelah kanan.
Sebagai contoh, pemandu akan berteriak pindah kiri apabila perahu akan menabrak batu, dinding sungai atau rintangan
lainnya dengan sisi kiri perahu. Apabila peserta tidak pindah ke kiri maka pada sisi kiri perahu akan terangkat karena dorongan air
yang cukup deras di sisi kanan, dan sisi kanan ini akan semakin tertekan oleh air yang akhirnya perahu akan terbalik atau wrap, begitu
pula sebaliknya pemandu akan berteriak pindah kanan apabila perahu akan menabrak rintangan dengan sisi kanan perahu dan semua
peserta harus pindah ke sebelah kana secepat mungkin.
Jadi apabila perahu menabrak rintangan pada sisi kiri perahu, maka di sisi kiri harus ditambah beban dan sisi yang satunya
lagi dikurangi bebannya.
Untuk mudah diingat, yaitu apabila perahu menabrak dengan sisi kiri, semua peserta pindah ke sebelah kiri. Apabila
menabrak dengan sisi kanan, semua peserta pindah ke sebelah kanan atau pindah ke sisi yang bertabrakan. Perlu diingat, hal ini
dilakukan apabila perahu menabrak dengan sisi kanan atau kiri, dan kalau perahu menabraknya dengan bagian depan atau belakang
perahu itu tidak terlalu masalah, hanya saja peserta bisa terhentak keluar perahu.

BAB VI
TEKNIK PENGARUNGAN

RIVER RUNNING SYSTEM


System pengarungan ini biasanya diterapkan pada pengarungan sungai yang berklasifikasi tiga atau lebih. Diusahakan
dalam satu pengarungan diturunkan minimal dua atau lebih perahu, maksudnya perahu yang satu dengan yang lain saling menjaga.
Cara ini juga merupakan suatu persyaratan dalam melakukan suatu ekspedisi di sungai-sungai yang dianggap berbahaya. Tetapi kalau
sungai berklasifikasi tiga dan sudah sering diarungi atau sudah dikenal benar karakternya, maka sungai itu bisa diarungi dengan satu
perahu, tetapi di dalam perahu harus ada satu orang atau lebih sebagai rescuer.

Dalam suatu pengarungan ada dua perahu yang mempunyai peranan penting, yaitu :
1. PERAHU PERTAMA ( LEAD BOAT )
Perahu ini dikemudikan oleh pemandu yang cukup bagus karena pemandu ini mempunyai tugas untuk menjaga perahu
yang ada di belakangnya. Bila perahu mengalami kecelakaan atau ada peserta yang jatuh, pemandu ini biasanya sudah cukup mahir
melakukan penyelamatan meskipun peserta yang ada di dalam perahu sendiri yang terjatuh. Pemandu itu sendiri sudah mampu dengan
cepat melakukan penyelamatan.

2. PERAHU TERAKHIR ( SWEEP BOAT )


Perahu ini dikemudikan oleh pemandu yang terbaik dan pemandu ini juga disebut trip leader. Trip leader memimpin pengarungan. Ia
bertanggung jawab atas semua kejadian atau masalah-masalah yang terjadi dalam pengarungan. Pemandu ini pula yang membawa
semua peralatan penting dalam pengarungan, seperti pompa, kotak PPPK, repair kit dan sebagainya. Peralatan yang lain, seperti rescue
kit dan dry bag harus dibawa oleh masing-masing pemandu. Maksud dari sweep boat harus membawa peralatan itu adalah karena
pemandu sweep boat adalah perahu terakhir, jadi kalau ada masalah, misalnya perahu kempes atau bocor, ada peserta yang terluka
diperahu yang lain dan
sebagainya, perahu yang menghadapi masalah dapat menunggu perahu terakhir karena peralatan ada di perahu terakhir.
Kalau peralatan ditempatkan di perahu yang lain dan ada masalah dengan salah satu peserta, maka perahu terakhir akan kesulitan
untuk mendapatkan atau memberikan pertolongan kepada peserta tersebut karena harus mengejar perahu yang membawa peralatan
yang diperlukan.
atau ada peserta yang jatuh, pemandu ini biasanya sudah cukup mahir melakukan penyelamatan meskipun peserta yang ada
di dalam perahu sendiri yang terjatuh. Pemandu itu sendiri sudah mampu dengan cepat melakukan penyelamatan.

SALING MENUNGGU
Maksud dari saling menunggu adalah untuk memastikan bahwa perahu yang di belakang ada yang menjaga. Dalam suatu
pengarungan sungai yang belun pernah diarungi atau suatu ekspedisi, harus selalu berhenti sebelum jeram untuk scouting dan
merencanakan pengarungan dan berhenti pula di sesudah jeram untuk menjaga perahu yang lain yang akan mengarungi jeram tersebut.
Biasanya pemandu yang menjaga ini akan mnghentikan dan menambatkan perahunya di tepi sungai, kemudian mengambil peralatan
penyelamatan dan mencari tempat untuk menjaga keamanan perahu yang akan mengarungi jeram. Begitu pula dengan perahu yang
lain, bila telah melewati jeram, selalu melakukan hal seperti itu.

BAB VII
KOMUNIKASI

KOMUNIKASI
Komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam melaksanakan kegiatan pengarunagan sungai, baik untuk mencegah
kejadian yang tidak diinginkan ataupun mengatasi sutau kejadian yang telah terjadi.
Ada beberapa hal yang dapat dipakai untuk berkomunikasi, seperti :
1. Suara yang besar dan lantang.
2. Pluit/whistle/siulan.
3, Signal ( hand signal atau dengan peralatan lain ).

Untuk dapat menggunakan signal-signal tersebut di atas, harus ada hukum atau patokan yang sama bagi setiap anggota
team. Hukum atau patokan signal tersebut haruslah mudah dilakukan dan mudah dimengerti.
Sesuai dengan pedoman buku-buku rescue atau penyelamatan dan perkembangan ilmu rescue, signal-signal itu berbeda-
beda. Yang penting, signal dapat dimengerti oleh semua anggota team. Jadi ada kemungkinan signal tidak dimengerti oleh team lain,
atau team yang satu tidak mau signalnya diketahui oleh team yang lain.
Contoh Pluit Signal ( Whistle ) :

Bunyi pluit satu kali berarti perhatian.


Bunyi pluit dua kali berarti go ( mulai atau melanjutkan perjalanan ).
Bunyi pluit tiga kali berarti need help atau butuh pertolongan. Semua pemandu yang mendengar signal ini harus berhenti dan
menambatkan perahu, kemudian mendatangi tempat pluit berbunyi dengan membawa peralatan penyelamatan ( rescue kit ).
Dalam mengunakan sehari-hari hand signal tidak berfungsi kalau tidak diawali dengan signal pluit atau suara keras, karena tidak
mungkin memberikan hand signal kepada orang yang tidak melihat.

Contoh beberapa bentuk Hand Signal :

Stop

Gambar 41
Stop
Kedua tangan direntangkan ke
samping atau dayung
dipegang horisontal di atas
kepala

Gambar 42
Eddy Out
Tangan dijulurkan ke
atas dengan telunjuk
lurus ke atas dan
digerakan berputar.
Jika diperlukan
tunjukan tempat eddy
out tersebut

Gambar 43
O.K.
Sa tu tangan deng an
telapak tangan terbuka
digerakkan naik turun
menyentuh kepala di atas
kepala.
Gambar 44
Perahu Wrap
Kedua tangan di atas
k ep al a di s atu k an ,
yang satu terkepal,
ya ng s atunya lagi
membungkus kepalan
tangan tersebut.
Gambar 45
Perahu Flip
Satu tangan di atas kepala
dengan telapak tangan
menghadap ke atas dibolak-balik,
diulang beberapa kali sampai
orang lain mengerti.

Gambar 46
Perlu P3K
K ed u a tan g an
tergenggam dan
d is i l an gk a n d i Gambar 47
atas kepala. Perlu Pompa
Kedua telapak
tangan ditumpuk
di atas kepala
dan digerakkan
naik turun,
seperti gerakan
memompa.

Gambar 48
Jalur kanan dan kiri
Satu tangan menunjukkan signal “OK ”
atau signal “GO ” dan tangan yang
satunya menunjukkan arah yang harus
dilalui.
Gambar 50
Hilang Peserta
S ign al ber ena ng dan
dilanjutkn dengan acungan
tanga n tergen ggam
be ber apa ka li s esu ai

Gambar 49
Gambar 51
Orang Berenang
Jalan Cepat
G erak an tangan seper ti
K e du a ta n ga n
berenang di atas kepala.
dikepalkan di atas
k e p a l a d a n
digerakkan berputar
s epe rt i men gay uh
sepeda.

Gambar 52
Go ( memulai perjalanan
atau m elanjutk an
perjalanan )
Tangan atau paddle lurus
ke atas.

Gambar 53
Pelan-pelan
Satu tangan menjulur ke
depan digerakkan ke atas
dan ke bawah berulang kali.

BAB IX
RESCUE

A. SELF RESCUE
Di samping pemandu harus menguasai self-rescue, peserta pun harus dibekali dengan teknik penyelamatan diri sendiri
( self rescue ). Jadi setiap peserta harus memiliki kemampuan self rescue sebab sebelum diselamatkan atau menyelamatkan orang lain,
dia harus bisa menyelamatkan diri sendiri dahulu.
Satu cara yang paling tepat untuk menyelamatkan diri di sungai adalah dengan berenang yang baik dan benar sesuai dengan situasi air.

TEKNIK SELF RESCUE


1. CARA BERENANG DI JERAM :
Berusaha tetap tenang.
Berenang gaya punggung ( tengadah )
Kaki diangkat ke permukaan air.
Kaki di depan ( hilir ).
Pandangan ke hilir.
Tangan ke samping digerakkan ( dikayuhkan ) untuk berenang ke tempat yang akan di tuju ( guiding ).
Putar kepala ke kanan atau ke kiri kalau ada ombak ( agar air tidak masuk ke hidung ).
Bernafas di lembah gelombang.

2. CARA BERENANG DI OMBAK


Pada waktu berenang usahakan untuk berenang ke pinggir sungai atau ke eddy terdekat dan hindari hole atau rintangan,
seperti pohon tumbang dan lain sebagainya.

3. CARA BERENANG DI HOLE


Di dalam hole ada beberapa faktor yang membentuk hole tersebut. Misalnya, ada bagian air jatuh dengan permukaan deras,
ada air berputar ( sirkulasi ) dan ada arus deras di dasar hole. Jadi kalau kita masuk di hole, maka kita harus berenang sebagai berikut :
a. Berenang biasa mencari permukaan air jatuh.
b. Setelah terasa di air yang jatuh badan dibulatkan, lutut dan dagu bersatu dan tangan memegang lutut.
c. Setelah merasa berada di arus deras di bawah sirkulasi, berenang kembali menuju permukaan.

4. CARA NAIK PERAHU SETELAH JATUH DARI PERAHU


Pegang ring atau tali yang ada di sisi perahu dan hentakkan badan ke atas perahu. Atau dengan cara memasukkan bagian
badan dan kepala ke dalam air terlebih dahulu, kemudian hentakkan badan ke atas perahu. Cara ini adalah cara yang paling baik
karena gerak hentakan akan lebih kuat dan panjang.
6. BERENANG KALAU ADA HALANGAN ( LOG )
Di sungai biasanya sering terjadi suatu hal di luar dugaan, misalnya ada kayu tumbang melintang di sungai. Dalam hal ini
kita harus bisa :
Berenang menghindari kayu ( halangan ).
Stop sebelum mencapai kayu tersebut.
Berenang di atas kayu tersebut.

B. PERAHU TERBALIK
Hal ini dapat terjadi karena sumber daya manusianya yang kurang memadai atau bisa juga karena kondisi jeramnya yang
cukup besar. Dalam kondisi perahu terbali, untuk mengembalikannya kembali ke posisi semula dilakukan dengan cara :
Orang terdekat dengan perahu berusaha naik ke atas perahu.
Mengaitkan carabiner yang ada di flip line pada bagian perahu (D-ring).
Kemudian berdiri di atas tabung pada sisi yang berlawanan dengan D-ring yang dikaitkan flip line.

C. PENGGUNAAN TALI LEMPAR ( THROW BAG )


Tali lempar adalah sesuatu yang terpenting dari peralatan-peralatan penyelamatan Adapun tali lempar dapat difungsikan
dalam banyak hal dalam melakukan kegiatan penyelamatan, seperti menolong orang yang hanyut atau perenang ( penyelamatan
peserta ), atau penyelamatan peralatan, seperti menyelamatkan perahu wrap, perahu tertahan di hole, perahu hanyut dan lain
sebagainya.
Cara-cara melempar tali lempar ada tiga, yaitu :
1. Melempar dari atas
Cara ini biasanya dipakai untuk menyelamatkan korban yang cukup jauh, karena lemparan seperti ini akan menghasilkan
lemparan lurus dan kuat (lemparan cukup jauh), dengan cara mengambil ancang-ancang beberapa langkah atau sambil sedikit berlari
dengan ayunan lemparan dari belakang atas ke depan.

2. Melempar dari samping


Cara ini biasanya digunakan untuk menolong perenang lebih dari satu, seperti kalau perahu terbalik atau wrap dan peserta
akan hanyut, pada saat ini teknik lemparan ini dipakai karena terjatuhnya tali ini tidak akan lurus melainkan membentuk gelombang-
gelombang.
3. Melempar dari bawah
Cara ini biasanya digunakan untuk menolong korban yang tidak terlalu jauh, karena lemparan ini akan akurat apabila
dilemparkan tidak terlalu keras. Bila lemparan dari bawah ini di lemparkan dengan keras, maka sering terjadi lemparan melambung ke
atas dan terjatuh tidak jauh dari si pelempar.

You might also like