Professional Documents
Culture Documents
RENDY MULANDY
B111 08 424
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2010
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar belakang
Sebagaimana kita ketahui bahwa saat ini Indonesia memiliki wilayah perairan
terbesar di dunia dan dua pertiga dari wilayahnya merupakan wilayah perairan.
Secara geografis Indonesia merupakan negara maritim, yang memiliki luas laut
sebesar 5,8 Juta km² yang terdiri dari laut territorial dengan luas 0.8 juta km2, laut
nusantara 2.3 juta km2 dan zona ekonomi eksklusif 2.7 juta km2. Disamping itu
Indonesia memiliki pulau sebanyak 17.480 pulau dan garis pantai sepanjang
95.181 km.
Sistem Info dan Data statistik Perikanan di jelaskan juga dalam Undang – Undang
Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 dalam pasal 46 ayat 1 mengatakan bahwa
“Pemerintah menyusun dan mengembangkan sistem informasi dan data statistik perikanan
serta menyelenggarakan pengumpulan, pengolahan, analisis, penyimpanan, penyajian, dan
penyebaran data potensi, sarana dan prasarana, produksi, penanganan, pengolahan dan
pemasaran ikan, serta data sosial ekonomi yang terkait dengan pelaksanaan pengelolaan
sumber daya ikan dan pengembangan sistem bisnis perikanan”.
Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya dalam pasal 46 asal 1 mengenai perikanan
secara rinci menjelaskan penyelenggarakan pengumpulan, pengolahan, analisis,
penyimpanan, penyajian, dan penyebaran data potensi, sarana dan prasarana, produksi,
penanganan, pengolahan dan pemasaran ikan, serta data sosial ekonomi yang terkait dengan
pelaksanaan pengelolaan sumber daya ikan dan pengembangan sistem bisnis perikanan. Tapi
kali ini saya mengambil contoh Produksi Perikanan.
Dari data diatas Produksi perikanan budidaya Indonesia digolongkan atas jenis
budidaya antara lain: Budidaya Laut, Budidaya Tambak, Budidaya Kolam, Budidaya
Karamba, Budidaya Jaring Apung, Budidaya Sawah (DKP 2007). Untuk perikanan tangkap
Indonesia digolongkan atas jenis Perairan Laut, dan Perairan Umum (DKP 2006). Apabila
kita menggunakan CAGR, maka pertumbuhan Produksi Perikanan Budidaya mencapai
28,1% dan Perikanan Tangkap 2%, dan pertumbuhan perikanan Indonesia untuk empat tahun
terakhir 9,5%. Data ini memperlihatkan pertumbuhan perikanan Indonesia masih berkembang
cukup baik terutama sektor Budidaya, namun di sektor penangkapan pertumbuhan makin
rendah karena akibat overfishing dan musim yang mulai tidak menentu akibat Global
Warming.
Dalam rangka penyusunan rencana pengembangan sistem informasi dan data statistik
perikanan serta penilaian kemajuannya, diperlukan data teknik, produksi, pengolahan,
pemasaran ikan, serta sosial ekonomi yang dapat memberikan gambaran yang benar tentang
tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan yang tersedia.
Data dan informasi tsb, antara lain:
a. jenis, jumlah, dan ukuran kapal perikanan;
b. jenis, jumlah, dan ukuran alat penangkapan ikan;
c. daerah dan musim penangkapan;
d. jumlah tangkapan atau jumlah hasil pembudidayaan ikan;
e. luas lahan dan daerah pembudidayaan ikan;
f. jumlah nelayan dan pembudi daya ikan;
g. ukuran ikan tangkapan dan musim pemijahan ikan;
h. data ekspor dan impor komoditas perikanan; dan
i. informasi tentang persyaratan tertentu yang berkaitan dengan standar ekspor.
Pengadilan Perikanan
Penggunaan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara, dan/atau
bangunan yang dapat merugikan dan/atau membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan
lingkungannya tidak saja mematikan ikan secara langsung, tetapi dapat pula membahayakan
kesehatan manusia dan merugikan melayan serta pembudi daya ikan. Apabila terjadi
kerusakan sebagai akibat penggunaan bahan dan alat dimaksud, pengembalian ke dalam
keadaan semula akan membutuhkan waktu yang lama, bahkan mungkin mengakibatkan
kepunahan.
Pelarangan penggunaan alat penangkapan ikan dan/atau alat bantu penangkapan ikan
diperlukan untuk menghindari adanya penangkapan ikan dengan menggunakan peralatan
yang dapat merugikan kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya. Hal itu dilakukan
mengingat wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia sangat rentan terhadap
penggunaan alat penangkapan ikan yang tidak sesuai dengan ciri khas alam, serta kenyataan
terdapatnya berbagai jenis sumber daya ikan di Indonesia yang sangat bervariasi,
menghindari tertangkapnya jenis ikan yang bukan menjadi target penangkapan.
Dalam hal wilayah kerja dan pengoperasian pelabuhan perikanan berbatasan dan/atau
mempunyai kesamaan kepentingan dengan instansi lain, penetapan batasnya dilakukan
melalui koordinasi dengan instansi yang bersangkutan.
1. Kasus kapal angkut ikan Negara Asing dari Taiwan MV SHENG YIH (th 2003).
Tertangkap oleh patroli TNI AL di perairan Bitung Sulawesi Utara ketika sedang
menuju pelabuhan Bitung. Duduk masalahnya adalah karena MV Sheng Yih sudah
beroperasi, padahal kelengkapan Surat Izinnya masih dalam pengurusan oleh Perwakilannya
di Jakarta. Jadi ketika tertangkap, Nakhoda (YAO CHING FA) tidak dapat menunjukkan
SIKPI-NA (Surat Izin Angkut Ikan Kapal Asing) karena SIKPI-NA masih berada di tangan
Perwakilannya di Jakarta. Kasusnya di bawa ke Armatim Surabaya dan perkara dilimpahkan
oleh Satroltas Lantamal 2 Sby ke Kejaksaan Negeri Tanjung Perak Surabaya. Jaksa yang
menangani adalah Wim Longitubun, melimpahkan perkara tsb ke Pengadilan Negeri
Surabaya.
Dalam perkara ini, Jaksa kemudian naik Banding. Kami selaku Kuasa Hukum pada
Pengadilan tingkat pertama tidak mendapat Kuasa untuk melakukan Kontra Memori
Banding. Hasilnya, Putusan Pengadilan Tinggi Jawa Timur mejatuhkan Putusan:
Menghukum Terdakwa 2 tahun penjara, Kapal dirampas untuk Negara, Ikan dalam bentuk
hasil lelang sebesar Rp 3.400.000.000.- dirampas untuk negara. Putusan yang cukup
mengagetkan Pemilik kapal.
Setelah adanya Putusan tersebut, maka Pemilik Kapal menghubungi kami lagi untuk
melakukan upaya hukum Kasasi. Sekarang perkaranya telah maju ke tingkat Kasasi, dan
sampai tulisan ini dibuat belum ada berita kelanjutannya.
Tertangkap melakukan transfer ikan di tengah laut dari kapal-kapal penangkap ikan di
zona zee Laut Arafuru. Kapal ditarik oleh TNI AL dari Laut Arafuru ke Pangkalan TNI AL
Surabaya. Perkara dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Surabaya. Perkara ditangani oleh Jaksa
Ny. Iin dan JPU Rian. Mirip dengan kasus MV Sheng Yih, dalam perkara ini Surat-surat Izin
lengkap termasuk SIKPI-NA. Hanya saja, kebetulan Nakhoda asli MV Chang Shun sedang
sakit ketika kapal akan berangkat ke Indonesia, sehingga digantikan oleh Muallim I sebagai
pajabat Nakhoda (YU CHENG TIAN). Masalahnya adalah karena dalam SIKPI-NA
dicantumkan nama Nakhoda aslinya sedang ketika tertangkap, nama Nakhodanya lain.
Kami berhasil meyakinkan Hakim bahwa Terdakwa tidak bersalah melakukan
kejahatan perikanan sebagaimana yang didakwakan oleh JPU, melainkan hanya Pelanggaran
Perikanan karena tidak memiliki Surat Izin berlayar (SIB yang dikeluarkan oleh syahbandar
Indonesia).
Hakim menjatuhkan Pidana denda Rp 100.000.000.-, ikan dalam bentuk hasil Lelang
sebesar l.k. Rp 2.300.000.000.- dirampas untuk Negara, Kapal MV Chang Shun
dikembalikan kepada pemiliknya. Jaksa terlambat naik banding (melebihi waktu 14 hari)
sehingga upaya Banding JPU gagal. Sekarang, kasus pokoknya telah selesai, tetapi Penasihat
Hukum tidak puas karena ikan yang merupakan hasil tangkapan yang syah tetap dirampas
untuk negara. Kami menyarankan untuk melakukan PK khusus untuk memperoleh hasil
lelang ikannya. Sekarang perkara telah maju ke PK dan sampai sekarang belum ada Putusan
PK.
Tertangkap oleh TNI AL di perairan Arafuru sedang transfer ikan dari kapal-kapal
penangkap ikan. Seharusnya menurut UU, kapal angkut ikan harus transfer ikan di Pelabuhan
sesuai yang tertera di dalam Surat Izin SIKPI-NA nya. Perwakilan kapal di Jakarta sudah
mengingatkan pemilik kapal agar jangan dulu melakukan operasi di perairan Indonesia
karena SIKPI-NA masih sedang diurus. Tetapi rupanya peringatan itu tidak diindahkan oleh
Pemilik Kapal. Akibatnya, kapal tsb tertangkap oleh Patroli TNI AL. Kapal ditarik
ke Pangkalan TNI AL Surabaya. Perkara disidik oleh Satroltas Lantamal 2 Surabaya selama
l.k 4 bulan. Dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Tg Perak Surabaya ditangani oleh Jaksa
Sugeng, dan diadili di PN Surabaya.
Perkara ini adalah perkara limpahan. Semula ditangani oleh Pengacara lain, tapi
karena pemilik kapal tidak puas dengan cara kerja Pengacara tsb sehingga kuasanya dicabut
dan dilimpahkan kepada Lawfirm M.ARSYAD GAFAR,SH dan Rekan. Putusan Pengadilan:
Nakhoda (YANG YONG FU) dihukum penjara 2 tahun, Ikan disita, Kapal dikembalikan
kepada Pemiliknya (alasan Hukum: Karena kapal tsb dioperasikan oleh Penyewa, sehingga
Pemilik kapal tidak ikut bertanggung jawab atas kesalahan pengoperasian kapal tsb).
Tertangkap tangan oleh Patroli TNI AL di laut wilayah ZEE Arafuru ketika sedang
melakukan penangkapan ikan dengan tehnik Pair Trawl (dua kapal secara bersama-sama
menarik Pukat Harimau). Perbuatan tsb sangat terlarang sesuai UU Perikanan karena dapat
merusak habitat ikan di laut. Termasuk tindak pidana kejahatan Perikanan yang berat.
Kapal disidik oleh Lanal Timika, kemudian dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Timika.
Perkara ditangani oleh JPU Franky Sonlaku. Diadili di Pengadilan Negeri Timika. Nakhoda
(PRAKAP DATHONG dan SOMCHAI CANCHAMRATSRI) dipidana penjara 2 tahun,
denda 1 Milyar rupiah, ikan disita, kapal disita.
Pembelaan perkara sangat sulit karena bukti-bukti kejahatan sangat kuat. Perkara
pokoknya telah selesai, tapi kemudian Pengacara mengajukan Peninjauan Kembali
berdasarkan pasal 102 UU Perikanan. Ketentuan dalam pasal 102 tsb menyatakan bahwa
pelanggaran UU Perikanan di wilayah ZEE tidak boleh dijatuhkan Pidana Badan. Mengapa
kok melakukan PK dan bukan Banding? Alasan Pengacara adalah bahwa apabila dilakukan
upaya hukum Banding, maka kapal dan Anak Buah Kapal akan tetap tertahan di kapal selama
proses Banding dan mungkin juga kasasi. Artinya akan menyiksa ABK dalam waktu yang
sangat lama. Jadi, kami memilih untuk "menerima" putusan sehingga kapal cepat
dilelang/dieksekusi dan ABK bisa segera dipulangkan ke negaranya.
Memang ini adalah pilihan yang terberat, tapi hanya itulah jalan yang bisa ditempuh
oleh Pengacara dalam menyelesaikan perkara ini. Perkara PK sudah diajukan, tapi sampai
sekarang belum ada putusan. Masih ada 3 buah kapal asing yang sedang dalam penanganan.
Isi selengkapnya masih dalam proses updating.
Atmadja S.B., Nugroho D., Suwarso, Hariati T. & Mahisworo 2003. Pengkajian stok ikan di
Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Laut Jawa [Review of the fish stocks and fishery of
the Java Sea Fishery Management Area]. In: Widodo J., Wiadnya N.N. & Nugroho D. (Eds).
Prosiding forum pengkajian stok ikan laut 2003. Jakarta, 23-24 Juli 2003. PUSRIPT-BRKP,
Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta. pp. 67-90
http://www.indonesiamaritimeclub.com/2008/01/05/menyoal-penanganan-pencemaran-laut-
di-indonesia/;http://www.nasehathukum.com/kasus-perikanan-di-situs-
webnasehathukumcom-54.xml