You are on page 1of 50

Disusun oleh :

Kelompok 3

Wiwik Septiani (342007055)

Dosen Pengasuh : Dra. Sri Wardhani, M. Si.


Semester / kelas : V / A
Program studi : Pendidikan Biologi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
Praktikum 1
I. Judul : Mengamati proses osmosis pada tumbuhan.
II.Tujuan : Untuk mengamati peristiwa osmosis yang
terjadi pada tanaman kentang dan ketimun.
III. Kajian Teori :

Kentang
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Upakelas: Asteridae
Ordo: Solanales
Famili: Solanaceae
Genus: Solanum
Spesies: S. tuberosum
Nama binomial Solanum tuberosumL.
Mentimun
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Cucurbitales
Famili: Cucurbitaceae
Genus: Cucumis
Spesies: C. sativus
Nama binomial Cucumis sativus L.
Pada membran sel terikat protein yang menembus
maupun yang berada di luar permukaan. Pernyataan ini
berdasarkan atas penemuan S.J Jinger dan G. Nicholson pada
tahun 1972 tentang teori membran yang dikenal sebagai model
mozaik fluid. Dengan melihat struktur seperti yang disebutkan di
atas, membran bukan hanya sebagai pembatas suatu sel, tetapi
lebih kompleks lagi karena membran memiliki kegunaan lain
seperti berperan dalam lalu lintas keluar masuknya sel.
Transportasi molekul yang menuruni gradien konsentrasi
disebut dengan transportasi pasif, sedangkan transportasi molekul
yang melawan gradien konsentrasi disebut transportasi aktif.
Molekul-molekul yang berukuran besar dalam proses
transportasinya melibatkan pelekukan membran sel sehingga
membentuk suatu vesikula. Transportasi aktif meliputi proses
pompa ATP, eksositosis, dan endositosis. Adapun transpor pasif
meliputi proses difusi, osmosis, dan difusi terbantu.
Transpor pada membran tergantung pada ukuran molekul
dan konsep zat yang melewati membran sel tersebut molekul-
molekul yang berukuran kecil dapat melalui membran sel dengan
dua cara, yaitu:
· Dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, atau bisa juga
· Menuruni gradien konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
Mempelajari dunia kehidupan tidak terlepas dari
pengetahuan tentang hirarki biologi. Dalam pengetahuan biologi,
sel merupakan unit terkecil yang dapat melakukan aktivitas
kehidupan. Selain itu, dalam organisme terdapat alat transpor yang
mampu mengatur organisme lainnya. Sehingga membran sel
tersusun atas senyawa fosfolipid bilayer. Oleh karena itu, sel
mampu melakukan transpor zat. Hal ini sangat dibutuhkan oleh
tumbuhan agar mereka dapat mendistribusikan energi yang
mereka dapatkan dari alam.
Transpor zat melalui membran dibedakan atas 2 (dua),
yaitu transpor zat yang memerlukan energi (transpor aktif) dan
transpor yang tidak memerlukan energi (transpor pasif). Transpor
aktif meliputi proses pompa ATP, eksositosis, dan endositosis.
Adapun transpor pasif meliputi proses difusi, osmosis, dan difusi
terbantu.
· TRANSPOR AKTIF
Transor aktif dilakukan apabila zat yang akan dilewatkan membran
melawan gradien konsentrasi sehingga tidak dapat
mengendalikan transpor aktif.

· DIFUSI
Difusi merupakan pergerakan atau perpindahan partikel atau
molekul suatu zat (padat,cair, atau gas) dari tempat yang
berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah, baik
melewati membran ataupun tidak.
Contohnya : perpindahan oksigen (O2) dari paru-paru ke dalam
darah.
Difusi terbagi 3 yaitu :
•Difusi pasif
Difusi pasif adalah pergerakkan obat dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah. Bersifat spontan, non selektif, bergantung
pada konsentarasi, proses ini akan berhenti pada saat
konsentrasi yang dicapai telah sama.
•Difusi aktif
adalah pergerakkan zat yang melawan gradien konsentrasi
sehingga perlu energi. Karena adanya energi, maka pergerakkan
obat dapat bergerak dari keadaan konsentrasinya rendah ke
konsentrasinya tinggi. Pergerakkan ini akan berhenti jika energi
telah habis.
•Difusi terfasilitasi
pada proses ini terdapat carrier yang memfasilitasi proses transpor.
Bersifat spesifik, karena hanya zat yang cocok dengan carrier
sajalah yang dapat terbawa. Proses ini tidak tergantung dari
konsentrasi dan berhenti ketika carrier tidak ada lagi.

· OSMOSIS
Osmosis merupakan proses perpindahan molekul-molekul zat
pelarut (air) dari tempat yang berkonsentrasi rendah menuju ke
tempat yang berkonsentrasi tinggi dengan melewati membran
semipermeabel.
Contohnya : Masuknya air ke dalam sel-sel akar.

· DIFUSI TERBANTU
Difusi terbantu adalah difusi yang memerlukan bantuan protein.
Contohnya : perpindahan bakteri Escherichia Coli ke medium yang
mengandung laktosa.

• Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi absorpsi adalah:


1. Sifat fisikokimia (kelarutan, polimorfisme, dll).
2. Ukuran partikel
3. Sediaan obat
4. Dosis
5. Waktu kontak obat dengan permukaan absorpsi. Misalnya pada
obat diare, peristaltik usus cepat, namun obat diabsorpsi cepat
sehingga waktu kontak obat dengan permukaan absorpsi rendah.
6. Luas permukaan absorpsi,. Misalnya pada lansia, organ banyak
yang mengalami degeneratif sehingga luas permukaan absorpsi
turun.
7. Rute pemberian
8. pH absorpsi
9. Struktur membrane
10. Aliran darah

IV. Alat dan bahan:


Alat: Bahan:
• Cawan Petri 2 buah ☺ Air/akuades
• Gelas kimia 1 buah ☺ Garam halus
• Pisau ☺ Tusuk gigi
• Pengaduk ☺ Kentang
☺ Timun

V. Cara kerja:
1. iris kentang dan timun yang berukuran sedang dengan
ketebalan kurang lebih 0,5 cm, sebanyak 4 potong.
Usahakan ketebalan irisan sama.
2. buat larutan garam dengan cara menambahkan 1 sendok
makan garam dalam 200ml air. Aduk dengan baik hingga
lrutan garam larut.
3. isi cawan petri pertama dengan larutan garam hingga ¾
tinggi petri, dan cawan petri kedua diisi dengan air/akuades.
Beri label pada petri yang berisi larutan garam dengan “air
garam”, dan label “air” untuk petri berisi air/akuades.
4. masukkan masing-masing 2 iris kentang dan 2 iris timun ke
dalam petri “air garam” dan dalam petri “air”.
5. biarkan selama 15 menit kemudian amati tingkat
kekerasannya.
6. lanjutkan pengamatan hingga 30 menit, dan amati lagi
kekerasannya. Tuliskan hasil pengamatan anda pada tabel
berikut ini.

VI. Hasil pengamatan:


Perlakuan air garam Perlakuan air
15 menit 30 menit 15 menit 30 menit
Kentang + ++ ++ +
Timun ++ +++ + +
Keterangan:
Tingkat kekerasan ditunjukkan dengan tanda +, semakin keras
bahan maka tanda + yang diberikan semakin banyak.

VII. Jawaban Pertanyaan:


1. Irisan kentang dan timun harus mempunyai ketebalan yang
sama, agar kita dapat mengetahui perbedaan perubahan yang
terjadi pada timun dan kentang.
2. Iya, terdapat perbedaan kekerasan kentang/timun yang terdapat
dalam larutan garam dan yang terdapat dalam air. Karena
kentang/timun memiliki daya absorbsi yang lebih cepat, dan hal
ini disebabkan karena air yang berada pada kentang/timun
bergerak keluar ke cawan petri sehingga kadar air pada
kentang/timun berkurang dan menyebabkan beratnya berkurang,
sehingga kentang/timun pada perlakuan air garam 30 menit
tingkat kekerasannya lebih tinggi. Namun, perubahan berat tidak
terjadi pada kentang/timun yang direndam dalam aquades,
karena antara aquades dan kentang/timun memiliki konsentrasi
yang sama (isotonis).
3. Iya, terdapat perbedaan kekerasan antara kentang dan timun
dalam larutan yang sama. Hal ini dikarenakan pada timun daya
absorbsinya lebih besar daripada kentang, karena timun memiliki
kandungan air yang lebih banyak daripada kentang. Misalkan
saat perlakuan air garam pada 15 menit pertama dan 15 menit
kedua, timun memiliki tingkat kekerasan yang lebih tinggi
daripada kentang. Itu menandakan kegiatan osmosis pada timun
lebih besar dari kentang.

VIII. Pertanyaan:
1. Mengapa irisan kentang dan timun harus mempunyai
ketebalan yang sama?
2. Apakah terdapat perbedaan kekerasan kentang/timun yang
terdapat dalam larutan garam dan yang terdapat dalam air?
Mengapa demikian?
3. Apakah terdapat perbedaan kekerasan antara kentang dan
timun dalam larutan yang sama? Mengapa demikian?
4. tuliskan analisis anda secara jelas dan tajam dalam laporan
praktikum!

IX. Kesimpulan dan saran:


KESIMPULAN
• Difusi merupakan perpindahan partikel larutan dari tempat
yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi
rendah. Sedangkan osmosis merupakan proses perpindahan
partikel larutan (baik pelarut & zat terlarut) dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah dengan melibatkan selaput
semipermeabel.
• Molekul berukuran kecil dapat melewati membran sel dengan
dua cara, yaitu dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah,
atau bisa juga menuruni gradien konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah.

SARAN
Menurut saya pelaksanaan praktikum yang dilakukan sudah
cukup baik, saya hanya berharap pelaksanaan praktikum yang
akan dilaksanakan seterusnya lebih baik lagi.
X. Daftar Pustaka:
Andhimura, kaoru. 2008. Difusi Dan Osmosis.
http://kaoruandhimura.wordpress.com/ (diakses tanggal
31 Desember 2009).
DN, Ummu Ataliana, Dra. 2006. Prestise biologi untuk Siswa
SMA & MA Kelas XI. Surakarta: Pustaka Utama.
Pratiwi, D. A., Dra, dkk. 2007. Biologi untuk SMA Kelas XI.
Jakarta: Erlangga.
Pujiyanto, Sri. 2008. Menjelajah Dunia Biologi 2 Kelas XI. Solo:
PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Fadhli pratomo, aufa. 2009. Farmakokinetik absorpsi obat.
http://www.scribd.com/doc/16805834/Tugas-Difusi-Dan-
Osmosis (diakses tanggal 31 Desember 2009).
Wales, Jimmy. 2009. Klasifikasi kentang.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kentang (diakses tanggal 31
Desember 2009).
Wales, Jimmy. 2009. Klasifikasi mentimun.
http://id.wikipedia.org/wiki/mentimun (diakses tanggal
31 Desember 2009).
Disusun oleh :

Kelompok 3

Wiwik Septiani (342007055)

Dosen Pengasuh : Dra. Sri Wardhani, M. Si.


Semester / kelas : V / A
Program studi : Pendidikan Biologi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
Praktikum 2
I. Judul: Transpirasi Tumbuhan
II. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap
kecepatan transpirasi pada tumbuhan dengan metode
penimbangan.
III. Kajian Teori:

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Ericales

Famili: Balsaminaceae

Genus: Impatiens

Spesies: I. balsamina

Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air


dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata (Lakitan,
1993). Kemungkinan kehilangan air dari jaringan lain dapat saja
terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan
dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam
perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman
umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui stomata
(Loveless,1991).
Hilangnya air dari tanaman dalam hal ini transpirasi
berhubungan dengan stomata. Lubang stomata yang berbentuk
oval mempunyai kaitan dengan intensitas pengeluaran air.
Percobaan fisika membuktikan bahwa penguapan air yang tidak
ditutup sama sekali lebih lambat daripada penguapan air melalui
lubang-lubang selaput yang halus. Dalam batasan terentu,
semakin banyak pori, maka penguapan juga semakin cepat
(Tjitrosomo, 1985).
Posisi lubang yang berdekatan menyebabkan penguapan
melalui lubang yang satu terhambat oleh penguapan lubang yang
berdekatan, karena jalan yang ditempuh oleh molekul air yang
melewati lubang tidak lurus tetapi membelok karena pengaruh sel
penutup. Bentuk stomata yang oval juga memudahkan
pengeluaran air daripada bentuk stomata yang bundar. Deretan
molekul-molekul air yang kuat lebih banyak jika keliling dari
stomata lebih panjang. Pengeluaran air yang maksimal terjadi jika
jarak antara stomata 20 kali diameternya (Dwidjoseputro, 1989).
Gerak sel penutup stomata terjadi sebagai akibat perubahan
turgornya. Perubahan itu disebabkan karena : dengan perubahan
potensial air isi selnya.
Perubahan potensial air itu terjadi karena :

• Bertambahnya gula terlarut di dalam sel penutup sehingga


menyebabkan air dari sel epidermis tetangganya masuk ke
dalam sel penutup. Diduga hal itu terjadi karena sel penutup
mempunyai kloroplas sehingga mampu mengadakan
fotosintesis.
• Di dalam gelas sel penutup mengandung CO 2 berkurang, pH
naik, enzim amilase memecah amilum menjadi gula sehingga
larutan lebih pekat.
• Terjadinya perubahan permeabilitas membran sel, sehingga ion
atau molekul dapat keluar atau masuk dan kepekatan cairan sel
dapat diatur. Ion K berperan penting dalam proses ini.
• Pemasokan ion ke dalam sel penutip stomata memang sengaja
dilakukan dengan menggunakan tenaga sehingga akibat
masuknya air akan menaikkan tekanan turgor sel penutup,
stomata membuka.

Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui


stomata dapat melalui kutikula walaupun hanya 5-10% dari jumlah
air yang ditranspirasikan di daerah beriklim sedang. Air sebagian
besar menguap melalui stomata,sehingga jumlah dan bentuk
stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi (Tjitrosomo, 1985).
Dwidjoseputro (1989), menyatakan bahwa transpirasi
mempunyai arti penting bagi tanaman. Transpirasi pada dasarnya
suatu penguapan air yang membawa garam-garam mineral dari
dalam tanah. Transpirasi jiga bermanfaat di dalam hubungan
penggunaan sinar matahari, kenaikan temperatur yang diterima
tanaman digunakan untuk penguapan air.
Transpirasi dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan
tempatnya, yaitu transpirasi kutikula, transpirasi lentikuler,
transpirasi stomata. Hampir 97% air dari tanaman hilang melalui
transpirasi stomata. (Heddy,1990).
Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika
yang terlibat dalam penguapan air dari permukaan bebas. Dinding
mesofil basah yang dibatasi dengan ruang antar sel daun
merupakan permukaan penguapan. Konsentrasi uap air dalam
ruang antar sel biasanya lebih besar daripada udara luar.
Manakala stomata terbuka, lebih banyak molekul air yang akan
keluar dari daun melalui stomata dibandingkan dngan jumlah yang
masuk per satuan waktu, dengan demikian tumbuhan tersebut
akan kehilangan air.
Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor
dalam maupun luar. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun,
tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun,
banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya
stomata, bentuk dan letak stomata (Salisbury&Ross.1992) dan
faktor luar antara lain:
1. Kelembaban
Bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan
stomata terbuka, maka laju transpirasi bergantung pada selisih
antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga antar sel di
daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara.
2. Suhu
Kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F cenderung untuk
meningkatkan penguapan air sebesar dua kali. Dalam hal ini akan
sangat mempengaruhi tekanan turgor daun dan secara otomatis
mempengaruhi pembukaan stomata.
3. Cahaya
Cahaya memepengaruhi laju transpirasi melalui dua cara
pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat
mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat
mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-
tutupnya stomata.
4. Angin
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling
bertentangan terhadap laju transpirasi. Angin menyapu uap air
hasil transpirasi sehingga angin menurunkan kelembanan udara
diatas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air.
Namun jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu
daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat menurunkan
tingkat transpirasi.
5. Kandungan air tanah
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah
dan laju absorbsi air di akar. Pada siang hari biasanya air
ditranspirasikan lebih cepat dari pada penyerapan dari tanah. Hal
tersebut menyebabkan devisit air dalam daun sehingga terjadi
penyerapan yang besar, pada malam hari terjadi sebaliknya. Jika
kandungan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan oleh
akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal
ini cenderung untuk meningkatkan defisit air pada daun dan
menurunkan laju transpirasi lebih lanjut (Loveless,1991).
Unsur kalium sangat memegang peranan dalam proses
mermbuka dan menutupnya stomata (stomata movement) serta
transportasi lain dalam hara lainnya, baik dari jaringan batang
maupun lasngsung dari udara bebas. Dengan adanya defisiensi
kalium maka secara langsung akan memperlambat proses fisiologi,
baik yang melibatkan klorofil dalam jaringan daun maupun yang
behubungan dengan fungsi stomata sebagai faktor yang sangat
penting dalam produksi bahan kering secara umum. Semakin lama
defisiensi kalium maka akan semakin berdampak buruk terhadap
laju proses fisiologi dalam jaringan daun. Semakin berat defisiensi
kalium pada gilirannya akan berdampak semakin parah terhadap
rusaknya pertumbuhan daun (Masdar, 2003).
Meskipun tumbuhan kehilangan air, transpirasi bermanfaat
bagi tumbuhan karena :

• Menyebabkan terjadinya daya isap daun sehingga terjadi


transport air di batang.
• Membantu penyerapan air dan zat hara oleh akar.
• Mengurangi air yang terserap berlebihan,
• Mempertahankan temperatur yang sesuai untuk daun.
• Mengatur fotosintesis dengan membuka menutupnya
stomata.

IV. Alat dan bahan:


1. erlenmeyer 250 ml 2 buah
2. sumbat erlenmeyer atau sumbat gabus 2 buah
3. gelas ukur 250 ml
4. stopwatch
5. timbangan
6. thermometer
7. hygrometer
8. luxmeter
9. lampu pijar 100 watt
10. statip
11. pisau tajam
12. penggaris
13. ember
14. air
15. vaselin
16. kertas grafik/millimeter blook
17. dua pucuk tanaman pacar air (Impatien balsemia)

IV. Cara kerja:


1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Tanaman pacar air yang digunakan mempunyai kondisi
hampir sama, dengan tinggi sekitar 20 cm dan daun dalam
keadaan baik, tidak rusak atau sobek dengan jumlah yang
relatif sama.
3. Siapkan 2 buah erlenmeyer dan isi dengan air sebanyak 150
ml.
4. Potong miring pangkal pucuk batang tanaman pacar air di
dalam air dengan pisau yang tajam dan segera masukkan
potongan tanaman tersebut pada tabung erlenmeyer melalui
lubang pada sumbat sampai bagian bawahnya terendam air.
5. Olesi celah-celah yang ada, misalnya pada sekitar sumbat
penutup, dengan vaselin untuk menghindari penguapan yang
mungkin terjadi.
6. Timbang kedua erlenmeyer tersebut dengan tanaman dan air
yang ada di dalamnya dan mencatatnya.
7. Letakkan erlenmeyer 1 di dalam ruangan (transpirasi pada
tempat gelap) dan erlenmeyer 2 pada tempat dengan jarak 20
cm dari lampu pijar 100 watt (transpirasi pada tempat terang).
8. Kemudian ukur kondisi lingkungan kedua tempat tersebut
meliputi suhu, intensitas cahaya dan kelembaban. Catat hasil
pengukuran.
9. Pengamatan dilakukan setiap 30 menit sekali, dengan cara
menimbang erlenmeyer beserta perlengkapannya dan
mencatatnya.
10. Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali (3x30 menit).
11. Setelah penimbangan terakhir, ambil daun-daun pada
tanaman tersebut, kemudian mengukur luas total daun
tersebut dengan kertas grafik/milimeter dengan cara:
a) Membuat pola masing-masing daun pada kertas
grafik/milimeter.
b) Menghitung luas daun dengan ketentuan, apabila kurang
dari kotak dianggap nol dan bila lebih dari dianggap
satu.

VI. Hasil Pengamatan:


1. Hasil penimbangan terhadap kedua tanaman selama
transpirasi, dilakukan dengan mengisi tabel di bawah ini.
Tabel 1. Selisih Berat Tanaman Pacar air (Impatien balsemia)
selama Transpirasi di Tempat Terang
Waktu Brat Awal Berat Selisih Rata-rata
(g) Akhir (g) berat (g)
30 menit pertama 271,9 271,0 0,9 3,46
30 menit kedua 271,0 270,1 0,9 ≠
30 menit ketiga 270,1 261,5 8,6 3,47
Tabel 2. Selisih Berat Tanaman Pacar Air(Impatien balsemia)
selama Transpirasi di Tempat Gelap
Waktu Brat Awal Berat Selisih Rata-rata
(g) Akhir (g) berat (g)
30 menit pertama 270,46 270,0 0,46 0, 586
30 menit kedua 270,0 269,0 1 ≠
30 menit ketiga 269,0 268,7 0,3 0,59

2. Hasil perhitungan terhadap luas daun tanaman, diidsikan pada


tabel berikut.
Tabel 3. Luas Daun Selama Transpirasi
Nomor Perlakuan Luas daun (cm2)
1 Tempat Terang 67 cm2
2 Tempat Gelap 41 cm2

3. Hasil pengukuran terhadap keadaan lingkungan di sekitar


tanaman, diisikan pada tabel di bawah ini
Tabel 4. Pengukuran Keadaan Lingkungan
No Perlakuan Suhu (0C) Intensitas Kelembaban
Cahaya (Cd) (%)
1 Tempat Terang 32 0C 2000 Cd 78 %
2 Tempat Gelap 30 0C 900 Cd 84 %
4. Hitung kecepatan transpirasi di tempat terang da di tempat
gelap, dengan rumus berikut:
Kecepatan transpirasi = rata-rata selisih berat : lamanya
transpirasi : luas daun.
Tabel 5. Kecepatan Transpirasi Tanaman
Nomor Perlakuan Kecepatan Transpirasi (g/menit/cm2)
1 Tempat Terang 17,26 x 10-4 g/menit/cm2
2 Tempat Gelap 48 x 10-5g/menit/cm2

Keterangan Hasil:
☺ Perlakuan tempat terang:
• Intensitas cahaya: 2000 Cd
• Suhu: 320C
• Kelembaban: 320C – 290C= 3  78 %
• Luas daun = 12 + 13 + 14 + 15 + 8 + 5 cm2 = 67 cm2
• Kecepatan transpirasi
= rata-rata selisih berat : lama transppirasi : luas daun
= 3,47 gram : 30 menit : 67 cm2
= 0,0017263
= 0,001726
= 17,26 x 10-4 gram/menit/cm2

☺ Perlakuan tempat gelap:


• Intensitas cahaya: 900 Cd
• Suhu: 300C
• Kelembaban: 300C – 280C = 2  84 %
• Luas daun = 7 + 7 + 7 + 4 + 7 + 4 + 5 cm2 = 41 cm2
• Kecepatan transpirasi
= rata-rata selisih berat : lama transppirasi : luas daun
= 0,59 gram : 30 menit : 41 cm2
= 0,000479674
= 0,0004797
= 0,00048
= 48 x 10-4 gram/menit/cm2

VII. Jawaban Pertanyaan:


1. Apakah ada perbedaan berat awal dan berat akhir pada
semua perlakuan (terang dan gelap) ? Mengapa demikian ?
 Iya ada, terdapat perbedaan berat awal dan berat akhir
pada semua perlakuan (terang dan gelap). Hal ini
dikarenakan adanya transpirasi yang dilakukan oleh tanaman
pacar air (Impatien balsemia), sehingga penguapan air yang
terjadi akibat transpirasi menyebabkan air semakin berkurang
karena diserap oleh batang tanaman tersebut.

2. Apakah ada perbedaan terhadap selisih berat awal dan berat


akhir pada masing-masing perlakuan ? Mengapa demikian ?
 Ada, selisih berat awal dan berat akhir pada tiap-tiap
perlakuan berbeda. Hal ini di karenakan bahwa transpirasi
yang dilakukan sangat bergantung dari faktor lingkungan
yaitu suhu, kelembaban dan intensitas cahaya yang ada di
sekitar tanaman pacar air ( Impatien balsemia). Suhu yang
ada di tempat terang lebih tinggi daripada yang terdapat di
tempat gelap begitu pula dengan intensitas cahaya yang
terjadi, sedangkan kelembaban tanaman pada tempat yang
gelap lebih tinggi dari pada tanaman yang berada di tempat
yang terang. Sehingga memungkinkan perbedaan tingkatan
transpirasi pada kedua perlakuan tersebut yang mana pada
tanaman di tempat yang terang kecepatan transpirasinya
lebih tinggi daripada tanaman di tempat yang gelap.

3. Apakah metode penimbangan untuk menentukan kecepatan


transpirasi yang dilakukan dalam percobaan ini dapat
dijadikan patokan terhadap semua tumbuhan ? Jelaskan
alasannya !
 Tidak, karena setiap tanaman memilki ukuran yang
berbeda. Tidak mungkin metode penimbangan tersebut
dapat dilakukan pada sebuah tanaman pohon, karena pohon
memilki ukuran dan berat yang lebih besar dari timbangan
tersebut.

4. Mengapa pemotongan batang tanaman pacar air ( Impatien


balsemia) harus dilakukan di dalam air dan dipotong secara
miring ?
 Pemotongan yang terjadi pada bagian batang akan
mempengaruhi laju transpirasi dan batang yang terendam air
akan kekurangan oksigen sehingga penyerapan air
berkurang (Sherf dan Mc-Gruddy, 1997), pada praktikum
yang dilakukan pemotongan harus dilakukan pada air dan
batang dipotong miring karena untuk mempermudah
tanaman melakukan transpirasi. Dan bila pemotongan batang
tidak dilakukan di dalam air, maka air pada tanaman pacar air
tersebut akan keluar dari batang, bila pemotongan dilakukan
di dalam air, maka air tersebut tidak akan keluar tetapi akan
tetap tertahan di dalam tanaman pacar air, hal ini
dikarenakan pada tanaman pacar air banyak terkandung air
bila pemotongan batang terjadi di air, maka air di lingkungan
tidak akan masuk ke tanaman, dan sebaliknya air di tanaman
tidak akan kluar ke lingkungan.

VIII. Bahasan Diskusi:


Lingkungan mempunyai peranan terhadap kecepatan transpirasi
yang terjadi pada tumbuahan. Uraikan maksud pernyataan
tersebut dengan lengkap, jelas, dan padat!

Transpirasi yang dilakukan sangat bergantung dari faktor


lingkungan yaitu suhu, kelembaban dan intensitas cahaya yang
ada di sekitar tanaman Sehingga memungkinkan perbedaan
tingkatan transpirasi pada karena perbedaan faktor lingkungan
yang terjadi.
Faktor-faktor eksternal yang yang mempengaruhi transpirasi :

a) Suhu

Kenaikan suhu dari 180 sampai 200F cenderung untuk


meningkatkan penguapan air sebesar dua kali. Suhu daun di
dalam naungan kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi
daun yang terkena sinar matahari mempunyai suhu 100 – 200F
lebih tinggi dari pada suhu udara.

b) Kelembaban

Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan


laju neto dari air yang hilang, dengan demikian seandainya
faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan
meningkatnya kelembaban udara. Apabila stomata dalam
keadaan terbuka maka kecepatan difusi dari uap air keluar
tergantung pada besarnya perbedaan tekanan uap air yang ada
di dalam rongga-rongga antar sel dengan tekanan uap air di
atmosfer. Jika tekanan uap air di udara rendah, maka
kecepatan difusi dari uap air di daun keluar akan bertambah
besar begitu pula sebaliknya. Pada kelembaban udara relatif
50% perbedaan tekanan uap air didaun dan atmosfer 2 kali
lebih besar dari kelembaban relatif 70%.
c) Cahaya

Cahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui dua cara yaitu:


Sehelai daun yang terkena sinar matahari langsung akan
mengabsorbsi (menyerap) energi radiasi. Cahaya tidak usah
selalu berbentuk cahaya langsung dapat pula mempengaruhi
transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutup stomata.

d) Kandungan air tanah


Jika kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan
oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi
lebih lambat. Hal ini cenderung untuk meningkatkan defisit air
pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut.

e) Angin
Angin cenderung untuik meningkatkan laju transpirasi, baik
didalam naungan atau cahaya, melalui penyapuan uap air.
Akan tetapi di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap
penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap penurunan
laju transpirasi, cenderung menjadi lebih penting daripada
pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air.
IX. Kesimpulan dan Saran:
Kesimpulan:
Dari pembahasan di atas kami dapat menyimpulkan bahwa
pada setiap tanaman mengalami transpirasi, yang terjadi pada
stomata. Besarnya transpirasi tidak dapat ditentukan oleh luasnya
stomata tetapi oleh keliling stomata adalah laju kehilangan uap air.
Kecepatan transpirasi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan
(eksternal) tersebut walau ada faktor lain yang juga mempengaruhi
seperti membuka dan menutupnya stomata dan juga factor
internal.

Saran:
Saya pribadi berharap agar mahasiwa-mahasiswi lebih teliti
dalam melakukan penimbangan agar tidak terjadi kesalahan pada
data yang kemudian akan mempersulit dalam penulisan
pembahasan jurnal maupun laporan.
X. Daftar Pustaka:

Istianah, Iis. 2008. Transpirasi pada Tumbuhan. Universitas


jenderal soedirman fakultas biologi: Purwokerto.

Lakitan,B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan.PT Raja


Grafindo Persada: Jakarta

Wales, Jimmy. 2009. Klasifikasi Tanaman Pacar Air.


http://id.wikipedia.org/wiki/Pacar_air" (diakses tanggal 31
Desember 2009).

Shinta. 2009. Teori Singkat Transpirasi.


http://shintaklikers.blogspot.com/2009/11/teori-singkat-
transpirasi-adalah-suatu.html (diakses tanggal 31 Desember
2009).

Mustika, Vita. 2009. Praktikum transpirasi.


http://vitamustika.wordpress.com/2009/10/19/praktikum-
transpirasi/ (diakses tanggal 31 Desember 2009).
Tanaman tempat gelap tanaman tempat terang

Stopwatch untuk pengukur waktu Higrometer

Lampu pijar 100 watt gelas ukur 250ml


Pisau carter untuk memotong pangkal pucuk batang, dan
pemotongan dilakukan di dalam ember yang berisi air

Statip untuk menegakkan lampu pijar & vaselin untuk pengolesan


vaselin pada erlenmeyer agar udara tidak dapat masuk atau keluar
dari erlenmeyer

Timbangan untuk menimbang berat tanaman awal dan berat


tanaman akhir, hingga didapat selisih berat & gambar alat
pelubang gabus
Disusun oleh :

Kelompok 3

Wiwik Septiani (342007055)

Dosen Pengasuh : Dra. Sri Wardhani, M. Si.


Semester / kelas : V / A
Program studi : Pendidikan Biologi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
Praktikum 3
I. Judul : Respirasi Tumbuhan
II. Tujuan : Untuk mengetahui banyaknya oksigen yang
dibutuhkan oleh tumbuhan dalam proses
pernapasan.
III. Kajian Teori :
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Fabales

Famili: Fabaceae

Genus: Vigna

Spesies: V. radiata
Nama binomial Vigna radiata
(L.) R. Wilczek

Respirasi meliputi: reaksi reduksi dan oksidasi, senyawa-


senyawa yang berenergi tinggi, kerja enzim, Glikolisis, daur krebs,
fermentasi, fosforisasi oksidatif, faktor-faktor yang mempengaruhi
respirasi. Hormon tumbuh meliputi macam-macam Zat Pengatur
Tumbuhan, fungsi Zat Pengatur Tumbuhan, pengaruh Zat
Pengatur Tumbuhan pada pertumbuhan mekanisme kerja Zat
Pengatur Tumbuhan. Perkecambahan pada tumbuhan. Dormansi
dan proses penuaan . Pertumbuhan meliputi: pengertian
pertumbuhan, macam-macam pertumbuhan, kurva pertumbuhan,
dan pengontrolan pertumbuhan. Macam-macam gerak pada
tumbuhan dan fungsi gerak pada tumbuhan. Perkembangan
meliputi pengertian perkembanagan, macam-macam
perkembanagan , pengontrolan perkembangan. Fotoperiodisme
yang terjadi pada tumbuhan dan jam biologi.
Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk
memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan
energi. Namun demikian respirasi pada hakikatnya adalah reaksi
redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2
yang diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O.
Yang disebut substrat respirasi adalah setiap senyawa organik
yang dioksidasikan dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang
terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif banyak jumlahnya
dan biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan air. Sedangkan
metabolit respirasi adalah intermediat-intermediat yang terbentuk
dalam reaksi-reaksi respirasi.Karbohidrat merupakan substrat
respirasi utama yang terdapat dalam sel tumbuhan tinggi. Terdapat
beberapa substrat respirasi yang penting lainnya diantaranya
adalah beberapa jenis gula seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa;
pati; asam organik; dan protein (digunakan pada keadaan &
spesies tertentu). Secara umum, respirasi karbohidrat dapat
dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + O2  6CO2 + H2O + energi
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
Ketersediaan substrat. Tersedianya substrat pada tanaman
merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi.
Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan
melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian
sebliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju
respirasi akan meningkat.Ketersediaan Oksigen. Ketersediaan
oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya
pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan
bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama.
Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak
mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang
dibutuhkan tumbuhan untuk berrespirasi jauh lebih rendah dari
oksigen yang tersedia di udara.
Suhu. Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan
sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi
respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar
10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies.Tipe
dan umur tumbuhan. Masing-masing spesies tumbuhan memiliki
perbedaan metabolsme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan
untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies.
Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi
dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ
tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Respirasi merupakan proses oksidasi bahan organik yang
terjadi di dalam sel, berlangsung secara aerobik maupun
anaerobik. Dalam respirasi aerobik ini diperlukan oksigen dan
dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam proses
respirasi secara anaerob dimana oksigen tidak atau kurang
tersedia dan dihasilkan senyawa lain karbondioksida.
Tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh
makanan sebagai kebutuhan pokoknya agar tetap bertahan hidup,
tumbuhan tersebut harus melakukan suatu proses yang dinamakan
proses sintesis karbohidrat yang terjadi di bagian daun satu
tumbuhan yang memiliki kloropil, dengan menggunakan cahaya
matahari. Cahaya matahari merupakan sumber energi yang
diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa adanya cahaya
matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses
fotosintesis, hal ini disebabkan kloropil yang berada di dalam daun
tidak dapat menggunakan cahaya matahari karena kloropil hanya
akan berfungsi bila ada cahaya matahari (Dwidjoseputro, 1986).
Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang terdapat di
alam sebagai molekul yang kompleks dan besar. Karbohidrat
sangat beraneka ragam contohnya seperti sukrosa, monosakarida,
dan polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang paling
sederhana. Monosakarida dapat diikat secara bersama-sama
untuk membentuk dimer, trimer dan lain-lain. Dimer merupakan
gabungan antara dua monosakarida dan trimer terdiri dari tiga
monosakarida (Kimball, 2002). Secara umum, respirasi
karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut:

C6H12O6 (aq) + 6O2 (g) → 6CO2 (g) + 6H2O (l) ∆Hc -2880 kJ

Reaksi di atas merupakan persamaan rangkuman dari


reaksi-reaksi yang terjadi dalam proses respirasi. Reaksi tersebut
terlihat sangat sederhana, terlihat seakan respirasi merupakan
reaksi tunggal, sehingga mungkin dapat agak menyesatkan karena
respirasi yang sebenarnya bukanlah reaksi tunggal. Respirasi
merupakan rangkaian dari banyak reaksi komponen, yang masing-
masingnya dikatalisis oleh enzim yang berbeda.
Tergantung pada bahan yang digunakan, maka jumlah mol
CO2 yang dilepaskan dan jumlah mol O2 yang diperlukan tidak
selalu sama. Persamaan reaksi kimia respirasi merupakan
kebalikan dari reaksi kimia fotosintesis (Syamsuri, 2000).
Perbedaan antara jumlah CO2 yang dilepaskan dan jumlah
O2 yang digunakan biasa dikenal dengan Respiratory Ratio atau
Respiratory Quotient dan disingkat RQ. Nilai RQ ini tergantung
pada bahan atau subtrat untuk respirasi dan sempurna atau
tidaknya proses respirasi tersebut dengan kondisi lainnya
(Simbolon, 1989).
Diketahui nilai RQ untuk karbohidrat = 1, protein < 1 (= 0,8 –
0,9), lemak <1 (= 0,7) dan asam organik > 1 (1,33). Nilai RQ ini
tergantung pada bahan atau subtrat untuk respirasi dan sempuran
tidaknya proses respirasi dan kondisi lainnya (Krisdianto dkk,
2005).
Respirasi dapat digolongkan menjadi dua jenis berdasarkan
ketersediaan O2 di udara, yaitu respirasi aerob dan respirasi
anaerob. Respirasi aerob merupakan proses respirasi yang
membutuhkan O2, sebaliknya respirasi anaerob merupakan proses
repirasi yang berlangsung tanpa membutuhkan O2. Respirasi
anaerob sering disebut juga dengan nama fermentasi. Perbedaan
antara keduanya akan terlihat pada proses tahapan reaksi dalam
respirasi. Respirasi banyak memberikan manfaat bagi tumbuhan.
Manfaat tersebut terlihat dalam proses respirasi dimana terjadi
proses pemecahan senyawa organik, dari proses pemecahan
tersebut maka dihasilkanlah senyawa-senyawa antara yang
penting sebagai ”Building Block”.
Building Block merupakan senyawa-senyawa yang penting
sebagai pembentuk tubuh. Senyawa-senyawa tersebut meliputi
asam amino untuk protein; nukleotida untuk asam nukleat; dan
prazat karbon untuk pigmen profirin (seperti klorofil dan sitokrom),
lemak, sterol, karotenoid, pigmen flavonoid seperti antosianin, dan
senyawa aromatik tertentu lainnya, seperti lignin.
Telah diketahui bahwa hasil akhir dari respirasi adalah CO2
dan H2O, hal ini terjadi bila substrat secara sempurna dioksidasi,
namun bila berbagai senyawa di atas terbentuk, substrat awal
respirasi tidak keseluruhannya diubah menjadi CO2 dan H2O.
Hanya beberapa substrat respirasi yang dioksidasi seluruhnya
menjadi CO2 dan H2O, sedangkan sisanya digunakan dalam
proses anabolik, terutama di dalam sel yang sedang tumbuh.
Sedangkan energi yang ditangkap dari proses oksidasi sempurna
beberapa senyawa dalam proses respirasi dapat digunakan untuk
mensintesis molekul lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain: Ketersediaan substrat. Tersedianya substrat pada tanaman
merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi.
Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan
melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian
sebaliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju
respirasi akan meningkat.
Ketersediaan Oksigen. Ketersediaan oksigen akan
mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut
berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara
organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan
oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena
jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh
lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
Suhu. Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan
sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi
respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar
10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies.
Tipe dan umur tumbuhan. Masing-masing spesies
tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme, dengan demikian
kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada
masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju
respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian
pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa
pertumbuhan.
Proses respirasi diawali dengan adanya penangkapan O2
dari lingkungan. Proses transport gas-gas dalam tumbuhan secara
keseluruhan berlangsung secara difusi. Oksigen yang digunakan
dalam respirasi masuk ke dalam setiap sel tumbuhan dengan jalan
difusi melalui ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma dan membran
sel. Demikian juga halnya dengan CO2 yang dihasilkan respirasi
akan berdifusi ke luar sel dan masuk ke dalam ruang antar sel. Hal
ini karena membran plasma dan protoplasma sel tumbuhan sangat
permeabel bagi kedua gas tersebut.
Setelah mengambil O2 dari udara, O2 kemudian digunakan
dalam proses respirasi dengan beberapa tahapan, diantaranya
yaitu glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus asam sitrat, dan
transpor elektron.
Tahapan yang pertama adalah glikolisis, yaitu tahapan
pengubahan glukosa menjadi dua molekul asam piruvat (beratom
C3), peristiwa ini berlangsung di sitosol. As. Piruvat yang
dihasilkan selanjutnya akan diproses dalam tahap dekarboksilasi
oksidatif. Selain itu glikolisis juga menghasilkan 2 molekul ATP
sebagai energi, dan 2 molekul NADH yang akan digunakan dalam
tahap transport elektron.
Dalam keadaan anaerob, As. Piruvat hasil glikoisis akan
diubah menjadi karbondioksida dan etil alkohol. Proses
pengubahan ini dikatalisis oleh enzim dalam sitoplasma. Dalam
respirasi anaerob jumlah ATP yang dihasilkan hanya dua molekul
untuk setiap satu molekul glukosa, hasil ini berbeda jauh dengan
ATP yang dihasilkan dari hasil keseluruhan respirasi aerob yaitu 36
ATP.
Tahapan kedua dari respirasi adalah dekarboksilasi
oksidatif, yaitu pengubahan asam piruvat (beratom C3) menjadi
Asetil KoA (beratom C2) dengan melepaskan CO2, peristiwa ini
berlangsung di sitosol. Asetil KoA yang dihasilkan akan diproses
dalam siklus asam sitrat. Hasil lainnya yaitu NADH yang akan
digunakan dalam transpor elektron.
Tahapan selanjutnya adalah siklus asam sitrat (daur krebs)
yang terjadi di dalam matriks dan membran dalam mitokondria,
yaitu tahapan pengolahan asetil KoA dengan senyawa asam sitrat
sebagai senyawa yang pertama kali terbentuk. Beberapa senyawa
dihasilkan dalam tahapan ini, diantaranya adalah satu molekul ATP
sebagai energi, satu molekul FADH dan tiga molekul NADH yang
akan digunakan dalam transfer elektron, serta dua molekul CO2.
Tahapan terakhir adalah transfer elektron, yaitu serangkaian
reaksi yang melibatkan sistem karier elektron (pembawa elektron).
Proses ini terjadi di dalam membran dalam mitokondria. Dalam
reaksi ini elektron ditransfer dalam serangkaian reaksi redoks dan
dibantu oleh enzim sitokrom, quinon, piridoksin, dan flavoprotein.
Reaksi transfer elektron ini nantinya akan menghasilkan H2O.

IV. Alat dan bahan:


1. Respirometer sederhana
2. Spuit
3. KOH kristal
4. Kapas
5. Eosin
6. Vaselin
7. Kecambah

V. Cara kerja:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Timbang kecambah masing-masing 3 gram (perlakuak I) dan
4 gram (perlakuan II).
3. Masukkan 3 butir KOH kristal ke dalam botol respirometer
lalu masukkan kapas secukupnya yang berfungsi sebagai
sekat.
4. Kemudian masukkan kecambah untuk perlakuan I
5. Kemudian tutup botol dengan penyumabt yang mengandung
pipa beskala dan berikan vaselin pada mulut tutup botol
secukupnya sehingga benar-benar rapat agar udara luar
tidak memepngaruhi tekanan di dalam botol.
6. Letakkan instrumen pada meja yang datar.
7. Tetesi eosin pada ujung pipa respirometer yang terbuka.
Tempatkan eosin tepat pada angka nol. Apabila tidak tepat di
angka nol maka perhitungannya harus dikurangi dengan
angka awal.
8. Amati pergerakan eosin tersebut dan catatlah kecepatan
bergeraknya sebanyak 3 kali dalam jangka waktu masing-
masing selama 5 menit (3 x 5 menit).
9. Ulangi cara yang sama untuk perlakuan II.

VI. Hasil pengamatan:


Tabel 1. Laju Kecepatan Oksigen pada Respirometer
Berat 5 menit 5 menit 5 menit Rata-rata
kecambah pertama kedua ketiga (ml)
3 gram 0,24 0,17 0,14 0,18
4 gram 0,28 0,17 0,15 0,2
Hitung laju konsumsi oksigen pada proses respirasi kecambah
selama satu jam, dengan menggunakan rumus berikut:
Konsumsi oksigen =
 volume konsumsi oksigen rata-rata : berat tanaman :
waktu.
Catatan:
Waktu yang digunakan adalh kecepatan respirasi tanaman
selama satu jam. Karena pengamatan yang dilakukan
selama selang waktu 5 menit, maka diperoleh angka 12
untuk waktu (didapat dari 60 menit (i jam) : 5 menit (waktu
pengamatan) = 120).
Keterangan:
☺ Berat kecambah 3 gram:
T1 = 0,24
T2 = 0,41 – 0,24 = 0,17
T3 = 0,55 – 0,41 = 0,14
 Rata – rata = 0,24 + 0,17 + 0,14 = 0,54 : 3 = 0,18
 konsumsi oksigen = 0,18 : 3 gram : 12 menit
= 0,005 = 5 x 10-3
☺ Berat kecambah 4 gram:
T1 = 0,28
T2 = 0,45 – 0,28 = 0,17
T3 = 0,6 – 0,45 = 0,15
 Rata – rata = 0,28 + 0,17 + 0,15 = 0,6 : 3 = 0,2
 konsumsi oksigen = 0,2 : 4 gram : 12 menit
= 0,0041 = 41 x 10-4

VII. Jawaban pertanyaan:


1. Apakah ada perbedaan antara perlakuan I (berat kecambah
3 gram) dengan perlakuan II (berat kecambah 4 gram)?
Jelaskan!
 ada, yaitu pada kecepatan respirasinya. Hal ini
dikarenakan pada kecambah perlakuan II (berat kecambah 4
gram) memilki berat yang lebih daripada perlakuan I (berat
kecambah 3 gram). Jadi konsumsi pada pelakuan II (berat
kecambah 4 gram) lebih banyak.

2. Apakah setiap bagian tanaman mempunyai konsumsi


oksigen yang sama pada saat respirasi? Jelaskan alasannya!
 Tidak, menurut saya pada percobaan ini kosumsi lebih
banyak terjadi pada bagian batang kecambah, karena daun
yang biasanya dipakai sebagai tempat respirasi merupakan
modifikasi batang. Sementara bagian akarnya belum
terbentuk sempurna, sehingga belum bisa digunakan. Jadi
mengapa pada proses pertumbuhan kecambah, batang lebih
dominan untuk cepat tumbuh dari pada bagian tanaman
lainnya.

3. Apakah fungsi KOH pad apercobaan ini? Jelaskan!


 KOH berfungsi sebagai peningkat suhu agar respirasi
terpicu menjadi cepat. Selain itu KOH juga berfungsi sebagai
pengikat CO2.

VIII. Kesimpulan dan saran:

Kesimpulan:
Respirasi dipengaruhi oleh massa tubuh, suhu dan jenis
hewan/tumbuhan.
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain: Ketersediaan substrat, Ketersediaan Oksigen, Suhu, Tipe
dan umur tumbuhan.

Saran:

Percobaan seperti ini memerlukan pengamatan yang harus


benar-benar diperhatikan, terlebih lagi saat menyuntikkan larutan
eosin kedalam respirometer, haru berada tepat di angka nol.
IX. Daftar pustaka:
Rifzi. 2009. Laporan Percobaan Respirasi Menggunaka
Respirometer.http://rifziest.blogspot.com/2009/08/laporan-
percobaan-respirasi-menggunaka.html (di akses tanggal
31 Desember 2009).

Nabio. 2009. Laporan Fisiologi Tumbuhan


Respirasi Ganong.
http://dnabio71respirasiganong.blogspot.com/ (di akses
tanggal 31 Desember 2009).

Annisa, Syabatini. 2008. Respirasi Pada Tumbuhan.


http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/07/respirasi-
pada-tumbuhan/ (di akses tanggal 31 Desember 2009).
Gambar Alat suntik, dan eosin. Alat suntik digunakan untuk
memasukkan eosin kedalam respirometer di posisi angka nol, agar
dalam pengamatan respirasi kecambah lebih tepat.

Gambar KOH dan alat respirometer sederhana.

Gambar kecambah yang akan digunakan sebagai bahan untuk


menghitung kecepatan respirasi pada tumbuhan. & gambar
timbangan, untuk menimbang kecambah 3 gram dan 4 gram.

You might also like