You are on page 1of 25

INTUBASI

ENDOTRAKEAL

HAFIZ BIN IBRAHIM


030.05.254
FK USAKTI
Anatomi - Fisiologi Saluran
Napas Bagian Atas
Sistem Respirasi
Pengertian Intubasi
Endotrakheal
 Menurut Hendrickson (2002), intubasi adalah
memasukkan suatu lubang atau pipa melalui
mulut atau melalui hidung, dengan sasaran
jalan nafas bagian atas atau trakhea
 Intinya  tindakan memasukkan pipa
endotrakha ke dalam trakhea sehingga jalan
nafas bebas hambatan dan nafas mudah
dibantu dan dikendalikan
Tujuan Intubasi Endotrakhea
a. Mempermudah pemberian anestesia.
b. Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas
serta mempertahankan kelancaran pernafasan.
c. Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi isi
lambung (pada keadaan tidak sadar, lambung
penuh dan tidak ada refleks batuk).
d. Mempermudah pengisapan sekret
trakheobronchial.
e. Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.
f. Mengatasi obstruksi laring akut.
Indikasi Intubasi Untuk
Kasus Nonsurgical
a. Asfiksia neonatorum yang berat.
b. Untuk melakukan resusitasi pada pasien yang
tersumbat pernafasannya, depresi atau absent dan
sering menimbulkan aspirasi.
c. Obstruksi laryngeal berat karena eksudat inflamatoir.
d. Pasien dengan atelektasis dan tanda eksudasi dalam
paru-paru.
e. Pada pasien-pasien yang diperkirakan tidak sadar
untuk waktu yang lebih lama dari 24 jam seharusnya
diintubasi.
f. Pada post operative respiratory insufficiency
Kontra Indikasi
a. Beberapa keadaan trauma jalan nafas atau
obstruksi  Tindakan yang harus dilakukan
adalah cricothyrotomy

b. Trauma servikal yang memerlukan keadaan


imobilisasi tulang vertebra servical, sehingga
sangat sulit untuk dilakukan intubasi.
Penilaian Saluran Nafas

Dilakukan sebelum tindakan untuk mengantisipasi


situasi-situasi yang memerlukan tindakan yang
khusus
1) Kondisi yang berhubungan dengan kesulitan sewaktu
melakukan tindakan intubasi seperti :
 Kelainan kongenital ---> Pierre Robin syndrome ,
Down’s syndrome
 Infeksi di saluran nafas--> Retropharyngeal abscess,
Epiglottitis
 Tumor di rongga mulut atau di laring
Kondisi yang berhubungan dengan kesulitan
sewaktu melakukan tindakan intubasi
seperti :
 Pembesaran kelenjar tiroid
 Perubahan posisi trakea ke lateral atau
kompressi lumen
 Trauma laring, servikal atau tulang maksila
 Disfungsi sendi temperomandibular
 Parut luka bakar di muka dan leher
 Obesity atau kehamilan
2 ) Celah Interincisor : Normal  lebih dari 3 cm
Klassifikasi Mallampati: Class 3,4 -> mungkin
sulit untuk di intubasi

Soft palate

Uvula
Gambaran Laryngoscopic  gred 3,4 adalah
sulit untuk di intubasi
Posisi Pasien untuk Tindakan
Intubasi
Alat-alat Untuk Intubasi

 Laringoskop
Alat-alat Untuk Intubasi

 Pipa endotrakheal
Alat-alat Untuk Intubasi

 Stilet atau forsep intubasi


Alat-alat Untuk Intubasi

 Plester
 Alat pengisap atau suction.
Langkah-langkah pemasangan
Komplikasi Intubasi
Endotrakheal.
1. Komplikasi tindakan laringoskop dan intubasi
a. Malposisi berupa intubasi esofagus, intubasi
endobronkial serta malposisi laringeal cuff.
b. Trauma jalan nafas berupa kerusakan gigi, laserasi
bibir, lidah atau mukosa mulut, cedera tenggorok,
dislokasi mandibula dan diseksi retrofaringeal.
c. Gangguan refleks berupa hipertensi, takikardi,
tekanan intracranial meningkat, tekanan
intraocular meningkat dan spasme laring.
d. Malfungsi tuba berupa perforasi cuff.
Komplikasi Intubasi
Endotrakheal
2. Komplikasi pemasukan pipa endotracheal.

a. Malposisi berupa ekstubasi yang terjadi


sendiri, intubasi ke endobronkial dan malposisi
laringeal cuff.
b. Trauma jalan nafas berupa inflamasi dan
ulserasi mukosa, serta ekskoriasi kulit hidung
c. Malfungsi tuba berupa obstruksi.
Komplikasi Intubasi
Endotrakheal
3. Komplikasi setelah ekstubasi.
 
a. Trauma jalan nafas berupa edema dan stenosis
(glotis, subglotis atau trachea), suara sesak atau
parau (granuloma atau paralisis pita suara),
malfungsi dan aspirasi laring.
b. Gangguan refleks berupa spasme laring.
Daftar Pustaka
1) Anonim, (2002), Endotracheal Intubation,
http://www.medicinet.com/script/main/art.asp?
li=mni&articlekey=7035
2) Gail Hendrickson, RN, BS., (2002), Intubation,
http://www.health.discovery.com/diseasesandcond/encyclopedia/121
9.html
 3) Gisele de Azevedo Prazeres, MD., (2002), Orotracheal Intubation,
http://www.medstudents.com/orotrachealintubation/medicalprocedu
res.html
4) Halliday HL., (2002), Endotracheal Intubation at Birth for Preventing
Morbidity and Mortality in Vigorous, Meconium-stained Infants Bord at
Term, http://www.update-
software.com/ceweb/cochrane/revabstr/ab000500.html
Daftar Pustaka
5) Mansjoer Arif, Suprohaita, Wardhani W.I., Setiowulan W.,
(ed)., (2002), Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, Jilid 2,
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta. 
6) Michael B. Dobson, (1994), Penuntun Praktis Anestesi,
EGC-Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
7) Tjunt & Earley, (1995), Anatomy and Physiology, FA Davis
Company, Philadelphia.
8) William, R. Peter, (1995), Gray’s Anatomy, Churchil
Livingstone, New York.

You might also like