Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan akumulasi tubuh alam bebas, yang menduduki
sebagian besar permukaan bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan
memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak
terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu
tertentu pula.
Tanah sangat penting karena tanah merupakan tubuh atau tempat
tanaman hidup, sebagai sumber hara tanaman dan penyedia air dan udara serta
tempat tegaknya tanaman. Tanah merupakan bahan yang kompleks yang
terdiri dari fase padat, cair dan gas dan diantara bahan padat yang ada di
dalam tanah terdapat ruangan yang berisi bahan cair atau bahan gas yang di
pengaruhi temperature, tekanan udara dan sinar matahari.
Tanah memegang peranan penting dalam usaha pertanian oleh karena
itu perlu adanya pengetahuan khusus tentang hal itu untuk dapat mengelola
tanah dengan baik. Karena dari penentuan tanah dengan benar dapat
ditentukan jenis tanaman yang sesuai dengan lahan tersebut. Penentuan tanah
dapat dilakukan dengan analisis sifat tanah, baik dari sifat kimia maupun sifat
fisikannya dan juga sifat biologi dari tanah tersebut. Karena dari dasar sifat
tersebut memiliki karakteristik tanah yang berlainan dan perlu perlakuan
pengolahan yang berbeda pula.
Dalam mengkaji ilmu tanah, antaranya adalah fisika dan kimia tanah.
Fisika tanah mempelajari sifat-sifat fisik tanah, meliputi kadar lengas tanah,
tekstur, struktur, kemantapan agregat, dan konsistensi. Sedangkan kimia tanah
meliputi bahan organik, rekasi tanah (pH), kejenuhan basa (KB), dan kapasitas
pertukaran kation (KPK). Dengan mengetahui sifat fisika dan kimia tanah,
maka dapat ditentukan pola pengelolaan tanah yang tepat akan meningkatkan
kesuburan tanah.
Dalam praktikum kali ini difokuskan pada tanah entisol. Tanah Entisol
merupakan tanah yang baru berkembang, pada jenis tanah ini belum ada
1
2
B. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah awal pada lahan yang
digunakan.
2. Untuk mengetahui pengaruh dosis pemupukan organik (pupuk
kandang) dan pupuk anorganik (Urea, SP-36 dan KCl) terhadap
pertumbuhan tanaman jagung.
3. Mengetahui sifat-sifat fisik dan kimia tanah.
A. Lahan Kering
Penggunaan istilah “lahan kering” di Indonesia belum tersepakati benar.
Ada yang menggunakan untuk padanan istilah Inggris: upland, dryland, atau
unirrigated land. Kedua istilah Innggris tersebut terakhir menyiratkan
penggunaan lahan untuk pertanian tadah hujan. Pertanian tadah hujan yang
dijalankan di daerah iklim ringkai (arid) sampai setengah ringkai (semi arid)
dalam bahasa Inggris disebut dryland farming atau fdry farming. Yang
dijalankan di daerah iklim lebih basah disebut rainfedd farming. Akan tetapi
ada yang menggunakan kedua istilah tersebut secara sinonim (Tejoyuwono
Notohadiprawiro, 2006)
Lahan kering dalam keadaan alamiah memiliki kondisi antara lain peka
terhadap erosi, terutama bila keadaan tanahnya miring atau tidak tertutup
vegetasi, tingkat kesuburannya rendah, air merupakan faktor pembatas dan
biasanya tergantung dari curah hujan serta lapisan olah dan lapisan
bawahnya memiliki kelembaban yang amat rendah. Merosotnya
produktivitas lahan pada tanah datar dapat pula terjadi karena hilangnya
unsur hara lewat pencucian dan aliran permukaan. Di daerah Irian Jaya yang
penduduknya masih menggunakan sistem ladang berpindah dengan
mempergunakan lahan yang berlereng curam masih ada kegiatan-kegiatan
usahatani pangan semusim dimana para petani tidak atau belum
memperhatikan konservasi lahan (Anonim 2006).
Berdasarkan data yang dibuat oleh puslitbangtanak pada tahun 2002,
potensi lahan kering di Indonesia sekitar 75.133.840 ha. Suatu keadaan
lahan yang sangat luas. Akan tetapi lahan2 kering tersebut tidak begitu
menghasilkan dan berguna bagi masyarakat yang tinggal di sekitar area
lahan kering. Hal ini disebabkan oleh masih kurangnya teknologi
pengelolaan lahan kering sehingga sering mengakibatkan makin kritisnya
lahan2 kering. Erosi, kekurangan air dan kahat unsur hara adalah masalah
3
4
dua unsur utama, fosfor dan sulfur dan merupakan satu-satunya sumber
nitrogen (Buckman, 1982).
Bahan-bahan organik yang berasal dari seresah, sisa-sisa tanaman
yang telah mati, limbah atau kotoran hewan dan bangkai hewan itu
sendiri, di dalam tanah akan diaduk-aduk dan dipindah-pindahkan oleh
jasad renik, yang selanjutnya dengan kegiatan berbagai jasad tanah
(terutama jasad renik tanah) bahan organik itu melalui berbagai proses
yang rumit dirombak menjadi bahan organik tanah yang mempunyai
arti penting seperti di atas (Sutedjo, 2002).
Sumber primer bahan organik tanah maupun seluruh fauna dan
mikroflora dan jaringan organik tanaman, baik berupa daun,
batang/cabang, ranting, buah maupun akar, sedangkan sumber sekunder
berupa jaringan organik fauna termasuk kotorannya serta mikroflora.
Dalam pengelolaan bahan organik tanah, sumbernya juga berasal dari
pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang (kotoran ternak yang
telah mengalami dekomposisi), pupuk hijau dan kompos, serta pupuk
hayati (inokulan) (Hanafiah, 2005).
Sejalan dengan perombakan batuan dan mineral-mineral kulit
bumi, usur-unsur mineral tersedia bagi tanaman. Nitrogen dalam
kombinasi kimiawai yang mampu digunakan dihasilkan dari simpanan
nitrogen dari udara, tanaman yang hidup atau mati menopang
kebeadaannya di tanah. Oleh karena itu bahan organik mulai di
akumulai. Sesuai dengan meningkatnya unsur hara tanaman yang
tersedia dalam tanah akumulasi bahan organik turut meningkat.
Kondisiini tersu menerus terjadi sampai suatu keseimbangan dicapai
pada saat laju akumulasi bahan organik sama dengan laju perombakan
(Titiek, 1995).
Secara lokal terdapat kecenderungan korelasi antara kandungan
liat tanah dan kandungan bahan organik, semakin besar kombinasi
persediaan unsur-unsur hara, semakin banyak hasil dan akumulasi pada
tanah bertekstur halus, liat juga mengasorbsi rombakan enzim-enzim
8
• Kalium ( K )
Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil
asimilasi, enzim dan mineral termasuk air.
Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap
penyakit
Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya : batang dan
daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan
tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering,
timbul bercak coklat pada pucuk daun (Anonim, 2009).
Rendahnya efisiensi pupuk N dapat diatasi dengan:
(1) membagi pupuk (split application) menjadi 2-3 kali pemberian
pada saat pertumbuhan tanaman optimal, yaitu setelah tanam,
pembentukan anakan maksimal, dan menjelang berbunga
(2) membenamkan urea ke dalam lapisan reduksi di dalam
tanah(10-15 cm); penggunaan urea briket atau urea granul
yang dibenamkan dapat meningkatkan efisiensi pupuk N
hingga 20-30%
(3) menggunakan pupuk N yang dilapisi belerang atau silika
(silica coated urea/SiCU); dan
(4) menggunakan penghambat nitrifikasi dan urease inhibitor,
seperti dicyandiamide. Dari keempat cara di atas, yang
paling banyak diaplikasikan dan mudah diterapkan adalah
cara pertama (Anonim, 2008).
Kurang unsur N menyebabkan:
Pertumbuhannya kerdil
Daun tampak kekuning-kuningan
Sistem perakaran terbatas
Kekurangan posfor menyebabkan tanaman :
Pertumbuhan kerdil
12
yang terangkut bersama panen merupakan cara yang paling sederhana dan
mudah (F. Agus dan J. Ruijter, 2004).
D. Tanaman Jagung
Jagung, Zea mays merupakan tanaman berumah satu, monoecious
dimana letak bunga jantan dan bunga betina terpisah pada satu tanaman.
Jagung termasuk tanaman C4 yang mampu beradaptasi dengan baik. Daun C4
sebagai agen penghasil fotosintesis yang kemudian didistribusikan. Memiliki
sel-sel seludang pembuluh yang mengandung klorofil. C4 sangat tergantung
pada intensitas radiasi matahari yang tinggi, kesuburan tanahnya relatif
rendah. Keuntungannya adalah aktivitas fotosintesis pada keadaan normal
relatif tinggi, fotorespirasi rendah, transpirasi rendah, efisiensi dalam
penggunaan air sifat fisiologi dan anatomis yang sangat menguntungkan
kaitannya dengan hasil (Beet, 1982).
Tanah yang baik untuk jagung adalah tanah yang gembur dan subur,
karena tanah ini mempunyai aerasi dan draenasi yang baik. Jagung dapat
tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asalkan mendapatkan pengelolaan yang
baik. Tanah dengan tekstur lempung berdebu sangat cocok untuk pertumbuhan
tanaman jagung (Widiyatmoko, 2005).
Dalam kegiatan pertanian faktor lingkungan merupakan salah satu
faktor yang harus diperhatikan karena akan berdampak langsung pada
pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan berakibat pada hasil produksi
tanaman. Banyaknya tanaman yang didefinisikan sebagai populasi memiliki
sifat – sifat unik dari kelompok tanaman itu. Sifat – sifat tersebut antara lain
kerapatan, mortalitas natalitas dan dispersi dalam bentuk pertumbuhan atau
perkembangan. Populasi ini mempunyai sifat genetik yang secara langsung
berkaitan dengan ekologisnya (William, 2005).
Dengan pengeringan, disamping kadar air menjadi kecil, volume juga
semakin kecil. Berbagai cara pengeringan diantaranya adalah dengan
14
1. Alat
a. Neraca analitik ketelitian 2 desimal
b. Mesin pengaduk khusus dengan piala logam
c. Silinder sedimentasi atau gelas ukur 500 ml
d. Pengaduk khusus suspensi
15
e. Alat hidrometer tanah tipe 152 H
f. Timer atau stop watch
2. Bahan
a. Ctka lolos 2 mm
b. Larutan pendispersi natrium piropospat (Na4P2O7.
10 H2O) 4%
3. Cara Kerja
a. Menimbang ± 25 gr ctka halus < 2 mm dalam gelas
piala 100 ml, kemudian menambahkan 10 ml larutan Na4P2O7. 10
H2O 4%
b. Memindahkan ke dalam piala logam dan
mengencerkannya dengan H2O sampai 200 ml
c. Mengaduk dengan mesin pengaduk kecepatan tinggi
selama 5 menit
d. Setelah 5 menit, pindahkan ke dalam gelas ukur 500
ml (melakukan pembilasan), mengencerkanya dengan H2O
sampai 500 ml, kemudian mengaduknya dengan pengaduk
khusus dan dibiarkan semalam
1) Catatan: bila mesin pengaduk tidak tersedia,
timbang contoh ke dalam botol kocok, kemudian
menambahkan larutan pendispersi dan kocok dengan mesin
kocok selama 1 malam, kemudian pindahkan seluruh
suspensi ke dalam gelas ukur 500 ml dan cara kerja yang
sama.
17
c. Analisis pH Tanah
1. Alat
a. Flakon
b. Pengaduk kaca
c. pH meter
18
d. Timbangan
2. Bahan
a. Ctka φ0,5 mm sebanyak 10 gram
1 : 2,5
3. Cara Kerja
a. Menimbang ctka sebanyak 5 gram dan memasukkan ke dalam dua
buah flakon
b. Menambahkan aquades 12,5 cc untuk analisa pH H2O, dan 12,5 cc
KCl untuk pH KCl
c. Mengaduk masing-masing hingga homogen selama 5 menit
d. Mendiamkannya selama 30 menit
e. Mengukur masing-masing pH
d. Analisis Bahan Organik
1. Alat
a. Labu takar 50 ml
b. Gelas piala 50 ml
c. Gelas ukur 50 ml
d. Pipet drop dan pipet ukur
2. Bahan
a. Ctka 0,5 mm
b. K2Cr2O7 1N
c. H2SO4 pekat
d. H3PO4 85%
e. FeSO41 N
f. Indikator DPA
g. Aquadest
3. Cara Kerja
19
• Destruksi
1) Menimbang dengan gelas arloji bersih atau kertas contoh
tanah kering angin berdiameter 0,5 mm 1 gram
2) Memasukkan ke tabung Kjeldahl dan menambahkan 6 ml
H2SO4 pekat
3) Menambahkan campuran serbuk K2SO4 dan CuSO4 1 sendok
kecil
4) Melakukan destruksi hingga campuran homogen yaitu asap
hilang dan larutan menjadi putih kehijauan atau tidak
berwarna.
• Destilasi
20
• Titrasi
1) Mengambil larutan penampung 10 ml dan melakukan titrasi
pada larutan dalam bekerglass hasil destilasi, dengan NaOH 0,1 N
sampai warna hampir hilang atau kuning bening.
2) Melakukan prosedur di atas tanah blanko
3) Menghitung nilai N total tanah
( B − A) xN NaOH x14 x 4
N total tanah = 100 x 100%
xBeratTana h(mg )
100 + KL
f. P tersedia Tanah
g. K Tersedia Tanah
B. Kegiatan di Lahan
1) Perlakuan
P1 : tanpa pupuk
P7 : urea 300gr/petak
2) Cara pemupukan
• Urea 2x = ½ dosis saat tanam
Sisa 20 hari setelah tanam
3) Penanaman
Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 30 x 50 cm dan pada masing-
masing lubang tanam ditanam 3 benih, kemudian lubang ditutup dengan
tanah
c. Pemeliharaan
1. Penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur 1 minggu setelah
tanam dan disisakan 1 tanaman yang paling baik
2. Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang mati
3. Variabel Pengamatan :
- Tinggi tanaman : diukur dari pangkal batang
(antara akar dan batang) sampai ujung daun tertinggi
- Berat brangkasan kering dan berat brangkasan basah
Pengamatan per petak dilakukan terhadap 10 sampel tanaman yang
mewakili rata-rata.
23
Tanah Ulangan a b c KL
Kl : Kadar Lengas
24
b. PH Tanah
23
Tabel 4.2 pH Tanah H 2 O dan KCl
Ulangan H2 O KCl
1 6,661 6,068
2 6,568 6,054
Rata-rata 6,6 6,2
Hasil Pengamatan
d. Tekstur Tanah
Keterangan :
e. N Total Tanah
Hasil Pengamatan
x y
0 0
0,026 0,1
0,125 0,2
0,183 0,4
0,318 0,6
0,343 0,8
0,465 1
b = 2,1325
r = 0,98
x = 0,008
KL 0,5 mm = 8,315
y = a+bx
a = y-bx
12
10
Larutan Standar
6
y=a+bx
4
0
1 2 3 4 5 6 7 8
g. K Tersedia Tanah
Hasil Pengamatan
x y
0 0
5 0,16
10 0,3
15 0,4
y = a+bx
160
140
120
100
y=a+bx
80
Larutan standar
60
40
20
0
1 2 3 4 5
Analisis Minitab
Metode Analisis yang digunakan yaitu RAKL Faktorial dengan 2 faktor yaitu
K0 K1 K2 K3
Tabel 4.9 Tinggi Tanaman, Berat basah, Berat kering, Interaksi K dan L dan
Trans Tinggi Tanaman.
Berat
K L Blok Tinggi Berat basah kering
1. Tinggi Tanaman
Tabel 4.10 Annova Faktor K (pupuk Anorganik) terhadap tinggi tanaman
30
Sumber dF SS MS F hit P
Keragaman
4143 11.5 0.00
Perlakuan 2 1792
7 6 3
1612 2071
Galat 9
9 9
5756
Total 11
6
Kesimpulan :
2. Berat Basah
Kesimpulan :
1. Pada uji normalitas data Berat basah menunjukkan bahwa data tersebut
termasuk data normal karena P(Value)>0,05 yaitu nilainya P(Value)
> 0,15
2. Digunakan uji F sebagai uji pengaruh perlakuan terhadap hasil (Berat
basah) karena data tersebut termasuk data normal. Pengaruh perlakuan
K (pemberian pupuk anorganik) terhadap berat basah menunjukkan
bahwa perlakuan K berpengaruh tidak nyata (Not Signifikan) terhadap
berat basah karena nilai P = 0,072 atau P>0,05. Perlakuan L
32
3. Berat Kering
Sumber dF SS MS F hit P
Keragaman
Perlakuan 2 10630 5315 1.30 0.320
Galat 9 36899 4100
Total 11 47529
Kesimpulan :
33
b −c
Kadar lengas = x100 %
c−a
22 ,6579 − 22,4129
= 22,4129 −18,9979 x100 %
= 7,17%
Ulangan II
b −c
Kadar lengas = x100 %
c−a
57 ,900 − 57,575
= 57,575 − 53,613 x100 %
= 9,46%
34
ulangan 1 + ulangan 2
KL rata-rata =
2
7,17 + 9,46
=
2
= 8,315 %
b −c
Kadar lengas = x100 %
c−a
40 ,402 − 39,995
= 39,995 − 34,729 x100 %
= 7,72%
Ulangan II
b −c
Kadar lengas = x100 %
c−a
58 ,030 − 57,603
= 57,603 − 42,945 x100 %
= 2,91%
ulangan 1 + ulangan 2
KL rata-rata =
2
7,72 + 2,91
=
2
= 5,315 %
b. Analisis pH Tanah
pH H 2 O (1) = 6,661
35
pH H 2 O (2) = 6,568
6,661 + 6,568
pH H 2 O rata-rata =
2
= 6,6145
= 6,6 (netral)
6,068 + 6,054
pH KCl rata-rata =
2
= 6,061
( B − A) x nFeSO 4 x 3
100
Kadar C = 100 x 10x x100%
x berat tan ah (mg ) 77
100 + KL
675
= 35544 ,74 x100 %
= 1,89 %
58
36
= 100 x 1,89 %
58
= 189 %
58
= 3,26 %
d. Analisis Tekstur
100
fk =
(100 + % KLlolos 2mm )
100
= 100 + 5,315
= 0,949
25
Tanah kering 105°C = ( fk )
25
= 0,949
25 25 C
Pasir + debu + lempung = fk − 100 gr
25 25 ( 3,26 )
= − gr
0,949 100
= (26,34 – 0,815) gr
= 25,525 gr
( B − b)
Lempung = gr
2
37
13 − 0
= gr
2
= 6,5 gr
( A − a ) ( B − b)
Debu = − gr
2 2
( 30 − 0 ) (13 − 0)
= − gr
2 2
=15 – 6,5 gr
= 8,5 gr
25 25 C ( A − a )
Pasir = − − gr
fk 100 2
25 25 ( 3,26 ) ( 30 − 0)
= − − gr
0,949 100 2
= 10,525 gr
25 25C ( A − a )
− −
fk 100 2
Pasir (%) = x 100%
25 25C
−
fk 100
10 ,525
= 25 ,525 x 100%
= 41,23 %
( A − a) ( B − b)
2 − 2
Debu (%) =
25 25C
−
fk 100
38
8,5
= 25 ,525 x 100%
= 33,31 %
( B − b)
2
Lempung (%) = x 100%
25 25C
−
fk 100
6,5
= 25 ,525 x 100%
=25,46 %
( B − A) xN NaOH x14 x 4
N total tanah = 100 x 100%
xBeratTana h(mg )
100 + KL
0,05 x 0,1x14 x 4
= 0,92327 x100 x 100%
0,28
= 92 ,327 x 100%
= 0,003 x 100%
= 0,3 % (rendah)
y = a+bx
39
y = a + bx
= - 0,0019 + 0,01706
= 0,01516
0,01516 x35
= 100
x1
100 + 8,315
0,5306
= 0,9232323
= 0,5747 ppm
x = 0,12
y = a+bx
5 = a + 0,16 b
10= a + 0,3 b -
-5 = -0,14 b
b = 35,7
5 = a + 0,16 b
5 = a + 0,16 (35,7)
5 = a + 5,712
40
a = 5 – 5,712
a = - 0,712
y = a + bx
= -0,712 + 4,284
= 3,572
3,572 x 50 x 50
5 100
= 100 x 100 %
x 2500
100 + 0,8315
17 ,86
= 2308 ,08 x 100%
= 0,77%
V. PEMBAHASAN
pupuk kandang dengan dosis 7,5 kg/petak. Aplikasi pupuk dilapangan dilakukan
dengan cara alur, dengan satu kali tahap pemberian. Pupuk anorganik dapat
didefinisikan pupuk yang berasal dari bahan mineral dan senyawa kimia yang
diserap tanaman. Pupuk anorganik yang diberikan adalah urea 300 gram/petak, ½
dosis saat tanam dan ½ dosis saat 20 hari setelah tanam kemudian SP36 150
gram/peta dengan 1 tahap pemberian. Kedua pupuk anorganik tersebut cara
pemberiannya dilakukan dengan cara membuat larikan disebelah lubang tanam
yang kemudian ditutup dengan tanah. Hal ini dilakukan karena dilihat dari sifat
kedua pupuk yang mudah menguap dan mudah mengalami pencucian, khususnya
bagi pupuk urea.Dari perlakuan yang didapatkan ( P5) dapat dihasilkan tanaman
yang subur, hal ini dikarenakan kebutuhan unsure hara tercukupi seperti N dan P.
Perawatan dan pemelihraan tanaman yang dilakukan adalah penyiraman
dan mengadakan penyulaman apabila terdapat tanaman yang mati. Terdapat dua
variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman yang diukur dari pangkal batang
(antara akar dan batang) sampai ujung daun tertinggi dan berat brangkasan kering
dan basah. Pengamatan perpetak dilakukan terhadap 5 sampel tanaman yang
mewakili dan dirata-rata.
Berdasarkan tabel tinggi tanaman dapat diketahui bahwa tanaman mengalami
pertumbuhan yang pesat. Tinggi tanaman diperoleh dari tinggi lima tanaman
sampel yang diukur tiap minggunya. Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh
kondisi fisik tanah meliputi struktur, tekstur, aerasi dan drainase, serta suhu.
41 menyediakan nutrisi atau unsur hara
Kondisi kimiawi meliputi kemampuan tanah
bagi tanaman. Kondisi biologi meliputi kegiatan jasad hidup dan ketersediaannya
dalam tanah.. Tanaman yang dipilih diusahakan tidak berada di pinggir untuk
menghindari kemungkinan serangan hama.
Pada minggu ke-6 dilakukan pengambilan sample untuk mengetahui berat
kering dan berat basah pada tanaman. Dasar yang diberikan untuk menentukan
sample yaitu dilihat dari sifat fisik tanaman yang sehat dan besar. Setelah
pengambilan sample tanaman dilahan, tanaman dipotong-potong sekecil mungkin,
hal ini dilakuakan selain untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan juga untuk
mempercepat pengeringan sample saat pengovenan.
42
Pupuk yang diberikan pada praktikum kali ini adalah pupuk kandang 7,5
kg/petak, urea 300 gr/petak, SP36 150 gr/petak dan KCl 150 gr/petak. Pengaruh
dari pemberian pupuk tersebut bagi tanaman adalah tanaman tampak besar,
perakaran kuat, daun hijau, dan dimungkinkan pembentukan buah akan cepat dan
besar-besar. Hal tersebut dapat di buktikan dari rendahnya akumulasi berat
brangkasan untuk tanaman P0(tanpa pemupukan). Sedangkan secara menyeluruh,
hasil dari lahan yang letaknya cenderung berada lebih rendah lebih subur daripada
lahan yang lebih tinggi, hal ini disebabkan karena lahan yang letaknya di bawah
cenderung mendapatkan hasil pencucian dari pupuk yang berasal dari lahan yang
lebih tinggi sehingga pupk cenderung mengumpul di lahan yang letaknya di
bawah. Pengaruh pupuk dapat terjadi karena fungsi dari masing-masing pupuk
tersebut sangat mendukung bagi pertumbuhan tanaman.
Manfaat dari pupuk organik adalah :
1. Menggemburkan tanah
2. Menjaga keseimbangan unsur hara dalam tanah
Manfaat dari pupuk urea adalah :
1. Mempertinggi pertumbuhan vegetatif dan warna daun lebih hijau
2. Mempertinggi kandungan protein
3. Merangsang pertunasan
4. Mengaktifkan pertumbuhan mikroba
5. Menambah tinggi tanaman
6. Mempertinggi kemampuan tanaman untuk menyerap unsure yang lain
seperti Kalium, Fosfor dan yang lainnya.
Manfaat dari pupuk SP36 adalah :
1. Mempertinggi pembentukan sel-sel, lemak dan albumin.
2. Memperbaiki pembungaan, pembuahan dan pembentukan benih
3. Mempercepat pemasakan buah
4. Memperbaiki perkembangan perakaran khususnya akar-akar lateral dan
sekunder
5. Mengurangi kerontokan buah
Manfaat dari pupuk KCl adalah :
43
1. Memperkuat tanaman
2. Lebih tahan terhadap penyakit
3. Perakaran lebih baik
4. Penting dalam pembentukan klorofil
5. Penting dalam pembentukan umbi
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa pada tanah
terkandung N total tanah 0,003 %. Di dalam tanah kadar N sangat bervareasi
tergantung pada pengelolaan dan penggunaan tanah tersebut, sehingga dari hasil
yang didapatkan, factor penyebabnya adalah pada lahan Palur merupakan tanah
persawahan yang sering teraliri air sehingga kadar n total tanah rendah akibat
peristiwa pencucian yang terus menerus. . Nilai P tersedia tanah diperoleh dengan
rata-rata 0,57 ppm. Nilai K tersedia tanah diperoleh rata-rata sebesar 0,86%.
Kandungan K dan P tersedia tanah rendah menyebabkan pertumbuhan tanaman
terhambat karena ketersediaan unsur tersebut belum mencukupi kebutuhan
tanaman. Dari data yang didapat maka dapat disimpulkan bahwa tanah sebelum
diberi pupuk organik maupun anorganik kandungan haranya rendah atau kurang
subur, sehingga diperlukan pengolahan tanah dengan memperbaiki sifat fisika dan
kimia tanah untuk didapatkan kondisi tanah yang dapat mendukung pertumbuhan
tanaman.
Kemasaman tanah adalah salah satu sifat penting, karena terdapat
beberapa hubungan pH tanah dengan ketersediaan unsur hara, juga beberapa
hubungan antara pH dan semua sifat tanah. Penentuan pH ada dua macam yaitu
pH actual dan pH potensial. pH actual dianalisis dengan mencampur tanah dengan
H2O. Sedangkan pH potensial dianalisis dengan mencampurkan tanah dengan
larutan KCl.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa pada tanah
Entisols mempunyai pH aktual yaitu pH H2O sebesar 6,6, sehingga berdasarkan
pengharkatan pH tanah menurut PPT dapat dikatakan tanah tersebut tergolong
tanah yang bersifat masam. Sedangkan pH potensialnya yaitu pH KCl sebesar 6,1.
Ini artinya pH aktual lebih tinggi daripada pH potensial meskipun perbedaannya
hanya sedikit. pH KCl yang tinggi dipengaruhi oleh ion H+ dan Al3+, sedangkan
44
pada pH aktual dipengaruhi oleh ion H+ saja. pH KCl mengandung ion K+ yang
akan melepaskan ion H+ pada kompleks jerapan sehingga ion H+ akan masuk ke
dalam larutan tanah akibatnya larutan mengalami peningkatan konsentrasi H+
yang mengakibatkan penurunan kemasaman tanah. Sedangkan pH aktual tidak
terjadi peningkatan konsentrasi ion H+ sehingga pH-nya lebih tinggi daripada pH
potensial.
Selain itu pH H2O > pH KCl karena pH H2O bersifat netral (7,0)
sedangkan pH KCl adalah asam kuat yang mempunyai pH lebih rendah dari pH
H2O sehingga pH H2O > dari pH KCl, meskipun pada hasil praktikum yang
didapat kali ini hasil yang diperoleh perbedaannya hanya sedikit.
Faktor sifat tanah adalah faktor yang berpengaruh terhadap kadar lengas,
antara lain tekstur, struktur dan BO. Tanah yang memiliki tekstur halus akan
memiliki kapasitas lapang yang lebih tinggi daripada yang memiliki tekstur kasar.
Karena semakin halus tekstur maka luas permukaan semakin besar dan daya
serapnya terhadap air semakin tinggi mengakibatkan kadar lengas kapasitas
lapangnya tinggi. Sedangkan pada tanah yang tekstur kasar daya serap terhadap
air lebih kecil sehingga kadar lengas kapasitas lapangnya rendah.
Menurut hasil yang didapatkan dari praktikum bahwa tanah Entisols untuk
ukuran 2 mm, diketahui memiliki kadar lengas sebesar 7,72% pada ulangan
pertama, 2,91% pada ulangan kedua. Untuk tanah ukuran 0,5 mm kadar lengasnya
sebesar 7,17 % pada ulangan pertama, 9,46% pada ulangan kedua. Dan jika
diambil rata-rata tanah ukuran 2 mm dan 0,5 mm hasilnya 5,32% dan 8,31 %.
Dengan demikian didapatkan kesimpulan kadar lengas tanah ukuran 0,5 mm >
tanah ukuran 2 mm. Hal ini disebabkan karena semakin kecil ukuran partikel
tanah maka akan semakin luas permukaan tanah yang dimiliki oleh partikel tanah
tersebut, sehingga akan semakin banyak air yang dapat diikat oleh partikel tanah.
Begitu pula sebaliknya, dengan semakin besar partikel tanah maka akan semakin
sempit luas permukaan tanahnya yang menyebabkan daya serapnya menjadi kecil.
Bahan organik menjalankan peranan pemaduan rangkap yaitu memadukan
semua faktor lingkungan dan menjadi kakas penggerak pedogenesis, termasuk
45
ketersediaan air dalam tanah, kemudahan tanah untuk diolah serta kandungan dan
ketersediaan unsur hara dalam tanah.
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan data bahwa kandungan fraksi
tanah Entisolss yang terbanyak adalah pasir sebesar 43,07% lalu diikuti debu
sebesar 32,26% dan liat sebesar 24,67% sehingga jumlah keseluruhannya 100 %.
Tanah Entisolss memiliki kandungan fraksi pasir yang lebih tinggi daripada fraksi
lainnya.
Hasil dari perlakuan pupuk pada tinggi tanaman pada table 4.6 dihasilkan
pada uji normalitas data tinggi tanaman menunjukkan bahwa data tersebut
termasuk data normal karena P(Value)nya sebesar 0,087 sehingga P(Value)>0,05.
Digunakan uji F sebagai uji pengaruh perlakuan terhadap hasil (tinggi tanaman)
karena data tinggi tanaman termasuk data normal. Pengaruh perlakuan K
(pemberian pupuk anorganik) terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa
perlakuan K berpengaruh nyata (Signifikan) terhadap tinggi tanaman karena nilai
P = 0,03 atau 0,01<P<0,05. Hal ini dibuktikan dengan bertambah pesatnya tinggi
tanaman setelah pemberian pupuk kedua. Perlakuan L (pemberian pupuk organik)
terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan L berpengaruh tidak
nyata (NS) karena nilai P = 0,989 atau P>0,05. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh
kondisi lahan yang basah sehingga pupuk organik terkena erosi tanah sehingga
pupuk menjadi tercuci dan pemberian pupuk menjadi tidak berpengaruh.
Sedangkan pengaruh blok terhadap perlakuan tidak diketahui karena bloknya
hanya 1 sehingga tidak dapat dianalisis.
Hasil dari perlakuan pupuk terhadap berat basah tanaman pada table 4.6
didapatkan hasil pada uji normalitas data Berat basah menunjukkan bahwa data
tersebut termasuk data normal karena P(Value)>0,05 yaitu nilainya P(Value) >
0,15. Digunakan uji F sebagai uji pengaruh perlakuan terhadap hasil (Berat basah)
karena data tersebut termasuk data normal. Pengaruh perlakuan K (pemberian
pupuk anorganik) terhadap berat basah menunjukkan bahwa perlakuan K
berpengaruh tidak nyata (Not Signifikan) terhadap berat basah karena nilai P =
0,072 atau P>0,05. Perlakuan L (pemberian pupuk organik) terhadap berat basah
menunjukkan bahwa perlakuan L berpengaruh tidak nyata (Not Signifikan)
47
terhadap berat basah karena nilai P = 0,802 atau P>0,05. Sedangkan pengaruh
blok terhadap perlakuan tidak diketahui karena bloknya hanya 1 sehingga tidak
dapat dianalisis.
Perlakuan pupuk pada berat kering tanaman pada table 4.6 dihasilkan.
Pada uji normalitas data Berat kering menunjukkan bahwa data tersebut termasuk
data normal karena P(Value)>0,05 yaitu nilainya P(Value) > 0,15. Digunakan uji
F sebagai uji pengaruh perlakuan terhadap hasil (Berat kering) karena data
tersebut termasuk data normal. Pengaruh perlakuan K (pemberian pupuk
anorganik) terhadap berat kering menunjukkan bahwa perlakuan K berpengaruh
nyata (Signifikan) terhadap berat kering karena nilai P = 0,320 atau 0,01<P<0,05.
Perlakuan L (pemberian pupuk organik) terhadap berat basah menunjukkan
bahwa perlakuan L berpengaruh tidak nyata (Not Signifikan) terhadap berat basah
karena nilai P = 0,994 atau P>0,05. Sedangkan pengaruh blok terhadap perlakuan
tidak diketahui karena bloknya hanya 1 sehingga tidak dapat dianalisis.
Kesimpulan
Saran
48