You are on page 1of 48

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah merupakan akumulasi tubuh alam bebas, yang menduduki
sebagian besar permukaan bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan
memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak
terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu
tertentu pula.
Tanah sangat penting karena tanah merupakan tubuh atau tempat
tanaman hidup, sebagai sumber hara tanaman dan penyedia air dan udara serta
tempat tegaknya tanaman. Tanah merupakan bahan yang kompleks yang
terdiri dari fase padat, cair dan gas dan diantara bahan padat yang ada di
dalam tanah terdapat ruangan yang berisi bahan cair atau bahan gas yang di
pengaruhi temperature, tekanan udara dan sinar matahari.
Tanah memegang peranan penting dalam usaha pertanian oleh karena
itu perlu adanya pengetahuan khusus tentang hal itu untuk dapat mengelola
tanah dengan baik. Karena dari penentuan tanah dengan benar dapat
ditentukan jenis tanaman yang sesuai dengan lahan tersebut. Penentuan tanah
dapat dilakukan dengan analisis sifat tanah, baik dari sifat kimia maupun sifat
fisikannya dan juga sifat biologi dari tanah tersebut. Karena dari dasar sifat
tersebut memiliki karakteristik tanah yang berlainan dan perlu perlakuan
pengolahan yang berbeda pula.
Dalam mengkaji ilmu tanah, antaranya adalah fisika dan kimia tanah.
Fisika tanah mempelajari sifat-sifat fisik tanah, meliputi kadar lengas tanah,
tekstur, struktur, kemantapan agregat, dan konsistensi. Sedangkan kimia tanah
meliputi bahan organik, rekasi tanah (pH), kejenuhan basa (KB), dan kapasitas
pertukaran kation (KPK). Dengan mengetahui sifat fisika dan kimia tanah,
maka dapat ditentukan pola pengelolaan tanah yang tepat akan meningkatkan
kesuburan tanah.
Dalam praktikum kali ini difokuskan pada tanah entisol. Tanah Entisol
merupakan tanah yang baru berkembang, pada jenis tanah ini belum ada

1
2

perkembangan horison tanah. Tanah ini meliputi tanah-tanah yang berada di


atas batuan induk, dan merupakan tanah yang berkembang dari bahan baru.
Tekstur tanah entisol biasanya kasar, struktur kersai atau remah,
dengan konsistensi gembur sampai remah, dengan konsistensi lepas sampai
gembur dengan pH 6-7. Semakin tua umur tanah entisol, struktur dan
konsistensinya semakin padat bahkan seringkali membentuk padas dengan
drainase dan porositas yang terhambat. Umumnya tanah ini belum membentuk
agregat sehingga peka terhadap erosi. Umumnya cukup mengandung P dan K
yang masih segar dan belum siap untuk diserap oleh tanaman tapi kekurangan
unsur N.

B. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah awal pada lahan yang
digunakan.
2. Untuk mengetahui pengaruh dosis pemupukan organik (pupuk
kandang) dan pupuk anorganik (Urea, SP-36 dan KCl) terhadap
pertumbuhan tanaman jagung.
3. Mengetahui sifat-sifat fisik dan kimia tanah.

C. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum kesuburan tanah pelaksanaannya ada 2 yaitu :
1. Analisis Tanah Awal dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal
12 Desember 2009 di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Kegiatan di Lahan UNS Palur

a. Menanam bibit tanaman jagung di lahan UNS Palur pada hari


Sabtu tanggal 21 November 2009.
b. Pemeliharan tanaman jagung dan pemberian pupuk
dilaksanakan pada tanggal 26 November 2009 sampai pada
pengambilan sampel vegetatif pada tanggal 28 Desember 2009
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lahan Kering
Penggunaan istilah “lahan kering” di Indonesia belum tersepakati benar.
Ada yang menggunakan untuk padanan istilah Inggris: upland, dryland, atau
unirrigated land. Kedua istilah Innggris tersebut terakhir menyiratkan
penggunaan lahan untuk pertanian tadah hujan. Pertanian tadah hujan yang
dijalankan di daerah iklim ringkai (arid) sampai setengah ringkai (semi arid)
dalam bahasa Inggris disebut dryland farming atau fdry farming. Yang
dijalankan di daerah iklim lebih basah disebut rainfedd farming. Akan tetapi
ada yang menggunakan kedua istilah tersebut secara sinonim (Tejoyuwono
Notohadiprawiro, 2006)
Lahan kering dalam keadaan alamiah memiliki kondisi antara lain peka
terhadap erosi, terutama bila keadaan tanahnya miring atau tidak tertutup
vegetasi, tingkat kesuburannya rendah, air merupakan faktor pembatas dan
biasanya tergantung dari curah hujan serta lapisan olah dan lapisan
bawahnya memiliki kelembaban yang amat rendah. Merosotnya
produktivitas lahan pada tanah datar dapat pula terjadi karena hilangnya
unsur hara lewat pencucian dan aliran permukaan. Di daerah Irian Jaya yang
penduduknya masih menggunakan sistem ladang berpindah dengan
mempergunakan lahan yang berlereng curam masih ada kegiatan-kegiatan
usahatani pangan semusim dimana para petani tidak atau belum
memperhatikan konservasi lahan (Anonim 2006).
Berdasarkan data yang dibuat oleh puslitbangtanak pada tahun 2002,
potensi lahan kering di Indonesia sekitar 75.133.840 ha. Suatu keadaan
lahan yang sangat luas. Akan tetapi lahan2 kering tersebut tidak begitu
menghasilkan dan berguna bagi masyarakat yang tinggal di sekitar area
lahan kering. Hal ini disebabkan oleh masih kurangnya teknologi
pengelolaan lahan kering sehingga sering mengakibatkan makin kritisnya
lahan2 kering. Erosi, kekurangan air dan kahat unsur hara adalah masalah

3
4

yg paling serius di daerah lahan kering. Paket2 teknologi untuk


mananggulangi masalah2 tersebut juga dah banyak, akan tetapi kurang
optimal di manfaatkan karena tidak begitu signifikan dalam meningkatkan
kesejahteraan petani daerah lahan kering. Memang perlu kesabaran dalam
pengelolaan daerah lahan kering, karena meningkatkan produktivitas lahan
di daerah lahan kering yang kondisi lahannya sebagian besar kritis dan
potensial kritis tidaklah mudah. Konservasi tanah dan air merupakan cara
konvensional yang cukup mampu menanggulangi masalah diatas. Dengan
menerapkan sisitem konservasi tanah dan air diharapkan bisa
menanggulangi erosi, menyediakan air dan meningkatkan kandungan hara
dalam tanah serta menjadikan lahan tidak kritis lagi. Ada 3 metode dalam
dalam melakukan konservasi tanah dan air yaitu metode fisik dengan
pegolahan tanahnya, metode vegetatif dengan memanfaatkan vegetasi dan
tanaman untuk mengurangi erosi dan penyediaan air serta metode kimia
yaitu memanfaatkan bahan2 kimia untuk mengaawetkan tanah (Anonim,
2007).
B. Kesuburan Tanah
a) Kesuburan Tanah
Kesuburan Tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk
menghasilkan produk tanaman yang diinginkan, pada lingkungan
tempat tanah itu berada. Produk tanaman berupa buah, biji, daun,
bunga, umbi, getah, eksudat, akar, trubus, batang, biomassa, naungan,
penampilan dsb.Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda
tergantung sejumlah faktor pembentuk tanah yang merajai di lokasi
tersebut, yaitu bahan induk, iklim, relief, organisme, atau waktu. Tanah
merupakan fokus utama dalam pembahasan ilmu kesuburan tanah,
sedangkan kinerja tanaman merupakan indikator utama mutu kesuburan
tanah (Anonim, 2007).
Kesuburan tanah tidak terlepas dari keseimbangan biologi, fisika
dan kimia; ketiga unsur tersebut saling berkaitan dan sangat
menentukan tingkat kesuburan lahan pertanian. Tanpa disadari selama
5

ini sebagian besar pelaku tani di Indonesia hanya mementingkan


kesuburan yang bersifat kimia saja, yaitu dengan memberikan pupuk
anorganik seperti : urea, TSP/SP36, KCL dan NPK secara terus
menerus dengan dosis yang berlebihan (Anonim, 2006).
Kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam, yang
ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi bagian
tubuh tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman. Karena
bukan sifat melainkan mutu maka kesuburan tanah tidak dapat diukur
atau diamati, akan tetapi hanya dapat ditaksir (assessed). Penaksirannya
dapat idasarkan atas sifat-sifat dan kelakuan fisik, kimia dan biologi
tanah yang terukur, terkorlasikan dengan keragaan (performance)
tanaman menurut pengalaman atau hasil penelitian sebelumnya.
Kesuburan tanah dapat juga ditaksir secara langsung berdasarkan
keadaan tanaman yang teramati (bioassay). Hanya dengan cara
penaksiran yang pertama dapat diketahui sebab-sebab yang menentukan
kesuburan tanah. Denagn cara penaksiran kedua hanya dapat
diungkapkan tanggapan tanaman terhadap keadaan tanah yang
dihadapinya (Tejoyuwono Notohadiprawiro, et al., 2006).
Usaha meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas tanaman
pada umumnya dilakukan dengan penambahan pupuk anorganik antara
lain pupuk nitrogen (N). pemberian puuk N pada lahan sawah berperan
penting dalam meningkatkan produksi padi. Penambahan pupuk N, baik
dalam bentuk urea prill dan tablet maupun amonium sulfat (ZA), dapat
memperbaiki pertumbuhan tanaman dan hasil padi (Noeriwan dan
Noerizal, 2004).
b) Kadar Lengas
Sebagai akibat rusaknya pori-pori tak kapiler, meningkatnya
jumlah pori kapiler yang jenuh air dan menurunnya kerapatan tindak
semula maka tanah yang di lumpurkan menahan lebih banyak air pada
tegangan kelengasan tanah tertentu dari pada dalam keadaan tak di
lumpurkan. Pada tanah yang di lumpurkan, perubahan kesarangan dan
6

daya tambat air mengakibatkan pola kehilangan kelengasan tanah yang


menurun secara tajam (Sanches, 1993).
Kohesi di dalam agregat tanah menurun apabila kadar kelengasan
tanah meningkat. Setiap agregatnya menjadi lunak dan mungkin
menyerupai atau mungkin juga tidak, bergantung pada kemantapannya.
Kohesi antara agregat sangat rendah pada kadar kelengasan yang
rendah, meningkat dengan cepat bila kadar kelengasan meningkat,
mencapai puncak kira-kira pada kapasitas lapang dan menurun dengan
tajam bila kadar kelengasannya mendekati kejenuhan (Koenings, 1963).
Kadar lengas maksimum tanah merupakan jumlah air maksimum
yang dapat ditampung tanah setelah hujan besar turun. Pada keadaan
ini, air tertahan oleh tanah dengan kekuatan pF = 0 atau terjadi pada
keadaan :
a. Di permukaan tanah setelah hujan lebat atau irigasi
b. Pada tanah bawah (subsoil) yang jenuh air
c. Dalam lapisan tanah 5 – 10 mm di atas lapisan subsoil yaitu
apabila ada air kapiler yang naik. (Foth, 1994).
c) Bahan Organik
Bahan organik tanah merupakan penimbunan, terdiri sebagian
dari sisa dan sebagian dari pembentukan baru dari sisa tumbuhan dan
hewan. Bahan ini adalah sisa yang tidak statis yang mengalami
serangan dari jasad-jasad renik tanah. Karena itu bahan ini merupakan
bahan transisi tanah dan terus-menerus diperbaharui dengan
penambahan sisa-sisa tumbuhan tingkat tinggi. Bahan organik yang
dikandung tanah hanya sedikit, kurang lebih hanya 3 sampaii 5 % dari
berat tanah dalam top soil tanahmineral yang mewakili. Akan tetapi
pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah dan kehidupan jauh lebih besar
dibanding dengan kandungan yang rendah itu. Pertama, bahan organik
berperan sebagai pembentukan butir (granulator) dari butir-butir
mineral, yang menyebabkan terjadinya keadaan gembur pada tanah
produktif. Disamping itu bahan organik merupakan sumber pokok dari
7

dua unsur utama, fosfor dan sulfur dan merupakan satu-satunya sumber
nitrogen (Buckman, 1982).
Bahan-bahan organik yang berasal dari seresah, sisa-sisa tanaman
yang telah mati, limbah atau kotoran hewan dan bangkai hewan itu
sendiri, di dalam tanah akan diaduk-aduk dan dipindah-pindahkan oleh
jasad renik, yang selanjutnya dengan kegiatan berbagai jasad tanah
(terutama jasad renik tanah) bahan organik itu melalui berbagai proses
yang rumit dirombak menjadi bahan organik tanah yang mempunyai
arti penting seperti di atas (Sutedjo, 2002).
Sumber primer bahan organik tanah maupun seluruh fauna dan
mikroflora dan jaringan organik tanaman, baik berupa daun,
batang/cabang, ranting, buah maupun akar, sedangkan sumber sekunder
berupa jaringan organik fauna termasuk kotorannya serta mikroflora.
Dalam pengelolaan bahan organik tanah, sumbernya juga berasal dari
pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang (kotoran ternak yang
telah mengalami dekomposisi), pupuk hijau dan kompos, serta pupuk
hayati (inokulan) (Hanafiah, 2005).
Sejalan dengan perombakan batuan dan mineral-mineral kulit
bumi, usur-unsur mineral tersedia bagi tanaman. Nitrogen dalam
kombinasi kimiawai yang mampu digunakan dihasilkan dari simpanan
nitrogen dari udara, tanaman yang hidup atau mati menopang
kebeadaannya di tanah. Oleh karena itu bahan organik mulai di
akumulai. Sesuai dengan meningkatnya unsur hara tanaman yang
tersedia dalam tanah akumulasi bahan organik turut meningkat.
Kondisiini tersu menerus terjadi sampai suatu keseimbangan dicapai
pada saat laju akumulasi bahan organik sama dengan laju perombakan
(Titiek, 1995).
Secara lokal terdapat kecenderungan korelasi antara kandungan
liat tanah dan kandungan bahan organik, semakin besar kombinasi
persediaan unsur-unsur hara, semakin banyak hasil dan akumulasi pada
tanah bertekstur halus, liat juga mengasorbsi rombakan enzim-enzim
8

yang manjadi tidak aktif. Molekul-molekul organik yang diabsorbsi


pada liat di lindungi secara parsial dari proses penambahan
mikroorganisme, seiring dengan meningkatnya bahan organik dalam
tanah, meningkatnya pula kandungan nitrogen dan fosfor selama
mereka merupakan penyusun-penyusun penting bahan organik (Foth,
1994).
d) Tekstur
Yang diartikan dengan tekstur adalah sususnan tanah yang-
bagian-bagian pasir, debu dan liat. Perbandingan bagian-bagian ini
menyebabkan terbentuknya sifat fisik tanah. Saat memeriksa profil di
lapangan, maka kita dapat melihat berbagai horison pembaginya. Bila
mana sedikit dirasakan antara ibu jari dan telunjuk maka perbagai
ubahan tekstur dapat dikenali (Gardner, 1972).
Terdapat tiga golongan yang kini dikenal :
a. Pasir
Golongan pasir meliputi tanah yang pasirnya mencapai 70%
atau lebih dari berat tanah sehingga sifat tanah ini mencirikan sifat
pasir
b. Lempung
Tanah ditentukan sebagai tanah lempung jika paling sedikit
mengandung 35% lempung atau 40%. Baik lempung pasiran atau
lempung debuan biasanya kandungan pasir ataupun debunya lebih
banyak dari lempung sendiri
c. Geluh
Geluh yang ideal dapat ditentukan sebagai campuran pasir,
debu dan lempung yang memiliki ringan dan berat dalam
perbandingan yang sama. Umumnya geluh mempunyai kualitas-
kualitas pasir dan lempung, tidak terlalu lepas, daya menahan air
rendah, lekat, bergumpal, gerakan air dan udara lambat (Buckman
et al, 1982).
Tekstur tanah berkaitan erat dengan plastisitas, permeabilitas,
kekerasan, kemudahan olah, kesuburan dan produktivitas tanh pada
tanah daerah geografi tertentu (Hakim et al., 1986).
9

Di laboratorium, tekstur tanah umumnya ditetapkan melalui dua


metode, yaitu : metode pipet (kurang teliti) atau metode hydrometer
”Bouyoucos” (lebih teliti), yang keduanya didasarkan pada perbedaan
kecepatan jatuhnya partikel-partikel tanah di dalam air dengan asumsi
bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang berkerapatan (density) sama
dalam suatu larutan akan meningkat secara linear apabila radius partikel
bertambah secara kuadratik (Darmawijaya, 1990).
e) pH Tanah
Reaksi tanah biasanya dinyatakan dengan pH tanah yang nilainya
berkisar antara 0 - 14 dan dirumuskan sebagai - log [H+] . Untuk tanah
pertanian nilai pH berkisar antara 4 - 9. Semakin tinggi konsentrasi H+
dalam tanah maka makin asam reaksi tanahnya atau semakin rendah
nilai pHnya. Demikian juga sebaliknya. Bila konsentrasi H+ seimbang
dengan konsentrasi OH- dalam larutan tanah maka reaksinya netral.
Pada umumnya suasana netral untuk pertanian berkisar antara 6,5 - 7.
Keasaman tanah dapat dibedakan menjadi keasaman aktual yang
disebabkan oleh H+ bebas dalam larutan tanah dan keasaman potensial
yang disebabkan H+ dan Al3+ dalam suatu kompleks jerapan. Jika
analisis pH dengan menggunakan air sebagai pelarutnya maka nilai pH
yang diperoleh adalah pH aktual dan bila garam KCl yang digunakan
nilai pHnya adalah pH potensial (Sarief, 1986).
Reaksi tanah diukur dan ditulis dengan pH, sama dengan –log
[H+], berkisar antara 10-1 sampai 10-12 mol/liter. Makin tinggi
konsentrasi ion H, makin rendah pH tanah, dan makin asam reaksi
tanah (Rachman, 2005).
Penentuan pH tanah dapat dilakukan dengan 2 macam cara, yaitu:
a. secara elektrometer; dengan menggunakan pH meter
b. secara colorimeter, dengan menggunakan kertas pH (Suntoro
et al, 1996).
Pengetahuan tentang reaksi tanah penting sekali, karena banyak
digunakan dalam usaha mengetahui respon tanah terhadap pemupukan,
10

untuk mengetahui kebutuhan kapur, dan dalam usaha perbaikan sifat


kimia dan fisika tanah (Suntoro, et al, 1996).
Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pH nya dengan
menambahkan kapur ke dalam tanah, sedang tanah yang terlalu alkalis
dapat diturunkan pH nya dengan penambahan belerang (Redaksi
Agromedia, 2008).
f) N, P, dan K Dalam Tanah
Beberapa fungsi Unsur Hara Makro (N-P-K) adalah sebagai
berikut :
• Nitrogen ( N )
 Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
 Merupakan bagian dari sel ( organ ) tanaman itu sendiri
 Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam
tanaman
 Merangsang pertumbuhan vegetatif ( warna hijau ) seperti
daun
 Tanaman yang kekurangan unsur N gejalanya : pertumbuhan
lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan
tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati.
• Phospat ( P )
 Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam
tanaman
 Merangsang pembungaan dan pembuahan
 Merangsang pertumbuhan akar
 Merangsang pembentukan biji
 Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar
jaringan sel
 Tanaman yang kekurangan unsur P gejaalanya : pembentukan
buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau
kemerahan ( kurang sehat )
11

• Kalium ( K )
 Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil
asimilasi, enzim dan mineral termasuk air.
 Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap
penyakit
 Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya : batang dan
daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan
tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering,
timbul bercak coklat pada pucuk daun (Anonim, 2009).
Rendahnya efisiensi pupuk N dapat diatasi dengan:
(1) membagi pupuk (split application) menjadi 2-3 kali pemberian
pada saat pertumbuhan tanaman optimal, yaitu setelah tanam,
pembentukan anakan maksimal, dan menjelang berbunga
(2) membenamkan urea ke dalam lapisan reduksi di dalam
tanah(10-15 cm); penggunaan urea briket atau urea granul
yang dibenamkan dapat meningkatkan efisiensi pupuk N
hingga 20-30%
(3) menggunakan pupuk N yang dilapisi belerang atau silika
(silica coated urea/SiCU); dan
(4) menggunakan penghambat nitrifikasi dan urease inhibitor,
seperti dicyandiamide. Dari keempat cara di atas, yang
paling banyak diaplikasikan dan mudah diterapkan adalah
cara pertama (Anonim, 2008).
Kurang unsur N menyebabkan:
 Pertumbuhannya kerdil
 Daun tampak kekuning-kuningan
 Sistem perakaran terbatas
Kekurangan posfor menyebabkan tanaman :
 Pertumbuhan kerdil
12

 Jumlah anakan sedikit w


 Daun meruncing berwarna hijau gelap
Kekurangan Kalium menyebabkan :
 Pertumbuhan kerdil
 Daun kelihatan kering dan terbakar pada sisi-sisinya.
 Menghambat pembentukan hidrat arang pada biji.
 Permukaan daun memperlihatkan gejala klorotik yang tidak
merata
 Munculnya bercak coklat mirip gejala penyakit pada bagian yang
berwarna hijau gelap (Abdul Wahid Rauf et al., 2000).
C. Pupuk Urea, SP-36, dan KCl
Pupuk urea, pupuk SP 36, pupuk KCl, penggunaannya bisa dikurangi
dalam budidaya tanaman. cara pengurangan pupuk kimia ini dilakukan
dengan mengkombinasikan penggunaan pupuk kimia dan pupuk organik.
Pupuk organik cair yang bisa digunakan adalah Pupuk organik cair
sigmafolliar. dengan kombinasi pemupukan ini biaya pemupukan bisa
ditekan dan hasil panen yang diperoleh bisa meningkat, dengan demikian
pendapatan yang diperoleh petani juga meningkat (Anonim, 2009).
Kebutuhan pupuk didasarkan atas:
 Jumlah hara yang terangkut bersama panen
 Cadangan hara yang ada di dalamtanah
 Tanda kekurangan unsur hara pada tanaman.
Penentuan kebutuhan pupuk berdasarkan cadangan hara di dalam tanah
memerlukan analisis tanah di laboratorium. Penentuan kebutuhan pupuk
berdasarkan tanda kekurangan hara yang diperlihatkan tanaman,
memerlukan keahlian dan pengalaman khusus. Kadang-kadang gejala
kekurangan antara unsur yang satu dengan lainnya sulit dibedakan dan
gejala tersebut tidak menggambarkan berapa jumlah pupuk yang harus
diberikan. Penentuan kebutuhan pupuk berdasarkan perkiraan jumlah hara
13

yang terangkut bersama panen merupakan cara yang paling sederhana dan
mudah (F. Agus dan J. Ruijter, 2004).

D. Tanaman Jagung
Jagung, Zea mays merupakan tanaman berumah satu, monoecious
dimana letak bunga jantan dan bunga betina terpisah pada satu tanaman.
Jagung termasuk tanaman C4 yang mampu beradaptasi dengan baik. Daun C4
sebagai agen penghasil fotosintesis yang kemudian didistribusikan. Memiliki
sel-sel seludang pembuluh yang mengandung klorofil. C4 sangat tergantung
pada intensitas radiasi matahari yang tinggi, kesuburan tanahnya relatif
rendah. Keuntungannya adalah aktivitas fotosintesis pada keadaan normal
relatif tinggi, fotorespirasi rendah, transpirasi rendah, efisiensi dalam
penggunaan air sifat fisiologi dan anatomis yang sangat menguntungkan
kaitannya dengan hasil (Beet, 1982).
Tanah yang baik untuk jagung adalah tanah yang gembur dan subur,
karena tanah ini mempunyai aerasi dan draenasi yang baik. Jagung dapat
tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asalkan mendapatkan pengelolaan yang
baik. Tanah dengan tekstur lempung berdebu sangat cocok untuk pertumbuhan
tanaman jagung (Widiyatmoko, 2005).
Dalam kegiatan pertanian faktor lingkungan merupakan salah satu
faktor yang harus diperhatikan karena akan berdampak langsung pada
pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan berakibat pada hasil produksi
tanaman. Banyaknya tanaman yang didefinisikan sebagai populasi memiliki
sifat – sifat unik dari kelompok tanaman itu. Sifat – sifat tersebut antara lain
kerapatan, mortalitas natalitas dan dispersi dalam bentuk pertumbuhan atau
perkembangan. Populasi ini mempunyai sifat genetik yang secara langsung
berkaitan dengan ekologisnya (William, 2005).
Dengan pengeringan, disamping kadar air menjadi kecil, volume juga
semakin kecil. Berbagai cara pengeringan diantaranya adalah dengan
14

penjemuran, pembuatan panas buatan, penganginan, dan tekanan udara. Alat


yang digunakan biasanya oven (Sinaga, 2001).
Pemupukan dengan cara spraying ini baik sekali karena makanan itu
langsung dihisap oleh daun. Tujuan lain yaitu seandainya di dalam akar itu
sendiri terjadi gangguan, misalnya gangguan yang mengakibatkan
pembusukan pada akar. Dengan sendirinya akar tidak dapat menghisap makan
tadi. Dengan jalan spraying maka tanaman bisa mendapatkan makanan melalui
daunnya (Soeryowinoto, 1997).
15

III. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA

A. Analisis Tanah Awal


a. Analisis Kadar Lengas Tanah Kering Angin
1. Alat
a. Bobol timbang
b. Oven
c. Eksikator
d. Penimbang
2. Bahan
a. Bongkahan
b. Ctka φ0,5 mm dan φ2 mm
3. Cara Kerja
a. Botol penimbang dan tutupnya ditimbang (a gr),
kemudian diberi ctka masing-masing dua kali ulangan dan
ditimbang sebelum dioven (b gr)
b. Memasukkan ke dalam oven dalam keadaan terbuka
bersuhu 1050 C selama 4 jam
c. Mendinginkan botol penimbang dengan isinya pada
eksikator dalam keadan tertutup, kemudian ditimbang setelah
dingin (c gr)
d. Melakukan perhitungan kadar lengas
b −c
kadar lengas tanah = x100 %
c−a

Nilai c-a adalah berat contoh tanah kering mutlak (ctkm)

b. Analisis Tekstur Tanah


16

Metode Bouyoucos/ Hidrometer

1. Alat
a. Neraca analitik ketelitian 2 desimal
b. Mesin pengaduk khusus dengan piala logam
c. Silinder sedimentasi atau gelas ukur 500 ml
d. Pengaduk khusus suspensi
15
e. Alat hidrometer tanah tipe 152 H
f. Timer atau stop watch
2. Bahan
a. Ctka lolos 2 mm
b. Larutan pendispersi natrium piropospat (Na4P2O7.
10 H2O) 4%
3. Cara Kerja
a. Menimbang ± 25 gr ctka halus < 2 mm dalam gelas
piala 100 ml, kemudian menambahkan 10 ml larutan Na4P2O7. 10
H2O 4%
b. Memindahkan ke dalam piala logam dan
mengencerkannya dengan H2O sampai 200 ml
c. Mengaduk dengan mesin pengaduk kecepatan tinggi
selama 5 menit
d. Setelah 5 menit, pindahkan ke dalam gelas ukur 500
ml (melakukan pembilasan), mengencerkanya dengan H2O
sampai 500 ml, kemudian mengaduknya dengan pengaduk
khusus dan dibiarkan semalam
1) Catatan: bila mesin pengaduk tidak tersedia,
timbang contoh ke dalam botol kocok, kemudian
menambahkan larutan pendispersi dan kocok dengan mesin
kocok selama 1 malam, kemudian pindahkan seluruh
suspensi ke dalam gelas ukur 500 ml dan cara kerja yang
sama.
17

2) Dengan cara yang sama, tetapi tanpa contoh,


membuat penetapan blangko
Pengukuran fraksi campuran debu + lempung

e. Keesokan harinya, mengaduk setiap suspensi tanah dalam


gelas ukur selama 30 detik dengan pengaduk
f. Menyiapkan stop watch untuk pengukuran fraksi campuran
debu dan lempung
g. Mengocok suspensi hingga homogen dengan pengaduk
(cukup 20 detik), kemudian memasukkan hidrometer tanah ke
dalam suspensi dengan perlahan dan hati-hati
h. Mencatat angka skala hidrometer yang berimpit dengan
permukaan suspensi, tepat setelah 40 detik (pembacaan 1).
Angka tersebut adalh jumlah gram fraksi campuran debu dan
lempung dalam 1 liter suspensi
i. Mengukur larutan blangko untuk koreksi suhu fraksi debu
dan lempung
Pengukuran fraksi lempung

j. Membiarkan suspensi selama 2 jam agar diperoleh


suspensi lempung kemudian mengukurnya dengan alat
hidrometer
k. Mencatat angka skala hidrometer yang berimpit dengan
permukaan ( pembacaan 2). Angka tersebut adalah jumlah gram
fraksi dalam 1 liter suspensi. Mengukur larutan blangko untuk
koreksi suhu lempung.

c. Analisis pH Tanah

1. Alat
a. Flakon

b. Pengaduk kaca

c. pH meter
18

d. Timbangan

2. Bahan
a. Ctka φ0,5 mm sebanyak 10 gram

b. Reagen H2O (pH actual), KCl (pH potensial) dengan perbandingan

1 : 2,5

3. Cara Kerja
a. Menimbang ctka sebanyak 5 gram dan memasukkan ke dalam dua
buah flakon
b. Menambahkan aquades 12,5 cc untuk analisa pH H2O, dan 12,5 cc
KCl untuk pH KCl
c. Mengaduk masing-masing hingga homogen selama 5 menit
d. Mendiamkannya selama 30 menit
e. Mengukur masing-masing pH
d. Analisis Bahan Organik

1. Alat
a. Labu takar 50 ml
b. Gelas piala 50 ml
c. Gelas ukur 50 ml
d. Pipet drop dan pipet ukur
2. Bahan
a. Ctka 0,5 mm
b. K2Cr2O7 1N
c. H2SO4 pekat
d. H3PO4 85%
e. FeSO41 N
f. Indikator DPA
g. Aquadest
3. Cara Kerja
19

a. Menimbang ctka 0,5 mm 1 gram dan memasukkan ke dalam labu


takar 50 ml
b. Menambah 10 ml K2Cr2O7 1 N
c. Menambahkan dengan hati-hati lewat dinding 10 cc H2SO4 pekat
setetes demi setetes. Hingga menjadi berwarna jingga. Apabila
warna menjadi kehijauan menambah K2Cr2O7 dan H2SO4 kembali
dengan volume diketahui (melakukan dengan cara yang sama
terhadap blangko)
d. Menggojog dengan memutar dan mendatar selama1 menit lalu
mendiamkannya selama 30 menit
e. Menambah 50 ml H3PO4 85% dan mengencerkan dengan aquadest
hingga volume 50 ml, menggojog sampai homogen
f. Mengfambil 5 mml larutan bening dan menambah 15 ml aquadest
serta indicator DPA sebanyak 2 tetes, kemudian menggojognya
bolak-balik sampai homogen
g. Menitrasi dengan FeSO4 1 N hingga warna hijau cerah
e. Analisis N total Tanah

• Destruksi
1) Menimbang dengan gelas arloji bersih atau kertas contoh
tanah kering angin berdiameter 0,5 mm 1 gram
2) Memasukkan ke tabung Kjeldahl dan menambahkan 6 ml
H2SO4 pekat
3) Menambahkan campuran serbuk K2SO4 dan CuSO4 1 sendok
kecil
4) Melakukan destruksi hingga campuran homogen yaitu asap
hilang dan larutan menjadi putih kehijauan atau tidak
berwarna.
• Destilasi
20

1) Setelah larutan dalam tabung Kjeldahl dingin, menambahkan


aquades 30 ml dan menuangkan dalam tabung destilasi (tanah tidak
ikut), tambahkan 2 butir Zn dan 20 ml NaOH pekat.
2) Mengambil larutan penampung 10 ml (merupakan campuran H2SO4
0,1 N dan 2 tetes metyl red ) pada beker gelas atau erlenmenyer
(larutan penampung sudah dibuatkan).
3) Melakukan destilasi hingga volume larutan penampung 40 ml.

• Titrasi
1) Mengambil larutan penampung 10 ml dan melakukan titrasi
pada larutan dalam bekerglass hasil destilasi, dengan NaOH 0,1 N
sampai warna hampir hilang atau kuning bening.
2) Melakukan prosedur di atas tanah blanko
3) Menghitung nilai N total tanah
( B − A) xN NaOH x14 x 4
N total tanah = 100 x 100%
xBeratTana h(mg )
100 + KL

f. P tersedia Tanah

a. Mengencerkan larutan standar P (dilakukan co-ass)


b. Menimbang 1 gram tanah kering angin kemudian memasukkanya ke
dalam flankon.
c. Menambah 7 ml larutan Bray 1 (0,025 N HCl + 0,03 N NH 4 F lalu

mengojognya selama 1 menit.


d. Menyaring dengan kertas whatman sampai jernih
e. Mengambil 2 ml filtrat dan menambah 5 ml aquades
f. Menambah 2ml amonium molybat hingga homogen
g. Menambah 1 ml SnCl 2
dan menggojognya (sebelum ditembak)
h. Mengukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 660nm.
21

ppmPLaru tan Tanahx 35


ppmP= 100
xBeratTana h( g )
100 + KL

g. K Tersedia Tanah

a. Menimbang contoh tanah 2,5 gram


b. Menambah amonium asetat 25 ml dan menggojog selama 30 menit
c. Menyaring ekstrak dan mengambil 5 ml
d. Menambah 5 ml LiCl 2 dan menjadikan volume 50 ml dengan aquades
e. Menembak dengan flamefotometer

ppmKlaru tan Tanahx50 x 50


5 100
K Tersedia Tanah = 100 x100%
xberat tan ah(mg )
100 + KL

B. Kegiatan di Lahan

a. Menanam bibit, pemberian pupuk awal (pupuk kandang)


b. Perawatan tanaman dan pemberian pupuk
Luas petak ; 3 x 5 meter

1) Perlakuan
P1 : tanpa pupuk

P2 : pupuk organik 7,5 kg/petak

P3 : pupuk organik 15 kg?petak

P4 ; pupuk organik 7,5 kg/petak + urea 300 gr/petak

P5 : pupuk organik 7,5 kg/petak + urea 300 gr/petak+SP-36 150 gr/petak

P6 : pupuk organik 7,5 kg/petak + urea 300 gr/petak+SP-36 150


gr/petak+KCl 150 gr/petak

P7 : urea 300gr/petak

P8 : urea 300gr/petak+SP-36 150 gr/petak


22

P9 : urea 300gr/petak+SP-36 150 gr/petak+KCl 150 gr/petak

2) Cara pemupukan
• Urea 2x = ½ dosis saat tanam
Sisa 20 hari setelah tanam

• Sp-36 = 1x saat tanam


• KCl = ½ dosis saat tanam
Sisa 20 hari setelah tanam

3) Penanaman
Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 30 x 50 cm dan pada masing-
masing lubang tanam ditanam 3 benih, kemudian lubang ditutup dengan
tanah

c. Pemeliharaan
1. Penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur 1 minggu setelah
tanam dan disisakan 1 tanaman yang paling baik
2. Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang mati
3. Variabel Pengamatan :
- Tinggi tanaman : diukur dari pangkal batang
(antara akar dan batang) sampai ujung daun tertinggi
- Berat brangkasan kering dan berat brangkasan basah
Pengamatan per petak dilakukan terhadap 10 sampel tanaman yang
mewakili rata-rata.
23

IV. HASIL DAN ANALISIS HASIL PENGAMATAN

A. Hasil Pengamatan (analisis laboratorium dan data


pengamatan di Lapangan serta analisis minitab)
a. Kadar Lengas Tanah lolos 0,5 mm dan lolos 2 mm
Tabel 4.1. Kadar Lengas Tanah 0,5 mm

Tanah Ulangan a b c KL

Lolos I 18,9979 gr 22,6579 gr 22,4129 gr 7,17 %


0,5mm II 53,613 gr 57,900 gr 57,575 gr 9,46%
Rata2 36,305 gr 40,278 gr 39,994 gr 8,315%

Lolos I 34,729 gr 40,402 gr 39,995 gr 7,72%


2mm II 42,945 gr 58,030 gr 57,603 gr 2,91%
Rata2 38,837 gr 49,216 gr 48,779 gr 5,315%

Sumber: Laporan Sementara


Keterangan :

a : berat botol timbang beserta tutup

b : berat botol timbang beserta tutup dan tanah

c : berat botol timbang beserta tutup dan tanah setelah dioven

Kl : Kadar Lengas
24

b. PH Tanah
23
Tabel 4.2 pH Tanah H 2 O dan KCl

Ulangan H2 O KCl

1 6,661 6,068
2 6,568 6,054
Rata-rata 6,6 6,2

Sumber: Laporan Sementara


c. Bahan Organik

Hasil Pengamatan

Tabel 4.3 Kadar Bahan Organik

KL tanah ∅ 0,5 mm B A n FeSO4 Berat tanah BO

8,315% 1,65 ml 1,2 ml 0,5 500 mg 3,26%

Sumber : Laporan Sementara

d. Tekstur Tanah

Hasil Pengamatan (Metode Hidrometer)

Tabel 4.4 Tekstur Tanah

A B BO a b KL lolos 2mm Tekstur

30gr/l 13gr/l 3,26% 0gr/l 0gr/l 5,315% 99,9 %

Sumber : Laporan Sementara


25

Keterangan :

A : fraksi campuran debu-lempung

a : blangko pada pembacaan 1

B : fraksi lempung (g/l)

b : blangko pada pembacaan 2

BO : persen bahan organik (%C-organik x 1,724)

e. N Total Tanah

Tabel 4.5 N Total Tanah

A B n NaOH KL lolos 0,5 mm Berat tanah N

0,15 0,1 0,1 8,315% 100mg 0,3%

Sumber : Laporan Sementara


f. P Tersedia Tanah

Hasil Pengamatan

Tabel 4.6 Larutan standar

x y

0 0
0,026 0,1
0,125 0,2
0,183 0,4
0,318 0,6
0,343 0,8
0,465 1

Sumber : Laporan sementara


Diketahui a = -0,0019
26

b = 2,1325

r = 0,98

x = 0,008

KL 0,5 mm = 8,315

Garis regresi dari larutan standar

y = a+bx

a = y-bx

12

10

Larutan Standar
6
y=a+bx
4

0
1 2 3 4 5 6 7 8

Gambar 4.1 Hubungan Larutan Standar P dan Regresinya


27

g. K Tersedia Tanah

Hasil Pengamatan

Tabel 4.7 Larutan standar

x y

0 0
5 0,16
10 0,3
15 0,4

Sumber : Laporan Sementara


Garis regresi dari larutan standar

y = a+bx

160

140

120

100
y=a+bx
80
Larutan standar
60

40

20

0
1 2 3 4 5

Gambar 4.2 Hubungan Larutan Standar K dan Regresinya


28

Analisis Minitab

Metode Analisis yang digunakan yaitu RAKL Faktorial dengan 2 faktor yaitu

Faktor I : pupuk organik

L0 = tanpa pupuk organik

L1 = pupuk organik 7,5 kg/petak

L2 = pupuk organik 15 kg/petak

Faktor II : pupuk anorganik

K0 = tanpa pupuk anorganik

K1 = urea 300 gr/petak

K2 = urea 300 gr/petak + SP36 150 gr/petak

K3 = urea 300 gr/petak + SP36 150 gr/petak + KCl 150 gr/petak

Dari factor tersebut maka diperoleh 12 kombinasi perlakuan dengan ulangan 1


kali dan berblok 1. Untuk kombinasi perlakuannya adalah sbb :

Tabel 4.8 Kombinasi Perlakuan dan Ulangan

K0 K1 K2 K3

L0 L0K0 L0K1 L0K2 L0K3


L1 L1K0 L1K1 L1K2 L1K3
L2 L2K0 L2K1 L2K2 L2K3
29

Tabel 4.9 Tinggi Tanaman, Berat basah, Berat kering, Interaksi K dan L dan
Trans Tinggi Tanaman.
Berat
K L Blok Tinggi Berat basah kering

0 0 1 108.72 130.7 27.36


0 1 1 179.44 726.84 111.03
0 2 1 140.7 923.43 118.256
0 3 1 148.54 620.55 100.338
1 0 1 125.42 230.18 29.83
1 1 1 190.08 955.57 162.79
1 2 1 177.14 1818.34 130.152
1 3 1 162.96 1768.38 133.74
2 0 1 122.5 798.09 169.37
2 1 1 0 0 0
2 2 1 0 0 0
2 3 1 0 0 0

1. Tinggi Tanaman
Tabel 4.10 Annova Faktor K (pupuk Anorganik) terhadap tinggi tanaman
30

Sumber dF SS MS F hit P
Keragaman
4143 11.5 0.00
Perlakuan 2 1792
7 6 3
1612 2071
Galat 9
9 9
5756
Total 11
6

Sumber : Data Rekapan

Tabel 4.11 Annova Faktor L (pupuk organik) terhadap tinggi tanaman


Sumber dF SS MS F hit P
Keragaman
Perlakuan 3 816 272 0.04 0.989
Galat 8 56750 7094
Total 11 57566

Sumber : Data Rekapan

Kesimpulan :

1. Pada uji normalitas data tinggi tanaman menunjukkan bahwa data


tersebut termasuk data normal karena P(Value)nya sebesar 0,087
sehingga P(Value)>0,05.
2. Digunakan uji F sebagai uji pengaruh perlakuan terhadap hasil
(tinggi tanaman) karena data tinggi tanaman termasuk data normal.
Pengaruh perlakuan K (pemberian pupuk anorganik) terhadap
tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan K berpengaruh
nyata (Signifikan) terhadap tinggi tanaman karena nilai P = 0,03
atau 0,01<P<0,05. Perlakuan L (pemberian pupuk organik)
terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan L
berpengaruh tidak nyata (NS) karena nilai P = 0,989 atau P>0,05.
31

Sedangkan pengaruh blok terhadap perlakuan tidak diketahui


karena bloknya hanya 1 sehingga tidak dapat dianalisis.

2. Berat Basah

Tabel 4.12 Annova Faktor K (pupuk Anorganik) terhadap berat


brangkasan basah tanaman jagung
Sumber dF SS MS F hit P
Keragaman
Perlakuan 2 1999010 999505 3.56 0.072
Galat 9 2524573 280508
Total 11 4523584

Sumber : Data Rekapan

Tabel 4.13 Annova Faktor L (pupuk organik) terhadap berat brangkasan


basah tanaman jagung
Sumber dF SS MS F hit P
Keragaman
Perlakuan 3 503165 167722 0.33 0.802
Galat 8 4020419 502552
Total 11 4523584

Sumber : Data Rekapan

Kesimpulan :

1. Pada uji normalitas data Berat basah menunjukkan bahwa data tersebut
termasuk data normal karena P(Value)>0,05 yaitu nilainya P(Value)
> 0,15
2. Digunakan uji F sebagai uji pengaruh perlakuan terhadap hasil (Berat
basah) karena data tersebut termasuk data normal. Pengaruh perlakuan
K (pemberian pupuk anorganik) terhadap berat basah menunjukkan
bahwa perlakuan K berpengaruh tidak nyata (Not Signifikan) terhadap
berat basah karena nilai P = 0,072 atau P>0,05. Perlakuan L
32

(pemberian pupuk organik) terhadap berat basah menunjukkan bahwa


perlakuan L berpengaruh tidak nyata (Not Signifikan) terhadap berat
basah karena nilai P = 0,802 atau P>0,05. Sedangkan pengaruh blok
terhadap perlakuan tidak diketahui karena bloknya hanya 1 sehingga
tidak dapat dianalisis.

3. Berat Kering

Tabel Annova 4.14 Faktor K (pupuk Anorganik) terhadap berat


brangkasan kering tanaman jagung

Sumber dF SS MS F hit P
Keragaman
Perlakuan 2 10630 5315 1.30 0.320
Galat 9 36899 4100
Total 11 47529

Sumber : Data Rekapan

Tabel 4.15 Annova Faktor L (pupuk organik) terhadap berat brangkasan


kering tanaman jagung
Sumber dF SS MS F hit P
Keragaman
Perlakuan 3 433 144 0.02 0.994
Galat 8 47096 5887
Total 11 47529

Sumber : Data Rekapan

Kesimpulan :
33

1. Pada uji normalitas data Berat kering menunjukkan bahwa data


tersebut termasuk data normal karena P(Value)>0,05 yaitu nilainya
P(Value) > 0,15.
2. Digunakan uji F sebagai uji pengaruh perlakuan terhadap hasil
(Berat kering) karena data tersebut termasuk data normal. Pengaruh
perlakuan K (pemberian pupuk anorganik) terhadap berat kering
menunjukkan bahwa perlakuan K berpengaruh nyata (Signifikan)
terhadap berat kering karena nilai P = 0,320 atau 0,01<P<0,05.
Perlakuan L (pemberian pupuk organik) terhadap berat basah
menunjukkan bahwa perlakuan L berpengaruh tidak nyata (Not
Signifikan) terhadap berat basah karena nilai P = 0,994 atau P>0,05.
Sedangkan pengaruh blok terhadap perlakuan tidak diketahui karena
bloknya hanya 1 sehingga tidak dapat dianalisis.
B. Analisis Hasil Pengamatan (Analisis Laboratorium)

a. Kadar Lengas Tanah Kering Angin

Kadar Lengas Tanah lolos 0,5 mm


Ulangan 1

b −c
Kadar lengas = x100 %
c−a

22 ,6579 − 22,4129
= 22,4129 −18,9979 x100 %

= 7,17%

Ulangan II

b −c
Kadar lengas = x100 %
c−a

57 ,900 − 57,575
= 57,575 − 53,613 x100 %

= 9,46%
34

ulangan 1 + ulangan 2
KL rata-rata =
2

7,17 + 9,46
=
2

= 8,315 %

Kadar Lengas Tanah lolos 0,5 mm


Ulangan 1

b −c
Kadar lengas = x100 %
c−a

40 ,402 − 39,995
= 39,995 − 34,729 x100 %

= 7,72%

Ulangan II

b −c
Kadar lengas = x100 %
c−a

58 ,030 − 57,603
= 57,603 − 42,945 x100 %

= 2,91%

ulangan 1 + ulangan 2
KL rata-rata =
2

7,72 + 2,91
=
2

= 5,315 %

b. Analisis pH Tanah

pH H 2 O (1) = 6,661
35

pH H 2 O (2) = 6,568

6,661 + 6,568
pH H 2 O rata-rata =
2

= 6,6145

= 6,6 (netral)

pH KCl (1) = 6,068

pH KCl (2) = 6,054

6,068 + 6,054
pH KCl rata-rata =
2

= 6,061

= 6,1 (agak masam)

c. Analisis Hasil Pengamatan Bahan Organik

( B − A) x nFeSO 4 x 3
100
Kadar C = 100 x 10x x100%
x berat tan ah (mg ) 77
100 + KL

(1,65 −1,2 ) x0,5 x3


100
= 100
x 500 x 10x 77 x100%
100 + 8,315

0,45 x 0,5 x3 100


= x 10 x x 100 %
461 ,6 77

675
= 35544 ,74 x100 %

= 1,89 %

Kadar Bahan Organik = 100 x kadar C

58
36

= 100 x 1,89 %

58

= 189 %

58

= 3,26 %

Kriteria penilaian BO : Bahan Organik Rendah

d. Analisis Tekstur

100
fk =
(100 + % KLlolos 2mm )

100
= 100 + 5,315

= 0,949

25
Tanah kering 105°C = ( fk )

25
= 0,949

25 25 C 
Pasir + debu + lempung =  fk − 100  gr
 

 25 25 ( 3,26 ) 
= − gr
0,949 100  

= (26,34 – 0,815) gr

= 25,525 gr

 ( B − b) 
Lempung =  gr
 2 
37

13 − 0 
=  gr
 2 

= 6,5 gr

 ( A − a ) ( B − b) 
Debu = − gr
 2 2 

 ( 30 − 0 ) (13 − 0) 
= − gr
 2 2 

=15 – 6,5 gr

= 8,5 gr

 25 25 C ( A − a ) 
Pasir = − − gr
 fk 100 2  

 25 25 ( 3,26 ) ( 30 − 0) 
= − −  gr
 0,949 100 2 

= (26,34 – 0,815 – 15) gr

= 10,525 gr

 25   25C   ( A − a ) 
  −  − 
 fk   100   2 
Pasir (%) = x 100%
 25   25C 
  −  
 fk   100 

10 ,525
= 25 ,525 x 100%

= 41,23 %

 ( A − a) ( B − b) 
 2 − 2 
 
Debu (%) = 
 25   25C 
  −  
 fk   100 
38

8,5
= 25 ,525 x 100%

= 33,31 %

 ( B − b) 
 2 
 
Lempung (%) = x 100%
 25   25C 
  −  
 fk   100 

6,5
= 25 ,525 x 100%

=25,46 %

e. Analisis N total Tanah

( B − A) xN NaOH x14 x 4
N total tanah = 100 x 100%
xBeratTana h(mg )
100 + KL

[ 0,1 − 0,15 ] x0,1x14 x 4


= 100 x 100%
x100
100 + 8,315

0,05 x 0,1x14 x 4
= 0,92327 x100 x 100%

0,28
= 92 ,327 x 100%

= 0,003 x 100%

= 0,3 % (rendah)

f . Analisis P Tersedia Tanah

Garis regresi dari larutan standar

y = a+bx
39

y = a + bx

= - 0,0019 + 2,1325 (0,008)

= - 0,0019 + 0,01706

= 0,01516

ppmPLaru tan Tanahx 35


ppmP= 100
xBeratTana h( g )
100 + KL

0,01516 x35
= 100
x1
100 + 8,315

0,5306
= 0,9232323

= 0,5747 ppm

g. Analisis K Tersedia Tanah

x = 0,12

Garis regresi dari larutan standar

y = a+bx

5 = a + 0,16 b

10= a + 0,3 b -

-5 = -0,14 b

b = 35,7

5 = a + 0,16 b

5 = a + 0,16 (35,7)

5 = a + 5,712
40

a = 5 – 5,712

a = - 0,712

y = a + bx

= -0,712 + 35,7 (0,12)

= -0,712 + 4,284

= 3,572

ppmKlaru tan Tanahx50 x 50


5 100
K Tersedia Tanah = 100 x100%
xberat tan ah(mg )
100 + KL

3,572 x 50 x 50
5 100
= 100 x 100 %
x 2500
100 + 0,8315

17 ,86
= 2308 ,08 x 100%

= 0,77%

V. PEMBAHASAN

Kegiatan praktikum di lahan dilaksanakan pada tanggal 21 November


2010, kegiatan pertama yang dilakukan adalah menanam bibit jagung. Sebelum
penanaman dilakukan pemetakan lahan dengan ukuran 3 x 5 meter. Penanaman
dengan jarak tanam 30 x 50 cm sehingga didapatkan 70 lubang tanam, dimana
disetiap lubang tanam dibenamkan 1 benih jagung.
Pupuk yang dipergunakan untuk perlakuan P5 adalah pupuk organik dan
pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa makhluk
hidup atau limbah rumah tangga yang telah mengalami dekomposisi. Pada
praktikum kali ini untuk perlakuan P5 pupuk organik yang dipergunakan adalah
41

pupuk kandang dengan dosis 7,5 kg/petak. Aplikasi pupuk dilapangan dilakukan
dengan cara alur, dengan satu kali tahap pemberian. Pupuk anorganik dapat
didefinisikan pupuk yang berasal dari bahan mineral dan senyawa kimia yang
diserap tanaman. Pupuk anorganik yang diberikan adalah urea 300 gram/petak, ½
dosis saat tanam dan ½ dosis saat 20 hari setelah tanam kemudian SP36 150
gram/peta dengan 1 tahap pemberian. Kedua pupuk anorganik tersebut cara
pemberiannya dilakukan dengan cara membuat larikan disebelah lubang tanam
yang kemudian ditutup dengan tanah. Hal ini dilakukan karena dilihat dari sifat
kedua pupuk yang mudah menguap dan mudah mengalami pencucian, khususnya
bagi pupuk urea.Dari perlakuan yang didapatkan ( P5) dapat dihasilkan tanaman
yang subur, hal ini dikarenakan kebutuhan unsure hara tercukupi seperti N dan P.
Perawatan dan pemelihraan tanaman yang dilakukan adalah penyiraman
dan mengadakan penyulaman apabila terdapat tanaman yang mati. Terdapat dua
variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman yang diukur dari pangkal batang
(antara akar dan batang) sampai ujung daun tertinggi dan berat brangkasan kering
dan basah. Pengamatan perpetak dilakukan terhadap 5 sampel tanaman yang
mewakili dan dirata-rata.
Berdasarkan tabel tinggi tanaman dapat diketahui bahwa tanaman mengalami
pertumbuhan yang pesat. Tinggi tanaman diperoleh dari tinggi lima tanaman
sampel yang diukur tiap minggunya. Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh
kondisi fisik tanah meliputi struktur, tekstur, aerasi dan drainase, serta suhu.
41 menyediakan nutrisi atau unsur hara
Kondisi kimiawi meliputi kemampuan tanah
bagi tanaman. Kondisi biologi meliputi kegiatan jasad hidup dan ketersediaannya
dalam tanah.. Tanaman yang dipilih diusahakan tidak berada di pinggir untuk
menghindari kemungkinan serangan hama.
Pada minggu ke-6 dilakukan pengambilan sample untuk mengetahui berat
kering dan berat basah pada tanaman. Dasar yang diberikan untuk menentukan
sample yaitu dilihat dari sifat fisik tanaman yang sehat dan besar. Setelah
pengambilan sample tanaman dilahan, tanaman dipotong-potong sekecil mungkin,
hal ini dilakuakan selain untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan juga untuk
mempercepat pengeringan sample saat pengovenan.
42

Pupuk yang diberikan pada praktikum kali ini adalah pupuk kandang 7,5
kg/petak, urea 300 gr/petak, SP36 150 gr/petak dan KCl 150 gr/petak. Pengaruh
dari pemberian pupuk tersebut bagi tanaman adalah tanaman tampak besar,
perakaran kuat, daun hijau, dan dimungkinkan pembentukan buah akan cepat dan
besar-besar. Hal tersebut dapat di buktikan dari rendahnya akumulasi berat
brangkasan untuk tanaman P0(tanpa pemupukan). Sedangkan secara menyeluruh,
hasil dari lahan yang letaknya cenderung berada lebih rendah lebih subur daripada
lahan yang lebih tinggi, hal ini disebabkan karena lahan yang letaknya di bawah
cenderung mendapatkan hasil pencucian dari pupuk yang berasal dari lahan yang
lebih tinggi sehingga pupk cenderung mengumpul di lahan yang letaknya di
bawah. Pengaruh pupuk dapat terjadi karena fungsi dari masing-masing pupuk
tersebut sangat mendukung bagi pertumbuhan tanaman.
Manfaat dari pupuk organik adalah :
1. Menggemburkan tanah
2. Menjaga keseimbangan unsur hara dalam tanah
Manfaat dari pupuk urea adalah :
1. Mempertinggi pertumbuhan vegetatif dan warna daun lebih hijau
2. Mempertinggi kandungan protein
3. Merangsang pertunasan
4. Mengaktifkan pertumbuhan mikroba
5. Menambah tinggi tanaman
6. Mempertinggi kemampuan tanaman untuk menyerap unsure yang lain
seperti Kalium, Fosfor dan yang lainnya.
Manfaat dari pupuk SP36 adalah :
1. Mempertinggi pembentukan sel-sel, lemak dan albumin.
2. Memperbaiki pembungaan, pembuahan dan pembentukan benih
3. Mempercepat pemasakan buah
4. Memperbaiki perkembangan perakaran khususnya akar-akar lateral dan
sekunder
5. Mengurangi kerontokan buah
Manfaat dari pupuk KCl adalah :
43

1. Memperkuat tanaman
2. Lebih tahan terhadap penyakit
3. Perakaran lebih baik
4. Penting dalam pembentukan klorofil
5. Penting dalam pembentukan umbi
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa pada tanah
terkandung N total tanah 0,003 %. Di dalam tanah kadar N sangat bervareasi
tergantung pada pengelolaan dan penggunaan tanah tersebut, sehingga dari hasil
yang didapatkan, factor penyebabnya adalah pada lahan Palur merupakan tanah
persawahan yang sering teraliri air sehingga kadar n total tanah rendah akibat
peristiwa pencucian yang terus menerus. . Nilai P tersedia tanah diperoleh dengan
rata-rata 0,57 ppm. Nilai K tersedia tanah diperoleh rata-rata sebesar 0,86%.
Kandungan K dan P tersedia tanah rendah menyebabkan pertumbuhan tanaman
terhambat karena ketersediaan unsur tersebut belum mencukupi kebutuhan
tanaman. Dari data yang didapat maka dapat disimpulkan bahwa tanah sebelum
diberi pupuk organik maupun anorganik kandungan haranya rendah atau kurang
subur, sehingga diperlukan pengolahan tanah dengan memperbaiki sifat fisika dan
kimia tanah untuk didapatkan kondisi tanah yang dapat mendukung pertumbuhan
tanaman.
Kemasaman tanah adalah salah satu sifat penting, karena terdapat
beberapa hubungan pH tanah dengan ketersediaan unsur hara, juga beberapa
hubungan antara pH dan semua sifat tanah. Penentuan pH ada dua macam yaitu
pH actual dan pH potensial. pH actual dianalisis dengan mencampur tanah dengan
H2O. Sedangkan pH potensial dianalisis dengan mencampurkan tanah dengan
larutan KCl.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa pada tanah
Entisols mempunyai pH aktual yaitu pH H2O sebesar 6,6, sehingga berdasarkan
pengharkatan pH tanah menurut PPT dapat dikatakan tanah tersebut tergolong
tanah yang bersifat masam. Sedangkan pH potensialnya yaitu pH KCl sebesar 6,1.
Ini artinya pH aktual lebih tinggi daripada pH potensial meskipun perbedaannya
hanya sedikit. pH KCl yang tinggi dipengaruhi oleh ion H+ dan Al3+, sedangkan
44

pada pH aktual dipengaruhi oleh ion H+ saja. pH KCl mengandung ion K+ yang
akan melepaskan ion H+ pada kompleks jerapan sehingga ion H+ akan masuk ke
dalam larutan tanah akibatnya larutan mengalami peningkatan konsentrasi H+
yang mengakibatkan penurunan kemasaman tanah. Sedangkan pH aktual tidak
terjadi peningkatan konsentrasi ion H+ sehingga pH-nya lebih tinggi daripada pH
potensial.
Selain itu pH H2O > pH KCl karena pH H2O bersifat netral (7,0)
sedangkan pH KCl adalah asam kuat yang mempunyai pH lebih rendah dari pH
H2O sehingga pH H2O > dari pH KCl, meskipun pada hasil praktikum yang
didapat kali ini hasil yang diperoleh perbedaannya hanya sedikit.
Faktor sifat tanah adalah faktor yang berpengaruh terhadap kadar lengas,
antara lain tekstur, struktur dan BO. Tanah yang memiliki tekstur halus akan
memiliki kapasitas lapang yang lebih tinggi daripada yang memiliki tekstur kasar.
Karena semakin halus tekstur maka luas permukaan semakin besar dan daya
serapnya terhadap air semakin tinggi mengakibatkan kadar lengas kapasitas
lapangnya tinggi. Sedangkan pada tanah yang tekstur kasar daya serap terhadap
air lebih kecil sehingga kadar lengas kapasitas lapangnya rendah.
Menurut hasil yang didapatkan dari praktikum bahwa tanah Entisols untuk
ukuran 2 mm, diketahui memiliki kadar lengas sebesar 7,72% pada ulangan
pertama, 2,91% pada ulangan kedua. Untuk tanah ukuran 0,5 mm kadar lengasnya
sebesar 7,17 % pada ulangan pertama, 9,46% pada ulangan kedua. Dan jika
diambil rata-rata tanah ukuran 2 mm dan 0,5 mm hasilnya 5,32% dan 8,31 %.
Dengan demikian didapatkan kesimpulan kadar lengas tanah ukuran 0,5 mm >
tanah ukuran 2 mm. Hal ini disebabkan karena semakin kecil ukuran partikel
tanah maka akan semakin luas permukaan tanah yang dimiliki oleh partikel tanah
tersebut, sehingga akan semakin banyak air yang dapat diikat oleh partikel tanah.
Begitu pula sebaliknya, dengan semakin besar partikel tanah maka akan semakin
sempit luas permukaan tanahnya yang menyebabkan daya serapnya menjadi kecil.
Bahan organik menjalankan peranan pemaduan rangkap yaitu memadukan
semua faktor lingkungan dan menjadi kakas penggerak pedogenesis, termasuk
45

pelapukan. Kandungan bahan organik menunjukkan tingkat kesuburan tanah,


semakin banyak bahan organik maka tingkat kesuburan makin tinggi.
Pada praktikum kali ini di lakukan perhitungan kadar BO dengan metode
Walkey and Black yaitu dengan cara mengoksidasi BO dengan pengoksidasi kuat
K2Cr2O7 1 N. Dalam praktikum analisis BO menggunakan H3PO4 yang berfungsi
untuk menghilangkan sisa oksidasi. Selainitu untuk mengetahui oksidator yang
tersisa menggunakan FeSO4. selanjutnya untuk memacu reaksi eksotermis tang
menyebabkan tekana tinggi sehingga reaksi akan bergeser ke arah reaksi oksidasi
menggnakan H2SO4 pekat. Fungsi blanko dalam analisis BO yaitu utuk
mengetahui oksidator.
Sehingga dihasilkan kadar C sebesar 1,89% (rendah) dan kadar BO
sebesar 3,26% (rendah). Secara umum tanah Entisols ini memiliki kandungan BO
yang tinggi sebab mempunyai kapasitas pertukaran kation yang tinggi dan pHnya
juga tinggi.
Reaksi Analisis Bahan organik

K2Cr2O72- + 14H+ + 6e- 2 Cr2+ + 7H2O

H2SO4 + H2O H2SO4- + H3O+

K2Cr2O2- + 14H+ + 6e- + H2SO4 + H2O 2 Cr2+ + 7H2O + H2SO4- + H3O+

Oksidasi oleh K2Cr2O7 menghasilkan ion Cr2+ dan 7 molekul air


sedangkan ion K+ larut dalam larutan. Reduksi dari H2SO4 pekat mengasilkan
produk ion H2SO4- dan H3O+. Kedua reaksi tersebut dijumlahkan sehingga
menimbulkan warna jingga yaitu sisa oksidator dalam larutan.
Kandungan bahan organik tanah ini tergolong tinggi hal ini dikarenakan
pada lahan yang digunakan untuk mengambil sampel tanah banyak mengandung
sisa-sisa tanaman dari penanaman sebelumnya yang sudah terurai oleh
mikroorganisme dalam tanah.
Pada dasarnya tekstur tanah dapat menentukan sifat-sifat tanah misalnya
porositas tanah, daya tahan air dalam tanah, laju infiltrasi air ke dalam tanah,
46

ketersediaan air dalam tanah, kemudahan tanah untuk diolah serta kandungan dan
ketersediaan unsur hara dalam tanah.
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan data bahwa kandungan fraksi
tanah Entisolss yang terbanyak adalah pasir sebesar 43,07% lalu diikuti debu
sebesar 32,26% dan liat sebesar 24,67% sehingga jumlah keseluruhannya 100 %.
Tanah Entisolss memiliki kandungan fraksi pasir yang lebih tinggi daripada fraksi
lainnya.
Hasil dari perlakuan pupuk pada tinggi tanaman pada table 4.6 dihasilkan
pada uji normalitas data tinggi tanaman menunjukkan bahwa data tersebut
termasuk data normal karena P(Value)nya sebesar 0,087 sehingga P(Value)>0,05.
Digunakan uji F sebagai uji pengaruh perlakuan terhadap hasil (tinggi tanaman)
karena data tinggi tanaman termasuk data normal. Pengaruh perlakuan K
(pemberian pupuk anorganik) terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa
perlakuan K berpengaruh nyata (Signifikan) terhadap tinggi tanaman karena nilai
P = 0,03 atau 0,01<P<0,05. Hal ini dibuktikan dengan bertambah pesatnya tinggi
tanaman setelah pemberian pupuk kedua. Perlakuan L (pemberian pupuk organik)
terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan L berpengaruh tidak
nyata (NS) karena nilai P = 0,989 atau P>0,05. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh
kondisi lahan yang basah sehingga pupuk organik terkena erosi tanah sehingga
pupuk menjadi tercuci dan pemberian pupuk menjadi tidak berpengaruh.
Sedangkan pengaruh blok terhadap perlakuan tidak diketahui karena bloknya
hanya 1 sehingga tidak dapat dianalisis.
Hasil dari perlakuan pupuk terhadap berat basah tanaman pada table 4.6
didapatkan hasil pada uji normalitas data Berat basah menunjukkan bahwa data
tersebut termasuk data normal karena P(Value)>0,05 yaitu nilainya P(Value) >
0,15. Digunakan uji F sebagai uji pengaruh perlakuan terhadap hasil (Berat basah)
karena data tersebut termasuk data normal. Pengaruh perlakuan K (pemberian
pupuk anorganik) terhadap berat basah menunjukkan bahwa perlakuan K
berpengaruh tidak nyata (Not Signifikan) terhadap berat basah karena nilai P =
0,072 atau P>0,05. Perlakuan L (pemberian pupuk organik) terhadap berat basah
menunjukkan bahwa perlakuan L berpengaruh tidak nyata (Not Signifikan)
47

terhadap berat basah karena nilai P = 0,802 atau P>0,05. Sedangkan pengaruh
blok terhadap perlakuan tidak diketahui karena bloknya hanya 1 sehingga tidak
dapat dianalisis.
Perlakuan pupuk pada berat kering tanaman pada table 4.6 dihasilkan.
Pada uji normalitas data Berat kering menunjukkan bahwa data tersebut termasuk
data normal karena P(Value)>0,05 yaitu nilainya P(Value) > 0,15. Digunakan uji
F sebagai uji pengaruh perlakuan terhadap hasil (Berat kering) karena data
tersebut termasuk data normal. Pengaruh perlakuan K (pemberian pupuk
anorganik) terhadap berat kering menunjukkan bahwa perlakuan K berpengaruh
nyata (Signifikan) terhadap berat kering karena nilai P = 0,320 atau 0,01<P<0,05.
Perlakuan L (pemberian pupuk organik) terhadap berat basah menunjukkan
bahwa perlakuan L berpengaruh tidak nyata (Not Signifikan) terhadap berat basah
karena nilai P = 0,994 atau P>0,05. Sedangkan pengaruh blok terhadap perlakuan
tidak diketahui karena bloknya hanya 1 sehingga tidak dapat dianalisis.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari praktikum Kesuburan Tanah yang dilakukan dapat ditarik beberapa


kesimpulan antara lain sebagai berikut:
1. Dalam praktikum kesuburan tanah ini jenis tanah yang digunakan
untuk menanam tanaman jagung (Zea mays L.) adalah tanah Entisols.
2. pH aktual tanah di lahan praktikum lebih besar dari pada pH
potensial.
3. Kadar bahan organik yang terdapat pada tanah Entisol sebesar
3,26% dan kandungan bahan organiknya rendah.
48

4. Kemantapan agregat yang terdapat pada tanah Entisol di Palur


adalah termasuk tidak mantap karena rawan terhadap erosi air hujan dan
pembenaman tanah dalam air.
5. Hasil persentase tekstur pada tanah entisols dalam praktikum kali ini
adalah pasir sebesar 41,23%, debu sebesar 33,31% dan lempung 25,46%.
6. Kadar Lengas tanah berbeda-beda dan KL 2mm lebih besar
daripada 5mm.
5. Kadar N total tanah, P tersedia, dan K tersedia dalam tanah entisol
ini secara berturut- turut adalah -0,3 %, 0,5747 % dan 0,77 %.
6. Letak lahan sangat berpengaruh tehadap ketersediaan hara sehingga
berimbas juga terhadap pertumbuhan tanaman jagung, terbukti dari
kerdilnya jagung di lahan yang terletak lebih atas.

Saran

1. Alat pratikum ditambah lagi supaya dalam melakukan percobaan tidak


antri.
2. Penggunaan waktu lebih diintensifkan sehingga pada akhirnya tidak
membuat praktikan kesusahan.
3. Perubahan-perubahan hendaknya segera dikoordinasikan dengan cepat
kepada praktikan sehingga praktikan tidak kebingungan.

48

You might also like