Professional Documents
Culture Documents
1. Pengertian Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup:
perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal
membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil
tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta
didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha
mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum
merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar
hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan,
dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya
melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya
melibatkan banyak orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur
– unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Undang-Undang No.20 TH.
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Kurikulum adalah serangkaian mata ajar dan pengalaman belajar yang mempunyai
tujuan tertentu, yang diajarkan dengan cara tertentu dan kemudian dilakukan evaluasi.
(Badan Standardisasi Nasional SIN 19-7057-2004 tentang Kurikulum Pelatihan Hiperkes
dan Keselamatan Kerja Bagi Dokter Perusahaan).1
Dari berbagai macam pengertian kurikulum diatas kita dapat menarik garis besar
pengertian kurikulum yaitu:
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
1
dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada
landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan
sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
1) Lingkungan manusiawi/interpersonal
2) Lingkungan sosial budaya/kultural
3) Lingkungan biologis, yang meliputi flora dan fauna
4) Lingkungan geografis, seperti bumi, air, dan sebagainya.
Masing-masing faktor lingkungan memiliki sumber daya yang dapat digunakan
sebagai modal atau kekuatan yang mempengaruhi pembangunan. Lingkungan
manusiawi merupakan sumber daya menusia (SDM), baik dalam jumlah maupun
dalam mutunya. Lingkungan sosial budaya merupakan sumber daya alam (SDA).
Jadi ada tiga sumber daya alam (SDA). Jadi ada tiga sumber daya yang terkait erat
dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
e. Kebutuhan Pembangunan
Tujuan pokok pembangunan adalah untuk menumbuhkan sikap dan tekad
kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan
kualitas sumber daya manusia untuk mewujudkan kesejahteraan lahir batin yang
lebih selaras, adil dan merata. Keberhasilan pembangunan ditandai oleh terciptanya
suatu masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera.
1. Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya
seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti :
perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme.
Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat
tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang
dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah
ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan
pengembangan kurikulum.
2. Landasan Psikologis
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua
bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi
perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang
mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya.
3. Landasan Sosial-Budaya
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun
informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula.
Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi
landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa
terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran
manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan
politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara
kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang
berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dan standar mutu tinggi. Sifat
pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan
canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi
dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam
mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta menngatasi situasi yang ambigu
dan antisipatif terhadap ketidakpastian.
Terdapat tiga tahap dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tahap yang pertama yang
harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah memahami tiga sumber, yaitu siswa
(source of student), masyarakat (source of society), dan konten (source of content). Tahap
kedua adalah merumuskan tentative general objective atau standar kompetensi (SK) dengan
memperhatikan landasan sosiologi (sociology), kemudian di-screen melalui dua landasan
lain dalam pengembangan kurikulum yaitu landasan filsofi pendidikan (philosophy of
learning) dan psikologi belajar (psychology of learning), dan tahap terakhir adalah
merumuskan precise education atau kompetensi dasar (KD).
Ada lima prinsip umum dalam pemilihan pengalaman belajar. Kelima prinsip tersebut
adalah pertama, pengalaman belajar yang diberikan ditentukan oleh tujuan yang akan
dicapai, kedua, pengalaman belajar harus cukup sehingga siswa memperoleh kepuasan dari
pengadaan berbagai macam perilaku yang diimplakasikan oleh sasaran hasil, ketiga, reaksi
yang diinginkan dalam pengalaman belajar memungkinkan bagi siswa untuk mengalaminya
(terlibat), keempat, pengalaman belajar yang berbeda dapat digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang sama, dan kelima, pengalaman belajar yang sama akan
memberikan berbagai macam keluaran (outcomes).
5. Tujuan dari kurikulum ini untuk mempermudah anak didik mengenal hasil
kebudayaan dan pengetahuan umat manusia tanpa perlu mencari dan menemukan
kembali dari apa yang diperoleh generasi sebelumnya. Sehingga anak didik dapat
membekali diri dalam menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya. Dengan
pengetahuan yang sudah dimiliki dan telah tersusun secara logis dan sistematis tidak
hanya untuk memperluas pengetahuan tetapi juga untuk untuk memperoleh cara-
cara berpikir disiplin tertentu.
6. Keuntungan kurikulum ini, antara lain: (1) memberikan pengetahuan berupa hasil
pengalaman generasi masa lampau yang dapat digunakan untuk menafsirkan
pengalaman seseorang. (2) mempunyai organisasi yang mudah strukturnya. (3)
mudah dievaluasi terutama saat ujian nasional akan mempermudah penilaian. (4)
merupakan tuntutan dari perguruan tinggi dalam penerimaan mahasiswa baru. (5)
memperoleh respon positif karena mudah dipahami oleh guru, orangtua, dan siswa.
(6) mengandung logika sesuai dengan disiplin ilmu nya. Kelemahan kurikulum
berdasarkan mata pelajaran antara lain: terlalu fragmentasi, mengabaikan bakat dan
minat siswa, penyusunan kurikulumnya menjadi tidak efisien, dan mengabaikan
masalah sosial.
9. Munculnya kurikulum inti ini adalah atas dasar pemikiran bahwa pendidikan
memberikan tekanan kepada dua aspek yang berbeda, yakni: (1) adanya reaksi
terhadap mata pelajaran teori yang bercerai-berai yang mengakumulasi bahan dan
pengetahuan. (2) Adanya perubahan konsep tentang peranan sosial pendidikan di
sekolah.
10. Dengan demikian, kurikulum inti memberikan tekanan pada keperluan sosial yang
berbeda terutama pada persoalan dan fungsi sosial. Sehingga konsep kurikulum inti
bersifat ‘society centered’, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) penekanan pada
nilai-nilai sosial, (2) struktur kurikulum inti ditentukan oleh problem sosial dan per-
kehidupan sosial, (3) pelajaran umum diperuntukkan bagi semua siswa, (4) aktivitas
direncanakan oleh guru dengan siswa secara kooperatif.
DAFTAR PUSTAKA
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/prinsip-pengembangan-
kurikulum/
http://pustaka.ut.ac.id/puslata/index.php?menu=collection_detail&ID=19242