Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
terdapat dua pihak yaitu penyedia jasa (pemborong) dan pengguna jasa (yang
Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi (selanjutnya disebut UUJK) adalah
“keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan
harus memenuhi ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1320 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata) yaitu, “supaya terjadi persetujuan
yang sah, perlu dipenuhi empat syarat, yaitu kesepakatan mereka yang mengikatkan
penyedia jasa konstruksi dan telah menandatanganinya, maka kedua belah pihak
Pengguna jasa konstruksi dapat berupa perorangan maupun badan hukum baik
pengadaan barang/jasa yang dibiayai dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Pejabat yang disamakan adalah pejabat yang diangkat oleh pejabat yang
Pemerintahan Aceh (selanjutnya disebut UUPA), maka khusus untuk Provinsi Aceh,
3
APBD disebut dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (selanjutnya disebut
APBA).
perorangan maupun badan hukum, baik pemerintah maupun swasta. Bagi proyek-
Keppres No. 80 Tahun 2003 yang didalamnya ada beberapa cara yaitu:
yang harus di penuhi oleh penyedia jasa yang ingin ikut serta dalam pelaksanaan
a. Telah lulus prakualifikasi sesuai dengan bidang dan klasifikasi yang telah di
tentukan;
telah disepakati dalam kontak, yaitu melaksanakan pekerjaan sesuai dangan aspek
teknis yang telah disepakati. Begitu juga dengan penguna jasa konstruksi wajib
melakukan pembayaran kepada penyedia jasa konstruksi sesuai dengan jumlah dan
konstruksi yang telah disepakati baik yang dilakukan oleh penyedia jasa maupun
disepakati, maka perlu diatur sanksi-sanksi perdata sebagai ancaman hukuman bagi
para pihak yang tidak melaksanakan kontrak tersebut. Mengenai ancaman hukuman
ini dalam KUH Perdata diatur dalam Pasal 1304, yaitu “ancaman hukuman adalah
suatu ketentuan sedemikian rupa dengan mana seorang untuk jaminan pelaksanaan
suatu perikatan diwajibkan melakukan sesuatu manakala perikatan itu tidak dipenuhi.
penyedia jasa konstruksi adalah terlambat menyelesaikan proyek seperti yang telah
disepakati dalam kontrak. Di dalam kontrak biasanya dimuat klausula tentang sanksi
dan denda yang dikenakan jika ada pihak yang waprestasi atau terlambat memenuhi
kewajiban yang telah disepakati dalam kontrak, dan pihak yang terlambat memenuhi
5
3. Apa upaya yang ditempuh oleh pengguna jasa (pemerintah) untuk menerapkan
Ruang lingkup penelitian ini adalah dalam bidang Hukum Perdata khususnya
ini dilakukan dalam wilayah Kota Banda Aceh, khususnya dalam pelaksanaan
kontrak kontruksi proyek pemerintah yang bersumber dari dana APBA tahun 2008
3. Untuk menjelaskan upaya yang ditempuh oleh pengguna jasa (pemerintah) untuk
A. Metode Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah wilayah Kota Banda Aceh, yang objeknya adalah
proyek pemerintah yang bersumber dari dana APBA tahun 2008 di Dinas
b. Populasi Penelitian
tahun 2008.
dan informan dan diperkirakan dapat memberikan data yang relevan dan
a. Responden
a. Informan
analisis dan apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan,
A. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi menjadi 4 (empat) bab dengan sistematika sebagai
berikut:
Penulisan.
Bab II, dalam bab ini dibahas menenai kontrak konstruksi pada umumnya
Penyedia Jasa Proyek Pemerintah, Hak dan Kewajiban Dalam Kontak Konstruksi,
Bab III, dalam bab in dibahas mengenai hasil penelitian yang meliputi;
BAB II
menyebutkan dalam Pasal 1313 perjanjian adalah “suatu perbuatan dengan mana satu
hukum antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum yang lain dalam bidang
11
harta kekayaan, dimana subjek yang satu berhak atas prestasi dan begitu juga subjek
hukum yang lain berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang
telah disepakati.1
diantara dua atau lebih pihak yang dapat menimbulkan memodifikasi, atau
Mengenai penyebutan kontrak atau perjanjian oleh para ahli hukum lebih
bersifat suatu kebiasaan saja, seperti halnya kontrak konstruksi atau ada juga yang
menyebutnya dengan perjanjian konstruksi, hal ini mungkin saja dipengaruhi oleh
Dalam KUH Perdata tidak disebutkan kontrak konstruksi tetapi disebit dengan
1 Salim, H.S., Hukum Kontrak (Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak), Sinar Grafika,
Jakarta, 2003.
2 Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), PT Aditya Bhakti,
Bandung, 2001, hal. 4
12
“Dari definisi yang diberikan KUH Perdata tersebut terlihat bahwa undang-
undang secara keliru memandang kepada kontrak konstruksi sebagai suatu
jenis kontrak yang unilateral, dimana seolah-olah hanya pihak kontraktor saja
yang mengikatkan diri dan harus berprestasi. Padahal dalam perkembangan
saat ini, baik pihak kontrakor maupun pihak bouwheer saling mengikatkan
diri, dengan masing-masing mempunyai hak dan kewajiban.”3
mengemukakan:
persetujuan dengan mana pihak yang satu, yaitu si pemborong, mengikatkan diri
kerja konstruksi, dapat dilihat dalam Pasal 1 angka 5. Pengertian Kontrak Konstruksi
menurut Nazarkhan Yasin adalah “perjanjian tertulis antara pengguna jasa (yang
pekerjaan konstruksi”.6
3 Munir Fuady, Kontrak Pemborongan Mega Proyek, PT. Aditya Bakti, Bandung, Cet.
Kedua, 2002, hal. 13.
4 Djumialdji F.X., Perjanjian Pemborongan, Rineka Cipta, Cet. Kedua, 1991, hal. 2.
5 Djumialdji F.X., Hukum Bangunan (Dasar-dasar Hukum dalam Proyek dan Sumber Daya
Manusia), Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hal 4.
6 Nazarkhan Yasin, Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hal. 197.
13
adalah cara membuat, menyusun bangunan seperti jembatan, dermaga, bandara, jalan
yang terlibat, yaitu yang memborongkan (pengguna jasa) dan pemborong (penyedia
1. Perencana konstuksi;
3. Pengawas konstruksi.
Selain itu dari pengertian diatas juga dapat dilihat unsur-unsur yang
1. Adanya persetujuan kedua pihak yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa untuk
Mengenai isi kontrak konstruksi KUH Perdata tidak menegaskan secara jelas,
tetapi memberi kebebasan kepada para pihak dengan menggunakan asas kebebasan
berkontrak (Pasal 1338). Menurut Ridwan Syahrani, yang dimaksud dengan asas
kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang menyatakan bahwa setiap orang pada
dasarnya boleh membuat kontrak/perjanjian yang berisi dan macam apaun asal tidak
1. Judul kontrak;
2. Pembukaan;
3. Pihak-pihak dalam kontrak;
4. Recital, yaitu penjelasan tentang latar belakang bibuatnya kontrak;
5. Inti kontrak, yaitu hal yang dikehendaki oleh para ihak serta hak dan
kewajiban para pihak;
6. Penutup, yaitu mengenai pengesahan kontrak.9
Sedangkan dalam pasal 29 ayat (1) Kepres No.80 Tahun 2003 menentukan
Selain itu, dalam membuat isi kontrrak konstruksi juga harus memperhatikan
hal yang menjadi dasar dalam penyusunan suatu kontrak konstruksi, yaitu asas
hukum kontrak dan asas kontrak konstruksi. Adapun asas hukum kontrak menurut
dalam hal ini pemerintah, mana yang paling sesuai dengan keadaan ekonomi,
bangunan yang diinginkan serta kebutuhan pada saat tender diadakan. Namun,
penyelesaiannya dalam hitugan bulan, menggunakan kontrak jenis lump sum, kecuali
untuk proyek-proyek besar yang membutuhkan waktu yang lama atau multy years.
Dengan adanya kontrak konstruksi maka timbul hubungan hukum antar para
dimungkinkan, yaitu dalam Pasal 34 Keppres No.80 Tahun 2003: “perubahan kontrak
pihak) apabila terjadi perubahan lingkup pekerjaan, metoda kerja, atau waktu
yang yang terdapat dalam Pasal 13 Keppres No. 80 Tahun 2003, yaitu:
a. Efisien
Berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan
dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan
dalam waktu sesingkatsingkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan;
b. Efektif
Berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah
ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai
dengan sasaran yang ditetapkan;
c. Terbuka dan Bersaing
Berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi penyedia barang/jasa
yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat
diantara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat/kriteria
tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan;
d. Transparan
Berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa,
termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil
evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa, sifatnya terbuka bagi
peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas
pada umumnya;
e. Adil/Tidak Diskriminatif
Berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia
barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak
tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun;
f. Akuntabel
Berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi
kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan
masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku
dalam pengadaan barang/jasa.
penyedia jasa, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu perencana konstruksi,
jasa). Menenai pemilihan penyedia jasa tersebut menurut Pasal 17 Keppres No. 80
1. Pelelangan Umum
Dalam Pasal 17 ayat (2) Keppres No. 80 Tahun 2003 disebutkan “pelelangan
umum adalah metode pemilihan penyedia jasa yang dilakukan secara terbuka
dengan pengumuman secara luas melalaui media massa dan papan penumuman
resmi untuk penerangan sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan
Dalam Pasal 20 ayat (1) Keppres No. 80 Tahun 2003 disebutkan prosedur
1) Prakualifikasi:
a) Pengumuman prakualifikasi;
b) Pengambilan dokumen prakualifikasi;
13 Ibid, hal. 101.
14 Hal. 98
21
1) Pasca kualifikasi
a) Pengumuman pelelangan umum;
b) Pendaftaran untuk mengikuti pelelangan;
c) Pengambilan dokumen lelang umum;
d) Penjelasan;
e) Penyusunan berita acara penjelasan dokumen lelang dan
perubahannya;
f) Pemasukan penawaran;
g) Pembukaan penawaran;
h) Evaluasi penawaran termasuk evaluasi kualifikasi;
i) Penetapan pemenang;
j) Pengumuman pemenang;
k) Masa sanggah;
l) Penunjukan pemenang;
m) Penandatanganan kontrak.
1. Pelelangan Terbatas
Berdasarkan Pasal 17 ayat (3) Keppres No. 80 Tahun 2003, dalam hal jumlah
dengan metoda pelelangan terbatas dan diumumkan secara luas melalui media
22
syarat, yaitu:
d. Peserta pelelangan yang berbentuk badan usaha harus sudah diregistrasi pada
lembaga;
e. Tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha atau
Berdasarkan Pasal 20 ayat (2) Keppres No. 80 Tahun 2003 prosedur pemilihan
1. Pemilihan Langsung
Berdasarkan Pasal 17 ayat (4) Keppres No. 80 Tahun 2003, dalam hal metode
pelelangan umum atau pelelangan terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya
dilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya serta harus diumumkan minimal
kecil;
adalah:
bersamaan;
c. Peserta yang berbentuk badan usaha atau usaha perorangan harus sudah
d. Tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha atau
Berdasarkan Pasal 20 ayat (3) Keppres No. 80 Tahun 2003, prosedur pemilihan
1. Penunjukan Langsung
Berdasarkan Pasal 17 ayat (5) Keppres No. 80 Tahun 2003, dalam keadaan
cara melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga
tertentu dan pekerjaan yang hanya dilakukan oleh pemegang hak paten atau pihak
kecil;
langsung adalah:
a. Peserta yang berbentuk badan usaha atau usaha perorangan harus sudah
b. Tenaga ahli dan tenaga teranpil yang dipekerjakan oleh badan usaha atau
Keempat metode diatas dapat dipilih salah satu oleh pengguna jasa. Pemilihan
ini tergantung pada kondisi dan situasi pada saat pengadaan jasa. Metode pemilihan
27
penyedia jasa mempunyai hubungan erat dengan peyampaian dokumen dan evaluasi
penawaran.
dari 3 (tiga) metoda evaluasi penawaran berdasarkan jenis barang/jasa yang akan
d. Sistem Gugur
15 Salim, H. S., Perkembangan Hukum Kontrak diluar KUH Perdata, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2006, hal. 270.
28
kriteria dan tatacara evaluasi tersebut dengan alasan apapun dan atau melakukan
Setiap kontrak yang dibuat pasti terdapat hak dan kewajiban para pihak yang
membuat kontrak tersebit, tidak terkecuali dengan kontak konstruksi. Hak bagi salah
satu pihak merupakan kewajiban/prestasi yang harus dilaksanakan oleh pihak lain.
melakukan pemeriksaan lapangan dan membuat berita acara keadaan lapangan serta
2000), kewajiban pengguna jasa dalam pemilihan penyedia jasa berkewajiban untuk:
Sedangkan mengenai hak dari pengguna jasa dalam hal pemilihan penyedia
Kewajiban penyedia jasa diatur dalam Pasal 17 PP No. 29 Tahun 2000 yang
menentukan bahwa:
Sedangkan yang menjadi hak penyedia jasa diatur dalam Pasal 18 PP No. 29
Adakalanya para pihak tidak mampu untuk melaksanakan hak dan kewajiban
seperti yang telah disepakati dalam kontrak atau yang diatur dalam undang-undang,
hal tersebut dikarenakan keadaan memaksa (force majeure), yaitu keadaan dimana
peristiwa yang tidak terduga pada saat dibuatnya kontrak, keadaan atau peristiwa
31
tersebut tidak dalam keadaan beritikad buruk (Pasal 1244 KUH Perdata).
Kemingkinan itu terjadi bisa karena unsur kesengajaan (lalai) ataupun karena hal-hal
diluar kehendak atau kuasa para pihak. Tidak terlaksanya atau tidak terlaksana
kreditur”.16
b. Keliru berprestasi;
c. Terlambat berprestasi.18
Dari pendapat para ahli hukum tersebut, bahwa wanprestasi terjadi karena
salah satu pihak lalai dalam melaksanakan sebagian atau seluruhnya apa yang telah
disepakati dalam kontrak. Hal ini juga dapat terjadi dalam kontrak konstruksi.
Tahun 2000, yang menjelaskan wanpretasi atau cidera janji dalam pelaksanaa kontrak
a. Terlambat membayar;
b. Tidak membayar;
salah satu pihak melakukan waprestasi maka pihak yang merasa dirugikan dapat
1. Pemenuhan perikatan;
3. Ganti kerugian;
Pengaturan mengenai wanprestasi diatas dapat kita lihat dalam Pasal 1243
hal ini menyerahkan pekerjaannya pada phak lain, atau tidak melaksanakan
dapat dibatalkan oleh pihak yang memborongkan.21 Hal ini juga diatur dalam
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pihak yang merasa dirugikan
baik pengguna jasa maupun penyedia jasa dapat melakukan pemutusan kontrak
karena pihak lain lalai melaksanakan apa yang telah disepakati dalam kotrak.
“Debitur harus dihukum untuk menggati biaya, kerugian dan bunga, bila ia
dapat membuktikan bahwatidak dilaksanakannya perikatanitu disebabkan oleh
sesuatu hal yang tak terduga, yang tak dapat dipertanggungkan kepadanya,
yang tidak ada itikat buruk kepadanya”.
“Dalam suatu kontrak baku sering di jumpai ketentuan bahwa para pihak telah
bersepakat menyimpang atau melepaskan pasal 1266 KUH Perdata. Akibat
hukumnya jika terjadi wanprestasi, maka perjanjian tersebut tidak perlu
dimintakan pembatalan kepada hakim tapi dengan sendirinya batal demi
hukum. Dalam hal ini wanprestasi merupakan syarat batal. Akan tetapi,
35
Dalam Pasal 37 Kepres nomor 80 tahun 2003 sanksi bagi pihak yang
22 Suharnoko, SH., MLI., Hukum Perjanjian (Teori dan Analisa Kasus), Kencana, Jakarta,
Cet. Kelima, 2008, hal. 61.
36
Umumnya kontrak konstruksi sampai saat ini belu mencapai predikat yang
adil dan setara (fair and equal) layaknya suatu kontrak karena:
1. Apabila penyedia jasa lalai dikenakan sanksi berat, namun apabila pengguna jasa
lalai, sanksinya ringan atau tidak sama sekali.
2. Keterlambatan penyelesaian pekerjaan akan dikenakan sanksi denda, tetapi
keterlambatan pembayaran tidak mendapat ganti rugi (interets bank).23
Hal ini disebabkan karena posisi pengguna jasa lebih dominan dibanding
dengan penyedia jasa, dengan posisi tersebut biasanya pengguna jasa yang menyusun
kontrak, dan penyedia jasa hanya menandatangani saja tanda dari persetujuan dari isi
kontrak tersebut.
BAB III
Konstruksi
Setiap kontrak konstruksi sudah diatur apa saja yang harus dikerjakan oleh
para pihak yang membuat kontrak tersebut, namun dalam pelaksanaannya tentu
banyak hambatan yang dihadapi oleh para pihak. Sehingga untuk menjaga agar
kontrak itu dapat dilaksanakan pseperti yang telah disepakati antara pengguna jasa
dan penyedia jasa maka perlu diatur sanksi terhadap pihak yang tidak melaksanakan
2008, hal yang paling ditakuti oleh pengguna jasa daln penyedia jasa adalah bila
terjadi pemutusan kontrak karena dapat merugikan semua pihak, baik yang terikat
dalam kontrak yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa maupun pihak ketiga yang
konstruksi, baik karena itikad buruk dari penyedia jasa maupun karena keadaan
mengalami keterlambatan penyelesaian oleh penyedia jasa, hal tersebut juga terjadi di
Dinas Pendidikan Provinsi Aceh. Oleh karena itu, tentu menimbulkan pertanyaan apa
cuaca yakni curah hujan tinggi yang tidak mendukung pelaksanaan pekerjaan
tersebut.25
tentu sudah menyampaikan surat teguran kepada penyedia jasa, biasanya 3 (tiga) kali,
kalau surat teguran tidak diindahkan oleh penyedia jasa, maka kontrak akan
Menurut Anwar, proyek yang didenda adalah yang sudah diberikan adendum
waktu nanum penyedia jasa tetap tidak mampu menyelesaikan proyek tersebut 100%
25 Wawancara dengan Husaini, PPTK Bidang Taman Kanak-kanak Tahun 2008 Dinas
Pendidikan Provinsi Aceh, tanggal 20 April 2010.
26 Wawancara dengan Anwar S.Pd, PPTK Bidang SMA dan SMK Tahun 2008 Dinas
Pendidikan Provinsi Aceh, tanggal 27 April 2010.
39
anggaran 2008.
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Dana APBA pada Bidang Pendidikan
Dalam salah satu kontrak kerja konstruksi Dinas Pendidikan Provinsi Aceh
persen) dalam Surat Perjanjian Kerja ini ditetapka selama 120 (seratus dua
puluh) hari kalender, terhitung sejak tanggal Surat Perintah Mulai Kerja
3. Waktu peyelesaian yang tertera dalam Pasal 1 ayat ini tidak dapat dirubah
dalam Pasal 14 dan harus disetujui oleh PIHAK PERTMA secara tertulis,
BAB IV
PENUTUP
41
maka berikut ini dikemukakan kesimpulan dari hasi penelitian beserta saran sebagai
berikut:
A. Kesimpulan
tidak dapat dilaksanakan dengan semestinya oleh penyedia jasa, karena itu
keterlambatan.
(time schedule) yang dibuat oleh penyedia jasa dalam dokumen penawaran,
maka pengguna jasa akan meyampaikan surat teguran kepada peyedia jasa
3. Upaya pengguna jasa dalam hal ini pemerintah untuk menerapkan sanski
dilasanakan lebih awal dan penyedia jasa memiliki waktu lebih banyak
terlambat dari jadwal waktu yang dibuat dapat dikenakan sannksi denda
anggaran.
A. Saran
secepatnya setiap tahun, agar tender atau pelelangan dapat dilakukan lebih