Professional Documents
Culture Documents
Kasus-kasus di Aceh 1976-1989 Ribuan Aceh selalu menjadi daerah operasi militer dengan
pra DOM intensitas kekerasan yang tinggi
Kasus-kasus di 1966- Ribuan Operasi militer intensif dilakukan oleh TNI untuk
Papua sekarang menghadapi OPM
Kasus Marsinah 1995 1 Pelaku utamanya tidak tersentuh, sementara orang lain
dijadikan kambing hitam. Bukti keterlibatan (represi)
militer di bidang perburuhan.
Kasus Bulukumba 2003 2 tewas, Insiden ini terjadi karena keinginan PT London Sumatera
puluhan untuk melakukan perluasan area perkebunan mereka,
luka-luka namun masyarakat menolak upaya tersebut
Sumber: Kontras
Total: 120 Countries
SOURCE: MIPT Terrorism Knowledge Base
Total: 120 Countries
SOURCE: MIPT Terrorism Knowledge Base
The three inter-connected
causes
Frameworks for Combating Points on a
Spectrum
Terrorism
• The Criminal Justice Model
(Pasal 6-19)
Kategori dan definisi terorisme belum mencukupi kebutuhan akan
kepastian hukum
Pemerintah kesulitan membuat defenisi yang komprehensif
mengenai suatu tindak pidana terorisme sebagaimana terlihat pada
UU. Defenisi kejahatan yang dijerat UU ini hampir semuanya
mengandung perbuatan yang memenuhi unsur tindak pidana biasa
yang diatur dalam KUHP
Pasal-pasal di atas juga memberikan banyak peluang multi tafsir
Korban bersifat massal: harus dibatasi jumlah minimal korban
bersifat massal
Perlu diberikan definisi dan daftar obyek vital
(Pasal 22)
Rawan akan multi tafsir. Kegiatan merintangi atau mencegah
pemeriksaan sangat rentan akan digunakan aparat untuk
membekuk tersangka terorisme
Perlu dibuat sistematika penjelasan hal-hal yang dikategorikan
merintangi pemeriksaan atau pengusustan kasus terorisme
(Pasal 25)
Waktu penahanan yang cukup lama, pemerintah harus dapat
menjamin tidak terjadinya pelanggaran HAM
Perlu dirinci tentang kontrol atau pengawasan selama tersangka
dalam proses penahanan
Perlu diberikan ruang bagi keluarga maupun pembela untuk
bertemu dengan tersangka
(Pasal 26)
Pasal ini memberikan peluang bagi terjadinya penyalahgunaan
laporan intelijen sebagai bukti hukum. Hal ini membuka
peluang digunakannya laporan sepihak yang bernuansa fitnah
untuk memberatkan tersangka karena tidak dimungkinkan
melakukan verifikasi bukti.
(Pasal 28)
Memberikan peluang terjadinya penganiayaan atau
penyiksaan oleh aparat
Memberikan kesempatan untuk mempengaruhi atau memaksa
pendapat sesuai keinginan aparat
Tidak adanya perlindungan hukum pasti bagi tersangka pelaku
kegiatan terorisme
ANCAMAN UU ANTI TERORISME TERHADAP WARGA
NEGARA
Stereotipe atau pelabelan Teroris terhadap pihak-pihak
yang tidak puas dengan pemerintah.
Law Enforcement
Psychological Instruments
Foreign Aid
The Approach Required
Economic Instruments
Multi-pronged
Financial Instruments Multi-dimensional
© T. Maley Multi-national
Source: Tom Maley, British
Legal Instruments
MOD
THE THIRTEEN UNIVERSAL UNITED NATIONS CONVENTIONS ON TERRORISM
1. Convention on Offences and Certain Other Acts Committed on Board Aircraft (The Tokyo
Convention, 1963)
2. Convention for the Suppression of Unlawful Seizure of Aircraft (The Hague Convention,
1970)
3. Convention for the Suppression of Unlawful Acts Against the Safety of Civil Aviation (The
Montreal Convention, 1971)
4. Convention for the Suppression of Unlawful Acts Against the Safety of Maritime Navigation
(Signed at Rome, 1988)
5. Protocol for the Suppression of Unlawful Acts Against the Safety of Fixed Platforms Located
on the Continental Shelf (Signed at Rome, 1988)
6. Protocol for the Suppression of Unlawful Acts of Violence at Airports Serving International
Civil Aviation (Supplementary Protocol to Montreal Convention) (1988)
7. International Convention for the Suppression of Terrorist Bombings (New York, 1998)
8. International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism (1999)
9. International Convention for the Suppression of Acts of Nuclear Terrorism (2005)
B. Two conventions, which proscribe acts against specific persons:
1. Convention on the Prevention and Punishment of Crimes Against Internationally Protected
Persons including Diplomatic Agents (New York, 1973)
2. International Convention Against the Taking of Hostages (New York, 1979)
C. Two conventions, which manage dangerous materials:
1. Convention on the Physical Protection of Nuclear Material (1980)
2. Convention on the Marking of Plastic Explosives for the Purpose of Identification (1991)
Sekian dan Terima Kasih