Professional Documents
Culture Documents
Atribut Kepemimpinan
Berbagai hasil penelitian memperlihatkan setidaknya terdapat tujuh atribut yang utama
kepemimpinan yaitu:
(1) kompetensi teknis, kemampuan di bidang bisnis dan pemahaman
dalam suatu bidang tertentu,
(2) keahlian konseptual, suatu kemampuan untuk berpikir abstrak atau strategis
(3) catatan pengalaman menyangkut sejarah pencapaian hasil,
(4) keahlian dalam menjalin hubungan dengan orang lain, yaitu suatu kemampuan untuk
berkomunikasi, memotivasi, dan melimpahkan kewenangan pada pihak lain,
(5) rasa, yaitu suatu kemampuan untuk mengenali, dan mengembangkan bakat,
(6) penilaian yaitu mengambil keputusan yang sulit dalam waktu singkat dengan data yang
tidak lengkap,
(7) karakter, kualitas yang menunjukkan siapa sebenarnya kita (Bennis, 1999:7).
Kepemimpinan berlangsung ketika pengikut melaksanakan apa yang bermanfaat dan etis
bagi kepentingan organisasi dan diri pengikut. Mengambil keuntungan dari pengikut
bukanlah bagian dari kepemimpinan. Pemimpin yang efektif mesti mengupayakan perubahan
berkelanjutan. Demikian pula orang-orang dalam organisasi berupaya mencoba sesuatu yang
baru. Pemimpin dan anggota mesti terbuka pada perubahan. Pemimpin dan pengikut
senantiasa bekerjasama dengan orangorang guna meraih keberhasilan. Dibutuhkan
kemampuan berkolaborasi dan orang-orang digerakkan untuk pencapaian tujuan organisasi.
Tipe Kepemimpinan
Setidaknya ada empat tipe kepemimpinan yaitu the strongman, the transactor,
visionaryhero, dan superleadership (Manz dan Sim, 2001:40-45). The Strongman,
menggunakan kewenangan posisinya untuk mempengaruhi yang lainnya, terutama agar
bawahan tunduk karena ketakutan. The Transactor, dikategorikan ke dalam hubungan
pertukaran dengan lainnya. Pemimpin mempengaruhi melalui dispensasi imbalan dalam
pertukaran sehingga
pengikut menaati apa yang diinginkan pemimpin. The Visionary Hero Ledearship terutama
menyangkut proses mempengaruhi atas-bawah. Pemimpin sebagai sumber kebijakan dan
arahan, seria cenderung menempati posisi sentral, sementara pengikut memudar dalam
bayang-bayangan pemimpin. Kewenangan pemimpin bertumpu pada kapabilitas untuk
mendorong komitmen pengikut terhadap visi pemimpin. The Superleadership, pemimpin
superdikenal pula sebagai pemimpin pemberdaya. Tugas pemimpin adalah membantu
pengikut untuk mengembangkan keahlian kepemimpinan mandiri agar memberikan
sumbangan yang lebih penuh kepada organisasi.
Kepemimpinan juga berpengaruh secara langsung pada struktur, budaya, misi, strategi dan
praktek manajemen (Schein,1992:247, Giley and Maycunich, 2000). Pertanyaan yang muncul
kemudian adalah model kepemimpinan yang bagaimanakah yang cocok bagi perubahan dan
inovasi organisasi?. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Mohrman, Cohen dan Mohrman
(1995 dalam Pearce dan Sims, 2002:172) bahwa meningkatnya pemberdayaan tim dan diikuti
dengan mandatarnya struktur organisasi melahirkan pertanyaan model kepemimpinan.
Apakah jenis kepemimpinan yang lebih cocok bag! tim yang bertumpu pada lingkungan baru
ini?. Menurut Pearce (1997), Yulk (1998), dan Pearce dan Sim (2000) bahwa berbagi
kepemimpinan yang berasal dari anggota tim, dan tidak dengan gampang ditetapkan oleh
pemimpin, dapat menyediakan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Ada berbagai model kepemimpinan yang dikembangkan oleh para pakar. Bats dan Avolio
(1993) mengembangkan kepemimpinan transaksional dan transformasional. Pakar lain (Cox
dan Sims,1996., Manz dan Sims,1991, Sims dan Manz, 1996) mengedepankan 4 (empat) tipe
kepemimpinan yaitu:(1) pemberi petunjuWperintah, (2) transaksional, (3) transformasional,
dan (4) pemberdaya. Mengacu pada model kepemimpinan tersebut dipadukan dengan hasil
penelitian menurut pertimbangan paradigma struktur, paradigma transaksional, dan transfor-
masional, serta diinspirasi teori pakar Pearce dan Sims, kemudian dikembangkan sifat
kepemimpinan pemberi petunjuk (directive), dan sifat kepemimpinan penentang (aversive).
Setidaknya ada 5 (lima) tipe perilaku pemimpin yaitu : penentang, pemberi petunjuk,
transaksional, transformasional, dan pemberdaya. Pertama, kepemimpinan penentang
terutama terkait dengan kekuasaan kcersif (French dan Raven,1959), juga didasari hasil
penelitian tentang "hukuman" (Arvey dan Ivanocevich, 1980). Kedua, kepemimpinan
pemberi perintah atau pengarah terkait dengan posisi kewenangan, yang merujuk pada
legitimasi kewenangan (French dan Raven,1959). Akar dari tipe perilaku kepemimpinan
pemberi perintah terkait dengan teori X gaya manajemen diperkenalkan oleh McGregor
(1960) yang bependapat bahwa perilaku orang tidak menyukai pekerjaan dan mesti diawasi
secara ketat di dalam melaksanakan pekerjaan (dalam Lussier and Achua, 2001:48-49).
Selain itu, oleh McGregor diintroduksi pula teori Y intinya adalah para karyawan senang
untuk bekerja, karena itu di dalam bekerja mereka tidak ingin diawasi secara ketat. Akhir-
akhir ini, dikenal teori Z yakni karyawan dimanajemeni agar berpartisipasi dalam dan
mengarahkan proses bisnis melalui peran serta tim yang diberi wewenang (Planert, 1999).
Menurut para peneliti, teridentifikasi the “Big Five” personality traits versi Myers-Biggs
yang relevan dengan perilaku individu dalam organisasi, yaitu…
AGREEABLENESS
Kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain secara baik. Ciri sifat
AGREEABLENESS tinggi: kooperatif, mudah memahami, gentle, mudah berbagi.
CONSCIENTIOUSNESS
NEGATIVE EMOTIONALITY
Karakteristik yang dikendalikan oleh suasana hati dan perasaan tidak nyaman. Ciri
sifat NEGATIVE EMOTIONALITY rendah: tenang, merasa nyaman dan
ulet/tabah
extraversion
Kualitas kesenangan seorang individu ketika berinteraksi dengan orang lain. Ciri
sifat EXTRAVERSION tinggi (ekstravert): memiliki kemampuan sosial, hangat,
assertive, aktif berbicara, dan lebih berani memulai kontak baru dengan orang lain.
openness
Locus of control
Seberapa besar individu yakin bahwa perilakunya memiliki efek nyata terhadap
apa yang terjadi pada diri mereka sendiri. Pusat kendali atas suatu kejadian
terletak pada faktor internal atau eksternal.
SELF EFFICACY
Keyakinan individu atas kapabilitas untuk menyelesaikan tugas secara baik. Hal ini
akan berkaitan dengan aspek keyakinan diri dan konsep diri.
AUTHORITARIANISM
Keyakinan akan perbedaan power & status berkaitan dengan hirarki sistem sosial
dalam organisasi. Hal ini bisa berkaitan dengan masalah empowerment.
MACHIAVELLIANISM
Self esteem
Pribadi dengan self esteem merupakan individu yang memiliki keyakinan bahwa
dirinya adalah sosok yang bermanfaat/berguna dan individu yang berharga.
Individu dengan self esteem tinggi cenderung memacu kearah jabatan dengan
status lebih tinggi, lebih percaya diri, mencari kepuasan kerja secara intrinsik.
RISK PROPENSITY
self esteem, merupakan bagian yang inherent dari konsep diri. Self esteem kita adalah bagian
dari interpretasi atau penyimpulan dari persepsi diri. Self-esteem berpengaruh pada perilaku
komunikasi kita. Jika self-esteem kita tinggi, biasanya kita lebih percaya diri, mandiri dan
merasa kompeten.
• Komponen emosional konsep diri dan merupakan inti nyata kepribadian manusia.
• Keterampilan Teknis; didapat melalui proses belajar pada bidang- bidang tertentu yang
Anda minati.
ATTITUDE
suatu interaksi komunikasi melibatkan dua orang, akan terdapat dua pribadi yang harus dikenali,
yaitu diri kita sendiri dari diri orang yang menjadi lawan bicara kita. Walau pun bukan hal
mudah, ada tiga jenis informasi yang dapat kita gunakan untuk tujuan itu :
1. menyusun mekanisme proteksi, yaitu kita ingin mengetahui apa yang diharapkannya melalui
komunikasi dengan kita.
2. melakukan pemahaman terhadap tujuan orang, kita dapat mengevaluasi kesungguhan atau
akurasi dari penampilannya.
Setiap individu melakukan itu dalam rangka mencapai dua tujuan, yaitu mengurangi
ketidakpastian dan perbandingan sosial. Ketika pertama bertemu dengan seseorang maka
sejumlah pertanyaan muncul dalam diri kita. Selanjutnya kita akan berkomunikasi untuk
mendapatkan sejumlah jawaban terhadap sejumlah pertanyaan. Jadi dalam tahap awal
komunikasi antarpribadi, kita akan berusaha mengurangi ketidakpastian yang kita rasakan.
Upaya ini pada dasarnya merupakan proses pemaknaan, yaitu menghilangkan makna-makna
yang tidak sesuai hingga tersisa makna-makna yang kita anggap sesuai.
Perbandingan sosial adalah proses membandingkan diri kita dengan orang lain. Festinger
mengatakan biasanya orang melakukan evaluasi diri, yaitu suatu cara untuk mengetahui diri kita
sendiri (konsep diri). Selain itu juga kita ingin mengetahui bagaimana menilai diri kita (self
esteem). Ketika melakukan perbandingan sosial, kita cenderung untuk membandingkan dengan
yang setara. Artinya kita cenderung tidak melakukan evaluasi diri secara objektif, meskipun
demikian ini merupakan cara yang sehat untuk menjaga kestabilan konsep diri dan self esteem.
Proses pengembangan kesadaran diri ini diperoleh melalui tiga cara, yaitu;
• Cermin diri (reflective self) terjadi saat kita menjadi subyek dan obyek diwaktu yang
bersamaan, sebagai contoh orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi biasanya
lebih mandiri.
• Pribadi sosial (social self) adalah saat kita menggunakan orang lain sebagai kriteria untuk
menilai konsep diri kita, hal ini terjadi saat kita berinteraksi. Dalam interaksi, reakasi
orang lain merupakan informasi mengenai diri kita, dan kemudian kita menggunakan
informasi tersebut untuk menyimpulkan, mengartikan, dan mengevaluasi konsep diri kita.
Menurut pakar psikologi Jane Piaglet, konstruksi pribadi sosial terjadi saat seseorang
beraktifitas pada lingkungannya dan menyadari apa yang bisa dan apa yang tidak bisa ia
lakukan
Contoh: Seseorang yang optimis tidak melihat kekalahan sebagai salahnya, bila ia
mengalami kekalahan, ia akan berpikir bahwa ia mengalami nasib sial saja saat itu, atau
kekalahan itu adalah kesalahan orang lain. Sementara seseorang yang pesimis akan
melihat sebuah kekalahan itu sebagai salahnya, menyalahkan diri sendiri dalam waktu
yang lama dan akan mempengaruhi apapun yang mereka lakukan selanjutnya, karena
itulah seseorang yang pesimis akan menyerah lebih mudah.
• Perwujudan diri (becoming self). Dalam perwujudan diri (becoming self) perubahan
konsep diri tidak terjadi secara mendadak atau drastis, melainkan terjadi tahap demi tahap
melalui aktifitas serhari hari kita. Walaupun hidup kita senantiasa mengalami perubahan,
tetapi begitu konsep diri kita terbentuk, teori akan siapa kita akan menjadi lebih stabil dan
sulit untuk dirubah secara drastis.
Contoh, bila kita mencoba merubah pendapat orang tua kita dengan memberi tahu bahwa
penilaian mereka itu harus dirubah - biasanya ini merupakan usaha yang sulit. Pendapat
pribadi kita akan 'siapa saya' tumbuh menjadi lebih kuat dan lebih sulit untuk diubah
sejalan dengan waktu dengan anggapan bertambahnya umur maka bertambah bijak pula
kita.