Professional Documents
Culture Documents
SEJATI
Misalnya? Kita sering tertarik pada seseorang. Tapi kita tak bisa menerangkan
kenapa, hal apa yang menyebabkan timbulnya perasaan semacam itu. Atau
suatu ketika, tiba-tiba muncul suatu perasaan tidak enak, gelisah, hingga jantung
pun berdebar-debar. Kita tak mampu menjelaskan, kenapa demikian. Tahu-tahu
beberapa saat, atau beberapa hari setelah itu, kejadian tak diinginkan betul-
betul menimpa. Dari kondisi semacam itu terbukti, kekuatan bawah sadar dalam
diri kita sedang bekerja.
Batin Manusia
Para ahli telah sampai pada kesimpulan bahwa dalam batin manusiaterpendam
kekuatan bawah sadar. Sewaktu-waktu ia dapat muncul ke permukaan dan
mempengaruhi rasa-sadar. Kenapa? Karena ada hubungan yang sangat erat
diantara keduanya.Pusatnya terletak di otak. Pada bagian atas sumsum
belakang terdapat sambungan yang langsung saling berkaitan dengan otak.
“Jembatan” sumsum itulah yang menggetarkan “sinyal-sinyal” dari bawah sadar
ke otak. Dari sini ia langsung mempengaruhi.
Perbedaannya apa? Pikiran sadar hanya bekerja selama manusia tidak tidur.
Paling banter 16 jam sehari. Masa dinasnya terbatas. Dalam masa sesingkat itu,
ia bertanggung jawab mengambil keputusan dengan segera mengenai soal-soal
“kehidupan” dan lain sebagainya. Ia juga mengontrol situasi yang dihadapkan
padanya. Kesan-kesan ia serap dengan cepat, namun secepat itu pula ia lupakan
kembali.
Pianis yang mahir menekan tuts-tuts dengan otomatis, tanpa berfikir lagi,
penggesek biola, penari, peniup saxophone juga tanpa berfikir lagi bermain
dengan lincah sekali. Padahal dulu dengan susah payah, penuh konsentrasi,
mereka berlatih berbulan-bulan lamanya. Sebetulnya, saat itu ia sedang
memasukkan informasi kedalam memori “jin “ itu. Makin sering ia berlatih, makin
berkembang data yang masuk, makin mahirlah dia. Terwujudlah suatu kebiasaan
baru yang naluriah sifatnya. Otomatis!
Begitulah semua kebiasaan manusia tercipta. Yang baik atau pun yang buruk.
Otomatis, sifat perangai kita pun adalah hasil proses ini. Kebiasaan merokok,
suka pacaran, gemar minum tuak, berjudi morfinis, atau apapun namanya semua
akibat memori “jin ifrid” itu diisi kebiasaan yang terus menerus. Berulang dan
diulang. Sehingga pada akhirnya jin itu “yakin” dan kemudian ia mahir, tagih,
nyandu. Seperti itu pula halnya kebiasaan-kebiasaan baik. Suka menolong,
dermawan, murah senyum, penampilan yang selalu rapi, optimis dan banyak
lagi.
Tidak hanya sampai disana. Kita pun mampu membentuk kebiasaan baru,
keterampilan baru, perangai baru, akhlak baru. “Habit is the second nature,”
tutur orang Inggris. Dan itu pun kita bisa pilih: mau yang baik, mulia atau pun
yang buruk. Semua tergantung kita. Dengan membentuk kebiasaan-kebiasaan
positif baik dan terpuji serta sedikit demi sedikit meninggalkan kebiasaan jelek,
otomatis terbentuklah tabiat baru. Semakin sering, semakin baik.
Terapi Mental
Agaknya masih banyak orang yang sedang penyakit mental. Pikiran bawah
sadarnya banyak kena “racun”. Malangnya, dirinya sendiri yang meracuni. Tanpa
pernah ia sadari. Itulah mereka yang suka keluh kesah, senantiasa berputus asa,
merasa tak sanggup melakukan sesuatu sebelum dicoba, dsbnya.
Setiap ucapan yang keluar dari mulut, setiap tindakan yang kita kerjakan tak
pernah dilupakan oleh sang bawah sadar. Apapun bentuknya. Kata-kata yang
kita ucapkan akan terus direkam dalam memori Jin Ifrid (bawah sadar kita itu).
Ya, tanpa sengaja kita telah memberi input “negatif” pada pikiran bawah sadar
kita.
Kalau ini sering dilakukan, itu berarti kita berusaha meyakinkan “bawah sadar”
kita. Jin itu akhirnya menganggukan kepalanya jua.
Kalau begitu, apakah pikiran bawah sadar itu berbahaya? Hingga patut pula
dibunuh? Tidak usah. Janganlah berperang dengannya. Cobalah pandai-pandai
berdiplomasi, bercengkrama secara santai, sehingga perlahan-lahan tapi pasti,
terwujudlah suatu hasil yang positif. Ia akan cenderung menyedot hal – hal yang
tak diinginkan. Ini jelas tidak menguntungkan.
Akhirnya patut disadari, jin Ifrid itu bukan makhluk lain. Ia adalah kemampuan
besar yang misterius dari pikiran kita sendiri. Selama ini ia telah banyak
membantu kita. Sejak kita lahir, ia senantiasa menunggu titah kita untuk ia
kerjakan dengan patuh, demi kesuksesan kita. Ia bukan milik orang lain. Ini
adalah milik kita. Kita lah tuannya…