Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
tujuan dari penulis, dalam mengadakan penelitian terhadap suatu masalah yang
akan ditelitinya. Demikian halnya dengan penyusunan skripsi ini, tidak terlepas
dari permasalahan tersebut diatas sesuai dengan maksud dan tujuan, situasi atau
Sebagaimana kita ketahui bahwa pada akhir-akhir ini tindak pidana yang
dilakukan oleh anak atau remaja semakin meningkat, meresahkan masyarakat dan
remaja tersebut. Hal ini dapat kita ketahui melalui berbagai mass media yang
antara lain : radio, surat kabar, televisi, majalah, serta media cetak lainnya dan
bahkan dari internet yang memberi kita informasi mengenai masalah kejahatan
menyebutkan bahwa pengertian remaja adalah suatu batasan usia dengan rentang
usia antara 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 21 (dua puluh satu) tahun.
2
belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sehingga dalam
batasan konsep penulisan hukum ini adalah bagi anak / remaja dalam rentang usia
antara 13 – 21 tahun.
oleh anak atau remaja, dan dapat dikategorikan kepada perbuatan yang dapat
meresahkan masyarakat :
lingkungan masyarakat.
Bebas.
Karena remaja sebelum menginjak masa remajanya, tentu melewati masa anak-
anak yang tidak terlepas dari bimbingan orang tua dan juga keberadaan
lingkungan tempat tinggalnya. Dalam hal ini penulis analisa bahwa masa anak-
anak adalah cikal bakal yang akan membentuk kepribadian menjadi remaja yang
dewasa dan berbudi luhur bila pada masa anak-anak mereka dididik dengan baik,
teratur, diberi kasih sayang dan perhatian yang cukup. Sebaliknya apabila pada
masa anak-anak kurang atau tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari
orang tuanya, maka kelak anak tersebut dapat menjadi remaja yang kurang
menyebabkan anak atau remaja tersebut terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif.
1. Kondisi pertumbuhan.
2. Kerusakan syaraf.
3. Tidak memperhatikan kebutuhan anak.
4. Pendidikan buruk.
5. Faktor perasaan.
6. Penyakit kejiwaan.
7. Faktor kesehatan.
8. Faktor kejiwaan.
9. Faktor peraturan.
10. Faktor ajaran buruk.1
tidak terlepas dari generasi muda sebagai penerus cita-cita luhur bangsa Indonesia.
Oleh karena itu mutlak diperlukan adanya pembinaan generasi muda sesuai
1
Ali Qaimi, Keluarga & Anak Bermasalah, Cahaya, Bogor, 2002, hal. 33.
4
Pancasila (sebagai falsafah ideologi Negara dan bangsa Indonesia) serta Undang-
manusia yang baik mental maupun spiritualnya, dalam arti kata manusia yang
menjadi warga Negara yang baik serta menjadi warga dunia yang baik pula serta
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Generasi muda khususnya generasi
dan kewajibannya sebagai warga negara yang baik, agar tercipta dan tercapainya
masyarakat adil dan makmur serta sejahtera tentram berdasarkan kepada Pancasila
generasi muda ini, perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh anak atau remaja
3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak dan Undang-Undang No. 23 tahun 2002
5
anak atau remaja berkurang. Sehingga nantinya dapat terlihat intensitas peran
suatu rumah tangga dan pengaruhnya terhadap kenakalan anak atau remaja serta
maupun baik-buruknya sikap dan tingkah laku seorang anak atau remaja dalam
seluruh sektor kehidupan baik itu ekonomi, sosial dan budaya masyarakat.
Perkembangan dan perubahan yang terjadi antara lain adalah perubahan dari
industri, perdagangan dan jasa. Hal ini juga dilecut oleh adanya dampak
globalisasi yang secara tidak langsung juga mempengaruhi gaya hidup masyarakat
orientasi pekerjaan masyarakat desa di usia yang produktif dari pertanian ke non-
pertanian, mendorong lajunya migrasi secara besar-besaran dari desa ke kota. Hal
Tetapi di sisi lain kondisi pendidikan di daerah pedesaan pun lebih mengarah
Wilayah Kota Bekasi yang merupakan salah satu bagian dari daerah
perdagangan dan jasa hingga terpenuhinya sarana dan prasarana umum, seolah-
olah menjanjikan kesejahteraan bagi para penduduk dan juga para pendatang.
Dengan sendirinya, dari tahun ke tahun populasi penduduk kota bekasi mengalami
menempati sudut-sudut kota yang padat, kumuh dan berbagai keterbatasan serta
Dampak dari perubahan sosial yang pesat ini dapat di lihat pada sikap dan
salah satu akibat yang harus diterima oleh masyarakat yang sedang membangun,
berbuah timbulnya suatu kejahatan dewasa ini menjadi suatu permasalahan yang
apabila masalah kenakalan anak atau remaja ini dianggap sebagai permasalahan
7
nasional, yang harus ditanggulangi secara efektif dan sedini mungkin oleh bangsa
Indonesia pada umumnya. Pemerintah dan instansi yang terkait dengan masalah
kenakalan anak atau remaja pada umumnya, adalah pihak yang sangat berperan
dalam penanggulangan kejahatan yang disebabkan oleh anak atau remaja tersebut.
Sehingga pada akhirnya akan tercapai tujuan bersama yaitu adanya suatu
kehidupan yang adil dan makmur serta menyelamatkan para generasi muda
Indonesia sebagai asset bangsa dan Negara yang nilainya sangat berharga.
B. Perumusan Masalah
penulis kemukakan dan berkaitan erat dengan materi penelitian yang akan penulis
C. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan ilmiah pastilah mempunyai makna dan tujuan yang hendak
Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan Subyektif.
Hukum.
2. Tujuan Obyektif.
hukum.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa.
9
penangulangannya.
2. Bagi Masyarakat.
E. Tinjauan Pustaka
Kenakalan anak atau remaja yang pada zaman yang semakin modern ini
dikhawatirkan pada masa depan bangsa dan Negara Indonesia kelak. Hal ini
tentunya menjadi suatu permasalahan pokok, karena anak atau remaja merupakan
dan bernegara dimasa depan nanti. kenakalan anak atau remaja yang dilakukan
dapat berupa kenakalan yang berkelompok. Hal ini dapat diketahui dengan
banyaknya jumlah pelaku kejahatan yang dilakukan oleh anak atau remaja yang
terjadi di dalam masyarakat. Berikut adalah contoh yang dapat penulis kemukakan
10
dari bentuk kenakalan anak atau remaja yang berpotensi menimbulkan kejahatan
umum.
luka baik itu secara fisik ataupun non-fisik hingga kejahatan yang
juga yang beraksi dengan beringas. Parahnya lagi yang membajak itu adalah para
pelajar yang baru berusia belasan tahun. Kok bisa tunas-tunas bangsa berwatak
lebih memprihatinkan ketimbang kejahatan yang dilakukan oleh anak atau remaja
secara individu. Hal ini dapat disebabkan karena dengan cara berkelompok
mereka lebih berani dalam melakukan kejahatan, dan dengan melakukan secara
berkelompok mereka merasa lebih jantan, merasa disegani satu sama lainnya dan
2
Subhan SD, Danger Zone Jalanan, Perempatan, & Kawasan Rawan di Jakarta, Cetakan
pertama, Gagas Media, Jakarta, 2003, hal 151.
11
remaja.
orang dewasa, kejahatan yang dilakukan oleh anak atau remaja ini, sudah barang
3
Hasballah M Saad, Perkelahian Pelajar : Potret Siswa SMU di DKI Jakarta, Galang Press,
Yogyakarta, 2003, hal 11, Dikutip dari Henry Clay Lindgren, Educational Psychology in the
classroom (5 th ed.), New York, John Wiley & Sons Inc, 1976, hal 98.
4
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, Cetakan ketiga, PT.Raja Grafindo Perkasa, Jakarta,
2000, hal.200-201.
12
1. Kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial serta tidak diatur dalam
undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai
pelanggar hukum.
2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai
dengan undang-undang dan hukum yang berlaku. Hal ini sama dengan
perbuatan melanggar hukum bilamana perbuatan itu dilakukan oleh orang
dewasa5.
Juvenile Delinquency “, terlalu sering dilakukan oleh anak atau remaja terhadap
lingkungannya. Hal ini dapat disebabakan karena anak atau remaja tersebut
sedang dalam proses mencari jati diri untuk menjadi manusia dewasa. Dilain sisi,
kenakalan tersebut adalah sebuah bentuk kebebasan yang tidak terkontrol oleh
tentunya mengalami trend pola pikir dan gaya hidup yang cenderung bebas.
alasan lain mengapa dapat timbul kejahatan anak atau remaja. Tingkat pergaulan
dengan sesama dapat menentukan kehidupan anak atau remaja tersebut. ”Dengan
kata lain, ada kesenjangan ekonomi, sosial dan budaya yang terpapar setiap hari.
Kesenjamgan sosial yang tajam dan empirik telah menimbukan perasaan cemburu
5
Ibid., Hal 200.
13
bagi yang tidak mampu dan pada gilirannya dapat pula menimbulkan perilaku
bekal dan kehidupannya agar jangan sampai terjerumus kedalam hal-hal yang
karena antara yang satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan karakter, sikap
dan tindakan. Perbedaan diantara anak atau remaja inilah yang dapat menjadi
penghambat tumbuhnya anak atau remaja yang baik budi pekertinya. Selain itu
diperlukan juga adanya kemantapan dalam mendidik anak atau remaja, agar dapat
berkembang dengan baik dan menjalin kontak pengertian antara pendidik dengan
pada perilaku yang bertentangan dengan perbuatan pidana, secara teori diajukan
terpenting adalah :
8
A. Ridwan Halim, Tindak Pidana Pendidikan (Suatu Tinjauan Filosofis-Edukatif), Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1985, hal.31 - 32.
15
sebuah keluarga sebagai ruang terkecil pembentuk kepribadian dan sikap anak /
Semakin baik keluarga yang ada, maka semakin rendah tingkat kenakalan anak /
remaja atau kualitas kenakalan semakin rendah dan baik pula anak / remaja yang
berfungsi sosial secara positif dan adaptif bagi sebuah keluarga salah satunya jika
9
Soedjono Dirdjosisworo, Penanggulangan Kejahatan, Cetakan ketiga, Alumni, Bandung, 1983,
hal 152-153.
16
F. METODE PENELITIAN
1. Tipe penelitian.
Yaitu penelitian yang berdasarkan apa yang terdapat dalam buku maupun
skripsi ini.
2. Pendekatan penelitian
a. Quisioner tertutup.
b. Wawancara.
c. Studi Dokumen.
penelitian dilapangan.
4. Lokasi penelitian.
5. Responden.
Bekasi.
b. Muhammad Ali Als ILAY bin Mamit, sebagai pelaku kejahatan anak.
Negeri Bekasi.
6. Analisa data.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Skripsi ini di bagi dalam 5 (lima) Bab terdiri dari sub-sub bab yang
diuraikan secara terperinci dan disusun secara hierarki. Sehingga yang satu
dengan yang lainnya saling berhubungan erat, serta uraian terdahulu dijabarkan
BAB II
berada dalam kandungan sampai dengan masa kelahiran terlihat bahwa setiap
orang akan mengalami perubahan. Bila dilihat dari perubahan fisik, biasanya
perubahan tersebut hampir sama antara satu dengan lainnya. Seolah-olah ada
batas-batas perubahan yang sama antara satu dengan yang lainnya, selama proses
perkembangan antara pria dengan wanita terlihat perbedaan karena kodratnya. Hal
ini disebabkan mulai bekerjanya kelenjar kelamin pada setiap remaja. Masa
remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khas
dan perannya yang menentukan dalam kehidupan dan lingkungan orang dewasa.
selalu menarik, hal ini disebabkan karena kenakalan anak atau remaja akan selalu
terjadi pada setiap generasi bangsa. Apabila berbicara tentang anak atau remaja,
remaja?.
saja. Karena di samping belum ada kesepakatan pendapat diantara para ahli
pada keadaan masyarakat di mana remaja tersebut hidup dan bergantung dari
Kartono), remaja adalah suatu tingkatan umur, dimana seorang anak tidak lagi
bersikap seperti anak-anak, tetapi belum dapat juga dipandang sebagai orang
dewasa. Jadi seorang anak atau remaja adalah batasan umur yang menjembatani
Pada masa remaja ini adalah merupakan masa-masa yang rawan bagi suatu
generasi. Karena pada masa ini remaja ditempatkan disuatu pilihan menuju tahap
negatif yang dapat membuat remaja tersebut terperosok ke dalam kenakalan. Oleh
dari itu masalah kenakalan anak atau remaja ini bukanlah merupakan masalah
yang baru pada tiap-tiap kehidupan generasi bangsa, serta dapat dipastikan bahwa
pada masa-masa ini akan timbul suatu bentuk kenakalan antara satu dengan yang
tersebut tidaklah sama antara generasi satu dengan seterusnya, ada kemungkinan
nakal.
1. Batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah dua puluh
satu tahun, sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental
atau belum pernah melangsungkan perkawinan.10
2. Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua
puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu menikah. Apabila perkawinan
10
Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta :
Departemen Agama RI-Badan Pembinaan kelembagaan Agama Islam), 2000. hal. 50.
22
dibubarkan sebelum umur mereka genap dua puluh satu tahun, maka
mereka tidak kembali lagi dalam kedudukan belum dewasa.11
3. Belum cukup umur (minderjarig) karena melakukan perbuatan sebelum
umur enam belas tahun.12
4. Menurut Hukum Adat “anak-anak dibawah umur” adalah mereka yang
belum menunjukkan tanda-tanda fisis yang konkrit, bahwa ia telah
dewasa.13
Remaja adalah usia transisi seorang individu yang telah meninggalkan usia
kanak-kanak, yang lemah dan penuh ketergantungan akan tetapi belum
mampu ke usia dewasa yang kuat dan penuh tanggung jawab baik terhadap
diri sendiri maupun masyarakat. Banyaknya masa transisi ini bergantung
kepada keadaan dan tingkat sosial masyarakat dimana ia hidup. Selain itu
harus mempersiapkan diri untuk mampu menyesuaikan dengan masyarakat
yang banyak syarat dan tuntutannya. Namun demikian secara sederhana dan
umum menurut masyarakat maju, masa remaja itu lebih kurang antara 13
tahun dan 21 tahun.14
11
R. Subekti dan R. Tjitrosudibjo, Cetakan keduapuluh dua, Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 1990. hal. 76.
12
Moeljatno, Cetakan keduapuluh satu, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bumi Aksara,
Jakarta, 2001. hal.22.
13
Soedjono Dirdjosisworo, Op. Cit., hal. 230.
14
Zakiah Darajat, Pembinaan Remaja, Bulan Bintang, Jakarta, 1982, hal. 10.
23
mencakup semua orang yang masih muda usianya. Kenakalan anak atau remaja
berarti hal-hal yang berbeda bagi individu-individu yang berbeda dan ini berarti
Dalam hal ini hampir segala bentuk perbuatan anak atau remaja yang
nyata bersifat melawan hukum dan anti sosial tidak disukai oleh masyarakat atau
bahkan pula dapat merugikan orang lain dapat disebut sebagai kenakalan anak /
Kenakalan berasal dari kata nakal. Kata nakal mempunyai dua arti yaitu :
secara sadar dan sengaja, serta kenakalan secara tidak sadar dan tanpa sengaja.
15
B. Simanjuntak, Latar Belakang Kenakalan remaja Etiologi Juvenile Delinquency, Alumni,
Bandung, 1979. hal. 20.
16
Ali Qaimi, Op. Cit., hal. 20 - 21.
24
dalam lingkungan berbangsa dan bernegara. Faktor lainnya yang tidak boleh
ini.
(KUHP).
menunjukkan bahwa sering kali terjadi perbuatan melawan hukum dilakukan oleh
anak atau remaja. Di samping itu anak atau remaja yang melakukan perbuatan
melawan hukum sering kali melakukan delik kekerasan yang pada akhirnya
kejahatan yang berakibat pada kejahatan terhadap nyawa dan jasmani seseorang.
25
Tidak kalah seringnya kenakalan yang dilakukan oleh anak atau remaja tersebut
lebih luas cakupannya. Kenakalan anak atau remaja tersebut saat ini meliputi
maupun keluarga. Sebagai contoh dari kenakalan ini antara lain : mencorat-coret
atau remaja yang memusuhi orang tuanya atau perbuatan-perbuatan lainnya yang
Kenakalan dalam diri seorang anak atau remaja merupakan perkara yang
lazim terjadi. Tidak seorang pun yang tidak melewati tahap / fase negatif ini atau
sama sekali tidak melakukan perbuatan kenakalan. Masalah ini tidak hanya
menimpa beberapa golongan anak atau remaja di suatu daerah tertentu saja.
Dengan kata lain, keadaan ini terjadi di setiap tempat, lapisan dan kawasan
masyarakat.
Antara lain, adanya ketidak laziman yang berkenaan dengan pola makan,
26
Bentuk kenakalan anak atau remaja terbagi mengikuti tiga kriteria, yaitu :
tingkat penyesuaian dengan titik patahan yang tinggi, medium dan rendah.
instinktual, dan mental. Semua itu dapat saling berkombinasi. Misalnya berkenaan
mental, dan hasilnya menampilkan suatu bentuk anak atau remaja yang agresif,
serakah, pendek pikir, sangat emosional dan tidak mampu mengenal nilai-nilai
1. Kenakalan biasa.
3. Kenakalan khusus.18
17
Kartini Kartono, Cetakan Keenam, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2005, hal. 47..
18
Akirom Syamsudin Meliala dan E, Sumarsono, Cetakan Pertama, Kejahatan Anak Suatu
Tinjauan Dari Psikologi dan Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1985, hal. 11.
27
lain sebagainya.
Remaja.
Kenakalan anak atau remaja tidak timbul dan ada begitu saja dalam setiap
faktor dari dalam diri anak / remaja tersebut, faktor keluarga, lingkungan dan hal-
hal lainnya yang dapat mempengaruhi seseorang anak itu melakukan kenakalan.
suatu keadaan yang berdiri sendiri. Kenakalan anak / remaja tersebut timbul
karena adanya beberapa sebab dan tiap-tiap sebab dapat ditanggulangi dengan
cara-cara tertentu. Pada pendahuluan skripsi ini telah disinggung beberapa faktor-
1. Kondisi pertumbuhan.
Adakalanya kenakalan seorang anak / remaja terjadi pada tahap-tahap
pertumbuhannya. Sebagaimana yang sering kita saksikan, pada tahapan-
tahapan tertentu, sang anak mulai menunjukkan kemandiriaannya dan
tidak bersedia terikat dengan aturan apapun. Ia berusaha menundukkan
orang lain dan menolak mengikuti setiap perintah. Dalam mencapai
kemandiriannya, sang anak melakukan kenakalan dan berulah tertentu
demi melancarkan protes (dengan kata-kata) atau kritikan. Dengan cara
seperti inilah, ia ingin menunjukkan kepribadiannya. Kenakalan seperti ini
harus segera diperbaiki. Dan sang anak harus segera dikembalikan ke
dalam kondisinya yang normal dan alamiah.
2. Kerusakan syaraf.
Sebagian anak-anak, dikarenakan kerusakan syarafnya, selalu mempersulit
keadaan, bersikap sensitif, dan senang mencari-cari alasan. Ia memiliki
banyak keinginan dan ingin segera mewujudkannya tanpa melalui
pertimbangan yang matang. Ketika keinginannya dihambat, ia akan
berulah dan berbuat nakal. Kerusakan syaraf ini besar kemungkinan
berasal dari faktor genetik atau kondisi lingkungan yang kurang baik. Atau
terkadang bersumber dari sejumlah penyakit lainnya.
4. Pendidikan buruk.
Dalam hal ini bisa dianggap pendidikan yang salah kaprah, berhubungan
dengan cara pendidikan anak yang keliru, yang kemudian menimbulkan
pelbagai dampak (buruk).
Adakalanya seorang ibu terlampau berlebihan dalam mencurahkan
perhatian dan kasih sayang kepada anak-anaknya. Ini menjadikan sang
anak bersikap manja dan tergantung kepadanya. Ketika sang anak
menangis, ibunya berusaha menghentikan tangisnya dengan cara
memenuhi keinginannya. Itu dilakukan agar sang anak menjadi terdiam
dan tidak menangis lagi. Namun, pada masa-masa berikutnya, semua itu
akan menjadi kebiasaan (buruk) bagi sang anak. Sikap inilah yang memicu
sang anak untuk menangis, berbuat nakal, dan menentang perintah.
5. Faktor perasaan.
Seorang anak pada umumnya haus akan kasih sayang orang tuanya serta
merindukan seseorang yang mau mencurahkan perhatian kepadanya.
Namun, sewaktu merasa kasih sayang yang diberikan orang tua kepadanya
masih kurang, sang anak akan berusaha dengan berbagai macam cara
untuk menarik perhatian dan kasih sayang orang tuanya itu. umpama,
berpura-pura terjatuh ke tanah dan menangis sedih. Ia tak akan berhenti
melakukannya sampai dirinya memperoleh kasih sayang yang
diharapkannya.
Apabila kondisi seperti ini terus dibiarkan, sementara kedua orang tuanya
tidak kunjung memperhatikan kebutuhannya, niscaya ia akan melakukan
kenakalan. Lebih dari itu, kondisi kejiwaan sang anak akan berada dalam
bahaya dan akan dihinggapi sifat dengki atau merasa terasing di tengah-
tengah keluarganya sendiri. Untuk melawan kondisi semacam ini, sang
anak akan selalu berbuat nakal sampai ibunya mencurahkan perhatian dan
kasih sayang kepadanya.
6. Penyakit kejiwaan.
Sebagian penyakit kejiwaan direfleksikan dalam bentuk kenakalan,
mencari-cari alasan, dan berprasangka buruk. Barangkali, masih terlalu
dini bagi kita untuk membahas soal penyakit kejiwaan anak-anak. Namun
kita tidak boleh lupa bahwa sebagian anak-anak telah terjangkiti sindrom
skizofrenia.
Di antara ciri dari sindrom atau penyakit ini adalah sikap mengasingkan
diri secara ekstrem, hanyut dalam kesedihan dan kegundahan hati, serta
membatasi dunia kehidupannya sendiri. Dalam beberapa keadaan,
penderitanya seringkali menangis tanpa sebab. Dan sewaktu anda bertanya
kepadanya tentang penyebab tangisnya, ia akan segera tutup mulut dan
tidak berbicara sepatah kata pun kepada anda. Ia akan selalu berusaha
30
7. Faktor kesehatan.
Dalam beberapa keadaan, kenakalan seorang anak timbul lantaran faktor
kesehatan. Misalnya, tiba-tiba anda melihat anak anda berteriak lantaran
hal sepele, kemudian menangis dan membuat kegaduhan. Tanpa meneliti
penyebabnya, anda langsung marah atau jengkel dan bahkan memukulnya.
Namun selang beberapa saat, barulah anda mengerti ternyata anak anda itu
tengah menderita sakit gigi atau telinganya berdarah. Sementara ia belum
sempat menjelaskan keadaannya itu kepada anda. Penelitian menunjukkan
bahwa kondisi kesehatan dan kenakalan anak saling terkait satu sama lain.
8. Faktor kejiwaan.
Faktor kejiwaan tidak identik dengan penyakit kejiwaan. Namun lebih
dimaksudkan dengan keinginan terhadap sesuatu yang bersumber pada
sifat dasar manusia, seorang anak menghendaki kebebasan dan
kemandirian, tercapainya tujuan tertentu, serta bergaya hidup tersendiri.
Namun, sewaktu merasa kedua orang tuanya menghalangi keinginannya,
ia lantas memikirkan cara untuk menyingkirkan penghalang tersebut.
Kalau merasa tak sanggup menghancurkan penghalang dengan kata-kata
atau logika, maka sang anak akan menempuh cara lain demi meraih
tujuannya itu. dan demi kesuksesannya, ia tak akan sungkan-sungkan
menggunakan cara-cara yang menyimpang.
9. Faktor peraturan.
Dalam beberapa keadaan, penyebab kenakalan dan kekeraskepalaan anak-
anak berasal dari peraturan yang diberlakukan orang tua yang mempersulit
keadaannya. Ya, pemaksaan kehendak hanya akan mendorong sang anak
berani menentang atau melawan perintah orang tua.
Mencampuri urusan anak dan membatasi kebebasannya juga dapat
memicu kenakalan anak, khususnya bagi yang masih berusia 2,5 hingga
tiga tahun. Memaksakan anak untuk makan atau tidur serta mengenakan
pakaian tertentu, terlebih dengan menyertakan ancaman tertentu,
merupakan faktor lain yang mendorong anak berbuat nakal.
hari dapat penulis analisa karena beberapa faktor yang telah dijelaskan diatas,
cenderung melakukan hal-hal yang melanggar peraturan, dilain sisi anak tersebut
buruk dan Faktor ajaran buruk, yang mempengaruhi anak / remaja tersebut
terjerumus dalam ajaran yang sesat, menyalahi peraturan dan bertindak diluar
batas-batas kewajaran. Faktor perasaan dan Faktor kejiwaan, yang dalam hal ini
setiap perbuatan nakal anak / remaja tersebut berawal dari kondisi psikologis
mereka yang ditimbulkan dari rasa penasaran terhadap sesuatu tetapi mendapatkan
hambatan dari pihak lain. Dan faktor peraturan, yang membuat gerak-gerik
perbuatan sang anak dipersulit. Dalam hal ini keputusan orang tua yang terlalu
atau tidak suatu sistem atau struktur kehidupan tertentu, tetapi pada hakikatnya
karena situasi dan kondisi menyebabkan individu atau kelompok tersebut lebih
Selain faktor-faktor diatas, masih banyak lagi faktor lainnya ; seperti tidak
19
Ali Qaimi, Op. Cit., hal. 33 - 37.
32
sang anak tidak merasa aman tinggal di rumah, tidak adanya kemampuan orang
merupakan salah satu faktor yang berperan besar. Hal ini disebabkan karena
lingkungan paling kuat dalam membesarkan anak dan terutama bagi anak yang
belum sekolah. Oleh karena itu keluarga memiliki peranan yang penting dalam
perkembangan anak, sedangkan keluarga yang jelek atau buruk akan berpengaruh
negatif. Oleh karena sejak kecil anak atau remaja dibesarkan oleh keluarga dan
kedewasaan anak atau remaja adalah di dalam keluarga, maka sudah sepantasnya
keluarga.
kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja
33
keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat
jasmani dan rohani. Selain itu, lingkungan pendidikan nasional Indonesia juga
harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta pada tanah air,
dengan itu dikembangkan iklim belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan
rasa percaya diri sendiri serta sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif.
maupun tidak langsung terhadap peserta didik. Hal ini timbul karena dalam
lingkungan sekolah terdiri dari berbagai macam karakter anak. Sesuai dengan
Di lain sisi ada beberapa faktor-faktor lain yang dapat memicu terjadinya
kenakalan anak atau remaja. Faktor pemicu tersebut terdiri dari faktor pemicu
Upaya Penanggulangannya.
tingginya tingkat delinquency, hal ini diperparah lagi dengan lemahnya dan
masyarakat serta masih lemahnya penegakan hukum oleh aparat yang berwenang.
Perlindungan terhadap anak juga menjadi satu alasan, bahwa dengan melindungi
Akibat yang timbul dari kenakalan anak atau remaja ini, memunculkan
sikap was-was dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap kegiatan pasti akan selalu
diliputi dengan rasa prasangka dan curiga warga masyarakat akan timbulnya
kejahatan. Di lain pihak, kejahatan yang dilakukan anak atau remaja ini dapat
adanya penyesalan akibat kejahatan yang telah dilakukan, ditolak, diabaikan dan
menjadi penghayal, sakit fisik dan mental, agresif dan lari dari semua kenyataan
hidup. Oleh karena kenakalan anak atau remaja ini menyebabkan keguncangan
dalam sosial masyarakat, maka dapat terjadi pula tingkat kehidupan sosial yang
atau remaja.
makmur. Pembinaan terhadap anak atau remaja, sebagai bibit masa depan bangsa
dan negara sangatlah harus dikedepankan. Hal ini merupakan sebuah bentuk
mengenai kenakalan anak atau remaja yang dapat menimbulkan tindak kejahatan
mendewasakan dan mendidik seorang anak atau remaja menjadi manusia dewasa
eksternal yang menjadi stimulus atau rangsangan terhadap respon yang akan
muncul pada anak atau remaja tersebut. Setiap stimulus / rangsangan dapat
memberikan kepuasan atau ketidakpuasan pada diri anak atau remaja yang
bersangkutan, dan ini menjadi salah satu dasar yang dapat mempengaruhi
Pihak-pihak yang terdapat di dalam keluarga, baik itu orang tua, wali
yang bersifat biologis maupun yang bersifat psikologis. Anak atau remaja di
dalam hidupnya perlu makan, minum, pakaian dan kebutuhan lainnya. Di samping
itu mereka juga memerlukan kasih sayang serta rasa aman dalam keluarga, juga
perlakuan adil dari kedua orang tua sangat mereka harapkan. Keluarga memiliki
peranan untuk menanamkan disiplin bagi anak sejak kecil agar setelah dewasa hal
tersebut dapat menjadi kebiasaan dan menjauhkan dari bentuk delinquency. Maka
disiplin pribadi yang baik, mentaati norma-norma dalam keluarga sebagai dasar
berada. Dalam kaitan ini, lingkungan mencakup arti yang luas, termasuk
lingkungan fisik dan sosial. Lingkungan (milieu) adalah semua benda dan materi
20
Hasballah M Saad, Op. Cit.,hal. 27.
37
masyarakat juga memiliki peran dalam menciptakan disiplin anak atau remaja.
Kehidupan bermasyarakat juga tidak terlepas dari berbagai proses sosial, karena
dalam lingkungan masyarakat ini, anak atau remaja dipengaruhi secara tidak
membawa ikatan norma hidup dan perilaku yang berbeda ataupun bertentangan
antara yang satu dengan yang lainnya. Suasana ini selain menimbulkan culture
dengan lainnya, maka tidak mengherankan kalau pada suatu saat timbul
lainnya, bagaikan orang berjalan dalam gelap gulita tanpa adanya penerangan.
Kondisi ini dapat menciptakan suatu kelabilan psikologis, apalagi bagi seorang
38
anak atau remaja yang telah terpengaruh oleh lingkungannya, maka dia pun tidak
lingkungan yang menjadi pengaruh bagi perkembangan seorang anak atau remaja
ronda malam untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, dalam hal ini berupa
masyarakat yang berdisiplin, bertanggung jawab dan taat kepada hukum melalui
dari perannya sebagai pencipta keamanan dan ketertiban dari kebijakan yang
oleh pemerintah, hendaknya tidak hanya menjadi kepentingan pihak tertentu saja.
berbangsa dan bernegara tidaklah dapat berjalan dengan baik. Malah ada
kemungkinan besar akan tercipta berbagai macam konflik sosial yang dapat
kejahatan yang disebabkan oleh anak atau remaja ini. Anak atau remaja adalah
bibit yang dikemudian hari akan menjadi pemimpin dari negara Indonesia ini. Jika
keberadaan anak atau remaja tidak diperhatikan dengan baik oleh pemerintah,
dilakukan oleh anak atau remaja adalah sebagai akibat dari bergesernya kehidupan
dalam masyarakat. Jika masyarakat berubah atau bergeser, maka kejahatan pun
akan selalu ada seiring dengan perubahan masyarakat tersebut, suatu hal yang
remaja :
atau hukuman.
BAB III
anak atau remaja yang dapat menimbulkan kejahatan ini telah memperoleh
pedoman yang baku dalam hukum. Pertama-tama adalah hukum pidana yang
pengaturannya tersebar dalam beberapa pasal, dan sebagian pasal yang bersifat
embrional adalah Pasal 45, 46 dan 47 KUHP. Di samping itu KUH Perdata pun
mengatur tentang kenakalan anak atau remaja terutama dalam Pasal 302 dan
segala pasal yang ditunjuk serta terkait dengan masalah kenakalan anak atau
remaja ini. Kondisi dualistik tersebut membawa konsekuensi logis yang berbeda
Kenakalan anak atau remaja yang melawan kaedah hukum tertulis yakni
oleh anak atau remaja di bawah usia 16 tahun, KUHP Indonesia mengaturnya
“Dalam hal penuntutan pidana terhadap orang yang belum dewasa karena
melakukan suatu perbuatan sebelum umur 16 tahun, hakim dapat menentukan,
memerintahkan supaya yang bersalah dikembalikan kepada orang tuanya, wali
atau pemeliharanya tanpa pidana apapun, atau memerintahkan supaya yang
bersalah diserahkan kepada pemerintah tanpa pidana apapun, jika perbuatan
merupakan kejahatan atau salah satu pelanggaran berdasarkan pasal-pasal ;
42
489, 490, 492, 496, 497, 503, 505, 514, 517, 519, 526, 531, 532, 536, dan 540,
serta belum lewat dua tahun sejak dinyatakan bersalah karena melakukan
kejahatan atau pelanggaran tersebut di atas, dan putusannya menjadi tetap,
atau menjatuhkan pidana pada yang bersalah”.21
memuat beberapa ketentuan yuridis mengenai anak atau remaja di bawah usia 16
kemungkinan yang dapat dipilih oleh hakim di dalam membuat atau memberi
putusan apabila :
1. Anak yang dituntut belum cukup umur (minderjarig) atau lebih dikenal
belum dewasa.
2. Tuntutan tersebut mengenai perbuatan pidana yang telah dilakukan oleh
anak yang bersangkutan pada waktu ia belum berumur 16 tahun dan
penuntutan tersebut hanya dapat dilakukan sebelum anak mencapai umur
18 tahun.
3. Perbuatan tersebut merupakan : Kejahatan-kejahatan kekerasan, pencurian,
penipuan, penggelapan dan pemerasan. Salah satu pelanggaran dalam
pasal 489, 490, 492, 496, 497, 503, 505, 514, 517, 519, 526, 531, 532, 536,
dan 540 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia.
4. Belum kadaluwarsa, yakni belum lewat dua tahun sejak dinyatakan
bersalah karena melakukan kejahatan atau salah satu pelanggaran
sebagaimana ditunjuk oleh pasal 45 KUHP dan putusannya menjadi
tetap.23
21
Tim Penterjemah Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman, KUHP, hal. 31.
22
Sudarsono, Kenakalan Remaja, Cetakan Pertama, Rineka Cipta, Jakarta,1990, hal. 17.
23
. Ibid, hal. 24.
43
dapat membuat putusan berupa salah satu dari tiga kemungkinan yakni :
1. Anak yang bersangkutan dikembalikan kepada orang tua atau wali atau
pengasuhnya tanpa dijatuhi pidana apapun.
2. Hakim memerintahkan agar anak tersebut diserahkan kepada pemerintah
dan tidak dijatuhi pidana apapun.
3. Hakim dapat menjatuhkan pidana.24
Kaitan dalam hal ini jika anak / remaja tersebut menjalani hukuman
penjara, maka ia menjalani pidana penjara tersebut ditempat yang khusus untuk
anak-anak / remaja. Dalam hal anak / remaja diserahkan kepada pemerintah dan
tidak dijatuhi hukuman pidana ketentuan lebih lanjutnya diatur dalam Pasal 46,
yaitu :
dalam hal ini terdapat beberapa pengecualian yang diatur secara formal dalam
24
Ibid, hal. 26.
25
Ibid, hal. 27.
26
Ibid, hal. 28.
44
atau remaja di bawah usia 16 tahun, maka pelakunya tidak dapat dipidana. Jika
dalam persidangan ternyata hakim dapat memberikan bukti-bukti yang sah dan
meyakinkan tentang kesalahan anak atau remaja sebagai terdakwa, dalam hal
ternyata putusan hakim dalam menyidangkan anak atau remaja di bawah umur 16
tahun Hakim tidak menjatuhkan pidana, hal ini berarti putusan hakim
menyimpang dari asas hukum pidana. Putusan hakim dalam ketentuan Pasal 45
dan tujuan hukum positif. Apabila hakim menjatuhkan pidana sehingga anak atau
Pemuda, akan berakibat anak atau remaja berada dalam lingkungan yang kurang
baik dan ada kemungkinan anak atau remaja tersebut bergaul dengan delinquent
yang lain. Pergaulan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak atau remaja
yang bersangkutan.
Pedoman yang paling mudah dan amat sederhana untuk mengartikan suatu
melawan Hukum, anti sosial, anti susila dan melanggar norma-norma agama yang
dilakukan oleh subyek yang masih berusia remaja yang menurut pakar psikolog
Secara yuridis formal kenakalan anak / remaja tersebut digolongkan dalam 2 (dua)
45
alternatif, yang mana meliputi pelaku kejahatan di bawah umur 16 tahun dan
atau remaja dengan menerapkan ketentuan-ketentuan yang ada dalam KUHP dan
tentang Peradilan Anak, maka tata cara persidangan maupun penjatuhan hukuman
terjadinya kejahatan anak atau remaja. Batasan umur anak atau remaja tergolong
sangat penting dalam perkara pidana, hal ini karena dipergunakan untuk
remaja atau dewasa. Mengenai batasan anak atau remaja di dalam Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 1997 ini diatur dalam Pasal 4 ayat (1) dan (2), yakni :
1. Batas umur Anak Nakal yang dapat diajukan ke Sidang Anak adalah
sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai 18 (delapan
belas) tahun dan belum pernah kawin.
2. Dalam hal anak melakukan tindak pidana pada batas umur sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan diajukan ke sidang pengadilan setelah anak
yang bersangkutan melampaui batas umur tersebut, tetapi belum mencapai
umur 21 (dua puluh satu) tahun, tetap diajukan ke Sidang Anak.
tersebut akan menjadi pegangan bagi para petugas di lapangan, agar tidak terjadi
salah tangkap, salah tahan, salah sidik, salah tuntut, maupun salah mengadili,
Dalam batasan usia ini, menurut Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor
3 Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak bagi anak / remaja yang usianya di bawah
8 (delapan) tahun melakukan atau diduga melakukan tindak pidana, maka bagi
Mengenai ketentuan hasil pemeriksaan ini dijelaskan dalam Pasal 5 ayat (2) dan
Ayat (2). Apabila menurut hasil pemeriksaan, Penyidik berpendapat bahwa anak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) masih dapat dibina oleh orang tua,
wali, atau orang tua asuhnya, penyidik menyerahkan kembali anak tersebut
kepada orang tua, wali atau orang tua asuhnya.
Ayat (3). Apabila menurut hasil pemeriksaan, Penyidik berpendapat bahwa anak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dapat dibina lagi oleh orang
47
tua, wali, atau orang tua asuhnya, Penyidik menyerahkan anak tersebut
kepada Departemen Sosial setelah mendengar pertimbangan dari
Pembimbing Kemasyarakatan.
Mengenai sanksi hukumnya, Undang-Undang Peradilan Anak telah
(dua) macam berupa pidana dan tindakan. ’Terhadap Anak Nakal hanya dapat
Sanksi hukuman yang berupa pidana terdiri atas pidana pokok dan pidana
tambahan.
a. pidana penjara;
b. pidana kurungan;
c. pidana denda; atau
d. pidana pengawasan.
Anak, kepada anak / remaja nakal yang melakukan tindak pidana dapat pula
dijatuhkan tindakan :
latihan kerja.
dapat disertai pula dengan memberikan teguran dan syarat tambahan yang
Tahun 1997 menetapkan bahwa penjatuhan pidana terdiri dari Pidana penjara,
(1) Pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, paling lama ½ (satu per dua) dari
maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa.
(2) Apabila Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf
a, melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup, maka pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada
anak tersebut paling lama 10 (sepuluh) tahun.
(3) Apabila Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf
a, belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun melakukan tindak pidana
yang diancam pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, maka
terhadap Anak Nakal tersebut hanya dapat dijatuhkan tindakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf b.
(4) Apabila Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf
a, belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun melakukan tindak pidana
yang diancam pidana mati atau tidak diancam pidana penjara seumur
hidup, maka terhadap Anak Nakal tersebut dijatuhkan salah satu tindakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24.
dijatuhkan paling lama ½ (satu per dua) dari maksimum ancaman pidana
kurungan yang ditetapkan bagi orang dewasa. Berbeda dengan penjatuhan Pidana
denda, dimana penjatuhan pidana denda ini paling banyak ½ (satu per dua) dari
49
maksimum ancaman pidana denda bagi orang dewasa. Apabila pidana denda
tersebut tidak dapat dibayar, maka diganti dengan wajib latihan kerja sebagai
pengganti denda paling lama 90 (sembilan puluh) hari kerja tidak lebih dari 4
Pidana bersyarat dapat dijatuhkan oleh hakim, apabila pidana penjara yang
dijatuhkan terhadap anak nakal tersebut paling lama 2 (dua) tahun, dan
Nomor 3 Tahun 1997 memberlakukan jangka waktu masa pidana bersyarat adalah
paling lama 3 (tiga) tahun, selama menjalani pidana bersyarat ini anak / remaja
nakal tersebut diawasi oleh jaksa dan dibimbing oleh Balai Pemasyarakatan yang
kepada anak / remaja nakal tersebut paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama
Pidana denda, Pidana bersyarat, dan Pidana pengawasan ini disesuaikan dengan
ketentuan dalam Pasal 1 angka 2 huruf a mengenai anak nakal yang melakukan
tindak pidana. Mengenai penempatan anak / remaja nakal yang diputus oleh
hakim untuk diserahkan kepada negara, maka anak / remaja yang melakukan
Anak Negara.
50
dan dapat menimbulkan berbagai permasalahan lebih lanjut, dalam hal ini
permasalahan tersebut tidak selalu dapat diatasi secara perseorangan, tetapi harus
adil terhadap anak sangat diperlukan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Pasal 1
bahwa Usaha kesejahteraan anak adalah usaha kesejahteraan sosial yang ditujukan
Republik Indonesia Tahun 1945, serta prinsip-prinsip dasar yang diatur dalam
a. nondiskriminasi;
b. kepentingan yang terbaik bagi anak;
c hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan
d. penghargaan terhadap pendapat anak.
52
anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal
dari kekerasan dan diskriminasi yang selama ini banyak terjadi kekerasan pada
anak / remaja, agar dapat mewujudkan generasi bangsa Indonesia yang sehat,
dari segala macam bentuk kekerasan ataupun kerugian baik fisik dan mental, yang
dalam kehidupannya, karena banyak anak / remaja yang dalam kehidupan sehari-
menyimpang dari kaidah-kaidah hukum adalah salah satu bentuk bahwa anak /
bagi anak / remaja yang diharapkan sebagai penerus bangsa yang potensial,
tangguh, memiliki nasionalisme yang dijiwai oleh akhlak mulia dan nilai
Pancasila, serta berkemauan keras menjaga kesatuan dan persatuan bangsa dan
negara Indonesia.
datang. Anak / remaja sebagai tunas bangsa merupakan generasi penerus dalam
pembangunan bangsa dan negara, sebagai insan yang belum dapat berdiri sendiri,
perlindungan terhadap anak agar anak / remaja tersebut dapat tumbuh dan
berkembang dengan wajar, baik rohani, jasmani maupun sosial. Kehidupan anak /
remaja yang terlindungi tentunya akan membawa efek positif bagi perkembangan
anak / remaja tersebut, sebagai salah satu upaya dalam mewujudkan kehidupan
terbelakang. Usaha perlindungan anak / remaja ini juga dilakukan dalam rangka
meningkatkan kesadaran serta kemampuan setiap warga negara untuk ikut serta
Aspek perlindungan anak / remaja ini ditujukan kepada anak / remaja yang
anak yang tidak mempunyai orang tua, wali, dan kerabat lainnya, terlantar, anak /
remaja yang tidak mampu, anak cacat, serta anak / remaja yang bermasalah
dengan hukum. Dengan pembatasan tersebut, tidak berarti bahwa anak yang tidak
Semua anak / remaja adalah sama, tetapi kita harus memperhatikan bahwa
perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan
dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi
secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi
kekerasan baik fisik dan/atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak
secara langsung dan tidak langsung. Selain menjadi korban dari pihak lain, anak /
remaja tersebut juga ada kemungkinan menjadi korban dari diri sendiri. Situasi
tersebut berlaku menyimpang dan merugikan, sebagai akibat dari buah perbuatan
pada masa modern sekarang, baik yang terdapat di negara-negara dunia ketiga
hukum yang lebih baik. Kejahatan anak / remaja ini erat sekali kaitannya dengan
kehidupan manusia dan keberadaannya tidak bisa dihindari, sehingga mau atau
remaja tersebut.
Kejahatan yang dilakukan oleh anak / remaja semakin meningkat. Anak / remaja
acapkali menyimpang dari aturan hukum. Fenomena ini menjadi pekerjaan rumah
tersendiri bagi masyarakat, institusi, aparat penegak hukum dan perangkat negara
kesengsaraan batin baik pada subyek pelaku sendiri maupun pada korbannya,
27
Kartini Kartono, Op. Cit., hal. 95-96.
28
Ibid, hal. 96-97.
58
tidak dipandang sebagai masalah yang timbul dan menimpa kelompok umur
tertentu, akan tetapi dinilai sebagai problema sosial yang muncul dari kelompok
yang menjadikan norma hukum lebih dipatuhi oleh anak remaja, antara lain :
mengerti dan memahami lebih dalam segala bentuk peraturan, sanksi, dan
larangannya. Para delinkuen hendaknya diarahkan agar lebih taat dan sadar
hukum, kesadaran akan hukum ini tidak akan tumbuh dengan sendirinya, akan
tetapi keadaan tersebut akan berevolusi seiring dengan perkembangan zaman dan
mental anak / remaja itu. Dalam tahapan yang pertama, anak / remaja hendaknya
diberikan pengetahuan yang cukup tentang hukum. Anak / remaja yang telah
terbina dengan baik oleh aturan hukum, akan lebih mengerti hukum, kemudian
29
Sudarsono, Op.Cit., hal. 111.
59
mereka akan menghargainya dan pada akhirnya anak / remaja tersebut mampu
mematuhi hukum dengan sebaik-baiknya. Dalam tingkat yang paling tinggi inilah
anak / remaja telah sanggup berperilaku sesuai dengan norma-norma hukum yang
berlaku.
Anak / remaja yang taat dan menjalani aturan hukum dengan baik, akan
menjauhkan mereka dari segala bentuk kenakalan yang bisa berakibat pada
timbulnya kejahatan. Semakin baik pola perilaku anak / remaja Indonesia, maka
BAB IV
Guna melengkapi penulisan hukum yang dilakukan ini, maka dalam bab
ini penulis menyajikan data yang diperoleh selama masa penelitian berhubungan
melalui analisa kasus yang terjadi serta penyajian dari hasil metode quesioner di
bersumber pada data Kepolisisan Polres Metro Kota Bekasi, diperoleh data yang
1. Faktor lingkungan tempat dimana para pelaku tinggal. Hal ini dapat
dibuktikan dari data yang diperoleh, bahwa pelaku tindak pidana Muhammad
yang menyimpang.
61
2. Keadaan ekonomi yang berada dibawah standar kelayakan. Faktor ini menjadi
untuk mengejar uang atau impian yang tidak bisa dicapai, sehingga pelaku
3. Keluarga yang kurang memperhatikan. Faktor ini menjadi asal mula dari
tindak pidana ini melakukan perbuatan melawan hukum sebagai akibat dari
dengan tindak pidana yang dilakukan. Berdasarkan data yang diperoleh dari
menjatuhkan sanksi pidana tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan diatur
putusan lebih ringan dari yang ditetapkan dalam Undang-undang. Dalam hal ini
lebih ringan dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum atau ketentuan Perundang-
62
undangan adalah karena anak / remaja tersebut dapat dibina, diperbaiki tingkah
dan agar hukuman yang dijatuhkan majelis hakim sekalipun lebih ringan dapat
terhadap pelaku kejahatan anak / remaja, dalam hal ini kepada Muhammad Ali
dan Cipto Triyoko lebih ringan dari sanksi dalam Peraturan Perundang-undangan.
Terdakwa Muhammad Ali alias Ilay bin Mamit, dijatuhi pidana penjara selama 2
1997 tentang Narkotika adalah selama 4 (empat) tahun. Sedangkan bagi terdakwa
Cipto Triyoko, dijatuhi pidana penjara selama 8 (delapan) bulan dan denda
sebesar Rp.250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah) denda mana jika tidak
dibayar harus diganti dengan pidana kurungan selama 10 (sepuluh) hari latihan
kerja. Yang mana disebutkan dalam Pasal 78 Ayat (1) huruf a UU RI Nomor 22
Tahun 1997 adalah pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
Anak / Remaja.
hukum di kota bekasi telah melakukan beberapa tindakan yaitu upaya Preventif,
penegak hukum dilaksanakan oleh pihak kepolisian dan Pengadilan Negeri kota
63
bekasi dari ancaman kejahatan yang ditimbukan oleh anak / remaja ini, aparat
penegak hukum khususnya Kepolisian Resort Metro bekasi bagian Reskrim telah
mengupayakan cara penanggulangan seperti yang telah dijelaskan di atas. Baik itu
dalam tindakan preventif dan represif. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak
adalah menjatuhkan putusan atas timbulnya perkara pidana yang dilakukan oleh
anak / remaja tersebut. Dalam hal ini majelis hakim menjatuhkan putusan
upaya mengembalikan anak / remaja tersebut kembali kejalan yang benar dan
30
Wawancara dengan Kepala Bagian RESKRIM Polrestro kota bekasi, Oktober 2006.
64
November 2005 telah memeriksa dan mengadili serta memutus perkara pidana
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Dakwaan JPU :
Tuntutan JPU :
dimusnahkan.
Putusan Hakim :
diatas telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
Pemasyarakatan di bekasi.
rupiah).
66
Analisa
Narkotika golongan I ( satu )” yang telah diperiksa, dilalui dan diputus oleh
Pengadilan Negeri Bekasi, maka penulis dapat menganalisa data tersebut di atas
sebagai berikut :
tersebut dinilai masih sangat ringan yaitu lamanya masa penahanan yang
dengan lamanya hukuman yang ditentukan dalam Pasal 78 ayat (1) huruf
b yakni pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
dijatuhkan tersebut maka sisa hukuman yang harus dijalani oleh terdakwa
67
pidana.
3. Bahwa dalam putusan majelis hakim terhadap terdakwa yaitu tetap berada
dibenarkan oleh aturan rimi pidana yang diterapkan bagi anak / remaja.
terlibat tindak pidana masih diharapkan untuk dibinan dan dididik oleh
kejahatan. Hal ini dapat ditarik berdasarkan tuduhan jaksa penuntut umum
14 Desember 2006 telah memeriksa dan mengadili serta memutus perkara pidana
tanpa hak dan melawan rimi mencoba menyerahkan Narkotika golongan I jenis
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Dakwaan JPU :
Tuntutan JPU :
3. Menetapkan barang bukti berupa daun ganja kering sebanyak 0,3850 (nol
koma tiga ribu delapan ratus lima puluh) gram dirampas untuk
dimusnahkan.
Putusan Hakim :
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana : “Tanpa hak dan
ganja”.
ratus lima puluh ribu rupiah ). Denda mana jika tidak dibayar harus diganti
Pemasyarakatan di bekasi.
Daun ganja kering sebanyak 0,3850 ( nol koma tiga ribu delapan ratus
rupiah).
Analisa
yang telah diperiksa, dilalui dan diputus oleh majelis hakim Pengadilan Negeri
kota Bekasi, maka penulis dapat menganalisa data tersebut di atas sebagai berikut:
Bekasi tersebut dinilai masih teramat ringan yaitu lamanya masa penahanan
yang pernah dijalani terdakwa itu masih harus dikurangkan seluruhnya dari
bulan penjara disertai dengan denda sebesar Rp.250.000,- ( dua ratus lima
puluh ribu rupiah ), denda mana jika tidak dibayar harus diganti dengan pidana
hukuman yang ditentukan dalam Pasal 78 ayat 1 ( satu ) huruf b yakni pidana
penjara paling lama 10 ( sepuluh ) tahun dan denda paling banyak Rp.
timbulnya kenakalan anak / remaja dengan cara preventif dan represif. Selain
3. Bahwa putusan majelis hakim terhadap terdakwa agar tetap berada dalam
oleh aturan rimi pidana yang diterapkan bagi anak / remaja. Berdasarkan
pada aturan rimi pidana adalah bahwa anak / remaja tersebut yang terlibat
dalam tindak pidana diharapkan untuk dibina dan dididik oleh pemerintah agar
dapat menjadi manusia yang baik serta membantu pemerintah dalam hal
berdasarkan tuduhan jaksa penuntut umum dan putusan majelis hakim yang
72
ataupun dari nilai dan norma rimin yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat
daftar pertanyaan dan isian kepada narasumber. Pemilihan metode ini karena
rimin dalam suatu masyarakat, yang dalam kenyataannya tidak terbuka secara
yang berstatus anak / remaja. Responden dalam penelitian ini ditentukan bagi
belum berumur 21 tahun dan belum menikah. Dengan pertimbangan pada usia
73
hasil penelitian tentang kenakalan anak atau remaja sebagai salah satu perbuatan
mengetahui kenakalan anak atau remaja seperti yang disebutkan dalam skripsi ini,
yaitu : (1) Kenakalan Biasa, (2) Kenakalan yang menjurus pada tindak riminal,
dan (3) Kenakalan Khusus yang pengaturannya terdapat dalam Hukum Pidana
pergi keluar rumah tanpa pamit kepada orang tuanya, keluyuran, begadang,
membolos sekolah dan jenis kenakalan biasa lainnya. Pada tingkat kenakalan yang
dilakukan oleh responden. Bahkan pada kenakalan khusus pun banyak pula
dilakukan oleh responden dalam penelitian ini. Diantaranya adalah hubungan sex
hingga timbulnya kejahatan khusus seperti money laundering dan cyber crime
kumpul kebo. Keadaan yang demikian cukup mengkhawatirkan jika tidak segera
maupun lingkungan sosial dimana anak atau remaja tersebut bertempat tinggal.
Karena hal tersebut dapat menimbulkan masalah sosial di kemudian hari yang
Salah satu hubungan variabel yang disajikan dalam penelitian ini adalah
hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kenakalan anak atau remaja yang
menimbulkan kejahatan. Hal ini untuk mengetahui apakah anak atau remaja laki-
laki lebih nakal daripada anak atau remaja perempuan atau probalitasnya adalah
13 Kebut-kebutan 25 50 14 28
14 Minum-minuman keras 22 44 6 12
15 Kumpul kebo 9 18 3 6
16 Hubungan sex pra-nikah 7 14 3 6
17 Mencuri 19 38 9 18
18 Mencopet 6 12 4 8
19 Menodong 9 18 3 6
20 Menggugurkan kandungan 3 6 1 2
21 Memperkosa 3 6 0 0
22 Berjudi 26 52 8 16
23 Menyalahgunakan narkotika / psikotropika 15 30 5 10
24 Membunuh 2 4 0 0
25 Money Laundering 2 4 1 2
26 Cyber crime 3 6 0 0
No Tingkat Pendidikan n %
1 SLTP 1 2
2 SLTA / SMU 40 80
3 SMK 6 12
4 Mahasiswa 3 6
50 100
Sumber : Data Primer
77
tidak menjamin bahwa anak atau remaja tersebut tidak akan melakukan kenakalan
karena adanya waktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan baik, untuk kegiatan
positif, dan adanya pengaruh buruk dalam sosialisasi dengan teman bermainnya
atau faktor lingkungan sosial yang sangat besar pengaruhnya. Hal ini dapat
kenakalan anak atau remaja. Dalam hal ini diuraikan mengenai bagaimanakah
kehidupan, peranan dan tugasnya serta peranannya dalam membina anak atau
c.1.1 Hubungan antara pekerjaan orang tua anak / remaja dengan tingkat
kenakalan.
kebutuhan hidup sang anak atau remaja tersebut. Karena pekerjaan orang tua
keluarganya. Hal ini perlu untuk diketahui karena dalam keberfungsian sosial,
78
data yang penulis peroleh selama mengadakan penelitian ini, diperoleh data
yang orang tuanya bekerja sebagai pegawai negeri sipil lebih cenderung
melakukan kenakalan bila dibandingkan dengan anak atau remaja yang orang
buruh. Hal ini berarti pekerjaan orang tua anak atau remaja tersebut, berhubungan
dengan tingkat kenakalan yang dilakukan oleh anak atau remaja tersebut. Keadaan
yang demikian karena kemungkinan bagi orang tua yang bekerja sebagai pegawai
negeri sipil, lebih memperhatikan anaknya untuk mencapai masa depan yang
anak atau remaja lebih terfokus pada kelompoknya yang kurang mengarahkan
sifat dan kelakuan anak atau remaja dalam timbulnya kenakalan. Dalam arti yang
sempit, kenakalan anak atau remaja tersebut berasal dari keluarga yang tidak utuh,
keluarga.
No Keutuhan Keluarga n %
1 Harmonis & Utuh 41 82
2 Harmonis & Tidak Utuh 9 18
50 100
Keterangan :
n : Jumlah bentuk keutuhan keluarga responden
Sumber : Data Primer
lingkungan keluarga tidak menjamin bagi anak atau remaja untuk tidak
melakukan kenakalan.
kenakalan.
keberfungsian sosial juga dilihat dari segi kerohanian. Keluarga yang menjalankan
dan norma yang baik. Secara teoritis bagi keluarga yang menjalankan kewajiban
beragama dengan baik, maka anak-anaknya pun akan melakukan hal-hal yang
80
baik sesuai dengan norma agama. Berdasarkan data yang diperoleh dalam
keluarga yang kurang dan tidak taat beragama. Dari data yang diperoleh
pendidikan kepada anak atau remaja tersebut. Ada kemungkinan besar bahwa
c.1.4. Hubungan antara sikap orang tua dalam pendidikan anak dengan tingkat
kenakalan.
Salah satu sebab kenakalan anak atau remaja dalam timbulnya kejahatan
adalah sikap orang tua dalam mendidik anaknya. Hubungan antara sikap orang tua
Dari data peneltian dapat disimpulkan bahwa sikap orang tua yang otoriter
dan over protection, menyebabkan terjadinya kenakalan anak atau remaja. Sikap
orang tua yang kurang memperhatikan kehidupan anak atau remaja juga perlu
kenakalan.
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, oleh karena itu mau
Apabila hal tersebut tidak dapat diciptakan, maka proses sosialisasi anak atau
remaja juga tidak dapat berjalan dengan baik dan sebaliknya. Dari data
kenakalan (n=50)
Keterangan :
n : Jumlah bentuk interaksi keluarga responden dengan lingkungan
Sumber : Data Primer
Dari data diperoleh, bahwa timbulnya kenakalan anak atau remaja lebih
banyak berasal dari keluarga yang serasi dengan lingkungan sosialnya. Hasil ini
lebih banyak daripada keluarga yang kurang serasi dan keluarga yang tidak serasi.
Analisa
dengan baik dan positif oleh anak atau remaja tersebut. Dilain itu faktor keluarga
Keluarga yang harmonis dan utuh, belum tentu menjamin bahwa anak atau remaja
tidak akan terjerumus dalam kenakalan, begitu pula dengan keluarga yang taat
taat beragama, bila anaknya memang memiliki mental yang bobrok sekalipun
akan sangat berat menjauhkan anak atau remaja tersebut dari kenakalan.
kenakalan anak atau remaja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Yaitu
pembinaan yang baik, memberikan perhatian yang adil dan seimbang dengan
manusia.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kota Bekasi”. Sebagaimana telah dituangkan dalam Bab I sampai dengan Bab IV
penulisan hukum ini, maka pada Bab V sebagai bagian penutup ini akan diuraikan
Adapun dari hasil penelitian dan uraian yang telah dijabarkan dalam Bab-
Peradilan Anak
rumah tahanan atau tempat rehabilitasi bagi anak / remaja delinkuen, dan
Tindakan represif yang berupa menindak dengan tegas dan sesuai dengan
B. Saran
harus segera dibenahi dan diperbaiki, terlebih jika kenakalan itu bukanlah proses
bagian dari proses psikologisnya, perbuatan kenakalan anak / remaja tersebut tetap
harus dibatasi agar tidak menjadi kebiasaan dan bersifat permanent dalam diri
mereka.
gangguan psikologis, dan berbagai dampak negatif lainnya yang bersifat kejiwaan.
Tentunya anak / remaja yang rusak dalam jiwanya akan dapat merugikan bangsa
dan negara Indonesia. Anak / remaja adalah sesuatu yang harus dilindungi dengan
baik, keselamatan jiwa mereka teramat bergantung pada keadaan sekitarnya yang
berlaku baik dan memiliki kedisiplinan khususnya pada diri anak / remaja
tersebut.
rohani.
anak seperti yang diatur dalam KUHP Pasal 45, 46 dan 47. Undang-
remaja Indonesia adalah asset berharga yang nilainya pun tidak dapat