You are on page 1of 3

Duh…Ramahnya Industri Rokok

S
etelah berjaya menunjukkan nuansa kemewahan, kejantanan, dan citarasa
eksklusif, dalam tontonan dan tampilan yang menawan dan menghibur,
terdapat kecenderungan menarik lainnya dari pariwara publikasi produk
rokok. Kendati masih mempertahankan penyampaian pesan secara tidak
langsung, iklan rokok kini tidak hanya berharap mendapatkan decak kagum dari para
permirsa, namun ia menyentuh sisi kepedulian sosial. Pemberian beasiswa pendidikan
bagi masyarakat yang kurang mampu dipublikasikan secara dramatis, sehingga iklan
rokok bukan saja mengagumkan, namun juga mampu menyentuh solidaritas
kemanusiaan.

Setelah ”Sampoerna untuk Indonesia” yang banyak menampilkan sumbangsih


mereka untuk mencerdasakan bangsa, belakangan PT Djarum menampilkan hal
senada. Kendati sebagian orang mengetahui bahwa kegiatan ”Sampoerna untuk
Indonesia” dikelola oleh Sampoerna Foundation yang secara manajerial terpisah dan
independen dari PT HM Sampoerna, namun semua orang mafhum bahwa publikasi
itu memiliki relasi dengan pemasaran (caused related marketing) dengan produk rokok
Sampoerna. Demikian pula halnya Beasiswa Djarum atau Diklat Bulu Tangkis
Djarum.
Bertambahnya
jumlah pecandu Terlepas dari batas yang tipis antara sumbangsih sosial dan strategi pemasaran,
perokok adalah sumbangsih mereka, jelas-jelas diakui membawa manfaat bagi kehidupan masyarakat.
tujuan utama dari Namun masalahnya adalah apakah seperti itu rumusan tanggung jawab sosial industri
kegiatan ini. rokok?

Rokok yang dikelompokkan sebagai produk dewasa dan bahkan tidak sedikit
kalangan pengamat CSR yang mengategorikannya sebagai produk berbahaya—masuk
ke dalam harmfull industries yang dianggap legal, setara dengan miras, judi dan
senjata—tampil sedemikian elegan. Industri rokok memang sudah lama menjadi
sponsor untuk berbagai event yang sama sekali bertentangan dengan kebiasaan
merokok, seperti turnamen sepak bola, kejuaraan bulu tangkis, dan bahkan tidak
sedikit menjadi sponsor utama untuk acara-acara keagamaan. Padahal, olahraga
adalah upaya untuk meningkatkan kesehatan yang kerap disejajarkan dengan upaya
menghindari rokok, sementara majoritas norma agama menganjurkan agar tidak
merokok.

1
Event lain yang banyak disponsori industri rokok adalah pagelaran seni. Bahkan
sebuah industri rokok secara rutin menyelenggarakan konser musik tahunan dengan
tur berkeliling ke sejumlah kota-kota besar di Indonesia. Sekali lagi, pesannya pun
dikemas sedemikian indah dan menyentuh sisi yang sangat positif, seperti ungkapan
”Tur musik demi perubahan.”

Hampir dalam semua kegiatan yang disponsori industri rokok, dengan publikasi yang
gede-gedean dan nyaris menggunakan semua media publikasi, mulai dari televisi, radio,
baliho, dan bahkan sampai dengan poster-poster yang ditempel di berbagai tempat.
Juga, selalu mengutamakan pesan utama yang sepertinya tidak ada hubungannya
dengan bahaya merokok.

Sesungguhnya baik pesan yang menunjukkan kepedulian pada penderitaan sosial,


kesehatan, menjadi sahabat di saat duka dan menjadi teman yang paling pas di kala
suka, dengan sangat mudah dipastikan bahwa itu semua merupakan strategi
pemasaran. Bertambahnya jumlah pecandu perokok adalah tujuan utama dari
kegiatan ini.

Padahal, para dokter punya banyak daftar nama penyakit yang bakal diderita orang
yang kecanduan rokok. Bahkan dalam setiap kemasan bungkus rokok, dicantumkan
peringatan: ”Merokok dapat menyebabkan serangan jantung, impotensi dan
gangguan kehamilan dan janin.” Bahkan dalam kemasan rokok produk luar negeri,
banyak mencantumkan hal yang lebih dahsyat lagi, seperti kalimat: ”Perokok akan
mati muda!” atau ”Smoking Kills” dengan huruf yang sangat besar dan mencolok
dalam kemasannya. Di berbagai negara, ada ketentuan mencantumkan statistik orang
yang meninggal karena rokok di kemasan-kemasannya. Ada pula yang mengharuskan
pencantuman gambar tenggorokan dan paru-paru yang terkena kanker karena
konsumsi rokok.

Kembali ke pertanyaan pokok mengenai rumusan tanggung jawab sosial industri


rokok. Dampak terdekat dari kehadiran dan penggunaan produk rokok adalah soal
kesehatan. Oleh karena itu seharusnya industri rokok banyak memprakarsai
meminimumkan dampak negatif ini dibandingkan dengan jorjoran memberikan
sumbangsih bagi kegiatan hiburan dan mempublikasikan kegiatan solidaritas sosial.
Selain harus tetap mencantumkan bahaya kesehatan dari merokok dalam setiap
kemasan, dianjurkan industri rokok juga memprakarsai layanan kesehatan untuk
berbagai penyakit yang diakibatkan oleh kecanduan rokok.

Demikian pula hanya dengan produk rokoknya sendiri. Dalam rangka menghindari
dampak buruk bagi kesehatan, produk rokok selain mengedepankan soal cita rasa,
sebaiknya juga menginformasikan kandungan dan batas toleransi racun dan tata cara
merokok yang mungkin bisa meminimalisasi dampak negatif bagi kesehatan bagi
konsumennya.

Secara sosial, aktivitas merokok di ruang publik juga banyak dikeluhkan. Oleh karena
itu, industri rokok juga seharusnya berperan aktif untuk menyosialisasikan larangan
merokok di ruang publik dan membangun sarana-sarana smoking area. Dari sisi
penonjolan kemewahan dan kebanggaan merokok, iklan rokok sudah sangat berhasil.
Namun dari sisi pendidikan untuk perokok tentang bagaimana sebaiknya merokok
dengan santun, hingga kini tak ada satu pun industri rokok yang mulai
memrakarsainya.

2
Dalam soal supply chain, industri rokok merupakan salah satu industri yang memiliki
mata rantai keterlibatan pelaku bisnis yang sangat panjang. Sejak petani tembakau dan
cengkih sampai dengan penjaja rokok di pinggir jalan. Pertanyaan penting yang harus
Secara sosial, diajukan adalah: apa yang dilakukan oleh industri rokok untuk meningkatkan
aktivitas merokok kehidupan merka yang terlibat di dalamnya? Apakah pembagian keuntungan yang
di ruang publik
juga banyak
relatif adil sudah terjadi, ataukah ketimpangan pendapatan yang menjadi ciri pelaku
dikeluhkan industri ini? Demikian pula halnya dengan soal transparensi pembayaran cukai rokok
yang lumayan sangat besar. Deretan pertanyaan penting diajukan: Apakah
pembayaran cukai itu sudah sesuai ketentuan?; Apakah harga cukai itu sudah
menunjukkan internalisasi eksternalitas?; Apakah Pemerintah telah memanfaatkan
pendapatan dari cukai rokok untuk hal-hal yang bisa menekan dampak negatif
industri ini, dan kalau belum, apa yang harus dilakukan perusahaan? Pola hubungan
bisnis yang jujur dan transparen dengan seluruh pemangku kepentingan sangatlah
krusial untuk mendapatkan perhatian yang mendalam.

Dengan memfokuskan diri pada upaya meminimumkan dampak negatif yang


dirumuskan dari bisnis inti—alias menjalankan tanggung jawab sosial perusahaannya
yang utama—industri rokok tidak akan dituduh sekadar berlindung di balik
keanggunan kemasan publikasi sumbangsih sosial industri rokok. Masyarakat tidak
boleh melupakan bahwa urusan utama industri rokok adalah turut bertanggung jawab
pada pemeliharaan kesehatan banyak orang, baru kemudian melangkah ke hal-hal
lain.

Jakarta, 7 September 2007

Taufik Rahman, Lingkar Studi CSR

Lingkar Studi CSR


Rukan Permata Senayan No.A/6
Jln.Tentara Pelajar, Patal Senayan – Jakarta 12210, Indonesia
Telp. (021) 579 40610, Fax. (021) 579 40611
www.csrindonesia.com, e-mail:office@csrindonesia.com

You might also like