Professional Documents
Culture Documents
Obsesif Kompulsif
Oleh:
Yasheive Sa’adi
09421160
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala karunia yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, terutama kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas yang berjudul “Obsesif Kompulsif”
Dengan selesainya tugas akhir ini, penulis berharap hasilnya dapat bermanfaat
bagi penulis dan semua pembaca. Dan tugas ini dapat dijadikan bahan pengetahuan
terutama tentang pembelajaran seni rupa pada masa kanak-kanak. Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dosen Psikologi Abnormal.
2. Rekan-rekan mahasiswa serta semua pihak yang telah memberikan masukan, saran
dan pendapat kepada penulis sehingga tugas ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun tugas ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu penulis berharap kritik, dan saran yang bersifat
membangun dari siapapun untuk perbaikan.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul.....................................................................................................
Kata Pengantar....................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.........................................................................
1.2 TUJUAN..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI.............................................................................................
2.2 EPIDEMIOLOGI.................................................................................
2.3 ETIOLOGI...........................................................................................
2.4 GEJALA KLINIS................................................................................
2.5 DIAGNOSIS........................................................................................
BAB III KESIMPULAN...................................................................................
Daftar Pustaka.....................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
Makalah yang berjudul “Gangguan Obsesif – Kompulsif” ini dibuat untuk
membahas etiologi, gejala klinis, diagnosis, serta prognosis dari penyakit ini. Dengan
itu dapat lebih baik untuk mendiagnosis penyakit ini dengan tepat.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Obsesi adalah ketekunan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang
tidak dapat ditentang yang tidak dapat dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika,
yang disertai dengan kecemasan. Sedangkan kompulsi adalah kebutuhan yang patologis
untuk melakukan suatu impuls yang jika ditahan menyebabkan kecemasan.2
Gangguan obsesif – kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan
adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak
waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan (distress).1
2.2 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi dari gangguan obsesif – kompulsif pada populasi umum adalah 2
1,2,3,4
-3%. Pada sepertiga pasien obsesif – kompulsif, onset gangguan ini adalah sekitar
usia 20 tahun, pada pria sekitar 19 tahun dan pada wanita sekitar 22 tahun.
Perbandingan yang sama dijumpai pada laki-laki dan perempuan dewasa, akan tetapi
remaja laki – laki lebih mudah terkena daripada remaja perempuan.2
2.3 ETIOLOGI
Faktor Biologis
Banyak penelitian yang mendukung adanya hipotesis bahwa disregulasi
serotonin berpengaruh pada pembentukan gejala gangguan obsesif – kompulsif, tetapi
serotonin sebagai penyebab gangguan obsesif kompulsif masih belum jelas. Genetik
juga diduga berpengaruh untuk terjadinya gangguan obsesif – kompulsif dimana
ditemukan perbedaan yang bermakna antara kembar monozigot dan dizigot.2
Faktor Psikososial
Menurut Sigmund Frued, gangguan obsesif – kompulsif bisa disebabkan karena
regresi dari fase anal dalam fase perkembangannya. 2 Mekanisme pertahanan psikologis
mungkin memegang peranan pada beberapa manifestasi gangguan obsesif – kompulsi.
Represi perasaan marah terhadap seseorang mungkin menjadi alas an timbulnya pikiran
berulang untuk menyakiti orang tersebut.5
2.5 DIAGNOSIS
Pedoman diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala – gejala obsesif atau tindakan
kompulsif, atau kedua – duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2
minggu berturut – turut.
Gejala – gejala obsesif harus mencakup hal – hal berikut :
- Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.
- Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun
ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
- Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang
memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau
anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud diatas).
- Gagasan , bayangan pikiran atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan
yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).
Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif dengan depresi.
Penderita gangguan obsesif – kompulsif sering kali juga menunjukkan gejala depresi
dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat menunjukkan pikiran –
pikiran obsesif selama episode depresinya. Dalam berbagai situasi dari kedua hal
tersebut, meningkat atau menurunnya gejala depresif umumnya dibarengi secara paralel
dengan perubahan gejala obsesif. Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka
diagnosis diutamakan dari gejala – gejala yang timbul terlebih dahulu.
Diagnosis gangguan obsesif – kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada
gangguan depresif pada saat gejala obsesif – kompulsif tersebut timbul. Bila dari
keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik menganggap depresi sebagai
diagnosis yang primer. Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala
yang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang.
Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom
Tourette, atau gangguan mental organik, harus dianggap sebagai bagian dari kondisi
tersebut.