You are on page 1of 7

PSIKOTERAPI INTER-KULTURAL:

Issu, Pertanyaan, dan Refleksi


Oleh:
Sulaiman Samad
(Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UNM)

Pengertian Psikoterapi Inter-kultural


Fokus utama pembahasan psikoterapi inter-kultural dalam tulisan ini,
adalah mengenai aplikasi modes of therapy Barat pada klien dalam setting non-

Barat. Salah satu kritikan mengenai psikoterapi inter-kultural adalah kegagalan


mendefinisikan secara jelas dan mengategorikan secara eksplisit penggunaan
konsep ini. Secara konseptual, psikoterapi inter-kultural bukanlah sebuah konsep
yang tidak ambigu. Sebab, secara operasional paling sedikitnya ada tujuh
perbedaan makna psikoterapi inter-kultural yang telah diidentifikasi, yaitu:
1. Psikoterapi inter-kultural merepresentasikan suatu kajian budaya tentang
therapeutic modes and practices. Esensinya adalah pure research activity yang

biasanya menjadi bidang kajian antropologi yang berorientasi psikiatri dan


clinician psikologis. Dengan demikian, psikoterapi inter-kultural tidak
membutuhkan praktik nyata dalam psikoterapi lintas-budaya (cross-culture),
tetapi secara khusus dapat memberi manfaat relatif sebagai body of information

pada teori dan praktik; dengan mendeteksi adanya persamaan dan perbedaan
mengenai form and content, methods, techniques, dan values. Atas dasar

perbedaan budaya secara subtantif, diindetifikasi relasi antara asumsi tentang


life, nature, dan psychopathology pada satu sisi; dengan praktik psychotherapeutic

C
1B
N Intercultutal Psychotherapy O

yang tidak nampak dan terbenam dalam budaya mereka sendiri, pada sisi
yang lain.
2. Meningkatkan perhatian tentang pentingnya berbagai persoalan yang
berkaitan dengan kelompok heterogen secara budaya dalam unit budaya yang
lebih luas.
3. Dalam berbagai kondisi, para imigran dengan berbagai latar belakang budaya
menjadi klien psikoterapi pada seseorang dengan budaya pribumi dan dia
merasa senang menggunakan bahasa dan metode sesuai budaya pribumi
tersebut.
4. Para pendatang atau yang tinggal untuk sementara waktu, membawa metode
psikoterapi sendiri dan mengaplikasikannya pada masyarakat dengan budaya
pribumi. Disini, peran utama pendatang diarahkan pada pemberian layanan,
riset, training, atau supervisor tentang psikoterapi. Dari sudut pandang
budaya pribumi, layanan yang diberikan oleh pendatang dalam akar budaya
asing memiliki manfaat jangka panjang atau memiliki keberhasilan praktis
dan lebih kekal.
5. Psikoterapi inter-kultural tidak hanya berfokus pada ada-tidaknya orang yang
memberikan layanan (konselor), tetapi juga dapat diarahkan pada
pelaksanaan psikoterapi oleh diri sendiri. Dalam konteks ini terjadi
tranferensi a body of theory and practice dari tempat asalnya dan bertumbuh

secara signifikan pada iklim budaya yang berbeda. Hal ini menyebabkan
terjadinya praktik psikoterapi yang dilakukan oleh orang lokal yang telah
dilatih dengan metode asing.
6. Konselor dan klien, keduanya adalah pendatang atau emigran dari negara
yang berbeda secara budaya melaksanakan layanan psikoterapi atau
konseling di luar Negara mereka yang juga berbeda secara budaya. Format
psikoterapi inter-kultural seperti itu pernah didemonstrasikan oleh

C
2B
N Intercultutal Psychotherapy O

Sunderberg, yang membuat sebuah situasi secara hipotetik, dimana


mahasiswa Iran mendapatkan layanan psikoterapi dari emigran Hungaria
dalam setting konseling Amerika, sekalipun format tersebut jarang terjadi.
7. Adanya situasi yang merupakan perjumpaan budaya (cultural interface).

Digambarkan, dimana orang-orang yang berbudaya Barat dapat hidup selama


beberapa waktu di dalam budaya non Barat dalam mengembangkan
masyarakat dan asosiasi lebih luas dengan memilih anggota budaya itu.
Biasanya interaksi mereka diwarnai oleh hubungan dalam pekerjaan, dimana
masing-masing anggota budaya mengembangkan aturan sosial dan pola
interpersonal dengan jalan respektif terhadap budaya asli, terjadinya
penyatuan yang baru, dan binational.

Keraguan pada Transplantasi Budaya

Kecenderungan dunia terhadap cultural homogeneity; menjadi perdebatan

yang rasional, bahkan teknologi bergerak dari Barat menuju ke budaya Timur,
Afrika, dan non-Eropa. Secara etis, hal ini dapat memperkokoh kedudukan Barat,
meskipun belum menjadi kegagalan di dalam perjuangan internasionalnya untuk
berkuasa dan kaya, serta memaksakan adanya distorsi konstruksi sejarah yang
timpang antara "haves” dan "have nots". Ketimpangan ini merupakan bukti nyata

bahwa aplikasi teknologi Barat bergantung pada hasrat dunia dan bukan dengan
cara-cara lain yang ditentukan oleh Barat. Suka ataupun tidak suka, semuanya
mengarah pada proses Westernization dunia melalui tranformasi teknologi dan

berubahan budaya yang berpangkal dari mereka.


Jika dibandingkan dengan keberhasilan teknologi lainnya (seperti:
komunikasi elektronik, pupuk yang memiliki kandungan hara yang tinggi, obat
yang mujarab), maka konseling atau psikoterapi juga tidak sedikit menggunakan
intervensi teknologi untuk mengembangkan masyarakat Barat sebagai respon atas

C
3B
N Intercultutal Psychotherapy O

berbagai masalahnya. Bila hal itu ditanamkan kepada setiap orang, maka tampak
dengan jelas adanya resiko penolakan. Secara umum dan fungsional, psikoterapi
tidak dengan mudah dapat diasumsikan atau dipahami, baik Barat maupun no-
Barat. Hal itu disebabkan oleh adanya sikap skeptis sekitar adanya keganjilan
pada institusi budaya Barat bahwa budaya tersebut dapat survive dengan

melakukan pencangkokan, kecuali jika hal itu mengalami perubahan yang drastis.
Pertanyaan yang urgen untuk masalah transplantasi budaya yaitu tentang
cultural portability; yaitu fleksibilitas budaya yang diekpresikan melalui sains,

teknologi, dan seni praktik; yang diketahui sebagai psikoterapi individual.


Analisis rasional seperti itu, semakin memperkuat keraguan atas transplantasi
budaya.
Sementara itu, berbagai bentuk budaya asing yang dikenal kompleks dan
luas oleh masyarakat memberi pengaruh tidak langsung pada kehidupan. Dalam
posisi ini, psikoterapi diharapkan memberi arah pada perubahan hidup yang lebih
bermanfaat pada mereka. Dengan demikian, pengaruh berbagai aspek budaya,
yaitu pengaruh sekunder makro-budaya dalam tujuan mikro-budaya.
Hal ini, selain dapat membangkitkan aspek-aspek personal yang
fundamental seperti; attitudes, values, feelings, dan beliefs; tetapi juga merupakan
standar hidup dan interrelationships bagi orang-orang. Semua inovasi tekonologi

memiliki implikasi interpersonal dan sosiokultural, tetapi konseling dan


psikoterapi tampaknya menyerap perhatian mereka.

Kekacauan Psikologis dan Psikoterapi sebagai Universal Budaya

Menurut pandangan psikopatologi dan psikoterapi, konsep adaptasi


memiliki framework dan perspektif yang luas. Adaptasi merupakan konsep yang
universal mengenai psychological disorder, dimana orang mengalami troubled yang

C
4B
N Intercultutal Psychotherapy O

disebabkan oleh adanya tekanan dan konflik secara internal atau mengalami
introuble dengan lingkungan sekitarnya.

Intervensi, dalam psikoterapi dan konseling hanyalah salah satu cara


melakukan intodusir dengan modify condition of maladaptation. Adaptasi dapat

dilakukan secara alloplastic dan autoplastic. Allaplastic adaptation adalah adanya

kebebasan internal individu untuk berperilaku efektif dengan bergantung pada


modifikasi lingkungan. Sedangkan autoplastic adaptation bertujuan mengubah

individu secara internal agar berperilaku secara fleksibel di dalam lingkungannya.


Framework transkultural dan universalitas mengenai kekacauan psikologis

mendorong usaha-usaha untuk mengenal trans-kultural dan bentuk universal


psikoterapi. Pemberian batuan pada dasarnya merupakan universalitas mengenai
aktivitas psychotherapeutic, yang menurut sejarah ditemukan secara serentak pada

hampir semua lapisan masyarakat, walaupun mungkin dilakukan secara terbatas


oleh orang yang dinamakan spesialis kesehatan mental. Dalam tradisi agama dan
filosofis dikenal dengan istilah “cure of souls”; yaitu pemeliharaan jiwa. Cure of soul
dapat dilakukan secara “spiritual elite”, yaitu dengan penyembuhan agama dan

filosofis dilakukan bersama dengan menyertakan ahli psikoterapi modern. Juga


dapat dilakukan secara “mediatorial elite” adalah terapi perilaku yang memediasi
antara penderita dengan yang memiliki kekuasaan dan nilai yang superordinate
world. Peran mediator sebagai “cure of soul” melalui divination, exorcism,

pengampunan, penebusan, tarian orgiastic, ritual misteri, pengajaran, pelatihan.

Mendefinisikan Psikoterapi

Jika diawali dengan asumsi bahwa setiap aktivitas bertujuan untuk


emotional healing, cultural reintegration, atau improving sameone’s mental state, maka

psikoterapi akan dengan mudah menemukan hal-hal yang bersifat umum.

C
5B
N Intercultutal Psychotherapy O

Secara sederhana dan fungsional, definisi kerja psikoterapi digambarkan


sebagai sebuah situasi dimana dua orang, yang satu ahli dan terlatih dan yang
lainnya seorang klien bersepakat secara formal untuk mendiskusikan berbagai
kesulitan yang dialami oleh klien dalam rangka mengurangi kesulitan dan
meningkatkan efektivitas klien di dalam hidupnya. Ada beberapa yang perlu
dicatat sehubungan dengan definisi sederhana ini, yaitu:
a. Psikoterapi berlangsung tanpa mengambil ruang untuk mendiskusikan
elemen-elemen secara sitematik.
b. Keterbatasan psikoterapi dengan medium tradisional adalah conversation.
Medium penyembuhannya melalui somatic intervention dan bodily contact.

c. Dalam sejarah psikoterapi ada dua tema yang muncul, yaitu: menekankan
pada aura penyembuhan yang “non-specifik” dalam psychotherapeutic
relationship; dan yang menekankan pada kombinasi antara keterampilan teknis

dan teknik specific therapeutic dengan tidak menekankan pentingnya “human


relationship” dalam psikoterapi.

Budaya dan Relasi Terapeutik

§ Dalam posisi universal, bentuk dasar psikoterapi sebagai relasi interpersonal,


khususnya yang berkaitan dengan masalah emosional, diciptakan dan dikelola
untuk membantu adanya perubahan interpersonal dalam diri klin. Meskipun
secara universal memungkinkan dan berpeluang hal itu terwujud, namun
elemen-elemen konstitusi sebagai “good human relationship” berbeda antara

budaya yang satu dengan yang lainnya.


§ Teknik-teknik khusus seperti interpreting, advising, atau reassuring, secara

bersama tidak tepat diterapkan dalam semua budaya. Namun dapat menjadi
konsisten pada norma budaya yang specific, sekalipun teknik-teknk tersebut
berbeda antara satu dengan lainnya.

C
6B
N Intercultutal Psychotherapy O

§ Respon-respon yang baik seperti: acceptance, respect, interest, dan concern, dalam

sebuah budaya mengindikasikan adanya keinginan untuk menolong,


demikian juga sesuatu yang dinyatakan dengan tenang, cepat, dan
komunikatif sehingga dapat dimengerti dan diterima oleh klien.
§ Selain aspek-aspek “internal” yang melekat pada terapi, terdapat sejumlah
aspek lainnya yang biasanya diterima sebagai kebenaran ketika dipilah dalam
budaya yang sama.
§ Psikoterapeutik dan komunikasi manusia, esensinya terletak pada aktivitas
yang dikomuniasikan secara konsisten dalam terapi.
§ Psikoterapi penti sebagai merupakan usaha yang diarahkan untuk
mengklasifikasi kebermaknaan dan membuat sadar klien melalui komunikasi.

Disadur dari:

Wohl, J. 1981. Intercultural Psychohterapy: Issues, Questions, and Reflections. Dalam


Paul B. Padersen, et-al. “Counseling across Cultures”. Hawaii: East-West
Center by the University Press.

C
7B

You might also like