You are on page 1of 7

HUKUM APERSEPSI

1. Pengertian Apersepsi

Apersepsi berasal dari kata ”Apperception” berarti menyatupadukan dan


mengasimilasikan suatu pengamatan dengan pengalaman yang telah dimiliki. Atau
kesadaran seseorang untuk berasosiasi dengan kesan-kesan lama yang sudah dimiliki
dibarengi dengan pengolahan sehingga menjadi kesan yang luas. Kesan yang lama itu
disebut bahan apersepsi.

Apersepsi adalah getaran-getaran tanda yang diterima oleh seorang individu atas
suatu obyek tertentu. Obyek tersebut bisa berupa suatu benda, gejala alam atau sosial,
dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Apersepsi atau getaran-getaran
tersebut diterima melalui panca indra yang kita miliki. Proses penerimaan apersepsi
inilah yang kita sebut sebagai persepsi.

Apersepsi berarti penghayatan tentang segala sesuatu yang menjadi dasar untuk
menerima ide-ide baru. Secara umum fungsi apersepsi dalam kegiatan pembelajaran
adalah untuk membawa dunia mereka ke dunia kita. Artinya, mengaitkan apa yang telah
diketahui atau di alami dengan apa yang akan dipelajari.

Apersepsi dalam pengajaran adalah menghubungan pelajaran lama dengan


pelajaran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana anak didik mengusai pelajaran lama
sehingga dengan mudah menyerap pelajaran baru. Disaat kita akan mengajar sebuah
konsep apa saja pada siswa, guru sebaiknya memahami bahwa setiap siswa memiliki
pengalaman, sikap dan kebiasaan yang berbeda, agar dapat menggali dan
menghubungkan pengalaman, sikap dan kebiasaan siswa terhadap konsep yang akan
kita ajarkan perlu kiranya kita kaitkan dengan apersepsi.

Apersepsi bisa berupa cerita, lagu, video ataupun gambar dll, kali ini saya akan
memakai gambar sebagai apersepsi

Mister candera
A1A108038
Apersepsi ini sangat penting. Mengapa?

a. Kita mencoba menarik mereka ke dunia yang kita ciptakan

b. Kita mencoba menyatukan dua dunia yang berbeda

c. Pentingnya menciptakan atmosfir, karena mereka berangkat dari latar belakang


yang berbeda-beda.

d. Perluya membangun motivasi

Proses belajar tidak dapat dipisahkan peristiwa-peristiwanya antara individu


dengan lingkungan pengalaman murid, maka sebelum memulai pelajaran yang baru
sebagai batu loncatan, guru hendaknya berusaha menghubungkan terlebih dahulu
dengan bahan pelajarannya yang telah dikuasai oleh murid-murid berupa
pengetahuan yang telah diketahui dari pelajaran yang lalu atau dari pengalaman.
Inilah yang dimaksud dengan apersepsi. Jadi dengan kata lain apersepsi adalah suatu
gejala jiwa yang dialami apabila kesan baru masuk ke dalam kesadaran seseorang
dan berjalin dengan kesan-kesan lama yang sudah dimiliki disertai proses
pengolahan sehingga menjadi kesan yang lebih luas.

Azas ini penting pula artinya dalam usaha menghubungkan bahan pelajaran
yang akan diberikan dengan apa yang telah dikenal anak.

Kasus dan Problem Solving

Pertama, masih banyak dosen-dosen di IAID di Tarbiyah pada khususnya


yang mendidik mahasiswa untuk menjadi seorang pengajar tapi dalam proses
pembelajaran adakalanya tidak mempraktekkan apa yang mereka ajarkan. Sebagai
contoh bagaiman membuka pembelajaran, termasuk di dalamnya apersepsi,
kemudian tidak membuat dan menggunakan RPKPS bahkan ada yang tidak ngasih
silabi sehingga pembelajaran menjadi kacau dan tidak tentu arah. Penomena lainnya
adanya dosen yang menurut hemat saya salah dalm memahami “People Centred”
adakalanya mereka tidak masuk kuliah dan mereka beralasan bahwa di dunia

Mister candera
A1A108038
mahasiswa itu yang dominan harus aktif adalah mahasiswa, tetapi anehnya tidak
memberikan gambaran inti-inti pembelajaran yang harus dikuasai oleh mahasiswa.

Problem solving dari masalah tersebut harus adanya upaya dari guru untuk
menjadi teladan, dan secara khusus dalam masalah apersepsi diusahakan setiap guru
untuk melakuakannya supaya timbul perasaan semangat dan mengugah keinginan
siswa untuk belajar.

Kedua, sebagai seorang mahasiswa tarbiyah yang sudah mendapatkan


pengetahuan di bangku kuliah (contohnya: Apersepsi), ketika saya ngajar saya
terlebih dahulu melakukan apersepsi sekalipun memang idealnya harus setiap
pembelajaran. Yang saya rasakan dan setiap guru pasti merasakannya, setiap kita
belajar kemudian kita mengadakan apersepsi maka akan timbul sebuah perhatian
yang besar dari para siswa dalam mengikuti pembelajaran.

2. Contoh Apersepsi dengan menggunakan gambar

Mister candera
A1A108038
Lihatlah foto sebuah keluarga di atas. Perhatikan ciri-ciri fisik yang dimiliki oleh
anggota keluarga tersebut, misal dari warna rambut, bentuk rambut, warna kulit, atau
bentuk wajahnya.

• Setelah kalian cermati dengan seksama, adakah persamaan ciri tubuh di antara
anggota keluarga tersebut?
• Lalu bagaimana dengan keluarga kalian?
• Apakah kalian memiliki persamaan dengan orang tua kalian?
• Dalam hal apa sajakah persamaan-persamaan tersebut?

Coba diskusikan dengan teman kalian.

Biasanya dalam suatu keluarga terdapat kemiripan atau ciri-ciri yang hampir
sama. Sifat itu diwariskan dari orang tua ke anaknya, sehingga biasanya masih memiliki
sedikit atau bahkan banyak persamaan. Namun perlu diingat bahwa tidak ada individu
yang identik meskipun saudara kembar sekalipun.

Adanya sifat yang hampir sama antara seorang anak dengan orang tuanya
menunjukkan peran gen di dalam pewarisan sifat kepada keturunannya.

• Sebenarnya apakah gen itu?


• Bagaimana gen dapat mewariskan sifat dari generasi ke generasi?

Gen ini merupakan sepenggal DNA yang berfungsi sebagai penentu sifat
individu. Karena merupakan penentu sifat, maka gen berperan sebagai pengatur sifat-
sifat yang diwariskan dari induk kepada keturunannya. Hal itu memungkinkan makhluk
hidup dalam satu spesies memiliki ciri dan sifat sama yang khas.

Pada satu spesies, gen ini memberikan ciri dan sifat sama yang khas. Gen ini
pulalah yang membedakan satu kelompok organisme (populasi) dengan organisme
lainnya. Kita dapat melihat dari perkawinan satu spesies, akan dihasilkan spesies yang
sama, misalnya dari perkawinan sapi akan dihasilkan keturunan sapi juga. Begitu pula

Mister candera
A1A108038
dengan kucing, tikus, ular, manusia, bahkan hewan yang tergolong tingkat rendah pun
akan menghasilkan keturunan seperti induknya.

Dari penjelasan di depan kita sudah mendapatkan gambaran tentang fungsi materi
genetik.

• Lalu di manakah letak materi genetik tersebut?

Materi genetik tersebut terdapat di berbagai sel di seluruh tubuh, misalnya pada sel-
sel darah, sel tulang, sel gamet dan lain-lain.

3. Beberapa hukum belajar dalam teori koneksionisme yaitu sebagai berikut:

1) Hukum Kesiapan (Law of Readiness)

Dimana hubungan antara stimulus dan respons akan mudah terbentuk manakala
ada kesiapan dalam diri individu. Implikasi praktis dari hukum ini adalah, bahwa
keberhasilan belajar seseorang sangat tergantung dari ada atau tidak adanya kesiapan.

2) Hukum Latihan (Law of Exercise)

Hukum ini menjelaskan kemungkinan kuat dan lemahnya hubungan stimulus


dan respons. Implikasi dari hukum ini adalah makin sering suatu pelajaran diulang,
maka akan semakin dikuasainya pelajaran itu.

3) Hukum Akibat (Law of Effect)

Hukum ini menunjuk kepada kuat atau lemahnya hubungan stimulus dan
respons tergantung kepada akibat yang ditimbulkannya. Implikasi dari hukum ini adalah
apabila mengharapkan agar seseorang dapat mengulangi respons yang sama, maka
harus diupayakan agar menyenangkan dirinya,

Mister candera
A1A108038
b. Teori Pengkondisian (Conditioning)

Teori pengkondisian (conditioning) merupakan pengembangan lebih lanjut dari


teori koneksionisme. Tokoh teori ini adalah Ivan Pavlov (1849-1936). Ia adalah ahli
psikologi-refleksologi dari Rusia.

c. Teori Penguatan (Reinforcement)

Kalau pada teori pengkondisian (conditioning) yang diberi kondisi adalah


perangsangnya (stimulus), maka pada teori penguatan yang dikondisi atau diperkuat
adalah responsnya. Seorang anak yang belajar dengan giat dan dia dapat menjawab
semua pertanyaan dalam ulangan atau ujian, maka guru memberikan penghargaan pada
anak itu dengan nilai yang tinggi, pujian, atau hadiah. Berkat pemberian penghargaan
ini, maka anak tersebut akan belajar lebih rajin dan lebih bersemangat lagi. Hadiah itu
me-reinforce hubungan antara stimulus dan respons.

d. Teori Operant Conditioning

Psikologi penguatan atau “operant conditioning” merupakan perkembangan


lebih lanjut dari teori koneksionisme dan “conditioning”. Tokoh utamanya adalah
Skinner. Skinner adalah seorang pakar teori belajar berdasarkan proses “conditioning”
yang pada prinsipnya memperkuat dugaan bahwa timbulnya tingkah laku adalah karena
adanya hubungan antara stimulus dengan respons.

Mister candera
A1A108038
DAFTAR PUSTAKA

http://santridaruz.blogspot.com/2008/05/metodik-didaktik.html

http://substansigenetika.net/wp/?cat=3

Mister candera
A1A108038

You might also like