You are on page 1of 43

1

PENDAHULUAN

Perlunya Mempelajari Sejarah Hukum

Sebagai suatu disiplin ilmu, sejarah hukum tergolong pegetahuan


yang masih muda dan belum banyak dikenal bahkan dikalangan fakar
hukum sendiri sehingga pertumbuhan dan perkembangannya belum
menggembirakan. Hal ini mungkin sekali disebabkan oleh belum
disadarinya betapa pentingnya disiplin ilmu baru ini dalam menunjang dan
memahami ilmu pengetahuan hukum, khususnya hukum positif.

Menurut John Gillisen dan Frist Gorlé, terdapat manfaat yang besar
dalam mempelajari sejarah hukum dengan alasan-alasan sebagai berikut :
1. Hukum tidak hanya berubah dalam ruang dan letak (Hukum Belgia,
Hukum Amerika, Hukum Indonesia, dan sebagainya), malainkan juga
dalam lintasan waktu. Hal ini berlaku bagi sumber-sumber hukum formil,
yakni bentuk-bentuk penampakan diri norma-norma hukum, maupun isi
norma-norma hukum itu sendiri (sumber-sumber hukum materiil).
2. Norma-norma hukum dewasa ini sering kali hanya dapat dimengerti
melalui sejarah hukum.
3. Sedikit banyak mempunyai pengertian mengenai sejarah hukum, pada
hakikatnya merupakan suatu pegangan penting bagi yuris pemula untuk
mengenal budaya dan pranata hukum.
4. Hal ikhwal yang teramat penting di sini adalah perlindungan hak asasi
manusia terhadap perbuatan semena-mena bahwa hukum diletakan
dalam perkembangan sejarahnya serta diakui sepenuhnya sebagai
sesuatu gejala histories.

Objek dan Tujuan Sejarah Hukum

Sejarah hukum merupakan bagian dari sejarah umum. Sejarah


menyajikan dalam bentuk sinopsis suatu keterpaduan seluruh aspek
kemasyarakatan dari abab ke abad, yakni sejak untuk pertama kali tersedia
informasi sampai masa kini..

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
2

Sebagai ilmu pengetahuan, sejarah hukum tergolong ilmu


pengetahuan sosial atau ilmu pengetahuan kemanusiaan (humaniora), yang
memunyai kesamaan dengan ilmu pengetahuan alam, yakni semua adalah
empiris, artinya bertumpu pada pengamatan dan pengalaman suatu aspek
tertentu dari kenyataan.

Sejarah dan Sejarah Hukum

Sejarah mempelajari perjalanan waktu masyarakat di dalam


totalitasnya, sedangkan sejarah hukum merupakan satu aspek tertentu dari
hal itu, yakni hukum. Apa yang berlaku untuk seluruh, betapapun juga
berlaku untuk bagian, serta maksud dan tujuan sejarah hukum mau tidak
mau akhirnya adalah menentukan juga dalil-dalil atau hukum-hukum
perkembangan kemasyarakatan.

Sudah barang tentu bahwa sejarawan hukum harus memberikan


sumbangsihnya kepada penulisan sejarah secara terpadu. Bahkan
sumbangsih tersebut teramat penting, mengingat peran besar yang
dimainkan oleh hukum di dalam perkembangan pergaulan hidup manusia.
Hal tersebut integral dalam pengertian bahwa ia tidak dapat diwujudkan
dengan memisahkan hukum dari gejala-gejala kemasyakatan lainnya, yang
antra hal-hal tersebut dengan hukum dapat ditelusuri keterkaitannya.

Historitas Hukum

a. Visi Idealitas-Spiritualistis
Hukum itu sebagai suatu perwujudan satu atau lain gagasan absolut,
maka apapun asal atau isi gagasan yang kita kemukakan, bagaimanapun
kita akan lebih cendrung dan bermuara pada suatu pandangan hukum yang
lebih statis dari pada yang dinamis. Memang benar bahwa dalam hipotesis
tersebut berbagai bentuk perwujudan hukum yang muncul secara berturut-
turut satu sesudah yang lain sebagai pencerminan gagasan hukum absolut
yang tiak sempurna, dan pada hakikatnya cendrung a-priori tidak berubah
dan karenanya a-historis. Bentuk-bentuk perwujudan yang timbul secara
berturut-turut satu sesudah yang lain dapat diuraikan sesuai dengan tertib
urut kronologis, tetapi keterkaitan yang satu dengan yang lain tidak dilihat

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
3

dalam perspektif kronologis linear melainkan dalam perimbangan terhadap


gagasan absolut tersebut. Berdasarkan titik tolak yang demikian, pada
hakikatnya hanya sedikit sekali mengarah seperti yang dimaksudkan dalam
sejarah hukum.

b. Visi Matrealistis-Sosialogis

Hukum tidak dianggap sebagai perwujudan ide, seperti keadilan


rasio, dan lain-lain, melankan sebagai produk kenyataan masyarakat atau
realitas masyarakat, maka pandangan hukum statis beralih tempat dan
berubah oleh hal yang dinamis, yang pada hakekatnya lebih rentan terhadap
suatu pendekatan histories. Selama hukum itu dipandang sebagai suatu
produk rasio, yang per definisinya dimana-mana dan senantiasa identik,
maka selama itu pula kita tidak dapat menemukan suatu klarifikasi yang
memadai bagi besarnya keanekaragaman norma-norma hukum. Dalam
aliran ini, yang paling banyak sumbangsihnya bagi pembentukan hukum
dinamis adalah mazhab histories dan marxisme.

John Gillisen dan Frist Gorlé, bertitik tolak dengan memilih


pandangan hukum sosialogis, artinya suatu yang dalam hukum tidak
bertujuan melihat perwujudan tersebut dari satu atau lain asas tersebut,
melainkan menengok suatu produk kenyataan dalam kemasyarakatan.
Dengan cara ini visi-visi matrealistis dan spiritualistis sepertinya dapat
diperdamaikan satu dengan yang lainnya. Didalam batas-batas yang
dimungkinkan oleh situasi kehidupan materiil untuk dapat melaksanakan
(karenanya ada kemandirian relative ini), maka hal tersebut memainkan
suatu peranan spesifik yang perlu kita teliti.

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
4

BAB I
PEMBENTUKAN DAN EVOLUSI
TATANAN-TATANAN HUKUM TERPENTING

I. Terbentuknya Hukum

Jika hukum adalah produk kenyataan masyarakat, bagaimana hal itu


terbentuk. Hal ini sangat sulit untuk ditentukan, oleh karena pengetahuan
kepurbakalaan, etnologi hukum, dan sebagainya menunjukan bahwa pada
kebanyakan bangsa-bangsa primitif di jaman purba kala pun pada saat
belum ada aksara telah dikenal norma-norma prilaku yang berkaitan dengan
perimbangan-perimbangan kemasyarakatan yang berangsur-angsur
menjelma menjadi norma hukum yang sesungguhnya. Penelitian tatanan-
tatanan hukum primitif tuna kasara dan tatanan hukum yang lebih maju
menunjukan bahwa sumber hukum primer adalah kebiasaan (hukum).

A. Kebiasaan Hukum

Disemua pergaulan hidup nampaknya suasana kehidupan


menyebabkan terbentuknya kebiasaan-kebiasaan. Dalam arti yang umum
kebiasaan tersebut tidak lain adalah suatu perbuatan maupun penahanan
diri berbuat sesuatu secara teratur oleh individu atau sekelompok manusia.
Semenara itu, untuk dapat dikatakan kebiasaan hukum harus memenuhi
sejumlah persyaratan : (1) kebiasaan itu tidak boleh merupakan kebiasaan
individual, melainkan suatu kebiasaan kemasyarakatan; (2) kebiasaan itu
harus menyangkut suatu perbuatan (komisi) atau penahanan diri (omnisi),
yang di dalam kehidupan bermasyarakat meluangkan berbagai (setidak-
tidaknya dua) kemungkinan; (3) kehidupan (kebiasaan) ini harus dialami
oleh masyarakat sebagai suatu yang mempunyai kekuatan mengikat ; dan
(4) kebiasaan tersebut harus dikukuhkan oleh penguasa umum.

B. Penguasa Umum atau Negara

Untuk membuat suatu kebiasaan kemasyarakatan menjadi sebuah


norma hukum diperlukan perantaraan penguasa. Tidak dapat disangkal
bahwa dewasa ini penguasa umum muncul kepermukaan dalam bentuk

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
5

negara. Antara pemegang kekuasaan dan anggota-anggota kelompok ini


terjadi sejumlah perimbangan, dimana kedua belah pihak tersebut masing-
masing mengupayakan hal ini oleh situasi dan kondisi materiil serta melalui
keadaan di dalam kelompok itu sendiri memenangkan kepentingan-
kepentingan dan pandangan-pandangan tertentu.

 Sinergi Penguasa dan Masyarakat


Satu hal yang sudah pasti agar perimbangan penguasa masyarakat
dapat mencapai suatu derajat kelanggengan tertentu maka keduanya harus
membentuk sebuah sinergi yang mengasumsikan adanya suatu minimum
kepentingan bersama.

 Berakhirnya Eigenrichting (Tindakan Main Hakim Sendiri)


Kepentingan penguasa umum untuk mempertahankan diri, baik untuk
dirinya sendiri maupun bagi kelompoknya dalam hubungan dengan dunia
luar dilakukan melalui upaya mencegah terjadinya sengketa antara para
anggota kelompok satu sama lain atau jika perlu, mengusahakan sekeras
mungkin penyelesaian perselisihan yang terjadi secara damai.
Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam menanggulangi
sengketa tersebut yaitu : (1) pembasan yang kemudian disusul dengan
larangan sepenuhnya terhadap tindakan main hakim sendiri; (2)
pengukuhan dan bertanggungjawan atas celaan sosial atau sanksi yang
dikenakan karena tidak memenuhi kebiasan-kebiasan tertentu; (3)
menyusun dan menyeimbangkan kebijakan, prosedur dan/atau badan-
badan yang membuat aturan dan peraturan untuk menyelesaiakan
perselisihan-perselisihan.

II. Aturan Pengakuan dari Hart

Pengukuhan kebiasaan-kebiasaan merupakan gejala yang oleh ahli


filsafat hukum Inggris, Hart, disebut “aturan pengukuhan” (rule of
recognition).

A. Perkembangan Tatanan-tatanan Hukum

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
6

Pada awalnya suasana hukum meliputi semata-mata hubungan-


hubungan dan perimbangan-perimbangan kemasyarakatan, yang
mempunyai arti yang fundamental bagi keterikatan dan keterpaduan
kelompok; perbuatan-perbuatan melawan hukum seperti pembunuhan,
pencurian dan lain-lain. Perbuatan-perbutan demikian tidak secara langsung
dilarang sebagaimana mestinya. Namun penguasa melarang tindakan main
hakim sendiri sehubungan dengan persengketaan yang terjadi, karenanya
dan dikukuhkan, atau membuat aturan-aturan serta menetapkan tarif-tarif
untuk mempermudah (composition) penyelesaian perselisihan secara
damai antara para pihak yang bersengketa. Demikian pula hak-hak dan
kewajiban-kewajiban antara anggota kelompok dan kekuasaan umum perlu
dituang dalam peraturan atau cara lain. Ketentuan-ketentuan tersebut, baik
larangan langsung atau tdak langsung maupun berupa hak-hak dan
kewajiban-kewajiban terhadap penguasa merupakan norma-norma hukum
yang mengandung sebuah perikatan. Yang menjadi dasar aturan-aturan
seperti itu adalah hubungan-hubungan dan perimbangan-perimbangan
kemasyarakatan yang ditandai dan diwarnai kepentingan-kepentingan
timbal balik yang harus ditakar satu dengan lainnya.

Derajat saling mempengaruhi secara timbal balik yang terjadi antara


kebiasaan-kebiasan masyarakat yang tumbuh dan berkembang dan aturan-
aturan hukum yang dibuat penguasa sangat bergantung pada perimbangan-
perimbangan kekuatan yang ada antara berbagai kelompok masyarakat dan
penguasa.

B. Keadilan,Keseimbangan,dan Kepastian Hukum (Pembagian lebih


lanjut atutarn-aturan menurut Hart)

Hart menamakan norma-norma dengan “aturan-aturan hukum primer”


dan “aturan-aturan sekunder”. Norma-norma tersebut telah menjawab atau
merespon yang oleh Redbruch dianggap sebagai komponen ide hukum,
yakni keadilan dengan asas keseimbangan dan kepastian hukum. Ide
hukum tentang keadilan, keseimbangan, dan kepastian hukum digunakan di
dalam masyarakat yang lebih maju dalam menciptakan peraturan-peaturan
bidang pergaulan hidup yang mendasari penggunaan hukum sebagai

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
7

sarana bukan saja untuk menertibkan masyarakat tetapi juga untuk


mengubahnya atau mengarahkannya kesuatu jalur evolusi tertentu.

BAB II
TATANAN HUKUM PRIMITIF MENUJU HUKUM MODERN

I. Titik Tolak : Pra Sejarah Hukum dan Sejarah Hukum


Sejak terjadinya hukum, maka dalam benihnya dapat dikatakan telah
ada hampir seluruh komponen, yang berlangsung berabad-abad untuk
kemudian menghasilkan tatanan hukum modern masa kini. Konsensus yang
terjadi antara yang memerintah dan yang diperintah, bertumpu pada suatu
gagasan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban yang dapat
dijadikan dasar keadilan.
Pengakuan, pengukuhan, dan pemberian sanksi kebiasaan oleh
penguasa dengan serta-merta menujukan bahwa atas inisiatif sendiri ia juga
dapat mengeluarkan larangan dan perintah. Inilah awal dari perundang-
undangan. Juga telah ada peradilan, yang di dalamnya seringkali putusan-
putusan yang diambil oleh pejabat-pejabat atau badan-badan peradilan
diberlakukan sebagai preseden-preseden untuk waktu yang akan datang.

A. Tatanan-tatanan Hukum Primitif

Pada umumnya semua bangsa pernah mengalami evolusi hukum


selama berabad-abad sebelum periode mereka mempergunakan aksara.
Perbedaan antara pra sejarah hukum dan sejarah hukum pada hakikatnya
terletak pada perbedaan antara bangsa-bangsa tuna aksara dan bangsa-
bangsa beraksara. Dengan demikian aksara ini dapat dikatakan merupakan
faktor kebuyaan terpenting yang menentukan pengevolusian hukum.
Sementara periode peralihan pra sejarah hukum ke sejarah hukum berbeda
antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Misalnya antara lain :
bangsa Mesir peralihan tersebut terjadi sekitar abad ke- 28 dan 27 SM,
bangsa Romawi antara abag ke- 5 dan 6 SM, bangsa Germania pada ke-5
sesudah Masehi.

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
8

Karakteristik umum tatanan hukum bangsa-bangsa tuna aksara


sebagai berikut : (1) tidak tertulis; (2) tidak ada hukum kebiasaan primitif
umum; (3) setiap kelompok sosial mempunyai hukum kebiasaan masing-
masing; (4) hukum dan agama belum mempunyai perbedaan sistem norma
yang jelas; (5) Agama mempunyai peranan besar dalam tatanan hukum
primitif.
Aturan-aturan hukum primitf merupakan pengungkapan yuridis
hubungan-hubungan kemasyarakatan. Hal-hal tersebut terbentuk dengan
makin berkembanya hubungan-hubungan sebagai berikut : (1) hubungan-
hubungan keluarga; (2) hubungan kelompok keluarga; (3) hubungan
bangsa; (4) penguasaan benda-benda bergerak; dan ( 5) hubungan kelas-
kelas dalam masyarakat.

B. Tatatan Hukum Arkais

Melalui penemuan aksara perkembangan yuridis mengalami


kemajuan. Pra sejarah hukum telah lewat dan sejarah hukum antik muncul
kepermukaan. Awal dari periode ini sekitar tiga puluh abad Sebelum Masehi.
Peradaban-peradaban daerah perkotaan yang berasal dari abad ke- 40 dan
30 SM menampakan diri di tiga kawasan besar, yaitu : (i) Mesir, di delta
sungai Nil; (ii) Mesopotamia, di lembag sungai Tigris dan Eufrat; dan (iii)
lembah sungai Indus dengan kota-kota Harappa, Amri, Mahenjo-Daro, dan
lain-lain. Kota-kota tersebut mempunyai pemerintahan sendiri dan yang
terpenting adalah seni tulis menulis telah ada seperti hierogrif di Mesir,
tulisan paku di Mesopotamia, dan huruf-huruf brahmi dan kharasti di India.
Atas dasar peluang untuk mencatat aturan-aturan hukum ini, maka terjadilah
tatanan-tatanan hukum, yang disebut Arkaistis.

(1) Hukum Mesir

Selama hampir 40 abad lamanya, perkembangan hukum di Mesir


mengalami periode-periode pasang surut, yang kira-kira berlangsung
bersamaan dengan fluktuasi-fluktuasi besar kekuasan-kekuasan raja-raja
Mesir, para Fira’un. Sampai tiga kali sejarah Mesir telah berevolusi dari
suatu tatanan feodal patriakhat ke kekuasan tokratis yang sentralistis dan

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
9

seiring melemahnya kekuasan tersebut, kembali ke tatanan neo-feodal. Di


bawah tatanan feodal yang disebut “leenstelsel”, tanah sesuai kebutuhan
diberikan sebagai pinjaman, persetujuan peminjaman tanah ini dibuat di
bawah sumpah dan perempuan berada dalam situasi hina dina. Keturunan
melalui garis ibu dan endogami, mengijinkan perkawinan antara kakak dan
adik perempuan yang merupakan ciri-ciri khas hukum keluarga Mesir kuno

Nampaknya orang-orang Mesir tidak meninggalkan peraturan


perundang-undangan atau kitab-kitab undang-undang (kodifikasi), setidak-
tidaknya belum ditemukan hal-hal seperti itu. Meskipun demikian, banyak
sekali ditemukan pengumuman dan pemberitahuan tentang undang-undang
tersebut, yang pada hakekatnya telah pernah ditulis sebelumnya, tetapi
karena dalam periode-periode pemberontakan kesemuanya itu telah
dibuang atau dihancurkan. Pada sisi lain dikenal “pelajaran-pelajaran dan
buku-buku kepintaran” yang di dalamnya dijumpai asas-asas tentang hukum
yang bertujuan melindungi barang dan orang dalam pergaulan hidup.

(2) Hukum Babilonia : Zaman Hamurabi

Di Babilonia, sebelum kodeks Hamurabi, juga terdapat kodeks lain,


yaitu : (i) kodeks Urnami, sekitar tahun 2040 SM; (ii) kodeks Esinunna,
sekitar tahun 1930 SM disebuah kerajaan Akadia. Kodeks inimempunyai 60
Pasal; (iii) kodeks Lipitisitar, yang ditulis sekitar tahun 1880 SM dan
mempunyai 37 Pasal. Dibandingkan dengan kodeks-kodeks yang tersebut,
kodeks Hamurabi merupakan “kitab undang-undang yang terpenting dan
terbesar” yang terdiri dari 282 Pasal. Untuk pertama kali dalam sejarah
hukum telah ditetapkan sederet asas-asas seperti hak milik (eigendom)
yang sangat individualistik, sewa bawaan (onderhuur), dan juga perbutan
melawan hukum (onrechtmatig daag). Hukum pidana dalam kodeks
Hamurabi terkenal kejam seperti hukuman mati, pemblasan dendam,
pengundungan tangan, jari dan lain-lain.

(3) Hukum Hindu

Hukum Hundu nampaknya berkembang lebih banyak di suasana


aggaris, diantara berbagai daerah pedesaan, baik yang kecil maupun yang

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
10

besar. Kesatuan dan persatuan yang tidak dapat dipungkiri yang


diperlihatkan oleh hukum Hindu tradisionil disebabkan oleh faham
Brahmanisme. Adapun Brahmanisme ini bukan saja menganut hukum
bahwa manusia itu tidak sama satu dengan yang lain, tetapi juga membagi-
bagi umat manusia dalam kasta-kasta. Untuk setiap kasta tersedia hak-hak
dan kewajiban-kewajiban masing-masing.
Kasta-kasta tersebut dibagi dalam kelompok-kelompok keluarga
patriarchal dengan kekuasaan seumur hidup dari kakek tertua atas
perempuan-perempuan, anak-anak, dan budak-budak. Beberapa contoh
hukum Hindu tentang keluarga antara lain : kewajiban janda untuk
melanjutkan perkawinan denga kakak laki-laki dari almarhum suaminya
(leviraatshuweklyk) atau “kawin ipar”, atau mengikuti suaminya dalam
kematian; menyerahkan anak-anak laki-laki dari anak perempuannya
kepada ayah yang tidak mempunyai anak laki-laki; harta milik bersama
keluarga dengan mengecualikan anak-anak perempuan.
Hukum Hindu adalah tatanan hukum yang diwahyukan sekaligus
hukum ini suatu tatanan yang bertumpu pada asas-asas umum tentang
ketidaksamaan manusia, tatanan kasta. Apa yang paling dekat
persamaannya dengan pengertian penulis tentang hukum adalah yang
disebut “darma”, “kewajiban”. Jadi, darma adalah keseluruhan aturan hidup,
yang harus diataati oleh manusia karena setatusnya dalam masyarakat.
Tujuan darma adalah tujuan esensiil masyarakat; hal ini harus memberikan
peluang kepada setiap kasta untuk memenuhi kewajibanya.
Sumber-sumber darma terdiri atas :
(1) Kitab suci Weda, yang pada hakikatnya mempunyai dua pengertian,
yakni pengetahuan pada satu sisi dan pada sisi lain naskah-nahkah suci,
yang di dalamnya dicatat apa yang diwahyukan;
(2) smr’ti atau tradisi sebenarnya berarti “ingatan”, diantaranya yang paling
terkenal manusmr’ti (ingatan Manu), yang disebut kodeks Manu. Kodeks
Manu ini meliputi 12 buku dan kurang lebih 5400 ayat. Kodeks ini juga
merupakan pembagian secara metodis pertama kedalam cabang-cabang
hukum (hukum keluarga, huku perikatan, dan hukum pidana), malahan
ditinjau dari isinya menunjukan tentang adanya kematangan pemikiran

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
11

yuridis yang sangat maju. Misalnya nuansa perkembangan di dalam


pembagian tahap-tahan persetujuan, cacat-cacat dalam pemberian
persetujuan, dasar-dasar tanggung jawab hukum, title-titel daluarsa
akuisitif, dan lain-lain.
(3) Kebiasaan, hal ini dipandang oleh penganut Hindu sebagai sumber
hukum. Bahkan dalam kenyataanya, kebiasaan menjadi sumber hukum
terpenting hukum positif Hindu, karena ia menambahkan dan melengkapi
peraturan-peraturan yang dijabarkan dari kitab-kitab suci.

II. Tatanan Hukum Maju atau Mapan

Ciri umum tatanan hukum maju atau mapan mempunyai kesamaan


bahwa mereka adalah tatanan-tatanan hukum dunia sekuler, yang di
dalamnya penyelenggaraan hukum berlandaskan jalan pikiran rasional, di
mana hukum telah mencapai suatu derajat kompleksitas, abstraksi, dan
sitematisasi dengan akibat bahwa hal ini merupakan subjek studi dan
dilaksanakan oleh para spesialis yang khusus didik untuk itu.
Sekularitas hukum tersebut, bertumpu pada pengembalian
penguasaan keagamanaan ke dalam suasananya sendiri, yakni bidang
keagamaan dan kedua pengeluaran unsure-unsur irasionil dalam hukum,
misalnya dalam hukum pembuktian. Sementara ciri rasional, sitematisasi,
dan abstraksi pada hakikatnya merupakan sebab dan akibat suatu ciri khas
yang terakhir dari tatanan hukum modern. profesionalisme dan
pengilmiahan (verwissenschaftlichung).

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
12

BAB III
FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN
PERKEMBANGAN HUKUM

Hukum merupakan suatu produk hubungan-hubungan dan


perimbangan-perimbangan kemasyarakatan, maka di dalam proses
penciptaan dan perkembangannya ia ditentukan oleh sejumlah aspek
hubungan-hubungan dan perimbangan-perimbangan tersebut. Tidak mudah
untuk menelusuri dan menetapkan sumbangsih beberapa faktor yang benar-
benar berperan dalam penciptaan dan perkembangan huku karena faktor-
faktor tersebut tampil ke permukaan dalam beraneka ragam sifat dan
bentuk. Beberapa diantanya yang paling penting, yaitu :

I. Faktor-faktor politik
Faktor-faktor politik terutama meliputi : (1) adanya penguasa; (2)
penguasa agama; (3) tradisi imperial; (4) kekuasaan tersentralisasi; (5)
bentuk-bentuk kekuasaan.

II. Faktor-faktor ekonomi


Menurut Marx dan Engels bahwa factor ekonomis mempunyai
pengaruh absolute atas perkembangan kemasyarakatan. Akibatnya, hukum
sebagian besar ditentukan oleh ekonomi.

III. Faktor-faktor Agama dan Idiologi


Pencampuran antara aturan-aturan agama dan masyarakat dalam
satu sisi, dan kekuasaan-kekuasaan kerohanian dan keduniawian pada sisi
lain menunjukan mengapa agama juga dipandang sebagai factor penting
evolusi hukum, dimana

IV. Faktor-faktor Kultural


Faktor-faktor kultural ini tidak hanya penting bagi penghalusan teknik
hukum yang semakin meningkat, tetapi juga berpengaruh secara

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
13

berkelanjutan terhadap pandangan-pandangan yang dianut dalam


pergaulan kemasyarakatan. Faktor kultural tersebut antara lain :
(1) Aksara, yakni terciptanya seni tulis-menulis. Dimana hukum pada
hakikatnya hanya dapat hidup mandiri dan berkembang menjadi ilmu
pengetahuan bilama orang-orang dapat membaca dan menulis.
(2) Resepsi, yakni pengambilalihan oleh suatu kelompok hasil-hasil
perolehan budaya kelompok lain.
(3) Aliran-aliran budaya besar, seperti Helenisme pada zaman dahulu
(oudheid), Renaisans Karolingis pada awal abad pertengahan, dan pada
akhir abad pertengan meliputi : (i) Aristotelisme Kristen (ii) Renaisans,
yakni aliran budaya yang telah menggunakan pengaruhnya atas semua
bidang kegiatan manusia, baik terhadap seni, ilmu pengetahuan,
literature, politik dan lain-lain; (ii) Era pencerahan yang merupakan aliran
kejiwaan yang mendominasi pada abad XVIII; (iii) Mazhab Romantik,
seperti dalam historiche rechtschule dijumpai beberapa aliran namun
mazhab romantik yang diwujudkan oleh von Savigny yang
mengandalkan hukum Romawi keluar sebagi pemenang; (iv)
Psoitivisme, aliran yang lahir bagian ke-2 abad XIX dan mempunyai
pengaruh yang besar sampai sekarang; dan (8) Marxisme dan leninisme
merupakan aliran yang diformulasi pada abad XIX oleh Karl Marx dan
Friedrich Engels, dalam karya seperti Das Capital sementara Lenin
memberikan isi yang lain terhadap pengerian “dictator proletariat” Karl
Marx.

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
14

BAB IV
TATANAN HUKUM DI DUNIA MASA KINI

1. Tatanan-tatanan Hukum Tuna Aksara

Meskipun tatanan hukum tuna aksara ini mencerminkan suatu


stadium primitif perkembangan hukum, nampaknya hal-hal ini masih di
jumpai di dunia masa kini. Misalnya di sejumlah daerah Afrika, Australia,
Brazil, dan tempat-tempat lain. Pada umumnya tatanan hukum tersebut
tidak lagi merupakan bentuk-bentuk primitif karena telah mengalami suatu
evolusi panjang yang bagaimanapun juga seringkali menuntut tatanan
hukum yang lebih maju, namun demikian asas-asas primitif tetap tidak
mempunyai kesamaan dengan pandangan hukum yang maju.

2. Tatanan Hukum Tradisonal

Tatanan hukum tradisional merupakan tatanan-tatanan yang dijumpai


masa kini namun unsur-unsur fundamental diturunkan dari sumber-sumber
agama atau filsafat, yang asal-unsulnya membentang kebelakang hingga
zaman dahulu, seperti hukum Iberani, hukum Hindu, hukum Cina, hukum
Jepang, hukum Islam.

3. Tatanan Hukum Modern

Tatanan hukum modern masa kini merupakan tatanan hukum yang


keluar dari sumber tradisi kultural Erofa, yakni tatanan hukum Erofa
kontinental maupun tatanan hukum Anglo-Amerika (Common Law). Tatanan
hukum hukum Erofa kontinental merupakan suatu kelompok tatanan hukum
yang seringkali disebut “romanistis-germanitis”, oleh karena campuran
unsur-unsur hukum Romawi dan unsure-unsur dari hukum Germana,
terutama Jerman. Orang-orang Ingris menamakannya Civil Law (satu dan
lain hal karena pengaruh hukum Romawi dahulu, yakni Corpus Juris Civilis
dari Justianus). Sementara Common law ialah hukum yang telah

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
15

berkembang di Inggris sejak bagian terakhir abad pertengahan, dari


peradilan, dalam hal ini pengadilan-pengadilan raja. Oleh sebab itu common
law asli pun pertama-tama adalah “judge made law”, artinya suatu tatanan
hukum yang terutama tidak bertumpu pada aturan-aturan hukum yang
dibentuk oleh pembuat undang-undang.

4. Hukum Iberani

Hukum Iberani adalah ciri khas sebuah hukum agama, ia tidak


mengenal perbedaan antara asas-asas agama dan asas-asas yuridis.
Sumber hukum Iberani ditemukan di dalam kitab suci, yaitu : (1) Alkitab atau
Bible, yakni kitab suci yang mengandung “undang-undang” yang
diwahyukan Allah kepada hamba-Nya; (2) Misyna dan Gemara, yaitu
Misyna merupakan himpunan pendapat para Rabi sedangkan Gemara
merupakan glossen (cacatan-catatan) dari ulasan-ulasan dari Misyna; (3)
Talmud merupakan berkas Misyna dan Gemara yang dijadikan satu.

5. Hukum Yunani

Hukum Yunani merupakan salah satu sumber-sumber sejarah


terpenting bagi tatanan-tatanan hukum modern Erofa. Sejarah Hukum
Yunani dapat dibagi dalam periode-periode berikut : (1) Peradaban Kreta
dan Peradaban Mykene; (2) periode gen (clan, generasi persekutuan local);
(3) Periode poleis (negara kota), terbentuk melalui pengelompokan-
pengelompokan suku-suku di bawah pimpinan salah seorang kepala suku;
(4) periode abad-abad VIII dan VI SM, diantara beberapa Negara kota
terbentuk suatu tatanan demokrasi, seperti Athena. Sumber histories Hukum
Yunani berupa Gortyn, yaitu suatu inskripsi piagam yang berasal dari abad
480-460 SM dan mengandung sejumlah aturan-aturan hukum privat. Di
dalam Negara-negara kota Yunani, hukum perdata tidak begitu berkembang
dibandingkan dengan hukum tata negara.

6. Hukum Romawi Kuno

Sejarah hukum Romawi di zaman kuno meliputi 12 abad, mulai dari


abad VII SM sampai periode kerajaan sampai abad VI. Selanjutnya era

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
16

Kaisar Justianus sampai abad XV berlangsung kerajaan Romawi Timur atau


Byzantum. Sumber-sumber Hukum Romawi dibedakan berdasarkan :
(i) Periode dini, yang berlangsung sejak pertengahan abad II SM. Sumber
hukum periode ini berupa kebiasaan (mos maiorum consuetodo) pada
saat Roma dikuasai organisasi clan, sementara pada masa Kerajaan
dan Republik dini sumber hukum berupa undang-undang, yiatu
Undang-undang Dua Belas Prasasti sebagai salah satu fundamen ius
civile.
(ii) Periode klasik, yang membentang antara abad II SM sampai akhir abad
III M. sumber-sumber terpenting Hukum Romawi Klasik masih tetap
berupa kebiasaan dan undang-undang. Pada perkembangannya,
undang-undang itu telah menajdi sumber terpeting Hukum Romawi
masa ini. Undang-undang meliputi leges, konsul-konsul senat, dan
terutama constituties kekaisaran yang dibedakan dalam empat kategori
yaitu (i) edikta-edikta, yaitu ketentuan yang mempunyai ruang lingkup
umum; (ii) dekreta-dekreta, yaitu vonis-vonis yang diucapkan oleh
Kaisar atau dewannya berkaitan dengan peristiwa yuridis; (iii) reskripta-
reskripta, yakni jawaban-jawaban yang diberikan oleh kaisar atau
dewannya kepada seorang pejabat negara, seorang megistrat atau
bahkan patikulir; (iv) mandata, yaitu instruksi-instruksi yang diberikan
kaisar kepada gubernur-gubernur provinsi, terutama berhubungan
dengan persioalan administrasi dan perpajakan.
(iii) Periode terlambat, yang berlangsung sejak era Dominat yang tumbuh
dari krisis yang dialami oleh Kekaisaran Romawi pada abad III M.
periode ini ditandai dan diwarnai oleh pemerintahan absolutisme
kekaisaraan, dimana perundang-undangan Kaisar merupakan sumber
hukum terpenting dan pada sisi lain pengaruh Kristen sedang tumbuh
dengan pesat.

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
17

BAB V
AGAMA KRISTEN

Agama Krsiten tampil berkat kegiatan-kegiatan penyebaran ajaran-


ajaran Yesus dari Nazaret, yang kelahirannya menandai awal Tarikh
Masehi. Informasi penting bagi sejarah hukum antara lain dapat diseidiki
lebih lanjut :

I. Hubungan dan perimbangan antara penguasa gerejawi dan


penguasa duniawi.
Dalam hal ini, secara pundamental teori yang berkembang di Barat
telah didominasi ide bahwa agama Kristen perlu memenuhi sebuah misi di
lapisan atas, yang diarahkan pada Civitas Dei (negara ketuhanan),
sedangkan Civitas Terrena (Negara keduniawian) hanya mengurus
ketertiban dan tidak boleh menghalang-halangi pekerjaan gereja.

II. Yuridikasi Agama Krsten


Satu dan hal karena agama Kristen berkembang dalam konteks
negara Romawi dengan gaya susunan administrasi dan ketertiban hukum,
maka seiring itu gereja berikhtiar membangun di bidang kerohanian sebuah
aparat pemerintahan dan hukum yang serupa. Pada dasarnya ikhtiar gereja
tersebut bertolak dari cita-cita bahwa gereja merupakan sebuah Civitas Dei
tersendiri yang diberi tugas kerohanian. Persoalan-persoalan yang muncul
dalam Civitas Dai ini diatur dalam hukum kanonik melalui teknik yuridis
Romawi.

III. Teoretisasi Agama Kristen


Sejak abad XI makin besar dirasakan kebutuhan untuk memberikan
suatu fundamental intelektual yang kokoh kepada moral dengan ajaran
agama Kristen dengan pengandalan filsafat zaman kuno. Akan tetapi, sejak
zaman Modern nampaknya bagi gereja semakin dirundung kesulitan untuk

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
18

mengakomodasi dan memadukan ajaran-ajaran atau filosofi Kristen dengan


temuan-temuan ilmu pengetahuan. Sejak masa rasionalisme dan era
pencerahan abad XVIII, gereja telah benar-benar pada persimpangan jalan.

BAB VI
HUKUM ROMAWI DAN HUKUM GERMANA
PADA BAGIAN AWAL ABAD PERTENGAHAN ANTARA LAIN
DI DALAM NEGARA FRANKA

I. Iktisar Historis
Pada era Negara Romawi bangsa Germana bermukim di wilayah
sebelah timur sungai Rin dan sebelah utara sungai Donau. Pada abad V
suku-suku bangsa Franka menetap di kawasa sungai Rin dan Seine. Raja-
raja Frangka Clovis, Dagobert, Pepijn de Korte, dan Charle Agung
(Charlemagne) telah berhasil memperluas kekuasaanya yang membentang
mulai dari sunagi Ebro di Spanyol sampai dengan sungai Elbe di Jerman
sekarang. Walaupun demikian, negara tersebut hanya berdiri untuk waktu
yang tidak panjang.
Terjadinya peperangan yang berlangsung selama satu abad untuk
memperebutkan warisan Charles Agung dan penggantinya, maka Francia
Orientalis seorang putra Louis Yang Saleh (Lodewijk de Vrome) yang
berdasarkan pada Traktat Verdum (843) dikukuh menguasai sebelah timur
sungai Rin, telah menyerap seluruh Negara Lathorius dan keseluruhanya
menjadi Negara Germania, yang kemudian menjadi Negara Katolik Roma
bangsa Jerman dan berdiri sampai dengan tahun 1806. Pada awalnya
kekuasan kaisar tetap besar, terutama pada era pemerintahan Otto Akbar
(Otto de Grote) tahun 936-973, Frederik Barbarossa (1152-1190), maupun
Frederi II (1211-1250). Kemudian dengan relatif lemahnya persatuan dan
kesatuan di Negara tersebut, nampaknya sedikit banyak telah membantu
terbentuknya tatanan hukum Erofa yang seragam.

II. Survival Hukum Romawi

A. Personalitas Hukum

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
19

Pada awal abad V asas personalitas diterapkan di Erofa Barat.


Hubungan dan perimbangan demografis antara Galia-Romawi dan Germana
bagaimanapun tidak sama. Diantara daerah hukum Germana di sebelah
utara dan daerah hukum Romawi di sebelah selatan terdapat suatu zona,
yang didalamnya diterapkan secara utuh asas personalitas pada abad
VI,VII, dan VIII. Asas personalitas disini berlaku semata.mata bagi hukum
perdata dan pidana. Apa yang menyangkut negara dan pemerintahan,
misalnya tata Negara adalah murni territorial. Sejak abad IX, asas
personalitas perlahan sirna di seluruh Erofa diganti asas teritorialitas.

B. Himpunan Hukum Romawi Erofa Barat


Penerapan asas personalitas pada hakikatnya telah memungkinkan
hukum Romawi tetap bertahan di Erofa Bara kendati pun Negara Romawi
Barat telah sirna. Akan tetapi, hukum Romawi tersebut tetap mengalami
evolusi, yang sebagian besar melalui kontak dengan hukum-hukum
kebiasaan Germana. Hukum Romawi blasteran ini, dalam bahasa Jerman
disebut. Vulgarreht. Kendati demikian, para raja dari kerajan-kerajaan
Germana bagian selatan, sekitar tahun 500 merasa perlu menyususun
himpunan-himpunanhukum Romawi, untukkepentingan para hakim.
Himpunan hukum tersebut dilakukan sekitar tiga puluh tahun sebelum
kodifikasi besar hukum Romawi atas perintah kaisar Justianus di Negara
Byzantium : digesta, Codeks dan Institutiones, yang tetap dikenal di Erofa
Barat sampai abad XII.

C. Sumber-sumber Hukum di Negara Frangka


Sumber hukum Negara Franka dibedakan : (1) Reichsrecht, yaitu
perundang-undanagn kerajaan (selelah tahun 800 perundanag-undanagn
kekaisaran, pada asasnya seragam untuk seluruh Negara); Volkrechte, yaitu
hukum, terutama hukum kebiasaan, dari masing-masing bangsa yang
berbeda, yang dipersatukan di bawah kekuasan raja-raja Franka.
Reichsrecht dan Volkrechte tidak merupakan tatanan-tatanan hukum yang
terpisah satu denngan yang lain. Reichsrecht ini pada umumnya
menyangkut pemerintahan sedangkan Volkrechte berkaitan dengan
hubungan-hubungan privat.

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
20

D. Leges Barbarorum
Terdapat sejumlah Leges Barbarorum dikenal di wilayah Franka,
antara lain : Lex Salica, Lex Riburaria, Ewa ed Amorem, Lex
Burgundionum, dan lex Frisionum. Leges ini pada hakkatnya bukanlah kitab
undang-undang yang sesungguhnya, bahkan bukan pula undang-undang
dalam arti masa kini. Leges ini merupakan kebiasaan-kebiasaan yang
dengan bantuan para urteilfinder (para pendamping yang harus
melaksanakan legem dicere, yakni menemukan putusan) dibuatkan catatan
dan disetujui penguasa.

E. Perundang-undangan Raja di dalam Negara Frangka


Pada periode Merovia dan Karolingis, undang-undang merupakan
sumber hukum disampinng kebiasaan. Para Raja Merovia dan terutama
raja-raja Karolingis telah berupaya menyeragamkan hukum dengan jalan
meniadakan asas personalitas dan melalui penerapan peraturan mereka
sendiri diseluruh wilayah Negara.
Perundang-undangan raja-raja Merovia pada hakikatnya melanjutkan
tradisi Romawi, bukan saja yang menyangkut terminologi, melainkan juga
dari segi bentuk dan isi dan sedikit sekali mengeluarkan undang. Sementara
raja-raja Karolongis telah banyak membuat peraturan perundang-undangan.
Terutama Charles Agung, Louis de Vrome, dan Cahrle de Kele. Sejak
pemerintahan Charles Agung, peraturan perundang-undangan lazimnya
dsebut capitularia atau capitula. Kekuatan mengikat capitula tersebut
sesungguhnya bersumber pada otoritas sang raja, yaitu hak untuk
melarang, hak untuk memerintah, dan hak untuk menjatuhkan hukuman
yang disebut bannum.

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
21

BAB VII
TATANAN FEODAL

Tatanan feodal di Erofa Barat berkembang menjelang abad X, XI, dan


XII dan selama tiga abad itu institusi-institusi feodal memperoleh bentuknya
yang definitif. Di Perancis, Burgondia, dan Italia tatanan feodal ini
memainkan peranan besar di dalam kehidupan kemasyarakan dan hukum.
Sementara di Jerman, feodalisme mengenal zaman emasnya setelah
Ottonen dalam abad XII, XIII, dan bahkan abad XIV. Di Inggris feodalisme
diintrodusir oleh kaum Normandia pada tahun 1066, setelah pertempuran
hastings dan sebagai akibat peranan raja di dalamnya, maka tatanan
feodalisme Inggris memiliki cirri-ciri khas tersendiri. Sedangkan di Spanyol
tatanan feodalisme ini dimasukan reconquista yaitu perampasan kembali
jazirah Spanyol oleh raja-raja Kastila dan Aragon dari bangsa Arab.
Tatanan feodal tersebut ditandai dan diwarnai oleh serentetan
institusi yang sebagian besar terjadi selama periode raja-raja Merovia dan
Karolinga serta telah berlangsung terus sampai abad XVIII. Institusi-institusi
dimaksud adalah sistem-sistem vassal (Negara tertentu taklukkepada
Negara lain), leen (peminjaman tanah), imunitas (kekebalan), horigheid
(benda-benda tak bergerak milik Negara) dan dominal (petani terikat pada
tuannya).
.Sistem vasal adalah ikatan pribadi di dalam hubungan dan
perimbangan feodal-vasal, sedangkan sistem leen ini merupakan ikatan
kebendaan. Sistem vasal tumbuh sebagi akibat ketidaksetabilan dan
keamanan periode-periode Marovia dan Karolinga, yaitu orang-orang
merdeka (non budak) meminta dan mendapat perlindungan (commandare-
commandatio) dari seorang yang berkuasa (senior), asalkan mengucapkan
janji akan setia kepada senior tersebut,bahwa harus taat dan membantu
secara fisik maupun nasehat (concilium et auxilium). Sistem leen tercipta

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
22

melaui beneficium (=baik hati, anugrah). Leen merupakan hak menguasai


biasanya sebidang tanah, yang diberikan oleh senior atau majikan leen
tersebut kepada vassal-nya, untuk memberikan kesempatan kepada pihak
yang tersebut terakhir untuk dapat menutupi biaya-biaya kehidupannya dari
penghasilan tanah tersebut.
Kebiasaan (adat) merupakan satu-satunya sumber hukum selama
masa feodal. Pada hakikatnya kebiasan-kebiasaan ini tidak diketahui karena
hal-hal tersebut tidak meninggalkan bekas-bekas tulisan, seperti akta-akta
maupun vonis-vonis tertulis, kontrak-kontrak yang merupakan dasar adanya
bukti tentang pemberian ijin mempergunakan tanah milik bangsawan, janji-
janji pada penggarap tanah, dan lain-lain.
Pada masa feodalisme ini, mampir tidak ada peraturan perundang-
undangan yang dibentuk. Hukum sama sekali tidak dicacat di sisni. Jadi,
tidak ditemukan lagi kitab undang-undang mauun kitab hukum. ini adalah
era tampa aksara baru. Kebanyakan orang malahan belum menguasai
teknik tulis menulis maupun seni baca, para hakim (antara lain kaum
bangsawan dan pejabat-pejabat daerah) yang pada umumnya tidak cakap
membaca sebuah naskah yuridis. Dan biasanya mereka mengadili suatu
perkara dengan mengandalkan takdir ilahi, terutama untukpembuktian yang
sudah barang tentu dilakukan dengan cara-cara irasional.

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
23

BAB VIII
SUMBER-SUMBER HUKUM PADA AKHIR ABAD PERTENGAHAN
DAN ZAMAN MODERN ABAD XIII – XVIII

I. Ikhtisar Umum

Masyarakat Erofa Barat mengalami perubahan-perubahan mendasar


di dalam abad XIII meskipun institusi-institusi feodal masih tetap
berlangsung. Undang-undang sedikit demi sedikit kembali menjadi sumber
hukum, bahkan bukan sang raja saja yang membentuk undang-undang
melainkan juga para tuan tanah maupun pemerintah kota-kota. Akan tetapi,
kegiatan perundang-undangan masih terbatas ruang ringkupnya. Di dalam
bidang hukum perdata, kebiasaan masih tetap merupakan sumber hukum
yang terpenting.
Di dalam sejarah hukum dijumpai kontinuitas antara abad-abad
pertengahan dan zaman-zaman modern. Abad XIII merupakan suatu
momentum penting dalam sejarah negara dan hukum. Dalam bidang yuridis,
raja-raja absolut memperjuangkan terutama untuk mempersatukan hukum
negara mereka. Pada abad ke XVI berkat ditemukannya seni mencetak
buku, maka hukum semakin lama dicatat. Pendokumentasian hukum
mencapai titik kulminasinya dalam gerakan kodifikasi, yang mulai tampil
pada abad XVIII, terutama di Jerman dan Italia. Pada abad-abad ini,
undang-undang menjadi sumber hukum terpenting menggantikan
kebiasaan.

II. Kebiasaan

Seorang ahli hukum Vlanderen dari abad XVI, Filips Wielan,


kebiasaan sebagai sumber hukum didefinisikan sebagai berikut :
“Kebiasaan adalah hukum tidak tertulis yang terdiri dari ketentuan-
ketentuan sehari-hari(usance) dan perbutan yang terus-menerus oleh
orang-orang dalam kehidupan dan pergaulan hidup serta diwujudkan

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
24

secara nyata tanpa paksaan masyarakat atau bangsa, selama


kebiasaan itu diikuti secara berkesinambungan”

Dari ketentuan tersebut dapat diketahui karakteristik-karakteristik kebiasaan


yaitu : (i) hukum tidak tertulis; (ii) dibentuk oleh kelaziman dan tindakan-
tindakan berulang-ulang; (iii) dijadikan kelajiman di muka umum; (iv) tanpa
bantahan mayoritas kelompok sosial politik; (v) kebiasaan tersebut harus
pernah diterapkan selama periode tertentu yang cukup lama; (vi) kebiasaan
harus rasional.
Salah satu kelemahan hukum kebiasaan adalah tidak mempunyai
kepastian oleh karena tidak dituangkan secara tertulis. Kesulitan-kesulitan
yang disebabkan oleh tidak adanya kepastian hukum nampaknya mulai
disadari para raja. Di Perancis, pencatatan resmi hukum-hukum kebiasaan
mulai diselenggarakan pada XIV, ketika Raja Charles VII memberi perintah
melalui ordonansi Montil les Tours tahun 1454. Di negeri Belanda hal
tersebut di lakukan 77 tahun kemudian melalui ordonansinya tahun 1531.
Selajutnya, para raja memerintahkan pencetakan kebiasan-kebiasan
tersebut sehingga pada hakekatnya tidak lagi merupakan kebiasan-kebiasan
murni dan dalam realita menjadi undang-undang yang berasal dari
kebiasan-kebiasaan hukum.

III. Undan-undang
Peranan besar perundangan-undangan pada hakikatnya dimainkan
oleh evolusi umum hukum di dalam masyarakat yang semakin
individualistis, dimana peranan keluarga dan kelompok-kelompok yang
mendapatkan privilese-privilese di dalam bidang kemasyarakatan, politik
dan hukum mulai melemah. Titik akhir evolusi tersebut adalah gerakan
kodifikasi yang pada abad XVIII di bawah pengaruh hukum alam dan
pencerahan yang makin hari berpengaruh. Gerakan ini memperoleh
kemenangan dengan pecahnya Revolusi Perancis serta mencapai titik
puncaknya pada kodifikasi-kodifikasi Napoleon (awan abad XIX).
Perundang-undangan kodifikasi sejak abad XIX tetap merupakan
sumber hukum terpeting di benua Erofa dan di banyak wilayah, yang
membiarkan diri diilhami dan dipengaruhi oleh burgerliche gesetzbuch
Jerman dan terutama code Napoloen. Undang-undang ini bukan lagi

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
25

uangkapan atau kehendak sang raja, melainkan sejak Revolusi Perancis


adalah kemauan rakyat melalui dewan perwakilan rakyat. Oleh karena itu
hal ini hampir dipandang sebagai sumber hukum terpenting, bahkan pada
mulanya hampir sebagai satu-satunya sumber hukum.
IV. Hukum Kanonik
Hukum Kanonik adalah hukum anggota-anggota persekutuan kaum
Kristiani, lebih khusus lagi Gereja Katolik-Roma. Istilah “kanonik” ini berasal
dari kata Yunani, yaitu kanon yang berarti regula atau aturan. Nama ini
diberikan pada keputusan-keputusan konseli-konseli di abad-abad pertama
tarirh Masehi. Hukum Kanonik ini memainkan peranan penting di dalam
evolusi umum hukum oleh sebab pengaruh gereja terhadap persekutuan-
persekutuan Erofa Barat di abad-abad pertengahan. Sampai saat ini kaum
Katolik menganggap dirinya tunduk pada dua buah tatanan hukum, yaitu
hukum Negara dan hukum kanonik.
Secara kronologis, perkembangan Hukum Kanonik dapat dibedakan
pada tiga periode, yaitu : (1) fase yang menunjukan peningkatan, yakni dari
abad III sampai dengan XI; (2) fase titik kulminasi pada abad XII dan XIII;
dan (3) fase menurun secara berangsur-angsur sejak abad XIV dan
menurun secara derastis sejak abad XVI. Akan tetapi, hukum kanonik
masih tetap merupakan hukum yang hidup meskipun telah terjadi
sekulerisasi institusi-institusi hukum perdata dan hukum publik.
Sumber hukum kanonik adalah Wahyu Tuhan sebagaimana
ditemukan dalam kitab suci yang merupakan satu-satunya dari Hukum
Ketuhanan (ius divinum). Hukum ketuhanan ini adalah seperangkat aturan-
aturan yuridis yang dijabarkan dari kitab suci, baik Perjanjian Lama maupun
Perjanjian Baru. Hukum ini ditambah serta dilengkapi dan disesuaikan
dengan dekrit-dekrit konsili-konsili dan dekteral-dekteral para paus maupun
oleh kebiasaan. baik perjanjian lama maupun perjanjian baru

V. Ajaran Hukum
Ajaran hukum menduduki tempat penting di dalam perkembangan
hukum sejak abad XVI. Ia tidak hanya membatasi diri pada penelaahan
Hukum Romawi dan Hukum Kanonik, tetapi juga hukum pribumi setiap
Negara. Undang-undang dan kebiasaan-kebiasaan di jadikan subjek studi

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
26

ilmiah. Dengan demikian, terjadilah pengilmiahan dari hukum itu sendiri,


yang dipelajari secara ilmiah sehubungan dengan pelaksanannya. Pada
abad XVII, Mazhab Hukum Alam mengalami masa pemekarannya, antara
lain Grotius. Walau bagaimanapun juga, hal ini telah menjurus ke arah
globalisasi dan kesatuan hukum.

VI. Organisasi Kehakiman dan Peradilan


Dengan adanya hirarkisasi pengadilan-pengadilan dan
perkembangan institusi permohonan banding terhadap putusan-putusan
majelis-majelis kehakiman yang lebih rendah, maka peradilan selama
zaman-zaman modern ini lama-kelamaan menjadi sumber hukum tersendiri.
Lazimnya hakim-hakim merasa terikat pada putusan hakim-hakim
sebelumnya atau putusan-putusan pengadilan yang lebih tinggi. Peradilan
ini disebarluaskan melalui kumpulan putusan-putusan dan arest-arest.
Pengaruh peradilan terhadap sumber-sumber hukum lain adalah sangat
besar. Selain itu, peradilan pun telah membantu dalam proses romanisasi
hukum baik di Perancis, Jerman, dan Belanda.
Peradilan telah banyak membantu dalam pembentukan hukum
modern, yaitu : (1) mengenai kekuasan pengadilan-pengadilan memberikan
makna kepada preseden-preseden; (2) karena pengaruh putusan-putusan
pengadilan rendah dan arrest-arrest pengadilan yang lebih tinggi terhadap
penyusunan hukum-hukum kebiasaan dan ajaran hukum.
Pada abad XIII, seperti hal sebelumnya, di dalam pengadilan,
hukum di jalankan oleh “hakim-hakim rakyat”, artinya hakim-hakim tanpa
latar belakang yuridis. Sejak abad XIV sampai abad XVIII, jabatan hakim
diselenggarakan oleh hakim-hakim professional, yakni yuris-yuris atau legis-
legis, yang pada umumnya adalah lulusan universitas.

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
27

BAB IX
COMMON LAW

I. Hal Ikhwal yang Bersifat Umum

Pada hakekatnya, common law adalah sebuah judge made law,


artinnya hukum yang dibentuk oleh peradilan hakim-hakim kerajaan dan
dipertahankan berkat kekuasaan yang diberikan kepada preseden-preseden
(putusan) hakim-hakim. Dan undang-undang nampaknya hampir tidak
berpengaruh terhadap evolusi common law ini. Akan tetapi, common law
dalam arti sempit ini tidak mencakup tatanan hukum Inggris; disamping
peradilan pengadilan-pengadilan kerajaan telah berkembang pula statute
law, yaitu hukum undang-undang yang dikeluarkan oleh pembuat undang-
undang (legislatif). Statute law ini telah menjadi suatu sumber hukum
penting, terutama selama abad-abad XIX dan XX.
Ungkapan common law telah dipergunakan sejak abad XIII untuk
menyebutkan hukum Inggris secara keseluruhan. Pada abad XV dan XVI,
disamping common law telah terbentuk sepangkat aturan-aturan hukum
yang lain, yakni apa yang dikenal equity. Betapun juga common law tetap
berhasil mengimbangi perkembangan pengaruh equity tersebut. Saat ini
ungkapan common law tersebut seringkali dipergunakan pula untuk
menyatakan keseluruhan aturan-aturan hukum yang berlaku di Inggris,
tanpa membedakan apakah hal-hal tersebut berasal common law yang asli,
equity maupun statute law. Dalam makna ini, diperbandingkan dengan civil
law , yakni ungkapan yang dipakai untuk menyatakan tatanan-tatanan hukuk
Erofa Kontinental yang dipengaruhi corpus iuris civilis.

II. Pembentukan Tatanan Cammon Law

A. Hukum di Inggris Sampai Abad XII


Sampai abad XII dan XIII sejarah hukum Inggris dapat dibandingkan
secara tepat dengan sejarah tatanan-tatanan hukum Erofa Kontinental.

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
28

Inggris pun merupakan bagian dari Negara Romawi sejak abad I sampai
abad V, namun proses Romanisasi di dalamhukum dan institusi-institusi
boleh dibilang tidak meninggalkan bekas-bekasnya dalam periode-periode
kemudian.
Pada tahun 1066 Inggris ditaklukan oleh Hortog Nertog Normandia,
Willam Penakluk (1028-1087) dalam pertempuran di Hasting. William
menyatakan tidak akan mengubah hukum dan kebiasaan penduduk pribumi,
namun memasukan tatanan feodal yang lazim berlaku di Erofa Kontinental
pada Inggris. Dalam abad XII, kebiasaan tetap merupakan sumber hukum
satu-satunya hukum Inggris, yaitu : kebiasaan-kebiasaan lokal Anglo-
sakson, kebiasaan-kebiasaan kota-kota yang bar didirikan (borough
customs), kebiasan-kebiasaan kaum pedagang, terutama pedagang-
pegadang London, yakni yang dikenal “pie powder” dan lex mercatoria.

B. Susunan Pengadilan-pengadilan Kerajaan : Prosedur Writ

Pada awalnya sang raja sendiri yang memimpin sidang yang


diselenggarakan di dalam istananya, yang disebut dengan curia regis.
Namun, tidak lama kemudian telah dibentuk bidang-bidang spesialisasi,
terpisah dari curia yang sebenarnya. untuk menangani permasalahan-
permasalahan tertentu : (1) court of excheqeur scaccarium, sejak abad XII,
berwenang dalam bidang-bidang financial dan perpajakan; (2) court of
common pleas communia placita, berwenang urusan-urusan pemilikan
tanah; (3) king’s bench dari bench coram rage, yang berwenang untuk
memeriksa kejahatan-kejahatan terhadap keamanan dan perdamaian di
dalam wilayah kerajaan.
Perluasan wewenang yang berlangsung cepat pada pengadilan-
pengadilan tingkat tinggi ini dimungkinkan terlaksana oleh prosede teknis
yang dipakai untuk menyelesaikan sengketa-sengketa pada majlis-majlis
hakim. Setiap orang yang ingin memperoleh keadilan sang raja, dapat
mengajukan surat permohonan kepada raja. Kanselir sebagai salah satu
penasehat terpentng raja, meneliti surat permohonan tersebut dan bilaman
surat permohonan tersebut dipandang layak, maka kanselir mengirim surat
atas nama raja, sebuah perintah yang disebut writs melalui sheriff untuk

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
29

memaksa tertuduh membuat pembelaan. Adapun tatanan writs ini terbentuk


pada abad XII pada saat Hendrik II (1154-1189) menjadi raja. Pada awalnya
writs tersebut diperuntukan dalam menyelesaikan kasus-kasus khusus,
namun setelah itu hal ini menjadi stereotype formula-formula, yang diberikan
oleh konselir setelah membayar sejumlah uang, tampa pemeriksaan
mendalam sebelumnya (writs de cursu).
Jadi, pada pokoknya hukum Inggris berkembang terutama dari suatu
keseluruhan aturan-aturan prosedur dan bukan dari aturan-aturan
menyangkut substansi dasar. Dengan adanya alasan-alasan ini, struktur
common law secara pundamental berbeda dengan tatanan-tatanan Erofa
Kontinental. Dengan tidak adanya kodifikasi, maka tidak ada pula
pembagian dalam cabang-cabang ilmu pengetahuan yang besar, seperti
hukum perdata, hukum pidana, dan sebagainya, namun berbicara tentang
family law (hukumkeluarga), contract law (hukum kontrak), law of tort
(hukum yang menyangkut perbuatan melawan hukum), dan seterusnya.

C. Sumber-sumber Common Law

Sesungguhnya common law benar-benar diciptakan oleh hakim-


hakim pengadilan kerajaan. Para hakim tersebut mengandalkan kebiasaan,
khususnya pada kebiasaan lama umum kerajaan (general immemorial
custom of the realm). Sejak tahun 1292 putusan-putusan terpenting
pengadilan-pengadilan tinggi Westminster telah dicacat dan disimpan dalam
Year Book. Kemudian, pada abad XVI dijumpai pula Law Reports yang
dicetak dan ini merupakan dokumen-dokumen terpenting bagi kehakiman
dan advokat. Meskipun common law adalah hukum yurisprudensi, namun
baru pada tahun 1875 hakim-hakim menurut undang-undang wajib
menerapakan prinsip stare decisis (tetap menerapkan apa yang telah
diputuskan sebelumnya, artinya menjunjung tinggi preseden-preseden).
Selain itu, para hakim mempergunakan juga buku-buku hukum besar yang
disusun oleh para hakim. Buku-buku tertua, legibus et consuetudinibus
angliae (tentang undang-undang dan kebiasaan) berasal dari tahun 1187
dan telah mamainkan peranan penting dalam terbentknya common law.

D. Equity terhadap Cammon Law

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
30

Equity dapat dipandang sebagai sebuah pelengkap dan untuk


sebagian lagi sebagai alat koreksi common law, yakni : (1) bilamana
common law memperlihatkan celah-celah kosong, seperti tidak ada writ
untuk sebuah kasus tertentu, yang tidak memenuhi kebutuhan-kebutuhan
pergaulan hidup; (2) bilamana remedy yang disediakan common law (ganti
rugi) tidak memuaskan; (3) bilamana pengadilan common law dalam
mengadili orang memberikan putusan yang tidak adil; (4) bilamana
pengadilan common law tidak berwenang mengadili, misalnya terhadap
kaum pedagang luar negeri.
Pada tahun 1873-1875 terjadi peleburan pengadilan-pengadilan
common law dan pengadilan-pengadilan equity sebagai akibat
dikeluarkannya Judicature Act. Sejak itu aturan-aturan common law dan
equity pada prinsipnya diterapkan oleh pengadilan-pengadilan yang sama,
yang pada gilirannya mempercepat prosespeleburan menjadi kesatuan yang
utuh. Judycature Act 1873 menetapkan bahwa untuk selanjutnya equity
mendapatkan prioritas atas common law dan hal tersebut kemudian
dikomfirmasi oleh Supreme Court Act tahun 1981.

III. Trial by Jury

Suau kespesifikan tatanan hukum Inggris adalah peranan penting


yang dimainkan oleh Juri di dalam institusi peradilan. Juri ini di dalam
perkara-perkara hukum baru terbentuk pada zaman Hendrik II (1133-1189),
yakni pada tahun 1166 melalui writ of novel disseisin. Tatanan juri di Inggris
masih tetap bertahan samai abad XX.

IV. Perkembangan Statute Law

Perundang-undangan menduduki tempat kedua dalam tata urutan


sumber-sumber hukum Inggris setelah peradilan. Undang-undang (act of
statute) dipandang sebagai kekecualian atas common law ; hakim harus
menafsirkan undang-undang ini secara sempit, bahkan lebih mengindahkan
kata-katanya daripada jiwanya. Pandangan yang meberikan prioritas kepada
common law nampaknya mulai luntur dengan meluasnya peranan pembuat
undang-undang terutama dalam abad XX. Melalui jalur perundang-
undangan (Acts tahun 1832-1833 dan 1873-1875), telah diadakan

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
31

perubahan mendasar di dalam susunan peradilan dan oleh sebab itu


reformasi dalamhukum acara dan hubungan serta perimbangantimbal balik
antara common law dan equity. Dengan cara yang sama, terutama setelah
tahun 1945, telah diberlakukan sustu hukum sosial yang sama sekali baru,
walaupu dalam jumlah kecil.

V. Undang-undang Dasar dan Kodifikasi

Kendatu pun peranan besar yang dimainkan oleh perundang-undang,


namun tetap saja Inggris merupakan sebuah Negara tanpa undang-undan
dasar dan tanpa kitab undang-undang. Constitusional law Inggris bertumpu
pada kebiasaan dan pada preseden-preseden, maupun pada beberapa
naskah undang-undang seperti Magna Charta tahun1215, Bill of Right tahun
1689 dan Acts of Union antara Inggris dan Skotlandia tahun 1707. Dalam
hal kitab undang-undang, di Inggris paling tidak telah disusun apa yang
disebut consolidation undang-undang yang ada, antara lain dalam periode
1825-1863 dan beberapa materi terbatas dikodifikasikan seperti sale of
goods act (1893), sejenis kodeks kontrak jual beli, bankruptcy act tahun
1914, dan seterusnya. Yang dimaksud kodifikasi di Inggris adalah sebuah
undang-undang, yang didalamnya telah dikonsolidaskan bukan hanya
undang-undang yang berlaku sejak dulu, melainkan juga case law.

VI. Penyebaran Common Law di Dunia


Inggris telah membawa dan sedikit banyak dipaksakan kepada
semua negara yang mereka kuasai atau yang mereka jajah, dengan hasil
yang berbeda-beda. Banyak wilayah yang termasuk Kerajaan Inggris, tetap
mengakui kekuasaan hukum Inggris. Kanada misalnya sampai tahun 1949
dan beberapa Negara lain : Selandia Baru; Hongkong, dan Singapura
bahkan sampai sekarang menganggap majelis pengadilan tertinggi yakni
Judicial Committee of Privy Council, yang terdiri dari 3 sampai 5 anggota-
anggota House of Lords. Di dalam United Kingdom Common Law ini
diterapkan di Walles dan Irlandia Utara, akan tetapi tidak di Skotlandia yang
telah mengalami pengaruh hukum Romawi karena banyak yuris-yuris
skotlandia yang mendapat pendidikan hukum pada universitas Erofa

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
32

Kontinental. Selain itu Amerika Serikat dan Australia tergolong Negara-


negara common law

BAB X
HUKUM HINDU MASA KINI

I. Dominasi Islam
Sejak abad X, bagian-bagian tertentu sub-benua India sedikit banyak
dikuasai oleh penguasa Islam. Sebagai akibat hal tersebut, yakni sebagaian
penduduk India Timur dan Barat memeluk Islam satu sisi dan Hindu pada
sisi lain. Pada saat Mongol Agung (abad XVI sampai XIX) maka kaum
penguasa pada umumnya menghormati agama dan hukum penduduk India.
Peradilan paskhayat kasta-kasta tetap berlangsung tanpa kendala, namun
kekuasan raja berkurang bagi keuntungan kodi Islam.

II. Dominasi Inggris

Sejak tahun 1857 India berada di bawah kekuasaan Inggris


sepenuhnya. Ratu Viktoria dari Inggrs dinobatkan selaku Kaisar Perempuan
India, sehingga berada diatas hirarki para maharaja dan raja tatanan feodal.
Pada perinsipnya Inggris, sebagaimana koloni-kaloni lainnya berdasarkan
asas “indirect rule”. Institusi-institusi lokal yang ada begitu pula hukum
Hindu tetap berlangsung. Bersamaan dengan hal itu, Inggris berupaya kea
rah pembentukan sebuah hukum India, yang sama bagi seluruh penduduk
India, baik bagi kaum Islam maupun bagi kaum Hindu. Inggris berhasil
melalui perundang-undangan dan dengan reorganisasi peradilan. Dengan
demikian terbentuklah pengadilan campuran, dimana berlangsung proses
peradilan oleh hakim-hakim Ingris yang dibantu oleh para pandit.

III. Republik India Merdeka


India merupakan sebuah Republik merdeka sejak tahun 1947.
Berdasarkan Pasal 372 UUD menyataan bahwa hukum yang dimasukan
oleh pemerintah Inggris, tetap dipertahankan sepanjang tidak bertentangan
dengan pandangan sebuah republic demokrasi yang berdaulat. Oleh karena
itu, banyak perundang-undangan Inggris masih tetap berlaku, hal ini

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
33

menyangkut baik perundangan-undangan maupun judge made law. Dengan


demikian India dewasa ini tergolong ngara-negara common law.

BAB XI
HUKUM IBERANI MODERN

Hukum Iberani masih tetap merupakan tatanan hukum pribadi orang-


orang Yahudi (Israel). Disamping itu betapun juga hukum territorial masih
tetap berlaku. Di Israel dijumpai empat buah sumber hukum : (1) Hukum
Iberani tradisional; (2) Hukum Negara Ottoman, antara lain kitab undang-
undang medjelle; (3) common law yang dimasukan tatkala Palestina
merupakan daerah mandat yang atas perintah league of nation dipimpin
Britania Raya (1920-1948); dan (4) perundangan-undangan Knesset,
parlemen Negara Israel.
Di Israel ditemukan pengadilan-pengadilan Negara dan pengadilan-
pengadilan agama (rabinal). Pengadilan rabinal hanya berwenang semata-
mata dalam urusan-urusan perkawinan dan perceraian serta dalam materi-
materi lainnya, yang merupakan pula saingan dalam wewenang memeriksa
dan mengadili kasus-kasus tertentu bagi pengadilan-pengadilan Negara.
Mahkamah Agung mengawasi kedua jenis pengadilan tersebut, dengan
pengertian bahwa Mahkamah ini tidak dapat mengubah putusan-putusan
rabinal,melainkan dapat mengevaluasi apakah para rabi ini tdak melampaui
batas wewenang dan tidak melecehkan prinsip-prinsip peradilan yang layak.
Putusan-putusan Mahkamah Agung ini mengikat bagi hakim-hakim
pengadilan yang lebih rendah, bahkan terkadang Mahkamah Agung tersebut
masih pula bertumpu pada peradilan Judicial Committeeof the Privy Council
periode mandate Inggris. Sebagaimana halnya India, Israel pun masih
dikonfrontasi oleh problema-problema penyesuaian diri hukum tradisional
terhadap perkembangan sebuah masyarakat modern.
Modernisasi hukum yang telah mencapai banyak kemajuan adalah
dalam bidang hukum dagang, seperti undang-undang unifrm kontrak-kontrak
jual beli. Dalam hukum keluarga, pandangan-pandangan keagamaan masih

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
34

sangat signifikan oleh karena kaum ulama dan kelompok-kelompok politik


fundamental masih menentang kesetaraan yuridis perempuan.

BAB XII
HUKUM ISLAM

Hukum Islam adalah hukum pergaulan hidup kum muslimin, artinya


hukum berlaku bagi semua orang yang memeluk agama Islam, dimanapun
mereka berada. Seperti halnya hukum Hindu, maka Hukum Islam pun
merupakan hukum masyarakat Islam dan bukan hukum penduduk suatu
Negara.

I. Agama dan Sejarah


Islam mempunyai arti tunduk kepada kehendak Allah. Tiada Tuhan
selain Allah dan Muhammad rasul-Nya, nabi terakhir Allah Subhannahu
Wata’ala setelah Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Daud dan Isa.
Agama Islam, telah mengalami perluasan cepat, sebagai akibat
kegiatan-kegiatan pengikut-pengikut Nabi Muhammad, para khalif, yang
dalam satu abad mampu menguasai Siria, Mesir, daerah Magrib (Aljazair,
Maroko, Tunisia), Spanyol dan bahkan sebagian Perancis. Negara-negara
besar Muslim menguasai derah-daerah ini dalam abad VIII dan IX, bahkan
bangsa Abbasida memerintah Bagdad. Sejak abad XIV sampai abad XIX
Negara Ottoman (Turki) mendominasi sebagai besar dunia Islam.

II. Syariat dan Fikih


Hukum Islam tidaklah merupakan suatu ilmu pengetahuan tersendiri,
melainkan salah satu aspek agama. Hal ini meliputi teologi (yang
menetapkan dogma, yakni apa yang dipedomani sebagai kepercayaan
kaum Muslimin) dan syariat yang memberikan ketentuan-ketentuan kepada
orang-orang beriman apa yang wajib apa yang wajib dilakukan dan apa
yang wajib ditinggalkan.
Syariat adalah “jalan yang harus ditemuh” atau “aturan yang
diwahyukan”. Jadi hal ini menyangkut pula hal-ikhwal yang harus dilakukan

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
35

oleh orang beriman terhadap Allah (sholat, puasa, jakat, dan seterusnya).
Semua kealfaan dianggap pelanggaran. Fikih adalah pengetahuan tentang
syariat; ia adalah ilmu pengetahuan tentang hak-hak dan kewajiban-
kewajiban manusia, tentang pemberian ganjaran dan hukuman. Fikih ini
menetapkan aturan-aturan perilaku yang diturunkan dari empat sumber
syariat : (i) Al-Quran; (ii) Sunnah; (iii) ijma (kesesuaian pendapat ulama
tentang peristiwa hukum); dan (iv) kias (analogi).

III. Empat Buah Sumber Syariat

A. Al-Quran

Al-Quran adalah kitab suci umat Islam. Ia merupakan wahyu-wahyu


Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW, Rosul-Nya yang terakhir. Prinsip-
prinsip yuridis yang dapat diturunkan dar Al-Quran pada haikatnya
memenuhi tujuan nabi Muhammad SAW, yakni mengganti tata organisasi
suku-suku Arab lama, tanpa adanya kelas-kelas yang memperoleh hak
pengutamaan (privilege). Adapun aturan-aturan yang diletakkan adalah hal-
hal yang mengupayakan mempertinggi mutu akhlaq.

Para hakim (kadi) harus berikhtiar untuk mendapatkan suatu solusi


yang adil dan pantas untuk semua persoalan, mereka harus berjuang
melawan praktek suap-menyuap, memerintahkan keterangan saksi-saksi,
menjaga agar persetujuan-persetujuan dilaksanakan dengan baik, memberi
perlindungan terhada kaum lemah (perempuan, yatim piatu, budak belian).

B. Sunnah

Sunnah adalah seluruh perbuatan dan ucapan Nabi Muhammad,


sebagaimana hal itu dikisahkan oleh para sahabatnya. Pernyataan atau
sikap Nabi Muhammad SAW memunculkan sebuah hadist, yang didalam
abad VIII dan IX banyak hadis ini dikumpulkan dalam buku-buku : yang
terpenting akhirnya tetap ada secara definitive.

C. Ijma

Ijma’ adalah consensus bersama kaum Islam yang dicapai dengan


bulat. Pada hakikatnya, ini adalah konsesus kalangan para ahli hukum,

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
36

“doktores-doktores” syari’at, meskipun hal ini tidak selalu seia-sekata


dengan pandangan khalayak ramai.

Ijma ini sebagaian besar ditetapkan dan dikumpulkan dalam bentuk tertulis
selama abad-abad VIII dan IX Masehi, artinya 100 sampai 300 tahun setelah
Hijrah. Ijma ini diwujudkan oleh ahli-ahli hukum yang mempunyai nama-
nama besar dalam abad VIII dan IX Masehi, terutama oleh mereka yang
berasal dari Bagdad pada saat kekuasaan berada dalamkekuasaan
Abasiah, yang kebanyakan adalah imam-imam biasa tanpa fungsi
memimpin maupun tanggung-jawab politik, namun memiliki pengetahuan
yang mendalam tentang syari’at, hukum yang diwahyukan Allah SWT.

Dalam peraktek telah diterima sebagai kenyataan bahwa dijumpai


berbagai cara, berbaai jalan untuk tiba pada kebenaran; jalan-jalan ini
disebut madzhab-madzhab. Di dalam dunia Islam dibedakan empat
madzhab ialah madzhab Hanafi, Maliki, Syafei, dan Hambali. Kemempat
madzhan itu disebut kaum sunni,oleh karena mereka ini menjunjung tinggi
Sunnah. Disamping empat madzhab terdapat yang lainnya, antara lain
madzhab kaum syi’ih.

D. Kias

Kias artinya analogi atau pikiran secara analogi, dipandang pula


sebagai sumber Syariat : hal-hal ini adalah kesimpulan-kesimpulan yang
dapat jibarkan dari Al-Quran dan Sunnah melalui pemekiran logis. Kias
berfungsi sebagai pengisi-pengisi kekosongan-kekosongan yang
ditinggalkan oleh ketiga buah sumber lainnya.

IV. Sumber-sumber Hukum Pelengkap

Islam tidak memperkenankan dipergunakannya sumber-sumber


hukum lain kecuali syari’at. Walaupun demikian, kebiasaan (orf - yang juga
disebut adapt) dan perundang-undangan (qanun) telah memainkan peranan
yang tidak dapat dianggap remeh, namun kesemuanya itu tidak boleh
bertentangan dengan syari’at.
Lazimnya penyelenggara hukum dilakukan oleh kodi, hakim-hakim
agama dan dibantu oleh kaum awam terpandang yang berasal dari

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
37

masyarakat setempat. Mereka memiliki wewenang penuh untuk mengadili


perkara-perkara, baik yang yang menyangkut perdata maupun pidana.
Adapun fatwa-fatwa merupakan nasihat-nasihatt keagamaan dan hukum,
yang kebanyakan diberikan oleh seorang mufti atau pejabat keagamaan
yang penting.,

V. Evolusi Masa Kini Hukum Islam


Fikih diterapkan pada abad X dan sejak itu tidak diubah lagi.
Sekalipun demikian, ia merupakan salah satu tatanan hukum yang besar
masa kini dan diterapkan dikebanyakan negara-negara Islam. Dan hal ini
hanya mungkin karena fikih tersebut bersifat fleksibel dan dapat
menyesuaikan diri pada evolusi dalam bidang politik dan kemasyarakatan
dunia Islam.
Sekalipun kesatuan hukum dan agama sebagai asas umum masih
berlaku, menyebabkan negara-negara Islam sedikit banyak mengalami
evolusi yang berbeda dan beraneka ragam, terutama di bawah pengaruh
factor politik dan juga karena adanya tradisi-tradisi lokal yang sangat bereda
satu dengan yang lain. Sementara itu, perundang-undangan (qanun),
dimungkinkan untuk membentuk disamping hukum agama, sebuah hukum
umum/awawm. Selama berabad-abad raja-raja atau kepala-kepala negara
hanya sedikit sekali mempergunakan peluang tersebut. Sejak abad XX di
kebanyakan negara-negara Islam makin banyak undang-undang dibentuk.

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
38

BAB XIII
HUKUM CINA

I. Pendahuluan
Hukum Cina tradisional bukan merupakan tatanan hukum
keagamaan yang ketat; hal ini nampaknya lebih merupakan suatu tatanan
hukum yang terintegrasi ke dalam ajaran filsafat yakni konfusionisme.
Diantara ciri-ciri khas terpenting hukum Cina perlu disebutkan disini adalah
pembagian masyarakat dalam kelas-kelas, dengan aturan-aturan hidup
moral dan yuridis sendiri-sendiri. Kelas-kelas yang mempunyai hak
pengutamaan (privilege), ini tidak menyukai aturan-aturan hukum yang
sederhana dan hidup menurut kewajiban-kewajiaban ritual ‘li’ sedangkan
kelas rakyat tunduk pada tatanan hukum pidana ‘fa’ yang ketat.

II. Sketsa Sejarah


Sejarah Cina membentang ke belakang sampai 30 abad SM,
manakala suku-suku bangsa Cina, yang berasal dari Mongolia, bermukim di
wilayah sungai Kuning serta pada sat itu mereka telah mencapai taraf
peradaan suku bangsa. Sekitar abad XII SM di Cina berkembang tatanan
feodal, yang didalamnya kelas yang memperoleh hak utama terdiri dari
ksatria dan kaum pelajar. Pada kahir tatanan feodal, yaitu abad VI sampai IV
SM, hidulah orang-orang besar yang paling mempengaruhi cara berpikir
filosofis dan agama Cina : Lau-Tse, Konfusius dan Mensius.
Pada abad III mulai berkembang negara Kekasiaran Kuno : Cina
menjadi sebuah negara besar dan luas dengan sistem pemerintah yang
sentralistis, berkat dinaati Tsj’in. Kendatipun dinasti hanya berkuasa 40
tahun (256-107 SM), betapapun juga ia telah mempengaruhi sejarah dan
hukum di Cina secara langgeng-lestari. Peranannya telah dilanjutkan oleh
Dinasti Han, yang selama empat abad berkuasa ( abad II SM – abad II M).
Pada tahun 618-907, Cina kembali tumbuh sebagai negara yang kuat dan
penuh percaya diri di bawah kekuasan Dinasti T’ang. Namun setelahnya,

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
39

Cina kembali mengalami kejatuhan. Kesatuan poltik negara kembali


dipulihkan oleh Dinasti Ming (1368-1644) dan Dinasti Mansyu dari Tsing
(1644-1912); kekaisaran ambruk pada tahun 1912.

III. Tatanan Agama dan Filsafat


Struktur kemasyarakatan Cina dari dahulu bertumpu pada sebuah
etika, yang terdiri atas unsure-unsur dari setidaknya tiga buah aliran pikiran :
(1) Konfusianisme ini didirikan oleh K’ong Fu-Tze, yang hidup sekitar 551-
479 SM. Tatanan filsafatnya ini dijabarkan dari pandangan-pandangan
keagamaan, yang diungkapkan dalam kitab-kitab suci kuno, king. Dan ini
merupakan sebuah animisme yang berikhtiar kearah monoteisme; (2)
Taoisme, tumbuh dari ajaran “Guru Zaman Dulu” Lau Tze, teman sezaman
Konfusius yang lebih tua. Naskah terpenting dari ajaran ini adalah kitab yang
berasal dari abad III SM, Tau Te-tsying atau jalan menuju kebaikan. Tau
adalah jalan yang memasuki segala sesuatu, rasio yang mengendalikan
dunia, gerakan alam; dan (3) Budhisme, yang berasal dari India selama
abad-abad III dan II SM, bahkan pengaruhnya berkembang cepat sejak
abad V Masehi.

IV. Li Konfuisme
Li adalah kata kunci yang paling dekat pada pengertian “hukum”
negara-negara barat; kadang diterjemahkan pula dengan ritual, moral,
etiket, kepantasan. Li merupakan seperangat aturan-aturan kepatutan dan
kesopanan yang harus diindahkan oleh manusia jujur, hal-hal tersebut
merupakan suatu kodeks etika bentuk-bentuk pergaulan. Secara prinsip Li
ini nampaknya cukup untuk mempertahankan ketertiban; ini adalah
“pemerintahan oleh manusia-manusia”.

V. ‘Fa’ Kaum Ahli-ahli Hukum


Pada zaman Dinasti Tsying (256-207 SM), konfusionisme terutama
ajaran Li diserang habis-habisan oleh ahli-ahli hukum dan para legis,yang
mengedepankan pandangan bahwa ‘fa’, artinya undang-undang, terutama
undang-undang hukum pidana sangat diperlukan bagi rakyat. Apa yang
dikenal fa-cia (madzhab undang-undang, madzhab kaum legis) berkembang

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
40

pesat, terutama pada pemerintahan Kaisar Ch’in Shih Huang-Ti, yang pada
tahun 221 SM mewujudkan persatuan dan kesatuan wilayah Cina.

VI. ‘Li’ dan ‘Fa’ Bersama-sama


Pandanagan legalitas fa-cia tampaknya tidak dapat dipaksakan.
Malahan sejak era Dinaati Han (abad II SM) telah dapat dipastikan suatu
“knfusianisasi” undang-undang, dengan kata lain terdapat rekonsiliasi antara
li dan fa dengan mengakui adanya kelas-kelas sosial yang beragam.
Tatanan ini selama dua ribu tahun tetap bertahan. Sekalipun demikian,
legisme ini masih pula tetap berpengaruh dan telah terjadi suatu tradisi
perundang-undangan kekaisaran, terutama dalam bidang hukum pidana dan
dan hukum tata usaha negara sebagai akibatnya. Adapun perundangan-
undangan hukum privat hampir tidak tersentuh.

VII. Kitab-kitab Undang-undang Cina


Sedikitnya dijumpai delapan belas kitab-kitab undang-undang Cina.
Kitab tertua berasal dari abad IV SM, setelah itu hampir setiap dinasti telah
mengeluarkan sebuah kitab undang-undang baru, yang biasanya diambil
alih begitu saja dengan atau tampa tambahan-tambahan. Beberapa kitab
undang-undang mempunyai lebih dari 1500 pasal, dengan menyebut
berturut-turut lebih dari 2000 kejahatan dan pelanggaran, yakni kodeks
Ts’in-Liu (tahun 268 SM). Salah satu kejahatan-kejahatan adalah
pemberontakan anak laki-laki terhadap ayahnya.

VIII. Cina dan Tatanan-tatanan Erofa dalam Abad XIX dan XX


Pergaulan dengan orang-orang Erofa melalui perdagangan dan
industri, pemuka-pemuka Cina mengalami pengaruh tatanan-tatanan hukum
Barat. Cina berupaya mencegah proses eropanisasi hukum dengan jalan
menyesuaikan tatanan hukum mereka sendiri. Kodeks Tsying ditijau kembali
pada tahun 1910, terutama dalam materi-materi yang pada bangsa Erofa
tergolong hukum perdata, hukuman-hukuman ditiadakan. Pada tahun 1912
Kekaisaran jatuh dan terjadi pembentukan republik telah menyuburkan
perembesan tatanan-tatanan hukum Barat. Betapapun demikian,
eropanisasi ini pada hakikatnya sangat dangkal : undang-undang baru yang
dibentuk tidak dikenal oleh penduduk. Malahan kodek-kodeks ini

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
41

memperkokoh tradisi Cina dengan adanya perwalian keluarga dan


kekuasaan negara untuk kerugian individu

IX. Hukum Republik Rakyat Cina


Rezim baru Republik Rakyat Cina telah menghapus semua undang-
undang yang ada untuk melenyapkan pengaruh feodalisme dan kaum kelas
menengah. Tatanan hukum baru berbasiskan undang-undang yang
sekaligus merupakan penerapan paham Marxisme-Leninisme; undang-
undang yang ketat dan keras ini diberlakukan untuk menegakan
komunisme. Dari tahun 1950 sampai dengan 1958 telah dikeluarkan
undang-undang dalam jumlah yang besar.
Sejak tahun 1958 terjadilah suatu reaksi terhadap hegemoni
perundang-undangan; pemerintah Cina menentang pengaruh Rusia dan
kembali ke cara pendekatan tradisional Cina. Dominasi kedaulatan hukum
dihapus. Jadi, terbentuklah sebuah li baru, sesuai dengan pandangan-
pandangan politik partai komunis yang diturunkan dari gagasan Mao Tse
Tung yang dijilid menjadi satu kesatuan yang dikenal dengan “buku merah”.
Li diterapkan atas orang-orang komunis, sedangkan yang kejam (undang-
undang hukum pidana) tetap dipertahankan dan diberlakukan bagi orang-
orang “kontra-revolusioner” dan bagi orang-orang bukan Cina.
Didalam bidang hukum privat, hukum juga memainkan peranan yang
subordinatif dan fragmentaris. Begirulah struktur hak milik marxisme,
dengan tekanan hak milik negara sosialis dan kolektif diberlakukan di Cina,
bukan mellui tatanan perundang-undangan, melainkan oleh tindakan-
tindakan sporadis. Suatu kekecualian dalam bidang hukum privat adalah
hukum perkawinan. Di dalam kebanyakan bidang hukum ini diupayakan
penyelesaian perselisihan secara damai melalui jasa-jasa perantara. Untuk
maksud tersebut dibentukalah Komisi Perantaraan Masyarakat., yang pada
hakikatnya mengesampingan peranan peradilan.
Sekarang ini hukum perundang-undangan Cina bersumber dari dua
badan pembuat undang-undang : badan legislatif negara dan badan
kekuasaan partai. Partai menetapkan isinya, Negara menentukan bentuk
undang-undang. Begitulah sejak tahun 1979 telah diterbitkan ratusan

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
42

undang-undang, terutama yang berhubungan dengan institusi-institusi


negara dan khususnya yang menyangkut hukum ekonomi.
BAB IV
HUKUM JEPANG

I. Pendahuluan
Sejarah hukum Jepang dapat dibagi dalam tiga periode pokok.
Selama periode pertama, dari tahun 650 sampai tahun 850 M, jepang
mengambil alih hukum Cina; selama periode kedua, yang banyak
memperhatikan kesamaan dengan tatanan feodal Erofa, namun yang
menyangkut hukum, nampaknya hukum Cina tetap berpengaruh; dan
periode ketiga sejak tahun 1868, hukum Jepang mengalami reformasi yang
berlangsung sangat cepat kearah pola tatanan hukum Erofa Barat.

II. Pengaruh Cina


Budhisme masuk Jepang dalam abad VI-VII M, oleh karena itu
pengaruh Cina sangat besar disini. Kitab undang-undang Jepang yang
mengikuti pola Cina adalah ritsu-ryo, yang terutama mengandung hukum
pidana (ritsu) namun juga hukum perdata dan hukum tata usaha negara
(ryo)., meletakan kepada setiap orang kewajiban-kewajiban.

III. Tatanan Feodal


Sejak abad IX tatanan legalistik dan egaliter relatif telah diganti oleh
sebuah sistem feodal (sho) yang sangat menyerupai tatanan feodal yang
ada di Erofa Barat untuk periode yang sama. Wilayah tuan-tuan tanah
menikmati-menikmati privilise-privilise dalam bidang perpajakan dan
peradilan.

IV. Hukum Jepang Saat Ini


Sejak tahun 1868 pengaruh-pengaruh Barat tidak dapat dielakan.
Kitab undang-undang menurut pola Barat, terutama model Jerman dibentuk;
sebuah kitab undang-undang hukum acara perdata pada tahun 1899 dan
sebuah kitab undang-undang hukum pidana pada tahun 1907. Namun,
hukum keluarga dan waris untuk sebagian tetap diwarnai unsure-unsur
tradisional.

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle
43

Dengan berakhirnya Perang Dunia II, pendudukan Amerika


memberlakukan sebuah tatanan monarkhi konstitusional pola Inggris.
Sedangkan hukum acara pidana disesuaikan dengan sistem Anglo-Amerika,
begitu pula tatanan hukum dagang, hukum korporasi dan kartel sesuai
dengan hukum bisnis Amerika Serikat. Namun kekuasaan yudikatif
nampaknya mengandung elemen-elemen, baik menurut tatanan hukum
Erofa Kontinental maupun fragmen-fragmen common law. Walupun
demikian peradilan Juri tidak diresepsi. Jadi, para hakim diberi tugas
melakukan pengawasan terhadap jalannya administrasi pemerintahan dan
bahkan berwenang menjalankan hak menguji undang-undang atas undang-
undang dasar.
Kendatipun para hakim memiliki kemandirian penuh di dalam
menjalankan kekuasaan kehakiman, namun mereka tidak diangkat untuk
seumur hidup dalam memangku jabatannya, melainkan hanya untuk suatu
masa bakti selama 10 tahun. Putusan-putusan para hakim ini hanya berlaku
terhadap kasus kongkrit yang diajukan untuk dan diputuskan di Pengadilan.
Betapapun juga dalam praktek, arrest-arrest Mahkamah Agung nampaknya
berpengaruh besar atas peradilan pada pengadilan negeri dan pengadilan
tinggi.

Sejarah Hukum by John


Gillisen & Frist Gorle

You might also like