Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
II. Permasalahan
III. Pembahasan
4. Masih percaya takhyul. Dulu, dan sekarang juga, masih ada yang
demikian, manusia Indonesia percaya bahwa batu, gunung, pantai, sungai,
danau, karang, pohon, patung, bangunan, keris, pisau, pedang, itu punya
kekuataan gaib, keramat, dan manusia harus mengatur hubungan khusus
dengan ini semua. Kepercayaan serupa ini membawa manusia Indonesia jadi
tukang bikin lambang. Kita percaya pada jimat dan jampe. Untuk mengusir
hantu kita memasang sajen dan bunga di empat sudut halaman, dan untuk
menghindarkan naas atau mengelakkan bala, kita membuat tujuh macam
kembang di tengah simpang empat. Kita mengarang mantera. Dengan jimat
dan mantera kita merasa yakin telah berbuat yang tegas untuk menjamin
keselamatan dan kebahagiaan atau kesehatan kita.
5. Artistik. Karena sifatnya yang memasang roh, sukma, jiwa, tuah dan
kekuasaan pada segala benda alam di sekelilingnya, maka manusia
Indonesia dekat pada alam. Dia hidup lebih banyak dengan naluri, dengan
perasaannya, dengan perasan-perasaan sensuilnya, dan semua ini
mengembangkan daya artistik yang besar dalam dirinya yang dituangkan
dalam segala rupa ciptaan artistik dan kerajinan yang sangat indah-indah,
dan serbaneka macamnya, variasinyam warna-warninya.
10. Cepat cemburu dan dengki terhadap orang lain yang dilihatnya
lebih dari dia.
Lalu sampai kapan Indonesia akan terus mengalami kebobrokan seperti ini
jika Manusia Indonesia itu sendiri tidak mempunyai niat untuk berubah
menjadi Manusia Indonesia yang lebih baik.Kita sebagai manusia yang hidup
di negara ini mempunyai tanggung jawab untuk bisa memajukan dan
mensejahterakan bangsa ini. Maka kami mengajak anda sekalian untuk
sama sama berubah menjadi Manusia Indonesia yang lebih baik dan dapat
menjadi contoh teladan bagi Negara-negara lainnya.
Ciri kedua manusia Indonesia, segan dan enggan bertanggung jawab atas
perbuatannya. Atasan menggeser tanggung jawab atas kesalahan kepada
bawahan dan bawahan menggeser kepada yang lebih bawah lagi.
Menghadapi sikap ini, bawahan dapat cepat membela diri dengan
mengatakan, ”Saya hanya melaksanakan perintah atasan.”
Ciri ketiga manusia Indonesia berjiwa feodal. Sikap feodal dapat dilihat
dalam tata cara upacara resmi kenegaraan, dalam hubungan organisasi
kepegawaian. Istri komandan atau istri menteri otomatis menjadi ketua, tak
peduli kurang cakap atau tak punya bakat memimpin. Akibat jiwa feodal ini,
yang berkuasa tidak suka mendengar kritik dan bawahan amat segan
melontarkan kritik terhadap atasan.
Ciri keempat manusia Indonesia, masih percaya takhayul. Manusia Indonesia
percaya gunung, pantai, pohon, patung, dan keris mempunyai kekuatan
gaib. Percaya manusia harus mengatur hubungan khusus dengan ini semua
untuk menyenangkan ”mereka” agar jangan memusuhi manusia, termasuk
memberi sesajen.
”Kemudian kita membuat mantra dan semboyan baru, Tritura, Ampera, Orde
Baru, the rule of law, pemberantasan korupsi, kemakmuran yang adil dan
merata, insan pembangunan,” ujar Mochtar Lubis. Dia melanjutkan kritiknya,
”Sekarang kita membikin takhayul dari berbagai wujud dunia modern.
Modernisasi satu takhayul baru, juga pembangunan ekonomi. Model dari
negeri industri maju menjadi takhayul dan lambang baru, dengan segala
mantranya yang dirumuskan dengan kenaikan GNP atau GDP.”
Ciri kelima, manusia Indonesia artistik. Karena dekat dengan alam, manusia
Indonesia hidup lebih banyak dengan naluri, dengan perasaan sensualnya,
dan semua ini mengembangkan daya artistik yang dituangkan dalam ciptaan
serta kerajinan artistik yang indah.
Ciri lainnya, manusia Indonesia tidak hemat, boros, serta senang berpakaian
bagus dan berpesta. Dia lebih suka tidak bekerja keras, kecuali terpaksa. Ia
ingin menjadi miliuner seketika, bila perlu dengan memalsukan atau
membeli gelar sarjana supaya dapat pangkat. Manusia Indonesia cenderung
kurang sabar, tukang menggerutu, dan cepat dengki. Gampang senang dan
bangga pada hal-hal yang hampa.
Selain menelanjangi yang buruk, pendiri harian Indonesia Raya itu tak lupa
mengemukakan sifat yang baik. Misalnya, masih kuatnya ikatan saling
tolong. Manusia Indonesia pada dasarnya berhati lembut, suka damai, punya
rasa humor, serta dapat tertawa dalam penderitaan. Manusia Indonesia juga
cepat belajar dan punya otak encer serta mudah dilatih keterampilan. Selain
itu, punya ikatan kekeluargaan yang mesra serta penyabar.
Karakter manusia Indonesia adalah mudah iri hati, picik, dan tidak
menyadari solidaritas untuk tujuan bersama. Mereka juga suka memperoleh
sesuatu secara instan, mengabaikan proses dan kerja keras, percaya
terhadap klenik, dan tidak dapat menerima kekalahan.
Karakter itu ada dalam diri seluruh manusia Indonesia, mulai dari politisi,
akademisi, intelektual, pemimpin, tokoh agama, hingga orang awam dan
rakyat miskin .
http://www.ken.web.id/ciri-ciri-manusia-indonesia/:
bertindak rasional,
berdisiplin tinggi,
bekerja keras,