You are on page 1of 33

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas
berkat limpahan rahmat serta karunianya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas
makalah ini sebagaimana mestinya. Shalawat serta salam penyusun limpahkan kepada
pencetus kebenaraan penerjang kebatilan nabibana wahabiyana wamaulana Muhammad SAW.

Penyusun mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang
telah memberikan tugas kepada penyusun, sehingga penyusun menganggap hal ini merupakan
salah satu upaya untuk membentuk manusia yang bulat dalam arti manusia yang ahli dalam
bidangnya, agar dapat memahami pembahasan ini. Selanjutnya mempelajari dan memahami
tentang matakuliah Bahasa Indonesia merupakan sarana yang baik karena orang yang
mempelajari dan memahaminya akan menjadi terbiasa melakukan langkah yang pada akhirnya
akan terbina pula sikap mahasiswa-mahasiswi yang baik dan tepat.

Dengan segala keterbatasan penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, meskipun demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penyusun dan umumnya bagi para pembaca. maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan
sarannya dari para pembaca makalah ini yang bersifat membangun, dan penyusun akan
menerimanya dengan senang hati. Semoga Allah meridhoi usaha ini.

Wabillaahi arrdha wa-al-inaayah.

Bandung, Mei 2010

Penyusun

1
DAFTAR ISI

hlm

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………………….1

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………………2

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………………………3

1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………………………………………..3


1.2 Identifikasi Masalah ……………………………………………………………………………5
1.3 Maksud dan Tujuan …………………………………………………………………………….5
1.4 Metodologi ………………………………………………………………………………………….5
1.5 Sistematika Penulisan ………………………………………………………………………….6

BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………………………………………………………..7

BAB III PEMBAHASAN ……………………………………………………………………………………………..….10

3.1 Berbagai macam harta karun di indonesia yang terbengkalai ……………………………….10


3.2 Peninggalan bawah air …………………………………………………………………………………………..11
3.3 Bukti Sejarah ……….…………………………………………………………………………………………………13
3.4 Harta Karun Cirebon, Warisan Budaya Bangsa Haruskah Dilelang ?..........................14
3.5 Pengembangan Kekayaan Bahari …………………………………………………………………………..26

BAB IV PENUTUP …………………………………………………………………………………………………………23

4.1 KESIMPULAN …………………………………………………………………………………………………………31


4.2 SARAN …………………………………………………………………………………………………………………..32

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebulan terakhir ini, di banyak media cetak maupun televisi, diberitakan adanya
penemuan artefak / harta karun kuno di perairan Cirebon. Ternyata selama beberapa puluh
tahun terakhir, banyak penemuan artefak di perairan Indonesia yang luput dari pemberitaan.
Berita ini menjadi semakin menghangat karena peneman ini direncanakan akan di lelang untuk
umum. Nilai jual artefak ini lumayan tinggi dan pemerintah berhak memperoleh 50 % hasil
lelang tersebut. Artefak itu diperkirakan bernilai 720 milyar.Hal ini kemudian memunculkan
perdebatan dan protes di sana sini. Para ahli sejarah dan purbakala serta tak ketinggalam
budayawan menyesalkan pelelangan ini karena kuatir kerugian bagi sejarah khususnya sejarah
maritim Indonesia.

Masih segar dalam ingatan kita, beberapa tahun lalu akan pencurian arca di museum di
Jawa Tengah yang melibatkan kepala museumnya. Arca asli telah dijual dan kemudian
dipalsukan dan ditempatkan menggantikan yang asli. Pemerintah tentu bisa melindungi barang
bersejarah dengan memborong barang yang di lelang, toh cuma membayar 50 % saja. Toh,
dengan alasan klasik, keterbatasan dana, pemerintah membiarkan lelang tersebut terbuka
untuk umum. Protes publik mulai bermunculan. Banyak pihak kemudian ikut berteriak
menyalahkan pemerintah yang dianggap tidak peka dan peduli dengan sejarah bangsa.
Beberapa LSM yang sebelumnya tidak pernah terdengar nama dan kiprahnya pun angkat bicara
menunjukkan kepeduliannya. Pemerintah berdalih, dengan alasan minimnya dana dan
3
kemampuan pencarian harta karun, maka para pemburu harta karun dibebaskan mencarinya di
kawan perairan Indonesia.

Keuntungan 50 % ini lah yang sebagai pengganti investasi para pemburu harta karun.
Peraturan Pemerintah sudah dikeluarkan untuk mengesahkan hal ini. Sebelumnya tanpa PP ini
maka perburuan dilakukan secara gelap dan Indonesia menderita banyak kerugian. Masalah
utama sebenarnya adalah sebenarnya adakah kepedulian kita terhadap sejarah dan budaya
negeri ini ? Contoh paling mudah adalah pedulikah kita terhadap museum yang ada di kota kita
atau di sekitar kita ? Seumur hidup saya tak lebih dari 4 kali menginjakkan kaki ke museum.
Harus diakui kadang ada perasaan malas dan engan mengunjungi museum. Alasannya adalah 
tidak menarik, namun ini memang subjektif sifatnya. barangkali alasannya lebih kepada ketidak-
mengertian akan barang yang dipajang di museum.

Tahun lalu, saya mengunjungi TMII setelah hampir 10 tahun tidak pernah ke sana. Iseng iseng,
saya mengunjungi museum di sana. Karcis masuknya sangat murah Rp. 5.000 perorang ( kalau
tidak salah ingat ) plus tambah lagi Rp. 5.000 jika membawa kamera. Museum berlantai 3 ini
tidak berpengunjung sedari pagi ( saya masuk sekitar jam 1 siang ). Barang yang ada di dalam
saya rasa nyaris tidak berubah / bertambah  atau mungkin lebih tepat tidak berubah dengan
ketika pertama kali saya ke sana hampir 10 tahun lalu. Jika TMII yang tingkat kedatangan
pengunjung cukup tinggi saja, museumnya tidak ada perkembangan berarti baik barang
maupun pengunjungnya apalagi museum museum lain yang tidak berada di daerah wisata
macam TMII.

 Indonesia adalah negeri bahari, negara yang kaya akan segalanya dari segi apapun
telah mencukupi, pertanyaannya, mengapa bangsa kita masih banyak yang kelaparan ? masih
banyak masyarakat yang mencari sesuap nasi dengan mengulurkan tangan di pinggir jalanan,
mengemis untuk mengisi perut mereka ? siapa yang salah ? ada apa dengan negara kita yang
kaya ini ? dari semenjak kita duduk di sekolah dasar, kita selalu di berikan suatu pemahaman
bahwa Indonesia adalah negara yang kaya, negara yang makmur, bahkan ada salah satu kutipan
dari sebuah lyric band legendaris indonesia yang memperkuat pernyataan bahwa indonesia

4
adalah negara yg kaya “orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat, kayu, dan batu jadi
tanaman” begitulah setidaknya kutipan salah satu lyric lagu dari band koes ploes, begitu
hebatnya tanah indonesia ini, tapi mengapa masih saja di negara kita yang kaya ini masih ada
yang merasakan kelaparan ? apakah masih pantas untuk saat ini Indonesia di sebut negara yang
kaya ?

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah yang akan saya bahas dalam makalah ini meliputi :

4.1 Asal mula harta karun,

4.2 Berbagai macam harta karun di indonesia yang terbengkalai, dan

4.3 Penemuan harta karun di Cirebon, haruskah di lelang ?

1.3 Maksud dan Tujuan


Tujuan dari pembuatan makalah ini agar kita sebagai mahasiswa fakultas
manajemen yang akan mendalami dasar-dasar dan sendi-sendi manajemen diharapkan
lebih memahami tentang instrument-instrument dalam berbahasa indonesia, dan
membuka fikiran yang luas akan harta kebudayaan bangsa indonesia, yang mana
harapannya bila di compare akan bisa memanaj budaya warisan bangsa yang mana
kiranya agar tidak membiarkan harta karun yang berada di indonesia terbengkalai
begitu saja, dan yang menikmati hasil yang seharusnya bangsa kita sendiri, malah
dinikmati oleh orang asing.

1.4 Metodologi
- Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan secara study, mempelajari dokumen penelitian
kepustakaan, bahan penelitian di dapat dari tulisan, artikel, serta halaman blog di
internet yang berkaitan dengan topic makalah ini .

5
- Analisis Data
Data di analisis secara deskriptif, yaitu dengan menganalisis seluruh informasi, pendapat
para ahli dan konsep dari permasalahan ini sendiri.

1.4 Sistemitka Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Maksud dan Tujuan
1.4 Metodologi
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Asal Mula Harta Karun

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Berbagai macam harta karun di indonesia yang terbengkalai

3.2 Peninggalan bawah air

3.3 Bukti sejarah

3.4 Harta Karun Cirebon, Warisan Budaya Bangsa Haruskah Dilelang ?

3.5 Pengembangan Kekayaan Bahari

BAB VI PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

6
DAFTAR PUSAKA

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Asal mula harta karun

Harta Karun??? Siapa yang tidak tahu apa itu harta karun, Tetapi tahukan sebenarnya
karun itu siapa. Sampai-sampai mempunyai harta yang banyak, yang tersebar diseluruh dunia.

Qarun bin Yashar bin Qahit bin Lawi bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim as adalah anak
saudara Nabi Musa as. Pada mulanya dia adalah sahabat Musa yang cukup dekan dan arif
dalam Ilmu Taurat, kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa as. Namun, dia juga sering
munafik kepada Nabi Musa, persis halnya Samiri.Qarun meskipun berteman dengan Musa,
tetapi dia adalah salah seorang sahabat Fir’aun juga; sebagian riwayat menyatakan bahwa dia
adalah tangan kanannya Fir’aun.

Ketika perintah zakat turun kepada Musa, Qarun yang mahakaya itu hanya
mengeluarkan satu dari seribu kekayaannya saja, apabila yang dia miliki adalah seribu dinar
atau seribu dirham, dia hanya mengeluarkan satu dinar atau satu dirham saja. Padahal kadar
harta zakat yang ditentukan pada syariat Musa adalah 25% dari harta milik. Apalagi Qarun
adalah seorang yang demikian kaya sehingga untuk mengangkat anak kunci peti-peti emasnya
saja dibutuhkan sampai empat puluh atau enam puluh orang.

Suatu hari ketika Qarun melihat tumpukan emas dan perak dihadapannya, tiba-tiba rasa

7
kikir dalam benaknya mulai mengganggunya. Dia berkata kepada orang-orang sekitarnya.
“Wahai Bani Israil, Musa hanya ingin mengambil harta kalian. Karena itu, kita harus pikirkan
bagaimana cara mengatasinya.”

“Engaku adalah pemuka bumi dan pemimpin kami. Segala keputusan berada di
tanganmu waha Qarun. Kami sepenuhnya akan patuh dan ikut perintahmu,” sahut Bani Israil.
“Aku akan atur sebuah rencana,” kata Qarun bangga. “Panggilkan si Polan, wanita pelacur itu.
Aku akan membayarnya sebesar seribu dinar dengan syarat bahwa dia akan mengaku dirinya
dizinahi oleh Musa kelak di hadapan khalayak ramai dan sekarang hamil.” Pada hari yang telah
direncanakan itu, Qarun meminta Musa memberikan nasihat-nasihatnya. Katanya, “Wahai
Musa, berilah kami sasihat-nasihatmu yang ringkas padat, dan bermakna.”

Musa berdiri dihadapan khalayak ramai dan mulai menasihati mereka. Antara lain Musa
berkata, “Siapa yang mencuri kelak kami akan potong tangannya; siapa yang menuduh
seseorang melakukan zina maka kami akan menderanya; dan siapa yang berzina sementara dia
adalah laki-laki atau wanita yang muhsin, (yang telah mempunyai pasangan) maka kami akan
merajamnya…”

“Walaupun engkau sendiri yang melakukannya?” Tanya Qarun kepada Musa.

“Ya, walaupun aku sendiri yang melakukannya,” jawab Musa.

Qarun tiba-tiba dihadapan public. Dengan suara lantang dia berteriak, “Wahai Musa, orang-
orang ini berkata bahwa engkau telah berzina dengan si Polan wanita pelacur itu.” “Panggil dia
ke mari,” pinta Musa.

Wanita itu dibawa kehadapan Musa dengan tubuh yang sudah lunglai. Musa kemudian
memintanya bersumpah, kemudian berkata, “Wahai Polan, demi Allah yang telah
menciptakanmu, menciptakah laut dan yang menurunkan kitab Taurat. Kumohon agar kau

8
berkata jujur dalam pengakuanmu.”

“Wahai Musa engaku bersih dari tuduhan Qarun dan orang-orangnya,” kata wanita ini
yang secara tiba-tiba menghancurkan semua plot Qorun. “Qarun telah menyuapku seribu dinar
agar aku menuduhmu melakukan perbuatan terkutuk itu. Demi Allah, aku takut kepada Allah
dan Rasul-Nya.” Mendengar kata-kata wanita itu Musa menjatuhkan diri sujud kepada Allah
swt. Sambil menangis. Katanya, “Ya Rabbi, apabila aku adalah Nabi-Mu yang sejati, tolonglah
hamba ini.”

Allah kemudian mewahyukan kepada Musa bahwa seluruh dunia dan isinya akan tunduk
di bawah penrintahnya. Karena itu, perintahkanlah, segera ia akan patuh. Musa kemudia
berkata kepada khalayak ramai bahwa mereka yang bersama Qarun agar tetap bersamanya;
dan mereka yang bersama Musa agar minggir meninggalkan Qarun. Semua yang hadir
meninggalkan Qarun kecuali dua orang. Kemudian Musa berkata, “Wahai bumi telanlah
mereka.” Maka bumipun menelan mereka hingga ke batas lutut mereka. Musa kemudian
berkata lagi, “Wahai bumi telanlah mereka.” Maka bumi menelan mereka hingga ke batas
setengah badan. Mereka merintih meminta pertolongan kepada Musa, tetapi Musa berkata lagi
kepada bumi dengan kata-kata yang serupa sehingga mereka ditelan oleh perut bumi secara
keseluruhan. Melihat apa yang terjadi di hadapan mata mereka, kaum Nabi Musa, Bani Islrail
bergumam bahwa Musa melakukan semua itu semata-mata karena menginginkan harta dan
kekayaan Qarun. Ketika Musa mendengar itu, dia bermohon kepada Allah agar semua harta
dan kekayaan Qarun ditenggelamkan juga bersamanya. “Maka kami benamkan Qarun beserta
rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang menolongnya
terhadap azab Allah dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).”
(Q.S. 28;81)

9
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Berbagai macam harta karun di indonesia yang terbengkalai

Pada tahun 1986, dunia digemparkan dengan peristiwa penemuan 100 batang emas dan
20.000 keramik Dinasti Ming dan Ching dari kapal VOC Geldennalsen yang karam di perairan
Kepulauan Riau pada Januari 1751. Penemu harta karun itu adalah Michael Hatcher, warga
Australia, yang menyebut dirinya sebagai arkeolog maritim yang doyan bisnis. Percetakan
Inggris, Hamish Hamilton Ltd, memublikasikan kisah petualangan dan temuan Hatcher itu
dalam The Nanking Cargo (1987). Nanking Cargo merupakan sebutan kargo kapal VOC
Geldennalsen yang berisi barang-barang berharga hasil transaksi perdagangan VOC di Nanking,
China. Yang paling terkejut dengan temuan Hatcher itu adalah Pemerintah Indonesia.
Bagaimana tidak, barang-barang yang dilelang Hatcher di balai lelang Belanda, Christie, senilai
15 juta dollar AS itu ditemukan di perairan Kepulauan Riau.

”Waktu itu, Pemerintah Indonesia merasa kecolongan lantaran Hatcher mengambil


harta karun secara ilegal atau tidak seizin pemerintah,” kata Kepala Subpengendalian dan
Pemanfaatan Direktorat Peninggalan Bawah Air Departemen Kebudayaan dan Pariwisata R
Widiati di Rembang, Jawa Tengah, Selasa (18/8). Bukan itu saja, pada 1999 di Batu Hitam,
Bangka Belitung, sebuah perusahaan asing mengambil ratusan batangan emas dan 60.000
porselen China Dinasti Tang yang dilelang senilai 40 juta dollar AS. Setahun kemudian,

10
perusahaan asing yang diduga di bawah kendali Hatcher mengangkut dan melelang 250.000
keramik China dari Selat Gelasa, Bangka Belitung, ke Nagel, balai lelang Jerman.

”Kami tidak mengetahui nilai lelang itu, tetapi kami sempat meminta dan mendapatkan 1.500
keramik untuk disimpan di Indonesia sebagai salah satu bentuk pelestarian peninggalan bawah
air,” kata Widiati.

3.2 Peninggalan bawah air

Indonesia merupakan negara maritim yang mempunyai kekayaan bawah air. Salah
satunya adalah benda-benda berupa keramik, emas batangan, uang logam, guci, gerabah,
piring, gelas, mangkuk, dan patung yang ditemukan dari sisa kapal karam.

National Geographic (2001) menyebutkan tentang 7 kapal kuno tenggelam di perairan


Indonesia bagian barat, terutama Selat Malaka, pada abad XVII-XX. Kapal-kapal itu adalah Diana
(Inggris), Tek Sing dan Turiang (China), Nassau dan Geldennalsen (Belanda), Don Duarte de
Guerra (Portugis), serta Ashigara (Jepang).

Hal itu belum termasuk kapal-kapal dagang abad III-XV yang didominasi saudagar China yang
singgah atau berdagang di sejumlah pelabuhan pada zaman kerajaan di Nusantara. Misalnya,
pendeta China, Yijing, mencatat kunjungannya ke Pelabuhan Sriwijaya pada abad VII untuk
belajar bahasa Sanskerta.”Dalam perjalanan, kapal-kapal itu ada yang karam dan tenggelam.
Penyebabnya adalah badai di laut, serangan bajak laut, tabrakan dengan kapal lain, dan
perang,” kata Widiati.

Direktorat Peninggalan Bawah Air Departemen Kebudayaan dan Pariwisata mencatat, di


Indonesia ada enam daerah penemuan benda peninggalan bawah air, yaitu Kepulauan Riau,
Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Bangka Belitung, Cirebon (pantai utara Jawa Barat), Kalimantan
Barat, dan Rembang (pantai utara Jawa Tengah). Misalnya, pada tahun 1989, di Pulau Buaya,
Kepulauan Riau, PT Muara Wisesa Samudera atas izin Panitia Nasional Pengangkatan dan

11
Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam (Panitia Nasional BMKT)
mengangkat 30.000 keramik utuh dan barang-barang dari logam, kayu, dan kaca. Barang-
barang yang berasal dari Dinasti Song (abad X-XIII) itu berbentuk mangkuk, piring, buli-buli,
tempayan, cepuk, dadu botol, vas, dan kendi.

Tahun 2005, PT Adikencana Salvage atas seizin Panitia Nasional BMKT mengangkat
25.000 keramik China dan 15.000 porselen zaman Dinasti Ching di Karang Heluputan dan Teluk
Sumpat, Kepulauan Riau. Perusahaan itu juga menemukan koin, peralatan timbang logam, dan
tungku China. Benda-benda serupa juga ditemukan di perairan Kepulauan Seribu, Bangka
Belitung, Cirebon, dan Kalimantan Barat. Khusus di Kepulauan Seribu, PT Sulung Segarajaya dan
Seabed Explorations, perusahaan Jerman, menemukan 11.000 benda yang terbuat dari aneka
logam, seperti emas, perak, perunggu, dan timah. Menurut Widiati, temuan- temuan itu berasal
dari abad X. Dari identifikasi sebagian badan kapal, kapal itu buatan Indonesia yang berlayar
dari ibu kota Sriwijaya, Palembang, menuju Jawa Tengah atau Jawa Timur.

”Para pemburu harta karun itu dapat menemukan lokasi kapal karam berdasarkan
catatan perjalanan kapal-kapal tersebut yang tersimpan di berbagai museum atau pembuktian
atas laporan dan cerita dari mulut ke mulut warga pesisir di lokasi terdekat,” katanya. Pada
medio 2008 di Rembang, tepatnya di Desa Punjulharjo, Kecamatan Rembang, sejumlah warga
pesisir menemukan perahu kuno relatif utuh di tambak yang berjarak sekitar 1 kilometer dari
pantai. Perahu itu berlebar 4 meter dan panjang 15,60 meter.

Profesor Pierre-Yves Manguin, arkeolog maritim asal Perancis, yang diundang Balai
Arkeologi Yogyakarta untuk meneliti perahu, menyatakan, perahu itu berasal dari zaman
peralihan Kerajaan Mataram Kuno ke Sriwijaya, 670-780 Masehi. Hal itu dapat diketahui dari
teknologi pembuatan perahu, yaitu menggunakan tambuktu atau balok tempat pasak yang
diperkuat dengan ikatan tali ijuk. Di perahu itu ditemukan pula benda-benda lain, seperti
tempurung kelapa, potongan tongkat, dan kepala arca perempuan China berdandan Jawa.
Diduga perahu itu merupakan perahu dagang antarpulau.

12
Saat ini, perahu itu dalam penanganan Balai Konservasi Peninggalan Borobudur. Balai tersebut
telah mengambil sejumlah contoh berupa kayu perahu, tanah, dan air di sekitar perahu untuk
menentukan metode konservasi yang tepat.

3.3 Bukti sejarah

Direktorat Peninggalan Bawah Air dan Panitia Nasional BMKT tidak ingin lagi kehilangan
harta karun bawah air. Untuk itu, mereka berupaya menyosialisasikan perlindungan temuan
bawah air kepada pemerintah daerah dan masyarakat pesisir. Widiati mengatakan, benda-
benda peninggalan bawah air tidak sekadar mempunyai nilai ekonomis, melainkan juga nilai
edukatif dan pelestarian. Artinya, kalau benda-benda itu dilarikan ke negara-negara lain,
Indonesia tidak lagi memiliki peninggalan bersejarah yang dapat dinikmati dan dipelajari
generasi mendatang.

Meskipun benda itu diam, mereka dapat memberikan informasi tentang sejarah
perdagangan antarnegara melalui laut, teknologi pembuatan benda, budaya, dan kemajuan
suatu negara atau kerajaan. Benda-benda tersebut sekaligus menjadi bukti nyata pelayaran
yang pernah dilakukan beberapa bangsa. ”Benda-benda peninggalan bawah air itu termasuk
benda cagar budaya yang dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda
Cagar Budaya,” kata Widiati. Adapun bagi Manguin yang menekuni temuan perahu atau kapal,
alat transportasi laut itu merupakan gambaran sebuah bangsa melepas belenggu isolasi
samudra, membuka komunikasi, dan berinteraksi dengan bangsa lain. Mereka bertukar
pengetahuan, barang, budaya, dan pangan.

Melalui perahu dan kapal, sebuah bangsa membangun politik dan ekonomi maritim.
Mereka mengembangkan kekuasaan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
perdagangan dan aneka hasil laut. ”Dari temuan-temuan yang mengisahkan sejarah dan budaya
bangsa-bangsa pelaut, Pemerintah Indonesia seharusnya belajar arti penting laut bagi
perkembangan sebuah bangsa, bukan malah menganaktirikan laut,” kata Manguin

13
3.4 Harta Karun Cirebon, Warisan Budaya Bangsa Haruskah Dilelang ?

Pemerintah akan melelang 271.381 keping benda berharga muatan kapal tenggelam
yang diangkat dari perairan Cirebon, pada 5 Mei 2010. Pelelangan dilakukan melalui Kantor
Piutang Kekayaan Negara dan Lelang Jakarta III dan terbuka untuk pasar internasional. Barang
ini terdiri dari ribuan potong batu permata, rubi, emas, dan keramik Kerajaan Tiongkok, serta
perkakas gelas Kerajaan Persia. Hasil lelang menurut rencana akan dibagi rata antara
pemerintah dan perusahaan yang melakukan eksplorasi. Pengangkatan benda berharga muatan
kapal tenggelam di Cirebon yang berlangsung sejak Februari 2004 hingga Oktober 2005 itu
dilakukan oleh PT Paradigma Putra Sejahtera bekerja sama dengan Cosmix Underwater
Research Ltd dengan izin Pemerintah Indonesia.

Sebanyak 2.366 benda bersejarah berupa mangkok dan piring yang ditaksir bernilai Rp
47 miliar akan diserahkan ke Panitia Nasional Barang Muatan Kapal Tenggelam (Pannas BMKT). 
Barang-barang berharga itu diduga dari dasar perairan Cirebon, Jawa Barat. Menurut
Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut Cirebon Letkol (P) Deny Septiana, harta karun itu
ditemukan dari dua kapal tanpa awak, yaitu KLM Alini Jaya dan KLM Asli, Juli tahun lalu. Itu
akan kami serahkan, rencananya akan diserahkan ke Pannas BMKT ,” kata Deny di markasnya,
Senin (29/3/2010).  Dari jumlah tersebut, lanjut Deny, pihaknya akan memilah barang-barang
yang akan dijadikan sebagai barang bukti sebelum diserahkan. Penanganan kasus ini
selanjutnya diserahkan kepada Bareskrim Mabes Polri.

Disebutkan Deny, nilai satu buah mangkok yang ternyata peninggalan Dinasti Ming dari
Tiongkok itu bisa mencapai Rp 20 juta per item. Jika jumlahnya mencapai 2.366 item, bisa
ditaksir nilai totalnya mencapai Rp 47,3 miliar.   Ada seorang kolektor yang berani membeli
barang kuno itu Rp 20 juta per item. Jika dikalikan, jumlah semuanya bisa mencapai Rp 47,3
miliar,” katanya. Pada beberapa bulan lalu , petugas patroli TNI AL mencurigai kapal tanpa awak

14
yang mengapung di perairan sekitar Ciasem Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat.   Dari
dalam kapal tersebut petugas menemukan ribuan benda kuno berupa mangkok dan piring
peninggalan Dinasti Ming. Mengenai kemungkinan harta karun lain yang terpendam di sekitar
perairan Cirebon, Deny meyakini hal tersebut bisa terjadi
 

Arkeolog Teliti Temuan Harta Karun di Perairan Cirebon

Setelah penemuan Harta Karun Dinasti Ming di Perairan Cirebon yang disita dari
kegiatan pencarian ilegal di perairan Blanakan, Kabupaten Subang beberapa waktu lalu, Tim
penanganan indikasi Ilegal Barang Barharga Muatan Kapal Tenggelam BMKT dari Kementrian
Budaya dan Pariwisata, ke Cirebon untuk melakukan penelitian dan investigasi terhadap
penemuan ribuan keramik Cina tersebut.

Kementerian Budaya dan Pariwisata di Mako Lanal Cirebon, Jawa Barat, tengah meneliti harta
karun diduga peninggalan Dinasti Ming berupa mangkuk dan piring yang ditemukan di perairan
Blanakan Subang Juni 2009 lalu. Tiga orang petugas meneliti dan mengklasifikasikan harta karun
itu dan kemudian membungkusnya dengan bubble sheet (plastik pelindung bergelembung)
sebelum memasukkannya ke dalam wadah khusus. Rencananya setelah pengklasifikasian,
barang-barang kuno itu akan diserahkan ke Panitia Nasional Barang Mutan Kapal Tenggelam
(Pannas BMKT) . MM Rini Supriatun, salah satu anggota tim Penanganan Indikasi Ilegal BMKT
Dirjen Sejarah dan Purbakala Direktorat Peninggalan Bawah Air, mengatakan bahwa ia bersama
dua orang rekannya sudah membuat klasifikasi mangkuk dan piring terbuat dari keramik itu
menjadi 10 kelompok.”Berdasarkan motif, bentuk dan bahan bakunya kami telah
mengklasifikasi keramik tersebut menjadi 10 tipe. Untuk sementara kami baru menemukan
bahan baku keramik tersebut adalah terbuat dari porselain berbahan kaolin.

Mengenai kapan benda tersebut dibuat dan berapa tahun umurnya kami belum bisa
memastikan karena untuk mengetahuinya butuh proses penelitian khusus,” kata Rini.

15
Dijelaskan Rini, dari hasil klasifikasi sementara tersebut, dia memperkirakan akan menemukan
lebih banyak lagi tipenya karena saat itu baru mengklasifikasi untuk jenis mangkuk sedangkan
piring belum.

Mengenai apakah mangkuk dan piring tersebut dapat dikelompokkan ke dalam benda-benda
bersejarah, Rini membenarkan. Bahkan jika dilihat secara kasat mata pun benda-benda
tersebut dapat digolongkan dalam benda purbakala. Sedangkan mengenai kemungkinan alasan
benda-benda tersebut bisa sampai ke perairan Cirebon, menurut Rini kemungkinan keramik-
keramik ini merupakan barang dagangan, souvenir, hadiah atau sebagai alat tukar (barter)
bangsa Cina saat menjelajah dunia hingga akhirnya singgah di Cirebon. Sementara mengenai
nilai jual barang tersebut, Rini mengaku belum bisa memprediksi karena belum bisa
memastikan berapa umur keramik tersebut. Selain itu Rini juga mengaku mangkuk-mangkuk ini
memiliki motif yang berbeda dengan motif mangkuk yang pernah ditemui sebelumnya. “Saya
baru melihat motif ini. Namun jika dibandingkan dengan keramik-keramik yang ditemukan
beberapa tahun lalu di perairan Karangsong Indramayu, tampaknya keramik yang sekarang
tidak lebih tua dari yang terdahulu yang dibuat pada zaman Dinasti Ming sekitar abad 10,”
katanya

Rini Supriyatun yang juga arkeolog dari Dirjen Sejarah dan Purbakala, Direktorat Peninggalan
Bawah Air mengatakan, pihaknya belum memastikan nilai dan usia barang-barang antik
tersebut karena proses penelitian masih dilakukan. Yang jelas tegas RINI sesuai UU No 5 Tahun
1992 tentang Benda Cagar Budaya, penemuan tersebut sudah masuk kategori benda purbakala
atau Benda Cagar Budaya BCG. Hingga sore kemarin, pihaknya baru menemukan sepuluh jenis
keramik yang berbeda dari enam dus harta karun sitaan yang baru selesai diklasifikasi. Dari
bentuk dan motifnya, kata Rini, keramik Cina yang ditemukan di perairan Blanakan Subang ini
mempunyai keunikan tersendiri, selain itu dari sisi usia, Rini memperkirakan benda-benda kono
ini tidak lebih tua dari penemuan serupa di perairan Karangsong, Indramayu Pada tahun 2004
yang dipastikan merupakan peninggalan Dinasti Ming sekitar abad ke 10.

16
Tim penanganan indikasi ilegal barang muatan kapal tenggelam dirjen sejarah dan purbakala
kementrian pariwisata dan kebudayaan, hari ini meneliti ribuan harta karun yang dicuri dari
perairan Cirebon. Harta karun ini akan diserahkan ke panitia nasional purbakala. Ribuan benda
keramik yang terdiri dari piring dan mangkok yang diduga peninggalan Dinasti Ming, Selasa
(30/3/2010) diperiksa oleh tim penanganan indikasi ilegal barang muatan kapal tenggelam
dirjen sejarah dan purbakala kementrian pariwisata dan kebudayaan. Setelah dilakukan
penelitian sementara, lebih dari sepuluh type yang berhasil diindentifikasi. Tetapi, masih ada
type keramik lain yang belum diidentifikasi.

Semua jenis harta karun yang ditemukan ini, merupakan jenis porselein. Sementara porselein
sendiri, merupakan urutan tertinggi dalam urutan gerabah. Meski sudah melakukan penelitian,
tim belum berani menentukan umur harta karun ini. Untuk mengetahui usia benda purbakala
ini, masih diperlukan waktu penelitian lebih lanjut. Benda-benda ini rencananya akan
diserahkan ke panitia nasional purbakala, yang akan diserahkan besok. Selain titik kapal
tenggelam di Blanakan, Subang, Jawa Barat, diduga masih banyak lagi harta karun yang
tersimpan di perairan Cirebon.

Terhadap pencurian harta karun ini, lanal Cirebon belum menentukan tersangka. Karena pada
saat ditemukan, dua kapal yang mengangkat harta karun di perairan Ciasem Blanakan Sung itu
telah ditinggalkan awak kapal. Pencurian harta karun ini terungkap pada 30 Juni 2009 lalu. Saat
itu, dua kapal yang sudah ditinggalkan awaknya ditemukan anggota lanal yang sedang patroli.
Saat diteliti, ribuan harta karun sudah diangkat dari dasar laut.

Akan Dilelang Negara

Pemerintah Indonesia melalui panitia nasional pengangkatan dan pemanfaatan benda


berharga asal muatan kapal yang tenggelam (Pannas BMKT) akan melakukan pelelangan hasil
temuan kapal yang tenggelam pada abad ke-10 di perairan utara Cirebon.  Menteri Kelautan
dan Perikanan Fadel Muhammad menuturkan hasil temuan kabal tenggelam tersebut terdiri
dari lebih 10.000 jenis yang berupa perhiasan, keramik, kristal dari era dinasti Tang. 
“Diperkiraan seluruh artifak memiliki nilai lebih dari US$100 juta,” ujarnya di Jakarta, hari ini. 

17
Menurut dia, pelelangan akan dilakukan oleh BMKT Cirebon sekaligus dalam satu paket.
Pelalangan ini direncanakan akan digelar pada 5 Mei di Kantor Piutang Kekayaan Negara dan
Lelang Jakarta III.

Menteri menyatakan dilelangnya artifak ini dalam satu paket dengan tujuan untuk
mendapatkan harga yang lebih tinggi.  Dia mengatakan harta karun yang diangkat dari kapal
tenggelam ini dilakukan oleh PT Paradigama Putra Sejahtera bekerjasama dengan COSMIX
Underwater Research Ltd. Pengangkatan benda berharga ini telah mendapatkan izin resmi dari
Pemerintah RI.

Dia menyatakan hasil dari lelang itu nantinya akan dibagi dua antara Pemerintah Indonesia dan
penemu benda tersebut. Dia mengatakan pengangkatan barang berharaga ini dilakukan oleh
tenaga berpengalaman baik lokal maupun asing dengan menikuti ketentuan peratuaran
perundangan.  Sementara untuk pengendalian dan pengawasan kegaitan survei dan
pengangkatannya dilakukan oleh Pannas BMKT selaku penyelenggara pengelolaan BMKT.

Fadel menambahkan lelang benda berharga asal muatan kapal yang tenggelam ini baru
pertama kali dilakukan di Indonesia. Dia mengatakan pemerintah memutuskan untuk melelang
sendiri agar mendapatkan nilai tambah yang maksimal bagi negara. “Dana yang didapatkan dari
bagian pemerintah akan masuk ke APBN. Lelang ini akan terus dilakukan dan nantinya bila ada
temuan lagi akan dilakukan proses yang sama,” katanya.

Dia mengatakan saat ini sudah banyak izin dari penemu kapal karam yang ingin mengangkat
hasil temuan dari dasar laut. Dia mengatakan terdapat 6 perusahaan yang meminta izin
mengangkat harta karun di 12 lokasi tersebar di laut Jawa dan Sumatera. Enam perusahaan itu
adalah PT Paradigma Putra Sejahtera, PT Adi Kencana Salvage, PT Intersatira Artha Samudera
Raya, PT Tuban Oceanic Research & Recovery, PT Sulung Sagara Jaya, dan PT Muara Wisesa
Samudera.

18
Perairan Cirebon jadi Perburuan Harta Karun

Danlanal Cirebon Letkol Laut P Deny Septiana mengatakan, Periran Cirebon sudah sejak
lama dikenal sebagai tempat perburuan liar harta karun atau Benda Berharga Muatan Asal
Kapal Tenggelam BMKT. Perburuan tidak hanya dilakukan oleh penyelam tradisional dan
nelayan lokal dengan peralatan yang sederhana, tetapi diduga melibatkan sindikat
internasional. Menurutnya Perairan Cirebon menjadi lahan perburuan bagi pencari harta karun
dari seluruh dunia, dari sekira 640 lokasi benda berharga BMKT, 120 titik di antaranya terletak
di wilayah perairan Cirebon. Dengan potensi yang ada, tidak heran sudah banyak pemburu liar
melakukan pengambilan benda-benda antik dari dasar laut. Permasalahan Perburuan Harta
Karun yang mencuat akhir–akhir ini dengan disitanya ribuan keramik peninggalan Dinasti Ming
ke 10 ini, diperkirakan sudah berlangsung lama.  Sementara itu, menanggapi permasalahan Ijin
Eksplorasi wilayah Laut yang dilakukan oleh pihak swasta,  Kasi Perijinan Direktorat Peninggalan
Bawah Air, Dirjen Sejarah dan Purbakala, Kementrian Budaya dan Pariwisata, Pahang
mengatakan, kalau pihaknya memang telah mengeluarkan Ijin tersebut. Pihaknya juga
membenarkan banyaknya upaya-upaya pencarian baik yang dilakukan secara legal maupun
ilegal untuk mengangkat harta karun yang tersimpan di dasar perairan Cirebon. Pahang
mencontohkan kasus pencarian ilegal seperti ditemukan dua kapal layar motor KLM Alini Jaya
dan KLM Asli tanpa awak yang membawa ribuan harta karun yang jumlahnya mencapai ribuan
di perairan sekitar Ciasem, Blanakan, Subang, Jabar yang tertangkap oleh Ditpolair Jabar.

Menurut Pahang, untuk pencarian harta karun di seluruh perairan Indonesia, pihaknya
memberikan ijin kepada pihak swasta, untuk eksplorasi dan pengangkatan harta dari dasar laut.
Untuk tahun 2010 pihaknya memberikan ijin kepada 7 perusahaan untuk melakukan eksplorasi
di wilayah perairan Indonesia, tiga di antaranya berada di perairan Cirebon.  Hasil pencarian
harta bawah laut tersebut, kata Pahang selanjutnya akan dilelang yang menurut rencana akan
digelar Bulan JUNI tahun 2010. Lelang tersebut atas harta karun yang ditemukan PT Paradigma
Putera Sejahtera PPS di perairan Karangsong, Indramayu pada tahun 2004 lalu. Dijelaskan, pada
Mei 2004 nelayan Indramayu menemukan keramik Tiongkok, berupa guci, untaian emas, perak,
batu akik, yang jenisnya mencapai ratusan yang menurut hasil penelitian merupakan

19
peninggalan Dinasti Ming atau dinasti kelima Cina, abad ke 10, dan Penemuan oleh nelayan
tersebut berada di wilayah eksplorasi PT PPS.  

Sementara itu, tambah Pahang, penemuan harta karun berupa ribuan keramik jenis
mangkok dan piring di perairan Blanakan Subang yang saat ini sedang diteliti merupakan
kegiatan ilegal karena yang mempunyai ijin ekspolasi di wilayah itu adalah PT Komexindo. Pihak
perusahaan kemudian melaporkan pengangkatan harta karun ilegal tersebut ke pos AL
Blanakan. Petugas kemudian mengamankan ribuan keramik sudah dikemas dalam kardus.
Danlanal Cirebon Letkol Laut P Deny Septiana mengatakan, berdasarkan laporan tersebut
pihaknya langsung mengamankan keramik, petugas juga mengamankan perlengkapan yang
digunakan untuk mengangkat harta karun tersebut, seperti kompresor dan selang. peralatan
yang digunakan masih tradisional. Dari peralatan yang digunakan tersebut dipastikan benda-
benda antik tersebut diambil dari perairan dangkal, kurang dari 100 meter di bawah permukaan
laut

Tim penanganan indikasi ilegal Barang Berharga Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) dari
Kementrian Budaya dan Pariwisata, turun ke Cirebon untuk melakukan penelitian dan
investigasi terhadap penemuan ribuan keramik Cina hasil penyitaan dari kegiatan pencarian
ilegal di perairan Blanakan, Kabupaten Subang beberapa waktu lalu.

Ketua tim penanganan , Rini Supriyatun yang juga arkeolog dari Dirjen Sejarah dan
Purbakala, Direktorat Peninggalan Bawah Air mengatakan, pihaknya belum memastikan nilai
dan usia barang-barang antik tersebut karena proses penelitian masih dilakukan. “Yang jelas
sesuai UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya penemuan ini sudah masuk kategori
benda purbakala atau benda cagar budaya (BCG),” ujar Rini Supriyatun.

Dikatakan, pihaknya baru melakukan klasifikasi berdasarkan jenis dan bentuk keramik.
Hingga sore tadi, pihaknya baru menemukan sepuluh jenis keramik yang berbeda dari enam dus
harta karun sitaan yang baru selesai diklasifikasi. Dari bentuk dan motifnya, lanjut Rini, keramik
Cina yang ditemukan di perairan Blanakan Subang ini mempunyai keunikan. “Sepengetahuan
saya jenis keramik ini baru pertama kali saya teliti,” kata Rini. Namun, dari sisi usia, Rini

20
memperkirakan benda-benda kono ini tidak lebih tua dari penemuan serupa di perairan
Karangsong, Indramayu Pada tahun 2004 yang dipastikan merupakan peninggalan Dinasti Ming
sekitar abad ke-10.

Periran Cirebon sudah sejak lama dikenal sebagai tempat perburuan liar harta karun
atau Benda Berharga Muatan Asal Kapal Tenggelam (BMKT). Perburuan tidak hanya dilakukan
oleh penyelam tradisional dan nelayan lokal dengan peralatan yang sederhana, tetapi diduga
melibatkan sindikat internasional. “Perairan Cirebon menjadi lahan perburuan bagi pencari
harta karun dari seluruh dunia,” Kata Komandan Lanal Cirebon, Letkol (P) Deny Septiana kepada
wartawan.

Dikatakan Deny, dari sekira 640 lokasi benda berharga BMKT, 120 titik di antaranya
terletak di wilayah perairan Cirebon. Dengan potensi yang ada, tidak heran sudah banyak
pemburu liar melakukan pengambilan benda-benda antik dari dasar laut. Penggalian juga
dilakukan oleh pihak swasta yang sudah mendapatkan izin dari pemerintah untuk melakukan
pengangkatan harta karun tersebut. Kasi Perizinan Direktorat Peninggalan Bawah Air, Dirjen
Sejarah dan Purbakala, Kementrian Budaya dan Pariwisata, Pahang membenarkan banyaknya
upaya-upaya pencarian baik yang dilakukan secara legal maupun ilegal untuk mengangkat harta
karun yang tersimpan di dasar perairan Cirebon.

Pahang mencontohkan kasus pencarian ilegal seperti ditemukan dua kapal layar motor
(KLM) Alini Jaya dan KLM Asli tanpa awak yang membawa ribuan harta karun yang jumlahnya
mencapai ribuan di perairan sekitar Ciasem, Blanakan, Subang, Jabar oleh Ditpolair Jabar. 
Menurut Pahang, untuk pencarian harta karun di seluruh perairan Indonesia, pihaknya
memberikan ijin kepada pihak swasta. Izin diberikan untuk eksplorasi dan pengangkatan harta
dari dasar laut. “Tahun ini kami memberikan izin kepada 7 perusahaan untuk melakukan
eksplorasi di wilayah perairan Indonesia, tiga di antaranya di perairan Cirebon,” ujar Pahang.

21
Hasil pencarian harta bawah laut tersebut, kata Pahang selanjutnya akan dilelang.
“Lelang pertama baru akan dilakukan awal Bulan Juni, ini, yakni lelang atas harta karun yang
ditemukan PT Paradigma Putera Sejahtera (PPS) di perairan Karangsong, Indramayu pada tahun
2004 lalu,” kata Pahang.  Menurutnya, pada Mei 2004 nelayan Indramayu menemukan keramik
Tiongkok, berupa guci, untaian emas, perak, batu akik, yang jenisnya mencapai ratusan yang
menurut hasil penelitian merupakan peninggalan Dinasti Ming atau dinasti kelima Cina, abad
ke-10. “Penemuan oleh nelayan tersebut berada di wilayah eksplorasi PT PPS,” kata Pahang.

Sementara itu, tambah Pahang, penemuan harta karun berupa ribuan keramik jenis
mangkok dan piring di perairan Blanakan Subang merupakan kegiatan ilegal karena yang
mempunyai izin ekspolasi di wilayah itu adalah PT Komexindo. Pihak perusahaan kemudian
melaporkan pengangkatan harta karun ilegal tersebut ke pos AL Blanakan. Petugas kemudian
mengamankan ribuan keramik sudah dikemas dalam kardus. Selain mengamankan keramik,
petugas juga mengamankan perlengkapan yang digunakan untuk mengangkat harta karun
tersebut, seperti kompresor dan selang. Peralatan yang digunakan masih tradisional.  “Dari
peralatan yang digunakan tersebut dipastikan benda-benda antik tersebut diambil dari perairan
dangkal, kurang dari 100 meter di bawah permukaan laut,” kata Danlana Cirebon, Letkol (P)
Deny Septiana

Bukan Untuk Kepentingan negara

Pengamat budaya Joe Marbun meragukan lelang sekitar 271.381 buah barang dari kapal
karam di Cirebon untuk kepentingan negara. Karena kalau kepentingan negara, tentu barang-
barang itu tidak dilelang melainkan dilestarikan di dalam negeri.  “Barang-barang ini kan diambil
dari dasar laut pakai jasa perusahaan. Tentu perusahaan ini harus balik modal dong,” kata dia..

Dia sangat berharap agar pemerintah memikirkan ulang rencana lelang tersebut karena
menurutnya, barang-barang itu adalah kekayaan budaya yang bisa mengembangkan ilmu
pengetahuan. “Lagipula apakah balai lelang kita sudah siap? Saya dapat informasi lelang ini

22
disusupi mafia barang antik kelas internasional. Barang ini akan dibeli murah dari Indonesia
kemudian dijual mahal di balai lelang internasional,” kata dia. Indikasinya, kata dia, pembeli
sudah ditentukan, demikian pula dengan harga .Selain itu, dia menyayangkan barang yang tetap
tinggal di Indonesia sangat kecil. “Sekitar 900 buah. Sisanya semua dilelang. Seharusnya
minimal sepersepuluh dari 270 ribu itu tinggal di Indonesia,” kata dia Poksi X Fraksi PDI
Perjuangan DPR RI menyatakan sikap menentang keras rencana lelang 271.381 benda-benda
Cagar Budaya yang merupakan Benda Berharga asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) Cirebon
yang dilaksanakan 5 Mei 2010.

Mewakili anggota Poksi X Fraksi PDI Perjuangan DPR RI, Dedy Suwandi Gumelar dalam
siaran pers yang diterima ANTARA, di Jakarta, Selasa, menegaskan bahwa rencana pelelangan
artefak tersebut sangat terburu-buru dan terkesan dipaksakan. Ia juga menyayangkan
pernyataan Ketua Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan BMKT Fadel Muhamad di
salah satu stasiun TV swasta pada 3 Mei 2010, yang menganggap benda-benda Cagar Budaya
tersebut sebagai “barang tidak berharga” dan malah menyarankan generasi muda Indonesia
untuk melihat benda-benda Cagar Budaya tersebut di museum luar negeri.

Hal ini, menurut dia, telah menunjukkan yang bersangkutan sangat tidak menghargai
keberadaan budaya dan ilmu pengetahuan yang berkembang di Indonesia pada masa lampau,
sehingga pada akhirnya pernyataan tersebut sangat merendahkan harkat dan martabat bangsa
Indonesia sendiri.

Selain itu, Dedy juga sangat menyesalkan adanya pernyataan Ketua Panitia Nasional
Pengangkatan dan Pemanfaatan BMKT yang menganggap remeh keberadaan benda-benda
muatan kapal tenggelam tersebut dengan menganggapnya sebagai harta karun yang boleh
diambil oleh siapapun.Iming-iming adanya keuntungan penjualan bagi pemerintah sebesar
Rp900 miliar, tambahnya, semakin menunjukkan adanya kepentingan ekonomis pihak-pihak
tertentu dan tidak adanya keseriusan pemerintah untuk melakukan penyelamatan benda-
benda cagar budaya yang berada di bawah permukaan air.

23
Untuk itu, Poksi X Fraksi PDI Perjuangan DPR RI mendesak Pemerintah untuk menunda
pelaksaan lelang tersebut dan segera memberikan penjelasan secara rinci kepada DPR RI
mengenai keberadaan 976 buah benda-benda Cagar Budaya yang diklaim oleh Ketua Panitia
Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan BMKT akan diserahkan kepada negara untuk menjadi
koleksi museum dan disimpan di Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata baik jenis, jumlah
maupun riwayat kesejarahan benda-benda Cagar Budaya tersebut

Lanal Cirebon Amankan Harta Karun

Sebanyak 2.366 benda bersejarah berupa mangkok dan piring yang ditaksir bernilai
Rp47 miliar ditemukan secara ilegal di dasar laut perairan Cirebon diamankan petugas
Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Cirebon. Komandan Lanal (Danlanal) Cirebon, Letkol (P)
Deny Septiana, mengatakan bahwa harta karun yang ditemukan dari dua kapal tanpa awak
yaitu KLM Alini Jaya dan KLM Asli pada bulan Juli tahun lalu tersebut rencananya akan
diserahkan ke Panitia Nasional Barang Muatan Kapal Tenggelam (Pannas BMKT) besok.
“Jumlahnya sebanyak 2.366 item dan akan kami serahkan ke Pannas BMKT besok Selasa,” kata
Deny di Mako Lanal Cirebon, Senin (29/3).

Dari jumlah tersebut, lanjut Deny, pihaknya akan melakukan pemilahan barang-barang
yang akan dijadikan sebagai barang bukti dan untuk disimpan serta kelestarian. Selain itu untuk
kasus pengambilan barang kuno secara ilegal tersebut katanya akan ditangani langsung oleh
pihak Bareskrim Polri.

Disebutkan Deny, nilai satu buah mangkok yang ternyata merupakan peninggalan dari
Dinasti Ming tersebut bisa mencapai harga Rp20 juta sehingga dengan jumlahnya mencapai
2.366 item maka bisa ditaksir nilai totalnya mencapai Rp47,3 miliar. “Ada seorang kolektor yang
berani membeli satu item barang kuno tersebut seharga Rp20 juta. Jika dikalikan jumlah
semuanya bisa mencapai Rp47,3 miliar,” katanya. Pada bulan Juli 2009 petugas patroli TNI AL
mencurigai kapal tanpa awak yang mengapung di perairan sekitar Ciasem Blanakan Kabupaten

24
Subang Jawa Barat. Dari dalam kapal tersebut petugas menemukan ribuan benda kuno berupa
mangkok dan piring peninggalan Dinasti Ming.
 Mengenai kemungkinan harta karun lain yang terpendam di sekitar perairan Cirebon, Deny
meyakini hal tersebut bisa terjadi.

TNI Angkatan Laut berencana mengonsentrasikan pengamanan di wilayah perairan


Subang menyusul adanya rencana pengangkatan Benda Berharga Muatan Asal Kapal
Tenggelam (BMKT) di sekitar Blanakan, Kabupaten Subang.   “Informasi yang kami peroleh, PT
Comexindo yang sudah memperoleh izin pengangkatan BMKT di wilayah perairan Subang, akan
mulai melakukan pengangkatan minggu-minggu ini,” ungkat Komandan Pangkalan TNI AL
(Lanal) Cirebon Letkol Deni Septiana, Sabtu (3/4/2010). Ia mengatakan, pengamanan dilakukan
untuk mengantisipasi adanya kemungkinan pengangkatan BMKT secara ilegal oleh pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab. “Ribuan piring dan mangkok yang diduga peninggalan dinasti
Ming sudah berhasil diangkat dari perairan Blanakan beberapa waktu lalu, dan diperkirakan
masih ada satu jutaan item lagi yang belum terangkat,” ungkap Deni.
 
Benda-benda yang diperkirakan merupakan bekas peninggalan abad ke-10 tersebut
bentuknya tidak hanya mangkok dan piring saja, tetap ada jenis-jenis benda lainnya seperti guci
dan tidak menutup kemungkinan adanya logam mulia. Untuk mengamankan perairan Blanakan
tersebut sedikitnya tiga kapal akan siagakan.
 
Menurut Danlanal, periran utara pulau Jawa, khusunya perairan Cirebon sudah sejak
lama dikenal sebagai tempat perburuan liar harta karun atau BMKT. Perburuan tidak hanya
dilakukan oleh penyelam tradisional dan nelayan lokal dengan peralatan yang sederhana, tetapi
diduga melibatkan sindikat internasional. “Perairan Cirebon menjadi lahan perburuan bagi
pencari harta karun dari seluruh dunia,” kata Deni. Sebelumnya, penemuan harta karun berupa
ribuan keramik jenis mangkok dan piring di perairan Blanakan Subang dinilai sebagi kegiatan
ilegal karena dilakukan pihak yang tidak mengantongi izin eksplorasi maupun pengangkatan di
perairan tersebut.

25
Sementara itu Komandan Pangkalan TNI AL (Danlanal) Cirebon , Letkol (P) Deny Septiana
meluruskan tentang kronologis terungkapnya penemuan harta karun ilegal tersebut. Dijelaskan
Deny pengamanan benda-benda sejarah tersebut dilakukan berdasarkan adanya laporan dari
PT Komexindo, perusahaan eksplorasi bawah laut. “Kami mendapat informasi dari PT
Komeksindo tentang adanya bongkar muat benda-benda bersejarah dari kapal KMN Asli dan
KMN Alini Jaya pada tanggal 30 Juni 2009. Kemudian ditindak lanjuti, ternyata benar kami
menemukan 2.336 buah benda yang sudah dikemas dalam puluhan kardus siap kirim,” kata
Deny. Namun dari kapal tersebut, lanjut Deny, pihaknya tidak mendapatkan awak maupun
pemiliknya sehingga sebagai langkah awal puluhan dus benda bersejarah tersebut diamankan
di Mako Lanal Cirebon.Sebagai langkah selanjutnya atas penanganan benda-benda cagara
budaya tersebut, lanjutnya, untuk saat ini sedang dilakukan klasifikasi untuk selanjutnya dikirim
ke Pannas BMKT. “Hari ini sedang ditangani oleh pihak dari Kemenbudpar dan selanjutnya
besok (31/3) akan diserahkan ke Panitia Nasional BMKT, sedangkan kasus penemuan benda
cagar budaya ilegal tersebut akan ditangani oleh pihak Bareskrim Mabes Polri untuk mengusut
siapa pihak yang bertanggung jawab atas temuan tersebut,” tegas Deny

3.5 Pengembangan Kekayaan Bahari


Prof. Dr. Djohar Arifin dari Kementerian Pemuda dan Olah Raga RI serta Letkol Laut
Siswahjoedi HM, Kadis Potensi Maritim Lantamal I Belawan menjadi nara sumber pada acara
Dialog Intraktif dengan tema : “Pemuda dan Kebaharian” di Hotel Darma Deli Medan pada
Senen 15 Juni 2009 peserta dialog dengan sangat antusias membedah keterpurukan kondisi
Negara ini sebagai sebuah negari bahari. Dialog intraktif yang merupakan bagian acara Festival
Internasional Pemuda dan Olah Raga Bahari (FIPOB) IV ini diikuti oleh berbagai organisasi
pemuda Sumatera Utara berlangsung cukup dinamis dan waktu terasa terlalu singkat bila
dibandingkan dengan cakupan permasalahan yang didiskusikan. Dialog intraktif “Pemuda dan
Kebaharian” tersebut mengupas seputar mengapa negeri bahari ini masih menjadi
kantongkontong kemiskinan. Negeri bahari sebagai gerbang keluarnya hasil laut yang kaya
protein, tapi masih banyak terjadi kasus busung lapar. Bagaimana mungkin negeri yang di
katakan kaya sumber daya ini memiliki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang rendah.

26
Kenapa negeri seribu pulau ini masih banyak pulau-pulau kecilnya belum bernama dan batas-
batas lautnya dengan negeri jiran belum jelas.

Kapan negeri ini akan bangkit kembali menjadi negeri bahari yang di segani dunia
internasional serta masih banyak pertanyaan serupa yang muncul dari pemuda peserta dialog
intraktif tersebut. Wagubsu dalam arahanya pada acara pemukaan mengingatkan pemuda
untuk mencintai laut sebagai harapan masa depan bangsa. Potensi laut yang demikian besar
menjadi tantangan tersendiri bagi pemuda untuk mengelola dan memanfaatkanya bagi
pembangunan negeri ini dan bukan dijarah asing untuk membangun negaranya.

Demikian juga seruan dari Menteri Pemuda dan Olah Raga pada saat pembukaan acara
FIPOB IV di Lapangan Perjuangan Kabupaten Batubara mengajak segenap pemuda Indonesia
untuk kembali kelaut, karena laut menjanjikan masa depan yang lebih baik bagi pemuda itu
sendiri. Antusisme pemuda pada acara dialog tersebut, ajakan Wagubsu serta seruan Menteri
Pemuda dan Olah Raga RI memberi kesan kepada kita bahwa bangsa ini telah salah melangkah
dalam menentukan arah pembangunannya dan mengingkari jati dirinya sebagai sebuah negeri
bahari. Permasalahan sekitar pesisir dan laut yang mengemuka pada acara dialog Pemuda dan
Bahari tersebut, kasus Blok Ambalat yang belum jelas arah penyelesaiannya dan mungkin kasus-
kasus serupa lainnya menjadi sebuah renungan untuk mengajak kita agar Menata Kembali
Negeri Bahari ini.

Fakta sejarah

Syair lagu ”Nenek Moyangku Seorang Pelaut” adalah symbol kejayaan bangsa ini pada
masa yang lalu. Pelaut adalah sebuah profesi yang membanggakan. Demikian jika kita sedikit
merenungi sejarah perjalanan negeri ini kebelakang saat puncak kejayaan bahari pada abad ke-
14 adalah ketika Majapahit menguasai seluruh Nusantara bahkan pengaruhnya meluas sampai
ke negara-negara tetangga. Kerajaan Majapahit di bawah Mahapatih Gajah Mada telah
berkembang pesat menjadi kerajaan besar yang mampu memberikan jaminan bagi keamanan

27
perdagangan di seluruh wilayah perairan Nusantara. Keberhasilan Majapahit ini menguasai
Nusantara dan disegani dunia internasional karena memiliki visi dan keinginan kuat untuk
membangun kerajaan yang mengedepankan kekuatan maritime dan teknologi bahari sesuai
dengan kondisi sebagai negeri bahari. Demikian juga pada zaman Sriwijaya yang dapat
menguasai sampai kesemenanjung Malaya yang di kenal sebagai Bangsa Malyaisa saat ini adalah
fakta sejarah bahwa bangsa ini pernah jaya sebagai negeri bahari. Fakta sejarah lain bahwa
secara yuridis formal, Konvensi perserikatan Basang- Bangsa tentang Hukum Laut Internasional
Tahun 1982 adalah perjuangan panjang dari bangsa ini yang dipelopori Ir. H. Djuanda untuk
pengakuan sebagai sebuah Negara kepulauan (negeri bahari).

Perjalanan waktu mulai Deklarasi Djuanda tahun 1957 sampai UNCLOS 1982 adalah waktu
yang cukup panjang dan melelahkan untuk memperoleh sebuah pengakuan terhadap negeri ini
sebagai negara kepulauan (bahari). Pengakuan ini tentunya tidak boleh disia-siakan malah
sebaliknya memperkuat pengakuan tersebut di dunia internasional.

Adalah sebuah ironi bahwa Indonesia sebagai pelopor konsep Negara kepulauan, tapi
dalam prakteknya terkesan kurang memperhatikan bahkan dapat dikatakan mengabaikan
prinsip-prinsip Negara kepulauan dalam pelaksanaan kebijakan pemerintahan dan
pembangunannya, sehingga tertinggal dalam pengamanan kedaulatan wilayahnya. Deklarasi
Djuanda menekankan peran penting Indonesia sebagai kawasan paling dinamis dalam
percaturan dunia, baik secara ekonomis maupun politik. Secara ekonomi perairan wilayah
nusantara menjadi alur pelayaran menghubungkan benua-benua yang ada. Potensi sumber daya
hasil laut, tambang, minyak dan gas serta gelombang laut merupakan kekayaan ekonomi untuk
modal dalam pembangunan bangsa.

Kembali ke jati diri

28
Sedari duduk di bangku sekolah dasar, kita sudah diajarkan tentang Indonesia adalah negeri
Agraris. Stigma ini kemudian mengilhami kebijakan pembangunan yang berorentasi terhadap
continental (daratan) dan berpaling dari konsep pembangunan negari baharia (kepulauan).
Dampaknya terjadi ketimpangan pembangunan antara sektor agraris di darat dengan kelautan.
Orientasi agraris ini tidak hanya dalam hal pertanian, bidang pendidikan dan ekonomi saja,
tetapi juga merambah hingga ke seluruh sendi-sendi pembangunan lainnya termasuk sistem
pertahanan nasional yang juga menitik beratkan kepada pertahanan di darat.

Konsekensinya sumber daya kelautan kita baik hayati maupun non-hayati tidak terpelihara
dan dieksplotasi pihak asing untuk kepentingannya. Demikian halnya dari aspek pertahanan di
laut yang rapuh serta batas batas dengan Negara tetangga di wilayah di perairan laut
terabaikan. Harus diakui bahwa potensi kelautan Indonesia bukan hanya karena luasnya
perairan, tapi juga keanekaragaman potensinya. Namun sebagai negeri seribu pulau, kondisi
negeri ini berbanding terbalik dengan perhatian masyarakat dan kebijakan pemerintah terhadap
kelangsungan bahari di Indonesia. Sumber daya alam diwilayah pesisir sangat memperihatinkan.

Laju degradasi mangrove yang tinggi sebagai dampak kegiatan yang tidak terkendali baik
untuk pembukaan tambah, kebun kelapa sawit dan kegiatan ekonomi lainnya. Eksploitasi
penangkapan ikan menggunakan bahan terlarang tidak hanya memutus rantai regenerasi ikan
itu sendiri tapi sekaligus memporak-porandakan terumbu karang yang membutuhkan waktu
puluhan tahun untuk memulihkannya. Potensi kelautan Indonesia merupakan bagian dari
kekayaan alam yang sangat luar biasa. Tidak ada di dunia yang sedemikian banyak memiliki
kepulauan dan berada pada daerah tropis yang merupakan sorga bagi wisata bahari. Indonesia
yang terdiri 18.108 pulau, dengan Luas Tanah 1.937 juta Km2, Luas Laut Kedaulatan 3.1 juta
Km2, Luas Laut ZEE 2.7 juta Km2, Panjang Pantai 81.000 Km yang merupakan negeri seribu
pulau terbesar di jagat rayad raya ini seharusnya menjadi pijakan bangsa ini dalam menentukan
arah pembangunannya.

29
Demikian halnya dengan Provinsi Sumatera Utara sendiri yang memiliki luas laut 110.000
km2 atau 60,5 % dari total luas Suamtera Utara terdiri dari 419 buah pulau yang sebagian besar
belum bernama. Jangankan untuk menggali potensi pulau pulau tersebut ternyata untuk sebuah
namapun belum kita berikan. Pulau-pulau tersebut hampir keseluruhannya merupakan pulau-
pulau kecil, sebanyak 413 buah berada di Pantai Barat dan 6 buah di Pantai Timur dan 3 (tiga)
diantaranya adalah pulau terluaryaituPulauBerhala,Simukdan Wunga. Pulau Berhala yang
terdapat di Pantai Timur berbatasan dengan negeri jiran Malaysia, sedangkan Pulau Simuk dan
Wunga di Pantai Barat berbatasan dengan Negara Australia.

Kedua pulau di Pantai Barat ini masih kurang mendapat perhatian, padahal sangat strategis
di tinjau dari aspek pertahanan maupun ekonomi. Konon khabarnya di kedua pulau tersebut
banyak disinggahi kapal-kapal asing khususnya Jepang dan Thailand dan sering digunakan untuk
perdagangan ikan illegal yang tentunya merugikan bangsa ini. Potensi ini jika dimanfaatkan
secara benar akan sanggup mendongkrak peningkatan kesejahteraan bangsa ini. Laut dapat
digunakan sebagai sarana tempat lalulintas lalulintas perhubungan dan jasa pengiriman barang;
kolam laut mengandung banyak ikan, udang dan biota hasil laut lainnya; dasar laut dan
dibawahnya mengandung minyak dan gas serta berbagai bahan tambang sungguh sebagai suatu
rahmad yang harus di syukuri, namun ketika kita lalai mengurusnya, malah justru ia menjadi
urusan yang pelik seperti kasus Pulau Simpadan_ Ligitan dulu dan kini merambat ke-Blok
Ambalat.

Pembangunan yang selama ini terlalu berorentasi pada wilayah kontinental (daratan) telah
menyebabkan ketertinggalan di wilayah pesisir dan lautan. Lepasnya pulau-pulau kecil ke negeri
jiran, banyaknya pulau yang belum bernama, batas laut yang belum jelas dengan negara
bertetangga, system pertahanan di laut yang belum memadai, menjadi indikator belum
konsennya bangsa ini terhadap prinsip-prinsip negara kepualaun.

Kini sudah saatnya menata kembali negeri ini, beralih dari kultur negara agraris menjadi
negeri kepulauan yang sesungguhnya sebagaimana yang dicita-citakan Deklarasi Djuanda dulu.

30
Pekerjaan rumah bagi bangsa ini untuk menuntaskan jati dirinya sebagai penghuni negara
kepulauan berdasarkan Deklarasi Djuanda 1957, yang mempunyai visi dan strategi untuk keluar
dari paradigma sebagai negara agraris tradisionil menjadi negara bahari yang modern. Bangsa
bahari ini akan memiliki martab yang tinggi, disegani dunia internasional apabila menguasai
teknologi kelautan dalam mengelola potensi sumber daya alamnya, sistem transportasi laut
yang canggih, dan kekuatan armada pertahanan laut yang memiliki peralatan teknologi tinggi.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Qarun bin Yashar bin Qahit bin Lawi bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim as adalah anak
saudara Nabi Musa as, adalah pria yang menjadi asal mulayanya sejarah harta karun

2. Pada tahun 1986, dunia digemparkan dengan peristiwa penemuan 100 batang emas dan
20.000 keramik Dinasti Ming dan Ching dari kapal VOC Geldennalsen yang karam di
perairan Kepulauan Riau pada Januari 1751. Penemu harta karun itu adalah Michael
Hatcher, warga Australia.

3. National Geographic (2001) menyebutkan tentang 7 kapal kuno tenggelam di perairan


Indonesia bagian barat, terutama Selat Malaka, pada abad XVII-XX. Kapal-kapal itu
adalah Diana (Inggris), Tek Sing dan Turiang (China), Nassau dan Geldennalsen (Belanda),
Don Duarte de Guerra (Portugis), ashigara (jepang).
4.2 Saran

Blok Ambalat mungkin bukan kasus yang terakhir. Setelah Blok Ambalat akan mungkin

31
muncul kasus-kasus lain. Kasus blok ini menyadarkan kita betapa pentingnya menjaga wilayah
perairan khususnya yang berbatasan dengan negara tetangga, sekaligus mengambil hikmah
bagaimana selama ini lupa sebagai negeri bahari (kepulauan). Pulau Simpadan-Ligitan telah
lepas dari pangkuan Ibu-Pertiwi, kini Blok Ambalat makin mencekam dan belum ada tanda-
tanda arah penyelesaian. Terlepas dari apapun hasil akhirnya pertanyaan berikutnya adalah
apakah peseteruan blok ini berakhir di situ saja ataukah akan menyusul kasus-kasus klaim
lainnya ?

Pertanyaan ini penting mengingat ketika Simpadan- Ligitan terlepas harapan kita inilah
merupakan yang terakhir dan tidak terulang kembali. Demikian juga masih banyak batasbatas
wilayah kita yang belum terselesaikan dengan negara-negara tetangga, sehingga tidak mustahil
banyak potensi blok-blok laut dan pulau-pulau kecil yang sudah menjadi inceran dunia
Internasional. Data dari Departemen Kelautan dan Perikanan RI di Indonesia saat ini terdapat 92
pulau yang dikategorikan pulau terluar dan sebanyak 12 pulau diantaranya rawan terjadi konflik
karena posisinya langsung berhadapan dengan kawasan negara tetangga seperti Singapura,
Malaysia, Filipina, Australia, dan Vietnam. Begitu kompleksnya permasalahan yang kita hadapi
sebagai negeri bahari sehingga tidak tahu harus dari mana dimulai.

Namun pepatah mengajarkan kita lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali, saatnya
kita kembali menata negeri bahari ini. Kejayaan Sriwijaya dan Majapahit seyogianya menjadi
idaman kita bahwa negeri ini pernah disegani dunia internasional sebagai negeri bahari. Sekali
lagi seharusnya harta kekayaan dalam bentuk apapun di negeri bahari ini di lestarikan sehingga
bisa menjadi modal fakta sejarah yang sepatutnya menjadi tanggung jawab kita untuk anak-
cucu kita nanti di masa yang akan datang.

Daftar Pusaka

32
-   sumber : hendriyo widi pada :
http://sains.kompas.com/read/xml/2009/09/04/09593168/sepenggal.pesan.harta.karu
n.perairan.indonesia
- www.google.com
- Wikipedia.com

33

You might also like